Anda di halaman 1dari 55

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN

DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA


PUTRI DI DESA RANDEGAN KEC.WANGON

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap

Oleh :

SINDY FAJRINA

NIM : 108117070

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2020
1 HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN
KEJADIAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI DESA
RANDEGAN KECAMATAN WANGON

SKRIPSI

Disusun Oleh :

SINDY FAJRINA

NIM. 108117070

Skripsi ini Telah Disetujui

Tanggal

Pembimbing Utama : Kasron, S.Kep.,Ns.,M.Kep. ( )

Pembimbing Anggota : Dr. Yektiningtyastuti, M.Kep, Sp.kep.Mat ( )

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

NIP. 1031095158
2 HALAMAN PENGESAHAN
3
Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : SINDY FAJRINA

Nim : 108117070

Program Studi : S1 Keperawatan

Jusul Skripsi : Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Pola Makan


Dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja
Putri Di Desa Randegan Kecamatan Wangon

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Ida Ariani, M.Kep., Ns.Sp.Kep.an. ( )

Penguji II : Kasron, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Penguji III : Dr. Yektiningtyastuti, M.Kep, Sp.Kep.Mat ( )

Mengesahkan,

Ketua STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Sarwa, AMK., S.Pd., M.Kes

NIP. 1031096191
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ATAU

KEASLIAN PENELITIAN

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : SINDY FAJRINA

Nim : 108117070

Tanda Tangan :

Tanggal :
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap, saya yang

bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sindy Fajrina

NIM : 108117070

Program Studi: S1 Keperawatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian
Dismenorea Primer Pada Remaja Putri Di Desa Randegan Kecamatan Wangon
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Ekslusif ini STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenernya.

Dibuat di : Cilacap
Pada tanggal :
Yang menyatakan
Sindy Fajrina
4 KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat, nikmat dan kuasa-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Al-irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi

ini. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Sarwa, AMK.,SPd., M.Kes selaku Ketua STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Cilacap.

2. Kasron, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku pembimbing I dan penguji II yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Yektiningtyastuti, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku pembimbing II dan penguji III

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Teristimewa ucapan terima kasih kepada kedua orang tua terhebat. Untuk Bapak

dan Mama terima kasih yang tak terhingga atas doa, semangat, kasih sayang,
pengorbanan, dan ketulusannya mulai dari kecil sampai sekarang. Semoga Allah

SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada keduanya.

5. Untuk Mbah Putri dan Almarhum Mbah Kakung Slamet Hadi Sumarto tercinta,

saya ucapkan terima kasih atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih banyak

telah menjadi bagian dari motivator yang luar biasa

6. Untuk Kakak saya, Gunawan Teguh Wardani, Ida Mulyani, dan Adik saya

Lunetha Naizra Hanif, terima kasih atas segala kasih sayang serta doanya.

7. Civitas akademika STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

8. Untuk sahabat dan rekan mahasiswa S1 keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap yang saya sayangi dan selalu memberikan dukungan dan

semangat.

9. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) beserta staf dan

jajarannya yang telah memberikan ijin penelitian.

10. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) beserta staf dan

jajarannya yang telah memberikan ijin penelitian.

11. Seluruh dosen dan karyawan STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu saya. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Cilacap, Agustus 2021

Peneliti
DAFTAR ISI

SKRIPSI........................................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN.....................................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................................v
ABSTRAK..................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian.............................................................................................10
C. Rumusan Masalah............................................................................................10
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................10
E. Keaslian Penelitian..........................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI...................................16
A. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................16
1. Menstruasi........................................................................................................16
2. Dismenorea......................................................................................................19
3. Aktivitas Fisik..................................................................................................28
4. Pola Makan......................................................................................................34
5. Remaja.............................................................................................................39
B. KERANGKATEORI.......................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................42
A. Kerangka Konsep.............................................................................................42
B. Hipotesis Penelitian.........................................................................................43
C. Variabel Penelitian...........................................................................................44
D. Definisi Operasional........................................................................................44
E. Desain Penelitian.............................................................................................48
F. Populasi dan Sampel........................................................................................48
G. Tempat penelitian dan Waktu penelitian.........................................................52
H. Etika Penelitian................................................................................................53
I. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................54
J. Prosedur Pengumpulan Data............................................................................60
K. Analisa Data.....................................................................................................62
BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................................68
A. Karakteristik Responden..................................................................................68
B. Analisa Univariat.............................................................................................69
C. Analisa Bivariat...............................................................................................71
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................................74
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil..........................................................................74
B. Keterbatasan Penelitian....................................................................................90
C. Implikasi terhadap Pelayanan dan Penelitian..................................................91
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................92
A. Kesimpulan......................................................................................................92
B. Saran................................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................94
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan Nilai PAL.......................34Y
Tabel 3. 1 Variabel, Definisi Operasional, Cara pengukuran, Hasil Ukur, Skala.......45
Tabel 3. 2 Sampel Jumlah Remaja Putri di Tiap RW..................................................52
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Kuesioner Pola Makan.................................................................58
Tabel 3. 4 Physical Activity Rate (PAR).......................................................................6
Tabel 4. 1 Distribusi Umur Remaja Putri (n:91).........................................................68
Tabel 4. 2 Distribusi Status Gizi Remaja Putri Desa Randegan (n:91).......................69
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Dismenorea Primer Remaja Putri (n:91)...................69
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Remaja Putri (n:91)..........................70
Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Pola Makan Remaja Putri (n:91)...............................70
Tabel 4. 6 Analisis Statistik Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea
Primer (n:91)................................................................................................................71
Tabel 4. 7 Analisis Statistik Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Dismenorea
primer (n:91)................................................................................................................73
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Kerangka Teori.......................................................................................41Y
Bagan 3. 1 Kerangka Konsep......................................................................................42
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Kesediaan Menjadi Responden


Lampiran 2 Surat Pernyataan Sebagai Responden
Lampiran 3 Kuesioner A Dismenorea primer
Lampiran 4 Kuesioner B Aktivitas Fisik
Lampiran 5 Kuesioner C Pola Makan
Lampiran 6 Kuesioner Google Form
Lampiran 7 Hasil Instrumen Penelitian
Lampiran 8 Hasil Tabulasi Hasil Instrumen Penelitian
Lampiran 9 Hasil Output SPSS Uji Analisa Univariat dan Bivariat
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN
DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA
PUTRI DESA RANDEGAN KECAMATAN WANGON
The Relationship Between Physical Activity And Diet With The Event Of Primary
Dysmenorrhea In Adolescent Women Randegan Village Wangon District
Sindy Fajrina1, Kasron2*, Yektiningtyastuti3*
1,2,3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AlIrsyad Al Islamiyyah Cilacap
Jl. Cerme No. 24 Sidanegara Cilacap

5 ABSTRAK
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan.
Faktor yang mempengaruhi kejadian dismenorea primer yaitu usia, usia menarche,
lama menstruasi, status gizi, riwayat keluarga, aktivitas fisik dan pola makan. Metode
penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Populasi pada
penelitian ini sebanyak 473 remaja putri dan sampel sebanyak 91 remaja putri dengan
tehnik pengambilan sampel Cluster Random Sampling. Hipotesis diuji menggunakan
uji Chi Square. Hasil analisia univariat menunjukkan 74,7% remaja putri mengalami
dismenorea primer, 63,7% memiliki aktivitas ringan, 83,5% memiliki pola makan
sehat. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
aktivitas fisik dengan kejadian dismenorea primer (pv 0,947 > 0,05) dan tidak
terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian dismenorea primer (pv 0,103 >
0,05).
Kata Kunci : Remaja, Dismenorea Primer, Pola Makan, Aktivitas Fisik
6
ABSTRACT

Primary dysmenorrhea is menstrual pain that is found without any


abnormalities. Factors that influence the incidence of primary dysmenorrhea are
age, age of menarche, length of menstruation, nutritional status, family history,
physical activity and diet. The research method used is a cross sectional approach.
The population in this study were 473 young women and a sample of 91 young
women with Cluster Random Sampling sampling technique. The hypothesis was
tested using the Chi Square test. The results of univariate analysis showed that 74.7%
of adolescent girls experienced primary dysmenorrhea, 63.7% had light activity,
83.5% had a healthy diet. The results of bivariate analysis showed that there was no
relationship between physical activity and the incidence of primary dysmenorrhea
(pv 0.947 > 0.05) and there was no relationship between diet and the incidence of
primary dysmenorrhea (pv 0.103 > 0.05).
Keywords: Adolescents, Primary Dysmenorrhea, Diet, Physical Activity
7 BAB I
8 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dismenorea merupakan nyeri sebelum atau selama menstruasi,

Dismenorea merupakan salah satu masalah ginekologik yang paling umum

terjadi pada remaja putri (Cashion, 2010). Dismenorea adalah istilah medis

untuk gangguan menstruasi, gejala-gejala dari dismenorea dapat berupa rasa

nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah dan punggung bawah,

sakit kepala, mual hingga pingsan pada sebelum atau selama menstruasi

(Maulana, 2009). Dismenorea atau nyeri haid adalah nyeri yang dirasakan

sebelum atau saat menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus

(Kristian, 2010). Dismenorea merupakan rasa sakit yang tidak enak diperut

bawah sebelum dan selama haid, sering kali disertai rasa mual sehingga

memaksa penderita untuk istirahat beberapa jam atau beberapa hari

(Wiknjosastro, H, 2014).

Dismenorea dibedakan menjadi dismenorea primer dan dismenorea

sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada

kelainan, sedangkan dismenorea sekunder disebabkan oleh kelainan

ginekologi (Prawirohardjo, 2011). Menurut Wiknjosastro, H (2014)

dismenorea dibagi menjadi dua yaitu, dismenorea primer adalah nyeri haid

yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada alat genital dan lebih disebabkan
oleh ketidakseimbangan steroid seks dalam ovarium, dismenorea sekunder

adalah dismenorea yang terjadi karena adanya kelainan ginekologi seperti

salpingitis kronik, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servik uteri dan

kelainan ginekologi lainnya.

Menurut Judha, M., Sudarti & fauziah (2012) dismenorea terbagi dua,

dimana dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer berhubungan

dengan siklus ovulasi yang timbul setelah beberapa bulan sampai beberapa

tahun setelah menarche, sedangkan disminorea sekunder terjadi akibat

keadaan patologis pelvik yang spesifik. Sebanyak 50% wanita yang

mengalami disminorea primer tanpa adanya masalah patologis pelvis, 10%

wanita merasakan nyeri yang hebat selama menstruasi sehingga membuat

mereka tidak dapat beraktivitas harian mereka hal ini dirasakan satu sampai

dengan tiga hari dalam tiap bulannya. Rasa nyeri ini terus meningkat di usia

25 tahun dan akan menurun setelah usia 30 sampai dengan 35 tahun.

Puncak insiden dismenorea primer terjadi pada akhir masa remaja dan di

awal usia 20-an, insiden dismenorea pada remaja dilaporkan sekitar 92%.

Insiden ini menurun seiring dengan bertambahnya usia dan meningkatnya

kelahiran (Anurogo & Ari, 2011). Setiap remaja memiliki pengalaman

menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian remaja mendapatkan menstruasi

tanpa keluhan, namun tidak sedikit yang mendapatkan menstruasi disertai

keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan yang disebut

dismenorea (Madhubala C, 2012).


Menurut Hillard, P.A.J, (2006) penyebab dismenorea primer yaitu PGF2-

alfa (Prostaglandin F2 alfa) dan PGE-2 (Prostaglandin E2). Peningkatan level

PGF2-alfa dan PGE-2 akan meningkatkan rasa nyeri pada dismenorea primer.

Penyebab yang saat ini dipakai untuk menjelaskan dismenorea primer, yaitu:

faktor kejiwaan, faktor konstitusi, faktor obstruksi kanalis servikalis, faktor

endokrin, faktor alergi, pengetahuan, aktivitas, status gizi (Simanjuntak,

2008). TA Larasati (2016) penyebab dismenorea primer terjadi karena

peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu

siklooksigenase (COX-2) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokontriksi

pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah

perut. Adanya kontraksi yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormon

prostaglandin yang tinggi dan pelebaran dinding rahim saat mengeluarkan

darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid. Menurut Kazama M (2015)

penyebab dismenorea primer yang dapat meningkatkan angka kejadien

dismenorea primer yaitu karena pola makan yang buruk, waktu tidur kurang

dari 6 jam, dan aktivitas fisik yang rendah.

Menurut TA Larasati (2016) gejala dismenorea primer yang banyak

dialami oleh remaja adalah kekakuan atau kejang dibagian bawah perut.

Rasanya sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan mudah marah, mudah

tersinggung, mual muntah, kenaikan berat badan, perut kembung, punggung

terasa nyeri, sakit kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan depresi. Gejala ini
datang sehari sebelum haid dan berlangsung dua hari sampai berakhirnya

masa haid. Menurut Madianung, A., Masi (2013) gejala dismenorea primer

yang dirasakan sangat khas yaitu muncul keluhan nyeri perut atau kram perut

yang dapat menjalar ke pinggang disertai rasa letih, rasa mual, muntah, sakit

kepala, diare dan sebagainya.

Prevalensi angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar, yaitu lebih

dari 50% perempuan mengalaminya. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat

hampir 90% wanita mengalami dismenorea dan 10-15% diantaranya

mengalami dismenorea berat, yang tidak mampu melakukan kegiatan apapun.

Sementara di Indonesia prevalensi dismenorea berkisar 45-95% di kalangan

usia produktif (Proverawati A, 2009). Angka kejadian dismenorea primer

pada remaja wanita yang berusia 14-19 tahun di Indonesia sekitar 54,89%

(Sophia, F.M, 2013). Menurut data dari American Congress Of Obstetricians

And Gynecologist (2016), lebih dari 50% wanita mengalami nyeri haid setiap

bulannya. Di indonesia terdapat 90% wanita pernah mengalami dismenorea

primer. Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2017 jumlah remaja putri usia 10-19 tahun sebanyak 2.899.120

jiwa. Sedangkan yang mengalami dismenorea primer di propinsi Jawa Tengah

mencapai 1.465.876 jiwa.

Menurut Bernardi, M (2017) dismenorea primer dapat mengakibatkan

aktivitas terganggu, kinerja dan prestasi akademik lebih rendah, mengganggu


kualitas tidur, berdampak negatif pada mood, serta menyebabkan kegelisahan

dan depresi. Menurut TA Larasati (2016) berbagai faktor risiko dismenorea

primer telah diidentifikasi dengan hasil prevalensi yang sangat beragam.

Faktor risiko ini berhubungan dengan meningkatnya tingkat kejadian

dismenorea primer. Faktor risiko tersebut antara lain, menarke usia dini,

riwayat keluarga dengan keluhan dismenore, indeks masa tubuh yang tidak

normal, kebiasaan makan makanan cepat saji, durasi perdarahan saat haid,

terpapar asap rokok, konsumsi kopi, dan alexythimia. Menurut Paramastri

(2016) terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya

dismenorea primer, diantaranya yaitu : usia menarche dini, lama menstruasi,

adanya riwayat keluarga, status gizi, pola makan serta aktivitas fisik juga

mempengaruhi tingkat nyeri.

World Health Organization (WHO) tahun 2018 mengemukakan bahwa

secara global, perempuan (84%) memiliki presentase kurangnya aktivitas fisik

yang lebih tinggi daripada laki-laki (78%). Menurut Harrington, SA (2013)

dismenorea terjadi pada 54,6% mahasiswi yang memiliki aktivitas fisik yang

rendah tersebut, cenderung dihubungkan dengan terjadinya dismenorea. Dari

hail penelitian yang telah dilakukan oleh Sugiyanto (2020) dengan

menggunakan desain penelitian deksriptif korelasi dengan pendekatan waktu

cross sectional. Diketahui bahwa sebagian besar Siswi kelas XII yang

mengalami dismenorea di SMK Negeri 2 Godean melakukan aktivitas fisik


rendah yaitu sebanyak 25 responden (49,0%) sedangkan Siswi kelas XII yang

melakukan aktivitas fisik sangat rendah sebanyak 16 responden (22,6%), dan

yang melakukan aktivitas fisik sedang sebanyak 5 responden (9,8%), serta

yang melakukan aktivitas fisik berat sebanyak 4 responden (7,8%). Data

dianalisis dengan menggunakan uji Kendall Tau, didapatkan nilai p.value

0,000 dengan koefisien korelasi sebesar -0,616 menunjukkan keeratan

hubungan kuat. Terdapat hubungan yang signifikan aktivitas fisik dengan

tingkat dismenorea pada siswi kelas XII SMK Negeri 2 Godean.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2019) dengan menggunakan

desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam

penelitian ini adalah remaja putri usia 10-19 tahun di Desa Lerep sejumlah

857 dengan sampel 89 orang. Teknik sampling menggunakan proportional

random sampling dan pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis

data menggunakan Kendal Tau. Hasil : dalam penelitian sebagian besar

remaja putri melakukan aktivitas fisik ringan sebanyak 44 orang (49,4%) dan

remaja putri yang mengalami dismenorea primer sebanyak 54 orang (60,7%).

Hasil uji Kendal Tau diperoleh p-value 0,001 < α (0,05) correlation coefficient

-0.291 dimana korelasi berarah negatif yang artinya semakin ringan aktivitas

fisik yang dilakukan maka akan lebih rentan mengalami dismenorea primer.

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas
fisik dengan dismenorea primer pada remaja putri di Desa Lerep Kecamatan

Ungaran Barat.

Menurut Savitri (2006) dengan meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial,

dan kesibukan pada remaja akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka.

Remaja dengan aktivitas sosial tinggi sangat dipengaruhi oleh kelompok

pergaulan atau teman sebayanya, misalnya sering makan bersama di rumah

makan ataupun di restoran siap saji atau lebih suka makan makanan yang

kurang bergizi seperti cokelat, gorengan, permen, dan minuman es. Menurut

Singh, et al (2008) dalam penelitiannya, dari total wanita yang mengisi

kuisioner didapatkan 79,43% memiliki kebiasaan pola makan dengan

makanan cepat saji dan didapatkan 16,82% diantaranya menderita dismenorea

primer. kandungan asam lemak yang terdapat di dalam makanan cepat saji

dapat mengganggu metabolisme progesterone pada fase luteal dari siklus

menstruasi. Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang akan

menyebabkan rasa nyeri pada saat dismenorea primer.

Dalam penelitian Fauridha (2010) pada siswi kelas VIII di SMP

Muhammadiyah 1 Yogyakarta melalui kuisioner berupa pernyataan tentang

pola makan sehari- hari dan kejadian dismenorea didapatkan permasalahan

yang sering timbul di sekolah tersebut antara lain sebanyak 16 siswi atau 80 %

siswi mengalami kejadian dismenorea. 15 siswi atau 75 % siswi tidak makan

teratur setiap hari, sedangkan siswi yang tidak pernah sarapan pagi mencapai
55 % atau 11 siswi. Sebanyak 40 % atau 8 siswi lebih suka jajanan yang tidak

bergizi tinggi yaitu seperti es, gorengan, coklat dan chiki-chikian. Hal serupa

yakni 8 siswi atau 40 % siswi tidak menyukai sayur sayuran yang merupakan

salah satu zat gizi untuk mengurangi nyeri haid pada saat menstruasi pada

setiap bulannya. Dari penelitian Fauridha (2010) dengan menggunakan

metode Cross Sectional analytic didapatkan hasil sebagian besar siswi

mempunyai pola makan yang kurang yaitu 80 orang (95,2%) dan yang paling

sedikit mempunyai pola makan buruk yaitu 4 orang (4,8%). Sebagian besar

siswi mengalami dismenorea yaitu 78 orang (92,9%) dan hanya 6 orang

(7,1%) yang tidak mengalami dismenorea. Maka dilakukan uji statistic

menggunakan Chi Square secara statistic terdapat hubungan yang signifikan

dengan tingkat rendah antara pola makan dengan kejadian dismenorea pada

siswi kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta tahun 2010 yang

ditujukan dengan nilai ꭓ2 sebesar 11,631 pada df 1 dengan taraf signifikan (p)

value 0,001.

Desa Randegan merupakan salah satu desa di Kecamatan Wangon

Kabupaten Banyumas yang terdiri dari 2 dusun yaitu : Dusun I (Randegan)

dibagi dalam 5 Rw, Dusun II (Ciarus) dibagi dalam 6 Rw, dengan luas

wilayah 1,041 Ha. Desa Randegan memiliki konfigurasi berupa pegunungan

dan tergolong dataran sedang dan sebagian dataran tinggi. Jumlah penduduk

Desa Randegan pada tahun 2020 memiliki 2.587 Kepala Keluarga (KK)
dengan jumlah penduduk 8.085 terdiri atas 4.072 laki-laki dan 4.013

perempuan, dan merupakan jumlah penduduk remaja terbanyak ke 2 di

kecamatan wangon dengan status pelajar atau mahasiswa sebanyak 1.136 dan

jumlah remaja putri usia 12-20 tahun sebanyak 473 orang. Berdasarkan hasil

kunjungan remaja pada tahun 2020 dengan keluhan dismenorea di Puskesmas

Wangon 1 terbanyak berasal dari Desa Randegan yaitu berjumlah 8 orang.

Angka kejadian dismenorea berdasarkan kunjungan remaja sangat sedikit

karena remaja dengan keluhan dismenorea banyak yang tidak memeriksakan

diri ke dokter atau ke puskesmas.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan cara wawancara oleh

peneliti pada Februari 2021 di Desa Randegan Kecamatan wangon dari hasil

wawancara yang dilakukan pada 15 remaja putri didapatkan data 3 remaja

tidak mengalami dismenore, 3 remaja jarang mengalami dismenore, dan 9

remaja mengalami dismenore. Dari 15 remaja terdapat 9 remaja melakukan

aktivitas ringan dan 6 remaja melakukan aktivitas sedang. Dari 15 remaja

diantaranya mengatakan sering mengkonsumsi makanan cepat saji dan mereka

mengatakan pola makan mereka tidak teratur. Berdasarkan data tersebut,

peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara aktivitas fisik, dan

pola makan dengan kejadian dismenorea primer pada Remaja putri di Desa

Randegan Kecamatan Wangon.


B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan aktivitas fisik dan pola makan dengan kejadian

dismenorea primer pada remaja putri di Desa Randegan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat aktivitas fisik yang dilakukan oleh remaja putri di

Desa Randegan

b. Mengetahui pola makan pada remaja putri di Desa Randegan

c. Mengetahui kejadian dismenorea primer pada remaja putri di Desa

Randegan

d. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan dismenorea primer

pada remaja putri di Desa Randegan

e. Mengetahui hubungan antara pola makan dengan dismenorea primer

pada remaja putri di Desa Randegan.

C. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dan pola makan dengan

kejadian dismenorea primer pada remaja putri di Desa Randegan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi,

informasi serta dapat menambah kepustakaan di Stikes Al-Irsyad

Cilacap
b. Hasil penelitian dapat menjadi rujukan bagi Remaja Putri Desa

Randegan dan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

dismenorea primer maupun aktivitas fisik dan pola makan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi remaja putri

Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang Hubungan

antara Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan kejadian Dismenorea

primer.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang

Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan kejadian

Dismenorea primer pada remaja putri.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang hubungan antara aktifitas fisik dan pola makan dengan

kejadian dismenore sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan.

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah:

1. Penelitian dari Anis Aprilia (2017) yang berjudul “Hubungan Tingkat

Stres, Pola Makan, Aktivitas Fisik dengan Ketidakteraturan Siklus

Menstruasi pada Remaja Putri Kelas XII di SMA Negeri 5 Kota

Samarinda 2017”
Tujuan : mengetahui hubungan tingkat stress, pola makan, aktivitas fisik

dengan ketidakteraturan siklus menstruasi pada remaja putrid kelas XII di

SMA Negeri 5 Samarinda Tahun 2017

Variabel : variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat stress, pola

makan, dan aktivitas fisik. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini

adalah ketidakteraturan siklus menstruasi

Metode : penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Teknik

pengambilan sampel menggunakan Propotional random sampling. Teknik

analisa data menggunakan analisis bivariat dengan uci chi square.

Penelitian ini menggunakan uji validitas kontruk (contruct validity)

dimana uji validitas ini menggunakan pendapat ahli.

Kesimpulan : tidak terdapat hubungan antara tingkat stress, pola makan,

aktivitas fisik dengan ketidakteraturan siklus menstruasi pada remaja putri

kelas XII di SMA Negeri 5 Samarinda. Dengan tingkat stress dengan

ketidakteraturan siklus menstruasi P value = 1.000 > 0,05, pola makan

dengan ketidakteraturan siklus menstruasi P value = 0.76 > 0,05 , aktivitas

fisik dengan ketidakteraturan siklus menstruasi P value = 0.202 > 0,05

Persamaan: persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah pada salah satu variabel bebasnya yaitu aktivitas fisik

dan pola makan dan metode penelitiannya sama-sama menggunakan uji

chi square.
Perbedaan: perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah pada variabelnya. Pada penelitian Anis Aprilia (2017),

variabel terikatnya yaitu ketidakteraturan siklus menstruasi. Sedangkan

pada penelitian yang akan peneliti lakukan, variabel terikatnya yaitu

kejadian dismenore. Responden dan tempat penelitian pada penelitian

Anis Aprilia adalah remaja putri kelas XII di SMA Negeri 5 Samarinda,

sedangkan pada penelitian yang akan peneliti lakukan respondenya adalah

Remaja putri di Desa randegan Kecamatan Wangon Kabupaten

Banyumas.

2. Penelitian dari Syarifah & Faturohman (2019), yang berjudul “ Asupan

Kalsium dan Magnesium serta Aktivitas Fisik Berhubungan dengan

Dismenore pada Remaja “

Tujuan : tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan

kalsium, magnesium dan aktivitas fisik dengan dismenore pada siswi di

SMK Negeri 1 Martapura.

Variabel : variabel bebas pada penelitian ini adalah asupan kalsium,

magnesium, dan aktivitas fisik. Sedangkan variabel terikat pada penelitian

ini adalah dismenore.

Metode : jenis penelitian ini adalah observasional analitik, dengan teknik

random sampling secara proposional. Analisis bivariat menggunakan uji

korelasi Rank Spearman.


Kesimpulan : dari hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara

asupan kalsium dan magnesium dengan dismenore P = 0,001 ,dan ada

hubungan aktivitas fisik dengan dismenore pada siswi SMK Negeri 1

Martapura P = 0,001.

Persamaan : persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah pada variabel bebasnya yaitu aktivitas fisik dan variable

terikatnya yaitu dismenore.

Perbedaan : perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu ada penambahan variabel bebas pada penelitian yang akan

dilakukan yaitu pola makan.

3. Penelitian dari Uut Marlina (2018), yang berjudul “ Hubungan Pola

Makan dan Obesitas Terhadap Kejadian Gangguan Menstruasi pada

Mahasiswa Reguler Tingkat Akhir Kebidanan Program Sarjana Terapan di

Universitas Aisyiyah Yogyakarta “

Tujuan : tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola

makan dan obesitas terhadap kejadian gangguan menstruasi pada

mahasiswa regular tingkat akhir Kebidanan Program Sarjana Terapan di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Variabel : variabel bebas pada penelitian ini adalah pola makan dan

obesitas. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian

gangguan menstruasi.
Metode : penelitian ini menggunakan metode korelasional dan rancangan

cross sectional dengan teknik sample random sampling. Dengan analisis

hubungan menggunakan uji chi square.

Kesimpulan : hasil dari penelitian ini adalah didapatkan nilai koefisien

korelasi 0,373 dengan p value 0,028 < 0,05 pada pola makan sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan terhadap

kejadian gangguan menstruasi. Nilai koefisien korelasi 0,196 dengan p

value 0,549 > 0,05 pada obesitas sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian gangguan menstruasi.

Persamaan : persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah pada salah satu variabel nya yaitu pola makan. Dan

sama-sama menggunakan uji chi square.

Perbedaan : perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah pada variabel terikatnya yaitu kejadian gangguan

menstruasi sedangkan untuk penelitian yang akan dilakukan yaitu kejadian

dismenore. Dan pada variabel bebasnya peneliti menambahkan variabel

yaitu aktivitas fisik. Dan responden pada penelitian ini adalah mahasiswa

regular tingkat akhir kebidanan program sarjana terapan di Universitas

Aisyiyah Yogyakarta, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan

yaitu pada Remaja putri di Desa Randegan Kecamatan Wangon

Kabupaten Banyumas.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Menstruasi
a. Pengertian

Menstruasi merupakan peristiwa pengeluaran darah, mucus, dan

sel-sel epitel dari uterus secara periodik. Menstruasi umumnya terjadi

dengan interval setiap bulan selama periode reproduksi, kecuali selama

kehamilan dan menyusui, peristiwa ini biasanya tersupresi. Menstruasi

merupakan bagian dari siklus menstruasi, suatu komponen penting

dalam siklus reproduksi wanita. Menurut Proverawati A (2009)

menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklus dari uterus

yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Haid atau

menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh perempuan yang

terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.

Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini bisa

terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause (Imasari,

2017).

b. Tanda dan Gejala Menstruasi

Menurut Bobak (2004) tanda dan gejala menstruasi yang dirasakan

meliputi :
1) Payudara terasa berat, penuh, membesar dan nyeri tekan

2) Nyeri punggung, merasa rongga pelvis semakin penuh

3) Nyeri kepala dan muncul jerawat

4) Iritabilitas atau sensitifitas meningkat

5) Metabolisme meningkat dan diikiuti dengan rasa keletihan

6) Suhu basal tubuh meningkat 0.2-0.4ºC

7) Servik berawan, lengket, tidak dapat ditembus sperma,

mongering dengan pola granular

8) Ostium menutup secara bertahap

9) Kram uterus yang menimbulkan nyeri (Dismenore).

c. Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi

Menurut Kusmiran (2014) faktor resiko dari menstruasi adalah

sebagai berikut:

1) Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi

fungsi menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang

menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung

derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat

badan.

2) Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat

membatasi fungsi menstruasi. Aktivitas fisik yang berat


merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)

dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari

serum estrogen.

3) Stres

Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh,

khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui

perubahan proklatin atau endogenous opiate yang dapat

mempengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormon

lutein (LH) yang menyebabkan dismenorea.

4) Diet

Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian

berhubungan dengan anovulasi, penurunan respon hormon

pituitari, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus

menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah kalori

seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan

dismenorea.

5) Paparan Lingkungan dan Kondisi Kerja

Paparan agen kimiawi dapat mempengaruhi atau meracuni

ovarium, seperti beberapa obat anti-kanker (obat sitotoksik)

merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk hilangnya

folikel-folikel, anovulasi, oligomenorea, dan dismenorea.


6) Sinkronisasi Proses Menstrual (interaksi sosial dan lingkungan)

Interaksi manusia dengan lingkungan merupakan siklus

yang sinkron atau berirama. Prosesi interaksi tersebut

melibatkan fungsi hormonal. Salah satu fungsi hormonal

adalah hormon-hormon reproduksi. Adanya pherohormon yang

dikeluarkan oleh setiap individu yang dapat mempengaruhi

perilaku individu lain melalui persepsi dari penciuman baik

melalui interaksi dengan individu jenis kelamin sejenis

maupun lawan jenis, serta dapat menurunkan variabilitas dari

siklus menstruasi dan sinkronisasi dari onset menstruasi.

7) Gangguan Endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes,

hipotiroid, serta hipertiroid yang berhubungan dengan

gangguan menstruasi.

2. Dismenorea
a. Pengertian

Menurut Nugroho dan Utama (2014) dismenorea adalah nyeri

yang dirasakan dengan gejala kompleks berupa kram bagian bawah

yang menjalar ke punggung atau ke kaki. Dismenorea juga merupakan

suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak pada bagian bawah perut.

Dismenorea timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium


yang menampilkan satu atau lebih gejala mulaidari nyeri ringan hingga

berat pada abdomen bagian bawah, daerahpinggang dan sisi medial

paha (Manuba, 2010). Dismenorea merupakan rasa sakit yang tidak

enak diperut bawah sebelum dan selama haid, sering kali disertai rasa

mual sehingga memaksa penderita untuk istirahat beberapa jam atau

beberapa hari (Wiknjosastro, 2014).

b. Macam-macam Dismenorea

Dismenorea dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :

1) Dismenorea Primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa

adanyakelainan pada alat alat genital dan lebih disebabkan oleh

ketidakseimbangan steroid seks dalam ovarium. Dismenorea

yang paling sering dialami oleh remaja adalah dismenorea

primer. Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai

tanpa ada kelainan (Prawirohardjo, 2011). Sebanyak 50%

wanita mengalami dismenorea primer tanpa patologi pelvis,

10% wanita mengalami nyeri hebat selama menstruasi

sehingga membuat mereka tidak mampu melakukan aktivitas

sehari-hari selama satu sampai tiga hari setiap bulannya.


2) Dismenorea Sekunder

Adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh

kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi

pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Dismenorea

sekunder adalah nyeri menstruasi yang berkembang dari

dismenore primer yang terjadi sesudah usia 25 tahun dan

penyebabnya karena kelainan pelvis (Cashion, 2010).

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan

dengan berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya

endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks,

penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable

bowel sindrom (Anwar M, 2011).

c. Patofisiologi Dismenore Primer

Sebagai respon terhadap produksi progesterone, asam lemak di

dalam fosfolipid membran sel bertambah setelah selesai masa ovulasi.

Asam arakidonat dilepaskan dan kaskade prostaglandin dalam uterus

akan dimulai. Terjadi penurunan prostasiklin yang merupakan

vasodilator dan relaksan uterus pada dismenore primer. hal tersebut

mengakibatkan peningkatan aktivitas uterus dan vasokontriksi karena

kurang dihambatnya prostaglandin (Ismalia, 2017). Kadar

prostaglandin yang meningkat ditemukan dicairan endometrium


perempuan dengan dismenore dan berhubungan baik dengan derajat

nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat

terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih

lanjut yang terjadi selama haid. Peningkatan prostaglandin di

endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase

luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi

uterus yang berlebihan.

Menurut (Anurogo dan Ari, 2011) hormon pituitary posterior,

vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mengurangi

aliran darah uterus, dan nyeri pada penderita dismenorea primer.

peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan

sintesis dan pelepasan prostaglandin. Hipotesis neuronal telah

direkomendasikan untuk pathogenesis dismenorea primer. neuron

nyeri tipe C di stimulasi oleh metabolit anaerob yang diproduksi oleh

iskemik endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke membrane

mukosa kelenjar yang melapisi rahim).

d. Penyebab Dismenorea Primer

Menurut TA Larasati (2016) penyebab dismenorea primer terjadi

karena peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu

siklo oksigenase (COX-2) yang mengakibatkan hipertonus dan

vasokontriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri

pada bagian bawah perut. Adanya kontraksi yang kuat dan lama pada
dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi dan pelebaran

dinding rahim saat mengeluarkan darah haid sehingga terjadilah nyeri

saat haid. Menurut (Lathe et al., 2006) ada beberapa faktor resiko

penyebab terjadinya dismenorea primer yaitu,diantaranya : usia < 30

tahun, usia menarche dini (< 12 tahun), Indeks Masa tubuh yang

rendah, status social ekonomi yang rendah, riwayat penyakit keluarga,

siklus menstruasi yang lebih panjang, nulipara, sindrom premenstrual,

jarang melakukan aktivitas fisik, stress, diet dan merokok.

e. Ciri-ciri Dismenorea Primer

Menurut Anurogo dan Ari (2011) ciri-ciri dismenorea primer

yaitu, meliputi :

1) Nyeri sering timbul pada usia muda

2) Nyeri timbul segera setelah haid mulai teratur

3) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan kadang

disertaimual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala

4) Nyeri timbul sebelum haid dan meningkat pada hari pertama

atau kedua haid

5) Jarang ditemukan kelainan genetalia pada pemeriksaan

ginekologis.

f. Gejala Dismenorea Primer

Menurut TA Larasati (2016) gejala dismenorea primer yang

banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan atau kejang dibagian


bawah perut. Rasanya sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan

mudah marah, mudah tersinggung, mual muntah, kenaikan berat

badan, perut kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul

jerawat, tegang, lesu, dan depresi. Gejala ini datang sehari sebelum

haid dan berlangsung dua hari sampai berakhirnya masa haid. Menurut

Madianung & Masi (2013) gejala dismenorea primer yang dirasakan

sangat khas yaitu muncul keluhan nyeri perut atau kram perut yang

dapat menjalar ke pinggang disertai rasa letih, rasa mual, muntah, sakit

kepala, diare dan sebagainya.

Menurut Ismalia (2017) salah satu gejala dismenorea ditandai

dengan nyeri yang dirasakan pada garis tengah abdomen bagian

bawah. Selain dirasakan pada supra pubik, nyeri juga dapat menjalar

ke permukaan dalam paha dan dirasakan paling berat pada hari

pertama atau kedua bersamaan dengan waktu pelepasan maksimal

prostaglandin ke dalam cairan menstruasi.

g. Derajat Dismenorea

Menurut Manuba (2010) dismenorea dibagi menjadi 3 derajat, yaitu:

1) Dismenorea Ringan

Dismenorea berlangsung hanya beberapa saat. Penderita dapat

melanjutkan kegiatan seperti biasanya.

2) Dismenorea Sedang
Penderita dismenorea sedang dapat menjalani kegiatan seperti

biasanya dengan terlebih dahulu mengkonsumsi analgesik.

3) Dismenorea Berat

Penderita dismenorea berat biasanya mengalami gejala

sistemik yang cukup hebat dan memerlukan istirahat untuk

beberapa hari.

h. Dampak Dismenorea Primer

Menurut Bernardi M, (2017) dismenorea primer dapat

mengakibatkan aktivitas terganggu, kinerja dan prestasi akademik

lebih rendah, mengganggu kualitas tidur, berdampak negatif pada

mood, serta menyebabkan kegelisahan dan depresi. Kejadian

dismenorea primer dapat mempengaruhi kualitas hidup, produktivitas

dan pamanfaatan layanan kesehatan selama masa reproduksi wanita.

Kejadian dismenorea primer juga mengganggu aktivitas sehari-hari

sebagian remaja karena nyeri yang dirasakan (Sakinah, 2016).

i. Faktor Risiko Dismenorea Primer

Menurut Novia & Puspitasari (2019) faktor risiko dimenorea primer

meliputi :

1) Usia

Dismenorea primer umumnya terjadi pada usia 15 –30

tahun. Umumnya terjadi pada usia 15 –25 tahun dan mulai

berkurang hingga hilang pada usia 20 –30 tahun. Semakin tua


umur seseorang, ia telah sering mengalami menstruasi dan

akan semakin lebar serviks uterinya sehingga sekresi

prostaglandin akan menurun. Dalam proses penuaan juga akan

terjadi penurunan fungsi saraf pada uterus.

2) Usia Menarche

Menarche pada usia lebih awal dapat menjadi faktor risiko

dismenore primer karena belumsiapnya organ reproduksi untuk

mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan serviks

uteri.

3) Lama Menstruasi

Semakin lama menstruasi, maka akan semakin sering

uterus berkontraksi. Hal ini dapat menyebabkan semakin

banyak prostaglandin yang dikeluarkansehingga akan timbul

rasa nyeri. Di sisi lain, kontraksi uterus yang terus-menerus

akan menyebabkan pasokan darah ke uterus terhenti sementara

sehingga menyebabkan iskemia dan menimbulkan nyeri.

4) Status Gizi

Perempuan dengan status gizi overweight/ obesitas dapat

berisiko mengalami dismenore primer. Hal ini terjadi karena

banyaknya jaringan lemak di dalam tubuh sehingga dapat

mendesak pembuluh darah, termasuk pembuluh darah dalam


organ reproduksi. Proses ini mengakibatkan aliran darah saat

menstruasi terganggu.

5) Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga memiliki pengaruh dalam kejadian

dismenorea primer. Dua dari tiga perempuan yang mengalami

dismenorea primer memiliki riwayat keluarga dengan

dismenorea primer.

6) Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu faktor resiko

dari beratnya derajat nyeri dismenorea primer. Saat ini banyak

remaja yang dimudahkan oleh teknologi dalam memenuhi

kebutuhannya sehari-hari. Aktivitas fisik yang cukup

diperlukan untuk mengurangi sekresi hormon prostaglandin.

7) Pola Makan

Menurut Paath et al (2005) pola makan yang kurang baik

akan menyebabkan gizi kurang dan akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi

reproduksi, hal ini akan berdampak pada gangguan menstruasi,

tetapi akan membaik bila pola makan dan asupan nutrisinya

baik.
j. Penanganan Dismenorea

1) Penanganan Medis

a) Pemberian NSAID

NSAID mempunyai efek analgetik yang secara

langsung menghambat sintesis prostaglandin dan

menekan jumlah darah haid yang keluar.

(Prawirohardjo, 2011)

b) Pemeriksaan Laparoskopik

Pemeriksaan laparoscopik merupakan prosedur tunggal

yang paling bermanfaat. Pemeriksaan ini meliputi

survei diagnostik yang lengkap pada pelvis dan organ

reproduktif untuk memastikan adanya proses patologi

apapun yang secara klinis atau menimbulkan gejala-

gejala klinis (Anurogo dan Ari, 2011).

2) Non Medis

Anurogo dan Ari (2011)

a) Hipnoterapi

b) Akupuntur

c) Relaksasi
3. Aktivitas Fisik
a. Pengertian

Aktivitas fisik diartikan sebagai setiap bentuk gerakan tubuh

yang dihasilkan oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan pengeluaran

energi yang bermakna serta dibagi dalam kelompok ringan, sedang,

dan berat. Setiap aktivitas yang dilakukan membutuhkan energy yang

berbeda tergantung lam intensitas dan kerja otot. Berdasarkan estimasi

WHO, berat badan dan aktivitas fisik berhubungan dengan berbagai

penyakit kronis dan secara keserluruhan menyebabkan kematian

secara global (Habut, Nurmawan, & Wiryanthini, 2018). Aktivitas

fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran

tenaga dan energi atau pembakaran kalori (Kemenkes RI, 2015).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi

untuk mengerjakannya. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang

terencana dan terstruktur serta melibatkan gerakan tubuh berulang-

ulang dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani

(Khomarun, Wahyuni E., 2013).

b. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Menurut Erwinanto (2017) pengelompokan aktivitas yang

dilakukan secara umum dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu sebagai

berikut:
1) Kegiatan Ringan

Kegiatan yang dilakukan sehari-hari adalah 8 jam tidur, 4 jam

bekerja sejenis pekerjaan kantor, 2 jam pekerjaan rumah tangga, ½

jam olahraga, serta sisanya 9½ jam melakukan kegiatan ringan dan

sangat ringan.

2) Kegiatan Sedang

Waktu yang digunakan untuk kegiatan sedang setara dengan 8

jam tidur, 8 jam bekerja di lapangan (seperti di industri,

perkebunan, atau sejenisnya), 2 jam pekerjaan rumah tangga, serta

6 jam pekerjaan ringan, dan sangat ringan.

3) Kegiatan Berat

Waktu yang digunakan sehari untuk kegiatan berat adalah 8

jam tidur, 4 jam pekerjaan berat seperti mengangkat air atau

pekerjaan pertanian (seperti mencangkul), 2 jam pekerjaan ringan,

serta 10 jam pekerjaan ringan dan sangat ringan.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

Menurut Bouchard, C., Blair, S. N., & Haskell (2007) ada

beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik yaitu, sebagai

berikut :

1) Umur

Aktivitas tertinggi seseorang atau manusia normal adalah pada

usia 12-14 tahun dan akan terjadi penururan secara signifikan


tingkat aktivitas ketika menginjak usia remaja, dewasa, dan

sampai usia lebih dari 65 tahun.

2) Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat

aktivitas seseorang. Pada umumnya aktivitas fisik seorang laki-

laki akan lebih besar dibanding aktivitas fisik seorang perempuan.

3) Etnis

Faktanya perbedaan etnis seseorang juga dapat mempengaruhi

tingkat aktivitas fisik seseorang. Hal ini disebabkan oleh

perbedaan budaya yang ada dalam kelompok atau masyarakat

tersebut. Budaya yang terdapat di setiap Negara pasti berbeda-

beda, misal di negara Belanda mayoritas masyarakatnya

menggunakan sepeda untuk berpergian dan di negara Indonesia

mayoritas masyarakatnya menggunakan kendaraan bermotor

sehingga secara garis besar tingkat aktivitas masyarakat Belanda

lebih besar dibandingkan masyarakat Belanda.

4) Tren Terbaru

Salah satu tren terbaru saat ini adalah mulai berkembangnya

teknologi-teknologi yang mempermudah pekerjaan manusia.

Dahulu manusia harus membajak sawah dengan kerbau, namun

dengan teknologi traktor manusia lebih dipermudah dalam

melakukan pekerjaan tersebut.


d. Alat ukur Aktivitas Fisik

1) International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)

International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)

merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengukur aktivitas

fisik selama tujuh hari terakhir. IPAQ terdiri dari dua bentuk, yaitu

bentuk singkat dan panjang. IPAQ bentuk singkat meliputi

aktivitas berjalan dan aktivitas menetap baik sedang maupun berat.

IPAQbentuk panjang mengukur secara rinci aktivitas berjalan serta

aktivitas sedang dan berat di empat situasi, yaitu pekerjaan,

transportasi, halaman/ kebun dan rumah tangga, serta waktu luang

(Janatin, 2013). Berdasarkan sistem skor IPAQ, aktivitas fisik akan

dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a) Aktivitas fisik ringan

Tidak ada aktivitas yang dilaporkan atau beberapa aktivitas

dilaporkan namun tidak memenuhi kategori 2 atau 3.

b) Aktivitas fisik sedang

Melakukan aktivitas fisik berat selama 3 hari atau lebih,

minimal 20 menit/ hari atau melakukan aktivitas fisik sedang

selama 5 hari atau lebih dan/ atau berjalan, minimal 30 menit/

hari atau melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik

sedang, dan aktivitas fisik berat selama 5 hari atau lebih,

minimal 600 MET- menit/ minggu.


c) Aktivitas fisik berat

Melakukan aktivitas fisik berat minimal 3 hari dengan total

1500 MET-menit/ minggu atau melakukan kombinasi dari

berjalan, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas fisik berat selama

7 hari atau lebih, minimal 3000 MET-menit/ minggu.

2) Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan

kuesioner yang dikembangkan oleh WHO dalam rangka

melakukan surveilans aktivitas fisik di berbagai negara. GPAQ

terdiri dari enam belas pertanyaan yang meliputi tiga situasi, yaitu

aktivitas di tempat kerja, perjalanan ke dan dari suatu tempat, serta

aktivitas rekreasi (WHO, 2018).

3) Rapid Assessment of Physical Activity

University of Washington Health Promotion research center,

2006 (dalam Tristiana, 2017) Rapid Assessment of Physical

Activity merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh University

of Washington Health Promotion Research Centeruntuk mengukur

level dan intensitas aktivitas fisik.

4) Adult Physical Activity Question

Communicable Disease Center, 2012 (dalam Tristiana, 2017)

Physical Activity Questionberisi pertanyaan seputar aktivitas fisik


dan latihan pada orang dewasa yang ditanyakan pada National

Health Interview Survey.

5) Physical Activity Level (PAL)

Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24

jam dinyatakan dalam Physical Activity Level atau PAL yang

didapatkan dari besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per

kilogram berat badan selama 24 jam. Nilai PAL dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

( PAR) x (Wi)
PAL=
24 jam
Keterangan :

PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (dari masing-masing aktivitas

fisk yang dilakukan untuk setiap jenis aktivitas per jam)

W : Alokasi waktu tiap aktivitas

Tabel 2. Kategori Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan Nilai PAL


Kategori Nilai PAL
Ringan (sedentary lifestyle) 1,4 – 1,69
Sedang (active or moderate active lifestyle) 1,7 – 1,99
Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2,00 – 2,40
Sumber : FAO/WHO/UNU (2004, Ambarawati, 2016)

4. Pola Makan
a. Pengertian
Menurut Kemenkes RI (2014) pola makan merupakan perilaku

paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini

disebabkan oleh kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang

dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan

masyarakat. Gizi optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal

serta perkembangan fisik dan kecerdasan seluruh kelompok umur. Gizi

yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, yaitu yang

memiliki faktor risiko penyakit tidak menular seperti penyakit

kardiovaskular, diabetes, serta kanker yang merupakan penyebab

utama kematian di Indonesia. Menurut Sulistyoningsih (2011)

mengatakan bahwa pola makan di definisikan sebagai karateristik dari

kagiatan yang berulang kali makan individu atau sikap orang makan

dalam memenuhi kebutuhan makan.

b. Komponen Pola Makan

Menurut (Sulistyoningsih, 2011) secara umum pola makan

memiliki 3 (tiga) komponen yaitu diantaranya :

1) Jenis Makan

Jenis makan adalah jenis makanan pokok yang dimakan setiap

hari terdiri dari makan pokok, lauk hewani ,lauk nabati, sayuran,

dan buah yang dikonsumsi setiap hari makanan pokok adalah

sumber makanan utama di negara indonesia yang dikonsumsi


setiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras,

jagung, sagu, umbi-umbian, dan tepung.

2) Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari

meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan

selingan (Depkes 2013).

3) Jumlah Makan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan

dalam setiap orang atau setiap individu dalam kelompok.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Faktor yang mempengaruhi pola makan yaitu sebagai berikut :

1) Peran Keluarga

Menurut (Widodo, 2009) peranan keluarga amat sangat penting

bagi anak sekolah, bahkan pada pemilihan bahan makanan

sekalipun. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab

dapat meningkatkan nafsu makan,

2) Teman Sebaya

Asupan makanan akan banyak dipengaruhi oleh kebiasaan

makan teman-teman atau sekelompoknya. Apa yang diterima oleh

kelompok (berupa figur idola, makanan, minuman) juga dengan

mudah akan diterimanya. Demikian pula halnya dengan pemilihan

bahan makanan. Untuk itu perlu diciptakan dalam kelompok itu


suatu kondisi supaya mereka mendapatkan informasi yang baik

dan benar mengenai kebutuhan dan kecukupan gizinya sehingga

mereka tidak perlu membenci makanan yang bergizi

(Sulistyoningsih, 2011).

3) Lingkungan

Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap

pembentuk perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui

promosi, media elektroni, dan media cetak (Sulistyoningsih, 2011).

4) Ekonomi

Ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang daya beli

pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan

menurunkan daya beli pangan secara kualitas maupun kulitas

masyarakat.Pendapatan yang tinggi dapat mencakup kekurangan

daya beli dengan kurangnya pola makan masyarakat sehingga

pemilihan satu bahan makanan lebih di dasarkan dalam

petimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecendrungan untuk

mengkonsumsi makanan impor (Sulistyoningsih, 2011)

5) Kebiasaan Makan

Suatu penduduk mempunyai kebiasaan makan dalam tiga kali

sehari adalah kebiasan makan dalam ssetiap waktu (Willy, 2011).

6) Pendidikan
Menurut (Sulistyoningsih, 2011) dalam pendidikan pola makan

salah satunya adalah pengetahuan, yang dipelajari dengan

berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan

kebutuhan gizi.

d. Pola Menu Seimbang

Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan

konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu

mengatasi beban ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun

kelebihan gizi. Di Indonesia prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman

Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar antara slogan 4 Sehat 5

Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah konsumsi makanan

harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu anekaragam pangan,

perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan

normal (Kemenkes RI, 2014).

e. Pengukuran Konsumsi Makan

Supariasa (2001) menyebutkan bahwa penilaian konsumsi

pangan bertujuan untuk mengetahui kebisaan makan dan gambaran

tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok,

rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap konsumsi makanan tersebut. Secara garis besar penilaian

konsumsi makanan dibagi mejadi tiga jenis metode berdasarkan jenis

data yang diperoleh, yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, dan


metode kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan penilaian konsumsi

makanan berdasarkan sasaran pengamatan atau pengguna dibagi

menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat nasional, rumah tangga dan individu

atau perorangan.

5. Remaja
a. Pengertian

Menurut WHO (World Health Organization) remaja

merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang

secara perlahan mencapai kematangan seksual, dan mengalami

perubahan keadaan ekonomi sampai seseorang itu mandiri. Menurut

(Notoatmojo, 2010) mengatakan pada sebagian besar masyarakat dan

budaya, masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun

dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Sedangkan menurut Waryana

(2010) masa remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa. Masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun

pada laki-laki dan 10 tahun pada perempuan.

b. Tahap tumbuh kembang remaja

Menurut Waryana (2010) dan Soetjiningsih (2010) ada 3 (tiga) tahap

tumbuh kembang remaja yaitu, sebagai berikut :

1) Remaja awal (Early Adolescent)


Seorang remaja pada tahap ini masih heran terhadap perubahan

yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan tersebut. Pada tahap ini, remaja mengalami

perubahan fisik yang mulai matang.

2) Remaja madya (Middle Adolescent)

Pada tahap remaja madya ini para remaja sudah mengalami

pematangan fisik secara penuh yakni pada anak laki-laki sudah

mengalami mimpi basah sedangkan pada anak perempuan akan

mengalami menstruasi.

3) Remaja akhir (Late Adolescent)

Pada tahap ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik

dan maturitas seksual secara penuh Tingkat kematangan seksual

(TKS 5), seperti orang dewasa. Pada anak perempuan Tingkat

Kematangan Seksual (TKS) pertama kali dan yang menjadi

lonjakan masa pertumbuhan yaitu dengan timbulnya payudara,

disusul dengan ciri seksual sekundernya ialah tumbuh rambut

pubis dan menars (Soetjiningsih, 2010).

Anda mungkin juga menyukai