Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH PENGELOLAAN BENCANA

PADA SKALA LOKAL, NASIONAL, DAN INTERNASIONAL

KELOMPOK 6
Ana Elsiana Missa 1706105694
Rahma Dwifa Sari 1706106362
Wida Arminiati Z 1706106570

PJ MK :
Dr. Indri Hapsari Susilowati S.K.M., M.K.K.K.

PROGRAM SARJANA EKSTENSI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah
berjudul “Pengelolaan bencana pada skala lokal, nasional dan Internasional.” tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata, kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan.

Depok, April 2019

(Penulis)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 4

1.2 Tujuan .................................................................................................................................................. 4

BAB II: PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 5

2.1 Bencana Tingkat Lokal ...................................................................................................................... 5

2.2 Masalah pada Bencana Tingkat Lokal ............................................................................................. 6

2.3 Bencana Tingkat Nasional ................................................................................................................. 6

2.4 Masalah pada Bencana Tingkat Nasional ........................................................................................ 13

2.5 Bencana Skala Internasional.............................................................................................................. 14

2.6 Mekanisme Bantuan Internasional ................................................................................................... 14

2.7 Penyelenggaraan Bantuan Internasional .......................................................................................... 17

2.8 Masalah pada Bencana Tingkat Internasional ................................................................................. 19

BAB III: PENUTUP ........................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................................... 20

3.2 Saran .......................................................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana merupakan suatu peristiwa yang senantiasa mengancam manusia di belahan
bumi manapun. Sebagai respon untuk mengurangi berbagai dampak yang dapat diakibatkan
dari bencana tersebut, dibuatlah berbagai pendekatan dan usaha. Salah satunya adalah
pengelolaan bencana. Tujuan dari pengelolaan bencana ini adalah untuk mengurangi korban
jiwa, harta benda, dan lingkungan (Coppola, 2007). Untuk mengefektifkan pengelolaan
bencana tersebut, dibuatlah sistem penetapan status dan tingkat suatu bencana. Tingkat
bencana adalah keadaan di suatu tempat yang terlanda bencana tertentu dan dinilai
berdasarkan jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana, kerugian harta benda, cakupan
luas wilayah yang terkena bencana, dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan (UU
Penanggulangan Bencana, 2007). Tingkatan bencana di Indonesia dibedakan menjadi tingkat
lokal, daerah, dan nasional. Penetapan satus darurat bencana untuk skala nasional dilakukan
oleh presiden, untuk skala provinsi oleh gubernur, dan untuk skala kabupaten/kota oleh
bupati/walikota. Namun, ketentuan penetapan status dan tingkatan bencana tersebut di
Indonesia saat ini masih menjadi draft Peraturan Presiden (PP) yang belum disahkan oleh
DPR (Nugroho, 2014).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengelolaan bencana pada skala lokal, nasional, dan Internasional
2. Mengetahui masalah yang dapat terjadi dalam pengelolaan bencana di skala lokal,
nasional, dan internasional
3. Mengetahui kesiapan (mitigasi dan kesiapsiagaan) menghadapi bencana pada skala
lokal, nasional, dan internasional

4
BAB II
PEMBAHASAN

Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang


meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat , dan rehabilitasi (UU Penanggulangan Bencana Pasal 1
ayat 5, 2007).
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
1. Perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
4. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
5. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
6. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Status bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh pemerintah


(kabupaten/kota/pusat) untuk jangka waktu tertentu berdasarkan rekomendasi badan yang
diberi kewenangan untuk menanggulangi bencana (UU Penanggulangan Bencana, 2007).
Status bencana di Indonesia dibedakan menjadi bencana ringan, sedang, dan berat sesuai
dengan indikator masing-masing bencana. Yang menjadi kesulitan utama adalah penentuan
dari masing-masing indikator tersebut dalam bencana. Berikut akan dipaparkan
tingkatan/skala dalam bencana:

2.1 Bencana Skala Lokal


Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
dalam draft Peraturan Presiden Republik Indonesia Peraturan Presiden Republik Indonesia,
bencana tingkat lokal (kabupaten/kota) ditetapkan jika jumlah korban jiwa kurang dari 100
orang, kerugian kurang dari 1 milyar, cakupan wilayah kurang dari 10 km2 , dampak sosial
ekonomi yang ditimbulkan terbatas. Hal ini masih ditangani oleh pemerintah daerah
(kabupaten/kota) dengan catatan pemerintah daerah masih mampu menangani bencaa
tersebut berdasarkan Sumber Daya Manusia (SDM), finansial, teknologi, dan pemerintah
daerah masih berjalan semestinya (Nugroho, 2014).

5
Bencana tingkat provinsi yang ditetapkan oleh gubernur, memiliki indikator jika korban
jiwa kurang dari 500 orang, kerugian kurang dari 1 triliun, cakupan bencana mencakup
beberapa kabupaten/kota, dampak sosial ekonomi dan kerusakan sarana dan prasarana yang
ditimbulkan menengah dalam artian beberapa kerusakan mengganggu kehidupan masyarakat.
Tingkat provinsi ini dilakukan jika pemerintah kabupaten/kota tidak dapat mengatasinya
sendiri dan membutuhkan bantuan pemerintah provinsi (Nugroho, 2014).
Penentuan tingkat bencana, baik lokal maupun provinsi oleh bupati / walikota /
gubernur mempertimbangkan rekomendasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) kabupaten/kota/provinsi yang diamanahkan untuk menangani bencana (UU
Penanggulangan Bencana, 2007).

2.2 Masalah pada bencana tingkat Lokal


Masalah yang mungkin dihadapi pada tingkat skala lokal ini adalah minimnya bantuan
dari luar seperti minimnya bantuan dari pemerintah daerah, akses bencana yang terisolasi,
teknologi yang kurang memadai/canggih, makanan dan minuman yang terbatas. Kurangnya
fasilitas medis di daerah seperti rumah sakit, dokter serta tenaga terampil seperti tim tanggap
darurat dan relawan sering menjadi kendala. Di samping itu, sekolah-sekolah mngkin dapat
rusak yang mengakibatkan anak usia sekolah tidak dapat bersekolah, infrastruktur yang
rusak, dan usaha/bisnis masyarakat yang terganggu (Pan American Health Organization,
2000).
Walaupun keberadaan BPBD secara kuantitas sudah cukup memadai, namun secara
kualitas kelembagaan baik personil, sarana dan prasarana maupun anggaran masih sangat
terbatasl. Masih terdapat keterbatasan kebijakan penanggulangan bencana di daerah; Upaya
untuk terus meningkatkan pemahaman, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
penanggulangan bencana; keterbatasan sarana dan prasarana komunikasi dan sistem
informasi di daerah mengakibatkan terhambatnya kecepatan penyebara luasan data dan
informasi pusat – daerah.

2.3 Bencana Tingkat Nasional


. Kebijakan Pengelolaan Bencana Nasional menurut W. Nick Carter dalam buku “A
Disaster Manager’s handbook” 2008 meliputi :
• Latar belakang
• Tujuan Kebijakan
• Tanggung Jawab dan Wewenang
6
• Elemen Penanganan bencana dan Prioritas
• Perencanaan
• Organisasi & Hubungan dengan kebijakan Nasional
• Kordinasi dan Penggunaan sumber daya
• Legislasi
• Pengawasan
2.3.1 Tujuan Kebijakan penanggulangan bencana nasional di Indonesia
a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
d. menghargai budaya lokal;
e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
2.3.2 Tanggung jawab dan wewenang
Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
meliputi :
a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan
program pembangunan;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana
secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum;
d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;
e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang memadai;
f. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai;
dan
g. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan dampak
bencana.

7
Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana :
a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional;
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan
penanggulangan bencana;
c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah;
d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan negara lain,
badan-badan, atau pihakpihak internasional lain;
e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber
ancaman atau bahaya bencana;
f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang
melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan; dan
g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala nasional.
2.3.3 Kelembagaan
a. Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
b. Badan Nasional Penanggulangan Bencana merupakan Lembaga Pemerintah Non
departemen setingkat menteri.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana terdiri atas unsur:

a. Pengarah penanggulangan bencana;

• menyusun konsep pelaksanaan kebijakan penanggulangan bencana nasional


• memantau; dan
• mengevaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana nasional

b. Pelaksana penanggulangan bencana

• koordinasi;
• komando; dan
• pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
2.3.4 Tugas badan Nasional Penanggulangan Bencana
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;

8
b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;
c. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;
d. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap saat dalam kondisi
darurat bencana;
e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional
dan internasional;
f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan;
dan
h. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
2.3.5 Elemen Penanggulangan Bencana
PRABENCANA (sebelum bencana)
 Perencanaan penanggulangan bencana;
 Pengurangan risiko bencana;
 Pencegahan;
 Pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
 Persyaratan analisis risiko bencana;
 Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
 Pendidikan dan pelatihan; dan
 Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
PRABENCANA (ada potensi)
 kesiapsiagaan;
 peringatan dini; dan
 mitigasi bencana.
TANGGAP DARURAT
 Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya;
 Penentuan status keadaan darurat bencana;
 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
 Pemenuhan kebutuhan dasar;

9
 Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
 Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
REHABILITASI
 Perbaikan lingkungan daerah bencana;
 Perbaikan prasarana dan sarana umum;
 Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
 Pemulihan sosial psikologis;
 Pelayanan kesehatan;
 Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
 Pemulihan sosial ekonomi budaya;
 Pemulihan keamanan dan ketertiban;
 Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
 Pemulihan fungsi pelayanan public
REKONSTRUKSI
 Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
 Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
 Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
 Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana;
 Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyarakat;
 Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
 Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan
 Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
2.3.6 Perencanaan
Perencanaan Penanggulangan Bencana Nasional yang menjadi pedoman pelaksanaan
tertuang dalam:
 Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2015 – 2019
 RENSTRA BNPB 2015 – 2019

10
2.3.7 Organisasi

Gambar 1. Struktur organisasi Badan Nasiaonal Penangggulangan Bencana

2.3.8 Pendanaan
a. Dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah dan pemerintah daerah.
b. Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong partisipasi masyarakat dalam
penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat.
c. Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran penanggulangan
bencana secara memadai
d. Penggunaan anggaran penanggulangan bencana dilaksanakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
e. Pemerintah, pemerintah daerah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah melakukan pengelolaan sumber daya
bantuan bencana
2.3.9 Pengawasan
Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan pengawasan terhadap seluruh tahap
penanggulangan bencana yang meliputi:

11
a. sumber ancaman atau bahaya bencana;
b. kebijakan pembangunan yang berpotensi menimbulkan bencana;
c. kegiatan eksploitasi yang berpotensi menimbulkan bencana;
d. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan rancang
bangun dalam negeri;
e. kegiatan konservasi lingkungan;
f. perencanaan penataan ruang;
g. pengelolaan lingkungan hidup;
h. kegiatan reklamasi; dan
i. pengelolaan keuangan.
2.3.10 Perundang – undangan
a. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007
TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA
b. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN
2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
c. PERATURAN DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG
PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN
PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
d. PERATURAN KEPALA BNPB NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG
PEDOMAN KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA
2.3.11 Alur Komando

Gambar 2. Skema alur komando penanganan tanggap darurat bencana

12
2.4 Masalah dan tantangan pada bencana tingkat Nasional
2.4.1 Masalah
a. Belum terintegrasinya pengurangan risiko bencana dalam implementasi rencana
pembangunan secara efektif dan komperhensif;
b. Belum tersedianya prosedur operasional standar penyelenggaraan penanggulangan
bencana yang memadai;
c. Keterbatasan kajian risiko bencana dan peta risiko bencana sampai tingkat
kabupaten/kota yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan analisa spasial;
d. Basis data yang tidak termutakhirkan dan teradministrasi secara reguler
e. Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana;
f. Kurang tersedianya anggaran yang memadai dalam rangka penanggulangan bencana;
g. Masih tingginya ketergantungan daerah terhadap bantuan pendanaan kepada
pemerintah pusat;
h. Keterbatasan jumlah sumberdaya manusia;
i. Masih terbatasnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
j. Keterbatasan jaringan informasi dan komunikasi yang efektif dalam penyebaran
informasi kebencanaan kepada masyarakat;
k. Sistem informasi dan komunikasi kebencanaan belum terbangun secara terpadu dan
terintegrasi
2.4.2 Tantangan
a. Luasnya cakupan wilayah penanganan penanggulangan kebencanaan dengan kondisi
geografis dan jenis potensi bencana yang beragam.
b. Adanya perubahan iklim global yang berpotensi meningkatkan intensitas kejadian
bencana alam di dunia;
c. Meningkatnya jenis, intensitas dan skala bencana
d. Banyak daerah yang memiliki tingkat risiko bencana yang tinggi;
e. Penyusunan regulasi, pedoman, dan standar sesuai dengan amanat peraturan
perundang-undangan bidang penanggulangan bencana;
f. Keterbatasan alokasi anggaran untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana;
g. Anggaran penanggulangan bencana yang tersebar di berbagai kementerian/lembaga
yang perlu dikoordinasikan

13
2.5 Bencana Tingkat Internasional
Menurut Coppola, dalam bukunya yang berjudul Introduction to International
Disaster Management, pengelolaan bencana tingkat internasional merupakan suatu studi
yang mempelajari tentang berbagai macam sistem serta struktur pengelolaan bencana
yang ada pada seluruh dunia. Dengan sistem pengelolaan bencana internasional ini
diharapkan dapat menjadi scenario dasar dalam merespons keadaan bencana ketika suatu
Negara dirasakan tidak mampu dalam mengatasi bencana yang terjadi pada negaranya
sendiri.
2.6 Mekanisme Bantuan Internasional
Masuknya bantuan dari internasional dipicu oleh permasalahan penanggulangan bencana
yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah seorang diri.
1. Pemicu Masuknya Bantuan Internasional
Bantuan internasional terdiri dari bantuan melalui lembaga internasional dan lembaga
asing nonpemerintah, dimana bantuan dapat diterima dengan alasan:
a. Dampak bencana melampaui kemampuan pemerintah untuk menanggulanginya
sehingga memerlukan bantuan dari lembaga internasional dan lembaga asing
nonpemerintah.
b. Pernyataan pemerintah untuk menerima tawaran bantuan dari lembaga
internasional dan lembaga asing nonpemerintah sesuai dengan kebutuhan di
daerah yang terkena bencana.
2. Mekanisme Masuknya Bantuan Internasional
a. Masuknya bantuan internasional diawali dengan pernyataan resmi pemerintah
untuk bersedia menerima bantuan internasional.
b. Jenis dan jumlah bantuan internasional didasarkan pada hasil pengkajian cepat
yang dikoordinasikan oleh BNPB dan/atau BPBD.
c. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan menyampaikan surat
edaran inisiasi bantuan internasional kepada lembaga internasional dan lembaga
asing nonpemerintah, dengan menggunakan Formulir 1 dan Formulir 2 yang
berisikan:
1) Laporan singkat tentang bencana;
2) Lamanya periode tanggap darurat;
3) Informasi kebutuhan logistik dan peralatan yang mendesak (dari laporan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Tim Kaji Cepat);
4) Informasi kebutuhan tenaga ahli yang dibutuhkan.

14
d. Dalam memfasilitasi masuknya bantuan internasional maka BNPB bekerja sama
dengan instansi pemerintah terkait untuk tingkat nasional, Pemerintah Daerah
pada tingkat provinsi atau kabupaten/kota untuk:
1) Menetapkan pangkalan militer, bandara dan pelabuhan yang menjadi pintu
masuk bantuan internasional (entry point).
2) Membentuk Pos Pendukung di tiap pangkalan militer, bandara dan pelabuhan
yang ditetapkan menjadi pintu masuk bantuan internasional yang terdiri dari
personil yang menangani Pos Pendukung ini terdiri dari perwakilan:
a) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
b) Kementerian Pertahanan
c) Kementerian Kesehatan
d) Kementerian Pertanian (Badan Karantina Pertanian)
e) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Direktorat Jenderal
Imigrasi)
f) Kementerian Keuangan (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai)
g) Kementerian Luar Negeri
h) Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
i) Kementerian Perdagangan (Direktorat Jenderal Perdagangan Luar
Negeri)
j) Kementerian Perhubungan
k) Badan Intelijen Negara(BIN)
l) Badan Pengawas Obat dan Makanan
m) Pemerintah Daerah/Badan Penanggulangan Bencana Daerah

PBB juga telah membentuk mekanisme koordinasi yang saling berkaitan yang dirancang
untuk memandu hubungan antar lembaga kemanusiaan dalam penanggulangan bencana
internasional bersama dengan pemerintah serta penduduk yang terkena dampak bencana
untuk memastikan bantuan telah tersampaikan secara komprehensif.

15
Berikut mekanisme koordinasi internasional:

Gambar 3. Skema Koordinasi Internasional.

1. Mekanisme Tingkat Global


Emergency Relief Coordinator (ERC) merupakan pejabat PBB paling senior
yang menangani urusan-urusan kemanusiaan, yang mendapat mandat dari Sidang
Umum PBB untuk mengkoordinasikan bantuan kemanusiaan internasional selama
respon keadaan darurat, baik yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintah, antar-
pemerintah maupun non-pemerintah.
Komite Tetap Antar-Lembaga (IASC) dikepalai oleh ERC. Komite ini
merupakan sebuah forum antarlembaga untuk koordinasi, pengembangan kebijakan
dan pengambilan keputusan yang melibatkan para mitra kemanusiaan utama PBB
dan non-PBB. Para anggota IASC adalah FAO, OCHA, UNDP, UNFPA, UN-
HABITAT, UNHCR, UNICEF, WFP, dan WHO. Para undangan tetap IASC adalah

16
ICRC, ICVA, IFRC, InterAction, IOM, OHCHR, SCHR), Office of the Special
Rapporteur on the Human Rights of Internally Displaced Persons dan World Bank.
2. Mekanisme Tingkat Negara
UN Resident Coordinator (UN RC) merupakan wakil yang ditunjuk oleh Sekjen PBB
di satu negara tertentu dan kepala Tim Negara PBB (UNCT). Fungsi UN RC
biasanya dijalankan oleh Wakil Resident UNDP. Humanitarian Coordinator (HC)
ditunjuk oleh ERC melalui konsultasi dengan IASC jika dibutuhkan satu bantuan
kemanusiaan internasional yang berskala besar dan/ atau berkelanjutan di sebuah
negara. HC mengemban kepemimpinan HCT selama krisis. Apabila tidak ada HC,
UNRC bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi strategis dan operasional
terhadap upaya-upaya yang dilakukan lembaga-lembaga anggota UNCT dan aktor-
aktor kemanusiaan lain yang relevan.
Tim Kemanusiaan Tingkat Negara (HCT) merupakan sebuah forum pengambil
keputusan dalam negeri yang fokus untuk memberikan arahan strategis dan kebijakan
secara umum tentang isu-isu yang berkenaan dengan aksi kemanusiaan. Keanggotaan
HCT biasanya sama persis dengan IASC di tingkat negara, yang terdiri dari
organisasi-organisasi kemanusiaan PBB dan non-PBB yang berada (residen) dan/atau
bekerja di dalam satu negara.
3. Mekanisme Penjembatan
Cluster merupakan pengelompokan IASC terhadap badan-badan operasional, baik
PBB maupun non-PBB, sesuai sektor masing-masing dalam aksi kemanusiaan.
Cluster beroperasi di tingkat global dan negara untuk mendukung pemerintah-
pemerintah nasional dalam mengelola bantuan internasional. Di tingkat global,
cluster bertanggung jawab untuk memperkuat kesiapsiagaan seluruh sistem dan
mengkoordinasikan kapasitas teknis untuk merespon pada keadaan-keadaan darurat
kemanusiaan di masing-masing sektor. Di tingkat negara, cluster memastikan
aktivitas-aktivitas organisasi kemanusiaan dikoordinasikan dan bertindak sebagai
kontak pertama untuk dihubungi pemerintah, UNRC dan HC.

2.7 Penyelenggaraan Bantuan Internasional


Bantuan internasional dimaksudkan untuk membantu penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat yang meliputi:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya.

17
a. Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah harus merujuk pada hasil
pengkajian dan informasi yang ada di BNPB dan Pemerintah Daerah sebelum
memutuskan untuk melakukan pengkajian secara sendiri-sendiri
b. Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah harus berkoordinasi
dengan Team Kaji Cepat BNPB/BPBD dalam melaksanakan pengkajian untuk
menghindari kejenuhan korban bencana dan masyarakat atas berbagai pengkajian.
c. Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah harus melaporkan hasil
pengkajiannya kepada BNPB/BPBD sebagai bahan masukan hasil kaji cepat yang
ditetapkan oleh BNPB/BPBD sesuai kewenangannya
2. Penyelamatan dan evakuasi
a. Secara umum bantuan internasional juga membantu untuk pencarian korban
bencana, dimana akan dibutuhkan jika terjadi bencana yang menyebabkan
sejumlah korban.
b. Bantuan internasional untuk pencarian korban diakhiri dengan pernyataan
Pemerintah.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar
a. Pemenuhan kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi Bantuan Tempat
Penampungan/Hunian Sementara, Bantuan Pangan, Bantuan Non-pangan,
Bantuan Sandang, Bantuan Air Bersih dan Sanitasi dan Bantuan Pelayanan
Kesehatan.
b. Standar kebutuhan dasar yang berlaku mengacu pada Peraturan Kepala BNPB
nomor 7 tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar.
4. Perlindungan terhadap kelompok rentan
a. Kelompok rentan meliputi bayi, anak usia dibawah lima tahun, anak-anak, ibu
hamil atau menyusui, penyandang cacat dan orang lanjut usia.
b. Pengkategorian kelompok rentan pada butir a). dapat ditambahkan sesuai
kenyataan di lapangan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
5. Pemulihan segera prasarana dan sarana vital
Aktivitas ini antara lain pembersihan puing-puing, sampah, lumpur, dan bahan-bahan
yang rusak dan berbahaya serta perbaikan darurat sarana dan prasarana.

18
2.8 Masalah Pada Bencana Tingkat Internasional
Masalah yang kemungkinan dapat terjadi di lapangan pada saat menyalurkan bantuan ke
daerah-daerah yang terdampak bencana cukup beragam, diantaranya adalah askesibilitas.
Akses menuju daerah yang terdampak bencana akan menjadi sulit jika tidak dilengkapi
dengan sarana dan infrastruktur yang memadai. Seringkali jalanan, jembatan yang rusak
serta medan yang curam dapat menjadi hambatan tersalurkannya bantuan. Budaya mulai
dari bahasa, adat istiadat maupun agama pada suatu suku yang mendiami wilayah
terdampak bencana dapat menjadi hambatan tersendiri dalam hal komunikasi serta
berbagai hal tabu yang tidak dapat diterima oleh warga setempat ketika menerima
bantuan dari internasional. Sistem pelaporan bantuan yang buruk juga dapat
menyebabkan bantuan menjadi terhambat bahkan menyebabkan masalah lain seperti
wilayah lainnya yang terdampak bencana tidak semuanya mendapatkan bantuan karena
buruknya sistem pelaporan serta kurangnya koordinasi antar tim penanggulangan bencana
setempat dengan lembaga yang memberikan bantuan.

19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
o Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat , dan rehabilitasi
o Menurut W. Nick Carter dalam buku “A Disaster Manager’s handbook” 2008
Kebijakan Pengelolaan Bencana Nasional dalam sebuah negara harus meliputi :
Latar belakang, Tujuan Kebijakan, Tanggung Jawab dan Wewenang , Elemen
Penanganan bencana dan Prioritas, Perencanaan Organisasi & Hubungan
dengan kebijakan Nasional Kordinasi dan Penggunaan sumber daya, Legislasi
dan Pengawasan
o Sistem pengelolaan bencana internasional diharapkan dapat menjadi scenario
dasar dalam merespons keadaan bencana ketika suatu Negara dirasakan tidak
mampu dalam mengatasi bencana yang terjadi pada negaranya sendiri.
o Masalah yang umum yang masih ditemukan dalam penanganan bencana skala
local, nasional dan internasional adalah belum terintegrasinya pengurangan
risiko bencana dalam implementasi rencana pembangunan, belum tersedianya
prosedur operasional standar penyelenggaraan penanggulangan bencana yang
memadai, keterbatasan kajian risiko bencana dan peta risiko bencana, basis data
yang tidak termutakhirkan dan teradministrasi secara regular, kurang
optimalnya koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana dan kurang
tersedianya anggaran yang memadai dalam rangka penanggulangan bencana

3.2 Saran
o Pemerintah perlu menintegrasikan secara maksimal upaya penanggulangan bencana
dalam setiap implementasi pembangunan melalui regulasi, pedoman dan standar yang
jelas serta pendanaan yang cukup.
o Melihat beragam macam bencana dengan intensitas yang berbeda diperlukan basis data
yang selalu up to date dan kajian resiko yang akurat melalui peningkatan kualita sumber
daya yang ada secara terus menerus
o Peningkatan koordinasi dalam pelaksanaan setiap elemen/tahap penenggulangan bencana
baik local, nasional maupun internasional

20
DAFTAR PUSTAKA

• Coppola, DP. 2007. Introduction to International Disaster Management. New York:


Elsevier.
• Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pedoman Peran serta lembaga
internasional dan lembaga asing Non-pemerintah pada saat tanggap darurat
• Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of
Humanitarian Affairs/OCHA). Respon Bencana di Asia dan Pasifik: Panduan
Perangkat dan Layanan Internasional.
• Carter W. Nick. 2008. Disaster Management: A Disaster Manager’s handbook. Asian
development Bank
• Indonesia Disaster management Handbook. 2018.Center for excellent in Disaster
Management and Humanitarian assistance

21

Anda mungkin juga menyukai