Anda di halaman 1dari 31

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Yang dibian oleh

Oleh
Dian Ramadhani (P17210193051)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
Maret 2021
A. LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Masalah Psikososial: Kecemasan

I. Kasus (Masalah Utama)

Nn.L berumur 21 tahun seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jawa jurusan
Kedokteran. Beragama Islam bertempat tinggal di Jl Kebon Pisang no.17. Nn.L selama lebih
dari 3 bulan, Nn.L merasa tidak dapat berkonsentrasi, selalu merasa cemas, gelisah, sering
berkeringat, lebih suka menyendiri, dan sulit tidur. Karena keluarganya merasa khawatir,dia
di bawa ke rumah sakit jiwa pada tanggal 30 Mei 2020. Nn.L termasuk tipe orang yang
terbuka, sering menceritakan keluh kesahnya dan belum pernah mengalami penganiayaan
fisik dalam keluarga., dari riwayat keluarga juga tidak ada yang mengalami penyakit
gangguan jiwa, pada waktu kuliah Nn.L merasa berat dengan beban mata kuliahnya yang
menurutnya sangat sulit. Dia terus berusaha tetapi hasilnya negatif sehingga klien merasa
cemas bila tidak menjadi yang nomor satu dikelasnya. Karena hal itulah Nn.L sering
memendam masalahnya. Setelah di periksa, Ny.L terdiagnosa mengalami Kecemasan, data
yang di peroleh yaitu muka tampak pucat, kontak mata kurang, mengatakan tidak mampu
mengatasi maslaah, TTV ( S: 36ºC, N: 90 x/menit. Td: 130/90 mmHg, RR: 18x/menit) dan
harus di rawat, akhirnya Nn.L di rawat di ruang Gelatik dengan no RM 013356.Mendapat
terapi obat Haloperidol 1,5 mg 3x1, dan Clorprotizin 1x1.

II. Tinjauan Teori (Proses Terjadinya Masalah)


1. Definisi Kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin
“angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik (Trismiati, 2004).
Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut yang penyebabnya tidak
diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang jelas dan dapat dipahami (Stuart,
2007).

Menurut Lynn S. Bickley (2009) Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi
pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian
klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian
lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.

Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998)

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sama disertai
respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif & Kusuma, 2013).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan perasaan


tidak nyaman dan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.

2. Rentang Respon

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

Kecemasan atau Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas. Lama ansietas yang dialami, dan
seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam,
Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan,
sedang, berat dan panik.

1) Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
1. Ketegangan otot ringan
2. Sadar akan lingkungan
3. Rileks atau sedikit gelisah
4. Penuh perhatian
5. Rajin
b. Respon kognitif
1. Lapang persepsi luas
2. Terlihat tenang, percaya diri
3. Perasaan gagal sedikit
4. Waspada dan memperhatikan banyak hal
5. Mempertimbangkan informasi
6. Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
1. Perilaku otomatis
2. Sedikit tidak sadar
3. Aktivitas menyendiri
4. Terstimulasi
5. Tenang
2) Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik
1. Ketegangan otot sedang
2. Tanda-tanda vital meningkat
3. Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4. Sering mondar-mandir, memukul tangan
5. Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
6. Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
7. Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
1. Lapang persepsi menurun
2. Tidak perhatian secara selektif
3. Fokus terhadap stimulus meningkat
4. Rentang perhatian menurun
5. Penyelesaian masalah menurun
6. Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
1. Tidak nyaman
2. Mudah tersinggung
3. Kepercayaan diri goyah
4. Tidak sabar
5. Gembira
3) Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
1. Ketegangan otot berat
2. Hiperventilasi
3. Kontak mata buruk
4. Pengeluaran keringat meningkat
5. Bicara cepat, nada suara tinggi
6. Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7. Rahang menegang, mengertakan gigi
8. Mondar-mandir, berteriak
9. Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
1. Lapang persepsi terbatas
2. Proses berpikir terpecah-pecah
3. Sulit berpikir
4. Penyelesaian masalah buruk
5. Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6. Hanya memerhatikan ancaman
7. Preokupasi dengan pikiran sendiri
8. Egosentris
c. Respons emosional
1. Sangat cemas
2. Agitasi
3. Takut
4. Bingung
5. Merasa tidak adekuat
6. Menarik diri
7. Penyangkalan
8. Ingin bebas
4) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
1. Flight, fight, atau freeze
2. Ketegangan otot sangat berat
3. Agitasi motorik kasar
4. Pupil dilatasi
5. Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
6. Tidak dapat tidur
7. Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
8. Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
1. Persepsi sangat sempit
2. Pikiran tidak logis, terganggu
3. Kepribadian kacau
4. Tidak dapat menyelesaikan masalah
5. Fokus pada pikiran sendiri
6. Tidak rasional
7. Sulit memahami stimulus eksternal
8. Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
1. Merasa terbebani
2. Merasa tidak mampu, tidak berdaya
3. Lepas kendali
4. Mengamuk, putus asa
5. Marah, sangat takut
6. Mengharapkan hasil yang buruk
7. Kaget, takut
8. Lelah
3. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa :

1) Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan


krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu
dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
4. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat


mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat
tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
a. Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
5. Sumber Koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau


mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal.
Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah,
dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut
individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

6. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor


utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami
kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya
digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,
mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati,
2005).

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik


membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat
dilakukan ada dua jenis, yaitu:

1) Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi
masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
2) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses
dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan
makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi
hal-hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
klien. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
7. Perilaku (Tanda dan Gejala)
1) Tanda perilaku
Menurut Stuart & Sundeen (1998) tanda-tanda perilaku dari kecemasan yaitu:
kegelisahan, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi,
menarik dan menahan diri, menghindar, dan tampak waspada.
2) Tanda afektif
Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda-tanda afektif dari kecemasan yaitu: distres,
kesedihan yang mendalam, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri
sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup senang berlebihan, rasa nyeri
yang meningkatkan ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang
persisten, bingung, menyesal, ragu/tidak percaya diri dan khawatir
3) Tanda fisiologis
Menurut Sundeen (1998) tanda-tanda fisiologis dari kecemasan yaitu:
a. Pada sistem kardiovaskuler terjadi: jantung berdebar, tekanan darah
meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi dan tekanan darah turun
b. Pada sistem saluran pernafasan terjadi: nafas cepat, pernafasan dangkal, rasa
tertekan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, rasa tercekik dan
terengah-engah
c. Pada sistem neuromeskuler terjadi: insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang
dan kelemahan secara umum
d. Pada sistem gastrointestinal terjadi: kehilangan nafsu makan, menolak maka,
dan diare.
4) Tanda kognitif
Hasil penelitian dari Siti (2015) menemukan bahwa tanda-tanda kognitif dari
kecemasan yaitu: perhatian terganggu, kesulitan berkonsentrasi, pelupa, kesalahan
dalam penilaian, hambatan berpikir, rendahnya kreatifitas, bingung, takut saat
kehilangan control, ketakutan akan cedera atau kematian, produktivitas berkurang
(Stuart, 1998)
8. Masalah Keperawatan
1. Ansietas
2. Koping tidak efektif
3. Harga diri rendah
4. Gangguan pola tidur
III. Pohon Masalah

Gangguan pola tidur

Ansietas

Gangguan konsep diri: HDR

Koping individu tidak efektif

Stressor
IV. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1. Ansietas b.d kekhawatiran mengalai kegagalan d.d merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah dan tegang.
Definisi: Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab:
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi fungsi keluarga
8) Hubungan orang tua anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (temperamen, mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (semisal toksin, polutan dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkomunikasi
2. Objektif
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak berdaya
2. Objektif
a) Frekuensi nafas meningkat
b) Frekuensi nadi meningkat
c) Diaforesis
d) Tremor
e) Muka tampak pucat
f) Suara bergetar
g) Kontak mata buruk
h) Sering berkemih
i) Berorientasi pada masa lalu
2. (D.0096) Koping tidak efektif b.d ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masalah d.d mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah, Tidak
mampu memenuhi peran yang diharapkan dan kekhawatiran kronis
Definisi: Koping tidak efektif adalah ketidakmampuan menilai dan dan merespons
stressor dan/atau ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk
megatasi masalah.
Penyebab:
1) Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi masalah
2) Ketidakadekuatan sistem pendukung
3) Ketidakadekuatan strategi koping
4) Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
5) Ketidakcukupan persiapa untuk menghadapi stresor
6) Disfungsi sistem keluarga
7) Krisis situasional
8) Krisis maturasional
9) Kerentanan personalitas
10) Ketidakpastian
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Subjektif
a) Mengungkapakan tidak mampu mengatasi masalah
2.Objektif
a) Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan (sesuai usia)
b) Menggunakan mekanisme kopingyang tidak sesuai
Gejala dan Tanda Minor:
1.Subjektif
a) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
b) Kekhawatiran kronis
2. Objektif
a) Penyalahgunaan zat
b) Memanipulasi orang lain untuk memenuhi keinginannya sendiri
c) Perilaku tidak asertif
d) Partisipasi sosial kurang
3. (D.0086) Harga diri rendah kronis b.d gangguan psikiatri d.d menilai diri negative,
merasa malu tidakmampu melakukan apapun, dan merasa tidak memiliki kelebihan
Definisi: Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negative terhadpa diri
sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang
berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus.
Penyebab:
1) Terpapar situasi traumatis
2) Kegagalan berulang
3) Kurangnya pengakuan dari orang lain
4) Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5) Gangguan psikiatri
6) Penguatan negatif berulang
7) Ketidaksesuaian budaya
Gejala dan Tanda Mayor:
1.Subjektif
a) Menilai diri negative (misalnya tidak berguna, tidak tertolong)
b) Merasa malu atau bersalah
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun
d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
f) Melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
2.Objektif
a) Enggan mencoba hal baru
b) Berjalan menunduk
c) Postur tubuh menunduk
Gejala dan Tanda Minor:
1.Subjektif
a) Merasa sulit konsentrasi
b) Sulit tidur
c) Mengungkapkan keputusasaan
2.Objektif
a) Kontak mata kurang
b) Lesu dan tidak bergairah
c) Berbicara pelan dan lirih
d) Pasif
e) Perilaku tidak asertif
f) Mencari penguatan secara berlebihan
g) Bergantung pada pendapat orang lain
h) Sulit membuat keputusan
4. (D.0055) Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur d.d mengeluh sulit tidur, sering
terjaga , pola tidur berubah dan istirahat tidak cukup
Definisi:Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal
Penyebab:
1) Hambatan lingkungan (misalnya kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan
atau pemeriksaan atau tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
2. Objektf
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor:
1.Subjektif
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2. Objektif
(tidak tersedia)
V. Rencana Keperawatan (SLKI - SIKI)
1. Tingkat Ansietas (L.09093)
1) Tujuan umum: Tingkat kecemasan pada pasien akan menurun sehingga
masalah anseitas akan teratasi
2) Tujuan khusus:
a) Verbalisasi kebingungan menurun
b) Verbalisasi kekhawatiran akibat kondisi yang dihadapi menurun
c) Perilaku gelisah menurun
d) Perilaku tegang menurun
e) Frekuensi pernapasan menurun
f) Frekuensi nadi menurun
g) Tekanan darah menurun
h) Pucat menurun
i) Konsentrasi membaik
j) Pola tidur membaik
k) Kontak mata membaik
3) Rencana Keperawatan (SIKI): Reduksi ansietas (I.09314)
a) Observasi:
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda ansietas (verbal dan non verbal)
b) Terapeutik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
c) Edukasi
1. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
5. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
d) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas
2. Status Koping (L.09086)
1) Tujuan umum: Pasien dapat menggunakan koping yang tepat untuk mengatasi
masalah.
2) Tujuan khusus:
a) Kemampuan memenuhi peran meningkat
b) Perilaku koping adaptif meningkat
c) Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah menigkat
3) Rencana Keperawatan (SIKI): Dukungan pengambilan keputusan (I.09265)
a) Observasi
1. Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang memicu
konflik.
b) Terapeutik
1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu membuat
pilihan
2. Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiaap solusi
3. Fasilitasi melihat situasi secara realistik
c) Edukasi
1. Informasikan alternatif solusi secara jelas
3. Harga diri (L.09069)
1) Tujuan umum: Meningkatkan harga diri pasien
2) Tujuan khusus:
a) Konsentrasi meningkat
b) Kontak mata meningkat
c) Kemampuan membuat keputusan meningkat
d) Perasaan malu menurun
3) Rencana Keperawatan (SIKI): Promosi harga diri (I.09308)
a) Observasi
1. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
2. Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
b) Terapeutik
1. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
2. Diskusikan kepercayan terhadap penilaian diri
3. Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
4. Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang
lebih tingi
5. Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan
yang jelas
c) Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan pada pasien
2. Latih cara berfikir dan berperilaku positif
3. Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan diri
4. Pola tidur (L.05045)
1) Tujuan umum: Pola tidur dan kualitas tidur membaik
2) Tujuan khusus:
a) Keluhan sulit menurun
b) Keluhan pola tidur berubah menurun
c) Keluhan istirahat tidak cukup menurun
3) Rencana Keperawatan (SIKI):
a) Observasi
1. Identifikasi pola aktifitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
b) Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan tidur
2. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
c) Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
VI. Daftar Pustaka

Carpenito,Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnose Keperawatan. Jakarta:EGC

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Keliat,budi anna.2010. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta:EGC

Mansjoer, A.. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I.. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta : Penerbit MocoMedia

Nursalam.2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitihan Ilmu Keperawatan Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

Prabowo,Eko.2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:Nuha Medika

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

B. FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Masalah Psikososial Kecemasan

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Nn.L (P) Tanggal Pengkajian : 31 Mei 2020

Umur : 21 Tahun RM No : 013356

Alamat : Jl. Kebon Pisang no. 17 Pekerjaan: Mahasiswa

Suku bangsa : Jawa Indonesia Agama: Islam

Pendidikan: Universitas Informan: Tn.A

II. ALASAN MASUK

Keluhan utama (gejala/perubahan perilaku yang menyebabkan klien dirawat)

Menurut pasien selama lebih dari 3 bulan, Pasien merasa tidak dapat berkonsentrasi, selalu
merasa cemas, gelisah , sering berkeringat, lebih suka menyendiri, dan sulit tidur. Karena
keluarganya merasa khawatir,klien di bawa ke rumah sakit jiwa pada tanggal 30 Mei 2020.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat biologis: Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.
2. Faktor Psikologis: Pasien termasuk tipe orang yang terbuka, sering menceritakan
keluh kesah yang dialaminya
3. Faktor Sosiobudaya-spiritual: Pasien termasuk orang yang taat beragama.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

IV. STRESSOR PRESIPITASI (Masalah/kejadian yang menjadi pencetus masalah)


1. Masalah Biologis / fisik: Pasien belum pernah mengalami penganiayaan fisik dalam
keluarga.
2. Masalah Psikologis: Pasien merasa tidak dapat berkonsentrasi dan selalu merasa
gelisah, lebih suka menyendiri dan sulit tidur.
3. Masalah Sosiobudaya Pasien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. STATUS PSIKOSOSIAL KECEMASAN


1. Konsep diri (pandangan klien terhadap dirinya)
a. Citra tubuh : Pasien menyukai bentuk tubuhnya
b. Identitas : Pasien dapat menjelaskan identitasnya dengan lengkap
c. Peran : Pasien berperan sebagai anak sulung dari 2 bersaudara, Pasien masih belajar
di salah satu universitas terkenal dan klien belum menikah.
d. Ideal diri : Pasien mengatakan ingin bekerja menjadi seorang dokter
e. Harga diri : Pasien merasa malu dengan orang tua dan teman-temannya karena merasa
tidak mampu mencapai prestasi terbaik di kampus

Aspek yang penting di kaji:

a. Kognitif : Kontak mata kurang , sulit membuat keputusan


b. Persepsi : Merasa dirinya tidak berguna
c. Afek emosi : Malu dan rasa bersalah
d. Perilaku / Behavior : Lebih suka menyendiri, berjalan menunduk

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronis

2. Kecemasan (tanda dan gejala)


a. Fisiologis : Muka tampak pucat, TTV meningkat, berkeringat, pola tidur berubah
b. Perilaku : Pasien banyak mondar-mandir dan meremas-remas tangan
c. Afektif : Gelisah, tengang, gugup
d. Kognitif : Tidak dapat berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan

Masalah Keperawatan : Ansietas (cemas sedang)

VI. PENGKAJIAN FISIK


1. Keadaan umum : Compos mentis
2. Kesadaran neurologis : -
3. Tanda Vital:
a. Tekanan darah: 130/90 mmHg
b. Suhu : 36ºC
c. Nadi : 90x/menit
d. RR : 18x/menit
4. Tinggi badan : 155 cm
5. Keluhan fisik : Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik
6. Hasil Pemeriksaan fisik : Sehat

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. AKTIFITAS SEHARI-HARI


1. Makan: Pasien mampu makan dan minum sendiri tanpa bantuan, frekuensi makan
sehari 3x, porsi habis
2. Personal Hygiene: Bersih
3. Berpakaian / berhias: Pasien dapat berpakaian sendiri dan dapat memakai baju dengan
benar
4. Istirahat dan tidur: Pasien mengeluh sulit tidur, pola tidur berubah, jam istirahat di
malam hari 4-6 jam.
5. Pemberian obat :
Haloperidol 1,5 mg 3x1
Clorprotizin 1x1.
6. Pemeliharaan Kesehatan: Pasien selalu minum obat yang diberikan perawat
7. Aktivitas di dalam rumah: Pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari seperti
mencuci pakaian, membereskan rumah, dll.
8. Aktivitas di luar rumah: Pasien mampu untuk pergi ke kampus, berbelanja, dll.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur

VIII. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR/MASALAH

Penilaian klien terhadap masalah yang sedang dihadapi

Tantangan √ Ancaman Bahaya

Jelaskan Pasien merasa berat dengan beban mata kuliahnya yang menurutnya sangat
sulit, .
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IX. SUMBER KOPING


1. Kemampuan personal: Pasien mampu mengurus dirinya sendiri
2. Dukungan Keluarga: Pasien di dukung keluarganya dalam setiap membuat keputusan
3. Dukungan sosial (teman dan masyarakat): Pasien mendapatkan dukungan dari teman-
temannya.
4. Aset material: -
5. Keyakinan (Keyakinan diri terhadap masalah, nilai personal, motivasi, dll): Pasien
yakin bisa menghadapi masalahnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

X. MEKANISME KOPING/CARA PENYELESAIAN MASALAH

√ Menggunakan defense mekanisme, sebutkan : menggunakan mekanisme pertahanan


ego diri dengan memendam permasalahannya, lari dari masalah, merasa gelisah, sulit
tidur, merasa tidak mampu mencapai prestasi terbaik.

√ Lari dari stessor

√ Mengabaikan masalah

Mencari Informasi

Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap permasalahan

√ Membandingkan kemampuan diri dengan orang lain

Problem sloving

Masalah Keperawatan : Koping tidak efektif

XI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Anseitas
2. Harga diri rendah
3. Koping tidak efektif
4. Gangguan pola tidur
XII. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

1. DS: Pasien merasa cemas, gelisah, sulit Anseitas


untuk berkonsentrasi, sering berkeringat,
lebih suka menyendiri, dan sulit tidur
selama lebih dari 3 bulan

DO: Pasien tampak gelisah, tegang,


muka tampak pucat, pola tidur berubah,
sulit berkonsentrasi, kontak mata kurang

TTV:

KU: Copos mentis

Tekanan darah: 130/90 mmHg

Suhu : 36ºC

Nadi : 90x/menit

RR : 18x/menit

Pemberian obat :

Haloperidol 1,5 mg 3x1

Clorprotizin 1x1.
2. DS: Pasien mengatakan merasa malu Harga diri rendah kronis
dengan orang tua dan teman-temannya
karena merasa tidak mampu mencapai
prestasi terbaik di kampus, sulit untuk
berkonaentrasi, kesulitan tidur, dan
gelisah selama lebih dari 3 bulan.

DO: : Kontak mata kurang , sulit


membuat keputusan, merasa dirinya
tidak berguna, malu, rasa bersalah,
berjalan menunduk, sulit tidur, sulit
berkonsentrasi

DS: Pasien mengatakan sering


3 memendam masalahnya, lebih suka Koping tidak efektif
menyendiri, merasa cemas bila tidak
menjadi yang nomor satu dikelasnya.

DO: Tidak mampu mengatasi masalah,


tidak mampu memenuhi peran yang
diharapkan, menggunakan mekanisme
koping yang tidak sesuai

DS: Pasieng mengatakan sulit tidur dan


merasa cemas.
4.. Gangguan pola tidur
DO: Pasien tampak pucat, mengeluh
sulit tidur, mengeluh istirahat tidak
cukup dan mengeluh pola tidur berubah.

XIII. POHON MASALAH

Ansietas

Gangguan konsep diri: HDR

Koping individu tidak efektif

Gangguan pola tidur

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. (D.0080) Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d tampak gelisah,
tampak tegang, muka tampak pucat, pola tidur berubah, sulit berkonsentrasi
2. (D.0086) Harga diri rendah kronis b.d kecemasan d.d Kontak mata kurang , sulit
membuat keputusan, merasa malu, sulit berkonsentrasi
3. (D.0096) Koping tidak efektif b.d ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masalah d.d Mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah, tidak
mampu memenuhi peran yang diharapkan, menggunakan mekanisme koping yang
tidak sesuai
4. (D.0055) Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur d.d mengeluh sulit tidur,
mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh pola tidur berubah

Malang, 1 Maret 2021


Mahasiswa,

Kelompok 2
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(berdasarkan prioritas)

Ruang : Gelatik

Nama Pasien : Nn.L

No. Register : 013356

No. DX TANGGAL TANGGAL TANDA


MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN TERATASI TANGAN

(D.0080) 31 Mei Ansietas b.d kekhawatiran mengalami 2 Juni 2020 Kel.2


2020 kegagalan d.d tampak gelisah, tampak
tegang, muka tampak pucat, pola tidur
berubah, sulit berkonsentrasi
Harga diri rendah kronis b.d kecemasan 2 Juni 2020 Kel.2
(D.0086)
31 Mei d.d Kontak mata kurang , sulit membuat
2020 keputusan, merasa malu, sulit
berkonsentrasi
Koping tidak efektif b.d 2 Juni 2020 Kel.2
(D.0096) 31 Mei ketidakpercayaan terhadap kemampuan
2020
diri mengatasi masalah d.d
Mengungkapkan tidak mampu
mengatasi masalah, tidak mampu
memenuhi peran yang diharapkan,
menggunakan mekanisme koping yang
tidak sesuai
Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol
(D.0055) 31 Mei 2 Juni 2020 Kel.2
tidur d.d mengeluh sulit tidur, mengeluh
2020
istirahat tidak cukup, mengeluh pola
tidur berubah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : Nn.L

NO. REG : 013356

NO DX DIAGNOSA TUJUAN
TGL KEPERAWATAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL TT
STANDART
31 (D.0080) Ansietas b.d Tujuan : setelah Reduksi ansietas (I09314) 1. Mengetahui perubahan Kel.
Mei kekhawatiran dilakukan tindakan pada tingkat ansitas pasien. 2
Observasi:
2020 mengalami keperawatan selama 2. Menentukan kemampuan
kegagalan d.d 3x24 jam, masalah 1. Identifikasi saat tingkat ansietas dalam pengambilan
tampak gelisah, anseitas dapat teratasi berubah (mis. Kondisi, waktu, keputusan
tampak tegang, dengan kriteria hasil: stressor) 3. Memantau tanda ansietas
muka tampak pucat, Tingkat Ansietas 2. Identifikasi kemampuan 4. Membina hubungan saling
pola tidur berubah, (L.09093) mengambil keputusan percaya kepada kepada
sulit berkonsentrasi 3. Monitor tanda ansietas (verbal pasien
1. Perilaku
dan non verbal) 5. Memberikan rasa aman
gelisah
untuk mengurangi
menurun dari Terapeutik
kecemasan
3 ke 5
1. Ciptakan suasana terapeutik 6. Berperilaku sebagai
2. Perilaku
untuk menumbuhkan pendengar yang baik
tegang
kepercayaan 7. Mendapatkan rasa
menurun dari
2. Temani pasien untuk kepercayaan dari pasien
3 ke 5
mengurangi kecemasan , jika 8. Mempersiapkan pasien
3. Pucat menurun
memungkinkan untuk mengetahui
dari 3 ke 5
3. Dengarkan dengan penuh pengertian, pengobatan,
4. Konsentrasi
perhatian dan prognosis dari
membaik dari
4. Gunakan pedekatan yang tenang penyakitnya.
3 ke 5 dan meyakinkan 9. Bekerja sama dengan
5. Pola tidur keluarga untuk
Edukasi
membaik dari kesembuhan pasien
3 ke 5 1. Informasikan secara factual 10. Membantu pasien untuk
mengenai diagnosis, mengungkapkan perasaan
pengobatan, dan prognosis dan pemikirannya.
2. Anjurkan keluarga untuk tetap 11. Mengurangi ketegangan
bersama pasien, jika perlu 12. Membantu pasien untuk
3. Anjurkan mengungkapkan mengahadapi stessor.
perasaan dan persepsi 13. Meredakan kecemasan
4. Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi ketegangan
5. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Kolaborasi

31 1. Kolaborasi pemberian obat anti


Harga diri rendah
Mei anxietas
kronis b.d
2020 (D.0086) Tujuan : setelah
kecemasan d.d Promosi harga diri (I.09308)
dilakukan tindakan
Kontak mata 1. Mengamati pengungkapan Kel.
keperawatan selama Observasi
kurang , sulit bahasa untuk merendahkan 2
3x24 jam, masalah
membuat keputusan, 1. Monitor verbalisasi yang diri sendiri
harga diri rendah
merasa malu, sulit merendahkan diri sendiri 2. Mengontrol tingkat harga
kronis dapat teratasi
berkonsentrasi. 2. Monitor tingkat harga diri setiap diri pasien setiap waktu
dengan kriteria hasil:
waktu, sesuai kebutuhan 3. Membantu pasien untuk
Harga diri (L.09069)
meningkatkan harga
Terapeutik
1. Konsentrasi dirinya
4. Membicarakan tentang
meningkat dari 1. Motivasi terlibat dalam kepercayaan diri
3 ke 5 verbalisasi positif untuk diri 5. Membantu meningkatkan
2. Kontak mata sendiri harga diri
meningkat dari 2. Diskusikan kepercayan terhadap 6. Membantu menetapkan
3 ke 5 penilaian diri tujuan sesuai kemampuan
3. Kemampuan 3. Diskusikan pengalaman yang 7. Bekerjsama dengan
membuat meningkatkan harga diri keluarga utuk harapan dan
keputusan 4. Diskusikan penetapan tujuan batasan yang jelas
meningkat dari realistis untuk mencapai harga 8. Meberitahu kepada
3 ke 5 diri yang lebih tingi keluarga untuk mendukung
4. Perasaan malu 5. Diskusikan bersama keluarga pasien
menurun dari untuk menetapkan harapan dan 9. Mengajarkan cara berfikir
3 ke 5 batasan yang jelas dan berperilaku positif
10. Mengajarkan cara
Edukasi
meningkatkan kepercayaan
1. Jelaskan kepada keluarga pada kemampuan diri
pentingnya dukungan pada
pasien
2. Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
3. Latih meningkatkan
kepercayaan pada kemampuan
diri
31 Koping tidak efektif
Mei b.d ketidakpercayaan Dukungan pengambilan keputusan
(D.0096) Tujuan : setelah Kel.
2020 terhadap (I.09265) 1. Mengetahui cara berpikir
dilakukan tindakan 2
kemampuan diri tentang masalah yang
keperawatan selama Observasi
mengatasi masalah menyebabkan konflik
3x24 jam, masalah
1. Identifikasi persepsi mengenai
d.d Mengungkapkan koping tidak efektif masalah dan informasi yang 2. Memfasilitasi untuk
tidak mampu dapat teratasi dengan memicu konflik. membantu membuat
mengatasi masalah, kriteria hasil: Status keputusan
Terapeutik
tidak mampu Koping (L.09086) 3. Memberikan pilihan
memenuhi peran 1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai tentang kelebihan dan
1. Kemampuan
yang diharapkan, dan harapan yang membantu kekurangan dari setiap
memenuhi
menggunakan membuat pilihan solusi
peran
mekanisme koping 2. Diskusikan kelebihan dan 4. Membantu untuk melihat
meningkat dari
yang tidak sesuai. kekurangan dari setiaap solusi situasi secara realistic
3 ke 5
3. Fasilitasi melihat situasi secara 5. Memberikan penjelasan
2. Perilaku
realistik alternative solusi
koping adaptif
meningkat dari Edukasi
3 ke 5
1. Informasikan alternatif solusi
3. Verbalisasi
secara jelas
kemampuan
mengatasi
masalah
menigkat dari
3 ke 5
31
Gangguan pola tidur Dukungan tidur (I.05174)
Mei
(D.0055) b.d kurang kontrol Kel.
2020 Tujuan: setelah Observasi 1. Mengetahui pola aktiftas
tidur d.d mengeluh 2
dilakukan tindakan dan tidur
sulit tidur, mengeluh 1. Identifikasi pola aktifitas dan
keperawatan selama 2. Mengetahui faktor
istirahat tidak cukup, tidur pengganggu
3x24 jam, masalah
mengeluh pola tidur 2. Identifikasi faktor pengganggu
gangguan pola tidur 3. Merubah lingkungan tidur
berubah tidur
dapat teratasi dengan 4. Membantu menghilangkan
kriteria hasil: Pola
tidur (L.05045) Terapeutik stress sebelum tidur
5. Menetapkan jadwal tidur
1. Keluhan sulit 1. Modifikasi lingkungan tidur
6. Memberikan kenyamanan
menurun dari 2. Fasilitasi menghilangkan stress
7. Memberi informasi tentang
3 ke 5 sebelum tidur
pentingnya cukup tidur
2. Keluhan pola 3. Tetapkan jadwal tidur rutin
8. Menetapkan kebiasaan
tidur berubah 4. Lakukan prosedur untuk
waktu tidur
menurun dari meningkatkan kenyamanan
3 ke 5
Edukasi
3. Keluhan
istirahat tidak 1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
cukup 2. Anjurkan menepati kebiasaan
menurun dari waktu tidur
3 ke 5
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Nn.L Ruangan : Gelatik RM No. : 013356

NO
Dx Tanggal EVALUASI
& jam
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai