Anda di halaman 1dari 109

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ANAK


USIA PRASEKOLAH PAUD AS-SHOFA

SKRIPSI

HAYATIRAS
NIM. 11170003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESOSI
JAKARTA
2021
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ANAK
USIA PRASEKOLAH PAUD AS-SHOFA

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan

HAYATIRAS
NIM. 11170003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESOSI
JAKARTA
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Hayatiras


NIM : 11170003
Judul Penelitian/Tesis :Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Anak Usia
Prasekolah Paud As-Shofa Bojong Raya, Jakarta Barat

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan tim
seminar hasil pada Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kesosi

Jakarta, 22 April 2021


Menyetujui,
Pembimbing

(Ns.Nur Afni W A., S.Kep., M.Kep)


NIDN.

Ketua STIKes Kesosi

(Dr.Aminah Alatas, SE.,MM)


NUP. 9903260754

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Hayatiras

NIM : 11170003

Judul Penelitian : Hubungan Antara Pola Asuh OrangTua dengan Intensitas


Pengunaan Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah di Paud
AS-Shofa Rawa Buaya Jakarta Barat.

Skripsi ini telah di periksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan tim
penguji seminar hasil pada Program Studi S1 Keperawatan STIKes KESOSI

Jakarta, Juni 2021

Menyetujui ,

Penguji II
Penguji I

(Ns. Reni, S.Kep.,M.Kep)


(Ns. Anggi Pratiwi, S.Kep.,M.Kep) NIDN. 1022098302
NIDN. 02.241086.02

Ketua STIKes KESOSI


Pembimbing

(Dr. Aminah Alatas,SE,.MM)


(Ns. Nur Afni Wulandari, S.Kep.,M.Kep)
NIDN. 9903260754
NIDN. 030259201

iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul Hubungan Antara
Pola Asuh OrangTua dengan Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Anak Usia
Prasekolah di Paud As-Shofa Bojong Raya, Jakarta Barat adalah hasil karya saya
sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lian kecuali kutipan dan
sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian hari pernyataan yang saya buat ini ternyata
tidak betul, maka status kelulusan dan gelar saya peroleh menjadi batal dengan
sendirinya

Jakarta, Juni 2021

Yang membua pernyataan

Materai

HAYATIRAS

NIM.11170003

v
NURSING

INSTITUTE KESOSI OF HEALTH SCIENCE

Skripsi, June 2021

HAYATIRAS

THE REATILIONSHIP OF PARENTING PATTERENS AND INTENSITY


OF SMARTPHONE USE IN PRESCHOOL AGE CHILDREN OF PAUD AS-
SHOFA BOJONG RAYA, WEST JAKARTA

ABSTRACT

Parenting patterns are very necessary so that children can keep up with media and
technology developments well and parents must accompany, supervise and give
limits to children in using smartphones so that they do not have a negative impact in
the future. When the parenting pattern chosen is not right, the intensity of smartphone
use in preschoolers will increase dramatically. This study aims to analyze the
relationship between parenting and the intensity of smartphone use in preschoolers.
The method in this study uses quantitative research methods with the type of
Correlational Analytical research with a cross sectional approach that takes 57
respondents. This research was conducted in June 2021 at Paud As-Shofa Bojong
Raya, West Jakarta. data collection using a questionnaire. Data analysis using
Kolgomorov Smirnov statistical test. From the research data, it was found that there
was a significant relationship between parenting patterns and the intensity of
smartphone use, the p-value of 0.000 was obtained. The conclusion is that there is a
relationship between parenting patterns and the intensity of smartphone use in
preschool children at Paud As-Shofa Bojong Raya, West Jakarta.

Keywords: Parenting, Smartphone Use Intensity, Preschoolers

vi
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESOSI JAKARTA


Skripsi, Juni 2021

HAYATIRAS

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Intensitas Penggunaan


Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah Paud As-Shofa Bojong Raya, Jakarta
Barat.

ABSTRAK

Pola asuh orangtua sangat di perlukan agar anak dapat mengikuti


perkembangan media dan teknologi dengan baik dan orangtua harus
mendampingi,mengawasai dan memberika batasan-batasan pada anak dalam
menggunakan smartphone agar tidak berdampak negatif untuk kedepannya. Ketika
pola asuh orangtua yang dipilih tidak tepat, intensitas penggunaan smartphone pada
anak usia prasekolah akan meningkat drastis. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa hubungan pola asuh orang tua dengan intensitas penggunaan smartphone
pada anak usia prasekolah. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Analitik Korelasional dengan
pendekatan cross sectional yang mengambil 57 responden. Penelitian ini dilakukan
pada bulan juni 2021 di Paud As-Shofa Bojong Raya, Jakarta Barat . pengumpulan
data menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji statistic Kolgomorov
Smirnov. Dari data penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan antara pola asuh
orang tua dengan intensitas penggunaan smartphone di dapatkan hasil p-value 0,000.
Kesimpulan terdapat hubungan anatara pola asuh orangtua dengan intensitas
penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah di Paud As-Shofa Bojong Raya
Jakarta Barat

Kata kunci : Pola asuh, Intensitas Penggunaan Smartphone, Anak usia prasekolah.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allahh SWT yang kurnianyaNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan antara pola asuh orang tua dengan

intensitas penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah Paud As-Shofa.

Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,

oleh karena itu perkenalkan penulis mengucapkan Terimakasih kepada:

1. Bapak Maudin Kadir, Amd.AK, selaku Ketua Yayasan STIK KESOSI

2. Ibu Dr. Aminah Alatas, SE.,MM, selaku Ketua STIK KESOSI

3. Ibu Ns. Reni, S.kep,M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan STIK KESOSI

4. Ibu Maisuri S.pd,i selaku pemilik Paud As-Shofa beserta jajarannya yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini

5. Ibu Ns. Nur Afni W A, S.Kep,M.kep selaku pembimbing yang telah

memberikan masukan dan arahan selama penyusunan proposal ini

6. Bapak dan Ibu penguji : Ns. Anggi Pratiwi., S.Kep, M.Kep selaku penguji I,

Ns.Reni S.Kep, M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan saran dan

arahan demi kesempurnaan proposal ini.

7. Seluruh Staff dan dosen pengajar Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIK

KESOSI

8. Yang tercinta dan tersayang kedua orangtua saya Ilham dan Sukarni, serta

adik adik saya, Dwi Mandoang Fitra dan Sulkartiawan. Beserta keluarga besar

viii
yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam pelaksanaan

pendidikan di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIK KESOSI

9. Rekan rekan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIK KESOSI yang telah

bersedia untuk berbagi pengalaman,dukungan dan bantuan dalam pembuatan

proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga masih di perlukan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan skripai ini sehingga dapat dilanjutkan ke jenjang penelitian selanjutnya.

Jakarta,Juni 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ..................................................................................iii

Halaman Pengesahan Penguji..........................................................................................iv

Halaman Pernyataan Orisinalitas....................................................................................v

Abstrak (Bahasa Inggris)..................................................................................................vi

Abstrak (Bahasa Indonesia).............................................................................................vii

Kata Pengantar .................................................................................................................viii

Daftar Isi ............................................................................................................................x

Daftar Tabel ......................................................................................................................xv

Daftar Skema.....................................................................................................................xvi

Daftar Lampiran ...............................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................................7
1.3.2 Tujuan khusus...........................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................................8
1.4.1 Manfaat Akademik ..................................................................................8
1.4.2 Manfaat praktisi........................................................................................8

x
BAB II TINJAUAN TEORITIS......................................................................................9
2.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua..............................................................................9

2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua..................................................................9


2.1.2 Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua .....................................................10

2.1.3 Dimensi-Dimensi Pola Asuh Orang Tua ..................................................13

2.2 Konsep Smartphone .............................................................................................15

2.2.1 Defenisi Smartphone..................................................................................15

2.2.2 Intensitas Penggunaan Smartphone...........................................................16

2.2.3 Dampak Penggunaan Smartphone.............................................................17

2.2.4 Penggunaan Smartphone Pada Anak Prasekolah.......................................22

2.3 Konsep Anak Usia Prasekolah ...........................................................................22

2.3.1 Definisi Anak Usia Prasekolah..................................................................22

2.3.2 Perkembangan Anak Usia Prasekolah.......................................................23

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN

DEFINISI OPERASIONAL ...........................................................................................27

3.1. Kerangka Konsep ...............................................................................................27

3.2 Hipotesis penelitian .............................................................................................28

3.3 Definisi Operasional ............................................................................................29

xi
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................................31

4.1 Desain Penelitian .................................................................................................31

4.2 Populasi dan Sample ............................................................................................31

4.2.1 Populasi .....................................................................................................31

4.2.2 Sample .......................................................................................................32

4.3 Tempat Penelitian ................................................................................................33

4.4.Waktu Penelitian ..................................................................................................33

4.5 Etika Penelitian ....................................................................................................33

4.5.1 Informed Consent.......................................................................................34

4.5.2 Confidentiality ...........................................................................................34

4.5.3 Anonimity .................................................................................................34

4.5.4 Respect for Justice and Inclusiveness (Prinsip keadilan dan

Keterbukaan)..............................................................................................34

4.5.5 Benefit (Manfaat).......................................................................................35

4.6 Alat Pengumpulan Data........................................................................................35

4.7 Uji Validitas dan Reabilitas .................................................................................36

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ...............................................................................37

4.9 Pengelola Data dan Analisa Data.........................................................................38

4.9.1 Pengelola Data...........................................................................................38

xii
4.9.2 Analisa Data...............................................................................................39

BAB V HASIL PENELITIAN..........................................................................................41

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................................42

5.2 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Usia OrangTua............................42

5.2.1 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Usia Ayah..........................42

5.2.2 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Usia Ibu.............................43

5.3 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan OrangTua...................44

5.3.1 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah..................44

5.3.2 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ....................45

5.4 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan OrangTua.................46

5.4.1 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah...............46

5.4.2 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu...................47

5.5 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Usia Anak...................................48

5.6 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pola Asuh OrangTua..................49

5.7 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan


Smartphone...........................................................................................................50

5.8 Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pola Asuh OrangTua dengan


Intensitas Penggunaan Smartphone......................................................................51

xiii
BAB VI PEMBAHASAN..................................................................................................54

6.1 Pola Asuh OrangTua Pada Anak Usia Prasekolah di Paud As-Shofa..................54

6.2 Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah........................59

6.3 Hubungan Pola Asuh OrangTua dengan Intensitas Penggunaan Smartphone


62

BAB VII PENUTUP..........................................................................................................65

7.1 Kesimpulan...........................................................................................................65

7.2 Saran ..................................................................................................................66

Daftar Pustaka

Lampiran – Lampiran.

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Definisi Operasional......................................................................................36

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ayah...............................................42

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu...................................................43

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ayah.......................................44

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu..........................................45

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ayah.....................................46

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu........................................47

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak...............................................48

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Asuh OrangTua..............................49

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Intensitas Penggunaan Smartphone........50

Tabel 5.10 Hubungan Pola Asuh OrangTua dengan Intensitas Penggunaan


Smartphone...................................................................................................51

xv
DAFTAR SKEMA

SKEMA 3.1 Kerangka Konsep.......................................................................................34

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman modern saat ini perkembangan teknologi semakin hari

semakin berkembang. Terbukti dengan banyaknya penggunaan teknologi

yang telah menyebar ke berbagai macam masyarakat. Salah satu diantara

jenis gadget yang sering digunakan oleh masyarakat adalah smartphone.

Smartphone merupakan telepon pintar yang memiliki kemampuan seperti

komputer dan dilengkapi dengan sistem operasi yang canggih.

Penggunaan smartphone tidak hanya digunakan di kalangan orang

dewasa atau remaja saja tetapi sudah mulai digunakan di kalangan usia

anak-anak.Terutama anak-anak prasekolah yang umumnya baru berusia

3-6 tahun. Anak- anak sekarang tidak membutuhkan waktu yang lama

dalam mengoperasikan dan menguasai fitur-fitur gadget,mereka dengan

mudah mengakses aplikasi dalam smartphone. Indonesia merupakan

negara peringkat ke 5 terbesar dalam penggunaan gadget di

dunia.Menurut data dan hasil penelitian pada tahun 2014 menunjukan

bahwa pengguna aktif smartphone yang ada di indonesia sekitar 47 juta

jiwa,dimana 79,5% diantaranya berasal dari katagori usia anak-anak dan

remaja (Wulandari, 2016).

1
Berdasarkan data terbaru yang dipublikasikan oleh Hootsuite pada

bulan Januari 2018 terdapat 177,9 juta jiwa penduduk Indonesia adalah

pengguna aktif Smartphone dari total penduduk 265,4 juta jiwa. Parahnya

lagi, di tahun 2020 ini, dari total 272,1 juta penduduk pengguna internet

mencapai 175,4 juta jiwa. Berdasarkan data hasil penelitian lainnya

menunjukan bahwa lebih dari 25% anak-anak di seluruh dunia

mempunyai gadget sebelum usia mereka genap 8 tahun. Satu dari tiga

anak menggunakan smartphone ketika berumur 3 tahun dan satu dari

sepuluh anak menikmati gadget dengan usia yang lebih muda yaitu 2

tahun( Murdaningsih & Faqih,2014).

Alasan orangtua memberikan smartphone/tablet kepada anak

mereka yaitu smartphone/tablet sebagai sarana pengenalan teknologi

informasi dan komunikasi, smartphone/tablet sebagai media edukasi dan

hiburan seperti pengenalan warna membaca, video, lagu anak-anak

melalui pengawasan orangtua dan agar anak tidak cerewet dan rewel.

(Zaini & Soenarto, 2019).

Penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah memiliki

dampak positive dan dampak negative. Dampak negatif yang dapat di

timbulkan adalah anak cenderung pendiam di depan orang yang tidak

dikenal, anak lebih senang memainkan gadgetnya daripada bermain

dengan temannya, anak terkadang menirukan adegan kekerasan yang ada

2
di game, anak bersikap acuh bila sudah di depan gadgetnya, dan lain-lain

(Tria Puspitasari,2016).

Intensitas penggunaan smartphone antara orang dewasa dan anak-

anak juga memiliki perbedaan. Feliana (2016) mengatakan bahwa anak

usia dini yang menggunakan Gadget minimal 2 jam tetapi berkelanjutan

setiap hari mempengaruhi psikologis anak, misalnya, anak menjadi

kecanduan bermain smartphone daripada melakukan aktifitas yang

seharusnya yaitu belajar.

Disadari atau tidak kebiasaan lingkungan terhadap anak usia dini

akan membentuk perkembangan pada anak. Pada saat ini seiring

berkembangnya teknologi,banyak sekali yang berpengaruh pada anak

salah satunya adalah penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah.

Pengenalan smartphone pada anak bisanya hanya untuk pengalihan pada

anak. Tanpa di sadari secara tidak langsung hal tersebut akan membuat

anak penasaran terhadap smartphone.

Usia prasekolah merupakan “golden periode” dimana masa

pertumbuhan keemasan anak yang terjadi satu kali dalam kehidupan

manusia. Pada periode ini merupakan periode kondusif dalam menumbuh

kembangkan berbagai macamkemampuan,kecerdasan,bakat,kemampuan

fisik, kognitif, bahasa, social emosional dan spiritual(Setyaningsih et al ,

2018).

3
Pada usia prasekolah ini stimulasi sangat penting untuk

mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh, sekaligus juga memberi

rangsangan terhadap perkembangan otak. Dalam fase ini juga sangat

menentukan dalam pembentukan karakter baik sikap, perilaku, dan

kepribadian seorang anak di masa depan. (Setianingsih et al., 2018).

Menurut penenlitian lain didapatkan hasil bahwa apabila orang tua

membiarkan anak menggunakan aplikasi gadget yang terlalu lama akan

menjadikan anak tersebut menjadi tidak konsentrasi atau malas belajar,

dan menurunkan kualitas anak dalam bersosialisasi karena penggunaan

gadget yang tidak seimbang dengan efesien penggunaannya.(Adevia,et

al.,2018).

Sosok yang paling berpengaruh dalam mencegah maupun

mengatasi dampak negative dari gadget adalah orangtua. Maka orangtua

memiliki peran besar dalam membimbing dan mencegah agar teknologi

gadget tidak berdampak negative pada anak. (Jovita Maria

Ferliana,2013). Pola asuh orangtua adalah cara orangtua dalam

berinteraksi dengan anak,memberikan pendidikan baik secara lansung

maupun tidak lansung dengan tujuan untuk memperoleh suatu perilaku

yang diinginkan.

4
Pola asuh orang tua dalam menggunakan smartphone sangat

penting. Orang tua harus memberikan pengetahuan mengenai

penggunaan smartphone terutama mengenai batasan waktu

penggunaannya. Anak yang tidak diberikan arahan oleh orangtuanya

mengenai penggunaan smartphone akan salah dalam memanfaatkan

smartphone yang mereka miliki. Anak-anak akan lupa waktu dengan

kewajibannya. Para orang tua harus mengontrol anak mereka yang sudah

bermain smartphone. Sebab, dari memegang gadget seperti smartphone

maupun tablet, anak bisa mendapatkan berbagai informasi yang belum

tersaring dengan baik.

Dari situasi yang peneliti lihat sekarang banyak anak-anak usia

prasekolah yang menggunakan smartphone tanpa dampingan dan

pengawasan orang tua. Peran orang tua yang dulunya adalah teman

bermain anak-anak kini telah tergantikan oleh smartphone. Ada beberapa

pola asuh orangtua yang diterapkan kepada anak yaitu pola asuh

otoriter,otoritative,dan permisif. Dari tiga pola asuh tersebut memiliki

pengertian yang berbeda-beda,pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang

ditunjukan dengan prilaku orang tua yang cenderung menetapkan standar

yang mutlak yang harus dituruti oleh anak,pola asuh otoritative yaitu

perilaku orang tua yang mengontrol dan menuntut tetapi menggunkan

komunikasi dua arah secara rasional,dan pola asuh permisif dimana orang

5
tua memperlakukan anak sesuai dengan kemauan anak atau keputusan

ditangan anak.

Oleh sebab itu pola asuh orangtua sangat di butuhkan agar anak

dapat mengikuti perkembangan media,informasi dan teknologi dengan

positif dan orangtua harus cermat dalam membimbing,mengawasi dan

memberikan batasan-batasan pada anak yang menggunakan smartphone

untuk meminimalisir dampak negative penggunaan smartphone pada

anak usia prasekolah, karena fasilitas yang disediakan oleh smartphone

tidak hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga dapat menimbulkan

banyak dampak negatif.

Dengan demikian dapat dikatakan pola asuh orangtua yang efektif

merupakan suatu langkah yang baik terhadap pengguna smartphone. Oleh

karena itu peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul “

Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Intensitas Penggunaan

Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah.

6
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di ambil rumusan

masalah “Hubungan antara pola asuh orangtua dengan intensitas

penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah di Paud As-Shofa

Jakarta Barat”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalis hubungan antara pola asuh orang tua dengan intensitas

penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola asuh orangtua terhadap penggunaan

smartphone

2. Mengidentifikasi intensitas penggunaaan smartphone pada anak

usia prasekolah.

3. Menganalisa hubungan antara pola asuh orang tua dengan

intensitas penggunaaan smartphone pada anak usia prasekolah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat

bagi perkembangan ilmu keperawatan anak terkait pola asuh orangtua

dengan intensitas penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah

serta dapat menambah wawasan penelitian di bidang perkembangan

7
teknologi dan tingkat adiksi penggunaaan smartphone anak usia

prasekolah.

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi orangtua dan anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan gambaran mengenai tentang pola asuh orang tua dan intensitas

penggunaaan smartphone pada anak usia prasekolah sehingga orang

tua dapat mengontrol dan mengawasi penggunaan smartphone pada

anak prasekolah

2. Bagi profesi keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi profesi keperawatan dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat terkhusus orangtua tentang pola asuh yang

tepat dalam mengontrol dan mengawasi saat anak menggunaan

smartphone.

3. Bagi penulis selanjutnya

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberi informasi

dan berguna sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya untuk

melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan tentang pola

asuh orang tua dengan intensitas penggunaaan smartphone anak

usia prasekolah.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pola Asuh Orang Tua

2.1.1. Definisi Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem,

cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung

arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri.

Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem,

cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung

arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri (Rabiatul

Adawiah,2017).

Menurut Petranto pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang

diterapkan pada anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola

perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif (Rabiatul

Adawiah, 2017). Pola asuh  yang ditanamkan oleh setiap keluarga berbeda-

beda, tergantung pandangan masing-masing orang tua. Menurut Djamarah

Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang

tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan

kegiatan pengasuhan, dalam kegiatan memberikan pegasuhan ini, orang tua

9
akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta

tanggapan terhadap keinginan anaknya. (Zulfitria, 2017).

2.1.2. Macam–macam Pola Asuh Orang Tua

Menurut Diana Baumrind, seorang psikologi klinis dan

perkembangan ada empat tipe pola asuh yang dapat dikembangkan

dalam pengasuhan, diantaranya pola asuh demokratis, pola asuh

otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh penelantaran. Namun

secara umum pola asuh orang tua dibedakan menjadi 3 jenis, sebagai

berikut (Milana,2019 ):

1. Pola Asuh Demokrasi

Adalah pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan

kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan

cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional

(pemikiran- pemikiran). Adapun ciri-ciri pola asuh demokrasi,

yaitu:

a) Anak diberikan kesempatan untuk mandiri dan

mengembangkan kontrol internal.

b) Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut terlibat

dalam pengambilan keputusan

c) Memperioritaskan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu

mengendalikan mereka.

10
d) Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap

yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

Dampak dari pola asuh demokrasi adalah membentuk prilaku

anak yang memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat,

bersikap sopan, mau bekerja sama, serta memiliki rasa

keingintahuan yang tinggi.

2. Pola Asuh Otoriter

Adalah pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan

membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan

standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan

ancaman-ancaman. Pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a) Anak harus tunduk dan patuh terhadap kehendak

orang tua.

b) Pengontrolan orang tua terhadap prilaku anak sangat

ketat.

c) Anak hampir tidak pernah memberikan pujian.

d) Orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam

komunikasi biasanya bersifat satu arah.

11
Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter, anak

memiliki sifat dan sikap seperti: mudah tersinggung,

penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah

terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa

depan yang jelas, dan tidak bersahabat.

3. Pola Asuh Permisif

Adalah pola asuh orang tua pada anak dalam rangka

membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan

pengawasan yang sangat longgar dan memberikan

kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu

tanpa pengawasan yang cukup darinya. Ciri-ciri pola

asuh permisif, yaitu :

a) Orang tua bersikap acceptance tinggi namun

kontrolnya rendah,

b) Anak diizinkan membuat keputusan sendiri dan

dapat berbuat seenaknya sendiri

c) Orang tua meberi kebebasan kepada anak untuk

menyatakan dorongan atau keinginannya

d) Orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak

bahkan hampir tidak menggunakan hukuman.

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini

membawa pengaruh atas sifat-sifat anak seperti: suka

12
memberontak, kurang memiliki rasa percaya diri, suka

mendominasi, dan tidak jelas arah hidupnya.

2.1.3. Dimensi-Dimensi Pola Asuh Orang Tua

Dimensi-dimensi besar yang menjadi dasar dari

kecenderungan macam pola asuh orangtua ada dua, yaitu (N,

Maarif, 2021):

1. Tanggapan atau responsiveness

Dimensi ini menurut Baumrind berkenaan dengan

sikap orangtua yang menerima, penuh kasih sayang,

memahami, mau mendengarkan, berorientasi pada kebutuhan

anak, menentramkan dan sering memberikan pujian. Orangtua

yang menerima dan tanggap dengan anak-anak, maka

memungkinkan untuk terjadi diskusi terbuka, memberi dan

menerima secara verbal diantara kedua belah pihak.

Contohnya mengekspresikan kasih sayang dan simpati.

2. Tuntutan atau demandingness

Dimensi demandingness menurut Baumrind yaitu

“the claims parents make on childern to become integrated

into the family whole, by their maturity demands,

supervision, disciplinary efforts and willingness to confront

the child who disobeys”. Kalimat tersebut memiliki maksud

tuntutan orangtua kepada anak untuk menjadikan kesatuan ke

seluruh keluarga, melalui tuntutan mereka, pengawasan,

13
upaya disiplin dan kesediaan untuk menghadapi anak yang

melanggar.

2.1.4. Faktor-Faktor Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh pada anak

adalah (Edwards, 2006) sebagaimana yang di kutip oleh

Rahman,Putri, (2012) :

1. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan dan pengalaman orangtua dalam perawatan

anak akan akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan

pengasuhan,seperti terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak,

mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah

anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan

menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.

2. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan

anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta

dalam mewarnai pola-pola pengasuhan yang di berikan orang

tua pada anaknya.

3. Budaya

Seringkali orangtua mengikuti cara-cara yang dilakukan

oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan

masyarakat sekitar dalam mengasuh anak, karna pola-pola

14
tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah

kematangan.

2.2. Konsep Smartphone

2.2.1. Defenisi Smartphone

Smartphone adalah sebuah benda (alat atau barang

eletronik) teknologi kecil yang memiliki fungsi khusus, tetapi

sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru

(Ma‟ruf, 2015). Pendapat lain mengenai smartphone adalah

smartphone adalah telepon selular dengan mikroprosesor, memori,

layar dan modem bawaan. Smartphone merupakan ponsel

multimedia yang menggabungkan fungsionalitas PC dan handset

sehingga menghasilkan gadget yang mewah, di mana terdapat

pesan teks, kamera, pemutar musik, video, game, akses email, tv

digital, search engine, pengelola informasi pribadi, fitur GPS, jasa

telepon internet dan sebagainya (Williams & Sawyer, 2011).

Ponsel pintar (Smartphone) adalah telepon gengam yang

mempunyai kemampuan dengan pengunaan dan fungsi yang

menyerupai komputer dan contoh manfaat smartphone dari sisi

software adalah tersedianya layanan akses data. Layanan ini dapat

dimanfaatkan oleh setiap smartphone untuk memungkinkan

penggunanya terhubung dengan konektivitas internet setiap saat

dimanapun mereka berada (Paridawati, 2021).

15
2.2.2 Intensitas Penggunaan Smartphone

Intensitas merupakan suatu bentuk kuantitas yang muncul

berdasarkan tingkatan frekuensi serta durasi pada stimulus fisik

yang diterima. Menurut Tubbs & Moss menerangkan bahwa

intensitas merupakan suatu momentum yang dipengaruhi oleh

waktu. Suatu momentum yang cenderung untuk diketahui dengan

waktu. Intensitas dapat dilihat dengan mengetahui tingkatan

frekuensi dan durasi yang nampak ketika melakukan suatu hal.

(Oktaria alexander,2017).

Pemakaian Smartphone dikategorikan dengan intensitas

tinggi jika menggunakan Smartphone dengan durasi lebih dari 120

menit /hari dan dalam sekali pemakaiannya berkisar > 75 menit.

Selain itu, dalam sehari bisa berkali – kali (lebih dari 3 kali

pemakaian) pemakaian Smartphone dengan durasi 30–75 menit

akan menimbulkan kecanduan dalam pemakaian Smartphone.

Selanjutnya, penggunaan Smartphone dengan intensitas sedang

jika menggunakan Smartphone dengan durasi lebih dari 40-60

menit/hari dan intensitas penggunaanan dalam sekali penggunaan

2–3 kali /hari setiap penggunaan. Kemudian, penggunaan

Smartphone yang baik adalah dengan kategori rendah yaitu dengan

durasi penggunaan <30 menit /hari dan intensitas penggunaan

maksimal 2 kali pemakaian.

16
Intensitas penggunaan smartphone antara orang dewasa dan anak-

anak juga memiliki perbedaan. Feliana (2016) mengatakan bahwa anak

usia dini yang menggunakan Gadget minimal 2 jam tetapi

berkelanjutan setiap hari mempengaruhi psikologis anak, misalnya,

anak menjadi kecanduan bermain smartphone daripada melakukan

aktifitas yang seharusnya yaitu belajar.

2.2.3 Dampak Penggunaan Smartphone

Di era ini sulit memisahkan kehidupan manusia dengan

smartphone, smartphone seperti kebutuhan yang sangat penting

bagi manusia, kehadiran smartphone di lingkungan anak-anak

sangatlah banyak. Ada beberapa dampak yang di timbulkan

smartphone terhadap anak (Sobry, M. Gustian, 2017).

1. Dampak Negatif

a. Anak yang bermain games di smartphone nya akan

membuat anak semakin berkurangn hubungan sosial

terhadap lingkungan sekitar.

b. Anak-anak akan lupa waktu ,pada zaman sekarang ini

anak akan mudah bermain kapan saja dan dimana saja,

jadi tidak mengherankan jika anak-anak sekarang banyak

menghabiskan waktunya untuk bermain, tidak perduli

siang ataupun malam hari.

17
c. Bahaya/resiko radiasi,paparan radiasi dari gadgrt sangat

berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan anak.

Radiasi gadget sangat beresiko mengakibatkan gangguan

terhadap perkembangan otak dan sistem imun anak. Anak-

anak lebih rentan terhadap resiko radiasi dibandingkan

orang dewasa. Selain radiasi sinyal yang terpancar dari

gadget, pancaran cahaya monitornya juga tidak baik bagi

anak.

d. Hambatan terhadap perkembangan, anak yang memiliki

ketergantungan dengan smartphone cenderung akan

mengalami hambatan dan proses perkembangannya. Hal

ini karena anak yang asik bermain smartphone jarang

bergerak sehingga membuat proses pertumbuhan. Lambat

memahami pelajaran.

e. Kebiasaan anak yang asik dengan gadget akan

berpengaruh terhadap kemampuan otak dalam menangkap

informasi, selain itu anak juga cenderung malas untuk

belajar dan membaca buku akibat dari kecenderungan

untuk bermain gadget

f. Beresiko terhadap perkembangan psikologis anak,

terkadang sebagian game ataupun tontonan pada gadget

memperlihatkan konten kekerasan dan seksual sehingga

hal ini berdampak negatif bagi perkembangan psikologis

18
anak, Hal ini membuat anak lebih cenderung ingin

melakukan hal yang ditonton dan di realisasikan didunia

nyata.

g. Berisiko Kecanduan Smartphone, berawal dari anak-anak

yang hanya menggunakan smartphone untuk bermain

game dan menonton video YouTube akan tetapi anak-anak

perlahan mulai menemukan kegembiraanya di

smartphone sehingga membuatnya anak-anak menjadikan

hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan.

2. Dampak positif

Dari sekian banyak dampak negatif Smartphone bagi

anak, ternyata masih ada dampak positif smartphone yaitu

(Sobry, M. Gustian, 2017) :

a. Meningkatkan ketajaman pengelihatan.

Jenis game action disinyalir dapat merangsang

pengelihatan anak menjadi lebih tajam. Hal initelah diuji

oleh para peneliti di Universitas Rochester di negara

Amerikat Serikat. Dalam game action misalnya saja balap

mobil, tentu pemain dituntut untuk melihat pergerakan

mobil terutama saat menghindari mobil lain atau jalan

yang berkelok. Permainan ini hanya dapat dimainkan oleh

pemain yang memiliki ketajaman mata yang tinggi di

19
samping itu juga kemampuan motorik saat menggerakan

mobil.

b. Merangsang untuk mengikuti perkembangan teknologi

terbaru.

Seorang anak yang juga pengguna gadget tentu

akan mengikuti perkembangan teknologi seperti misalkan

jika ada produk gadget yang baru dan lebih canggih tentu

ia akan tertarik untuk memilikinya. Namun biasanya hal

ini tergantung dari status ekonomi keluarga. Keluarga

yang tergolong mampu secara ekonomi tentu dapat

membelikan anaknya gadget terbaru dibandingkan yang

kurang mampu. Sebab pada dasarnya harga gadget itu

tidaklah murah.

c. Mendukung aspek akademis

Dengan adanya teknologi gadget sebenarnya dapat

mendukung akademis anak. Seorang anak dapat

melakukan browsing dengan gadget akan mudah untuk

mencari informasi perihal pengetahuan yang ia dapat di

sekolah. Jadi ia tidak perlu bersusah payah mencari

katalog buku di perpustakaan untuk mencari informasi

yang berkaitan dengan pengetahuan.

20
d. Meningkatkan kemampuan berbahasa

Anda tidak perlu heran ketika melihat seorang

anak yang sering menggunakan gadget untuk memainkan

game menjadi pandai berbahasa asing. Hal itu dikarenakan

hampir semua game dan aplikasi yang beredar di pasaran

saat ini menggunakan petunjuk berbahasa Inggris. Maka

pemain atau pengguna akan dituntut untuk membaca

petunjuk permainan atau informasi aplikasi agar dapat

memainkannya dengan baik atau menjalankan aplikasi.

Berdasarkan interpretasi efek positif dan negatif

penggunaan smartphone tersebut dapat menyimpulkan bahwa

smartphone adalah sebuah alat digunakan untuk memudahkan

dalam komunikasi di kehidupan sehari-hari, Tetapi ada beberapa

kelebihan dan kekurangan yang mungkin disebabkan oleh

smartphone itu sendiri dan tergantung dari penggunaan media

gsmartphone tersebut digunakan untuk hal-hal yang berguna atau

digunakan secara tidak efektif.

2.2.4. Penggunaan Smartphone Pada Anak Prasekolah

Penggunaan smartphone sekarang tidak hanya dari kalangan

pekerja, tapi smartphone sudah digunakan hampir di semua

kalangan baik itu di kalangan orang dewasa,remaja maupun anak-

21
anak. Penggunaan smartphone berbeda antara orang dewasa dan

anak-anak. Di kalangan orang dewasa smartphone sering di

gunakan sebagai alat komunikasi dan media yang biasa di

gunakan untuk mencari informasi, chat, media social, youtube,

bermain game, dan membaca berita. Sementara itu pada

kelompok anak-anak lebih banyak memiliki batasan seperti

digunakan sebagai media pembelajaran,bermain games, dan

menonton video di youtube.

2.3 Konsep Anak Prasekolah

2.3.1 Definisi Anak Prasekolah

Usia prasekolah (3-6tahun) merupakan masa keemasan

perkembangan aspek sosial anak. Masa keemasan (Golden

Age) adalah masa terjadinya pematangan fungsi psikis dan

fisik yang merespon stimulus lingkungan dan mengasimilasi

atau menginternalisasikan ke dalam pribadinya (Lisye, 2021).

Usia prasekolah atau golden periode yaitu periode lima

tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai

window opportunity, atau critical periode. Golden periode

merupakan masa pertumbuhan keemasan anak yang terjadi satu

kali dalam kehidupan manusia. Pada masa ini otak anak

berkembang sangat pesat, dimana sebagian besar jaringan sel-sel

22
otak berfungsi sebagai pengendali setiap aktivitas dan kualitas

manusia. Periode ini merupakan periode kondusif dalam

menumbuh kembangkan berbagai macam kemampuan,

kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-

emosional dan spiritual.(Setianingsih et al., 2017).

2.3.2 Perkembangan Usia Prasekolah

Periode prasekolah (3-6 tahun) merupakan periode

keemasan anak dan juga merupakan periode kondusif yang

sangat menentukan dalam pembentukan karakter baik sikap,

perilaku dan kepribadian seorang anak di masa depan. Pada fase

ini akan terjadi pertumbuhan fisik, intelektual, mental dan

emosional anak. Otak anak akan berkembang sangat pesat

dimana sebagian besar jaringan sel-sel otak berfungsi sebagai

pengendali setiap aktivitas dan kualitas anak. Anak-anak akan

merespon dan cepat belajar hal-hal baru dengan mengeksplorasi

lingkungan sekitarnya (Jafri & Lidya, 2020).

Ada beberapa aspek-aspek perkembangan yang anak

prasekolah alami diantaranya perkembangan fisik, perkembangan

social, perkembangan emosi, dan perkembangan kognitif anak.

Secara deskriptif ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

23
1. Perkembangan Fisik Anak Prasekolah.

Pengamatan atas perkembangan fisik mengungkapkan

bahwa pertumbuhan itu adalah proses pertumbuhan dimulai dari

kepala hingga ke kaki dan juga proses pertumbuhan dimulai dari

bagian tengah ke arah tepi tubuh, dan perkembangan motorik

kasar lebih dahulu berkembang sebelum motorik halus. Kendali

terhadap kepala dan otot tangan diperoleh sebelum adanya

kendali terhadap otot kaki. Dengan cara yang sama, anak-anak

dapat mengendalikan otot lengannya sebelum mereka dapat

mengendalikan motorik halus pada tangan mereka yang

diperlukan untuk melakukan tugas seperti menulis dan

memotong dengan gunting.

2. Perkembangan Sosial Anak Prasekolah

Salah satu unsur perkembangan sosial adalah

perkembangan kepribadian. Peran orang tua adalah menyediakan

banyak peluang bagi anak-anak untuk membangun kepercayaan,

membuat berbagai macam pilihan serta merasakan sukses dari

pilihan yang mereka buat sendiri. Selain itu, membantu anak-

anak untuk mengenali kebutuhan dan perasaan mereka sendiri

merupakan hal yang penting di dalam membangun kepercayaan

24
anak. Anak harus merasakan bahwa gagasannya adalah gagasan

yang baik dan orang lain menghormati gagasan itu.

3. Perkembangan Emosi Anak Prasekolah

Anak pra-sekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan

bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak

pada usia tersebut. Iri hati pada anak taman kanak-kanak

inisering terjadi. Mereka sering memperebutkan perhatian guru.

Emosi yang tinggi pada umurnya itu lebih disebabkan oleh

masalah psikologis dibanding masalah fisiologis.

4. Perkembangan Kognitif Anak

Jean Piaget menjelaskan perkembangan kognitif terdiri

dari empat tahapan perkembangan, yaitu: Periode Sensorimotor

(usia 0-2 tahun); Periode Praoperasional (usia 2-7 tahun);

Periode Operasional Konkrit (usia 8-11 tahun); dan Periode

Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa). Pada tahap

pemikiran pra operasi dicirikan dengan adanya fungsi simbol,

yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau

menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama

subjek.

25
Anak pra-sekolah umumnya telah terampil dalam

berbahasa, mereka mempresentasikan benda-benda dengan kata-

kata dan gambar. Sebagian besar dari mereka senang bicara,

khususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya anak diberi

kesempatan untuk berbicara. Sebagian dari mereka perlu dilatih

menjadi pendengar yang baik.

26
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan uraian tentang hubungan antara variabel-

variabel yang terkait dengan masalah penelitian dan di bangun berdasarkan

kerangka teori atau hasil study sebelumnya sebagai pedoman penelitian

(Sudibyo, 2013).

Adapun skema kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variable Independen Variable Dependen

Pola Asuh Orang Tua Intensitas penggunaan


smartphone

Variable counfounding

Pendidikan

Lingkungan

Budaya
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua

dengan Intensitas Penggunaan Smartphone pada Anak Usia Prasekolah.

27
3.2. Hipotesisi Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian,dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono,2019). Berdasarkan judul penelitian”

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Intensitas Penggunaan

Smartphone pada Anak Usia Prasekolah di Paud As- Shofa di Bojong Raya

Jakarta Barat”, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

H : Ada Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Intensitas

Penggunaan Smartphone pada Anak Usia Prasekolah di Paud As- Shofa di

Bojong Raya Jakarta Barat.

Ho : Tidak ada Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Intensitas

Penggunaan Smartphone pada Anak Usia Prasekolah di Paud As- Shofa di

Bojong Raya Jakarta Barat.

28
3.3. Definisi operasional

Definisi operasional variabel adalah batasan dan cara pengukuran variabel

yang akan di teliti. Definisi operasional (DO) variabel disusun dalam bentuk

matrik,yang berisi : Nama semua variabel yang di teliti pada kerangka konsep

penelitian, deskripsi variabel (DO), alat ukur, hasil ukur, dan skala ukur yang di

gunakan. Definisi operasional di buat untuk memudahkan dan menjaga

konsistensi pengumpulan data, menghindarkan perbedaan interprestasi serta

membatasi ruang lingkup variabel.

No Definisi
Variable Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Variabel Kuesioner Demokrasi Ordinal


Independen: Pola asuh orang tua merupakan PSDQ Otoriter
Pola asuh gambaran tentang sikap dan Permisif
orangtua perilaku orang tua dan anak
dalam berinteraksi, Kriteria Skor:
berkomunikasi selama Tidak pernah = 1
mengadakan kegiatan Jarang = 2
pengasuhan, dalam kegiatan Kadangkadang = 3
memberikan pegasuhan ini, Sering =4
orang tua akan memberikan Selalu = 5
perhatian, peraturan, disiplin,
hadiah dan hukuman, serta Penilaian skoring :
tanggapan terhadap keinginan 1. Nilai rata-rata
anaknya (Djamarah, 2014) tertinggi dari
masing-masing
pola asuh
menunjukan pola
asuh yang
diterapkan.
2. Apabila

29
didapatkan dua
pola asuh yang
memiliki nilai
tertinngi yang
sama maka
dikatagorikan
sebagai gabungan
antara dua pola
asuh tertinggi
tersebut.
2. Variable Intensitas penggunaan Kuesioner Rendah = skor 1-2 Ordinal
Dependen : smartphone adalah suatu Sedang = skor 3-4
Intensitas ukuran untuk mengukur Tinggi = skor 5-6
Penggunaan frekuensi dan durasi dalam
Smartphone mengakses smartphone.

Durasi dan Frekuensi

1. Rendah, durasi ≤30


menit/hari, frekuensi
2x/hari
2. Sedang, durasi 40-60
menit/hari, frekuensi 2-4
kali/ hari
3. Tinggi, durasi >75
menit/hari frekuensi >4
kali/hari

30
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah suatu rancangan,struktur dan

strategi yang di pilih penelitian dalam menjawab masalah

penelitian.rancangan penelitian yang di pilih harus dapat menjawab tujuan

penelitian yang harus dipilih harus dapat menjawab tujuan

penelitian,meminimalkan kesalahan,dan memaksimalkan reabilitas

(kepercayaan) dan vadilitas (keaslian) hasil penelitian (Sudibyo & Rustika,

2013). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitian Analitik Korelasional. Desain penelitian ini menggunakan

pendekatan analitik cross sectional. Pendekatan analitik cross sectional adalah

jenis penelitian dengan cara pengambilan data variabel bebas dan variabel

terikat yang dilakukan pada sekali waktu secara bersamaan (Dony Setiawan,

2015).

4.2 Populasi dan sample

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan

yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau

generelasasi (Sudibyo & Rustika, 2013). Populasi pada penelitian ini

31
adalah anak usia prasekolah di Paud As-shofa Bojong Raya Jakarta Barat

sebanyak 57 anak dengan rentang usia 3-6 tahun.

4.2.2. Sample

Sample adalah sebuah gugus atau sejumlah tertentu anggota

himpunan yang di pilih cara tertentu agar mewakili populasi (Sudibyo &

Rustika, 2013). Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak

usia prasekolah di Paud As-shofa Bojong Raya Jakarta Barat.

Kriteria sample dari hasil penelitian ini adalah :

1. Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh

subyek penelitian/populasi agar dapat diikutsertakan dalam penelitian

(Sudibyo & Rustika, 2013).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Kriteria inklusi orang tua

a) Orangtua yang bersedia menjadi responden

b) Orang tua yang memiliki anak prasekolah rentang usia 3-6

tahun

c) Orang tua yang anaknya menggunakan smartphone

d) Orang tua yang tinggal bersama dengan anaknya

e) Responden yang dapat menulis dan membaca

32
2. Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek

penelitian yang memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak dapat

diikutsertakan dalam penelitian( Sudibyo & Rustika, 2013).

a) Kriteria eksklusi orangtua

b) Orangtua yang memiliki kelainan/kecacatan mental.

c) Orangtua yang tinggal di luar kota.

4.3. Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Paud As-shofa Bojong Raya Jakarta Barat, dengan

pertimbangan karena belum pernah dilakukan penelitian serupa di tempat tersebut.

4.4. waktu penelitian

Penelitian ini di mulai dari persiapan judul penelitian dan pengajuan proposal

yang di ajukan sejak bulan Maret 2021 dan pengumpilan data di lakukan pada

tanggal 2 Juni 2021.

4.5. Etika Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti harus mempertimbangkan aspek-

aspek terkait dengan prinsip-prinsip etika penelitian. Menurut Hidayat (2014),

etika penelitian diperlukan untuk menghindari terjadinya tindakan yang tidak etis

dalam melakukan penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut

(Hidayat, 2014) :

33
4.5.1 Informed Consent

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian yang

dilakukan, tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang diperoleh

responden, dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar

persetujuan jelas dan mudah dipahami sehingga responden tahu

bagaimana penelitian ini dijalankan. Untuk responden yang bersedia maka

mengisi dan menandatangani lembar persetujuan secara sukarela.

4.5.2 Confidentiality

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil

penelitian berdasarkan data individual, namun data dilaporkan

berdasarkan kelompok.

4.5.3 Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.

4.5.4 Respect for Justice and Inclusiveness (Prinsip keadilan dan

Keterbukaan)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu di jaga dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu lingkungan perlu di kondisikan,

sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan

prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek

34
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya. Peneliti memberikan

intervensi kepada clon responden meski tidak memenuhi kriteria inklusi

penelitian. Jadi peneliti memberikan keadilan terhadap subjek

(Notoadmodjo, 2012).

4.5.5 Benefit (Manfaat)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya. Dan subjek penelitian pada

khusunya. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian ini harus dapat

mencegah atau paling tidak mengurang rasa sakit, cidera, stress, maupun

kematian subjek penelitian (Notoadmodjo, 2012).

4.6. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pola asuh orangtua dengan tingkat

adiksi penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah di Paud As-shofa.

kuesioner yang digunakan peneliti terdiri dari 3 bagian yaitu demografi, pola

asuh orang tua dan tingkat adiksi smartphone dan masing-masing dari kuesioner

tersebut diisi oleh responden.

Kuesioner point 1 untuk menyimpulkan data demografi, kuesioner point 2

untuk menilai pola asuh orangtua, kuesioner ini berjumlah 32 pertanyaan yang

terdiri dari 15 pertanyaan pola asuh demokratis, 12 pertanyaan pola asuh otoriter,

35
dan 5 item pertanyaan pola asuh permisif. Dan masing-masing bagian memiliki

skor 1-5 yaitu dari skor 1= tidak pernah, 2=jarang, 3=kadang-kadang, 4=sering,

5=selalu. Skor bagian tertinggi mengidentifikasikan tipe pola asuh orang tua.

Dan point 3 untuk mengetahui intensitas penggunaan smartphone pada anak usia

prasekolah dan kuesioner ini berjumlah 9 pertanyaan yang terdiri dari 3

pertanyaan untuk mengetahui intensitas penggunaan smartphone,dan 6

pertanyaan digunakan sebagai informasi pendukung dalam penelitian ini.

4.7. Uji vadilitas dan Reabilitas

Uji vadilitas adalah gambaran seberapa jauh pengukuran yang dilakukan

untuk menghasilkan nilai yang sebenarnya ingin di ukur ( Sudibyo & Rustika,

2013 ). Uji vadilitas di gunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam

suatu daftar pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel (Sujarweni, 2014).

Sebuah instrument di katakan valid jika apabila mampu mengukur apa yang kita

inginkan dan apabila dapat mengungkap data dari variabel data yang diteliti

secara tepat (Arikunto, 2010).

Reabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,

maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok

yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2011). Uji reabilitas untuk

mengukur suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang

berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu

variabel yang di susun dalam bentuk kuesioner (Wiratna, 2014).

36
Hasil uji validitas instrument pola asuh orang tua yang telah di lakukan oleh

peneliti Rizky Novitasari, maka di dapatkan hasil uji validitas pada 32

pertanyaan dengan nilai r > 0,422 sehingga kuesioner dinyatakan valid dan pada

hasil reabilitas didapatkan nilai cronbach-a 0,912 sehingga kuesioner dinyatakan

reliable.

Hasil uji validitas instrument intensitas penggunaan smartphone yang telah di

uji oleh peneliti Sandra Dwi Puspitasari yang di dapatkan hasil uji validitas pada

9 item pertanyaan menyatakan bahwa nilai untuk setiap item pertanyaan dengan

kesuluruhan nilai r > 0,473 sehingga seluruh item pertanyaan dinyatakan valid

dan pada hasil reabilitas didapatkan nilai alfa cronbachα >0,6 yaitu 0,9312

sehingga kuesioner dinyatakan reliable.

4.8. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner langsung

kepada orang tua anak prasekolah di Paud As-shofa Bojong Raya Jakarta

Barat,untuk di isi.

Tahapan-tahapan yang di lakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data adalah :

1. Setelah pembimbing menyetujui proposal, peneliti mengurus izin penelitian

dengan membawa surat tertulis dari STIKes KESOSI Jakarta Barat untuk di

serahkan kepada Paud As-Shofa Bojong Raya Jakarta Barat untuk

mendapatkan persetujuan atau izin pengambilan data.

37
2. Setelah mendapatkan izin dari Paud As-shofa Bojong Raya Jakarta Barat

kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud

dan tujuan serta melakukan inform consent.

3. Sebelum lembar kuesioner diisi oleh responden ,peneliti memberikan

penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan responden diberikan

kesempatan untuk bertanya apabila ada pertanyaan di kuesioner yang belum

jelas atau tidak di mengerti.

4. Setelah pertanyaan kuesioner diisi oleh responden, responden di beri

kesempatan untuk memeriksa kembali lembar kuesioner yang belum lengkap

dan apabila belum lengkap maka responden diberi kesempatan untuk

melengkapinya.

5. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada

peneliti untuk pengolahan data.

4.9. Pengelola Data dan Analisa Data

4.9.1 Pengelola Data

Pengelola data adalah upaya mengubah data yang telah di kumpulkan

menjadi informasi yang dibutuhkan ( Sudibyo & Rustika, 2013). Langkah-

langkah pengelola data (Sudibyo & Rustika, 2013) meliputi:

a. Editing

Editing adalah pemeriksaan kembali jawaban responden pada

kuesioner yang mencakup kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan,

keseragaman ukuran, dan sebagainya sebelum diberi kode.

38
b. Coding

Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf

kuesioner tertutup atau semi tertutup menurut macamnya menjadi

bentuk angka untuk pengolahan data komputer.

c. Data file

Data file adalah pembutan program pengolahan data komputer

d. Entry data

Entry data adalah pengetikan kode jawaban responden pada

kuesioner kedalam program pengolahan data.

e. Cleaning data

Cleaning data adalah pembersihan data hasil entry data agar

terhindar dari ketidaksesuaian dengan koding jawaban responden pada

kuesioner.

4.9.2. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo,2012). Analisa univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakterisik setiap

variable penelitian (Notoadmodjo,2012). Analisa univariat digunakan

untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik responden dari data

demografi, variabel independen yaitu pola asuh orang tua dan variabel

dependen adalah tingkat adiksi smartphone pada anak prasekolah.

39
2. Analisa bivariat

Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang di duga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2012). Analisa

akan di lakukan di program SPSS 16.0 for Windows Analisa statistic di

lakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau berkorelasi

(Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisa statistik di lakukan untuk

mengetahui hubungan antara pola asuh dengan intensitas penggunaan

smartphone pada anak usia prasekolah. Pada penelitian ini data yang telah

terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji chi-square.

Menurut M. Sopiyudin Dahlan, (2011) Analisa data yang

menggunakan uji statistic chi square harus memenuhi syarat, sebagai berikut:

a. Syarat chi square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari

lima maksimal 20 % dari jumlah sel.

Jika syarat chi square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu :

a. Alternatif uji chi square untuk tabel 2×2 adalah uji fisher

b. Alternatif uji chi square untuk tabel 2×K adalah kolmogorov smirnov

c. Alternatif uji chi square untuk selain tabel 2×2 dan 2×K adalah

penggabunagn sel. Setelah dilakukan penggabungan sel akan terbentuk

suatu tabel B×K yang baru. Uji hipotesis yang dipilih sesuai dengan

tabel B× K yang baru tersebut.

40
Tabel yang peneliti gunakan 3 x 3, dikarenakan tabel didak

memenuhi syarat untuk uji Chi-Square uji alternative yang dapat di

gunakan untuk tabel 3 x 3 yaitu Kolgomorov Smirnov.

Hubungan antara pola asuh orangtua dengan intensitas penggunaan

smartphone diketahui menggunakan tarif signifikan yaitu  = 0,05,melalui

uji korelasi spearmen akan di peroleh nilai p. penelitian dikatakan

bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05 yang berarti H diterima yang

berarti ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan intensitas

penggunaan smartphone pada usia anak prasekolah dan H0 di tolak.

Penelitian dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p> 0,05 yang

berarti H0 diterima dan H ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara

pola asuh orangtua dengan intensitas penggunaan smartphone pada anak

usia prasekolah di Paud As-Shofa Bojong Raya Jakarta Barat.

41
BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasan

yang diperoleh dari hasil pengumpulan data kuesioner yang telah di isi

oleh responden mengenai hubungan pola asuh orangtua dengan

intensitas penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah di Paud As-

Shofa Bojong Raya,Jakarata Barat yang di laksanakan pada tanggal 2

Juni 2021 dengan total responden 57 orangtua anak. Data yang diperoleh

kemudian dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil analisanya

sebagai berikut :

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Paud As-Shofa, Jalan Madrasah, No. 38A,

RT. 10, Kelurahan Rawa Buaya,Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.

Paud As-Shofa merupakan paud swasta yang dipimpin oleh ibu Maisuri

S.Pd,i, Paud As-shofa ini yang tercatat sebagai sekolah akreditasi C yang

di dirikan pada tanggal 10-10-2011. Sekolah ini memiliki 3 kelas yang

terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu 2 ruang kelas untuk kelas A dan 1 ruang

kelas untuk kelas B dengan 4 tenaga pengajar. Waktu pembelajaran

berlansung selama 6 hari (hari senin s/d sabtu) yang di mulai dari pukul

07.30 WIB s/d 10.00 WIB.

42
5.2. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Usia Orangtua

5.2.1. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Usia Ayah

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ayah pada 57 Anak

Prasekolah di Paud As-Shofa.

No. Usia Frekuensi Presentase %


1 20-30 tahun 13 22.8
2 30-40 tahun 39 68.4
3 >40 tahun 5 8.8
Total 57 100

Pada tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 57 anak prasekolah yang

memiliki ayah dengan rentang usia 20-30 tahun adalah sebanyak

13 orang (22.8 %), ayah dengan rentang usia 30-40 tahun adalah

39 orang (68.4%), dan ayah dengan rentang usia >40 tahun

sebanyak 5 orang (8.8%).

43
5.2.2. Distribusi Gambaran

Responden

Berdasarkan Usia Ibu

Distribusi Responden Berdasarkan Usia ibu pada 57 Anak

Prasekolah di Paud As-Shofa.

Tabel 5.2

No. Usia Frekuensi Presentase %


1 20-30 tahun 23 40.4
2 30-40 tahun 31 54.4
3 >40 tahun 3 5.3
Total 57 100

Pada tabel 5.2 menunjukan bahwa dari 57 anak prasekolah

yang memiliki ibu dengan rentang usia 20-30 tahun adalah

sebanyak 23 orang (40.4%), ayah dengan rentang usia 30-40 tahun

adalah 31 orang (54.4%), dan ayah dengan rentang usia >40 tahun

sebanyak 3 orang (5.3%).

44
5.3. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua

5.3.1. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan

Ayah

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah pada 57

Anak Prasekolah di Paud As-Shofa.

No Pekerjaan Frekuensi Persentase %


1 Swasta 36 63.2
2 PNS 3 5.3
3 Lain-lain 18 31.6
Total 57 100

Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 57 anak prasekolah

dengan pekerjaan ayah swasta adalah sebanyak 36 orang (63.2%),

ayah sebagai pegawai negeri sebanyak 3 orang (5,3%), dan lain-

lain sebanyak 18 orang (31.6%).

45
5.3.2. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan

Ibu

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu pada 57

Anak Prasekolah di Paud As-Shofa.

No Pekerjaan Frekuensi Persentase %


1 Swasta 10 17.5
2 Ibu Rumah Tangga 44 77.2
3 Lain-lain 3 5.3
Total 57 100
Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 57 anak prasekolah

dengan pekerjaan ibu sebagai swasta adalah sebanyak 10 orang

(17.5%), pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 44

orang (77.2%), dan lain-lain sebanyak 3 orang (5.3%).

46
5.4. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua

5.4.1. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir Ayah

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ayah

No Pendidikan Frekuensi Persentase %


1 SMP 4 7.0
2 SMA 44 77.2
3 Perguruan Tinggi 9 15.8
Total 57 100

Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 57 anak prasekolah

yang memiliki ayah dengan pendidikan terakhir SMP adalah sebanyak

2 orang (3.5%), ayah dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 46

orang (80,7%), dan ayah dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi

sebanyak 9 orang (15.8%).

47
5.4.2. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir Ibu

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu

No Pendidikan Frekuensi Persentase %


1 SMP 6 10.5
2 SMA 46 80.7
3 Perguruan Tinggi 5 8.8
Total 57 100
Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 57 anak prasekolah

yang memiliki ibu dengan pendidikan terakhir SMP adalah sebanyak 3

orang (5.3%), ibu dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 49 orang

(86,0%), dan ibu dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi

sebanyak 5 orang (8.8%).

48
5.5. Distribusi Gambaran Responden Berdasarkan Umur Anak

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Anak

No Usia Anak Frekuensi Persentase


2 4 Tahun 16 28.1
3 5 Tahun 29 50.9
4 6 Tahun 12 21.1
Total 57 100
Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 57 anak prasekolah

yang memiliki usia 4 tahun yaitu sebanyak 16 orang (28.1%), anak

berusia 5 tahun yaitu sebanyak 29 orang (50.9%), dan anak yang

berusia 6 tahun yaitu sebanyak 12 anak (21.1%).

49
5.6. Distribusi Gambaran Pola Asuh Orang Tua Yang Diterapkan

Pada Anak Prasekolah di Paud As-Shofa

Tabel 5.8

Distribusi Gambaran Pola Asuh Orang Tua Yang Diterapkan Pada

Anak Prasekolah di Paud As-Shofa

No Pola Asuh Frekuensi Persentase


1 Demokratis 49 86.0
2 Otoriter 3 5.3
3 Permisif 5 8.8
Total 57 100
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan distribusi responden

berdasarkan jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dari 57

anak prasekolah menunjukkan jenis-jenis pola asuh orang tua

demokratis yaitu sebanyak 49 orang (86.0%), pola asuh otoriter yaitu

sebanyak 3 orang (5.3%) dan pola asuh permisif yaitu sebanyak 5

orang (8.8 %).

50
5.7. Distribusi Gambaran Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Usia

Anak Prasekolah Pada Paud As-Shofa

Tabel 5.9

Distribusi Gambaran Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Usia

Anak Prasekolah Pada Paud As-Shofa

No Intensitas Penggunaan Frekuensi Persentase


1 Rendah 32 56.1
2 Sedang 20 35.1
3 Tinggi 5 8.8
Total 57 100

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan intensitas penggunaan smartphone dari 57 anak prasekolah

dengan katagori rendah yaitu sebanyak 32 orang (56.1%), anak

prasekolah dengan katagori sedang yaitu sebanyak 20 orang (35.1%),

dan anak prasekolah dengan katagori tinggi yaitu sebanyak 5 orang

(8.8%).

51
5.8. Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Intensitas

Penggunaan Smartphone

Tabel 5.10

Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Intensitas

Penggunaan Smartphone

Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Intensitas

Penggunaan Smartphone Pada Usia Anak Prasekolah di Paud As-

Shofa Bojong Raya Jakarta Barat.

Pola asuh Intensitas Penggunaan Smartphone Jumlah


Rendah Sedang Tinggi
OrangTua P - Value

0.000
N % N % N % ∑ %
Demokratis 31 63,3% 18 36,7% 0 0% 4 100%
9
Otoriter 1 33,3% 2 66,7% 0 0% 3 100%
Permisif 0 0% 0 0% 5 100,0% 5 100%
Jumlah 32 56,1% 20 35,1% 5 8.8% 5 100%
7
Pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa hubungan pola asuh orang

tua dengan intensitas penggunaan smartphone pada anak usia

prasekolah bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis

memiliki anak yang menggunakan smartphone dengan intensitas

rendah sebanyak 31 orang (63.3%), dan yang menggunakan

smartphone dengan intensitas sedang 18 orang (36,7%), sedangkan

52
orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki anak yang

menggunakan smartphone dengan intensitas rendah sebanyak 1 orang

(33,3%), dan yang menggunakan smartphone dengan intensitas sedang

2 orang (66,7), serta orangtua yang menerapkan pola asuh permisif

memiliki anak dengan penggunaan smartphone dengan intensitas

tinggi sebanyak 5 orang (100%).

Di lihat dari hasil analisis bivariate di dapatkan nilai pvalue

sebesar 0,00 artinya p<0,05 sehingga hipotetis H di terima dan dapat

di simpulkan bahwa terdapat ada hubungan antara hubungan pola asuh

orangtua dengan intensitas penggunaan smartphone pada anak usia

prasekolah di Paud As-Shofa Bojong Raya Jakarta Barat.

53
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan melakukan pembahasan hasil penelitian

“Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Intensitas Penggunaan

Smartphone pada Anak Usia Prasekolah di Paud As-Shofa Bojong Raya

Jakarta Barat.

6.1. Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah di Paud As-

Shofa Bojong Raya, Jakarta Barat.

Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar

orang tua anak usia prasekolah di Paud As-Shofa menerapka pola asuh

demokratis yaitu sebanyak 49 orang (86,0%), sedangkan orangtua yang

menerapkan pola asuh otoriter sebanyak 3 orang (5.3%), dan orangtua

yang menerapkan pola asuh permisif sebanyak 5 orang (8.8%). Pada

penelitian ini dari 57 responden dapat diketahui bahwa pola asuh

demokratis lebih dominan di terapkan pada anak usia prasekolah di Paud

As-Shofa Bojong Raya. Menurut Wiyani (2016 :104) pola asuh

demokratis menjadikan sosok anak yang berfikiran terbuka, mudah

bergaul dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Pola asuhan demokratif

ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya.

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana demokratik,

perkembangannya lebih luwes dan dapat menerima kekuasaan secara

rasional (H. Masni,2017).

54
Penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor orangtua

menerapkan pola asuh demokratis adalah pendidikan dan pekerjaan

orangtua. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabulasi silang bahwa orang tua

yang menerapkan pola asuh demokratis sebagian besar ayah memiliki

riwayat pendidikan SMA yaitu sebanyak 39 orang (88.6%). Sedangkan

ayah dengan riwayat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 8 orang

(88.9%), dan ayah dengan riwayat pendidikan SMP sebanyak 2 orang

(7.0%),. Selain itu, dari 57 responden ibu yang menerapkan pola asuh

demokratis dengan riwayat pendidikan SMA sebanyak 42 orang

(91.3%), sedangkan ibu dengan riwayat pendidikan SMP sebanyak 3

orang (50.0%), dan ibu dengan riwayat pendidikan perguruan tinggi

sebanyak 4 orang (80.0%). Dan faktor lain yang mempengaruhi

penerapan pola asuh demokratis selain pendidikan yaitu dipengaruhi

oleh faktor pekerjaan orang tua. Hal ini ditunjukkan pada hasil tabulasi

silang didapatkan hasil bahwa, sebagian besar ayah dengan pekerjaan

swasta sebanyak 33 orang (91,7%) menerapkan pola asuh demokratis.

Sedangkan, sebagian besar ibu yang menerapkan pola asuh demokratis

sebanyak 38 orang (86,4%) memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga. Hal ini sesuai dengan pendapat Edwards,(2006) sebagaimana

yang di kutip oleh Rahman,Putri, (2012), pola asuh orang tua dapat

dipengerahui oleh factor pendidikan,lingkungan dan budaya.

55
Orang tua yang menerapan pola asuh otoriter sebanyak 3 orang

(5.3%). Penerapan otoriter Menurut Agus,2012 dapat membuat anak

merasa tidak diterima, tidak disayang, dikecilkan, bahkan dibenci oleh

orang tuanya. Anak-anak yang mengalami penolakan dari orang tuanya

akan menjadi pribadi yang tidak mandiri, atau kelihatan mandiri tetapi

tidak memperdulikan orang lain. Penerpan pola asuh otoriter ini lebih

mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan

standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-

ancaman, Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter adalah anak

memiliki sifat dan sikap seperti: mudah tersinggung, penakut, pemurung

dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, tidak

mempunyai arah masa depan yang jelas, dan tidak bersahabat.

(Subarkah,2019).

Pendidikan dari orang tua juga berpengaruh dalam penerapan

pola asuh otoriter kepada anak. hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil

tabulasi silang bahwa dari 3 orang (5.3%) yang menerapkan pola asuh

otoriter menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang ibu (50.0%)

berpendidikan SMP. Sedangkan sebanyak 1 orang ayah (2.3%) memiliki

pendidikan terakhir SMA, dan sebanyak 2 orang ayah (50.0%) memiliki

pendidikan terakhir SMP menerapkan pola asuh otoriter pada anak. Hal

tersebut dikarenakan pendidikan dan pengalaman orangtua dalam

perawatan anak akan mempengaruhi persiapan orangtua untuk

56
menjalankan pengasuhan (Edward, 2006). Peneliti berasumsi bahwa

anak-anak yang di didik dengan pola asuh otoriter akan memiliki sifat

penakut,mudah tersingung dan merasa tidak bahagia karena pola asuh

otoriter ini hanya terjadi komunikasi satu arah. Dimana orang tua yang

lebih memutuskan untuk menentukan segala sesuatu pada anaknya.

Sedangkan orangtua yang menerapkan pola asuh permisif

sebanyak 5 orang (8.8%).Penerapan pola asuh permisif menurut Wiyani

(2016:197) menjadikan anak yang mandiri, yaitu anak mampu

melakukan berbagai tugas kesehariannya sendiri, mampu mengambil

keputusan sendiri ketika dihadapkan oleh berbagai tugas atau

permasalahan. pola asuh permisif pada anak adalah dalam rangka

membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan dan

memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa

pengawasan yang cukup darinya (Subarkah,2019). Susanti (2017)

menyatakan bahwa orang tua dengan pola asuh permisif hanya

memberikan sedikit perintah dan tidak menggunakan kekerasan

sehingga anaknya diperbolehkan mengatur tingkah lakunya sendiri.

57
Berdasarkan hasil analisa ketiga pola asuh tersebut, peneliti

berasumsi jika penerapan pola asuh orang tua yang baik diterapkan

untuk mendidik dan membimbing anak usia prasekolah yaitu pola asuh

demokratis karena dalam penerapan pola asuh demokratis terjalinnya

komunikasi 2 arah antara orangtua dan anak sehingga tidak ada

pemaksaan antar anak dan orangtua. Orangtua memprioritaskan

kepentingan anak tapi tidak ragu dalam mengendalikannya. Anak yang

di didik dengan pola asuh demokratis akan memiliki kepribadian yang

lebih percaya diri, lebih mandiri, menjadikannya sosok anak yang

berfikiran terbuka , mudah bergaul dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Penerapan pola asuh pada anak sangat berpengaruh di kehidupannya dan

perilakunya sehari-hari oleh karena itu penerapan pola asuh sangat

penting untuk mendidik dan membimbing anak khusunya pada masa

usia prasekolah karena pada fase ini anak akan cenderung mengikuti

keadaan di sekitar lingkungannya. Dalam fase ini juga sangat

menentukan dalam pembentukan karakter baik,sikap,sifat,perilaku dan

kepribadian seorang anak dimasa depan,(setianingsih et,al,2018).

58
6.2. Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah di

Paud As-Shofa Bojong Raya

Pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan

smartphone dari 57 anak prasekolah dengan katagori rendah yaitu

sebanyak 32 orang (56.1%), anak prasekolah dengan katagori sedang

yaitu sebanyak 20 orang (35.1%), dan anak prasekolah dengan katagori

tinggi yaitu sebanyak 5 orang (8.8%). Penelitian ini menjelaskan bahwa

mayoritas anak usia prasekolah yang bersekolah di Paud As-Shofa

Bojong Raya, Jakarta Barat intensitas penggunaan smartphone dengan

intensitas rendah. Anak prasekolah dengan intensitas penggunaan

smartphone dengan katagori rendah yaitu sebanyak 32 orang (56.1%)

rata-rata 2 kali/hari dengan durasi 30 menit/hari. hasil wawancara

dengan orang tua mengaku bahwa telah membatasi anaknya untuk

bermain gadget. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam

mengontrol penggunaan smartphone pada anak prasekolah. Starburger

(2016) berpendapat bahwa seorang anak hanya boleh berada di depan

layar < 1 jam setiap harinya.

Anak prasekolah dengan intensitas penggunaan smartphone

dengan katagori sedang yaitu sebanyak 20 orang (35.1%) rata-rata 2-4

kali/hari dengan durasi 40-60 menit/hari. Dan Anak prasekolah dengan

intensitas penggunaan smartphone dengan katagori tinggi yaitu

59
sebanyak 5 orang (8.8%), rata rata >4 kali/ hari berdurasi ≥75

menit/hari. Intensitas penggunaan smartphone terlalu tinggi dan sering

tanpa pengawasan orangtua dapat mengakibat kecanduan terhadap

smartphone dan dapat mengakibatkan anak jarang bersosilisasi dan

berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitarnya. jika anak telah

mengalami kecanduan gadget dapat ditandai sikap egois atau sulit

berbagi waktu dengan orang lain jika anak sedang menggunakan gadget

Maulida (2013).

Penggunaan Smartphone sendiri menurut data penelitian yang

diisi oleh orang tua responden menggunakan lembar kuesioner

mengemukakan bahwa anak lebih sering menggunakan smartphone

untuk menonton video/youtube dan bermain game, walaupun ada

sebagain anak yang menggunakan smartphone untuk belajar untuk

menambah wawasan anak-anak dalam penggunaan smartphone tersebut .

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurrachmawati (2014)

mengatakan bahwa pada kenyataannya anak lebih sering menggunakan

gadget untuk bermain game dari pada untuk belajar atau bermain diluar

rumah bersama teman-teman seusianya. pemakaian gadget pada anak

usia prasekolah lebih menyenangkan dibandingkan dengan bermain

dengan teman sebaya. Fitur yang semakin inovatif, fleksibel dan kreatif

pada gadget menimbulkan rasa ketertarikan dan kenyamanan pada saat

anak bermain gadget (Sunita & Mayasari, 2018).

60
Peneliti berasumsi intensitas penggunaan smartphone dapat

dipengaruhi pola asuh orang tua dalam penggunaan smartphone.

Penggunaan smartphone dengan frekuensi dan durasi yang tinggi tanpa

adanya pengawasan dan pembatasan orang tua dapat meningkatkan

tingkat kecanduan smartphone anak-anak. Dampak negatif yang yang

akan terjadi adalah penurunan dalam bersosialisasi dengan orang

sekitar , penurunan konsentrasi belajar, karena disaat belajar pikiran

mereka hanya di penuhi dengan smartphone dan oleh sebab itu mereka

kurang konsentrasi pada saat waktu belajar dan menimbulkan gangguan

mata , karena smartphone itu punya radiasi yang sebenarnya bahaya bagi

tubuh dan mata.

61
6.3 Hubungan Pola Asuh OrangTua dengan Intensitas Penggunaan

Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah Di Paud As-Shofa Bojong

Raya, Jakarta Barat.

Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem,

cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung

arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri.

Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem,

cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung

arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri (Rabiatul

Adawiah,2017).

Intensitas merupakan suatu bentuk kuantitas yang muncul

berdasarkan tingkatan frekuensi serta durasi pada stimulus fisik yang

diterima. Menurut Tubbs & Moss menerangkan bahwa intensitas

merupakan suatu momentum yang dipengaruhi oleh waktu. Suatu

momentum yang cenderung untuk diketahui dengan waktu. Intensitas

dapat dilihat dengan mengetahui tingkatan frekuensi dan durasi yang

nampak ketika melakukan suatu hal. (Oktaria alexander,2017).

62
Pada tabel 5.10 hubungan antara pola asuh orangtua dengan

intensitas penggunaan smartphone di dapatkan hasil analisis bivariate nilai

pvalue sebesar 0,00 artinya p<0,05 sehingga hipotetis H di terima dan

dapat di simpulkan bahwa terdapat ada hubungan antara hubungan pola

asuh orangtua dengan intensitas penggunaan smartphone pada anak usia

prasekolah di paud as-shofa bojong raya,Jakarta Barat. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukan bahwa dari 57 responden, sebanyak 31 orang

(63.3%) menerapkan pola asuh orang tua demokratis memiliki anak dengan

intensitas penggunaan smartphone katagori rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang di

lakukan oleh Widiastiti et,al (2020) di 10 TK yang berada di wilayah

Kabupaten Badung yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan

antara pola asuh orangtua dengan intensitas penggunaan smartphone. Pola

asuh orang tua sangat mempengaruhi intensitas penggunaan smartphone pada

anak usia dini. Selain itu, jika digunakan dengan benar, bantuan orang tua dengan

penggunaan gawai juga akan berdampak positif, tetapi jika tidak dikendalikan,

penggunaan gawai mungkin berdampak negatif pada anak-anak

(Primayana,2021).

63
Intensitas penggunaan smartphone oleh anak usia dini dapat

meningkat dengan tajam ketika pola asuh yang dipilih untuk diterapkan

oleh orang tua tidak tepat, selain itu pendampingan orang tua akan

penggunaan smartphone juga membawa dampak yang positif jika dapat

digunakan dengan baik namun jika tidak dilakukan kontrol maka

penggunaannya bisa meningkat kearah yang negatif sehingga menimbulkan

dampak negatif bagi anak ( Mita Widiastiti, 2020). Peneliti berpendapat

bahwa pola asuh orangtua sangat di butuhkan agar anak dapat mengikuti

perkembangan media dan teknologi dengan baik dan orangtua harus

mendampingi,mengawasai dan memberika batasan-batasan pada anak

dalam menggunakan smartphone agar anak dapat menggunakan

smartphone dengan baik dan tidak berdampak negatif untuk kedepannya.

Orangtua harus memberikan pengetahuan menggenai penggunaan

smartphone terutama mengenai batasan waktu dan penggunaannya. Dan

penggunaan smartphone pada anak usia prasekolah dapat terkontrol dengan

baik apabila anak mendapatkan penerapan pola asuh yang tepat seperti pola

asuh demoktratis dimana dalam penerapan pola asuh ini anak memiliki

kebebasan dalam menggunakan smartphone tapi masih dalam pengawasan

orangtua sehingga anak dapat menggunakan smartphone dengan baik dan

terhindar dari penyalahgunaan smartphone yang bisa berdampak negatif

untuk anak.

64
BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa mengenai hubungan antara

pola asuh orangtua dengan intensitas penggunaan smartphone pada anak usia

prasekolah di paud As-Shofa Bojong Raya,Jakarta Barat maka dapat di

simpulkan sebagai berikut :

1. Dari 57 responden Orang Tua di Paud As-Shofa Bojong

Rawa,Jakarta Barat sebagian besar orangtua menerapkan pola

asuh demokratis sebesar 49 orang (86,0%).

2. Intensitas Penggunaan Smartphone pada anak usia prasekolah di

Paud As-Shofa Bojong Rawa,Jakarta Barat sebagian besar

termasuk dalam kategori intensitas rendah sebanyak 32 orang

(56.1%).

3. Hasil uji statistic menunjukan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pola asuh orangtua dengan intensitas penggunaan

smartphone pada anak usia prasekolah di paud As-Shofa Bojong

Raya,Jakarta Barat (p value = 0,00)

65
7.2. Saran

7.2.1. Bagi orang tua murid Se- paud As-Shofa Bojong Raya,Jakarta

Barat

Terapkan lah pola asuh yang baik seperti pola asuh demoktratis

dalam mendidik dan membimbing anak dan selain itu

pendampingan dan pengawasan orangtua dalam penggunaan

smartphone pada anak usia prasekolah sangat lah penting.

Orangtua harus memberikan pengetahuan mengenai penggunaan

smartphone terutama batasan waktu penggunaannya.

7.2.2. Bagi tempat penelitian (Paud As-Shofa Bojong Raya,Jakarta Barat)

Di harapkan kepada tenaga pendidik dapat memberitahu para

orangtua untuk ikut serta dalam pola pengasuhan anak dan

terutama dalam pengasuhan dalam penggunaan smartphone serta

tenaga pendidik dapat memberikan bimbingan kepada anak

prasekolah supaya tidak sering menggunakan smartphone untuk

sesuatu yang tidak bermanfaat.

66
7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan

penerapan pola asuh orang tua dan perkembangan teknologi

khususnya media gadget. Dan peneliti berharap peneliti selanjutnya

dapat meneliti lebih mendalam mengenai hubungan antara pola

asuh orangtua dengan intensitas penggunaan smartphone pada anak

usia prasekolah.

67
DAFTAR PUSTAKA
Agustika, Ni Luh Gede Mita Widiastiti; Gusti Ngurah Sastra. 2020. “Intensitas
Penggunaan Gadget Oleh Anak Usia Dini.” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
8(June):112–20.
Arief, Yunisufyanti, and Ilya Krisnana. 2020. “Gambaran Pola Asuh Orang Tua.” 57–
63.
Arikanto. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2010. Metedologi Penelitian. yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chikmah, Adevia Maulidya, and Desy Fitrianingsih. 2018. “Pengaruh Durasi
Penggunaan Gadget Terhadap Masalah Mental Emosianal Anak Pra Sekolah Di
Tk Pembina Kota Tegal.” Siklus : Journal Research Midwifery Politeknik Tegal
7(2):295. doi: 10.30591/siklus.v7i2.896.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2014. STATISTIK UNTUK KEDOKTERAN DAN
KESEHATAN Deskriftif, Bivariat, Dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi
Menggunakan SPSS. Epidemologi.
Dony Setiawan, H. P. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk Mahasiswa
Kesehatan. Jember: Graha Ilmu.
Halong, Kecamatan, Kabupaten Balangan, Rabiatul Adawiah, Dosen Program, Studi
Ppkn, and Fkip Ulm Banjarmasin. 2017. “33 Rabiatul Adawiah, Pola Asuh
Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak: Studi Pada
Masyarakat Dayak Di POLA ASUH ORANG TUA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK (Studi Pada Masyarakat Dayak Di
Kecamatan Halong Kabupaten Balangan).” 7(1):33–48.
Heni, Heni, and Ahmad Jalaludin Mujahid. 2018. “Pengaruh Penggunaan
Smartphone Terhadap Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Pra-Sekolah.”
Jurnal Keperawatan Silampari 2(1):330–42. doi: 10.31539/jks.v2i1.341.
Jafri, Yendrizal, and Lidya Defega. 2020. “Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-
ISSN : 2622-2256 Gadget Dengan Perkembangan Sosial Dan Bahasa Anak Usia
3 – 6 Tahun Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256.”
3(1):76–83.
Maarif, Nina Nuriyah. 2021. “PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA
TERHADAP KECERDASAN EMOSI ANAK USIA DINI : Studi Siswa
Kelompok Bermain Permata Hati Desa Dungus Gresik.” 8(20):30–53.

68
memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup darinya, Milana Abdillah. 2019. “Pengaruh Gadget Terhadap
Perkembangan Anak.” Rausyan Fikr : Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan
15(1):125–39. doi: 10.31000/rf.v15i1.1374.
Nasution, Mawaddah. 2021. “Factors Affecting Smartphone Addiction in Children.”
Proceeding International Seminar of Islamic Studies 2(1):108–15.
Paridawati, Ita, Musnar Indra Daulay, and Rizki Amalia. 2021. “JOURNAL ON
TEACHER EDUCATION Research & Learning in Faculty of Education
Persepsi Orangtua Terhadap Penggunaan Smartphone Pada Anak Usia Dini Di
Desa Indrasakti Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.” 2:28–34.
Primayana, Kadek Hengki, and Putu Yulia Angga Dewi. 2020. “Hubungan Pola Asuh
Demokratis Dan Intensitas Penggunaan Gawai Pada Anak Usia Dini.” Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5(1):710. doi:
10.31004/obsesi.v5i1.697.
Rahman, Putri, and Elvi Yusuf. 2012. “Gambaran Pola Asuh Orangtua Pada
Masyarakat Pesisir Pantai.” Predicara 1(1).
Rizky Novitasari Suherman. 2019. “HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA
DENGAN TINGKAT KECANDUAN GADGET PADA ANAK
PRASEKOLAH.” STIKES Hang Tuah Surabaya.
Sari, Sandra dwi Puspita. 2019. “Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Gadget
Dengan Perkembangan Personal Sosial Dan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) Di TK R. A AL-JIHAD Kota Malang.” Universitas Brawijaya
Malang.
Setianingsih, S. 2018. “Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Prasekolah
Dapat Meningkatan Resiko Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas.”
Gaster 16(2):191. doi: 10.30787/gaster.v16i2.297.
Sobry, M. Gustian. 2017. “Peran Smartphone Terhadap Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak.” M.Gustian Sobry 2(2):24–29.
Sugiyono. 2019. METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung: ALFABETA.
Sunita, Indian, and Eva Mayasari. 2018. “Pengawasan Orangtua Terhadap Dampak
Penggunaan Gadget Pada Anak.” Jurnal Endurance 3(3):510. doi:
10.22216/jen.v3i3.2485.
Wahyuningrum, Ari Damayanti. 2021. “HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN
TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA
PRASEKOLAH Macam-Macam.” 2:28–32.

69
Zaini, Muhammad, and Soenarto Soenarto. 2019. “Persepsi Orangtua Terhadap
Hadirnya Era Teknologi Digital Di Kalangan Anak Usia Dini.” Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 3(1):254. doi: 10.31004/obsesi.v3i1.127.
(Arikanto 2011)(Azwar 2010)(Heni and Mujahid 2018)(Zaini and Soenarto 2019)
(Chikmah and Fitrianingsih 2018)(Sunita and Mayasari 2018)(Setianingsih
2018)(Arief and Krisnana 2020) (memberikan kesempatan pada anaknya untuk
melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya 2019)(Halong et al.
2017)(Maarif 2021)(Rahman and Yusuf 2012)(Paridawati, Daulay, and Amalia
2021)(Sobry 2017)(Jafri and Defega 2020)(Nasution 2021)(Wahyuningrum
2021) (Sugiyono 2019)(Dony Setiawan 2015)(Rizky Novitasari Suherman 2019)
(Dahlan 2014)(Sari 2019)(Sari 2019)(Primayana and Dewi 2020)(Agustika
2020)

70
Lampiran 1

Hubungan Pola Asuh OrangTua dengan Intensitas Penggunaan Smartphone


Pada Anak Usia Prasekolah di Paud As-Shofa Bojong Raya Jakarta Barat

No. Rencana Tahun 2021


kegiatan Maret April Mei Juni
III IV I II III IV I II III IV I II III I
Pelaksanaan
bimbingan
proposal
Pendaftaran
seminar
proposal
Ujian seminar
proposal
Revisi seminar
proposal
Penelitian dan
pengolahan
data
Seminar skripsi
Revisi seminar
skripsi
Pengumpulan
skripsi

Pembimbing
Penulis

(Ns. Nur Afni Wulandari., M.Kep.)


(Hayatiras)
NIDN.030259201

71
LAMPIRAN 4
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : HAYATIRAS
NIM : 11170003
Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes KESOSI

Dengan ini mengajukan dengan hormat kepada Saudara/Saudari untuk bersedia


menjadi responden penelitian yang akan saya lakukan dengan judul “Hubungan
Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Intensitas Penggunaan Smartphone Pada
Anak Usia Prasekolah di Paud As-Shofa Bojong Raya Jakarta Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Pola Asuh Orang
Tua Dengan Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah di Paud
As-Shofa Bojong Raya Jakarta Barat. Pada kesempatan ini saya meminta Bapak/Ibu
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia, maka Bapak/Ibu
diminta untuk mengisi dengan jujur.

Bapak/Ibu berhak untuk tidak bersedia mengikuti penelitian ini dan jika selama
penelitian berlangsung, Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri menjadi responden
dalam penelitian ini. Apabila ada pertanyaan lebih dalam tentang penelitian ini dapat
menghubungi peneliti.

Demikianlah permohonan ini saya buat, atas kerjasama yang baik saya ucapkan
terima kasih.

Jakarta, ....../ ......./ 2021


Peneliti

(HAYATIRAS)

72
LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya telah membaca penjelasan dari peniliti dan saya telah mengetahui tujuan,
manfaat dari penelitian yang berjudul “ Hubungan Pola Asuh OrangTua dengan
Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah” yang dilakukan
oleh :

NAMA : HAYATIRAS

NIM : 11170003

Saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat saya serta menjaga kerahasian saya sebagai orang yang mengisi lembar
pertanyaan (responden). Saya telah memahami bahwa peneliti ini akan menjadi
masukan yang bermanfaat bagi saya untuk menambah pengetahuan tentang
Hubungan Pola Asuh OrangTua dengan Intensitas Penggunaan Smartphone Pada
Anak Usia Prasekolah. Oleh karena itu saya menyatakan secara sukarela
berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jakarta,…./…./2021

Responden

(…………………………….)

73
KUESIONER DATA DEMOGRAFI

1. Petunjuk

a) Saudara tidak perlu menuliskan nama.

b) Berikan jawaban anda sejujurnya karena kejujuran anda sangat penting

dalam penelitian karena dalam penilaian ini tidak ada jawaban benar

atau salah.

c) Saudara dipersilahkan memilih salah satu jawaban yang tersedia

dengan memberi tanda (√) pada kotak jawaban yang tersedia.

d) Usahakan agar tidak ada satupun jawaban yang terlewatkan.

e) Anda sepenuhnya bebas menentukan pilihan, setelah diisi mohon

diserahkan kembali dan apabila kurang jelas, saudara berhak bertanya

kepada peneliti

2. Data Demografi

1) Usia ayah 2) Usia Ibu

20-30 Tahun 20-30 Tahun

30-40 Tahun 30-40 Tahun

>40 Tahun >40 Tahun

3) Pekerjaan Ayah 4) Pekerjaan Ibu

Swasta Swasta

PNS PNS

TNI/POLRI TNI/POLRI

Tidak bekerja Ibu RumahTangga

74
Lain – lain, sebutkan Lain – lain, sebutkan

5) Pendidikan Terakhir Ayah 6) Pendidikan Terakhir

Ibu SD SD

SMP SMP

SMA SMA

Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi

7) Usia anak

3 Tahun 5 Tahun

4 tahun 6 Tahun

75
LAMPIRAN 6

Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Intensitas Penggunaan

Smartphone Pada Anak Usia Prasekolah

1. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua (Parenting Styles Questionnaire)

A. Petunjuk pengisian kuesioner

1) Isilah data dibawah ini dengan lengkap.

2) Berilah tanda (√) pada kotak yang telah disediakan dan pilihlah

sesuai keadaan yang sebenarnya.

jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu :

Selalu(SL) : setiap saat selalu melakukan kegiatan tersebut

Sering(SR) : pada sebagian waktu melakukan kegiatan tersebut

Kadang-kadang(KD): frekuensi melakukan dan tidak

melakukan sama

Jarang (JR) : hanya beberapa kali melakukannya

Tidak Pernah (TP) : tidak pernah melakukan kegiatan tersebut

3) Setelah selesai menjawab mohon kuisioner ini dikembalikan

kembali.

76
No Pertanyaan TP JR KD SR SL

1 Bapak/Ibu peka terhadap perasaan dan kebutuhan


anak anda
2 Bapak /Ibu menggunakan hukuman fisik sebagai cara
mendisiplinkan anak
3 Bapak/Ibu terlebih dulu mempertimbangkan
keinginan anak sebelum memintanya melakukan
sesuatu
4 Bila anak menanyakan mengapa dia harus melakukan
sesuatu, bapak/ibu menjawab karena bapak/ibu yang
menyuruh, atau bapak/ibu adalah orang tuanya dan hal
itu yang bapak/ibu inginkan
5 Bapak/ibu menjelaskan pada anak bagaimana
perasaan bapak/ibu tentang perilakunya yang baik dan
buruknya
6 Bapak/ibu memukul anak ketika anak tidak mematuhi
aturan
7 Bapak/ibu mendorong anak untuk berbicara mengenai
perasaan dan masalah-masalahnya.
8 Bapak/ibu merasa kesusahan dalam mendisiplikan
anak
9 Bapak/ibu mendorong anak untuk menyatakan
perasaannya dengan bebas, meskipun dia tidak setuju
dengan bapak/ib
10 Bapak/ibu menghukum anak dengan menghilangkan
hak kebebasannya, tetapi bapak/ibu memberikan
sedikit penjelasan (misal menonton tv, bermain
dengan teman atau bermain game).
11 Bapak/ibu memberikan alasan mengapa aturan harus
ditaati pada anak
12 Bapak//ibu menghibur dan memberikan pemahaman
kepada anak ketika anak sedang marah
13 Bapak/ibu berteriak atau memarahi ketika anak
berlaku tidak pantas atau nakal
14 Bapak/ibu memberikan pujian pada anak ketika
melakukan hal yang baik
15 Bapak/ibu membiarkan anak melakukan sesuatu yang
dapat mencelakai dirinya
16 Bapak/ibu melampiaskan kemarahan kepada anak
17 Bapak/ibu lebih sering menggunakan ancaman
sebagai bentuk hukuman
18
Bapak/ibu mempertimbangkan pilihan anak dalam

77
merencanakan sesuatu untuk keluarga (misal liburan
bersama)

19 Bapak/ibu menghukum anak dengan tidak emosi,


tetapi memberikan kasih sayang seperti memeluk atau
mencium
20 Bapak/ibu menggunakan ancaman untuk menghukum
anak dan tidak benar-benar melakukannya
21 Bapak/ibu menghargai pendapat anak dengan
mendorongnya untuk mengemukakannya
22 Bapak/ibu mengijinkan anak untuk memberikan
masukan dalam membuat peraturan keluarga
23 Bapak/ibu memarahi dan mengkritik anak supaya dia
memperbaiki kelakuannya
24 Bapak/ibu memberikan alasan/penjelasan terlebih
dahulu pada anak mengapa peraturan harus ditaati
25 Bapak/ibu memberikan alasan kepada anak mengapa
aturan yang telah ditetapkan harus ditaati
26 Bapak/ibu menggunakan ancaman sebagai bentuk
hukuman dengan sedikit atau tanpa pembenaran dari
anak bapak/ibu
27 Bapak/ibu meluangkan waktu dengan suasana hangat
dan akrab dengan anak
28 Bapak/ibu menghukum anak dengan mengurung anak
sendirian dengan tidak memberikan penjelasan/sedikit
penjelasan
29 Bapak/ibu membantu anak untuk memahami dampak
dan konsekuensi dari perilakunya dengan memberikan
kesempatan anak untuk menjelaskan akibat-akibat
dari tindakannya sendiri
30 Bapak/ibu memarahi atau mengkritik anak saat
perilakunya tidak sesuai dengan yang bapak/ibu
harapkan
31 Bapak/ibu menjelaskan konsekuensi dari perilaku
yang dilakukan anak
32 Bapak/ibu memukul anak ketika anak berperilaku
buruk

78
2. Intensitas Penggunaan Smartphone

A. Petunjuk pengisian kuesioner

a) Pilihlah salah satu jawaban yang paling dengan cara memberi

tanda (√) dan mengisi jawaban pada pilihan jawaban yang

sudah disediakan.

b) Jawaban diisi dengan sejujurnya.

1 Apakah anak Bapak/Ibu pernah menggunakan gadget?

□Ya □Tidak

Jika ya: Jenis gadget apakah yang anak Bapak/Ibu gunakan saat ini?

(Jawaban boleh lebih dari satu)

□Smartphone / Handphone □Tablet □Laptop □Video Game

□ Lainnya, sebutkan

2 Apakah anak Bapak/Ibu mulai menggunakan gadget pada saat usia kurang

dari 3 tahun?

□Ya □Tidak

Jika ya:

Sejak usia berapa anak menggunakan gadget?

Tahun Bulan

3 Apakah anak Bapak/Ibu sering menggunakan gadget dalam satu minggu?

□Ya □Tidak

Jika ya:

Berapa hari dalam satu minggu anak menggunakan gadget saat ini?

□1 hari / minggu □2 hari / minggu

79
□5 hari / minggu □6 hari / minggu

□3 hari / minggu □setiap hari

□4 hari / minggu

4 Apakah Bapak/Ibu mengetahui dalam satu hari biasanya anak

menggunakan gadget berapa kali?

□Ya □Tidak

Jika ya:

Berapa kali dalam satu hari anak menggunakan gadget saat ini?

□ 2 kali / hari

□ 2 – 4 kali / hari

□ > 4 kali / hari

5 Apakah Bapak/Ibu mengetahui berapa lama anak menggunakan gadget

dalam satu waktu?

□Ya □Tidak

Jika ya: Berapa kali dalam satu hari anak menggunakan gadget saat ini?

□ ≤ 30 menit / hari

□ 40 – 60 menit / hari

□ ≥ 75 menit / hari

6 Apakah Bapak/Ibu mengetahui aplikasi apa yang biasanya digunakan oleh

anak?(dapat memilih > 1)

□Ya □Tidak

Jika ya (dapat memilih > 1):

□Game / permainan □Video

80
□Belajar menulis □Puzzle

□Belajar membaca □Menebak gambar

7 Apakah Bapak/Ibu atau pengasuh menemani anak Bapak/Ibu ketika

bermain gadget?

□ Ya □ Tidak

8 Apakah Bapak/Ibu atau pengasuh anak mengetahui pengaruh dari

penggunaan gadget pada anak?

□ Ya □ Tidak

Jika ya, sebutkan :

9 Apakah Bapak/Ibu mengetahui tingkah laku anak ketika sedang

menggunakan gadget dan respon apa yang diberikan anak terhadap

lingkungan sekitar?

□ Ya □ Tidak

Jika ya (dapat memilih > 1):

□Tidak menoleh ketika dipanggil

□Tidak menjawab ketika diajak bicara

□Tidak peduli dengan lingkungan sekitar

□Marah ketika diganggu atau gadgetnya diambil

□Jarang bermain bersama teman-temannya

□Malas makan dan minum

□Suka menyendiri

□ Lainnya,sebutkan:

81
LAMPIRAN 7

Frequencies

peke pendi pendi intensitas


usia usia pekerja rjaan dikan kan umur pola penggunaan
ayah ibu an ayah ibu ayah ibu anak asuh smartphone
N Valid 57 57 57 57 57 57 57 57 57
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0 0
g
Statistic

Frequencies

Usia Ayah
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 20-30 thn 13 22.8 22.8 22.8
30-40thn 39 68.4 68.4 91.2
>40thn 5 8.8 8.8 100.0
Total 57 100.0 100.0

Usia Ibu
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 20-30thn 23 40.4 40.4 40.4
30-40thn 31 54.4 54.4 94.7
>40thn 3 5.3 5.3 100.0
Total 57 100.0 100.0

82
Pekerjaan Ayah
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Swasta 36 63.2 63.2 63.2
PNS 3 5.3 5.3 68.4
Lain-lain 18 31.6 31.6 100.0
Total 57 100.0 100.0

Pekerjaan Ibu
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Swasta 10 17.5 17.5 17.5
Ibu Rumah
44 77.2 77.2 94.7
Tangga
lain-lain 3 5.3 5.3 100.0
Total 57 100.0 100.0

83
Pendidikan Ayah
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMP 4 7.0 7.0 7.0
SMA 44 77.2 77.2 84.2
Perguruan
9 15.8 15.8 100.0
Tinggi
Total 57 100.0 100.0

Pendikan Ibu
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMP 6 10.5 10.5 10.5
SMA 46 80.7 80.7 91.2
Perguruan
5 8.8 8.8 100.0
tinggi
Total 57 100.0 100.0

Umur Anak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 4 tahun 16 28.1 28.1 28.1
5 tahun 29 50.9 50.9 78.9
6 tahun 12 21.1 21.1 100.0
Total 57 100.0 100.0

84
Pola Asuh
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Demokratis 49 86.0 86.0 86.0
Otoriter 3 5.3 5.3 91.2
Permisif 5 8.8 8.8 100.0
Total 57 100.0 100.0

Intensitas Penggunaan Smartphone


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid rendah 1-2 32 56.1 56.1 56.1
sedang 3-4 20 35.1 35.1 91.2
tinggi 5-6 5 8.8 8.8 100.0
Total 57 100.0 100.0

85
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 57
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .47701746
Most Extreme Absolute .332
Differences Positive .332
Negative -.228
Kolmogorov-Smirnov Z 2.508
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.

86
Crostabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendidikan ayah * pola
57 100.0% 0 .0% 57 100.0%
asuh
pendikan ibu * pola
57 100.0% 0 .0% 57 100.0%
asuh

Pendidikan Ayah * Pola Asuh Crosstabulation


pola asuh
Demokratis Otoriter Permisif Total
pendidikan ayah SMP Count 2 2 0 4
Expected Count 3.4 .2 .4 4.0
% within pendidikan
50.0% 50.0% .0% 100.0%
ayah
% within pola asuh 4.1% 66.7% .0% 7.0%
% of Total 3.5% 3.5% .0% 7.0%
SMA Count 39 1 4 44
Expected Count 37.8 2.3 3.9 44.0
% within pendidikan
88.6% 2.3% 9.1% 100.0%
ayah
% within pola asuh 79.6% 33.3% 80.0% 77.2%
% of Total 68.4% 1.8% 7.0% 77.2%
Perguruan Count 8 0 1 9
Tinggi Expected Count 7.7 .5 .8 9.0
% within pendidikan
88.9% .0% 11.1% 100.0%
ayah
% within pola asuh 16.3% .0% 20.0% 15.8%
% of Total 14.0% .0% 1.8% 15.8%

87
Total Count 49 3 5 57
Expected Count 49.0 3.0 5.0 57.0
% within pendidikan
86.0% 5.3% 8.8% 100.0%
ayah
% within pola asuh 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 86.0% 5.3% 8.8% 100.0%

pendikan ibu * pola asuh Crosstabulation


pola asuh
Demokratis Otoriter Permisif Total
pendikan ibu SMP Count 3 0 0 3
Expected Count 2.6 .2 .3 3.0
% within pendikan
100.0% .0% .0% 100.0%
ibu
% within pola asuh 6.1% .0% .0% 5.3%
% of Total 5.3% .0% .0% 5.3%
SMA Count 42 3 4 49
Expected Count 42.1 2.6 4.3 49.0
% within pendikan
85.7% 6.1% 8.2% 100.0%
ibu
% within pola asuh 85.7% 100.0% 80.0% 86.0%
% of Total 73.7% 5.3% 7.0% 86.0%
Perguruan Count 4 0 1 5
tinggi Expected Count 4.3 .3 .4 5.0
% within pendikan
80.0% .0% 20.0% 100.0%
ibu
% within pola asuh 8.2% .0% 20.0% 8.8%
% of Total 7.0% .0% 1.8% 8.8%
Total Count 49 3 5 57
Expected Count 49.0 3.0 5.0 57.0

88
% within pendikan
86.0% 5.3% 8.8% 100.0%
ibu
% within pola asuh 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 86.0% 5.3% 8.8% 100.0%

89
pekerjaan ayah * pola asuh Crosstabulation
pola asuh
Demokratis Otoriter Permisif Total
pekerjaan ayah Swasta Count 33 2 1 36
Expected Count 30.9 1.9 3.2 36.0
% within pekerjaan
91.7% 5.6% 2.8% 100.0%
ayah
% within pola asuh 67.3% 66.7% 20.0% 63.2%
% of Total 57.9% 3.5% 1.8% 63.2%
PNS Count 3 0 0 3
Expected Count 2.6 .2 .3 3.0
% within pekerjaan
100.0% .0% .0% 100.0%
ayah
% within pola asuh 6.1% .0% .0% 5.3%
% of Total 5.3% .0% .0% 5.3%
Lain-lain Count 13 1 4 18
Expected Count 15.5 .9 1.6 18.0
% within pekerjaan
72.2% 5.6% 22.2% 100.0%
ayah
% within pola asuh 26.5% 33.3% 80.0% 31.6%
% of Total 22.8% 1.8% 7.0% 31.6%
Total Count 49 3 5 57
Expected Count 49.0 3.0 5.0 57.0
% within pekerjaan
86.0% 5.3% 8.8% 100.0%
ayah
% within pola asuh 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 86.0% 5.3% 8.8% 100.0%

90
pekerjaan ibu * pola asuh Crosstabulation
pola asuh
Demokratis Otoriter Permisif Total
pekerjaan ibu Swasta Count 8 0 2 10
Expected Count 8.6 .5 .9 10.0
% within pekerjaan
80.0% .0% 20.0% 100.0%
ibu
% within pola asuh 16.3% .0% 40.0% 17.5%
% of Total 14.0% .0% 3.5% 17.5%
Ibu Rumah Count 38 3 3 44
Tangga Expected Count 37.8 2.3 3.9 44.0
% within pekerjaan
86.4% 6.8% 6.8% 100.0%
ibu
% within pola asuh 77.6% 100.0% 60.0% 77.2%
% of Total 66.7% 5.3% 5.3% 77.2%
lain-lain Count 3 0 0 3
Expected Count 2.6 .2 .3 3.0
% within pekerjaan
100.0% .0% .0% 100.0%
ibu
% within pola asuh 6.1% .0% .0% 5.3%
% of Total 5.3% .0% .0% 5.3%
Total Count 49 3 5 57
Expected Count 49.0 3.0 5.0 57.0
% within pekerjaan
86.0% 5.3% 8.8% 100.0%
ibu
% within pola asuh 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 86.0% 5.3% 8.8% 100.0%

91
pola asuh * intensitaspenggunaansmartphone Crosstabulation
intensitaspenggunaansmartphon
e
1 2 3 Total
pola asuh Demokratis Count 31 18 0 49
Expected Count 27.5 17.2 4.3 49.0
% within pola asuh 63.3% 36.7% .0% 100.0%
% within
intensitaspenggunaans 96.9% 90.0% .0% 86.0%
martphone
% of Total 54.4% 31.6% .0% 86.0%
Otoriter Count 1 2 0 3
Expected Count 1.7 1.1 .3 3.0
% within pola asuh 33.3% 66.7% .0% 100.0%
% within
intensitaspenggunaans 3.1% 10.0% .0% 5.3%
martphone
% of Total 1.8% 3.5% .0% 5.3%
Permisif Count 0 0 5 5
Expected Count 2.8 1.8 .4 5.0
% within pola asuh .0% .0% 100.0% 100.0%
% within
intensitaspenggunaans .0% .0% 100.0% 8.8%
martphone
% of Total .0% .0% 8.8% 8.8%
Total Count 32 20 5 57
Expected Count 32.0 20.0 5.0 57.0
% within pola asuh 56.1% 35.1% 8.8% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
intensitaspenggunaans
martphone

92
% of Total 56.1% 35.1% 8.8% 100.0%

93

Anda mungkin juga menyukai