Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERAN PERAWAT

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PEMERINTAH


DALAM MENGATASI PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK
MENULAR

Dosen Pembimbing :

Sarkum, S.Kp,M.Kes

Kelas 2-A1

Disusun oleh : Kelompok 4

1. Velani Analan Najah (P1337420116001)


2. Dwi Sairina Wati (P1337420116010)
3. Rahayuning Nastiti (P1337420116016)
4. Khoirun Nisa (P1337420116018)
5. Oktavia Nurulizza (P1337420116028)
6. Noor Amalia (P1337420116035)
7. Ratih Oktavya M.A (P1337420116045)
8. Mutiara Handaru Muti (P1337420116048)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Peran Perawat dalam Pelaksanaan Progam Pemerintah dalam Mengatasi Penyakit
Menular dan Tidak Menular” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima-kasih pada bapak Sarkum, S.Kp,M.Kes Dosen mata kuliah
Kebijakam Pemerintah dalam Pembangunan Kesehatan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.

Semarang, 18 desember 2017

kelompok

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................

A. Latar belakang ...........................................................................................................

B. Rumusan masalah ......................................................................................................

C. Tujuan........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................

A. Peran perawat ............................................................................................................

B. Penyakit menular .......................................................................................................

1. Definisi ...............................................................................................................

2. Penanggulangan penyakit menular .....................................................................

3. Kelompok dan jenis penyakit menular ...............................................................

4. Program pengendalian penyakit menular ...........................................................

C. Penyakit tidak menular

1. Definisi ...............................................................................................................

2. Jenis penyakit menular .......................................................................................

3. Penanggulangan penyakit tidak menular ............................................................

4. Program pengendalian penyakit tidak menular ..................................................

5. Tiga strategi utama .......................................................................................................

6. Strategi Pengendalian PTM, meliputi ................................................................

7. Kegiatan pokok pengendalian PTM, meliputi ....................................................

D. Peran perawat terhadap program-program pemerintah dalam pengendalian penyakit


menular dan tidak menular .......................................................................................

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................

3
A. Kesimpulan ..............................................................................................................

B. Saran ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah
satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
baik di dunia maupun di Indonesia. Peran perawat sangat dibutuhkan demi tercapainya
program-program pemerintah. Dalam praktiknya perawat memiliki peran sebagai pemberi
asuhan keperawatan, advokat klien, educator, koordinator, kolaborator, konsultan, dan
pembaharu (A. Alimul Hidayat, 2004). Perawat merupakan pemberi pelayanan keperawatan,
dimana dalam praktiknya perawat tidak hanya memberikan pelayanan keperawatan terhadap
klien di rumah sakit saja, akan tetapi mencakup lingkup yang luas, dimana pelayanan
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masayakat, baik sehat
maupun sakit (UU No. 38 Tahun 2014). Oleh sebab itu perawat memegang kesuksesan dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Didalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 disebutkan
bahwa pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan fnansial
dan pemeratan pelayanan kesehatan. Adapun salah satu sasaran dalam Rencana Pembangunan

4
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah pengendalian penyakit. Dalam hal
ini, maka diperlukan peran aktif perawat dalam upaya mensukseskan program-program
pemerintah dalam pengendalian penyakit, beberapa diantaranya adalah penyakit menular dan
tidak menular.
Dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 dikatakan
bahwa kecenderungan penyakit menular terus meningkat dan telah mengancam sejak usia
muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis yang signifkan,
penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun beban penyakit menular masih
berat juga. Indonesia sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular
dan penyakit menular sekaligus.
Berdasarkan pada laporan Riskesdas 2013 dalam grafik kecenderungan PTM tahun
2007-2013, Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari
orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat.
Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung
koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi
kronis), dan diabetes. sedangkan untuk penyakit menular data yang dikumpulkan terbatas pada
beberapa penyakit, yaitu penyakit yang ditularkan melalui udara (infeksi saluran pernapasan
akut/ISPA, pneumonia, dan tuberkulosis paru), penyakit yang ditularkan oleh vektor (malaria),
dan penyakit yang ditularkan melalui makanan, air, dan lewat penularan lainnya (diare dan
hepatitis). Penyakit-penyakit tersebut berhubungan dengan Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM), MDG dan program pengendalian hepatitis di Indonesia yang pertama
kali dilakukan di dunia.
Didalam laporan Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi TB paru pada
tahun 2007 dan 2013 adalah sama yaitu 0,4%. Sedangkan untuk hepatitis prevalensinya
meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013 pada penduduk berusia diatas 15 tahun. Sedangkan
insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3.5 persen. Untuk malaria
prevalensinya pada anak kurang dari 15 tahun relatif lebih rendah dibanding pada orang
dewasa. Untuk Prevalensi PTM, seperti DM menunjukkan kecenderungan prevalensi DM
berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah 2,1 persenlebih tinggi dibanding tahun 2007
(1,1%). Sedangkan untuk prevalensi Hipertensi tahun 2013 (9,5%) lebih tinggi dibanding
tahun 2007(7,6%). Untuk stroke terlihat bahwa prevalensinya menunjukkan kenaikan dari 8,3

5
per mil tahun 2007 menjadi 12,1 per mil dan untuk prevalensi penyakit sendi/rematik/encok
berdasarkan wawancara tahun 2013 (24,7%) lebih rendah dibanding tahun 2007 (30,3%).
Berdasarkan data-data yang ada, terlihat bahwa pengendalian penyakit menular dan
tidak menular masih perlu mendapat perhatian. Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan
yang perlu berperan memberikan konstribusi dalam keberhasilan program-program
pemerintah dalam pengendalian penyakit menular dan tidak menular. Dengan disusunnya
makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan
mengenai pentingnya peran perawat dalam keberhasilan program-program pemerintah dalam
megendalikan penyakit menular dan tidak menular.

B. Rumusan masalah
1. Apa sajakah peran perawat ?
2. Apa sajakah pemerintah dalam penanggulangan penyakit menular ?
3. Apa sajakah upaya pemerintah dalam penanggulangan penyakit tidak menular ?
4. Bagaimanakah peran perawat terhadap program pemerintah dalam pengendalian
penyakit menular dan tidak menular?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui peran peran perawat terhadap program-program pemerintah dalam
pengendalian penyakit menular dan tidak menular.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui peran-peran seorang perawat.
b. Mengetahu program-program pemerintah dalam penanggulangan penyakit menular
?
c. Mengetahui program-program pemerintah dalam penanggulangan penyakit tidak
menular ?
d. Mengetahui peran perawat terhadap program pemerintah dalam pengendalian
penyakit menular dan tidak menular.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi
perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan
emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga
klien dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi
tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang
sederhana sampai yang kompleks.
2. Pembuat Keputusan Klinis

7
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses
keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan
dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri
atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat
bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pembe ri perawatan kesehatan professional lainnya
(Keeling dan Ramos,1995).

3. Pelindung dan Advokat Klien

Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien
dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien
dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau
pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien
tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di
komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya
bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang
sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat
juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien.
Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi
akibat kelalaian.

4. Manager Kasus

8
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim
kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang
memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat
kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai
tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan
atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990).
Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan
dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.

5. Rehabilitator

Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah
sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali
klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini,
perawat berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal
mungkin dengan keadaan tersebut.

6. Pemberi Kenyamanan

Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan pada
manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan
dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang
memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya
perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi
ketergantungan emosi dan fisiknya.

7. Komunikator

Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesame perawat dan
profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan
perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin

9
dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.

8. Penyuluh

Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah
klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang
direncanakannya.

9. Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.

10. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahab
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

11. Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

12. Pembaharu

10
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

B. Penyakit menular

1. Definisi

 Penyakit menular (Communicable diseases) adalah penyakit infeksi yang dapat dari
orang atau hewan sakit, dari rervior ataupun dari benda-benda yang mengandung
bibit penyakit lainnya ke manusia yang sehat.

 Penyakit menular dapat didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang dapat


ditularkan (berpindah dari satu orang ke orang yang lain, baik secara langsung
maupun perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agent atau
penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah serta menyerang host atau
inang (penderita).

 Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan
disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).

2. Penanggulangan penyakit menular

Penanggulangan Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek


promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka
kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar
tidak meluas antardaerah maupun antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar
biasa/wabah.

3. Kelompok dan jenis penyakit menular

Berdasarkan cara penularannya, Penyakit Menular dikelompokkan menjadi:

a. Penyakit menular langsung

1) Difteri 2) Pertusis

11
3) Tetanus 15) penyakit akibat Rotavirus

4) Polio 16) penyakit akibat Human


Papiloma Virus (HPV)
5) Campak
17) penyakit virus ebola
6) Typhoid
18) MERS-CoV
7) Kolera
19) Infeksi Saluran Pencernaan
8) Rubella
20) Infeksi Menular Seksual
9) Yellow Fever
21) Infeksi Human
10) Influensa
Immunodeficiency Virus
11) Meningitis (HIV)

12) Tuberkulosis 22) Infeksi Saluran Pernafasan

13) Hepatitis 23) Kusta

14) penyakit akibat 24) Frambusi


Pneumokokus

b. Penyakit menular vektor dan binatang pembawa penyakit.

1) Malaria 7) Rabies

2) Demam Berdarah 8) Antraks

3) Chikungunya 9) Pes

4) Filariasis dan Kecacingan 10) Toxoplasma

5) Schistosomiasis 11) Leptospirosis

6) Japanese Enchepalitis 12) Flu Burung (Avian Influenza)

12
13) West Nile

c. Program pengendalian penyakit menular

1) Penyemprotan/fogging sarang nyamuk


Upaya untuk menekan laju penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
salah satunya ditunjukan untuk mengurangi kepadatan vector DBD secara kimiawi
yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging). Fogging adalah untuk
membunuh sebagian besar vektor infeksi dengan cepat, sehingga rantai penularan
dapat segera diputuskan. Program fogging dilakukan dengan dua cara, yaitu jumlah
Penyemprotan pada tiap kasus DBD (Fogging Focus) dan penyemprotan pada
daerah endemis (Fogging Massal).
a) Dari segi efektifitas
Tujuan program adalah untuk menekan kepadatan vektor. Namun program ini
dirasa kurang efektif karena foging hanya untuk membasmi nyamus aedes
dewasa saja tidak termasuk larvanya. Pengasapan dengan malathion 4 persen
dengan pelarut solar, hanya mampu membunuh nyamuk dewasa pada radius
100-200 meter dari jarak terbang nyamuk yang hanya efektif satu sampai dua
hari saja. Sehingga upaya fogging tidak terlalu efektif untuk menekan laju
penularan penyakit DBD di masyarakat. Pengendalian dengan cara
fogging tidak akan efektif apabila tidak diikuti dengan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) atau dengan larvisida (membunuh stadium larva). Selain itu
sudah banyak penelitian mengenai efek pencemaran lingkungan dan bahaya
paparan malathion pada manusia.
b) Dari segi efisiensi
Upaya fogging membutuhkan dana yang besar untuk operator alat, peralatan
dan larutan pengencer dan insektisida yang digunakan. Di beberapa tempat
Aedes sudah menunjukkan resistensi terhadap beberapa insektisida sehingga
insektisida yang dipergunakan mesti diganti secara periodik untuk menghindari
kekebalan (resistensi nyamuk aedes). Dan hal ini membutuhkan biaya yang
tidak sedikit dan sangat tidak efisien.

13
2) Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging
3) Pengadaan vaksin penyakit menular
4) Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah
5) Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
6) Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
7) Pemusnahan/karantina sumber penyebab penyakit menular
8) Peningkatan imuunisasi
9) Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
10) Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
11) Monitoring, evaluasi dan pelaporan

C. Penyakit tidak menular

1. Definisi

 Penyakit tidak menular adalah penyakit non infeksi yang penyebabnya bukan
mikroorganisme tetapi terjadi karena pola hidup yang kurang sehat seperti
merokok, penyakit bawaan, cacat fisik, penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan
(Amriati, 2013).

2. Jenis penyakit menular

a) Hipertensi

b) Kanker leher rahim

c) Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

d) Stroke

e) Diabetes mellitus

f) Cedera akibat lalu lintas

14
g) Tindak kekerasn

h) Penyakit jantung koroner

3. Penanggulangan penyakit tidak menular

Untuk mengawal kasus penyakit tidak menular sejak tahun 2005 lalu, Kementerian
Kesehatan RI membentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Tugas dan
fungsinya pengendalian faktor resiko, pencegahan penyakit, deteksi dini dan langkah-
langkah program pencegahan dan pengendalian PTM yang berbasis puskesmas
bekerjasama dengan multi sektor serta melibatkan masyarakat secara konfrehensif.
Kebijakan utama PP-PTM ini dirumuskan dalam formulasi kebijakan yang disebut "Trple
ACS", yaitu active cities, active communitie dan actve citizenship.

4. Program pengendalian penyakit tidak menular

a. Actve cities adalah strategi penanggulangan PTM melalui pendekatan wilayah dengan
mewujudkan kota/kecamatan/desa yang sehat. Implementasistrategi ini merupakan
tanggung jawab dari Pemerintah Daerah.
b. Active communities, yaitu melalui pemberdayaan masyarakat lewat kelompok
masyarakat madani, kelompok jamaah haji, majelis taklim, jemaat gereja, nelayan,
organisasi profesi dan sebagainya.
c. Active citizenship, berorientasi dari penduduk dan untuk penduduk, memperhatikan
karakteristik penduduk miskin, warga yang tinggal diperbatasan dan daerah terpencil,
perlu diperhatikan tetap dengan menjadikan penduduk mandiri namun tetap pada
prinsip berkeadilan.

Triple ACS selanjutnya dijabarkan ke dalam program intervensi utama, Healthy Public
Policy, pengembangan jejaring dan kemitraan, advikasi, sosialisasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam pencegahan, surveilans, deteksi dini serta pengendalian PTM. Peran
perawat terhadap program premerintah dalam pengendalian penyakit menular dan tidak
menular

5. Tiga strategi utama

15
a. Pertama

Surveilans FR meliputi dimensi struktur soaial, lingkungan, pola hidup dan dilakukan
melalui survei berbasis masyarakat yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
Kemudian registrasi PTM dilakukan berbasis data Puskesmas dan RS, dan
menyampaikan informasi dari surveilans dan registrasi merupakan evidence based
dalam melakukan promosi dan advokasi kebijakan serta upaya pelayanan kesehatan
PTM.

b. Kedua

Promosi Kesehatan, mencakup upaya mengerakkan organisasi serta kelompok


masyarakat untuk berperanserta dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
Selanjutnya adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy) dan
penguatan jejaring kerja lintas program dan lintas sektor.

c. Ketiga

Melalui upaya pelayanan kesehatan yang mengarah pada pengembangan upaya


kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) berupa Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM, dan adanya tatalaksanan penderita PTM yang efektif dan efisien di
Puskesmas dan Rumah Sakit.

6. Strategi Pengendalian PTM, meliputi :

a. Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian


factor risiko PTM melalui program yang berbasis masyarakat, seperti Posbindu PTM
(Pos Pembinaan Terpadu PTM)
b. Meningkatkan akses yang berkualitas kepada masyarakat untuk deteksi dini dan tindak
lanjut dini factor risiko PTM terintegrasi.
c. Meningkatkan tatalaksana penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan
efisien.
d. Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan PTM.
e. Mengembangkan penelitian dan pengembangan kesehatan terkait PTM.

16
f. Mengembangkan dan memperkuat system surveilans epidemiologi factor risiko PTM
termasuk monitoring dan system informasi. Dioptimalkan untuk surveilans factor
risiko PTM berbasis masyarakat dan registry PTM.
g. Meningkatkan dukungan dana yang efektif untuk pencegahan dan pengen dalian PTM
berdasarkan kebutuhan dan prioritas.

7. Kegiatan pokok pengendalian PTM, meliputi :

a. Melaksanakan review dan memperkuat aspek legal pencegahan dan penanggulangan


PTM di unit pelaksana teknis (UPT), Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/kota dan
Puskesmas.
b. Advokasi PPTM kepada pemerintah (Pusat dan Daerah) secara intensif dan efektif
denagn focus pesan “Dampak PTM (ancaman) terhadap pertumbuhan ekonomi
Negara/Pemerintah.
c. Surveilans factor risiko dan registry PTM yang mampu laksana dan didukung regulasi
memadai dan menjamin ketersediaan “evidence based” untuk advokasi kepada penentu
kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan program PTM prioritas.
d. Promosi kesehatan dan perlindungan “population at risk” PTM yang efektif dan
didukung regulasi memadai melalui “Health in All Policy” untuk menjamin
pelaksanaan secara terintegratif melalui “triple Acs´(active cities, active community
and active citizens) dengan kerjasama lintas program, kemitraan lintas sector,
pemberdayaan swasta/industry dan kelompok masyarakat madani.
e. Deteksi dan tindak lanjut dini PTM secara terintegrasi dan focus pada factor risikonya,
melalui “Community Base Intervension and Development”, yang didukung oleh sistim
rujukan dan regulasi memadai, dengan kerja sama lintas profesi dan keilmuan, lintas
program, kemitraan lintas sector, pemberdayaan swasta/industry dan kelompok
masyarakat madani.
f. Tatalaksana penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efesien, yang
didukung kecukupan obat, ketenagaan, sarana/prasarana, sistim rujukan, jaminan

17
pembiayaan dan regulasi memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan factor
risiko terhadap tatalaksana pengobatan baik ditingkat pelayanan kesehatan primer,
sekunder maupun tertier.
g. Jejaring kerja dan kemitraan PPTM yang terdiri sub jejaring survailans, promosi
kesehatan dan manajemen upaya kesehatan, baik ditingkat pusat maupun Daerah.
h. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang menjamin ketersediaan informasi
insiden dan prevalensi PTM dan determinannya, yang menghasilkan teknolagi
intervensi kesehatan masyarakat/pengobatan/rehabilitasi dalam bentuk “best Practice”,
dan intervensi kebijahan yang diperlukan.

D. Peran perawat terhadap program-program pemerintah dalam penanggulangan


penyakit menular dan tidak menular

1. Penyuluh dan Edukator

Konstibusi perawat sebagai penyuluh sangat diharapkan demi ketercapaian program-


program pemerintah. Dalam penanggulangan penyakit menular yang di galakkan oleh
pemerintah perawat dapat melakukan promosi kesehatan berkaitan dengan vaksinasi,
imunisasi, cara pemusnahan sumber penyebab penyakit seperti malaria, demam berdarah
dengue, dan filariasis dan lain sebagainya, sehingga masyarakat mengetahui sejak dini
tentang penyakit-penyakit menular tersebut, dengan demikian angka kejadiannya dapat
ditekan.

2. Rehabilitator

Perawat dapat membantu masyarakat yang sudah didiagnosa penyakit menular maupun
tidak menular untuk hidup lebih baik, secara fisik maupun emosional. Sehingga masyarakat
dapat mengontrol diri, dan mengetahui bahaya penyebaran penyakit yang di alaminya,
sehingga penyebaran penyakit dapat terkontrol.

3. Komunikator

18
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat. Dalam
membantu program penanggulangan penyakit menular dan tidak menular untuk, perawat
dapat berperan dengan memberi penjelasan dengan jelas dan efektif melalui individu,
kelompok, maupun keluarga. Sehingga program pemerintah dapat berjalan dengan baik.

4. Konsultan

Program penanggulangan penyakit menular maupun tidak menular yang di adakan oleh
pemerintah, bagi sebagian masyarakat belum mengetahui maksud dari tujuan program
tersebut. Masyarakat dapat bertanya tentang program tersebut terhadap tenaga kesehatan,
salahsatunya perawat. Sehingga perawat harus menguasai tentang program-program yang
diadakan pemerintah, agar masyarakat yang tidak jelas dapat bertanya kepada perawat.

5. Pembaharuan

Untuk menjalankan program pemerintah, terutama program penanggulangan penyakit


menular dan tidak menular, perawat dapat membuat inovasi atau perencanaan yang baru
supaya program dapat terlaksana dan tercapai dengan baik.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Didalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 disebutkan bahwa


pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan fnansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan. Adapun salah satu sasaran dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah pengendalian penyakit. Dalam hal
ini, maka diperlukan peran aktif perawat dalam upaya mensukseskan program-program
pemerintah dalam pengendalian penyakit, beberapa diantaranya adalah penyakit menular dan
tidak menular.

B. Saran

20
Bagi perawat : perawat harus dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan supaya
program Indonesia Sehat dapat tercapai.

Bagi Masyarakat : Walaupun program tersebut di adakan oleh Pemerintah. Namun masyarakat
juga harus berperan aktif, karena prgram tersebut ditujukan untuk masyarakat pula.

DAFTAR PUSTAKA

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. -- Jakarta : Kementerian Kesehatan


Ri, 2015

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan
Penyakit Menular

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. -- Jakarta : Kementerian Kesehatan Ri. 2015

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013)

21

Anda mungkin juga menyukai