Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH

PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI RT


03 RW 04 KELURAHAN RAWA BUAYA
CENGKARENG JAKARTA BARAT

SKRIPSI

KAMINI KAUTSAR
NIM. 1118003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESOSI
2022

0
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI RT
03 RW 04 KELURAHAN RAWA BUAYA
CENGKARENG JAKARTA BARAT

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

KAMINI KAUTSAR
NIM. 1118003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESOSI
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Kamini Kautsar

Nim : 11180003

Judul Penelitian : Pengaruh Senam Lansia Terdahap Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya

Cengkareng Jakarta Barat.

Proposal skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap dipertahankan dihadapan tim

penguji proposal/seminar hasil pada Program Studi S1 Keperawatan STIK KESOSI

Jakarta, 04 Agustus 2022


Menyetujui
Pembimbing

( Ns. Saharudin Nisi S. Kep., M. Kes )


NIDN. 091109890

Ketua STIK KESOSI

(Dr. Aminah Alatas, SE.,MM)


NUP.9903260754

i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Nama Mahasiswa : Kamini Kautsar

Nim : 11180003

Judul Penelitian : Pengaruh Senam Lansia Terdahap Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya

Cengkareng Jakarta Barat.

Proposal skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap dipertahankan dihadapan tim

penguji proposal/seminar hasil pada Program Studi S1 Keperawatan STIK KESOSI

Jakarta, 04 Agustus 2022


Menyetujui

Penguji I Penguji II

(...............................) (...................................)
NIDN................... NIDN....................

Pembimbing Ketua STIK KESOSI

(Ns. Saharudin Nisi S. Kep., M. Kes) (Dr. Aminah Alatas, SE.,MM)


NIDN. 091109890 NUP.9903260754

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul Pengaruh Senam

Lansia Terdahap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di RT 03 RW 04

Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat adalah hasil karya saya sendiri

dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain kecuali kutipan yang

sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian hari pernyataan yang saya buat ini ternyata

tidak betul, maka status kelulusan dan gelar yang saya peroleh menjadi batal dengan

sendirinya.

Jakarta, 04 Agustus 2022

Yang membuat pernyataan

Kamini Kautsar

Nim. 11180003

iii
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANAN KESOSI JAKARTA

Skripsi, Agustus 2022

KAMINI KAUTSAR

Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita


Hipertensi Di RT 03 RW 04 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat

ABSTRAK

Seiring meningkatnya jumlah penduduk terutama lansia sangat berpengaruh


terhadap derajat kesehatan lansia. Pada lansia penurunan fungsi organ tubuh baik
secara fisik maupun secara psikis yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
degeneratif salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologi yaitu dengan
mengkonsumsi obat antihipertensi, sedangkan non farmakologi salah satunya yaitu
melakukan senam lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh senam
lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Rt 03 Rw 04 Rawa
Buaya Cengkareng Jakarta Barat. Metode dalam penelitian ini adalah Quasi
Eksperiment jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre dan post test contol
group design. Sampel dalam penelitianan ini berjumlah 32 responden, 16 responden
kelompok kontrol dan 16 responden kelompok intervensi. Alat pengumpulan data
spygnomanometer digital dan lembar karakteristik responden. Analisa data
mengunakan Independen T-test. Dari data hasil penelitian didapatkan p-value = 0,036
(<0,05) yang berarti adanya pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karunia-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian yang berjudul ̒ ̒ Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan

Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya

Cengkareng Jakarta Barat ̓ ̓. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan peneliti mengucapkan

Terimakasih Kepada :

1. Bapak Maudin Kadir, Amd.Ak, selaku Ketua Yayasan Kesetiakawanan Sosial

Indonesia

2. Dr. Aminah Alatas, SE., MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

KESOSI

3. Bapak Ns. Saharudin Nisi, S.Kep.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiawanan Sosial Indonesia

4. Bapak/Ibu RT yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini

5. Bapak Ns. Saharudin Nisi, S.Kep.,M.Kes, selaku pembimbing yang telah

memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi ini

6. Bapak Rino Cahyono S. S.Kep.,M.Kep selaku penguji I, Ibu Alif Nurul

Rosyidah S.Kep.,M.Kep selaku penguji II, Ibu Marni S.Kep.,M.Kep selaku

penguji III yang telah memberikan saran dan arahan demi kesempurnaan

skripsi ini

v
7. Seluruh staff dan dosen pengajar Program Studi S1 Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia

8. Yang tercinta dan tersayang kedua orang tua saya Bapak Karnadi dan Ibu

Sinah, serta kakak saya Nurul Fatimah dan adik Saya Radit Eko Saputra yang

selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam pelaksanaan pendidikan di

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kesetiakawanan Sosial Indonesia

9. Park Chanyeol beserta member EXO lainnya yang telah memberikan

semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini

10. Rekan-rekan di Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia yang telah bersedia untuk

berbagi pengalaman, dukungan dan bantuan dalam pembuatan penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga masih diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan penelitian ini sehingga dapat dilanjutkan ke jenjang penelitian selanjutnya.

Jakarta, 1 Juli 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing .................................................................................. i


Halaman Pengesahan Penguji ....................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................................. iii
Abstrak ......................................................................................................................... iv
Kata Pengantar .............................................................................................................. v
Daftar Isi...................................................................................................................... vii
Daftar Tabel ................................................................................................................. ix
Daftar Skema................................................................................................................. x
Daftar Lampiran ........................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.1 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 8
2.1 Konsep Teori Lansia ...................................................................................... 8
1.2 Konsep Teori Hipertensi .............................................................................. 12
2.3 Pengukuran Tekanan Darah ......................................................................... 21
2.4 Konsep Senam .............................................................................................. 22
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ....................................................... 25
3.1 Kerangka Konsep ......................................................................................... 25
2.2 Hipotesa Penelitian ....................................................................................... 26
3.3 Definsi Operasional ...................................................................................... 26
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................. 28
4.1 Design Penelitian .......................................................................................... 28
3.2 Populasi dan Sampel .................................................................................... 29

vii
4.3 Tempat Penelitian ......................................................................................... 31
4.4 Waktu Penelitian .......................................................................................... 31
4.5 Etika Penelitian............................................................................................. 32
4.6 Alat Pengumpulan Data ................................................................................ 33
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................ 34
4.8 Pengolahan Data ........................................................................................... 35
4.9 Analisa Data ................................................................................................. 36
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................... 38
5.1 Analisa Univariat .......................................................................................... 38
4.2 Analisis Bivariat ........................................................................................... 41
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................... 44
5.2 Pembahasan Analisa Univariat ..................................................................... 44
6.2 Pembahasan Analisis Bivariat ...................................................................... 48
BAB VII PENUTUP ................................................................................................... 52
7.2 Kesimpulan ................................................................................................... 52
7.2 Saran ............................................................................................................. 53
Daftar Pustaka
Lampiran - lampiran

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Definisi Operasional ..................................................................................26

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia lansia ...........................................40

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin lansia ............................40

Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi berdasarkan obesitas lansia ....................................40

Tabel 5.2.1 Hasil tekanan darah pre-test dan post-test kelompok kontrol .................41

Tabel 5.2.2 Hasil tekanan darah pre-test dan post-test kelompok intervensi .............42

Tabel 5.2.3 Hasil uji Independent T-test pengaruh senam lansia terhadap tekanan

darah pada lansia ........................................................................................................43

ix
DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 kerangka konsep penelitian ......................................................................25


Skema 4.1 skema Pre dan Post test control group design.........................................28

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian


Lampiran 2 : Surat izin dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KESOSI
Lampiran 3 : Surat izin dari ketua RT 03 RW 04 Keluarahn Rawa Buaya
Lampiran 4 : Penjelasan Penelitian
Lampiran 5 : Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 6 : Lembar karakteristik responden
Lampiran 7 : SOP Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran 8 : SOP Senam Lansia
Lampiran 9 : Master tabel karakteristik responden
Lampiran 10 : SPSS
Lampiran 11 : Lembar konsultasi Skripsi
Lampiran 12 : Daftar riwayat hidup
Lampiran 13 : Dokumentasi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seorang yang

telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada

manusia yang telah memasuki tahapan akhir kehidupannya. Kelompok yang

dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau

proses penuaan. Secara global populasi lansia di prediksi terus mengalami

peningkatan, menurut laporan World population ageing tahun 2019 menyebutkan

bahwa populasi lanjut usia (lebih dari 60 tahun) mengalami peningkatan dari 703

juta di seluruh dunia pada tahun 2019 menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050 (Sari,

et al., 2021).

World Health Organization (WHO) mengestimasi saat ini prevalensi

hipertensi secara global sebesar 22% dari total jumlah penduduk dunia. Dari

jumlah penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya

pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Prevalensi hipertensi

tertinggi sebesar 27% terdapat di wilayah Afrika dan Asia Tenggara berada di

posisi ke 3 dengan prevalensi sebesar 25% terhadap keseluruhan total penduduk

(WHO 2019).

Menurut Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM)

Kemenkes RI tahun 2020 kondisi lansia sering dikaitkan dengan hipertensi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah

1
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Terdapat

empat faktor yang mendominasi patogenesis hipertensi yaitu peran volume

intravaskuler, peran kendali saraf otonom, peran dinding vaskuler pembuluh

darah, peran Renin Angiotensin Aldosterone (RAAS). Hipertensi dapat

diklasifikasikan menjadi hipertensi primer, hipertensi sekunder, hipertensi

resisten, hipertensi maligna, dan hipertensi terisolasi (Indriani, et al., 2021).

Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik muda

maupun tua. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan

didunia. Tekanan darah tinggi adalah kondisi medis serius yang secara signifikan

meningkatkan risiko jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya. 1,28 miliar orang

dewasa berusia 30-79 tahun diseluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar

(dua pertiga) tinggal dinegara berpenghasilan rendah dan menengah. 46% orang

dewasa dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi

tersebut. Kurang dari setengah orang dewasa (42%) dengan hipertensi

didiagnosis dan diobati. Sekitar 1 dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi

dapat mengontrolnya. Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di

seluruh dunia. Dalam rangka untuk pencapaian target secara global penyakit

tidak menular adalah menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun

2010 dan 2030 (Musa, 2021).

Menurut Riskesdes 2018, hipertensi di Indonesia merupakan masalah

kesehatan dengan prevalensi tertinggi yaitu (44%) di Kalimantan Selatan diikuti

Jawa Barat (39,60%). Penyakit hipertensi adalah penyakit dengan jumlah

2
tertinggi yang diderita oleh lansia, yaitu pada umur 45-54 tahun sekitar 45, 32%,

umur 55-64 tahun sekitar 55,23%, umur 65-74 tahun sekitar 63,22% dan umur

diatas 75 tahun mencapai 69,53% (Erida & Solihah, 2022).

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan RI tahun 2019, DKI Jakarta menempati peringkat ke 5 tertinggi untuk

prevalensi hipertensi, dengan prevalensi sebesar 33,43%. Berdasarkan Profil

Kesehatan DKI Jakarta, pada tahun 2018 terdapat 134.937 penderita hipertensi

dan hanya 17% penderita yang mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar

( Nuraisyah & Kusumo, 2021).

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan memperbaiki pola hidup

(terapi non farmakologis) dan terapi farmakologis. Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk memperbaiki pola hidup adalah dengan melakukan latihan fisik

secara teratur. Latihan fisik tersebut bertujuan untuk menurunkan tekanan darah

dan terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup para penderita hipertensi.

Latihan fisik yang sesuai dengan lansia diantaranya berjalan-jalan, bersepeda,

berenang, melakukan pekerjaan rumah dan senam. Latihan fisik seperti senam

yang teratur juga membantu mencegah keadaan atau penyakit kronis, seperti

tekanan darah tinggi (hipertensi) ( Ramdhani, Yulita, & Erika, 2021).

Eti, L (2015) dalam jurnal Eviyanti tahun 2020 jenis latihan fisik

(olahraga) yang bisa dilakukan lansia antara lain adalah senam lansia. Senam

lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana

yang dikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh

3
terhadap kemampuan fisik lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh

agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat dan membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh (Erida & Solihah,

2022).

Hasil penelitian Sumartini et al., (2019) menunjukkan bahwa rata-rata

tekanan darah sistolik sebelum dilakukan senam hipertensi lansia yaitu 151,80

mmHg, rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 94,73 mmHg. Sebagian besar

responden masuk dalam klasifikasi hipertensi stadium 1 sebanyak 23 orang.

Rata-rata tekanan darah sistolik sesudah dilakukan senam hipertensi lansia yaitu

137,13 mmHg, rata-rata tekanan darah diastolik yaitu 90,27 mmHg. Yang

terbanyak termasuk dalam klasifikasi pre hipertensi sebanyak 22 orang.

Berdasarkan hasil uji menggunakan paired sampel t test diperoleh p=0,000.

Penelitian menurut Ansyah (2020) hasil penelitian ini menunjukan, dari 18

lansia yaitu untuk tekanan darah sistolik sebelum senam dengan nilai mean =

157,8 mmHg dan sesudah senam dengan nilai mean = 125 mmHg dan untuk

tekanan darah diastolik sebelum senam dengan nilai mean = 106,11 mmHg dan

sesudah senam dengan nilai mean = 75 mmHg dengan nilai p-value pada sistolik

0,000 dan diastolik 0,000 (p-value ≤ 0,05). Ada pengaruh senam lansia terhadap

perubahan tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Kinapasan Kabupaten

Tolotoli (Sartika, Betrianita, Andri, Padila, & Nugrah, 2020).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa

Buaya Cengkareng terdapat 110 lansia dan prevalensi 3 tahun kebelakang selalu

4
mengalami peningkatan setiap tahun. Berdasarkan survey yang di lakukan pada

tanggal 31 maret 2022 bahwa lansia lebih menyukai terapi mengunakan obat-

obatan dibandingkan terapi komplementer seperti senam lansia. Selain itu

wawancara yang di lakukan terhadap 10 orang lansia yang menderita hipertensi

hanya 4 orang yang mengetahui tentang manfaat senam lansia. Berdasarkan

uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul ̒ ̒

Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat ̓ ̓

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menemukan masalah penelitian

sebagai berikut apakah ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada

lansia penderita hipertensi di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng

Jakarta Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.2 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Senam

Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di RT

03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

5
2.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi perubahan tekanan darah pada kelompok

kontrol sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia di RT 03

RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

1.3.2.3 Mengidentifikasi perubahan tekanan darah pada kelompok

eksperimen sebelum dan sesudah dilakukan tindakan senam

lansia di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng

Jakarta Barat.

1.3.2.4 Menganalisa perbedaan terhadap tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi yang diberikan intervensi senam lansia dan

yang tidak diberikan senam lansia pada kelompok kontrol di RT

03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan

menambah pengetahuan baru untuk mata kuliah keperawatan khususnya

mata kuliah keperawatan medikal bedah mengenai Pengaruh Senam

Lansia Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia di RT 03 RW 04

Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

6
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat lansia

di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

Sebagai masukan atau timbangan dalam menyikapi masalah terhadap

penyakit khususnya Hipertensi.

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi masukan dan evaluasi pada Posbindu di RT

03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat dalam

upaya meningkatkan kualitas hidup lansia dengan hipertensi.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi acuan dan meningkatkan penelitian lebih

lanjut dengan mengunakan metode yang berbeda dan penelitian yang

lebih bervariasi untuk mendapatkan hasil yang sempurna.

1.4.5 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

serta keterampilan kuhusus dibidang yang diteliti.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Menurut Ratnawati tahun 2017, lansia adalah seseorang yang telah

berusia ˃60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan merupakan tahap lanjut

dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan

tubuh untuk beradaptasi (Andriani, dkk, 2021).

Lansia menurut Bailon G. Salvacon tahun 1987 dalam Muhith. A

tahun 2016, dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan

mempertahankan suatu budaya (Muhith, 2016).

Menurut Nugroho tahun 2006 dalam Kholifah tahun 2016, lansia

(lanjut usia) adalah seorang yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalai suatu

proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Menua adalah

suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua

merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

8
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupan yaitu, anak, dewasa, dan tua (Andriani, dkk, 2021).

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut Ratnawati tahun 2017 dalam (Gemini, dkk, 2021). Lanjut

usia dibagi dalam berbagai klasifikasi dan batasan. Beberapa pendapat

tentang batasan usia sebagai berikut:

1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2. Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2015 lanjut usia

dikelompokan menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut

dengan risiko tinggi, (lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan.

3. Menurut UU No. 13 tahun 1998 (Muhith, 2016) tentang kesejahteraan

lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang

telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2004,

lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam

puluh) tahun ke atas (Analisis Lansia, Kemenkes RI, 2017).

9
2.1.3 Karakteristik Lansia

Ada tiga karakteristik lansia menurut (Dewi, 2014)

1. Berusia lebih dari 60 tahun

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladatif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.4 Ciri-ciri Lansia

Menurut (Kholifah, 2016) ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

1. Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagaian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran

lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam

melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran

fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,

maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.

2. Lansia memiliki status kelompok minoritas.

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan

terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik,

misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya

maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga

10
lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga

sikap sosial masyarakat menjadi positif.

3. Menua membutuhkan peran.

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami

kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya

di lakukan atas keinginan sendiri bukan dari tekanan lingkungan.

Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai ketua

RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai

ketua RW karena usianya.

4. Penyesuaian buruk pada lansia.

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung

mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat

memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari adanya

perlakuan buruk, sehingga penyesuaian diri lansia menjadi buruk

pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak

dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola

pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri

dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri

yang rendah.

11
2.2 Konsep Teori Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah presisten dengan

tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90

mmHg. Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah

melebihi batas normal, di mana tekanan darah normal sebesar 110/90

mmHg. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan perifer

pada pembuluh darah, dan volume atau isi darah bersirkulasi. Hipertensi

dapat menyebabkan komplikasi seperti prnyakit jantung koroner, left

ventricle hypertrophy dan stroke yang merupakan pembawa kematian

paling tinggi. (Hasnawati, 2021).

2.2.2 Etiologi

Menurut (Sahrudin & Anam, 2021) Hipertensi disebabkan oleh

penyempitan arteri yang lebih kecil (arteriol), sehingga darah

memberikan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah.

Terdapat beberapa faktor penyebab hipertensi:

1. Faktor yang dapat dimodifikasi

a. Asupan natrium tinggi.

b. Asupan kalium, kalsium, dan magnesium renah.

c. Obesitas

d. Alkohol

e. Stress

12
f. Gaya hidup kurang gerak

g. Merokok

2. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

a. Genetik.

b. Riwayat keluarga.

c. Usia

d. Ras.

2.2.3 Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi (Kemenkes RI, 2019) adalah sebagai berikut :

1. Risiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Umur

Dengan bertambahnya umur risiko terkena hipertensi menjadi

lebih besar.

b. Jenis kelamin

Pria mempunyai risiko 2-3 kali lebih banyak mengalami

peningkatan tekanan darah sistolik dibanding wanita, setelah

memasuki menopause prevalensi hipertensi pada wanita

meningkat, setelah usia 65 tahun, akibat faktor homonal pada

wanita kejadian hipertensi lebih tinggi dari pada pria.

13
c. Riwayat keluarga (Genetik)

Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki

tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan

darah tinggi lebih besar.

2. Risiko yang dapat dimodifikasi


a. Kegemukan (Obesitas)

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal, berkaitan

erat dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah

tergantung pada besarnya penambahan berat badan.

Klasifikasi Obesitas menurut WHO :

1) Tidak Obesitas: IMT 18,5-24,9

2) Obesitas II : IMT ≥ 30

b. Merokok

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan

kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan

darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran

pada dinding pembuluh darah.

c. Kurang aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita Diabetes

Melitus dan Hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan

berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai

14
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, makin

keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar

tekanan yang dibebankan pada arteri sehinggga tekanan darah

meningkat.

d. Diet tinggi lemak

e. Konsumsi garam berlebih

Natrium dalam klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam

jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan

keseimbangan cairan dalam tubuh untuk mengatur tekanan darah.

Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air

(resisten), sehingga meningkatkan volume darah. Peningkatan

volume darah mengakibatkan tekanan pada dinding pembuluh

darah meningkat, sehingga jantung harus bekerja keras untuk

memompa darah dan mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.

f. Dislipedemia

g. Konsumsi alkohol berlebih

h. Psikososial dan stress.

15
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut (Wahyuni, 2018)

1. Dikenal 2 klasifikasi Hipertensi berdasarkan penyebabnya :

a. Hipertensi Primer (hipertensi idophatik), dimana penyebabnya

tidak diketahui dengan pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini

adalah dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

b. Hipertensi Secondary adalah hipertensi yang terjadi akibat dari

penyakit lain misalnya kelainan pada ginjal atau kerusakan dari

sistem hormon.

2. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan peningkatan darah sistol dan

diastol. Klasifikasi menurut The Seven Report of The Joint National.

Tabel 2.1

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah


Darah (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal ˂120 ˂80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II 160 atau ˃160 100 atau ˃100
Sumber : Direktorat P2PTM (2018) yang dikutip dalam Wahyuni, ddk

2.2.5 Patofisiologi

Hipertensi adalah proses degeneratif sistem sirkulasi yang dimulai

dengan atherosclerosis, yakni ganguan struktur anatomi pembuluh darah

perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah/arteri. Kekakuan

16
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan

pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.

Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung

bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya

pemompaan jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah

dalam sistem sirkulasi. Dengan demikian, proses patologis hipertensi

ditandai dengan peningkatan tahanan perifer yang berkelanjutan sehingga

secara kronik dikompensasi oleh jantung dalam bentuk hipertensi.

(Nadjib Bustan, 2015).

2.2.6 Manifestasi Klinis

Menurut (Mufarokhah, 2019) manifestasi klinis dari hipertensi yaitu :

1. Sakit kepala, sel darah merah yang membawa oksigen mengalami

kesulitan mecapai otak karena pembuluh darah menyempit, sehingga

menyebabkan sakit kepala dan bisa di sertai mual muntah akibat

peningkatan intracarnial.

2. Pusing terjadi karena konsentrasi oksigen rendah yang mencapai otak.

3. Sakit dada, nyeri dada dapat terjadi karena kadar oksigen menurun

4. Penglihatan kabur, dapat terjadi karena terlalu banyak penyempitan

pada pembuluh darah mata sehingga sel darah merah tidak dapat

membawa oksigen ke mata.

17
5. Ayunan langkah yang tidak baik karena kerusakan susunan saraf

pusat. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus.

2.2.7 Pencegahan Hipertensi

Menurut Roslina tahun 2008 dalam (Masriadi , 2016) menyatakan bahwa

pencegahan terhadap hipertensi dapat dikategorikan menjadi 4 tingkatan :

1. Pencegahan Primodiral

Pencegahan primodiral merupakan usaha pencegahan predisposisi

terhadap hipertensi, belum terlihatnya faktor yang menjadi risiko

hipertensi, contohn adanya peraturan pemerintah membuat peringatan

pada rokok dan melakukan senam kesegaran jasmani untuk

menghindari terjadinya hipertensi.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya pencegahan sebelum seorang

penderita terserang hipertensi. Dilakukan pencegahan melalui

pendekatan, seperti penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi

serta kiat terhindar dari hipertensi dengan cara menghindari merokok,

konsumsi alkohol, obesitas, stress dan lainnya.

3. Pencegahan Sekunder

Upaya pencegahan hipertensi ditunjukan kepada penderita yang sudah

terserang agar tidak menjadi lebih berat. Tujuan pencegahan sekunder

18
ini ditekankan pengobatan kepada penderita hipertensi untuk mecegah

penyakit hipertensi kronis.

4. Pencegahan Tresier

Pencegahan terjadinya komplikasi berat yang dapat mengakibatkan

kematian. Contoh melakukan rehabilitasi. Pencegahan tresier ini tidak

hanya mengobati juga mencakup upaya timbulnya komplikasi

kardivaskuler seperti infark jantung, stroke, dan lain-lain, terapi

diupayakan dalam merestorasi jaringan yang sudah mengalami

kelainan atau sel yang sudah rusak akibat hipertensi, agar penderita

kembali hidup normal dengan kualitas normal.

2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dikutip dari (Masriadi , 2016) adalah sebagai

berikut :

1. Penatalaksanaan Non Famakologis Atau Perubahan Gaya Hidup.

Yogiantoro (2006) menyatakan penatalaksanaan non farmakologis

yaitu tindakan mengurangi faktor risiko yang telah diketahui akan

menyebabkan atau menimbulkan komplikasi seperti menurunkan

berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, mengurangi

asam garam, kalsium dan magnesium, mengkonsumi sayuran serta

olahraga dinamik, seperti lari, berenang, bersepeda, dan salah satu

anjuran yang umumnya sulit dilakukan yaitu mengurangi stress

dalamkehidupan. Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh

19
semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan

mengendalikan faktor risiko serta penyakit lain.

2. Penatalaksanaan Farmakologis

Yogiantoro (2006) menyatakan bahwa terapi farmakologis adalah

dengan dengan mengunakan obat antihipertensi. Obat antihipertensi

memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi.

Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan

hipertensi menyatakan bahwa :

a. Keuntungan pengobatan antihipertensi adalah untuk penurunan

tekanan darah.

b. Pengelompokan pasien berdasarkan pertimbangan khusus yaitu,

kelompok indikasi yang memaksa dan keadaan khusu lain,.

c. Terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dapat

tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dengan dosis

rendah lalu perlahan ditingkatkan dosisnya.

d. Mengunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau

yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari.

e. Pilihan memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau

dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada

tidaknya komplikasi.

20
2.3 Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah menurut (Yuniadi, dkk, 2017) pengukuran tekanan

darah secara sanat penting untuk mendapatkan nilai yang akurat sebagai dasar

diagnosis hipertensi serta evaluasi respon pengobatan. Pengukuran tekanan darah

di klinik setidaknya dua kali setelah pasien beristirahat selama lima mentit,

dengan posisi duduk bersandar, lengan berada satu level dengan jantung.

Konsumsi kafein dan rokok harus dihindari 30 menit sebelum dilakukan

pengukuran tekanan darah. Metode pengukuran dengan sfigmanometer raksa

maupun digital yang telah di kalibrasi sesuai standar, dengan panduan sebagai

berikut :

1. Pada kunjungan pertama, ukur tekanan darah pada kedua lengan untuk

mendeteksi adanya kemungkinan perbedaan. Pada pengukuran selanjutnya

menggunakan sisi lengan dengan pengukuran tertinggi sebagai referensi.

2. Pada kunjungan pertama, untuk lansia, diabetes, dan kondisi lain yang di

curigai mengalami hipertensi ortostatik dilakukan pengukuran tekanan darah

3-5 menit setelah posisi berdiri.

3. Pada saat aktivitas fisik yang banyak atau sedang berolahraga dilakukan

setelah 30-120 menit kemudian.

21
2.4 Konsep Senam

2.4.1 Pengertian Senam Lansia

Senam adalah serangkaian gerakan yang diatur dan diarahkan dengan

irama dapat dilakukan seorang diri maupun dengan berkelompok. Senam

bermaksud untuk meningkatkan kemampuan fisiologis dan fungsional

tubuh. Senam juga dapat didefinisikan sebagai bentuk latihan tubuh dan

anggota badan untuk dapat memaksimalkan kekuatan otot, kelenturan

sendi, kelincahan dan keseimbangan gerak, meningkatkan daya tahan

tubuh, mendapatkan kesegaran jasmani. Sebuah latihan senam,

seharusnya mampu mengerakan seluruh anggota tubuh. Sedangkan senam

lansia sendiri, adalah salah satu upaya peningkatkan kesehatan jasmani

pada kelompok lansia, dimana prevalensinya di Indonesia semakin

bertambah. Pada saat ini, kegiatan senam lansia sudah dilakukan secara

teratur di berbagai tempat seperti panti werdha, posyandu lansia, klinik

kesehatan, rumah sakit dan puskesmas. (Dewi, dkk, 2021).

Menurut Widianti & Proverawati tahun 2015, senam lansia adalah

salah satu jenis olahraga yang ringan dan mudah diterapkan pada lansia.

Aktivitas olahraga ini membantu tubuh lansia agar tetap sehat dan bugar.

Gerakan dalam senam lansia mampu melatih tulang tetap kuat,

mendorong jantung untuk bekerja secara optimal. (Dewi, dkk, 2021).

22
2.4.2 Manfaat Senam Lansia

Menurut Widianti tahun 2010 dalam (Julhana, dkk, 2017) semua

senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk

menghambat proses degeneratif atau penuaan. Senam ini sangat

dianjurkan untuk usia >59 tahun. Orang melakukan senam secara teratur

akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur

kekuatan otot, kelenturan persendian, kelincahan gerak, keluwesan,

cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness. Mengikuti senam

lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa

bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar. Senam lansia

disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ

tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh

manusia setelah latihan teratur.

2.4.3 Prinsip Senam Lansia

Menurut Sumintarsih tahun 2006 dalam (Julhana, dkk, 2017) prinsip

senam lansia yaitu :

1. Gerakannya berisifat dinamis (berubah-ubah).

2. Bersifat progresif (bertahap meningkat).

3. Adanya pemanasan dan pendingan pada setiap latihan.

4. Lama latihan berlangsung 15-30 menit adalah waktu yang diperlukan

setiap kali berlatih untuk meningkatkan kebugaran paru-jantung dan

penurunan berat badan. Durasi latihan oalahraga untuk mendapatkan

23
hasil yang baik bagi fungsi kardivaskular adalah mencapai daerah

zona latihan dan dipertahankan 15-45 menit.

5. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali.

Banyaknya unit latihan perminggu, untuk meningkatkan kebugaran

perlu latihan 3-5 kali per minggu. Latihan 6-7 kali perminggu tidak

dianjurkan karena tubuh memerlukan pemulihan yang cukup untuk

menjaga kesegaran fisik.

24
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Tekanan darah pada lansia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

yaitu, usia, jenis kelamin, obesitas dan riwayat hipertensi. Intervensi yang dapat

diberikan saat terjadi peningkatan tekanan darah selain farmakologis adalah

dengan cara nonfarmakologis salah satunya adalah senam lansia yaitu, latihan

fisik yang dilakukan oleh lansia untuk menurunkan tekanan darahnya. Kerangka

konsep dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel yaitu variabel independen

(bebas) yang variasi nilainya dapat mempengaruhi variabel terikat (Supardi &

Rustika, 2013).

Skema 3.1 kerangka konsep penelitian

Variabel independen Variabel dependen


Senam lansia Tekanan darah

Variabel counfounding
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Obesitas

Keterangan :

: Variabel independen (yang di teliti)

: Variabel dependen (yang di teliti)

: Variabel counfounding (variabel perancu)

25
3.2 Hipotesa Penelitian

Maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

Hα : ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada

lansia di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

3.3 Definsi Operasional

Definsi operasional adalah variabel yang di susun dalam bentuk matrik, yang

berisi nama semua variabel yang diteliti pada kerangka konsep penelitian,

deskripsi variabel (DO), alat ukur, hasil ukur dan skala ukur yang digunakan

(Supardi & Rustika, 2013).

Tabel 3.3
Definisi Operasional

No Variabel Defisni Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional
1. Senam Latihan fisik Observasi Lembar 1.Ada Nominal
lansia yang langsung pengumpulan pengaruh
dilakukan data 2. Tidak ada
oleh lansia karakteristik berpengaruh
untuk responden
menurunkan
tekanan
2. Tekanan Hasil Mengunakan Tensimeter 1. Hipertensi Rasio
darah pengukuran alat Ringan (TD
tekanan sfigmanometer sistol 140-
darah sistolik untuk melihat 159 mmHg,
dan diastolik tekanan dara diastol 90-
untuk sebelum dan 99 mmHg)
menilai sesudah
tekanan dilakukan
darah senam lansia

26
No Variabel Defisni Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
. sebelum dan
sesudah 2.Hipertensi
senam Berat (TD
lansia sistol 160 atau
>160 mmHg,
diastol 100
atau >100
mmHg)
3. Usia Usia Mengunakan lembar 1.Lanjut usia Nominal
dihitung lembar pengumpulan 60-74 tahun
dari awal pengumpulan data
kelahiran data karakteristik 2. Lanjut usia
sampai karakteristik responden tua 75-90
ulang tahun responden. tahun
terakir
4. Jenis Ditentukan Mengunakan lembar 1. Laki-laki Nominal
kelamin secara lembar pengumpulan 2. Perempuan
biologis pengumpulan data
yang data karakteristik
dinyatakan karakteristik responden
dalam jenis responden
kelamin
5. Obesitas Orang Mengunakan lembar 1. Tidak Nominal
dengan lembar pengumpulan obesitas
kelebihan pengumpulan data
berat badan data karakteristik (IMT 18,5-
karakteristik responden 24,9)
responden
2. Obesitas
(IMT ≥30)

27
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Design Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi eksperimen.

Jenis yang digunakan penelitian ini adalah pre dan post test control grup design.

Pada design ini responden penelitian dibagi menjadi dua kelompok atau lebih.

Satu kelompok adalah kelompok perlakuan, sedangkan kelompok lain adalah

kelompok kontrol sebagai pembanding. Sebelum perlakuan pada semua

kelompok dilakukan pengukuran awal (pre test) untuk menentukan kemampuan

atau nilai awal responden sebelum diberikan intervensi (senam lansia).

Selanjutnya pada kelompok perlakuan dilakukan intervensi sesuai dengan

protokol uji coba yang telah direncanakan, sedangkan kelompok kontrol tidak

dilakukan intervensi (senam lansia) atau dilakukan intervensi selain yang diuji

coba kan. Setelah perlakuan dilakukan pengukuran akhir (post test) pada semua

kelompok untuk menentukkan efek perlakuan pada responden (Dharma, 2011)

Skema 4.1 Skema Pre dan Post test control group design

R1 : O1 X1 O2
R
R2 : O1 XO O2

28
Keterangan :
R : Responden penelitian
R1 : Responden kelompok perlakuan
R2 : Responden kelompok kontrol
O1: Pre test kedua kelompok sebelum perlakuan
O2: Post test kedua kelompok sesudah perlakuan
X1: intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol
XO: Kelompok kontrol tanpa intervensi

Metode penelitian ini merupakan sebuah tindakan pemberian intervensi kepada

lansia yang mengalami tekanan darah tinggi (sampel) dengan kelompok

pembanding, dimana data yang di kumpulkan diambil dari sebelum dan sesudah

dilakukan senam lansia.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian

ditari kesimpulannya. Populasi adalah kumpulan individu dengan kualitas

serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi pada penelitian ini

merupakan seluruh lansia, yaitu sebanyak 110 lansia.

4.2.2 Sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini di tentukan berdasarkan purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang sesuai

dengan maksud peneliti berdasarkan tujuan ataupun masalah serta

karakteristik yang diinginkan. Cara menentukan besar sampel peneliti

mengunakan rumus slovin adalah sebagai berikut :

29
Keterangan:

N : Jumlah populasi
n : jumlah sample
e : batas toleransi kesalahan
N : 110
e : 15% (0,15)

n = 31,65 = 32
jadi jumlah sampel 32 orang.

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel akhir penelitian yang

dibutuhkan untuk setiap kelompok adalah 16 orang (16 orang kelompok

kontrol dan 16 orang kelompok perlakukan), sehingga jumlah total

sampel adalah sebanyak 32 orang.

4.2.3 Kriteria Sampel

Dalam menentukan sampel penelitian perlu ditetapkan kriteria inklunsi

dan kriteria ekslusi agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari

populasi.

30
1. Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus di penuhi subyek

penelitian/populasi agar dapat di ikut sertakan dalam penelitian

(Supardi & Rustika, 2013).

a. Lanjut usia (pria atau wanita usia >59 tahun)

b. Lansia yang mengalami hipertensi ringan dan berat

c. Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani

informed-consent

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak dapat di ikut sertakan dalam

penelitian.

a. Lansia yang tidak mengikuti senam lansia saat pengambilan data

b. Lansia dengan angota tubuh yang tidak bisa di gerakkan saat

pengambilan data

c. Lansia yang mengalami hipertensi sangat berat.

4.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini telah di lakukan di RT 03 RW 04 Kelurahan Rawa Buaya

Cengkareng Jakarta Barat.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12-26 bulan Juni tahun 2022

31
4.5 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah prinsip – prinsip moral yang diterapkan dalam penelitian

ini (Supardi & Rustika, 2013). Berikut prinsip moral yang di terapkan dalam

melaksanakan penelitian ini :

4.5.1 Informend Consent

Informend consent adalah suatu lembar persetujuan yang diberikan oleh

peneliti kepada responden untuk menjalankan suatu kegiatan atau

tindakan yang berhubungan dengan penelitian, sehingga responden

memperoleh informasi yang adekuat tentang penelitian, mampu

memahami informasi, bebas menentukan pilihan dan peneliti

memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut atau tidak ikut

berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela (Suiraoka, dkk, 2019).

4.5.2 Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjaga kerahasiaan data identitas responden seperti nama serta

informasi yang telah diberikan. Semua dicatat dan disimpan sebagai

dokumentasi penelitian setelah penelitian selesai.

4.5.3 Anonimity (tanpa nama)

Anonymity adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek penelitian

dengan tidak mencantumkan identitas responden, kerahasiaan responden

dan pada kuesioner selama proses penelitian di lakukan dengan cara

mengganti nama responden menggunakan kode berupa angka.

32
4.6 Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lakukan dengan mengunakan alat sfigmomanometer untuk

pengukuran tekanan darah.

4.6.1 Sfigmomanometer

Nama alat produk yang di gunakan adalah general care untuk mengukur

tekanan darah.

4.6.2 Lembar observasi

Lembar observasi ini di gunakan untuk mencatat hasil observasi senam

lansia, hasil tekanan darah sebelum dan sesudah.

4.6.3 Stopwatch/arloji

Alat yang digunakan untuk menghitung lamanya senam lansia saat di

lakukan intervensi.

4.6.4 Data karakteristik responden

Data karakteristik responden berisi : usia, jenis kelamin, obesitas,

riwayat hipertensi.

4.6.5 Soundsistem

Sebagai alat pengeras suara dalam memberikan intruksi pengiring sena

lansia.

4.6.6 Timbangan berat badan

Untuk menghitung IMT (BB : TB) pada responden.

33
4.7 Prosedur Pengumpulan Data

4.7.1 Tahap persiapan

a. Persiapan administrasi

Persiapan administrasi yang di lakukan peneliti adalah mulai dari

meminta izin kepada ketua RT setempat, lalu kemudian mengurus

izin penelitian dengan membawa surat pengantar dari STIK Kesosi

kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat untuk

pengambilan data di lansia penderita hipertensi di Puskesmas

Cengkareng.

b. Persiapan instrument

Pada penelitian ini alat yang digunakan yaitu SOP senam lansia, alat

sfigmomanometer, dan lembar data karakteristik responden.

4.7.2 Tahap pelaksanaan

Setelah mendapatkan perizinan peneliti selanjutnya mengidentifikasi

lansia penderita hipertensi sesuai kriteria sampel penelitian.

a. Lanjut usia (pria atau wanita usia >59 tahun )

b. Lansia yang mengalami hipertensi

c. Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangi

informend consent.

34
4.7.3 Tahap terimansi

Peneliti memberikan reward kepada responden yang telah ikut serta

dalam penelitian ini, kemudian peneliti mengakhiri kontrak waktu

dengan setiap responden dan setelah peneliti memperoleh semua data

yang diperlukan maka peneliti selanjutnya melakukan analisis lebih

lanjut yaitu pengolahan data.

4.8 Pengolahan Data

Pengolahan data menurut (Supardi & Rustika, 2013) adalah upaya mengubah

data yang telah di kumpulkan menjadi informasi yang dibutuhkan.

4.8.1 Editing

Editing adalah pemeriksaan kembali jawaban responden pada lembar

data karakteristik yang mencakup kelengkapan jawaban, keterbacaan

tulisan, keragaman ukuran sebelum di beri kode. Pada penelitian ini

yang perlu di editing yaitu usia, jenis kelamin, obesitas, dan riwayat

hipertensi

4.8.2 Coding

Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf pada lembar

data karakteristik terturup atau resmi tertutup menurut macamnya

menjadi bentuk angka untuk pengolahan data komputer. Pada penelitian

ini yang di coding yaitu usia, jenis kelamin, obesitas, riwayat hipertensi,

tekanan darah sebelum dilakukan senam lansia (pre) dan tekanan darah

sesudah dilakukan senam lansia (post)

35
4.8.3 Entry data

Entry data adalah pengetikan kode jawaban responden pada lembar data

karakteristik ke dalam program pengolahan data. Pada penelitian ini

mengunakan pengolahan data dengan SPSS 16

4.8.4 Cleaning data

Cleaning data adalah pembersihan data hasil entry data agar terhindar

dari ketidak sesuaian dengan jawaban responden.

4.9 Analisa Data

4.9.1 Analis Univariat

Analisa univariat atau analisis satu variabel adalah suatu teknik analisis

data terhadap suatu variabel mandiri, tiap variabel di analisis tanpa di

kaitkan dengan variabel lainnya. Analisis univariat dapat di sajikan dala

bentuk distribusi frekuensi, ukuran penyebaran dan nilai rata-rata

(Supardi & Rustika, 2013). Analisa univariat pada penelitian ini adalah

usia, jenis kelamin, obesitas.

4.9.2 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk menguji apakah nilai residual yang di

hasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi

yang baik adalah yang memiliki nilai residul yang terdistribusi normal

(Priyanto, 2012). Pada penelitian ini untuk mengetahui normalitas pada

data yang ada berdistribusi yaitu mengunakan uji yang dilakukan

menggunakan uji shapiro wilk.

36
4.9.3 Analisa Bivariat

Analisa bivarat atau analisis 2 variabel adalah untuk melihat ada atau

tidak hubungan antara dua variabel. Dapat disajikan dalam bentuk tabel

silang atau kurva untuk melihat kedua variabel tersebut (Supardi &

Rustika, 2013). Metode analisis statistik ini untuk mengetahui perubahan

pada kelompok independent yaitu kelompok kontrol dan kelompok

intervensi yang mendapatkan tindakan intervensi (senam lansia) dan yang

tidak mendapatkan intervensi. Teknik analisis yang digunakan adalah uji

Independent T-test mengunakan SPSS 16.

37
BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu

pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di rt

03 rw 04 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat. Proses penelitian dimulai pada

tanggal 12-26 juni 2020. Sampel dalam penelitian ini yaitu lansia penderita hipertensi

yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 32 responden.

Hasil univariat meliputi karakteristik responden usia, jenis kelamin, obesitas.

Hasil analisis bivariat untuk melihat perbandingan tekanan darah kelompok kontrol

dan intervensi setelah dilakukan senam lansia.

5.1 Analisa Univariat

Analisa univariat penelitian ini mendeskripsikan distribusi frekuensi variabel

meliputi usia, jenis kelamin, dan obesitas.

5.1.1 Distribusi berdasarkan usia responden

Karakteristik usia merupakan data numerik dan dianalis mengunakan

sentral tendensi untuk mendapatkan nilai mean, median, minimum,

maksimum dan standar deviasi. Hasil analisis disajikan dalam bentuk

tabel berikut :

38
Tabel 5.1.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
lansiaDi RT 03 RW 04 Rawa Buaya Cengkareng

Usia Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase


(f) (%) (f) (%)
Kontrol intervensi
Lanjut usia 13 81,2 15 93,8
(60-74 tahun)
Lanjut usia 3 18,8 1 6,2
tua (75-90
tahun)
Total 16 100 16 100
(Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.1.1 dapat diketahui bahwa frekuensi usia

penderita hipertensi pada kelompok kontrol adalah 13 orang lanjut usia

dengan presentase (81,2%) dan lanjut usia tua adalah 3 orang dengan

presentase (18,8%). Sedangkan pada kelompok intervensi terdapat 15

orang lanjut usia dengan presentase (93,8%) dan lanjut usia tua 1 orang

dengan presentase (6,2%)

5.1.2 Distribusi berdasarkan jenis kelamin responden

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

responden pada kelompok kontrol dan intervensi. Disajikan dalam bentuk

tabel berikut :

39
Tabel 5.1.2
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelaminDi RT 03 RW 04 Rawa Buaya Cengkareng

Jenis Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase


kelamin (f) (%) (f) (%)
Kontrol intervensi
Laki-laki 2 12,5 0 0
Perempuan 14 87,5 16 100
Total 16 100 16 100
(Sumber : Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.1.2 dapat diketahui bahwa responden kelompok

kontrol yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang dengan

presentase (12,5%) dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak

14 orang dengan presentase (87,5%).

Sedangkan responden kelompok intervensi yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 16 orang dengan presentase (100%).

5.1.3 Distribusi berdasarkan obesitas responden

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan obesitas pada

kelompok kontrol dan intervensi. Disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 5.1.3
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan obesitas
Di RT 03 RW 04 Rawa Buaya Cengkareng

Obesitas Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase


(f) (%) (f) (%)
Kontrol intervensi
Tidak Obesitas 12 75 14 87,5
Obesitas 4 25 2 12,5
Total 16 100 16 100
(Sumber : Data Primer 2022)

40
Berdasarkan tabel 5.1.3 diketahui bahwa responden kelompok

kontrol sebanyak 12 orang mengalami tidak obesitas (IMT 18,5-24,9)

dengan presentase (75%), dan sebanyak 4 orang mengalami obesitas

(IMT ≥30) dengan presentase (25%).

Sedangkan responden kelompok intervensi sebanyak 14 orang

mengalami tidak obesitas (IMT 18,5-24,9) dengan presentase (87,5%)

dan 2 orang mengalami obesitas (IMT ≥30) dengan presentase (12,5%).

5.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat pada penelitianan ini untuk mengetahui tekanan darah sebelum

dan sesudah dilakukan tindakan pada kelompok kontrol dan intervensi dan untuk

mengetahui adanya pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi di RT 03 RW 04 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

5.2.1 Hasil tekanan darah sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol

Tabel 5.2.1
Hasil Tekanan Darah Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol

Tekanan N Mean Median SD Min-max


darah pre 16 166,81 162,50 24,823 140-240
kontrol
Tekanan N Mean Median SD Min-max
darah post 16 166,19 160,50 28,666 140-264
kontrol
Sumber data primer 2022

Berdasarkan tabel 5.2.1 diketahui bahwa rata-rata tekanan darah pre dan

post kelompok kontrol adalah 166 mmHg, yaitu tidak ada perubahan signifikan

karena tidak diberikan tindakan senam lansia. Tekanan darah pre pada kelompok

41
kontrol paling rendah adalah 140 mmHg dan tekanan darah paling tinggi adalah

240 mmHg. Tekanan darah post pada kelompok intervensi paling rendah adalah

140 mmHg dan paling tinggi adalah 264 mmHg.

5.2.2 Hasil tekanan darah sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi

Tabel 5.2.2
Hasil Tekanan Darah Pre-test dan Post-test Kelompok Intervensi

Tekanan N Mean Median SD Min-max


darah pre 16 158,94 159,50 6,527 147-170
intervensi
Tekanan N Mean Median SD Min-max
darah post 16 149,94 150 7,160 140-160
intervensi
(Sumber data primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.2.2 diketahui bahwa rata-rata tekanan darah lansia

penderita hipertensi pada kelompok intervensi sebelum diberikan senam lansia

adalah 159 mmHg dan setelah dilakukan tindakan senam lansia adalah 150

mmHg. Tekanan darah pre test pada kelompok intervensi paling rendah adalah

147 mmHg dan tekanan darah paling tinggi adalah 170 mmHg. Sedangakan

tekanan darah post test pada kelompok intervensi paling rendah adalah 140

mmHg dan tekanan darah paling tinggi adalah 160 mmHg.

42
5.2.3 Hasil pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi di RT 03 RW 04 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat

Tabel 5.2.3
Hasil uji Independent T-test Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di RT 03 RW 04 Rawa Buaya
Cengkareng

Kelompok Sampel Mean SD P Value


Intervensi 16 149,94 7,1 0,036
Kontrol 16 166,19 28,6
(Sumber Data Primer 2022)

Berdasarkan tabel 5.2.3 dapat diketahui uji statistik post-test tekanan

darah pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi menggunakan

Independent T-test diperoleh nilai p-value = 0,036 karena p < 0,05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam

lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di RT 03 RW

04 Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat.

43
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini karakteristik responden yang terdiri dari

usia, jenis kelamin, dan obesitas.

6.1.1 Usia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lansia di Rt

03 Rw 04 Rawa Buaya Cengkareng. Usia lansia pada kelompok kontrol

terdapat 13 orang lanjut usia dengan presentase (81,2%) dan 3 orang

lanjut usia tua dengan presentase (18,8%). Sedangkan pada lansia

kelompok intervensi terdapat 15 orang lanjut usia dengan presentase

(93,8%) dan 1 orang lanjut usia tua dengan presentase (6,2%). Proses

penuaan adalah suatu proses alami yang di alami oleh semua orang, sel-

sel tubuh akan mengalai penurunan dalam fungsinya. Penurunan fungsi

sel mengakibatkan terjadinya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif

adalah jenis penyakit yang tidak menular yang muncul akibat

kemunduran fungsi sel dalam tubuh, yaitu keadaan normal menjadi

buruk, salah satu penyakit degeneratif yaitu hipertensi (M.Dody.I,2017).

Penyebab hipertensi pada lansia diakarenakan terjadinya perubahan

pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, sehingga

kontraksi dan volumenya pun ikut menurun, kehilangan elastisitas

44
pembuluh darah karena kurang efektivitas pembuluh darah perifer untuk

oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Mulyadi, dkk

2019).

Berdasarkan penelitian (Akbar, dkk 2020) dari 50 orang responden

menunjukkan bahwa umur Kategori Lanjut Usia (elderly) Usia tua 60-74

tahun yang mengalami Hipertensi sebanyak 32 orang (91,4%) dan hasil

untuk Lanjut Usia tua (old) Usia sangat tua 75-90 tahun yang mengalami

Hipertensi sebanyak 3 orang (8,5%).

Dari beberapa teori yang didapatkan peneliti berpendapat bahwa

semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi pula seseorang

terkena resiko penyakit, salah satunya hipertensi itu sendiri.

6.1.2 Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lansia

hipertesi di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya Cengkareng, dapat diketahui bahwa

responden kelompok kontrol yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2

orang dengan presentase (12,5%) dan responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 14 orang dengan presentase (87,5%).

Sedangkan responden kelompok intervensi yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 16 orang dengan presentase (100%).

Perempuan sangat berisiko mengalami hipertensi dimasa tua dimana hasil

penelitian dari 32 responden sebanyak 30 orang mengalami hipertensi.

45
Perempuan menopause memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa hormon pada ovarium dapat memodulasi

tekanan darah. Dilaporkan bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik

berkaitan erat dengan usia menopause.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Megan Coylewright dan

koleganya menemukan bahwa wanita dalam masa menopause lebih tinggi

tekanan darahnya ketimbang wanita pre-menopause. Hal dihubungkan

dengan pengurangan pada estradiol dan penurunan perbandingan rasio

estrogen dan testosteron yang mengakibatkan disfungsi endotelial dan

menambah BMI yang menyebabkan kenaikan pada aktivasi saraf

simpatetik.

Aktivasi saraf simpatetik ini akan mengeluarkan stimulan renin dan

angiotensin II. Kenaikan angiotensin and endotelin dapat menyebabkan

streks oksidatif yang berujung pada hipertensi atau darah tinggi (Yantina

& Saputri, 2019).

6.1.3 Obesitas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Rt 03

Rw 04 Rawa Buaya Cengkareng, diketahui bahwa responden kelompok

kontrol sebanyak 12 orang tidak mengalami obesitas (IMT 18,5-24,9)

dengan presentase (75%), dan sebanyak 4 orang mengalami obesitas

(IMT ≥30) dengan presentase (25%).

46
Sedangkan responden kelompok intervensi sebanyak 14 orang

yang tidak mengalami obesitas (IMT 18,5-24.9) dengan presentase

(87,5%) dan 2 orang mengalami obesitas (IMT ≥30) dengan presentase

(12,5%).

Obesitas dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi dari

berbagai mekanisme yakni secara langsung ataupun secara tidak

langsung. Secara langsung obesitas dapat mengakibatkan

meningkatnya cardiac output. Hal ini dikarenakan makin besarnya

massa tubuh maka makin banyak pula jumlah darah yang beredar dan ini

menyebabkan curah jantung meningkat (Sheps, 2005).

Sedangkan secara tidak langsung, obesitas terjadi melalui

perangsanan aktivitas sistem sarah simpatis dan Renin Angiotensin

Aldosteron System (RAAS) oleh mediator-mediator seperti sitokin,

hormon dan adipokin. Hormon aldosteron merupakan salah satu yang

berkaitan erat dengan retensi air dan natrium yang dapat membuat volume

darah akan meningkat (Nagase, 2009).

Penelitian yang meneliti tentang hubungan obesitas dengan kejadian

hipertensi telah banyak dilakukan. Terdapat hasil penelitian yang

telah dilakukan membuktikan bahwa obesitas adalah faktor risiko

yang paling dominan untuk mempengaruhi terjadinya hipertensi.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Natalia D, 2015)

mengatakan bahwa responden yang memiliki obesitas memiliki risiko

47
untuk terjadinya hipertensi sebesar 2,16 lebih tinggi dibandingkan dengan

responden yang normal.

Dibuktikan dengan data yang didapat dilapangan bahwa 6 orang

dari 32 responden yang mengalami obesitas memiliki tekanan darah yang

lebih tinggi dari pada responden yang tidak mengalami obesitas.

6.2 Pembahasan Analisis Bivariat

6.2.1 Hasil tekanan darah pre-test dan post-test kelompok kontrol

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lansia

penderita hipertensi di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya Cengkareng, dapat

diketahui bahwa rata-rata tekanan darah pre dan post pada kelompok

kontrol lansia penderita hipertensi adalah 166 mmHg, yaitu tidak ada

perubahan signifikan karena tidak diberikan tindakan senam lansia.

Tekanan darah pre kelompok kontrol paling rendah 140 mmHg dan

tekanan darah paling tinggi adalah 240 mmHg. Tekanan darah post pada

kelompok intervensi paling rendah adalah 140 dan paling tinggi adalah

264 mmHg.

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Aliya Ika Ramadhani

dan Yunita Dyah Puspita Santik (2022) yang berjudul "Pengaruh Senam

Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi" bahwa pada

kelompok kontrol menunjukan hasil nilai p = 0,18 > 0,05 maka tidak

terdapat pengaruh yang bermakna pada kelompok kontrol.

48
Dilihat dari hasil lembar observasi pengukuran tekanan darah pada

kelompok kontrol tidak ditemukan perubahan tekanan darah pre dan post

secara signifikan. Karena pada kelompok kontrol tidak diberikan tindakan

intervensi senam lansia.

6.2.2 Hasil tekanan darah pre-test dan post-test kelompok intervensi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lansia

penderita hipertensi di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya Cengkareng, dapat

diketahui bahwa rata-rata tekanan darah lansia penderita hipertensi pada

kelompok intervensi sebelum diberikan senam lansia adalah 159 mmHg

dan setelah dilakukan tindakan senam lansia adalah 150 mmHg.

Tekanan darah pre test pada kelompok intervensi paling rendah

adalah 147 mmHg dan tekanan darah paling tinggi adalah 170 mmHg.

Sedangakan tekanan darah post test pada kelompok intervensi paling

rendah adalah 140 mmHg dan tekanan darah paling tinggi adalah 160

mmHg. Sehingga ada perbedaan bermakna penurunan tekanan darah pada

lansia penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan intervensi

senam lansia.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Puspitasari, dkk (2018). Hasil penelitian memperlihatkan terjadinya

penurunan tekanan darah sistol dan diasol pada lansia dengan hipertensi.

Dengan melakukan senam, maka kebutuhan oksigen dalam sel akan

meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi

49
peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi sekuncup

bertambah. Jika melakukan olahraga secara rutin dan terus menerus,

maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan

pembuluh darah akan lebih elastis.

6.2.3 Hasil pengaruh senam lansia terhadap tekanan pada lansia penderita

hipertensi di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap lansia

penderita hipertensi di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya, dari 16 orang

responden kelompok intervensi yang melalukan senam lansia didapatkan

hasil uji statistik post-test dengan rata-rata tekanan darah 150 mmHg,

sedangkan hasil uji statistik post-test kelompok kontrol dengan rata-rata

tekanan darah 166 mmHg. Sehingga terlihat bahwa ada perbedaan

bermakna penurunan tekanan darah pada kelompok intervensi.

Setelah dilakukan perbandingan dengan mengunakan uji statistik

Independent T-test diperoleh nilai p-value = 0,036 karena p < 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan

darah pada lansia penderita hipertensi di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya

Cengkareng Jakarta Barat.

Penelitian ini didukung oleh Ramadhani (2021) dalam penelitiannya

yang berjudul ‘’pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah penderita

hipertensi’’ bahwa ada pengaruh pemberian senam lansia terhadap

50
penurunan tekan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

Penurunan tekanan darah sistolik setelah senam ini sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa (senam lansia) merupakan salah satu

pengobatan non farmakologis pada pasien dengan hipertensi. Efek dari

senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran

darah sehingga menurunkan tekanan darah.

51
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

disimpulkan sebagai berikut :

7.1.1 Pada penelitian ini diketahui bahwa responden terbanyak adalah lanjut usia

(60-74) tahun

7.1.2 Pada penelitian ini diketahui bahwa mayoritas jenis kelamin responden

lebih banyak jenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki di kelompok

kontrol dan kelompok intervensi

7.1.3 Pada penelitian ini diketahui bahwa mayoritas responden tidak mengalami

obesitas sebanyak 26 orang dari kelompok kontrol dan intervensi, dan yang

mengalami obesitas sebanyak 6 orang dari kelompok kontrol dan intervensi

7.1.4 Pada penelitian ini diketahui adanya pengaruh senam lansia terhadap

tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya

Cengkareng Jakarta Barat. Penurunan tekanan darah terjadi pada kelompok

intervensi yang diberikan perlakuan senam lansia sedangkan kelompok

kontrol yang tidak diberikan perlakuan tidak mengalami penurunan tekanan

darah yang signifikan. Oleh karena itu senam lansia yang dilakukan secara

teratur dapat menurunkan dan mengontrol tekanan darah pada lansia

hipertensi.

52
7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang perlu

dijadikan pertimbangan antara lain :

7.2.1 Bagi Responden

Bagi lansia di Rt 03 Rw 04 Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat

diharapkan bahwa senam lansia bisa di jadikan sebagai terapi non

farmakologi untuk penurunan tekanan darah

7.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan Setempat

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan, juga dapat meningkatan pengetahuan, menambah wawasan

untuk mengarahkan lansia penderita hipertensi untuk melakukan kegiatan

senam secara teratur

7.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan referensi dan meningkatan

pengetahuan mahasiswa tentang manfaat dari senam lansia terhadap

penurunan tekanan darah

7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan lebih meningkatan penelitian yang lebih lanjut dengan

mengunakan metode yang berbeda dan variabel yang lebih bervariasi, serta

area penelitian yang lebih luas sehingga akan didapatkan hasil penelitian

yang sempurna.

53
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, dkk, R. B. (2021). BUKU AJAR KEPERAWATAN GERONTIK. (M. S.


Sudirma, Ed.) Indramayu: CV. Adanu Abimata.
Dewi, dkk, E. U. (2021). KEPERAWATAN GERONTIK - LANSIA DAN
PERMASALAHANNYA. Kadur Pamekasan: Duta Media Publishing.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1 ed.). Yogyakarta:
Deepublish.
Erida , F., & Solihah, E. S. (2022). LITERATURE REVIEW PENGARUH SENAM
LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI. MALAHAYATI NURSING JOURNAL, 4(2),
462-474.
Gemini, dkk, S. (2021). KEPERAWATAN GERONTIK. (M. Qasim, Ed.) Aceh:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Hasnawati. (2021). HIPERTENSI. (S. Nahidloh, Ed.) Bantul: PENERBIT KMB
INDONESIA
Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta
Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Indriani, S., Fitri, A. D., Septiani, D., Mardiana, D., Didan, R., Amalia, R., & Lailiah,
S. N. (2021). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Lansia dengan Riwayat
Hipertensi Mengenai Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi. Jurnal
Pengabdian Kesehatan Masyarakat, 1(2), 39-50.
Julhana, dkk. (2017). PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP AKTIVITAS
SEHARI-HARI LANSIA DI DESA PUYUNG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PUYUNG KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN
LOMBOK TENGAH .
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik, Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan. Jakarta: Kemenkes RI.
Musa, E. C. (2021). Status Gizi Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kinilow Tomohon. Journal of Public Health, 2(2), 60.
Masriadi . (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: CV. TRANS INFO
MEDIA.

54
Mufarokhah, H. (2019). HIPERTENSI DAN INTERVENSI KEPERAWATAN. Klaten:
Peneribit Lakeisha.
Muhith, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik (1 ed.). (P. Cristian, Ed.)
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Nuraisyah, F., & Kusumo, H. R. (2021). Edukasi Pencegahan dan Penanganan
Hipertensi untuk Meningkatkan. Bakti (Jurnal Pengabdian Masyarakat), 1(2),
35-38.
Nadjib Bustan, M. (2015). MANAJEMEN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR. Jakarta: Rineka Cipta.
Priyanto, D. (2012). Cara Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Andi
Offset.
Ramdhani, R. R., Yulita, E., & Erika. (2021). PENGARUH SENAM LANSIA
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHAKHUSNUL
KHOTIMAH PEKANBARU. JURNAL KESEHATAN MAHARATU, 2(2),
2746-6566.
Sahrudin, & Anam, A. (2021). KARDIOVASKULAR Dalam Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah, dengan Pendekatan: Mind Mapping, SDKI, SLKI, dan SIKI.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Sari, Helvia, G., Birman, Y, Zulkarnaini, & A. (2021). Hubungan Kualitas Tidur
dengan Derajat Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Sintuk Tahun 2021.
BRMJ : Baiturrahmah Medical Journal, 37.
Sartika, A., Betrianita, Andri, J., Padila, & Nugrah, A. V. (2020). SENAM LANSIA
MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA. Journal of
Telenursing (JOTING), 2(1)
Sartika, dkk, A. (2020). SENAM LANSIA MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA. Journal of Telenursing (JOTING), 2(1).
Suiraoka, dkk, P. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Pustaka Panasea.
Supardi, S., & Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta Timur:
CV.Trans Info Media.

55
Wahyuni, d. (2018). BUKU SAKU PEDULI HIPERTENSI UNTUK KADER
POSYANDU. Yogyakarta: K-Media.
Yuniadi, dkk, Y. (2017). Buku Ajar Kardivaskular. Jakarta: Salemba.

56

Anda mungkin juga menyukai