Anda di halaman 1dari 70

ASKEP

AGREGATE
BALITA
KELOMPOK 1
MEET THE TEAM

DELLA APRILIA
AULIA AZZAHRA FAUZIAH M SHYAWMI I
M
1910711019 1910711021 1910711022
1910711020

WINDA NARILIA NEVIN ZHASMIN


SALSA BILLA T
E M
1910711025
1910711023 1910711026
GIZI
BURUK
PENGERTI
AN
Keadaan gizi balita yang ditandai
dengan kondisi sangat kurus,
disertai atau tidak edema pada PREVALEN
kedua punggung kaki
SI
Tahun 2018, Riskesdas
menunjukan prevalensi stunting
pada anak usia di bawah dua tahun
sebesar 29,9 %
FAKTOR RISIKO
Sikap Ibu Terhadap Sanitasi
Makanan Lingkungan
TANDA GEJALA

Kurus Kulit bersisik

Sering gelisah Perut cembung

Rambut rusak Menderita


anemia
KOMPLIKASI

Rentan mengalami
Infertilitas
infeksi

Gagal Jantung Risiko


Gagal Ginjal
Osteoporosis
PENCEGAHAN

01 02 03
Mencukupi kebutuhan Asi ekslusif 6 bulan Pemberdayaan
nutrisi anak (BBL) masyarakat miskin

04 05 06
Edukasi masyarakat Mempermudah akses Kebijakan untuk
hidup sehat pelayanan sosial masyarakat & pertanian
STUNTING
PENGERTI
AN
Stunting: Kondisi dimana balita
memiliki tinggi badan yang kurang
dibandingkan dengan umur

PREVALEN
SI
● Sekitar 37% (hampir 9 juta)
balita mengalami stunting
● Indonesia masuk ke-5 negara
dengan penderita terbesar di
dunia
FAKTOR RESIKO
1 2 3 4

ASI
Asupan Gizi Riwayat BBLR
Eksklusif
Kehamilan
Etiologi

01 Malnutrisi

02 Penyakit

Nutrisi ibu
03 hamil
TANDA GEJALA
Pertumbuhan Usia 8-10
Melambat menjadi pendiam
Wajah lebih
muda dibanding IQ Memburuk
usianya
Tanda Pubertas Pertumbuhan
melambat Gigi melambat
KOMPLIKASI

A B
Jangka
Jangka Panjang
Pendek
● Terganggunya perkembangan otak ● Kemampuan kognitif turun
● Gangguan metabolisme tubuh ● Kekebalan tubuh turun
● Gangguan pertumbuhan fisik ● Resiko tinggi munculnya
penyakit kronis
PENCEGAHAN

Penuhi kebutuhan Menjaga


gizi bayi sejak ibu Kebersihan
mengandung Lingkungan

ASI Ekslusif ASI Eksklusif + MP-


sampai bayi Pantau tumbuh
ASI saat bayi 6 bulan
berusia 6 bulan kembang
keatas
KEBIJAKAN PEMERINTAH
A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN) 2005-2025
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019
C. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011
D. UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
E. PP no 33tahun 2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif
F. Perpres No 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
G. Kepmenkes No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu
ANEMIA
PADA
BALITA
A.PENGERTI
AN

World Health Organization (WHO)


(2017) menyebutkan anemia adalah
kondisi jumlah sel darah merah tidak
mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis tubuh yang dapat
menyebabkan aliran oksigen
berkurang ke organ tubuh
B.
PREVALENSI
Angka kejadian anemia di Indonesia
terbilang masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018,
prevalensi anemia pada remaja sebesar
32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja
menderita anemia. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi
yang tidak optimal dan kurangnya
aktivitas fisik.
C. ETIOLOGI
1. Anemia Defisiensi Besi
Karena kekurangan zat besi dalam tubuh
2. Anemia Hemolitik
Ketika penghancuran eritrosit lebih cepat dari
pembentukannya
3. Anemia karena perdarahan
Akibat perdarahan hebat yang terjadi dalam
waktu lama/seketika
4. Anemia Aplastik
Akibat sumsum tulang tidak mampu
menghasilkan sel darah merah dengan
optimal
D. FAKTOR
RISIKO
● Riwayat Keturunan
● Usia
● Kekurangan vitamin dan zat besi
● Gangguan Pencernaan
● Kehamilan
● Penyakit Kronis
● Faktor Lain
E. MANIFESTASI
KLINIK
● Lemas dan cepat lelah
● Sakit kepala dan pusing
● Sering mengantuk, misalnya
mengantuk setelah makan
● Kulit terlihat pucat atau kekuningan
● Detak jantung tidak teratur
● Napas pendek
● Nyeri dada
● Dingin di tangan dan kaki
F. KOMPLIKASI
Kelelahan berat. anemia dapat menimbulkan kelelahan berat
pada penderitanya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Rentan terkena infeksi. Dapat berpengaruh pada kemampuan
sistem imun dalam memerangi berbagai patogen
Komplikasi dan gangguan kehamilan. Berisiko mengalami
gangguan kehamilan dan perkembangan janin.
Gangguan jantung. Menyebabkan detak jantung menjadi tidak
beraturan (aritmia) akibat memompa darah lebih keras.
Kematian. Beberapa anemia yang bersifat bawaan, seperti
anemia sel sabit, bisa menjadi serius dan mengancam hidup
penderitanya.
G. PENCEGAHAN
Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti
daging, sereal, kacang-kacangan, sayuran
berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan

Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan


produk turunannya, serta makanan berbahan
dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.

Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk,


melon, tomat, dan stroberi.
GANGGUAN
TUMBUH
KEMBANG
1. PENGERTI
AN

Gangguan tumbuh kembang adalah


kondisi individu mengalami
gangguan kemampuan bertumbuh
dan berkembang sesuai dengan
kelompok usia. (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016).
2. PREVALENSI
Populasi anak di Indonesia menunjukkan sekitar 33% dari total
populasi yaitu sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah populasi
anak akan meningkat (Sugeng et al., 2019). Sementara,
Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa 0,4 juta (16%) balita
di Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik
perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran,
kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
3. ETIOLOGI
Chesney telah melakukan penelitian mengenai penyebab gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak dikarenakan beberapa faktor
diantaranya: kurangnya perhatian dari orang tua, tidak lengkapnya imunisasi
di usia dini, keracunan makanan (Chesney, 2013).
4. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh kembang anak :

Faktor luar Faktor dalam


(eksternal) yang (internal) yang
berpengaruh berpengaruh
pada tumbuh pada tumbuh
kembang anak kembang anak
4.1 FAKTOR INTERNAL

01 02 03
TURUNAN KELUARGA HORMON
Warisan itu yang
diturunkan antara lain Keluarga, tempat anak Ada hormon yang
bentuk tubuh, raut muka, diasuh dan dibesarkan, mempengaruhi pertumbuhan
warna kulit, intelegensi, berpengaruh besar terhadap anak yaitu: somatotropin,
bakat, sifat-sifat atau perkembangan anak, hormon tiroid, hormon
watak, dan penyakit gonadotropin, estrogen
4.2 FAKTOR EKSTERNAL

01 02 03
F. F. PASCA
F. PRENATAL PERSALINAN PERSALINAN
Meliputi: Gizi, Penyakit
Meliputi: Gizi, Radiasi, Komplikasi persalinan pada
Infeksi, Kelainan Kronis/Kelainan Kongenital,
bayi seperti trauma kepala, Lingkungan Fisik dan Kimia,
Imunologi, Psikologi asfiksia dapat menyebabkan Psikologis, Endokrin, Sosio-
Ibu kerusakan jaringan otak. ekonomi, Lingkungan pengasuhan,
Stimulasi, Obat-obatan.
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda gangguan perkembangan motorik kasar
● Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh
bagian kiri dan kanan.
● Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari
usia 6 bulan
● Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
● Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
● Adanya gerakan yang tidak terkontrol
5.1 MANIFESTASI KLINIS
2. Tanda gangguan motorik halus
❏ Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
❏ Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
❏ Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat
dominan setelah usia 14 bulan
❏ Perhatian penglihatan yang inkonsisten
5.2 MANIFESTASI KLINIS
3. Tanda gangguan bahasa dan bicara (ekspresif)
❏ Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu
benda pada usia 20 bulan
❏ Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
❏ Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
5.3 MANIFESTASI KLINIS

4. Tanda gangguan bahasa dan bicara (reseptif)


❏ Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat
dipanggil tidak selalu member respons
❏ Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan
orang lain pada usia 20 bulan
❏ Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
5.4 MANIFESTASI KLINIS
5. Tanda gangguan sosio-emosional
❏ 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
❏ 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
❏ 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
❏ 15 bulan: belum ada kata
❏ 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
❏ 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
❏ Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi / interaksi
5.5 MANIFESTASI KLINIS
6. Tanda gangguan kognitif
❏ 2 bulan: kurangnya fixation
❏ 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
❏ 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara
❏ 9 bulan: belum babbling seperti mama, baba
❏ 24 bulan: belum ada kata berarti
❏ 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata
6. KOMPLIKASI
★ Gangguan Berbicara dan Bahasa,
★ Cerebral palsy
★ Sindrom Down,
★ Perawakan Pendek,
★ Gangguan Autisme,
★ Retardasi Mental,
★ Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hyperaktivitas (GPPH)
7. PENCEGAHAN
1) Melakukan stimulasi yang memadai
2) Melakukan deteksi dini tumbuh kembang
3) Menganjurkan orangtua untuk memberikan makanan bergizi
seimbang untuk anaknya,
4) Intervensi jika terdapat gangguan tumbuh kembang pada
anaknya
8. KEBIJAKAN PEMERINTAH
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2014 Tentang
pemantauan, pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang anak yaitu : Stimulasi,
deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar (SDIDTK).

Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk
dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang
terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya
penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan
perkembangan dan penyimpangan mental emosional (Departemen Kesehatan RI, 2014; IDAI, 2016).
COVID 19
PADA
BALITA
A.Pengertian

Infeksi virus Corona, atau yang dikenal juga dengan


sebutan COVID-19, merupakan penyakit yang menyerang
sistem pernapasan. Penderita COVID-19 sejauh ini
kebanyakan adalah orang dewasa. Namun, kasus pada
anak-anak juga telah dilaporkan, termasuk pada balita.
B. Prevalensi

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr.
Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, mengatakan bahwa kasus Covid-19 pada
anak di Indonesia sekitar 11-12 persen. Ini termasuk kasus Covid-19
anak yang tertinggi di dunia. Jumlah kematian anak balita selama
pandemi meningkat hampir 50 persen. Setidaknya ada 1.000 kematian
anak di Indonesia setiap minggunya.
C. Etiologi
Penyebab anak terinfeksi virus Corona salah satunya setelah berkunjung ke negara atau wilayah
yang terinfeksi COVID-19. Selain itu, tertular dari orang dewasa yang dinyatakan positif
terinfeksi virus Corona bila daya tahan tubuh anak rendah.

D. Faktor Resiko
● Sistem imun yang belum matang,
● Anak yang terkena malnutrisi
● Imunisasi yang tidak lengkap, terutama vaksin terkait pneumonia (DPT, HiB, Campak, PVC
dan Influenza)
E. Manifestasi Klinis
● Gejala sistemik: demam, miaise, fatigue, nyeri kepala, myalgia
● Gejala saluran pemapasan: batuk, pilek, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, sesak napas
● Gejala lain: diare, mual, muntah

F. Komplikasi
● Ruam di kulit
● Gangguan pada organ non saluran pernapasan, misalnya jantung dan otak
● Gangguan saraf
● Gangguan pernapasan
● Gangguan pencernaan
G. Pencegahan
● Memberi pengertian pada anak untuk beraktifitas di dalam rumah. Jelaskan prinsip physical
distancing, menjaga jarak dengan orang lain minimal 1,5 m.
● Membiasakan anak mencuci tangannya dengan air bersih dan sabun lebih sering yaitu sebelum
makan, setelah buang air, sebelum dan setelah melakukan aktivitas (bermain, menyentuh hewan,
dsb). Penggunaan hand sanitizer hanya alternative apabila tidak tersedia air mengalir dan sabun,
misalnya jika jauh dari sarana cuci tangan.
● Mengingatkan anak untuk tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
● Memakai masker saat memerlukan ke luar rumah untuk mencegah penularan melalui batuk dan
bersin.
● Segera mandi, cuci rambut dan mengganti baju sesampainya di rumah setelah berpergian.
● Membersihkan benda-benda yang sering disentuh seperti perabot, gagang pintu, mainan,
gawai dan lain-lain dengan desinfektan secara berkala.
● Orang tua mengajari anak untuk menerapkan praktik pencegahan infeksi dengan metode
menarik.
● Etika bersin, batuk
Gunakan boneka untuk menunjukkan gejala bersin, batuk dan menutup bersin atau batuk
dengan siku tangan.
● Cara memakai masker
a. Ajari anak mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai masker
b. Pastikan masker menutup mulut, hidung dan dagu
c. Hindari menyentuh masker saat memakainya, minta anak mencuci tangan jika menyentuh
masker
d. Melepas masker dengan hanya menyentuh talinya untuk segera dicuci
H. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga negara termasuk anak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah no 2
tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan. Pelayanan Kesehatan Balita didalamnya meliputi pemantauan pertumbuhan,
perkembangan, pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, kapsul vitamin A dan tatalaksana balita
sakit jika diperlukan. Panduan ini bertujuan untuk memberikan arahan kepada tenaga kesehatan di
Puskesmas terkait pelayanan kesehatan balita selama masa pandemi COVID-19. Panduan ini
ditujukan kepada seluruh pengelola program kesehatan terkait sasaran anak di Puskesmas, FKTP
dan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi. yang diberikan.
ASUHAN
KEPERAWA
TAN
Kasus Agregat Balita
Perawat melakukan kunjungan RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur adalah sebuah pemukiman padat
penduduk di daerah pinggiran kota. Banyak warga yang tinggal di rumah-rumah semi permanen.
Satu rumah petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu keluarga. Sebagian besar masyarakat di
Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Mayoritas warga
bekerja sebagai pemulung, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima. Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa harus ikut bekerja untuk
membantu keuangan keluarga. Ketika perawat melakukan kunjungan, perawat menemukan
sejumlah anak-anak yang berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan merah,
pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat
Dari data posyandu, didapatkan data 43% balita memiliki BB kurang, 35%
balita anemis, 52% balita mengalami gangguan selera makan, dan beberapa
anak balita menderita stunting. Pada saat pandemic covid-19 ini, banyak warga
yang berkerumun dan tidak memakai masker. Terlihat juga ibu atau bapak
membawa anak balitanya berjalan-jalan tanpa memakai APD. Pada pagi dan
sore hari banyak pedagang yang keliling pemukiman. Ada beberapa pedagang
yang menggunakan APD, tetapi ada juga yang tidak memakai APD. RW 09 ini
sempat mengalami wilayah zona merah selama 1 bulan.
PENGKAJIA
N
CORE
Demografi
01 RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur. Terdapat 40 anak balita berusia 3-5
tahun. Pria: 25 anak balita dan wanita sebanyak: 15 anak

02 Statistik vital
● Angka Kesakitan
Banyak balita berperut buncit, bermata cekung, berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah lebih muda dari usianya,
pertumbuhan gigi terlambat 43% BB kurang; 35% anemia; 52%
gangguan makan; beberapa anak stunting
● Agama
80% Keluarga beragama Islam. Sisanya beragama Kristen, Budha, Hindu
Karakteristik
03 penduduk
● Fisik
Beberapa balita berperut buncit, bermata cekung, berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah lebih muda dari usianya,
pertumbuhan gigi terlambat 17 dari 40 anak menderita gizi kurang.
● Psikologis
Gizi kurang: menghambat pertumbuhan, IQ rendah, motorik buruk
● Sosial
Masyarakat masih acuh tentang kasus gizi kurang. Tetapi masih dibawa
ke posyandu untuk pemeriksaan rutin balita
● Perilaku
Pola makan, pola asuh, serta sanitasi yang tidak memenuhikebutuhan gizi
dan tumbuh kembang balita
SUB SISTEM

Keamanan
Lingkungan Pelayanan Ekonomi dan
Fisik Kesehatan
Kebanyakan warga Pendapatan rendah
Transportasi
Keamanan: Sedang
tinggal di rumah semi Jaraknya sekitar 1,5 km Bekerja sebagai Transportasi: berjalan
permanen. Pemeriksaan posyandu pemulung, pedagang kaki, naik angkot
Luas: 2x3/keluarga 1 kali dalam sebulan kaki lima dan asongan
SUB SISTEM

Kebijakan
Komunikasi Pendidikan Rekreasi
Pemerintah
Telah Mayoritas lulusan SD Berekreasi ke Setu
Menggunakan Babakan sambil
dilaksanakan di bahasa betawi dan
puskesmas dan orang tuanya
bahasa indonesia berdagang
posyandu
ANALISA
DATA
Data Fokus Masalah Keperawatan

DO : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh pada balita di RW 09, Kelurahan X, Jakarta
- Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak anak-anak usia sekolah
Timur dengan masalah gizi kurang dengan status
yang terpaksa harus ikut bekerja untuk membantu keuangan keluarga.
sosial ekonomi rendah ditandai dengan terdapat
- Didapatkan data bahwa terdapat 43% balita memiliki BB kurang, 35% 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita
balita anemis, 52% balita mengalami gangguan selera makan, dan anemis, 52% balita mengalami gangguan selera
beberapa anak balita menderita stunting. makan, dan beberapa anak balita menderita
stunting.
DS :

- Banyak orang tua yang mengatakan mereka tidak mampu untuk membeli
makanan bergizi untuk anaknya

- Mayoritas warga bekerja sebagai pemulung, pedagang asongan, dan


pedagang kaki lima.
Data Fokus Masalah Keperawatan

DS Defisiensi kesehatan komunitas pada


Orang tua balita di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur balita di RW 09 Kelurahan X, Jakarta
yang menderita anemia mengaku kurang mendapatkan Timur dengan masalah ekonomi
pengobatan karena jarak tempuh menuju PUSKESMAS ditandai dengan dengan 35% balita
sekitar 1 km anemis.

DO
Jarak puskesmas 1 km dari RW 09 Kelurahan X, Jakarta
Timur tetapi tidak ada program untuk mengedukasi para
orang tua dengan balita anemis
Data Fokus Masalah Keperawatan

DS Defisiensi kesehatan komunitas pada


Orang tua balita di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur yang balita di RW 09 Kelurahan X, Jakarta
menderita gangguan tumbuh kembang mengaku kurang Timur dengan masalah ekonomi ditandai
mendapatkan pengobatan karena jarak tempuh menuju dengan dengan beberapa balita
PUSKESMAS sekitar 1 km mengalami gangguan tumbuh kembang
 
DO
Jarak puskesmas 1 km dari RW 09 Kelurahan X, Jakarta
Timur tetapi tidak ada program untuk mengedukasi para
orang tua dengan balita gangguan tumbuh kembang
DIAGNOSA
KEPERAWA
TAN
● Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita di RW 09,
Kelurahan X, Jakarta Timur dengan masalah gizi kurang dengan status sosial ekonomi
rendah ditandai dengan terdapat 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis,
52% balita mengalami gangguan selera makan, dan beberapa anak balita menderita
stunting.
● Defisiensi kesehatan komunitas pada balita di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur
dengan masalah ekonomi ditandai dengan dengan 35% balita anemis.
● Defisiensi kesehatan komunitas pada balita di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur
dengan masalah ekonomi ditandai dengan dengan beberapa balita mengalami gangguan
tumbuh kembang
INTERVENS
I
KEPERAWA
TAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Tujuan Umum ● Lakukan pendekatan dengan kader-kader
kebutuhan tubuh pada balita di RW 09, kesehatan
Kebutuhan gizi terpenuhi, BB dan TB
Kelurahan X, Jakarta Timur dengan ● Penyuluhan tentang gizi seimbang
yang sesuai dengan usia perkembangan,
masalah gizi kurang dengan status
tidak ada balita anemis dan mengalami ● Komunikasikan tentang menu seimbang serta
sosial ekonomi rendah
gangguan selera makan pada balita di pengurangan susu formula
dimanifestasikan dengan 43% balita
RW 09 Kelurahan X ● Anjurkan ibu-ibu untuk lebih memerhatikan
memiliki BB kurang dan 5 anak
2. Tujuan Khusus makanan yang dikonsumsi balita
menderita Stunting.
- Ibu-ibu mengetahui tentang gizi ● Bekerjasama dengan Nestle untuk pemberian
seimbang bagi anak sesuai usianya makanan pendamping bagi balita
● Mengajarkan terapi stimulasi tumbuh kembang
oleh Yayasan Anak Indonesia pada balita
dengan stunting.
● Evaluasi keluarga/rujukan ibu mengenai
makanan yang dikonsumsi balita
Rencana Kegiatan
Dx Kep Komunitas Tujuan
Strategi Kegiatan
Defisiensi kesehatan Tujuan umum: Setelah Pendidikan 1. Penyuluhan mengenai gangguan tumbuh
komunitas pada balita dilakukan tindakan kesehatan, kembang pada balita
di RW 09 Kelurahan X, keperawatan selama 8 bulan proses 2. Penyuluhan mengenai gejala gangguan
Jakarta Timur dengan pemeliharaan kesehatan pada kelompok tumbuh kembang
masalah ekonomi balita RW 09 Kelurahan X, 3. Penyuluhan makanan bergizi seimbang
dimanifestasikan Jakarta Timur dengan masalah untuk balita dengan gangguan tumbuh
dengan pertumbuhan kurangnya pemahaman tentang 4. Pelatihan SDIDTK sebagai cara deteksi
melambat gangguan tumbuh kembang dini gangguan tumbuh kembang
pada balita. 5. Terapi stimulasi tumbuh kembang pada
balita
6. Story telling dari ibu yang memiliki anak
gangguan tumbuh kembang
Rencana Kegiatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kominutas Strategi Kegiatan

Defisiensi kesehatan Tujuan umum: Setelah Pendidikan 1. Penyuluhan mengenai anemia


komunitas pada balita di dilakukan tindakan kesehatan, 2. Penyuluhan mengenai gejala anemia
RW 09 Kelurahan X, keperawatan selama 8 proses 3. Penyuluhan makanan sehat dan suplemen
Jakarta Timur dengan bulan pemeliharaan kelompok tambah darah untuk balita anemia
masalah ekonomi kesehatan pada balita 4. Demonstrasi pembuatan nugget bayam dan
dimanifestasikan dengan RW 09 Kelurahan X, crispy ikan kecil sebagai sumber zat besi
35% balita anemis.. Jakarta Timur dengan untuk balita anemia
masalah kurangnya 5. Membentuk keluarga ibu balita sehat
pemahaman tentang 6. Story telling dari ibu yang memiliki anak
anemia. anemia
7. Kemitraan dengan puskesmas untuk
pendistribusian tablet tambah darah
PERAN
PERAWAT
KOMUNITAS
Peran Perawat Komunitas
Care
01 03 Counselor
Provider

Health Health
02 04
Provider Monitor
Peran Perawat Komunitas
Coordinator Role Model
05 07
Of Service

06 Inovator 08 Fasilitator
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai