Oleh
Dian Ramadhani (P17210193051)
Nn.L berumur 21 tahun seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jawa jurusan
Kedokteran. Beragama Islam bertempat tinggal di Jl Kebon Pisang no.17. Nn.L selama lebih
dari 3 bulan, Nn.L merasa tidak dapat berkonsentrasi, selalu merasa cemas, gelisah, sering
berkeringat, lebih suka menyendiri, dan sulit tidur. Karena keluarganya merasa khawatir,dia
di bawa ke rumah sakit jiwa pada tanggal 30 Mei 2020. Nn.L termasuk tipe orang yang
terbuka, sering menceritakan keluh kesahnya dan belum pernah mengalami penganiayaan
fisik dalam keluarga., dari riwayat keluarga juga tidak ada yang mengalami penyakit
gangguan jiwa, pada waktu kuliah Nn.L merasa berat dengan beban mata kuliahnya yang
menurutnya sangat sulit. Dia terus berusaha tetapi hasilnya negatif sehingga klien merasa
cemas bila tidak menjadi yang nomor satu dikelasnya. Karena hal itulah Nn.L sering
memendam masalahnya. Setelah di periksa, Ny.L terdiagnosa mengalami Kecemasan, data
yang di peroleh yaitu muka tampak pucat, kontak mata kurang, mengatakan tidak mampu
mengatasi maslaah, TTV ( S: 36ºC, N: 90 x/menit. Td: 130/90 mmHg, RR: 18x/menit) dan
harus di rawat, akhirnya Nn.L di rawat di ruang Gelatik dengan no RM 013356.Mendapat
terapi obat Haloperidol 1,5 mg 3x1, dan Clorprotizin 1x1.
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin
“angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik (Trismiati, 2004).
Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut yang penyebabnya tidak
diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang jelas dan dapat dipahami (Stuart,
2007).
Menurut Lynn S. Bickley (2009) Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi
pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian
klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian
lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak
diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998)
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sama disertai
respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif & Kusuma, 2013).
2. Rentang Respon
Kecemasan atau Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas. Lama ansietas yang dialami, dan
seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam,
Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan,
sedang, berat dan panik.
1) Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
1. Ketegangan otot ringan
2. Sadar akan lingkungan
3. Rileks atau sedikit gelisah
4. Penuh perhatian
5. Rajin
b. Respon kognitif
1. Lapang persepsi luas
2. Terlihat tenang, percaya diri
3. Perasaan gagal sedikit
4. Waspada dan memperhatikan banyak hal
5. Mempertimbangkan informasi
6. Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
1. Perilaku otomatis
2. Sedikit tidak sadar
3. Aktivitas menyendiri
4. Terstimulasi
5. Tenang
2) Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik
1. Ketegangan otot sedang
2. Tanda-tanda vital meningkat
3. Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4. Sering mondar-mandir, memukul tangan
5. Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
6. Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
7. Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
1. Lapang persepsi menurun
2. Tidak perhatian secara selektif
3. Fokus terhadap stimulus meningkat
4. Rentang perhatian menurun
5. Penyelesaian masalah menurun
6. Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
1. Tidak nyaman
2. Mudah tersinggung
3. Kepercayaan diri goyah
4. Tidak sabar
5. Gembira
3) Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
1. Ketegangan otot berat
2. Hiperventilasi
3. Kontak mata buruk
4. Pengeluaran keringat meningkat
5. Bicara cepat, nada suara tinggi
6. Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7. Rahang menegang, mengertakan gigi
8. Mondar-mandir, berteriak
9. Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
1. Lapang persepsi terbatas
2. Proses berpikir terpecah-pecah
3. Sulit berpikir
4. Penyelesaian masalah buruk
5. Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6. Hanya memerhatikan ancaman
7. Preokupasi dengan pikiran sendiri
8. Egosentris
c. Respons emosional
1. Sangat cemas
2. Agitasi
3. Takut
4. Bingung
5. Merasa tidak adekuat
6. Menarik diri
7. Penyangkalan
8. Ingin bebas
4) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
1. Flight, fight, atau freeze
2. Ketegangan otot sangat berat
3. Agitasi motorik kasar
4. Pupil dilatasi
5. Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
6. Tidak dapat tidur
7. Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
8. Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
1. Persepsi sangat sempit
2. Pikiran tidak logis, terganggu
3. Kepribadian kacau
4. Tidak dapat menyelesaikan masalah
5. Fokus pada pikiran sendiri
6. Tidak rasional
7. Sulit memahami stimulus eksternal
8. Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
1. Merasa terbebani
2. Merasa tidak mampu, tidak berdaya
3. Lepas kendali
4. Mengamuk, putus asa
5. Marah, sangat takut
6. Mengharapkan hasil yang buruk
7. Kaget, takut
8. Lelah
3. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa :
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat
tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
a. Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
5. Sumber Koping
6. Mekanisme Koping
1) Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi
masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
2) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses
dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan
makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi
hal-hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
klien. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
7. Perilaku (Tanda dan Gejala)
1) Tanda perilaku
Menurut Stuart & Sundeen (1998) tanda-tanda perilaku dari kecemasan yaitu:
kegelisahan, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi,
menarik dan menahan diri, menghindar, dan tampak waspada.
2) Tanda afektif
Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda-tanda afektif dari kecemasan yaitu: distres,
kesedihan yang mendalam, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri
sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup senang berlebihan, rasa nyeri
yang meningkatkan ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang
persisten, bingung, menyesal, ragu/tidak percaya diri dan khawatir
3) Tanda fisiologis
Menurut Sundeen (1998) tanda-tanda fisiologis dari kecemasan yaitu:
a. Pada sistem kardiovaskuler terjadi: jantung berdebar, tekanan darah
meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi dan tekanan darah turun
b. Pada sistem saluran pernafasan terjadi: nafas cepat, pernafasan dangkal, rasa
tertekan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, rasa tercekik dan
terengah-engah
c. Pada sistem neuromeskuler terjadi: insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang
dan kelemahan secara umum
d. Pada sistem gastrointestinal terjadi: kehilangan nafsu makan, menolak maka,
dan diare.
4) Tanda kognitif
Hasil penelitian dari Siti (2015) menemukan bahwa tanda-tanda kognitif dari
kecemasan yaitu: perhatian terganggu, kesulitan berkonsentrasi, pelupa, kesalahan
dalam penilaian, hambatan berpikir, rendahnya kreatifitas, bingung, takut saat
kehilangan control, ketakutan akan cedera atau kematian, produktivitas berkurang
(Stuart, 1998)
8. Masalah Keperawatan
1. Ansietas
2. Koping tidak efektif
3. Harga diri rendah
4. Gangguan pola tidur
III. Pohon Masalah
Ansietas
Stressor
IV. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1. Ansietas b.d kekhawatiran mengalai kegagalan d.d merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah dan tegang.
Definisi: Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab:
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi fungsi keluarga
8) Hubungan orang tua anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (temperamen, mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (semisal toksin, polutan dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkomunikasi
2. Objektif
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak berdaya
2. Objektif
a) Frekuensi nafas meningkat
b) Frekuensi nadi meningkat
c) Diaforesis
d) Tremor
e) Muka tampak pucat
f) Suara bergetar
g) Kontak mata buruk
h) Sering berkemih
i) Berorientasi pada masa lalu
2. (D.0096) Koping tidak efektif b.d ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masalah d.d mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah, Tidak
mampu memenuhi peran yang diharapkan dan kekhawatiran kronis
Definisi: Koping tidak efektif adalah ketidakmampuan menilai dan dan merespons
stressor dan/atau ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk
megatasi masalah.
Penyebab:
1) Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi masalah
2) Ketidakadekuatan sistem pendukung
3) Ketidakadekuatan strategi koping
4) Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
5) Ketidakcukupan persiapa untuk menghadapi stresor
6) Disfungsi sistem keluarga
7) Krisis situasional
8) Krisis maturasional
9) Kerentanan personalitas
10) Ketidakpastian
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Subjektif
a) Mengungkapakan tidak mampu mengatasi masalah
2.Objektif
a) Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan (sesuai usia)
b) Menggunakan mekanisme kopingyang tidak sesuai
Gejala dan Tanda Minor:
1.Subjektif
a) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
b) Kekhawatiran kronis
2. Objektif
a) Penyalahgunaan zat
b) Memanipulasi orang lain untuk memenuhi keinginannya sendiri
c) Perilaku tidak asertif
d) Partisipasi sosial kurang
3. (D.0086) Harga diri rendah kronis b.d gangguan psikiatri d.d menilai diri negative,
merasa malu tidakmampu melakukan apapun, dan merasa tidak memiliki kelebihan
Definisi: Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negative terhadpa diri
sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang
berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus.
Penyebab:
1) Terpapar situasi traumatis
2) Kegagalan berulang
3) Kurangnya pengakuan dari orang lain
4) Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5) Gangguan psikiatri
6) Penguatan negatif berulang
7) Ketidaksesuaian budaya
Gejala dan Tanda Mayor:
1.Subjektif
a) Menilai diri negative (misalnya tidak berguna, tidak tertolong)
b) Merasa malu atau bersalah
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun
d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
f) Melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
2.Objektif
a) Enggan mencoba hal baru
b) Berjalan menunduk
c) Postur tubuh menunduk
Gejala dan Tanda Minor:
1.Subjektif
a) Merasa sulit konsentrasi
b) Sulit tidur
c) Mengungkapkan keputusasaan
2.Objektif
a) Kontak mata kurang
b) Lesu dan tidak bergairah
c) Berbicara pelan dan lirih
d) Pasif
e) Perilaku tidak asertif
f) Mencari penguatan secara berlebihan
g) Bergantung pada pendapat orang lain
h) Sulit membuat keputusan
4. (D.0055) Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur d.d mengeluh sulit tidur, sering
terjaga , pola tidur berubah dan istirahat tidak cukup
Definisi:Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal
Penyebab:
1) Hambatan lingkungan (misalnya kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan
atau pemeriksaan atau tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan Tanda Mayor:
1. Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
2. Objektf
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor:
1.Subjektif
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2. Objektif
(tidak tersedia)
V. Rencana Keperawatan (SLKI - SIKI)
1. Tingkat Ansietas (L.09093)
1) Tujuan umum: Tingkat kecemasan pada pasien akan menurun sehingga
masalah anseitas akan teratasi
2) Tujuan khusus:
a) Verbalisasi kebingungan menurun
b) Verbalisasi kekhawatiran akibat kondisi yang dihadapi menurun
c) Perilaku gelisah menurun
d) Perilaku tegang menurun
e) Frekuensi pernapasan menurun
f) Frekuensi nadi menurun
g) Tekanan darah menurun
h) Pucat menurun
i) Konsentrasi membaik
j) Pola tidur membaik
k) Kontak mata membaik
3) Rencana Keperawatan (SIKI): Reduksi ansietas (I.09314)
a) Observasi:
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda ansietas (verbal dan non verbal)
b) Terapeutik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
c) Edukasi
1. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
5. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
d) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas
2. Status Koping (L.09086)
1) Tujuan umum: Pasien dapat menggunakan koping yang tepat untuk mengatasi
masalah.
2) Tujuan khusus:
a) Kemampuan memenuhi peran meningkat
b) Perilaku koping adaptif meningkat
c) Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah menigkat
3) Rencana Keperawatan (SIKI): Dukungan pengambilan keputusan (I.09265)
a) Observasi
1. Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang memicu
konflik.
b) Terapeutik
1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu membuat
pilihan
2. Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiaap solusi
3. Fasilitasi melihat situasi secara realistik
c) Edukasi
1. Informasikan alternatif solusi secara jelas
3. Harga diri (L.09069)
1) Tujuan umum: Meningkatkan harga diri pasien
2) Tujuan khusus:
a) Konsentrasi meningkat
b) Kontak mata meningkat
c) Kemampuan membuat keputusan meningkat
d) Perasaan malu menurun
3) Rencana Keperawatan (SIKI): Promosi harga diri (I.09308)
a) Observasi
1. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
2. Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
b) Terapeutik
1. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
2. Diskusikan kepercayan terhadap penilaian diri
3. Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
4. Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang
lebih tingi
5. Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan
yang jelas
c) Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan pada pasien
2. Latih cara berfikir dan berperilaku positif
3. Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan diri
4. Pola tidur (L.05045)
1) Tujuan umum: Pola tidur dan kualitas tidur membaik
2) Tujuan khusus:
a) Keluhan sulit menurun
b) Keluhan pola tidur berubah menurun
c) Keluhan istirahat tidak cukup menurun
3) Rencana Keperawatan (SIKI):
a) Observasi
1. Identifikasi pola aktifitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
b) Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan tidur
2. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
c) Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
VI. Daftar Pustaka
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A.. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I.. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta : Penerbit MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
I. IDENTITAS KLIEN
Menurut pasien selama lebih dari 3 bulan, Pasien merasa tidak dapat berkonsentrasi, selalu
merasa cemas, gelisah , sering berkeringat, lebih suka menyendiri, dan sulit tidur. Karena
keluarganya merasa khawatir,klien di bawa ke rumah sakit jiwa pada tanggal 30 Mei 2020.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat biologis: Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.
2. Faktor Psikologis: Pasien termasuk tipe orang yang terbuka, sering menceritakan
keluh kesah yang dialaminya
3. Faktor Sosiobudaya-spiritual: Pasien termasuk orang yang taat beragama.
Jelaskan Pasien merasa berat dengan beban mata kuliahnya yang menurutnya sangat
sulit, .
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
√ Mengabaikan masalah
Mencari Informasi
Problem sloving
NO DATA MASALAH
TTV:
Suhu : 36ºC
Nadi : 90x/menit
RR : 18x/menit
Pemberian obat :
Clorprotizin 1x1.
2. DS: Pasien mengatakan merasa malu Harga diri rendah kronis
dengan orang tua dan teman-temannya
karena merasa tidak mampu mencapai
prestasi terbaik di kampus, sulit untuk
berkonaentrasi, kesulitan tidur, dan
gelisah selama lebih dari 3 bulan.
Ansietas
Kelompok 2
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(berdasarkan prioritas)
Ruang : Gelatik
NO DX DIAGNOSA TUJUAN
TGL KEPERAWATAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL TT
STANDART
31 (D.0080) Ansietas b.d Tujuan : setelah Reduksi ansietas (I09314) 1. Mengetahui perubahan Kel.
Mei kekhawatiran dilakukan tindakan pada tingkat ansitas pasien. 2
Observasi:
2020 mengalami keperawatan selama 2. Menentukan kemampuan
kegagalan d.d 3x24 jam, masalah 1. Identifikasi saat tingkat ansietas dalam pengambilan
tampak gelisah, anseitas dapat teratasi berubah (mis. Kondisi, waktu, keputusan
tampak tegang, dengan kriteria hasil: stressor) 3. Memantau tanda ansietas
muka tampak pucat, Tingkat Ansietas 2. Identifikasi kemampuan 4. Membina hubungan saling
pola tidur berubah, (L.09093) mengambil keputusan percaya kepada kepada
sulit berkonsentrasi 3. Monitor tanda ansietas (verbal pasien
1. Perilaku
dan non verbal) 5. Memberikan rasa aman
gelisah
untuk mengurangi
menurun dari Terapeutik
kecemasan
3 ke 5
1. Ciptakan suasana terapeutik 6. Berperilaku sebagai
2. Perilaku
untuk menumbuhkan pendengar yang baik
tegang
kepercayaan 7. Mendapatkan rasa
menurun dari
2. Temani pasien untuk kepercayaan dari pasien
3 ke 5
mengurangi kecemasan , jika 8. Mempersiapkan pasien
3. Pucat menurun
memungkinkan untuk mengetahui
dari 3 ke 5
3. Dengarkan dengan penuh pengertian, pengobatan,
4. Konsentrasi
perhatian dan prognosis dari
membaik dari
4. Gunakan pedekatan yang tenang penyakitnya.
3 ke 5 dan meyakinkan 9. Bekerja sama dengan
5. Pola tidur keluarga untuk
Edukasi
membaik dari kesembuhan pasien
3 ke 5 1. Informasikan secara factual 10. Membantu pasien untuk
mengenai diagnosis, mengungkapkan perasaan
pengobatan, dan prognosis dan pemikirannya.
2. Anjurkan keluarga untuk tetap 11. Mengurangi ketegangan
bersama pasien, jika perlu 12. Membantu pasien untuk
3. Anjurkan mengungkapkan mengahadapi stessor.
perasaan dan persepsi 13. Meredakan kecemasan
4. Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi ketegangan
5. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Kolaborasi
NO
Dx Tanggal EVALUASI
& jam
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN