AGREGATE
BALITA
KELOMPOK 1
MEET THE TEAM
DELLA APRILIA
AULIA AZZAHRA FAUZIAH M SHYAWMI I
M
1910711019 1910711021 1910711022
1910711020
Rentan mengalami
Infertilitas
infeksi
01 02 03
Mencukupi kebutuhan Asi ekslusif 6 bulan Pemberdayaan
nutrisi anak (BBL) masyarakat miskin
04 05 06
Edukasi masyarakat Mempermudah akses Kebijakan untuk
hidup sehat pelayanan sosial masyarakat & pertanian
STUNTING
PENGERTI
AN
Stunting: Kondisi dimana balita
memiliki tinggi badan yang kurang
dibandingkan dengan umur
PREVALEN
SI
● Sekitar 37% (hampir 9 juta)
balita mengalami stunting
● Indonesia masuk ke-5 negara
dengan penderita terbesar di
dunia
FAKTOR RESIKO
1 2 3 4
ASI
Asupan Gizi Riwayat BBLR
Eksklusif
Kehamilan
Etiologi
01 Malnutrisi
02 Penyakit
Nutrisi ibu
03 hamil
TANDA GEJALA
Pertumbuhan Usia 8-10
Melambat menjadi pendiam
Wajah lebih
muda dibanding IQ Memburuk
usianya
Tanda Pubertas Pertumbuhan
melambat Gigi melambat
KOMPLIKASI
A B
Jangka
Jangka Panjang
Pendek
● Terganggunya perkembangan otak ● Kemampuan kognitif turun
● Gangguan metabolisme tubuh ● Kekebalan tubuh turun
● Gangguan pertumbuhan fisik ● Resiko tinggi munculnya
penyakit kronis
PENCEGAHAN
01 02 03
TURUNAN KELUARGA HORMON
Warisan itu yang
diturunkan antara lain Keluarga, tempat anak Ada hormon yang
bentuk tubuh, raut muka, diasuh dan dibesarkan, mempengaruhi pertumbuhan
warna kulit, intelegensi, berpengaruh besar terhadap anak yaitu: somatotropin,
bakat, sifat-sifat atau perkembangan anak, hormon tiroid, hormon
watak, dan penyakit gonadotropin, estrogen
4.2 FAKTOR EKSTERNAL
01 02 03
F. F. PASCA
F. PRENATAL PERSALINAN PERSALINAN
Meliputi: Gizi, Penyakit
Meliputi: Gizi, Radiasi, Komplikasi persalinan pada
Infeksi, Kelainan Kronis/Kelainan Kongenital,
bayi seperti trauma kepala, Lingkungan Fisik dan Kimia,
Imunologi, Psikologi asfiksia dapat menyebabkan Psikologis, Endokrin, Sosio-
Ibu kerusakan jaringan otak. ekonomi, Lingkungan pengasuhan,
Stimulasi, Obat-obatan.
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda gangguan perkembangan motorik kasar
● Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh
bagian kiri dan kanan.
● Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari
usia 6 bulan
● Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
● Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
● Adanya gerakan yang tidak terkontrol
5.1 MANIFESTASI KLINIS
2. Tanda gangguan motorik halus
❏ Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
❏ Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
❏ Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat
dominan setelah usia 14 bulan
❏ Perhatian penglihatan yang inkonsisten
5.2 MANIFESTASI KLINIS
3. Tanda gangguan bahasa dan bicara (ekspresif)
❏ Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu
benda pada usia 20 bulan
❏ Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
❏ Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
5.3 MANIFESTASI KLINIS
Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk
dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang
terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya
penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan
perkembangan dan penyimpangan mental emosional (Departemen Kesehatan RI, 2014; IDAI, 2016).
COVID 19
PADA
BALITA
A.Pengertian
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr.
Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, mengatakan bahwa kasus Covid-19 pada
anak di Indonesia sekitar 11-12 persen. Ini termasuk kasus Covid-19
anak yang tertinggi di dunia. Jumlah kematian anak balita selama
pandemi meningkat hampir 50 persen. Setidaknya ada 1.000 kematian
anak di Indonesia setiap minggunya.
C. Etiologi
Penyebab anak terinfeksi virus Corona salah satunya setelah berkunjung ke negara atau wilayah
yang terinfeksi COVID-19. Selain itu, tertular dari orang dewasa yang dinyatakan positif
terinfeksi virus Corona bila daya tahan tubuh anak rendah.
D. Faktor Resiko
● Sistem imun yang belum matang,
● Anak yang terkena malnutrisi
● Imunisasi yang tidak lengkap, terutama vaksin terkait pneumonia (DPT, HiB, Campak, PVC
dan Influenza)
E. Manifestasi Klinis
● Gejala sistemik: demam, miaise, fatigue, nyeri kepala, myalgia
● Gejala saluran pemapasan: batuk, pilek, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, sesak napas
● Gejala lain: diare, mual, muntah
F. Komplikasi
● Ruam di kulit
● Gangguan pada organ non saluran pernapasan, misalnya jantung dan otak
● Gangguan saraf
● Gangguan pernapasan
● Gangguan pencernaan
G. Pencegahan
● Memberi pengertian pada anak untuk beraktifitas di dalam rumah. Jelaskan prinsip physical
distancing, menjaga jarak dengan orang lain minimal 1,5 m.
● Membiasakan anak mencuci tangannya dengan air bersih dan sabun lebih sering yaitu sebelum
makan, setelah buang air, sebelum dan setelah melakukan aktivitas (bermain, menyentuh hewan,
dsb). Penggunaan hand sanitizer hanya alternative apabila tidak tersedia air mengalir dan sabun,
misalnya jika jauh dari sarana cuci tangan.
● Mengingatkan anak untuk tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
● Memakai masker saat memerlukan ke luar rumah untuk mencegah penularan melalui batuk dan
bersin.
● Segera mandi, cuci rambut dan mengganti baju sesampainya di rumah setelah berpergian.
● Membersihkan benda-benda yang sering disentuh seperti perabot, gagang pintu, mainan,
gawai dan lain-lain dengan desinfektan secara berkala.
● Orang tua mengajari anak untuk menerapkan praktik pencegahan infeksi dengan metode
menarik.
● Etika bersin, batuk
Gunakan boneka untuk menunjukkan gejala bersin, batuk dan menutup bersin atau batuk
dengan siku tangan.
● Cara memakai masker
a. Ajari anak mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai masker
b. Pastikan masker menutup mulut, hidung dan dagu
c. Hindari menyentuh masker saat memakainya, minta anak mencuci tangan jika menyentuh
masker
d. Melepas masker dengan hanya menyentuh talinya untuk segera dicuci
H. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga negara termasuk anak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah no 2
tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan. Pelayanan Kesehatan Balita didalamnya meliputi pemantauan pertumbuhan,
perkembangan, pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, kapsul vitamin A dan tatalaksana balita
sakit jika diperlukan. Panduan ini bertujuan untuk memberikan arahan kepada tenaga kesehatan di
Puskesmas terkait pelayanan kesehatan balita selama masa pandemi COVID-19. Panduan ini
ditujukan kepada seluruh pengelola program kesehatan terkait sasaran anak di Puskesmas, FKTP
dan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi. yang diberikan.
ASUHAN
KEPERAWA
TAN
Kasus Agregat Balita
Perawat melakukan kunjungan RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur adalah sebuah pemukiman padat
penduduk di daerah pinggiran kota. Banyak warga yang tinggal di rumah-rumah semi permanen.
Satu rumah petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu keluarga. Sebagian besar masyarakat di
Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Mayoritas warga
bekerja sebagai pemulung, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima. Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa harus ikut bekerja untuk
membantu keuangan keluarga. Ketika perawat melakukan kunjungan, perawat menemukan
sejumlah anak-anak yang berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan merah,
pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat
Dari data posyandu, didapatkan data 43% balita memiliki BB kurang, 35%
balita anemis, 52% balita mengalami gangguan selera makan, dan beberapa
anak balita menderita stunting. Pada saat pandemic covid-19 ini, banyak warga
yang berkerumun dan tidak memakai masker. Terlihat juga ibu atau bapak
membawa anak balitanya berjalan-jalan tanpa memakai APD. Pada pagi dan
sore hari banyak pedagang yang keliling pemukiman. Ada beberapa pedagang
yang menggunakan APD, tetapi ada juga yang tidak memakai APD. RW 09 ini
sempat mengalami wilayah zona merah selama 1 bulan.
PENGKAJIA
N
CORE
Demografi
01 RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur. Terdapat 40 anak balita berusia 3-5
tahun. Pria: 25 anak balita dan wanita sebanyak: 15 anak
02 Statistik vital
● Angka Kesakitan
Banyak balita berperut buncit, bermata cekung, berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah lebih muda dari usianya,
pertumbuhan gigi terlambat 43% BB kurang; 35% anemia; 52%
gangguan makan; beberapa anak stunting
● Agama
80% Keluarga beragama Islam. Sisanya beragama Kristen, Budha, Hindu
Karakteristik
03 penduduk
● Fisik
Beberapa balita berperut buncit, bermata cekung, berambut kasar dan
merah, pertumbuhan melambat, wajah lebih muda dari usianya,
pertumbuhan gigi terlambat 17 dari 40 anak menderita gizi kurang.
● Psikologis
Gizi kurang: menghambat pertumbuhan, IQ rendah, motorik buruk
● Sosial
Masyarakat masih acuh tentang kasus gizi kurang. Tetapi masih dibawa
ke posyandu untuk pemeriksaan rutin balita
● Perilaku
Pola makan, pola asuh, serta sanitasi yang tidak memenuhikebutuhan gizi
dan tumbuh kembang balita
SUB SISTEM
Keamanan
Lingkungan Pelayanan Ekonomi dan
Fisik Kesehatan
Kebanyakan warga Pendapatan rendah
Transportasi
Keamanan: Sedang
tinggal di rumah semi Jaraknya sekitar 1,5 km Bekerja sebagai Transportasi: berjalan
permanen. Pemeriksaan posyandu pemulung, pedagang kaki, naik angkot
Luas: 2x3/keluarga 1 kali dalam sebulan kaki lima dan asongan
SUB SISTEM
Kebijakan
Komunikasi Pendidikan Rekreasi
Pemerintah
Telah Mayoritas lulusan SD Berekreasi ke Setu
Menggunakan Babakan sambil
dilaksanakan di bahasa betawi dan
puskesmas dan orang tuanya
bahasa indonesia berdagang
posyandu
ANALISA
DATA
Data Fokus Masalah Keperawatan
- Banyak orang tua yang mengatakan mereka tidak mampu untuk membeli
makanan bergizi untuk anaknya
DO
Jarak puskesmas 1 km dari RW 09 Kelurahan X, Jakarta
Timur tetapi tidak ada program untuk mengedukasi para
orang tua dengan balita anemis
Data Fokus Masalah Keperawatan
Health Health
02 04
Provider Monitor
Peran Perawat Komunitas
Coordinator Role Model
05 07
Of Service
06 Inovator 08 Fasilitator
THANK
YOU