Disusun oleh:
Putri Aulia Kharismawati
131611133027
Disusun oleh:
Putri Aulia Kharismawati
131611133027
i
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
pendidikan di Perguruan Tinggi manapun
Surabaya,
Yang Menyatakan
NIM. 131611133027
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 131611133027
Fakultas : Keperawatan
Surabaya,
Yang Menyatakan
NIM. 131611133027
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK, DAN HIPERTENSI
DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE 2 USIA
PRODUKTIF
Oleh:
Putri Aulia Kharismawati
131611133027
Pembimbing
Mengetahui
a.n Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Wakil Dekan I
iv
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK, DAN HIPERTENSI
DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE 2 USIA
PRODUKTIF
Oleh:
Putri Aulia Kharismawati
131611133027
Telah diuji
Pada tanggal, 30 Juni 2020
PANITIA PENGUJI
Mengetahui
a.n Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Wakil Dekan I
vi
MOTTO
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta
bimbingan-Nya sehingga skripsi dengan judul “HUBUNGAN POLA MAKAN,
AKTIVITAS FISIK, DAN HIPERTENSI DENGAN KADAR GULA
DARAH PADA PENDERITA DM TIPE 2 USIA PRODUKTIF” dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Dr. Abu Bakar, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB selaku pembimbing I
dan Ika Nur Pratiwi, S.Kep.Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan, serta
motivasi dalam penulisan skripsi ini
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah untuk mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas pembelajaran sehingga dapat mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Studi Keperawatan.
2. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga serta sebagai dosen ketua penguji yang telah
memberikan memberikan arahan, masukan, motivasi, serta saran sehingga
penulisan skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
3. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar Program Studi Keperawatan di
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah mendidik dan
membimbing serta memberikan ilmu selama masa perkuliahan.
4. Seluruh staf akademik, perpustakaan, dan tata usaha Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga atas segala fasilitas dan bantuan yang diberikan dari
awal pembuatan proposal hingga terselesaikannya skripsi ini
5. Kepada kedua orang tua saya, Ayah alm. Masrochim dan Mama Sulistyawati
yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, motivasi, dan dukungan baik
materi maupun moril sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
pada saat terakhir almarhum ayah dapat mendengarkan saya mengenai keluh
kesah tentang skripsi.
6. Kepala Puskesmas Sidotopo Surabaya yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
7. Bapak Kepala RW 5, 10, dan 12 Sidotopo, Surabaya yang telah memberikan
izin serta banyak memberikan bantuan dalam proses pengambilan data.
8. Seluruh responden penelitian yaitu warga RW 5, 10, dan 12 Sidotopo,
Surabaya yang telah antusias membantu dan bersedia menjadi responden
penelitian.
viii
9. Kedua kakak, Riza Kharisma Wardhani dan Muhammad Ardiyansyah
Kharisma Yudha yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam
proses pengerjaan skripsi.
10. Sahabat-sahabat SMP, Alda Aradista, Dian Ayu F, Alya Annisa, Nisriinaa
Yurin O, dan Sella Friska A yang selalu menghibur dan telah menjadi
pendengar keluh kesah selama ini.
11. Sahabat-sahabat SMA, Sarnad, Novi, Siska, Marchya, Ochi, dan Sandra yang
selalu menghibur dan telah menjadi pendengar keluh kesah selama ini.
12. Mbak Ifa, Mbak Janise, dan Kania yang selalu menghibur dan telah menjadi
pendengar keluh kesah selama ini.
13. Teman-teman se-dosen pembimbing Eka Hariyanti, Sabila Nisak, Konita, dan
Dinda Dhia yang saling memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini.
14. Gadang Alafin Asdany yang telah memberikan doa, bantuan, semangat dan
dukungan selama proses penyusunan skripsi.
15. Seluruh teman-teman angkatan 2016 yang sama-sama sedang berjuang,
terimakasih atas segala bantuan, semangat dan dukungan. Semoga semua
dimudahkan dalam menyelesaikan studi program sarjana dan profesi
keperawatan di Universitas Airlangga.
16. Banyak pihak yang terlibat dan membantu dalam pelaksanaan penelitian
namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, ilmu, dan juga bantuan yang lain dalam menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun
penulisannya, tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
bagi profesi keperawatan.
Surabaya,
Putri Aulia K.
NIM. 131611133027
ix
ABSTRAK
Pendahuluan: Pada era yang sudah modern dan kemajuan teknologi yang
dimiliki membuat masyarakat terutama pada usia produktif memiliki gaya hidup
yang tidak baik, hal tersebut memungkinkan dapat mempengaruhi kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2 usia produktif. Metode: Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Penelitian dilakukan di Puskesmas Sidotopo. Jumlah sampel sebanyak 109
responden dimana pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive
sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Analisis
menggunakan uji statistik spearman’s rho test. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan variabel yang mempunyai hubungan dengan kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 usia produktif yaitu pola makan makanan pokok (p =0,003),
pola makan sayuran (p =0,000), pola makan buah (p =0,001), pola makan snack (p
=0,002), aktivitas fisik (p =0,000), dan hipertensi (p =0,000). Variabel yang tidak
mempunyai hubungan yaitu pola makan lauk pauk (p =0,611), dan pola minuman
(p =0,489).Kesimpulan: Kestabilan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2
dapat dilakukan dengan menurunkan faktor risiko yang dapat menaikkan kadar
gula darah, beberapa diantaranya yaitu pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi.
Maka dari itu diperlukan agar penderita dapat mengikuti empat pilar yang
disarankan dan menjaga kesehatan tubuhnya agar kadar gula darah menjadi
terkontrol.
Kata Kunci: Kadar gula darah, pola makan, DM tipe 2, aktivitas fisik, hipertensi
x
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN DIETARY HABITS, PHYSICAL
ACTIVITY, AND HYPERTENSION WITH BLOOD SUGAR LEVELS IN
PATIENTS WITH DM TYPE 2 PRODUCTIVE AGE
Cross-Sectional Study
Introduction: In the modern era and advanced technology that we have makes
people especially in productive age having a bad lifestyle that allows can affect
blood sugar levels in patient with DM type 2 productive age. Method: This
research used analytic descriptive design with cross-sectional approach. This
research was conducted at Sidotopo Local Government Clinic. The sample of 109
respondents was obtained by consecutive sampling technique. The instrument
used were questionnaire and interview. Data were analyzed using spearman’s rho
test. Result: The result showed variable that have connection with blood sugar
level on productive age DM type 2 patient, that are primary food dietary habit (p
=0,003), vegetable dietary habit (p =0,000), fruit dietary habit (p =0,001), snack
dietary habit (p =0,002), physical activity (p =0,000), and hypertension (p
=0,000). Variable that have no connection are side dishes dietary habit (p =0,611),
and drink dietary habit (p =0,489). Conclusion: Stability of blood sugar level on
DM type 2 patient can be achieved by lowering risk factor that can increase blood
sugar level, such as dietary habit, physical activity, and hypertension. Therefore, it
is needed for the patient to follow the four pillar suggested and maintain healthy
body to control the blood sugar level.
xi
DAFTAR ISI
xii
2.2.1 Definisi.............................................................................................19
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi pola makan..........................................20
2.2.3 Kebutuhan gizi.................................................................................21
2.2.4 Klasifikasi makanan sumber zat gizi...............................................21
2.2.5 Pengaruh pola makan pada kadar gula darah...................................25
2.3 Tinjauan Umum Aktivitas Fisik..............................................................26
2.3.1 Definisi.............................................................................................26
2.3.2 Pengaruh aktivitas fisik pada kadar glukosa darah..........................26
2.3.3 Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)............................27
2.3.4 Penggolongan aktivitas fisik berdasarkan GPAQ............................27
2.4 Tinjauan Umum Hipertensi.....................................................................29
2.4.1 Definisi.............................................................................................29
2.4.2 Klasifikasi........................................................................................29
2.4.3 Faktor risiko.....................................................................................29
2.4.4 Manifestasi klinis.............................................................................34
2.4.5 Pengaruh hipertensi pada kadar glukosa darah................................34
2.5 Usia Produktif..........................................................................................35
2.6 Keaslian Penelitian..................................................................................35
BAB 3 KERANGKA OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN.........40
3.1 Kerangka Konseptual...................................................................................40
3.2 Hipotesis Penelitian......................................................................................42
BAB 4 METODE PENELITIAN..........................................................................43
4.1 Desain Penelitian.....................................................................................43
4.2 Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel.....................................43
4.2.1 Populasi............................................................................................43
4.2.2 Sampel..............................................................................................43
4.2.3 Sampling..........................................................................................44
4.3 Variabel penelitian dan Definisi Operasional.........................................45
4.3.1 Variabel Penelitian...........................................................................45
4.3.2 Definisi Operasional........................................................................46
4.4 Teknik Pengambilan dan Instrumen Penelitian.......................................47
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas..................................................................51
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................52
4.7 Pengumpulan Data..................................................................................52
4.8 Analisa Data............................................................................................54
xiii
4.9 Kerangka Operasional.............................................................................56
4.10 Ethical Clearence....................................................................................56
4.11 Keterbatasan Penelitian...........................................................................58
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................................60
5.1 Hasil Penelitian........................................................................................60
5.1.1 Gambaran lokasi penelitian..............................................................60
5.1.2 Karakteristik responden...................................................................61
5.1.3 Variabel yang diukur........................................................................62
5.1.4 Hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi dengan kadar
gula darah pada penderita DM tipe 2 usia produktif......................................68
5.2 Pembahasan.............................................................................................75
5.2.1 Hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada penderita DM
tipe 2 usia produktif........................................................................................75
5.2.2 Hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada penderita
DM tipe 2 usia produktif.................................................................................91
5.2.3 Hubungan hipertensi dengan kadar gula darah pada penderita DM
tipe 2 usia produktif........................................................................................95
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................99
6.1 Simpulan..................................................................................................99
6.2 Saran......................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................102
LAMPIRAN.........................................................................................................108
CATATAN REVISI.............................................................................................118
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan
hipertensi dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
Puskesmas Sidotopo ………………..…………………………….40
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan
Hipertensi dengan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe 2 di
Puskesmas Sidotopo ……….…………...………………………...56
xv
DAFTAR TABEL
xvi
Tabel 5.17 Hubungan pola makan snack dengan kadar gula darah pada penderita
DM tipe 2 usia produktif……………………………………………....72
Tabel 5.18 Hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada penderita DM
tipe 2 usia produktif…………………………………………………...73
Tabel 5.19 Hubungan hipertensi dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe
2 usia produktif………………………………………………………..73
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
% : persentase
< : kurang dari
> : lebih dari
≤ : kurang dari sama dengan
≥ : lebih dari sama dengan
/ : per
= : sama dengan
α : alfa (tingkat kemanaknaan)
β : beta (sel beta)
Daftar Singkatan
DM : Diabetes Melitus
WHO : World Health Organization
IDF : International Diabetes Federation
ADA : American Diabetes Association
Dinkes : Dinas Kesehatan
Dkk / et al. : Dan kawan-kawan
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
Perkeni : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatasn Republik Indonesia
BPS : Badan Pusat Statistik
GPAQ : Global Physical Activity Questionnere
FFQ : Frequency Food Questionnere
MET : Metabolic Equivalent of Task
RAAS : Renin Angiotensin Aldosteron System
JNC : Joint National Committe
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
xix
FFA : Free Fatty Acid
DMG : Diabetes Melitus Gestational
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
CADs : Coronary Artery Diseases
PAD : Peripheral Arteri Disease
TZD : Tiazolidindion
DPP-IV : Dipeptidyl Peptidase-4
SGLT-2 : Sodium Glukosa Cotransporter-2
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
banyak pasien DM yang terlambat mengetahui penyakit ini (Astuti, 2017). Pada
era yang sudah modern dan kemajuan teknologi yang dimiliki membuat
masyarakat terutama pada usia produktif memiliki gaya hidup yang mengikuti
orang barat. Hal tersebut tidak terkecuali terjadi di Kota Surabaya yang
merupakan kota terbesar yang kedua di Indonesia sehingga banyak gerai makanan
atau restauran, pemukiman yang padat serta tingginya beban kerja yang ada di
Surabaya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheema et
tanpa memandang jenis kelamin dengan prevalensi sebesar 7.6% pada tahun 2010.
Sebagian besar restoran atau cafe yang terletak di Surabaya ini memiliki
fasilitas yang bagus, dan juga terdapat potongan harga yang dilakukan untuk
menarik minat masyarakat dalam membeli. Pemukiman yang padat dan beban
kerja yang tinggi ketika bekerja membuat masyarakat terutama usia produktif
merasa malas untuk melakukan aktivitas fisik yang banyak dan berolahraga ketika
ojek online, dan biasanya terdapat potongan harga yang menarik sehingga
1
membuat masyarakat lebih cenderung memilih yang murah dan instan tanpa perlu
Dikutip dari WHO (2010), 70% dari total kematian di dunia dan lebih dari
sebagian bear dapat dicegah karena disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat
Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko dengan jumlah penyandang DM usia 20-79
tahun sekitar 10,3 juta orang. Dinas Kesehatan Surabaya mencatat sebanyak
nilai 2,7% dan menempati urutan ke-5. Nilai tersebut meningkat sebesar 0,8% dari
tahun 2013 dengan nilai 1,9% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Hampir 10%
sebagai penyebab kematian terbesar di Kota Surabaya dengan total 314 jiwa
(Dinas Kesehatan, 2017). Prevalensi DM pada usia ≥15 tahun pada tahun 2018
menurut American Diabetes Association (ADA) dan Perkeni tahun 2011 yaitu
sebesar 8,5% yang meningkat dari tahun 2013, dan pemeriksaan darah menurut
American Diabetes Association (ADA) dan Perkeni pada tahun 2015 yaitu sebesar
10,9% (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan dengan data Riskesdas tahun 2018
nya dan pada jumlah usia produktif yaitu usia 15-64 tahun jumlahnya tinggi,
2
puncaknya yaitu pada usia 55-65 tahun yang dimana termasuk dalam usia
produktif. Sedangkan, untuk usia non produktif yaitu diatas 65 tahun memiliki
yaitu 15-59 tahun ini pada tahun 2018 di kota Surabaya termasuk yang terbanyak
dengan rentang usia 60-69 tahun, lalu untuk rentang usia 70 tahun ke atas yaitu
Berdasarkan hasil survey data awal yang dilakukan pada tanggal 24 April
perbatasan daerah tiap RW dan juga untuk meminta izin penelitian. Setelah itu,
dengan menggunakan alamat yang ada pada responden serta usia responden yang
pada usia produktif yaitu usia 20-55 tahun. Selanjutnya, diketahui penderita DM
usia produktif yang berusia 20-55 tahun sebanyak 131 orang pada tahun 2019di
kelamin perempuan memiliki pola makan yang tidak sehat, aktivitas yang kurang,
mengandung tinggi lemak, dan rendah serat. Hal tersebut dikarenakan 6 dari 7
responden tidak dapat menahan nafsu makannya, dan memasak sesuai dengan
yang diinginkan keluarga yang kecenderungan memiliki rasa manis atau asin.
Lalu terdapat 3 dari 7 responden lebih sering untuk membeli makanan siap saji
3
karena bagi responden menjadi lebih praktis daripada harus memasak sendiri.
responden pergi untuk berbelanja ke pasar hanya dalam 3 hari sekali, kegiatan
mencuci baju juga jarang dilakukan oleh responden karena responden lebih
memilih ketika baju kotornya sudah banyak lalu baru dicuci, sehingga responden
rumah, dan setelah melakukan aktivitas para responden memilih makan atau tidur.
tersebut juga tidak ada yang melakukan olahraga dikarenakan masalah lingkungan
yang padat dan urusan rumah tangga yang membuat responden untuk tidak
menjadi stress, apalagi terdapat masalah rumah tangga yang dialaminya. Tetapi 3
internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya yaitu usia, genetik, riwayat
(Kemenkes, 2010).
Pola makan pada masa kini cenderung untuk mengadopsi pola makan
seperti negara barat yaitu lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan yang
sudah ada atau cepat saji atau fast food yang tinggi akan kandungan karbohidrat,
lemak, gula, dan garam namun rendah akan serat. Perilaku yang mengkonsumsi
4
fast food ini merupakan kurang baik apabila dikonsumsi secara berulang karena
tanpa mempertimbangkan prinsip menu sehat dan seimbang. Konsumsi fast food
yang berlebihan menyebabkan gizi berlebih di tubuh seperti lemak, gula, dan
tersebut mempunyai sel beta yang berfungsi untuk memproduksi insulin yang
berperan membantu mengangkut glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh
untuk digunakan sebagai energi. Glukosa yang tidak dapat diserap oleh tubuh
terus bersemayam dalam aliran darah, sehingga kadar gula menjadi tinggi
DM. Dengan melakukan aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa
akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik
mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan
berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula.
Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan
stimulasi dan tanggapan jaringan pada sistem saraf simpatetik, dan meningkatkan
5
Affisa, 2018). Hipertensi akan menyebabkan insulin menjadi resisten sehingga
normal. Bila tidak dapat diatasi maka akan terjadi gangguan Toleransi Glukosa
penelitian mengenai hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi dengan
kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 dengan usia produktif di Puskesmas
Sidotopo.
Apakah ada hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi dengan
produktif
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
aktivitas fisik, dan hipertensi dengan kadar gula darah pada penderita DM
1.4.2 Praktis
1. Bagi Perawat
tertarik pada hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi dengan
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian DM
2.1.2 Klasifikasi DM
sebagai berikut:
1. DM Tipe 1
2. DM Tipe 2
namun jika aktivitas fisik tidak efektif dan pola makan yang buruk
8
disertai obesitas tidak menutup kemungkinan remaja dan anak-anak dapat
puasa yang terganggu (IFG). Kadar glukosa IGT antara (140-199 mg/dL)
pada 2 jam setelah OGTT dan kadar glukosa IFG antara (110-125
mg/dL).
Faktor risiko pada DM dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang
tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah, sebagaimana berikut:
1) Usia
lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi
Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan
9
2) Genetik atau Riwayat Keluarga
ini dikarenakan ada berbagai macam penyakit yang dapat terjadi karena
faktor, yang pertama adalah faktor yang tidak dapat diubah seperti
faktor yang dapat diubah seperti aktifitas fisik, gaya hidup, merokok, dan
3) Riwayat Kehamilan
4) Riwayat Melahirkan
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi yaitu lebih dari 4000
rendah yaitu kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir
10
dengan berat badan normal. Seseorang yang lahir dengan BBLR
5) Jenis Kelamin
1) Obesitas
2018).
11
pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah dalam
lemak visceral yaitu lemak pada rongga perut yang lebih resisten terhadap
efek metabolik insulin dan juga lebih sensitive terhadap hormon lipolitik.
2) Displidemia
3) Aktivitas Fisik
saat tubuh melakukan aktivitas fisik maka sejumlah glukosa akan diubah
orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh
tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika
12
akan timbul DM. Setelah beraktivitas fisik selama 10 menit, glukosa
4) Pola Makan
konsumsi masyarakat sekarang itu tinggi gula, garam, lemak, dan rendah
2010).
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu
sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Glukosa yang tidak dapat
13
5) Hipertensi
agar glukosa darah normal. Bila tidak dapat diatasi maka akan terjadi
2.1.4 Diagnosa DM
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl (11.1 mmol/L) 2-jam setelah Tes
keluhan klasik.
(NGSP).
14
2.1.5 Manifestasi Klinis DM
1. Diabetes tipe-1
Selalu merasa haus dan mulut kering (polidipsia), sering buang air kecil
2. Diabetes tipe-2
Selalu merasa haus dan mulut kering (polidipsia), sering buang air kecil
sering kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki, penglihatan kabur.
dan mungkin sulit untuk diketahui, maka dari itu diperlukan tes toleransi
15
2.1.6 Komplikasi DM
yaitu:
kebutaan.
3. Oral Health
4. Penyakit Jantung
16
5. Neuropati diabetic
utamanya dari kondisi ini yaitu tingkat dan durasi peningkatan glukosa
abnormal dan mati rasa progresif pada kaki yang menyebabkan timbul
ulkus karena trauma ekternal atau tekanan internal tulang. Neuropati juga
2.1.7 Penatalaksanaan DM
meliputi:
pada penderita DM yaitu edukasi, terapi nutrisi, latihan jasmani, dan terapi
farmakologis.
1. Edukasi
sebagai bagian upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
17
dari pengelolaan DM secara holistik. Materinya dibagi menjadi materi
2. Terapi Nutrisi
makan, jenis, dan jumlah kandungan kalori, terutama pada penderita yang
insulin.
dari total asupan energi terutama yang berserat tinggi, asupan lemak 20-25%
dari kebutuhan kalori, protein 10-20% total asupan energy, anjuran untuk
3. Latihan Jasmani
3-5 kali dalam seminggu, selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit
perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Aktivitas
aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
18
berupa aerobik dengan intensitas sedang (50-75% denyut jantung maksimal)
seperti jalan cepat, bersepda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung
maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
jasmani.
4. Terapi Farmakologis
terapi nutrisi. Terapi farmakologis terdiri dari bentuk oral dan suntikan. Obat
2.2.1 Definisi
berulang kali makan individu atau setiap orang makan dalam memenuhi
dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu
19
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi pola makan
1. Faktor Ekonomi
pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan menurunan daya beli
faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang menjadi
3. Faktor Agama
Dalam agama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali berdoa
(Sulistyoningsih, 2011).
20
4. Faktor Pendidikan
5. Faktor Lingkungan
cukup dalam jumlah dan kualitasnya yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Makanan yang kita konsumsi setiap hari dapat dibagi dalam beberapa
serat. Sumber energi dalam bahan makanan dapat diperoleh dari zat gizi
1. Karbohidrat
sumber utama energi bagi penduduk diseluruh dunia, karena banyak di dapat
di alam dan sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, untuk disimpan
Febriyanti, 2016).
21
Makanan sumber karbohidrat yang masuk kedalam tubuh akan dipecah
menyebabkan kadar gula darah akan tetap tinggi (Amanina et al., 2015 dalam
Islami, 2019)
kacang- kacangan kering dan gula. Hasil olahan bahan-bahan ini adalah
bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup dan sebagainya. Sebagian sayur
wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relatif lebih banyak mengandung
2. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian tubuh
terbesar setelah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, sebagianya ada di
dala otot, seperlima terdapat di dalam tulang dan tulang rawan, seperseuluh
terdapat di dalam kulit dan selebihnya di dam jaringan dan cairan tubuh.
Semua enzim, berbagai hormon pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks
intraseluler dan sebagainya adalah protein. Di samping itu asam amino yang
kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh
22
zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh
ketiadaan dari asam amino yang diperlukan oleh tubuh untuk meregenerasi
sel yang rusak akibat kadar gula darah yang tinggi (Idris et al., 2014 dalam
Islami, 2019)
hewani dan protein nabati. Protein hewani yang merupakan sumber protein
yang baik dalam jumlah maupun kualitas, seperti susu, daging, ayam, ikan,
3. Lemak
hidrogen dan oksigen. Dalam Lemak, oksigen lebih sedikit dari pada yang
banyak oksigen sehingga panas yang dihasilkan lebih banyak. Lemak yang
membaran sel dan sifatnya tidak dapat larut dalam air dimanfaatkan dalam
2016).
23
Sumber utama lemak adalah minyak, tumbuh- tumbuhan (minyak kelapa,
mentega, margarin dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber
telur serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan
4. Serat
menuju usus halus. Serat larut air dapat meningkatkan kekentalan isi dalam
Makanan atau minuman manis yang mengandung gula pasir atau sukrosa.
Gula pasir secara spontan tidak memerlukan metabolisme lagi didalam tubuh
sehingga gula akan langsung masuk dalam metabolisme tubuh. Hal tersebut
berlebihan dapat meningkatkan kadar gula darah (Gratia et al., 2017 dalam
Islami, 2019)
24
2.2.5 Pengaruh pola makan pada kadar gula darah
masyarakat sekarang itu tinggi gula, garam, lemak, dan rendah serat sehingga
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu
makan, sering mengkonsumsi makan siap saji. Perilaku makan yang buruk
ternyata bisa merusak kerja organ pankreas. Organ tersebut mempunyai sel
glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai
energi. Glukosa yang tidak dapat diserap oleh tubuh karena ketidakmampuan
aliran darah, sehingga kadar gula menjadi tinggi (Abdurrahman, 2014 dalam
Affisa, 2018).
stimulasi sel-sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu asupan
kepekaan insulin. Dalam hal ini perlu dihindari asupan lemak jenuh yang
Febriyanti, 2018).
25
2.3 Tinjauan Umum Aktivitas Fisik
2.3.1 Definisi
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
saat tubuh melakukan aktivitas fisik maka sejumlah glukosa akan diubah
sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang
berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi
ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi
untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM. Setelah
45 menit secara rutin. Aktivitas fisik yang dilakukan tidak harus aktivitas
26
2.3.3 Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)
ukur yang dikembangkan oleh WHO untuk pengawasan aktivitas fisik pada
nilai realibilitas kuat (Kappa 0,67 sampai 0,73) dan memiliki tingkat validitas
mengenai hubungan aktivitas fisik dan asupan energi terhadap massa lemak
hubungan bermakna dan korelasi negarif antara aktivitas fisik terhadap massa
27
4. Pekerjaan rumah tangga. Ini juga termasuk pekerjaan yang mengeluarkan
fisik yang tinggi atau sedang atau keduanya, sedangkan aktivitas fisik yang
kurang aktif adalah seeorang yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang
ataupun tinggi. Berikut klasifikasi aktivitas fisik: (Kemenkes RI, 2013 dalam
Ruwandasari, 2019)
28
2.4 Tinjauan Umum Hipertensi
2.4.1 Definisi
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Tekanan darah
sistolik merupakan tekanan darah tertinggi dalam pembuluh darah dan terjadi
tekanan terendah dalam pembuluh darah diantara detak jantung ketika otot
jantung rileks.
2.4.2 Klasifikasi
1. Usia
29
arteri menjadi kaku dan menurun elastisitasnya (arteriosklerosis) sehingga
Ruwandasari, 2019)
2. Jenis Kelamin
2019)
3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin cepat dan mudah
Ruwandasari, 2019)
4. Riwayat Keturunan
30
pengaturan garam dan renin membrane sel (Direktorat Pengendalian PTM,
5. Stres
lebih kuat dan cepat. Apabila stres terjadi dalam waktu cukup lama, maka
akan timbul reaksi dari organ tubuh lainnya dan akan mempengaruhi
peningkatan tekanan darah yang akan cenderung menetap atau bahkan lebih
6. Konsumsi Garam
Konsumsi tiga gram atau kurang memiliki rata-rata tekanan darah yang
2019).
tubuh sebelum akhirnya dikeluarkan menjadi air seni. Ketika kadar garam
banyak kandungan air ini harusnya dibuang oleh ginjal melalui air seni.
31
Namun karena memiliki sifat antidiuretik, membuat ginjal menyerap kembali
air yang telah disaringnya sebelum dikeluarkan menjadi air seni. Masuknya
harus memompa lebih keras sehingga tekanan darah menjadi naik. Selain itu,
Ruwandasari, 2019).
7. Konsumsi Alkohol
8. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang baik akan merangsang darah dalam tubuh sehingga
lebih keras atau meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Pembuluh darah
32
akan terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) sehingga pengontrolan
9. Merokok
monooksida yang lebih kuat mengikat hemoglobin pada sel darah merah
darah naik. Kandungan nikotin pada rokok juga dapat merangsang hormone
10. Obesitas
dibagi menjadi dua yaitu lemak subkutan yang terletak di bawah permukaan
kulit dan apabila dicubit akan nampak dan lemak visceral atau intra-
abdominal yang terletak di dalam pembuluh darah dan tidak terlihat namun
tekanan darah meningkat (Fujita & Hata, 2014 dalam Hapsari 2018).
Pola tidur yang tidak baik akan menyebabkan perubahan fisiologis tubuh
33
terjadi peningkatan perifer dan curah jantung yang mengakibatkan
Lama dan pola kerja seseorang dapat meningkatkan stress yang diduga
kepala, sesak napas, pusing, nyeri dada, palpitasi jantung, dan hidung
darah arteri sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal tersebut akan
darah normal. Bila tidak dapat diatasi maka akan terjadi gangguan Toleransi
34
Glukosa Terganggu (TGT) yang mengakibatkan kerusakan sel beta dan
Berdasarkan Kemenkes RI (2019) kategori usia dibagi menjadi tiga yaitu usia
muda, usia produktif, dan usia non produktif. Usia muda yaitu seseorang yang
memiliki usia <15 tahun, usia produktif yaitu seseorang yang memiliki usia ≥15-
64 tahun, usia non produktif yaitu seseorang yang memiliki usia ≥65tahun.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2016) menyatakan bahwa usia produktif
yaitu pada rentang 15-64 tahun. Menurut Anwar dan Fatmawati (2018)
menjelaskan bahwa penduduk usia produktif adalah orang yang termasuk dalam
batas usia yang di tentukan dan dapat bekerja dengan baik untuk mengahislkan
35
Judul Penelitian Metode Hasil
Faktor-faktor Risiko D: penelitian analitik dengan didapatkan faktor risiko DM tipe
DM Tipe 2 Pada pendekatan case control 2 pada laki-laki adalah kurangnya
Laki-Laki di aktifitas fisik (p value=0,020 : OR
Kelurahan S: penderita DM tipe 2 =6,9), obesitas (p value=0,001 :
Demangan Kota berjenis kelamin laki-laki OR = 16,7). Sedangkan yang
Madiun (Affisa, yang berdomisili di bukan faktor risiko DM tipe 2
2018) Kelurahan Demangan Kota pada laki-laki adalah usia (p
Madiun value= 0,004 : OR = 0,394),
V: usia, riwayat keluarga riwayat keluarga (nilai p = 0,756 :
DM, obesitas, aktivitas fisik, OR =1), hipertensi (p value=
hipertensi, dan merokok 0,244 : OR =2,1), status merokok
(p value= 0,115 : OR = 0,459).
I: rekam medis, kartu
identitas, kuesioner, alat ukur
A: uji korelasi Chi-square
Hubungan Tingkat D: penelitian observasional Hasil penelitian menunjukkan
Pengetahuan dan analitik dengan pendekatan bahwa tingkat pengetahuan (p
Diabetes Self- cross sectional =0,049; r =-0,192) dan diabetes
Management self-management (p = 0,000; r =
Dengan Tingkat S: pasien DM terbanyak di -0,341) memiliki hubungan
Stres Pasien wilayah puskesmas Surabaya terhadap tingkat stres saat
Diabetes Mellitus V:tingkat pengetahuan dan menjalani diet.Diabetes self-
Yang Menjalani self-management diabetes management memiliki hubungan
Diet (Kusnanto, yang sangat kuat dari pada tingkat
2019) I: kuesioner pengetahuan terhadap tingkat stres
A: Uji Rank Spearman pasien diabetes yang menjalani
diet. Penelitian selanjutnya
diharapkan bisa menggunakan
responden dengan wilayah yang
lebih luas dan serta
mengembangkan intervensi yang
lebih baik untuk meningkatkan
pengetahuan tentang diet pada
pasien diabetes melitus.
Faktor Yang D: penelitian observasional Faktor host (usia ≥56 tahun,
Mempengaruhi analitik dengan case control tingkat pendidikan rendah,
Hipertensi Pada memiliki riwayat keturunan
Penderita Diabetes S: penderita DM tipe 2 usia hipertensi, mengalami stress,
Mellitus Tipe 2 produktif (15-64 tahun) yang durasi diabetes ≥8 tahun), faktor
Usia Produktif hipertensi di wilayah kerja agent (aktivitas ringan, durasi
(Ruwandasari, Puskesmas Kebonsari tidur <8 jam/hari), faktor
2019) Surabaya environment (jenis pekerjaan yang
V: umur, jenis kelamin, ringan, lama bekerja >7 jam/hari)
36
tingkat pendidikan, riwayat ada pengaruh dengan kejadian
Judul Penelitian Metode Hasil
keturunan, stress, durasi hipertensi pada penderita DM tipe
diabetes, aktivitas fisik, 2 usia produktif.
merokok, IMT, jenis
pekerjaan, durasi tidur, dan
lama kerja
I: kuesioner dan wawancara
A: uji statistic Chi-square
Hubungan Pola D: penelitian analitik dengan Berdasarkan hasil penelitian: ada
Makan dan desain cross-sectional hubungan antara pola makan
Aktifitas Fisik dengan kejadian DM di Poliklinik
Terhadap Kejadian S: pasien yang berkunjung ke Penyakit. Dalam RSUD Dr.
Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rasidin Padang tahun 2016
Poliklinik Penyakit RSUD dr Rasidin Padang dengan p value = 0,047 dan Ada
Dalam RSUD dr. V: pola makan dan aktivitas hubungan antara aktifitas fisik
Rasidin Padang fisik dengan kejadian DM di Poliklinik
(Putri, 2017) Penyakit Dalam RSUD Dr.
I: kuesioner FAO (Food and Rasidin Padang tahun 2016
Agriculture Organization) dengan p value = 0,032
dan PAL (Physical Activity)
A: metode dengan uji Chi
square
Hubungan Pola D: penelitian analitik Hasil penelitian menunjukan
Makan Dengan korelatif dengan cross- didapatkan variabel jumlah
Kadar Gula Darah sectional asupan (p =0.011), jenis makanan
Pasien Diabetes (p =0.002), jadwal makan (p
Mellitus Tipe II Di S: pasien DM Tipe 2 rawat =0.010) dan pola makan (p
Poli Penyakit jalan di RSUD Dr. H. Abdul =0.056) dinyatakan memiliki
Dalam RSUD Dr. Moeloek Provinsi Lampung hubungan yang signifikan dengan
H. Abdul Moeloek Tahun 2015. kadar gula darah 2 jam setelah
Provinsi Lampung V: pola makan makan responden penyakit DM
Tahun 2015 (Hj. rawat jalan di RSUD Dr. H. Abdul
Rahma, 2016) I: alat tulis, kuesioner, dan Moeloek Provinsi Lampung
rekam medic Tahun 2015.
A: analisis dengan uji Chi
square
Hubungan Pola D: penelitian korelasional Hasil perhitugan p =0,000
Makan Dengan (α≤0,05) menunjukkan bahwa H0
Kadar Gula Darah S: pasien Puskesmas Tembok ditolak sehingga dapat
Pada Penderita Dukuh Surabaya disimpulkan ada hubungan antara
Diabetes Mellitus V: pola makan pola makan dengan kadar gula
(Susanti, 2018) darah pada penderita Diabetes
37
I: lembar observasi dan Mellitus di Puskesmas Tembok
kuesioner
Judul Penelitian Metode Hasil
A: analisis dengan korelasi Dukuh Surabaya.Hasil penelitian
uji Spearman Rank ini didapatkan ada hubungan yang
kuat antara pola makan dengan
kadar gula darah apabila pola
makan yang tidak baik seperti
yang dianjurkan prinsip 3J maka
akan terjadi ketidakstabilan kadar
gula darah.
Hubungan Aktivitas D: penelitian analitik Terdapat 41 responden dengan
Fisik dengan Gula observasional dengan desain aktivitas fisik kategori tinggi
Darah Puasa cross-sectional (42,3%), 38 aktivitas fisik
Terkontrol Pada kategori rendah (39,2%) dan 18
Penderita Diabetes S: 97 responden penderita aktivitas fisik kategori sedang
Mellitus Tipe 2 DM tipe 2 di 10 Pusat (18,6%). Sebanyak 57 responden
Peserta Prolanis di Keshatan Masyarakat memiliki gula darah puasa tidak
Bandar Lampung (Puskesmas) dengan peserta terkontrol (58,8%) dan 40
(Atikah, 2018) Program Pengelolaan responden dengan gula darah
Penyakit Kronis (Prolanis) puasa terkontrol (41,2%). Hasil uji
terbanyak di Bandar Chi-Square menunjukkan terdapat
Lampung hubungan antara aktivitas fisik
V: aktivitas fisik dengan gula darah puasa
terkontrol pada penderita DM tipe
I: kuesioner aktivitas fisik 2 peserta prolanis di Bandar
dengan GPAQ (Global Lampung dengan p-value < 0,05
Physical Activity Quisioner) ( 0,033) dan tingkat kepercayaan
dan glukometer 95% (α = 0,05)
A: analisis dengan uji Chi
square
Dietary Patterns, D: penelitian cross sectional Berdasarkan penelitian tersebut
Exercise, and the S: 509 orang usia muda didapatkan hasil bahwa laki-laki
Metabolic V: pola makan, tidur, dan yang memiliki riwayat keluarga
Syndrome Among aktivitas fisik diabetes dan aktivitas fisiknya
Young People in I: kuesioner rendah menyebabkan risiko tinggi
Urban Pakistan A: Uji T test penyakit metabolik. Responden
(Lahore) dalam penelitian tersebut
(Muhammad Saad, sebanyak 52% memiliki waktu
2019) tidur yang tidak sesuai.
Adherence to D: penelitian cross cectional Berdasarkan hasil penelitian
Medication, Diet S: 206 pria dan 204 wanita tersebut dapat diketahui bahwa
and Physical pasien diabetes di sepuluh mengurangi ketaatan medikasi,
Activity and the klinik diabetes di Iran diet dan aktivitas fisik dapat
Associated Factors V: ketaatan medikasi diet dan mempengaruhi pencapaian kadar
38
Amongst Patients aktivitas fisik gula darah yang optimal,
I: kuesioner
Judul Penelitian Metode Hasil
with Type 2 A: Uji ANOVA meskipun terdapat faktor lain
Diabetes yang mengikuti ketaatannya.
39
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
40
Berdasarkan dengan kerangka konseptual tersebut menjelaskan bahwa DM
memiliki faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi.
Pola makan yang sehat atau melakukan diet 3J dapat membuat kadar gula
dalam darah menjadi normal hal tersebut dikarenakan metabolisme insulin dalam
mengangkut glukosa darah ke dalam sel dapat bekerja dengan normal. Apabila
pola makan yang tidak sehat atau terjadinya peningkatan konsumsi makanan
dan menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah apabila insulin tidak dapat
mengangkut glukosa untuk dibawa ke sel. Penumpukan glukosa dalam darah itu
esensial yang berguna untuk kelansungan fungsi sel. Lemak esensial yang
sensitivitas insulin. Tetapi apabila terjadi peningkatan lemak jenuh maka akan
menurun karena tubuh pada saat itu sedang relaksasi. Sehingga akan
41
lemak dan glukosa dalam darah, yang selanjutnya akan membuat kadar gula darah
meningkat. Pada saat melakukan aktivitas otot menggunakan glukosa darah dan
lemak sebagai energi utama, sedangkan apabila dalam keadaan istirahat maka
metabolisme pada otot hanya menggunakan sedikit glukosa darah. Aktivitas fisik
menjadi baik.
2. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada penderita
3. Ada hubungan antara hipertensi dengan kadar gula darah pada penderita DM
42
BAB 4
METODE PENELITIAN
antara pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi dengan kadar gula darah pada
4.2.1 Populasi
4.2.2 Sampel
Kriteria sampel dapat dikategorikan menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan
1. Kriteria Inklusi
43
2. Kriteria Drop Out
4.2.3 Sampling
N
n=
1+N (d )2
131
n=
1+146(0 ,05 )2
131
n=
1+131(0 , 0025)
131
n=
1+0 , 3275
44
131
n=
1 , 3275
n=98 .68
out maka dilakukan koreksi sebesar 10%, sehingga didapatkan hasil sampel
ini sangat penting bagi peneliti dalam manajemen dan analisa data
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependen
45
4.3.2 Definisi Operasional
46
Hipertensi darah dimana hipertensi apabila pemeriksaant (apabilatekanan
tekanan darah: ekanan darah ≥140/90)
1. Kuesioner
47
berdasarkan dengan perhitungan total aktivitas fisik yang disajikan dalam
2013):
Hasil perhitungan tersebut dapat diketahui jika nilai nya <600 MET-
Instrumen penelitian FFQ ini diadaptasi oleh Nova Septian Nur Islami
oleh Gibson (2005), kuesioner ini dapat digunakan untuk melihat pola makan
Questionnere ini berisi mengenai daftar bahan makanan atau minuman pilihan
karbohidrat yang terdiri dari nasi putih putih, roti, mie, kentang, jagung,
dan ubi.
48
2. Lauk pauk yang didalamnya memiliki kandungan berupa protein hewani
dan nabati yang terdiri dari daging sapi, daging ayam, telur, udang, tahu,
tempe, ikan.
buncis, bunga kol, labu siam, sawi putih, sawi hijau, wortel, kangkung,
kacang panjang.
4. Buah yang didalamnya memiliki serat terdiri dari jambu biji, pepaya,
dari susu kental manis, minuman kemasan, teh manis, kopi manis, sirup
tinggi gula terdiri dari gorengan atau makanan yang digoreng, es krim,
keju, makanan kemasan atau cepat saji, dan kue manis (misalnya donat
dan muffin).
ataupun minuman pada tiap daftar jenis makanan atau minuman tersebut yang
49
3. 3-6kali/minggu, artinya setiap hari responden belum tentu mengkonsumsi
7. Tidak pernah.
Setelah tiap pilihan jenis makanan dikategorikan pada tiap item (makanan
pokok, lauk pauk, sayuran, buah, minuman, dan snack), maka selanjutnya
50
tiap item untuk digunakan mewakili sebagai data pada tiap item yang
2. Wawancara
tekanan darah dan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 dengan usia
diketahui nilai tekanan darah dan kadar glukosa darah maka menggunakan
pada penelitian.
Instrumen yang diadaptasi oleh Nurvita Ruwandasari ini dibuat oleh WHO.
dilakukan yang sudah dilakukan uji validasi dan uji reliabilitas, dengan hasil nilai
sehingga dinyatakan bahwa intrumen tersebut valid, sedangkan hasil nilai reliabel
yaitu >0,60 dengan nilai koefisien Alpha Cronbach yang berarti bahwa instrument
Pada kuesioner FFQ telah diuji oleh Nova Septian Nur Islami (2019). Uji
Korelasi Product Moment Person. Dari uji validitas yang dilakukan didapatkan
hasil bahwa semua pertanyaan dinyatakan valid dengan hasil nilai ≤0,05.
51
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
yang dilakukan dan instrument penelitian yang digunakan (Burns & Grove, 1999,
berikut:
1. Tahap Persiapan
membawa surat izin dan juga data pendahuluan yang berupa Bab I – Bab
III.
52
6) Selanjutnya, menyiapkan instrument penelitian yang digunakan berupa
2. Tahap Pelaksanaan
manfaat serta tujuan dari yang dilakukan sehingga responden tidak perlu
53
3) Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara mengisi kuesioner
terimakasih peniliti.
berikut:
di lapangan sebelum proses pemasukan data agar data yang salah atau
2. Coding, data yang sudah diperoleh diberikan kode pada lembar kuesioner.
54
tersebut bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mempercepat proses
memasukkan data tersebut ke dalam program komputer untuk diolah. Pada hal
ini peneliti menggunakan program komputer SPSS, dan data yang sudah
analisis statistik untuk menganalisa hubungan dua variabel yang memiliki skala
ordinal. Data dengan skala ordinal ini menggunakn uji Spearman untuk
tingkat kemaknaan (α) ≤5% (0,05) dimana artinya jika hasil perhitungan p<α
hipotesis (H1) diterima maka ada hubungan yang bermakna antara variabel
independen dan dependen atau hubungan anatara pola makan, aktivitas fisik,
55
4.9 Kerangka Operasional
Populasi Target
Seluruh pasien DM tipe 2 usia produktif di kota Surabaya yaitu sebanyak
94.076 orang
Populasi Terjanngkau
Penderita DM tipe 2 dengan usia produktif yang terdata di Puskesmas Sidotopo pada
tahun 2019 yaitu sebanyak 1.721 orang
Sampling
Sampel
Consecutive sample
n = 109
Pengumpulan Data
Kuesioner dan wawancara
Analisa Data
Menggunakan uji Spearman dengan tingkat
kemaknaan α≤0,05
Laporan Hasil
Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan
Hipertensi dengan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe 2 Usia Produktif
56
memegang sifat ilmiah dalam penelitian, prinsip etik dalam penelitian
keperawatan dan diharuskan melalui uji etik. Uji etik dilakukan di Komisi Etik
Proses etik dimulai dengan mengirimkan berkas protokal telah uji etik
kemudian kepada protokol etik diperbaiki. Protokol uji direview oleh tiga
reviewer. Setelah tiga reviewer menyetujui protokol etik yang diajukan maka
Peneliti tidak memberi paksaan pada calon responden untuk ikut serta dalam
dari penelitian yang akan dilakukan, tujuannya adalah agar calon responden
memahami maksud dan tujuan penelitian tanpa adanya unsur keterpaksaan dan
57
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
4. Kebermanfaatan (Beneficence)
Prinsip ini termasuk dalam memberikan aspek manfaat dan tidak merugikan
5. Keadilan (Justice)
6. Bujukan (Inducement)
58
2. Terdapat responden yang tidak terlalu mengingat riwayat hasil pengecekan
hipertensi dan kadar gula dan tidak adanya kartu riwayat berobat yang dimiliki
59
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan; 3) Data khusus
mengenai variabel yang diukur yaitu pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi.
Semampir, Kota Surabaya. Puskesmas ini merupakan tipe puskesmas rawat jalan
dan mulai berdiri sejak tahun 2000. Wilayah kerja Puskesmas Sidotopo memiliki
Kelurahan Ampel (terdiri atas 17 RW dan 86 RT) dengan batas wilayah sebagai
Sidotopo yaitu sebanyak 52.596 orang yang terdiri dari 25.940 penduduk laki-
laki, dan 26.656 penduduk perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di wilayah
60
5.1.2 Karakteristik responden
Perempuan 87 79,8
Wiraswasta 25 23,0
(65,1%) yang menjadi ibu rumah tangga. Banyaknya jenis kelamin perempuan
usia, sebagian besar terdapat pada rentang usia 46-55tahun yang sebanyak 54
61
responden (49,5%). Mayoritas responden memiliki pendidikan menengah
1. Pola Makan
f % f % f %
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa makanan pokok yang sering
dikonsumsi yaitu nasi putih putih sebanyak 103 responden (94,5%). Makanan
sebesar 58 responden (53,2%). Makanan pokok yang jarang atau tidak pernah
62
1.2 Lauk Pauk
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makan Lauk
Pauk di Puskesmas Sidotopo Tahun 2020 (n=109)
Jenis Kategori
Makanan
Sering Kadang-kadang Jarang / Tidak
pernah
f % f % f %
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa makanan lauk pauk yang
sering dikonsumsi adalah tahu yaitu sebesar 92 responden (84,4%). Lauk pauk
sebanyak 56 responden (51,4%). Lauk pauk yang jarang atau tidak pernah
merupakan lauk pauk yang murah dan dapat dijangkau oleh kalangan
1.3 Sayuran
f % f % f %
63
Buncis 7 6,4 40 36,7 62 56,9
wortel yaitu sebesar 43 responden (39,5%). Sayuran yang jarang atau tidak
1.4 Buah
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis dan Frekuensi Makan Buah
di Puskesmas Sidotopo Tahun 2020 (n=109)
Jenis Makanan Kategori
f % f % f %
64
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa buah yang sering dikonsumsi
31 responden (28,4%). Buah yang jarang atau tidak pernah dikonsumsi oleh
1.5 Minuman
f % f % f %
kopi manis yaitu sebanyak 45 responden (41,3%). Minuman yang jarang atau
tidak pernah dikonsumsi oleh responden adalah soft drink yaitu sebanyak 92
responden (84,4%). Teh dikonsumsi oleh responden saat pagi hari atau
65
bersamaan dengan makan malam responden, dan juga dijadikan sebagai
1.6 Snack
f % F % f %
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa makanan snack yang sering
adalah es krim yaitu sebanyak 43 responden (39,5%). Snack yang jarang atau
2. Aktivitas Fisik
66
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
3. Hipertensi
darah oleh peniliti diambil dalam 3 bulan ke belakang yaitu bulan Februari, Maret,
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Acak Responden di Puskesmas
Sidotopo Tahun 2020
Kategori Total
Kadar Gula
Kadar F %
Darah f %
Gula
memiliki kadar gula darah yang tinggi yaitu sebanyak 77 responden (70,6%) dan
yang mayoritas kadar gula darahnya adalah 200-300 yaitu sebanyak 41 responden
67
(37,6%), sedangkan terdapat 32 responden (29,4%) memiliki kadar gula darah
yang normal. Penilaian kadar gula darah ini diambil secara acak yang diambil dari
3 bulan ke belakang yaitu Februari, Maret, dan April 2020. Pengambilan kadar
gula secara acak dilakukan karena mayoritas responden yang pada saat melakukan
5.1.4 Hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi dengan kadar
yaitu sering (apabila mengkonsumsi harian, minimal 1 kali sehari, atau >1
≤1bulan atau tahun atau tidak pernah). Selanjutnya, diambil data mayoritas
F % F % f %
68
Buah 34 31,2 16 14,7 59 54,1
Tabel 5.12 Hubungan Pola Makan Makanan Pokok dengan Kadar Gula
Darah Pada Penderita DM tipe 2 Usia Produktif
Kadar Gula Darah
Total Uji Spearman Rho
Makanan Pokok Tinggi Normal
f % f % f % p r
gula darah yang tinggi yaitu sebanyak 76 responden (69,7%). Hasil uji
69
diterima dengan nilai r = 0,286 yang artinya terdapat hubungan antara
pola makan makanan pokok dengan kadar gula darah pada penderita
hubungan antara pola makan makanan pokok dengan kadar gula darah
Tabel 5.13 Hubungan Pola Makan Lauk Pauk dengan Kadar Gula
Darah Pada Penderita DM tipe 2 Usia Produktif
Kadar Gula Darah
Total Uji Spearman Rho
Lauk Pauk Tinggi Normal
f % f % F % p r
antara pola makan lauk pauk dengan kadar gula darah pada penderita
70
hubungan antara pola makan lauk pauk dengan kadar gula darah pada
1.3 Sayuran
Tabel 5.14 Hubungan Pola Makan Sayuran dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita DM tipe 2 Usia Produktif
Kadar Gula Darah
Total Uji Spearman Rho
Sayuran Tinggi Normal
f % f % f % p r
hubungan antara pola makan sayuran dengan kadar gula darah pada
artinya hubungan antara pola makan sayuran dengan kadar gula darah
71
mengkonsumsi sayuran akan membuat kadar gula darah responden
menjadi tinggi.
1.4 Buah
Tabel 5.15 Hubungan Pola Makan Buah dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita DM tipe 2 Usia Produktif
Kadar Gula Darah
Total Uji Spearman Rho
Buah Tinggi Normal
f % f % f % p r
hubungan antara pola makan buah dengan kadar gula darah pada
artinya hubungan antara pola makan buah dengan kadar gula darah
menjadi tinggi.
1.5 Minuman
72
Tabel 5.16 Hubungan Pola Minuman dengan Kadar Gula Darah Pada
Penderita DM tipe 2 Usia Produktif
Kadar Gula Darah
Total Uji Spearman Rho
Minuman Tinggi Normal
f % f % f % p r
antara pola minuman dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe
1.6 Snack
Tabel 5.17 Hubungan Pola Makan Snack dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita DM tipe 2 Usia Produktif
Kadar Gula Darah
Total Uji Spearman Rho
Snack Tinggi Normal
f % f % f % p r
73
Berdasarkan tabel 5.17 dapat dianalisis bahwa terdapat banyak
hubungan antara pola makan snack dengan kadar gula darah pada
artinya hubungan antara pola makan snack dengan kadar gula darah
tidak sesuai aturan yang dianjurkan maka akan membuat kadar gula
Tabel 5.18 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Pada
Penderita DM tipe 2 Usia Produktif
Kadar Gula Darah
Total Uji Spearman Rho
Aktivitas Fisik Tinggi Normal
f % f % f % p r
responden yang melakukan aktivitas fisik kuran memiliki kadar gula darah
74
Spearman Rho menunjukkan p = 0,000 (α ≤ 0,05) maka H1 diterima
dengan nilai r = 0,687 yang artinya terdapat hubungan antara aktivitas fisik
dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 usia produktif dengan
positif yang artinya hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula
aktivitas fisik maka akan membuat kadar gula darah menjadi tinggi.
Tabel 5.19 Hubungan Hipertensi dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
DM tipe 2 Usia Produktif
Kadar Gula Darah
Total Uji Spearman Rho
Hipertensi Tinggi Normal
f % f % f % p r
responden yang hipertensi memiliki kadar gula darah yang tinggi yaitu
0,545 yang artinya terdapat hubungan antara hipertensi dengan kadar gula
artinya hubungan antara hipertensi dengan kadar gula darah pada penderita
75
DM tipe 2 usia produktif adalah searah. Diketahui dari hasil penelitian
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 8-18 Mei 2020
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pola makan makanan pokok,
sayuran, buah, minuman, snack, aktivitas fisik dan hipertensi dengan kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2 usia produktif. Pada variabel pola makan lauk
pauk terdapat hasil tidak ada hubungan pola makan lauk pauk dengan kadar gula
5.2.1 Hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada penderita DM
1. Makanan Pokok
antara pola makan makanan pokok dengan kadar gula darah pada
kuat dan arah yang positif. Hasil penelitian menunjukkan responden yang
misalnya yaitu nasi putih yang sebagian besar dikonsumsi oleh responden
76
dengan hasil akhir berupa glukosa dan ATP (energi) (Mucthadi, 2008
insulin. Sekresi insulin yang tidak mencukupi dan resistensi insulin yang
dalam darah.
gula dan rendahnya reseptor insulin (Idris, Jafar, & Indriasari, 2014).
yang rendah akan menurunkan laju penyerapan gula darah dan menekan
77
sekresi hormone insulin pancreas sehingga tidak terjadi kenaikan kadar
dianjurkan yaitu 45-65% dari total asupan energi, dan tidak untuk
2. Lauk Pauk
hubungan antara pola makan lauk pauk dengan kadar gula darah pada
78
Diabetes Association (2004) dan Culpepper (2010) dalam Islami (2019),
glukosa dari protein yang sudah dicerna tidak tampak pada sirkulasi utama
tubuh untuk meregenerasi sel yang rusak akibat level gula darah yang
tinggi. Selain itu, defisiensi asam amino terutama sistein dan taurin
asupan protein dengan kontrol kadar gula darah dikarenakan fungsi utama
dari sumber lain yaitu karbohidrat dan lemak tidak mencukupi melalui
hasil adanya hubungan antara asupan protein dengan kadar gula darah. Hal
79
peningkatan kosentrasi insulin terutama pada orang dengan DM tipe 2.
3. Sayuran
antara pola makan sayuran dengan kadar gula darah pada penderita DM
tipe 2 usia produktif dengan kekuatan hubungan yang cukup kuat dan arah
80
Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral dan serat. Serat makanan
usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus besar. Serat
dapat dijumpai dalam 2 bentuk, yaitu yang larut dan tidak larut air.
darah. Serat dapat membantu sel-sel lebih sensitif terhadap insulin yang
mengatur kadar glukosa darah. Serat yang larut dalam air akan
stabil. Serat juga akan membuat rasa kenyang lebih lama di dalam tubuh
Adapun hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Idris, Jafar, &
adanya hubungan konsumsi sayuran dan buah dengan kadar gula darah.
darah yang tidak terkonrol mengkonsumsi sayuran yang tidak baik dari
81
Serat merupakan komponen yang tidak dapat dicerna dan diserap di
dalam usus halus. Bagian serat yang tidak tercerna akan menuju ke dalam
usus besar. Serat akan diubah menjadi substrat yang dapat difermentasikan
aliran darah dalam jangka waktu yang lama. Hal ini mungkin mempunyai
efek baik bagi penurunan kadar glukosa darah dan sensitivitas insulin
resistensi insulin dan mencegah proses utilasi glukosa oleh jaringan dalam
bahwa konsumsi sayur sebanyak 3 porsi atau lebih dalam sehari dapat
82
menormalkan kadar gula darah, sedangkan apabila mengkonsumsi sayu
kurang dari 3 porsi sehari memiliki kadar gula darah yang tinggi.
Fajar (2012) dengan hasil p = 0,266 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan antara frekuensi buah dan sayur dengan risiko DM pada remaja
besar responden (71,7%) mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari dan
28,3% tidak mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari. Faktor ini dapat
dan sayur baru akan menimbulkan dampak nyata pada tubuh setelah
83
menjadi tidak sering untuk mengkonsumsi makanan dikarenakan
4. Buah
antara pola makan buah dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2
usia produktif dengan kekuatan hubungan yang cukup kuat dan arah yang
jarang atau tidak pernah dalam mengkonsumsi buah akan membuat kadar
usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus besar. Serat
dapat dijumpai dalam 2 bentuk, yaitu yang larut dan tidak larut air.
darah. Serat dapat membantu sel-sel lebih sensitif terhadap insulin yang
mengatur kadar glukosa darah. Serat yang larut dalam air akan
stabil. Serat juga akan membuat rasa kenyang lebih lama di dalam tubuh
84
Adapun hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Idris, Jafar, &
adanya hubungan konsumsi buah dengan kadar gula darah. Pada konsumsi
buah, sebanyak 68,8% responden yang memiliki kadar gula darah yang
sebanyak 100% responden yang memiliki kadar gula darah yang tidak
buahan memiliki indeks glikemik yang lebih rendah. Selain itu, buah-
jumlah yang kurang akan cenderung memiliki intake energi yang melebihi
kekurangan gula.
dalam usus halus. Bagian serat yang tidak tercerna akan menuju ke dalam
usus besar. Serat akan diubah menjadi substrat yang dapat difermentasikan
aliran darah dalam jangka waktu yang lama. Hal ini mungkin mempunyai
85
efek baik bagi penurunan kadar glukosa darah dan sensitivitas insulin
resistensi insulin dan mencegah proses utilasi glukosa oleh jaringan dalam
kadar glukosa dalam darah. Menurut pendapat Villegas et al. (2008) dalam
Ali (2019), berpendapat bahwa kandungan fruktosa yang tinggi pada buah,
Fajar (2012) dengan hasil p = 0,266 yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan antara frekuensi buah dan sayur dengan risiko DM pada remaja
besar responden (71,7%) mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari dan
28,3% tidak mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari. Faktor ini dapat
86
dan sayur baru akan menimbulkan dampak nyata pada tubuh setelah
buah menjadi lebih lama, sehingga responden menjadi tidak sering untuk
5. Minuman
hubungan antara pola minuman dengan kadar gula darah pada penderita
DM tipe 2 usia produktif dengan kekuatan hubungan yang lemah dan arah
yang positif.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh
Idris, Jafar & Indriasari (2014) yang mengemukakan bahwa tidak adanya
hubungan antara konsumsi gula dengan kadar gula darah. Hal ini
disebabkan karena kenaikan kadar gula darah tidak hanya disebabkan dari
konsumsi gula yang berlebih saja tetapi juga gaya hidup yang tidak sehat.
87
Apabila gaya hidup responden sehat maka energi yang masuk dan keluar
gula dengan kadar gula darah. Hal ini juga tidak sejalan dengan penelitian
peningkatan berat badan, yang jika dilakukan dalam jangka panjang akan
juga bukan hanya gula pasir, melainkan juga terdapat gula merah dan gula
tebu. Tetapi kandungan gula juga terdapat pada pada makanan yang
lain yang mengandung gula, seperti minuman bersoda, sirup, dan lain-lain,
88
karbohidrat pada lansia (Adriani dan Witjatmadi, 2012 dalam Ramdhani &
Mahmudiono, 2018).
misalnya teh manis. Minuman manis yang memiliki kandungan gula pasir
atau sukrosa secara spontan akan masuk ke dalam tubuh dan terjadi
metabolisme sehingga kadar gula darah akan naik. Tetapi pada penelitian
6. Snack
antara pola makan snack dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe
2 usia produktif dengan kekuatan hubungan yang cukup kuat dan arah
tinggi.
ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Idris, Jafar, & Indriasari (2014)
memiliki hasil yang sejalan, yaitu adanya hubungan antara asupan lemak
dengan kadar gula darah. Diketahui pada pasien yang memiliki asupan
89
lemak sesuai dengan kebutuhan sebagian besar memiliki kadar gula darah
asupan lemak baik namun asupan energi lebih dari kebutuhan yang
lemak esensial guna kelangsungan fungsi sel dan berbagai aktivitas biologi
di dalam tubuh. Lemak esensial terdiri dari omega 3, omega 6, dan omega
trans merupakan lemak terburuk yang tidak boleh dikonsumsi meski hanya
merusak kerja organ pankreas. Organ pankreas mempunyai sel beta yang
pada hati dan otot. Mekanisme induksi resistensi insulin oleh asam lemak
ini terjadi akibat kompetisi asam lemak dan glukosa untuk berikatan
90
Lemak pada pankreas (pancreatic fat) merupakan lemak yang
2014).
darah akan sulit untuk masuk ke dalam sel, sehingga akan terjadi
5.2.2 Hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada penderita
antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 usia
91
produktif dengan kekuatan hubungan yang kuat dan arah yang positif. Hasil
memiliki kadar gula darah yang tinggi. Arah hubungan yang positif menunjukkan
bahwa semakin kurangnya aktivitas akan membuat kadar gula darah menjadi
tinggi.
adanya pengaruh aktivitas fisik dengan kadar glukosa dalam darah. Dalam hasil
penelitiannya dapat diketahui bahwa semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan
oleh seseorang maka kadar glukosa dalam darah juga menjadi rendah. Aktivitas
fisik yang berat akan mempengaruhi kadar glukosa dalam darah dikarenakan saat
berolahraga atau melakukan aktvitas fisik akan membuat otot mengambil glukosa
dalam darah.
(2013) yang mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas
fisik dengan kejadian DM Tipe 2. Orang yang aktivitas fisik sehari-harinya berat
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu untuk mencegah risiko pada
sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Orang yang jarang untuk
berolahraga dan beraktivitas membuat zat makanan yang ada dalam tubuh
menjadi tidak akan dibakar, melainkan akan ditimbun dalam bentuk lemak dan
gula. Hal ini akan mengakibatkan kadar gula darah akan meningkat, dikarenakan
92
kondisi insulin yang dikeluarkan pankreas akan tidak tercukupi untuk mengangkut
darah dan tonus otot diperbaiki juga dengan olahraga. Aktifitas fisik dengan cara
melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan
Semua efek ini bermanfaat pada pasien DM karena dapat menurunkan berat
2017).
bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang dominan terhadap kejadian
3,198 kali, sedangkan sedangkan aktivitas fisik sedang yaitu 1,933 kali untuk
terkena DM. aktivitas fisik yang dilakukan apabila semakin berat akan dapat
mengontrol keadaan kadar gula darah. Pada saat melakukan aktivitas fisik, maka
glukosa dalam tubuh akan diubah menjadi energi, dan produksi insulin darah akan
menjadi meningkat, sehingga kadar gula darah akan menjadi stabil. Pada
seseorang yang jarang melakukan aktivitas fisik maka makanan yang dikonsumsi
akan ditimbun. Apabila insulin tidak mencukupi, maka kadar gula darah akan
menjadi naik.
melakukan aktifitas fisik, otot berkontraksi dan mengalami relaksasi. Pada saat itu
glukosa akan dipakai atau dibakar untuk memenuhi kebutuhan energi dalam
93
melakukan aktifitas fisik tersebut. Glukosa darah akan dipindahkan dari darah ke
otot selama dan setelah melakukan aktifitas fisik. Dengan demikian kadar glukosa
darah akan menurun. Aktifitas fisik yang cukup juga akan membuat insulin
menjadi lebih sensitif, sehingga dapat bekerja dengan lebih baik untuk membuka
pintu masuk bagi glukosa kedalam sel. Disamping itu, dengan melakukan aktifitas
fisik yang teratur, faktor risiko DM tipe 2 lainnya seperti obesitas dapat dicegah.
Pada saat melakukan aktivitas fisik akan terjadi pembakaran glukosa darah
menjadi energi serta sel dalam tubuh akan lebih sensitif dan lebih banyak
pemakaian glukosa dalam darah serta dapat meningkatkan kerja otot. Adaptasi
(2013) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu tidak adanya hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian DM. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh aktivitas fisik
Fajar (2012) dengan hasil p = 0,565 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan
94
antara aktivitas fisik dengan risiko timbulnya DM pada remaja SMA di Kota
responden biasa berolahraga (56%) atau 210 remaja dan kurang dari setengahnya
tidak berolahraga (44%) atau 165 remaja. Berarti kedua kondisi tersebut berada
pada kondisi yang relatif berimbang, meskipun yang terbiasa berolahraga lebih
merupakan salah satu dari keempat pilar tesebut. Aktifitas fisik pada penderita
yang dipengaruhi selain oleh lama, dan berat latihan, juga oleh kadar insulin
plasma, kadar glukosa darah, dan imbangan cairan tubuh. Ambilan glukosa oleh
jaringan otot pada keadaan istirahat membutuhkan insulin, hingga disebut sebagai
jaringan insulin dependen, sedang pada otot aktif walau terjadi peningkatan
kebutuhan glukosa, tapi kadar insulin tidak meningkat. Hal ini disebabkan karena
peningkatan kepekaan reseptor insulin otot dan pertambahan reseptor insulin otot
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian peneliti yang terdapat 61
responden (55,9%) yang melakukan aktivitas fisik yang kurang memiliki kadar
melakukan aktivitas fisik yang cukup memiliki kadar gula darah yang normal.
Adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada penderita
DM tipe 2 tidak terlepas dari aktivitas fisik yang dilakukan responden lebih
95
banyak untuk menghabiskan waktu untuk berbaring melihat TV, main hp, dan
tiduran. Aktivitas fisik tersebut merupakan tergolong dalam aktivitas ringan yang
berarti energi yang ada dalam tubuh tidak banyak terpakai, sedangkan masukan
energi yang berasal dari makanan semakin meningkat, maka akan terjadi
antara hipertensi dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 usia produktif
dengan kekuatan hubungan yang cukup kuat dan arah yang positif. Hasil
yang tinggi. Arah hubungan yang positif menunjukkan bahwa hipertensi atau
tekanan darah tinggi akan membuat kadar gula darah menjadi tinggi.
dapat menyebabkan distribusi gula pada sel menjadi tidak berjalan secara optimal,
sehingga akan terjadi penumpukan gula dan kolesterol dalam darah. Apabila
tekanan darah baik atau normal, maka gula darah akan terjaga. Dan sebaliknya,
Jika tekanan darah sering diatas normal yaitu melebihi 120/90 mmHg,
maka risiko DM akan menjadi meningkat dua kali lipat. Ini kalau dibandingkan
dengan orang yang tekanan darahnya normal. Demikian menurut penlitian yang
dilakukan ilmuwan dari Brigham and Woman Hospital dan Harvard Medical
96
School selama 10 tahun. Tekanan darah yang tinggi adalah ukuran tekanan darah
diatas batas normal, baik saat sedang santai, terlebih saat sedang marah atau stress
dalam jangka waktu tertentu. Diabetes akan menyebabkan risiko tekanan darah
Hal ini akan menyebakan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi
Pada penelitian yang dilakukan oleh Jelantik & Haryati (2013) didapatkan
bahwa pada kelompok kasus terdapat 44 orang yang menderita hipertensi dan
sesuai dengan hasil analisis uji koefisian kontingensi C di dapat nilai p = 0,000 ,
yang memiliki makna yaitu tedapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Trisnawati
pengobatan, hal ini didukung dari hasil penelitian yang mempunyai riwayat
97
hipertensi dan hasil pemeriksaan tekanan darahnya ≥140/90 mmHg sebanyak 12
Adapun hasil penelitian lain pada Widodo, Retnaningtyas, & Fajar (2012),
yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tekanan darah dengan
risiko timbulnya DM pada remaja SMA di Kota Malang. Hal tersebut dikarenakan
sebagian besar (98,7%) responden remaja SMA di Kota Malang memiliki kisaran
Hal ini juga berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Affisa (2018) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara hipertensi
dengan kejadian DM tipe 2. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya bias. Bias
yang dimaksud yaitu karena tidak adanya dilakukan screening pada penderita DM.
Apabila saat pengukuran responden dalam keadaan tenang atau tidak melakukan
menjadi tidak bisa, sehingga menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah. Hal
98
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang terdapat sebanyak 54 responden
(49,5%) yang mengalami hipertensi memiliki kadar glukosa darah yang tinggi,
BAB 6
Bab ini menjabarkan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
tentang hubungan pola makan, aktivitas fisik, dan hipertensi dengan kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2 usia produktif di Puskesmas Sidotopo tahun 2020.
6.1 Simpulan
“Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Hipertensi, dengan Kadar Gula
berikut:
99
1. Terdapat hubungan antara pola makan (makanan pokok, sayuran, buah,
dan snack) dengan kadar gula darah pada penderita DM Tipe 2 usia
pokok dan snack, yang berarti bahwa apabila responden semakin sering
2. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada
menjadi tinggi.
tekanan darah yang tinggi akan dapat menyebabkan kadar gula darah
menjadi tinggi.
variabel yang lain dengan kadar gula darah. Hal tersebut juga
dan bekerja di rumah atau ibu rumah tangga. Dalam melakukan aktivitas
6.2 Saran
100
1. Bagi responden
membuat catatan sendiri tentang hasil tiap kali melakukan pengecekan untuk
2. Bagi puskesmas
kali pengecekan untuk dibawa pulang oleh responden, agar responden dapat
dengan hasil hitungan apakah sudah sesuai dengan takaran yang disarankan
atau tidak.
101
DAFTAR PUSTAKA
102
Azitha, M., Aprilia, D., & Ilhami, Y. R. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus yang Datang ke
Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(3), 400. https://doi.org/10.25077/jka.v7i3.893
Badan Pusat Statistik (2016). Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur.
Jakarta: Badan Pusat Statistik
Cheema, A., Adeloye, D., Sidhu, S., Sridhar, D., & Chan, K. Y. 2014,
Urbanization and prevalence of type 2 diabetes in Southern Asia: A
systematic analysis, J Glob Health. 2014 Jun; 4(1): 010404.
Dafriani, P., Tinggi, S., Kesehatan, I., Saintika, S., & Lubuk Bayu, J. (2017).
Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Diabetes
Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang. NERS:
Jurnal Keperawatan, 13(2), 70.
Dinas Kesehatan, S. (2017) Laporan Tahunan Kota Surabaya Tahun 2017.
Surabaya.
Dinas Kesehatan, S. (2018). Laporan Tahunan Kasus Diabetes Melitus Kota
Surabaya Tahun 2018. Surabaya.
Dinas Kesehatan, S. (2019). Laporan Tahunan Kasus Diabetes Melitus Kota
Surabaya Tahun 2018. Surabaya.
Febriyanti, D. R. (2016). Hubungan Perilaku Sedentari dan Pola Makan dengan
Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu.
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesahatan Dehasen
Fitri, R. I., & Wirawanni, Y., (2014). Hubungan Konsumsi Karbohidrat,
Konsumsi Total Energi, Konsumi Serat, Beban Glikemik, dan Latihan
Jasmani dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2. JNH, vol. 2, no. 3
Hapsari, A. P. (2018). Analisis Risiko Hipertensi Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 Berdasarkan Kualitas Tidur dan Tingkat Stres Di Instalansi Rawat
Jalan RSU Haji Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya
Hidayah, S., (2019). Hubungan Lingkungan Pangan Rumah dan Jalanan Dengan
Pola Konsumsi, Asupan Zat Gizi Makro, Dan Status Gizi Anak Miskin
(Rentan Menjadi Anak Jalanan). Skripsi. Universitas Airlangga
Huda, F. H. N., (2016). Asupan Lemak Jenuh dan Kebiasaan Olahraga Terhadap
Risiko Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUD Cibabat Kota Cimahi Tahun
2016. KTI. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
IDF. (2015) IDF Dibetes Atlas. 7th edn. Diakses di www.diabetesatlas.org.
IDF. (2017) Eighth edition 2017, International Diabetes Federation. IDF Diabetes
Atlas, 8th edn. Brussels, Belgium: International Diabetes Federation,
2017. http://www.diabetesatlas.org. doi: http://dx.doi. org/10.1016/S0140-
6736(16)31679-8.
103
Andi Mardhiyah Idris, Nurhaedar Jafar, R. I. (2014). Pola Makan Dengan Kadar
Gula Darah Pasien DM Tipe 2. Jurnal MKMI, 211–218.
Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2 di Daerah Urban di Indonesia. Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta
Islami, N. S. N. (2019). Hubungan Pola Makan Dan Peningkatan Berat Badan
Dengan Kadar Glukosa Darah. Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya
Isnaini, N., & Ratnasari, R. (2018). Faktor risiko mempengaruhi kejadian
Diabetes mellitus tipe dua. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah,
14(1), 59–68. https://doi.org/10.31101/jkk.550
Jelantik, I. G. M. C., & Haryati, E. (2014). Hubungan faktor risiko umur, jenis
kelamin, kegemukan dan hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe II
di wilayah kerja puskesmas mataram. Media Bina Ilmiah39, 8(1), 39–44.
Kementrian Kesehatan RI, (2010). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko
Diabetes Mellitus. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) ‘Hasil Riskesdas 2018’,
November 2018, p. 86.
Kementrian Kesehatan RI, (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Kurniawati, Y., Baridah, H. A., Kusumawati, M. D., & Wabula, I. (2020).
Effectiveness of Physical Exercise on the Glycemic Control of Type 2
Diabetes Mellitus Patients: A Systematic Review. Jurnal Ners, 14(3), 199.
https://doi.org/10.20473/jn.v14i3.17059
Kusnanto, K., Izza, E. L., Yuswanto, T. J. A., & Arifin, H. (2019). A Qualitative
Inquiry into The Adherence of Adults Type 2 Diabetes Mellitus with
Dietary Programs. Jurnal Ners, 14(2), 118.
https://doi.org/10.20473/jn.v14i2.16417
Kusnanto, Sundari, P. M., Asmoro, C. P., & Arifin, H. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Diabetes Self-Manegement dengan tingkat Stres Pasien
Diabetes Melitus Yang Menjalani Diet. Jurnal Keperawatan Indonesia,
2019, 22 (1), 31–42. doi: 10.7454/jki.v22i1.780
Landani, A., (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Glukosa Darah
Puasa Terkontrol Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta Prolanis
Di Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung, Lampung
Leoni, A. P., (2012). Hubungan Umur, Asupan Protein, dan Faktor Lainnya
dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pegawai Satlantas dan Sumda di
Polresta Depok Tahun 2012. Skrispsi. Universitas Indonesia
Lisiswanti, R., & Cordita, R. N. (2016). Aktivitas fisik dalam Menurunkan Kadar
Glukosa Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2. Majority, 5(3), 140–144.
Magiantang, J. S., Kepel, B. J., & Akili, R. H. (2015). Hubungan Antara Pola
Makan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Desa Lobbo Dan Lobbo I
104
Kecamatan Beo Utara Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2015. Jurnal
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, 653, 1–8.
http://medkesfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/Juriansi-Sarci-
Magiantang.pdf
Mahendri, D. (2015). Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat Dan Kolesterol
Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II
Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi. Eprints.Ums.Ac.Id.
http://eprints.ums.ac.id/37813/
Makarimah, A. (2017). Hubungan Antara Status Gizi, Persen Lemak Tubuh, Pola
Konsumsi dan Aktivitas Fisik Dengan Usia Menarche Anak Sekolah
Dasar. Skripsi. Universitas Airlangga
Muliani, U. (2013). Asupan Zat-zat Gizi dan Kadar Gula Darah Penderita DM-
Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Jurnal Kesehatan, IV(2), 325–332.
Murti, L. Y., (2016). Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan
Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan
Ungaran Timur Kabuapaten Semarang. Artikel. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Ngudi Waluyo
Mutmainah, I. (2012). Hubungan Kadar Gula Darah dengan Hipertensi Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar. Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Kedokteran,
Nefropati Diabetik, 1–23. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Nursalam (2016). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika
Nurjana, M. A., & Veridiana, N. N. (2019). Hubungan Perilaku Konsumsi dan
Aktivitas Fisik dengan Diabetes Mellitus di Indonesia. Buletin Penelitian
Kesehatan, 47(2), 97–106. https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.667
PERKENI (2015). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia 2015, Perkeni.
Pusdatin Kemenkes RI, (2019). Hari Diabetes Dunia tahun 2018. Jakarta Selatan:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
Puspitasari, R. W. (2014). Hubungan Asupan Energi, Lemak, Protein Dan
Karbohidrat Dengan Kadar Gula Darah Pada Lansia Obesitas Di Desa
Blulukan Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahayu, P., Utomo, M., & Setiawan, M. R. (2012). Hubungan Antara Faktor
Karakteristik, Hipertensi dan Obesitas dengan Kejadian Diabetes Mellitus di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah,1(2),26–32.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/1302
105
Ramdhani, P., & Mahmudiono, T., (2018). Hubungan Konsumsi Sugar-Sweetned
Bevereages Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Pada Lansia. Media Gizi
Indonesia (MGI) vol. 13, no. 1 (Hal. 49-56). DOI:
10.20473/mgi.v13i1.49–56
Raphaeli, H. K. (2017). Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Tekanan
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Baru Didiagnosis Di
Poliklinik Penyakit Dalam RSU Siti Hajar Medan Tahun 2015-2017.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Ruwandasari, N., (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Usia Produktif. Skripsi. Universitas Airlangga
Sari, M. A., (2016). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Pada
Masyarakat Urban Kota Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Setiyorini, E., Wulandari, N. A., & Efyuwinta, A. (2018). Hubungan kadar gula
darah dengan tekanan darah pada lansia penderita Diabetes Tipe 2. Jurnal
Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5(2), 163–171.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i2.art.p163-171
Setyawan, S. & Sono. (2015). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa
Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Vol. XI, No. 1, April 2015.
Jurnal Keperawatan, p. 127-130
Sudargo, T., Pertiwi, S., Alexander, R. A., Siswati T., & Ernawati, Y. (2017). The
Relationship Between Fried Food Consumption and Physical Activity
With Diabetes Mellitus in Yogyakarta, Indonesia. International Journal of
Community Medicine and Public Health
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sundari, P. M. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan dan self management
diabetes dengan tingkat stres menjalani diet penderita diabetes melltus. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Susanti, S., & Bistara, D. N. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula
Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Vokasional, 3(1),
29. https://doi.org/10.22146/jkesvo.34080
Tandra, H. (2017) Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes :
Panduan Lengkap Mengenal Dan Mengatasi Diabetes Dengan Cepat Dan
Mudah. kedia. Gramedia Pustaka Utama.
Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), 6–11.
Trisnawati, S., Widarsa, I. K. T., & Suastika, K. (2013). Faktor risiko diabetes
mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan
Denpasar Selatan. Public Health and Preventive Medicine Archive, 1(1), 69.
106
https://doi.org/10.15562/phpma.v1i1.164
Tristiana Rr.D., Widyawati I.Y., Yusuf A., F. R. (2016) Kesejahteraan Psikologis
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Mulyorejo Surabaya
(Psychological Well Being In Type 2 Diabetes Mellitus Patients In
Mulyorejo Public Health Center Surabaya). Jurnal Ners, 11(2), pp. 147–
156.
Widodo, D., Retnaningtyas, E., & Fajar, I., (2012). The Risk Factors of Diabetes
Mellitus in Adolescent Senior High School in Malang City Vol. 7 No. 1:
37–46. Jurnal Ners. p-ISSN:1858-3598; e-ISSN:2502-5791.
DOI: 10.20473/jn.v7i1.3997
World Health Organization (2010). Global Recommendations On Physical
Activity For Health. World Health. Organization. Geneva: WHO Press
World Health Organization (2016). Global Report on Diabetes, Isbn, 978, p. 88.
doi: ISBN 978 92 4 156525 7.
World Health Organization (2017). Diabetes. Diakses di
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en .
Yanti, D. R. F. (2016). Hubungan Perilaku Sedentari Dan Pola Makan Dengan
Kejadian Diabetes Melitus Di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun
2016. 120. http://repository.unived.ac.id/59/
107
L
A
M
P
I
R
A
N
108
Lampiran 1 Informed Consent
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN)
No. Kode responden (diisi oleh peneliti)
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Telepon :
Telah mendapatkan penjelasan dan secara sukarela dengan penuh
kesadaran menyatakan bersedia/tidak bersedia *) mennjadi responden penelitian
dengan judul “Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Hipertensi dengan
Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2”.
Kesediaan saya ini secara sukarela dengan penuh kesadaran dan tanpa
adanya unsur paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini saya
buat, untuk dapat dipergunakan dengan semestinya.
Surabaya,………………2020
Peneliti Responden
Saksi
(……………………………….)
109
Lampiran 2Surat IzinBangkesbangpol
110
Lampiran 3. Surat Izin Dinas Kesehatan Kota Surabaya
111
Lampiran 5 Sertifikat Komisi Etik FKP
112
Lampiran 6 Kuesioner FFQ
FOOD FREQUENCY QUESTIONNERE (FFQ)
Nama Responden : Tanggal :
Alamat : Jam :
Bahan Makanan >1x/har 1x/hari 3- 1- 1x/bln 1x/thn Tidak
i 6x/mg 2x/mg Pernah
Makanan Pokok
- Nasi putih
Putih
- Kentang
- Mie
- Jagung
- Ubi
- Roti
Lauk Pauk
- Daging Sapi
- Daging Ayam
- Telur
- Udang
- Tahu
- Tempe
- Ikan
Sayur
- Selada
- Buncis
- Kacang
panjang
- Bunga kol
- Labu siam
- Sawi putih
113
- Sawi hijau
- Wortel
- Kangkung
Buah
- Jambu Biji
- Mangga
- Pepaya
- Pisang
- Salak
- Sawo
- Pir
- Duku
Minuman
- Susu kental
manis
- Minuman
kemasan
- Sirup
- Kopi manis
- Teh manis
- Soft Drink
Snack
- Es krim
- Makanan yang
digoreng
- Keju
- Makanan
kemasan
- Kue manis
114
KUESIONER GPAQ
(GLOBAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNERE)
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pertanyaan mengenai aktivitas fisik yang Anda
habiskan pada kegiatan untuk mengisi waktu dalam satu minggu.Jawablah
pertanyaan dibawah ini dengan cara memberikan tanda bulat atau lingkari (O)
serta mengisinya pada kolom jawaban yang telah disediakan.
Kode Pertanyaan Jawaban
A. Aktivitas saat belajar, bekerja, latihan, aktivitas rumah tangga, dll.
P1 Apakah aktivitas yang Anda lakukan dalam 1. Ya
sehari-hari merupakan Aktivitas Berat 2. Tidak (Langsung ke P4)
(seperti membawa atau mengangkat beban
yang berat, menggali atau menjadi pekerja
kontruksi)?
P2 Berapa hari dalam seminggu Anda Hari
melakukan aktivitas berat?
P3 Berapa lama dalam sehari Anda melakukan Jam Menit
aktivitas berat?
P4 Apakah aktivitas yang Anda lakukan dalam 1. Ya
sehari-hari merupakan aktivitas sedang 2. Tidak (Langsung ke P7)
(seperti membawa atau mengangkat beban
ringan, jalan cepat, mencuci)?
P5 Berapa hari dalam seminggu Anda Hari
melakukan aktivitas sedang?
P6 Berapa lama dalam sehari Anda melakukan Jam Menit
aktivitas sedang?
115
C. Aktivitas rekreasi (olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya)
P10 Apakah Anda melakukan olahraga, fitnes, 1. Ya
atau rekreasi yang berat seperti jogging, 2. Tidak (Langsung ke P13)
sepak bola, basket atau rekreasi lainnya
yang menyebabkan peningkatan nafas dan
denyut nadi secara besar, minimal dalam 10
menit secara berkala?
P11 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda Hari
melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi
yang tergolong berat?
P12 Jam Menit
Berapa lama dalam sehari biasanya anda
melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi
yang tergolong berat?
P13 Apakah Anda melakukan olahraga, fitness, 1. Ya
atau rekreasi yang tergolong sedang seperti 2. Tidak (Langsung ke P16)
berjalan cepat, bersepeda, berenang, voli
yang menyebabkan peningkatan nafas dan
denyut nadi, minimal dalam 10 menit secara
berkala?
P14 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda Hari
melakukan olahraga, fitnes, atau rekreasi
lainnya yang tergolong sedang?
P15 Berapa lama dalam sehari biasanya anda Jam Menit
melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi
yang tergolong sedang?
D. Aktivitas Menetap (Sedentary Behavior)
Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk atau berbaring di
tempat kerja, di rumah, duduk saat dikendaraan seperti mobil, bus, kereta api, saat
bermain, membaca, menonton televise menggunakan komputer, mengerjakan
kerajinan tangan seperti merajut, beristirahat KECUALI tidur.
P16 Berapa lama Anda duduk atau berbaring Jam Menit
dalam sehari?
CATATAN REVISI
116
SEMINAR HASIL UJIAN SKRIPSI
Penguji,
NIP. 198004272009121002
117
CATATAN REVISI
SEMINAR HASIL UJIAN SKRIPSI
Penguji,
NIP. 198711022015042003
118
CATATAN REVISI
SEMINAR PROPOSAL DAN UJIAN SKRIPSI
Penguji,
NIP. 196808291989031002
119
120