Anda di halaman 1dari 74

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SISWI DI MAN 2


MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

THESSA NORSANTIKA
18.71.019313

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKA RAYA
2021

i
KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SISWI DI MAN 2


MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


Ahli Madya Farmasi

THESSA NORSANTIKA
18.71.019313

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKA RAYA
2021
ii
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SISWI DI MAN 2


MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

THESSA NORSANTIKA
18.71.019313

Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Memgajukan Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah
Pada Program Studi DIII Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Palangka Raya, 25 Juni2021

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Apt. Dewi Sari Mulia, S.Farm., M.Si Apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc

NIDN. 1123098702 NIDN. 1129078301

iii
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SISWI DI MAN 2


MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

THESSA NORSANTIKA
18.71.019313

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi


Program Studi DIII Farmasi

Palangkaraya, Juli 2021


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

apt. Dewi Sari Mulia, S.Farm., M.Si apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc
NIDN. 1123098702 NIDN. 1101088601
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Program Studi
DIII Farmasi

Nurhalina SK,M.,M.Epid apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc


NIDN.15.0602.013 NIDN. 1101088601

iv
HALAMAN PENGUJIAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SISWI DI MAN 2


MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

THESSA NORSANTIKA
18.71.019313

Telah di pertahankan didepan Tim Penguji


Program Studi DIII Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Palangkaraya, Juli 2021

TIM PENGUJI

Penguji Utama : apt. Guntur Satrio P., M.Si (…………)

Anggota : apt. Dra.Hj.Agustinawati Umaternate., M.Si (…………)

apt. Dewi Sari Mulia, S.Farm., M.Si (…………)

apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc (…………)

v
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palangkaraya, Juli 2021

Thessa Norsantika
18.71.91831

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Rabbil Alamin

Sujud syukur kepada Allah SWT, yang Maha Esa, Dzat yang Maha Agung
dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan semesta raya.
Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah
mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa sebagai kebenaran sejati pada jiwa-jiwa
pencinta-Nya, untuk jiwa-jiwa suci yang senantiasa menghembuskan nafas-Nya,
menuliskan keberkahan nama-Nya.
Dengan segenap rasa cinta dan kasih, saya persembahkan karya kecil ini
untuk orang-orang terkasih...
1. Ayahanda saya yang tercinta Salahudin dan Ibunda tersayang Normilawati,
serta kakak kandung saya Ahmad Ganosa, yang senantiasa selalu mendoakan,
mendukung dan selalu memberi semangat serta nasihat, menyayangi serta
mengasihi saya dengan penuh rasa cinta.
2. Tiada pantas kata selain terimakasih yang tak terhingga untuk Bapak/Ibu
Dosen Fakultas Farmasi atas ilmu yang telah engkau berikan, jasa-jasamu
takkan pernah saya lupa
3. Untuk Ibu Dewi Sari Mulia., M.Si dan Ibu Nurul Chusna., M.Sc selaku dosen
pembimbing saya, yang telah banyak membantu, memberi masukan, dan
arahan dalam penelitian ini.
4. Untuk sahabat-sahabat saya, Siti Normi, Zira Safira dan Lili Purwasih yang
selalu memberi semangat, motivasi dan masukan dalam mengerjakan KTI saya
serta banyak hal yang mereka korbankan seperti waktu dan tenaga untuk
menemani saya di titik yang hampir membuat saya menyerah.
5. Untuk rekan tim saya, Andin, Anisa dan Anya yang selalu ada menemani di
keadaan jenuh saya dalam mengerjakan KTI serta memberikan banyak
dukungan dan pengalaman selama bergabung di dunia E-Sport khususnya
PUBG Mobile.

vii
6. Untuk teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2018 yang saling memberi
semangat, motivasi, dan masukan, mari kita bersama-sama mengucapkan
sumpah janji dan memakai baju toga.
7. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing me, I
wanna Thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no
days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me at all times.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatu,

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa Siswi
di MAN 2 Murung Raya Tentang Penggunaan Antibiotik” sebagai salah satu
syarat akademik dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Farmasi
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Penulis sangat berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penggunaan antibiotik dan
bisa dilanjutkan untuk melakukan penelitian Karya Tulis Ilmiah. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini penulis banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Sonedi, M. Pd Selaku Rektor Muhammadiyah Palangkaraya.
2. Ibu Nurhalina, SKM., M.Epid, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
3. Ibu Apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc, selaku Ketua Program Studi D-III
Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkarayasekaligus Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta masukan dalam
selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Apt. Dewi Sari Mulia., S.Farm., M.Si, selaku Dosen Pembimbing
Akademik Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya, dan juga selaku pembimbing I yang telah

ix
memberikan nasihat, bimbingan serta masukan selama penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan saran, nasihat, dan dukungan.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah


ini jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu dengan segala keendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
bermanfaat bagi semua pihak terutama untuk kemajuan dibidang farmasi
khususnya untuk mahasiswa(i) Diploma III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Palangkaraya. Amin.
Palangka Raya, Maret 2021

x
DAFAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFAR ISI...........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Batasan Masalah.............................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4
2.1 Pengetahuan...................................................................................4
2.1.1 Definisi Pengetahuan...........................................................4
2.1.2 Tingkat Pengetahuan............................................................4
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan...............4
2.2 Definisi Obat..................................................................................6
2.3 Rasionalitas Obat...........................................................................6
2.4 Inflamasi.........................................................................................9
2.5 Antibiotik.....................................................................................11
2.5.1 Definisi Antibiotik.............................................................11
2.5.2 Klasifikasi Antibiotik.........................................................11
2.5.3 Penggolongan Antibiotik...................................................12
2.5.4 Farmakokinetik dan Farkodinamik Antibiotik...................14
2.5.5 Resistensi Antibiotik..........................................................16
2.5.6 Prinsip Penggunaan Antibiotik..........................................17

xi
BAB III METODELOGI PENELITIAN.......................................................20
3.1 Jenis dan Metode Penelitian.........................................................20
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................20
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................20
3.3.1 Populasi..............................................................................20
3.3.2 Sampel................................................................................20
3.4 Teknik Pengambilan Sampel........................................................22
3.5 Definisi Operasional.....................................................................22
3.6 Instrumen Penelitian.....................................................................23
3.7 Teknik Pengumpulan Data...........................................................23
3.8 Pengolahan dan Analisis Data......................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................25
4.1 Hasil Data.....................................................................................25
4.2 Pembahasan..................................................................................29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...............................................................33
5.1 Simpulan......................................................................................33
5.2 Saran.............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik,
antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan
bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk
penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik (Farida, 2018).
Sejak ditemukannya lebih dari 70 tahun yang lalu, antibiotik merupakan
obat yang diketahui telah menyelamatkan jutaan umat di dunia. Antibiotik
memiliki kontribusi yangsignifikan dalam membatasi morbiditasdan mortalitas.
Begitu banyak penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti
mikobakterium, stafilokokus, streftokokus, enterokokus dan sebagainya dapat
diobati dengan menggunakan antibiotik. Tidak hanya itu, antibiotik juga
digunakan untuk mencegah munculnya infeksi khususnya padapasien paska
operasi. Kemampuan antibiotik dalam mengatasi maupun mencegah penyakit
infeksi menyebabkan penggunaannya mengalami peningkatan yang luar biasa.
Bahkan antibiotik digunakan secara tidak tepat atau tidak rasional untuk
penyakit yang tidak perlu dan terdapat kecenderungan antibiotik dibeli bebas
atau tanpa resep dokter. Akibatnya telah terjadi perkembangan bakteri yang
resisten terhadap antibiotik (Desrini, 2015).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik menyatakan intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi
menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi
kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada
morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan
2

sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit,
tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya
Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
menyebutkan bahwa Sejumlah 103.860 atau 35,2% dari 294.959 Rumah Tangga
di Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi. Proporsi rumah tangga yang
menyimpan antibiotika tanpa resep dokter di Kalimantan Tengah yaitu sebesar
93,4% nilai ini paling besar diantara semua provinsi di Indonesia. Penggunaan
antibiotika akan menguntungkan dan memberikan efek bila diresepkan dan
konsumsi sesuai dengan aturan. Namun, sekarang ini antibiotika telah digunakan
secara bebas dan luas oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari pemakaian
tanpa aturan. Penggunaan tanpa aturan mengakibatkan keefektifan dari antibiotika
akan berkurang (Yarza et al., 2015).
Dalam situsnya, WHO menjelaskan bahwa definisi Penggunaan Obat
Rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan
klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang
sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan
masyarakat. Dengan empat kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu dan biaya
yang sesuai, POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang
efektif. Tujuan dari penggunaan obat rasional yaitu untuk menjamin pasien
mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu
yang adekuat dengan harga yang terjangkau.
MAN 2 Murung Raya merupakan salahsatu Sekolah Madrasah Negeri di
Kabupaten Murung Raya yang beralamat di Jl. Ali Satri No. 1 Kelurahan Muara
Laung I Kecaman Laung Tuhup. Mayoritas siswa siswi di MAN 2 Murung Raya
masih tergolong anak beranjak remaja dengan rentang umur 15-18 tahun.Menurut
Purnamawati salahsatu angota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba,
penggunaan obat antimikroba jenis antibiotik yang paling tidak rasional justru
banyak terjadi pada anak dibandingkan orang dewasa.Tidak adanya sosialisasi
mengenai penggunaan antibiotik di MAN 2 Murung Raya mengakibatkan
ketidaktahuan siswa siswi dalam mengkonsumsi antibiotik secara rasional yang
3

pada akhirnya dapat menimbulkan hal yang fatal yaitu resistensi antibiotik.Hal ini
diperparah dengan banyaknya warung yang menjual antibiotik yang seharusnya
hanya bisa diperoleh melalui resep dokter, sehingga masyarakat maupun siswa
siswi dengan mudah memperoleh antibiotik.Berdasarkan uraian diatas maka dari
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Siswa Siswi MAN 2 Murung
Raya mengenai pengetahuan tentang penggunaan antibiotik.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tingkat
Pengetahuan Siswa Siswi di MAN 2 Murung Raya Tentang Penggunaan
Antibiotik” dengan menggunakan indikator 4T+1W, yaitu Tepat dosis, Tepat
obat, Tepat indikasi, Tepat aturan pakai, dan Waspada terhadap efek samping.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengukur tingkat pengetahuan
siswa siswi di MAN 2 Murung Raya tentang penggunaan antibiotik dengan
menggunakan indikator 4T+1W, yaitu Tepat dosis, Tepat obat, Tepat indikasi,
Tepat aturan pakai, dan Waspada terhadap efek samping.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan
Siswa Siswi MAN 2 Murung Raya Tentang Penggunaan Antibiotik.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Tenaga kesehatan, Dapat dijadikan tolak ukur bagi tenaga kesehatan mengenai
pentingnya komunikasi, informasi dan edukasi, dan penyuluhan tentang
penggunaan antibiotik kepada masyarakat maupun siswa siswi sekolah.
2. Peneliti, dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dan
telah mengetahui bagaimana penggunaan antibiotik di kalangan masyarakat
serta dapat berbagi ilmu kepada siswa siswi MAN 2 Murung Raya mengenai
penggunaan rasional antibiotik.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera pendengaran,
penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia
di dapat melalui mata dan telinga.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan


MenurutKholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkatpengetahuan,
yaitu: 1)Tahu (Know) Rasa mengerti melihat atau mengamati sesuatu
2)Memahami (Comprehension) suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang
suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar sesuai fakta
3)Aplikasi (Aplication) Suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi yang
sudah dipelajari pada kondisi nyata atau sebenarnya 4)Analisis (Analysis)
kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu objek atau materi tetapi masih
ada kaitannya satu dengan yang lainnya 5)Sintesis (Synthesis) Suatu kemampuan
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
6)Evaluasi (Evaluation) Pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
1. Pendidikan, Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin cepat
menerima dan memahami suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki
juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011).
5

2. Informasi atau Media Massa, Suatu teknik untuk mengumpulkan,


menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi mempengaruhi
pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu
pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya,
sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan
menambah pengetahuan dan wawasannya.
3. Sosial, Budaya dan Ekonomi. Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan
tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan
menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu.
Seseorang yang mempunyai sosialbudaya yang baik maka pengetahuannya
akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan
kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan
karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka
seseorang tersebut akan sulit untuk meningkatkan pengetahuan.
4. Lingkungan, mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons
sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan pengetahuan
yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik maka
pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik. Jika seseorang berada di
sekitar orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki seseorang
akan berbeda dengan orang yang berada di sekitar orang pengangguran dan
tidak berpendidikan.
5. Pengalaman. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman
sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa
dijadikan sebagai pengetahuan apabila mendapatkan masalah yang sama.
6. Usia, Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan
semakin membaik dan bertambah (Budiman dan Riyanto, 2013).
6

2.2 Definisi Obat


Menurut Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016, Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pecegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Menurut BPOM, Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya
penyelenggaraan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak
dapat lepas dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan
obat saat ini tersedia, sehingga obat harus selalu digunakan secara benar agar
memberikan manfaat klinik yang optimal.

2.3 Rasionalitas Obat


Penggunaan Obat secara Rasional (POR) merupakan suatu kampanye yang
disebarkan ke seluruh dunia, juga di Indonesia. Dalam situsnya, WHO
menjelaskan bahwa definisi Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien
menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang
sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya
yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat. Dengan empat kunci
yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu dan biaya yang sesuai, POR merupakan
upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif.
WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia
diresepkan, diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari
pasien menggunakan obat secara tidak tepat. Tujuan dari penggunaan obat
rasional yaitu untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang sesuai
dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dengan harga yang
terjangkau.
Secara praktis, penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria:
7

1. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang
tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat
akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat
yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
2. Tepat Indikasi Penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik,
misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian
obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi
bakteri.
3. Tepat Pemilihan Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang
memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
4. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek
terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang
dengan rentang terapi sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar
terapi yang diharapkan.
5. Tepat Cara Pemberian
Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula
antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk ikatan,
sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya.
6. Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian
obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum
obat. Obat yang harus diminum 3x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut
harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
8

7. Tepat Lama Pemberian


Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing – masing.
Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan.
Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10- 14 hari.
Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya
akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan.
8. Waspada Terhadap Efek Samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian dengan dosis terapi, karena itumuka
merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping
sehubungan vasodilatasi pembuluh darah d wajah.
9. Tepat Penilaian Kondisi Pasien
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini lebih jelas
terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada
penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya
dihindarkan, karena resiko terjadinya nefrotoksisitas pada kelompok ini
meningkat secara bermakna.
10. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta
tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat – obat dalam
daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan
dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para
pakar di bidang pengobatan dan klinis.
Untuk jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang
menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur
resmi. Semua produsen obat di Indonesia harus dan telah menerapkan CPOB.
11. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
dalam menunjang keberhasilan terapi.
9

12. Tepat Tindak Lanjut (follow-up)


Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan
upaya tidak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau
mengalami efek samping.
13. Tepat Penyerahan Obat (dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah
obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Dalam menyerahkan obat juga
petugas harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien.
14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan
minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut:
a. Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak
b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
c. Jenis sediaan obat terlalu beragam
d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
e. Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara
minum/menggunakan obat
f. Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau
efek ikutan (urin menjadi merah karena minum rifampisin) tanpa diberikan
penjelasan terlebih dahulu (KemenKes RI, 2011).

2.4 Inflamasi
Radang atau inflamasi adalah respon fisiologis terhadap infeksi dan cedera
jaringan, radang juga menginisiasi pembunuhan patogen, proses perbaikan
jaringan dan membantu mengembalikan homeostasis pada tempat yang terinfeksi
atau cedera. Jika respon antiinflamasi gagal beregulasi, dapat mengakibatkan
cedera kronis dan membantu perkembangan penyakit yang terkait (Calder et al.,
2009). Inflamasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu akut dan kronik. Inflamasi
akut mempunyai onset dan durasi yang lebih cepat. Inflamasi akut terjadi dengan
durasi waktu beberapa menit sampai beberapa hari, ditandai dengan adanya cairan
eksudat protein plasma maupun akumulasi leukosit neutrofilik yang dominan.
Inflamasi kronik memiliki durasi yang lebih lama yaitu dalam hitungan hari
10

hingga tahun. Menurut Kumar et al (2007) dalam Utami et al (2011) tipe inflamasi
kronik ditentukan oleh peningkatan jumlah limfosit dan makrofag yang
berhubungan dengan proliferasi vaskular dan fibrosis.
Beberapa tanda inflamasi (Muliati, 2014) :
1. Rubor atau kemerahan
Menurut Price & Wilson (1995) dalam Lumbanraja (2009) Kemerahan
atau rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada saat mengalami
peradangan. Ketika reaksi peradangan mulai timbul maka arteri yang
mensuplai darah ke daerah tersebut melebar, oleh karena itu darah mengalir
lebih banyak ke dalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh darah yang sebelumnya
kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh olehdarah.
Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti menyebabkan warna merah
lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia merupakan permulaan
reaksi peradangan diatur oleh tubuh melalui pengeluaran zat mediator seperti
histamin.
2. Kalor atau peningkatan suhu tubuh
Panas merupakan reaksi pada permukaan tubuh yakni kulit yang terjadi
bersamaan dengan kemerahan akibat peradangan. Daerah peradangan pada
kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, hal ini terjadi karena darah
dengan suhu 37oC lebih banyak disalurkan ke permukaan daerah yang terkena
radang lebih banyak dibandingkan ke daerah normal.
3. Dolor atau nyeri
Rasa sakit atau dolor dari reaksi peradangan dihasilkan dengan
berbagai mekanisme. Perubahan pH lokal atau konsentrasi ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung-ujung saraf untuk mengeluarkan zat kimia tertentu
misalnya mediator histamin atau mediator lainnya yang menyebabkan
pembengkakan dan peradangan pada jaringan sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dapat menimbulkan rasa sakit (Lumbanraja, 2009).
4. Tumor atau pembengkakan
Gejala dari peradangan akut adalah tumor atau pembengkakan. Hal ini
terjadi akibat meningkatnya permeabilitas dinding kapiler serta adanya
11

penyaluran cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan yang cedera.
Pada peradangan, dinding kapiler tersebut menjadi lebih permeabel dan lebih
mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama albumin yang diikuti oleh
molekul yang lebih besar sehingga plasma jaringan mengandung lebih banyak
protein yang kemudian meninggalkan kapiler dan masuk ke dalam jaringan
sehingga menyebabkan jaringan menjadi bengkak.
5. Functio Laesa
Functio laesa adalah reaksi peradangan yang ditandai dengan nyeri
disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah
yang meningkat sehingga menghasilkan lingkungan kimiawi lokal yang
abnormal dan menjadikan jaringan yang terinflamasi tersebut tidak berfungsi
normal (Dyaningsih, 2007).

2.5 Antibiotik
2.5.1 Definisi Antibiotik
Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik dan
agen kemoterapetik. Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, contohnya penisilin,
sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan lain-lain. Antibiotik yang relatif non
toksis bagi penggunanya digunakan sebagai agen kemoterapetik dalam
pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tanaman. Istilah ini
sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
tetapi penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semi sintetik
dengan aktivitas kimia yang mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon dan
fluorikuinolon (Setiabudy, 2011; Dorland, 2010).

2.5.2 Klasifikasi Antibiotik


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik,
Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:
12

1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti beta-laktam


(penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor betalaktamase,
basitarasin, dan vankomisin).
2. Memodifikasi atau mengahambat sintesis protein, misalnya aminoglikosid,
kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritomisin)
klindamisin, dan spektinomisin.
3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat, misalnya
trimetoprim dan sulfonamid.
4. Mempengaruhi sintesis metabolisme asam nukleat, misalnya kuinolon,
nitrofurantoin.

2.5.3 Penggolongan Antibiotik


Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2011, Infeksi bakteri terjadi bila
bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan menembus jaringan tubuh.
Pada umumnya, tubuh berhasil mengeliminasi bakteri tersebut dengan respon
imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih cepat daripada
aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai
dengan tanda-tanda inflamasi. Terapi yang tepat harus mampu mencegah
berkembangbiaknya bakteri lebih lanjut tanpa membahayakan host.
Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia dapat dibedakan
sebagai berikut (Kasper et. al 2005, Setiabudi, 2007, Katzung, et. al. 2011) :
1. Beta laktam, penisilin (contohnya: penisilin, isoksazolilpenisilin, ampisilin),
sefalosporin (contohnya sefadroksil, sefaklor), monobaktam (contohnya:
azteonam) dan karbapenem (contohnya: imipenem).
2. Tetrasiklin, contohnya tetrasiklin dan doksisiklin.
3. Makrolida, contohnya eritromisin dan klaritromisin.
4. Linkomisin, contohnya linkomisin dan klindamisin
5. Kloramfenikol, contohnya kloramfenikol dan tiamfenikol
6. Aminoglikosida, contohnya streptomisn, neomisin dan gentamisin.
7. Sulfonamida (contohnya: sulfadizin, sulfisoksazol) dan kotrimoksazol
(kombinasitrimetroprim dan sulfametoksazol).
13

8. Kuinolon (contohnya: asamnalidiksat) dan fluorokuinolon (contohnya:


siprofloksasin dan levofloksasin)
9. Glikopeptida, contohnya vankomisin dan telkoplanin.
10. Antimikrobakterium, isoniazid, rifampisin, pirazinamid.
11. Golongan lain, contohnya polimiksin B, basitrasin, oksazolidindion.
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat
menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik
(contohnya sulfonamid, trimetroprim, kloramfenikol, tetrasiklin, linkomisin dan
klindamisin) dan ada yang bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas
bakterisid (contohnya penisilin, sefalosporin, streptomisin, neomisin, kanamisin,
gentamisin dan basitrasin). Pada kondisi immune compromised (misalnya pada
pasien neutropenia) atau infeksi dilokasi yang terlindung (misalnya pada cairan
cerebrospinal), maka antibiotik bakterisid harus digunakan (Kemenkes, 2011;
Setiabudy, 2011).
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu
(Kasper et. al., 2005, Setiabudy, 2011) :
1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri
terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu komplek polimer mukopeptida
(glikopeptida). Obat ini dapat melibatkan otolisin bakteri (enzim yang
mendaur ulang dinding sel) yang ikut berperan terhadap lisis sel. Antibiotik
yang termasuk dalam kelompok ini seperti beta-laktam (penisilin,
sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin,
dan vankomisin. Pada umumnya bersifat bakterisidal.
2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein. Sel bakteri mensintesis
berbagai protein yang berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan
tRNA. Penghambatan terjadi melalui interaksi dengan ribosom bakteri. Yang
termasuk dalam kelompok ini misalnya aminoglikosid, kloramfenikol,
tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin,
mupirosin, dan spektinomisin. Selain aminoglikosida, pada umumnya
antibiotic ini bersifat bakteriostatik.
14

3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat, misalnya


trimetoprim dan sulfonamid. Pada umumnya antibiotik ini bersifat
bakteriostatik.
4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, misalnya kuinolon,
nitrofurantoin.
5. Mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Antibiotika yang termasuk
adalah polimiksin.
Berdasarkan spektrum kerjanya, antibiotikterbagiatasduakelompokbesar,
yaitu antibiotik dengan aktivitas spektrum luas (broad spectrum) dan aktivitas
spektrum sempit (narrow spectrum).
1. Antibiotik spektrum luas (broad-spectrum)
Spektrum luas, bekerja terhadap lebih banyak bakteri, baik gram negatif
maupun gram positif serta jamur. Contohnya: tetrasiklin dan kloramfenikol.
2. Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum)
Antbiotik spektrum sempit bekerja terhadap beberapa jenis bakterisaja.
Contohnya: penisilin hanya bekerja terhadap bakteri gram positif dan
gentamisin hanya bekerja terhadap bakteri gram negatif.

2.5.4 Farmakokinetik dan Farkodinamik Antibiotik


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2011, Pemahaman
mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik sangat diperlukan
untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara tepat. Agar dapat
menunjukkan aktivitasnya sebagai bakterisida ataupun bakteriostatik, antibiotik
harus memiliki beberapa sifat berikut ini:
a. Aktivitas mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan
spesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan penisilin pada protein).
b. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi kadar
antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri.
c. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang cukup
memadai agar diperoleh efek yang adekuat.
15

d. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Secara umum terdapat dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat
farmakokinetikanya, yaitu;
a. Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam kadar
diatas Kadar Hambat Minimum (KHM) sangat penting untuk memperkirakan
outcome klinik ataupun kesembuhan. Pada kelompok ini kadar antibiotik
dalam darah diatas KHM paling tidak selama 50% interval dosis. Contoh
antibiotik yang tergolong time dependent killing antara lain penisilin,
sefalosporin, dan makrolida.
b. Concentration dependent. Semakin tinggi kadar antibiotika dalam darah
melampaui KHM maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri.
Untuk kelompok ini diperlukan rasio kadar/ KHM sekitar 10. Ini mengandung
arti bahwa rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki kadar dalam serum
atau jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM. Jika gagal mencapai kadar ini di
tempat infeksi atau jaringan akan mengakibatkan kegagalan terapi. Situasi
inilah yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab timbulnya resistensi.
Farmakokinetik (PK) membahas tentang perjalanan kadar antibiotik di
dalam tubuh, sedangkan farmakodinamik (PD) membahas tentang hubungan
antara kadar-kadar itu dan efek antibiotiknya. Dosis antibiotik dulunya hanya
ditentukan oleh parameter PK saja. Namun, ternyata PD juga memainkan peran
yang sama, atau bahkan lebih penting. Pada abad resistensi antibiotika yang terus
meningkat ini, PD bahkan menjadi lebih penting lagi, karena parameter-parameter
ini bisa digunakan untuk mendesain rejimen dosis yang melawan atau mencegah
resistensi.Jadi walaupun efikasi klinis dan keamanan masih menjadi standar emas
untuk membandingkan antibiotik, ukuran farmakokinetik danfarmakodinamik
telah semakin sering digunakan.Beberapa ukuran PK dan PD lebih prediktif
terhadap efikasi klinis.
16

2.5.5 Resistensi Antibiotik


Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri
dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang
seharusnya atau kadar hambat minimalnya (Utami, 2011).
Penyebab utama resistensi antibiotika adalah penggunaannya yang meluas
dan irrasional. Lebih dari separuh pasien dalam perawatan rumah sakit menerima
antibiotik sebagai pengobatan ataupun profilaksis. Sekitar 80% konsumsi
antibiotik dipakai untuk kepentingan manusia dan sedikitnya 40% berdasar
indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi virus. Terdapat beberapa faktor
yang mendukung terjadinya resistensi, antara lain:
1. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional): terlalu singkat, dalam dosis
yang terlalu rendah, diagnose awal yang salah, dalam potensi yang tidak
akurat.
2. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang
salah akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik dalam
penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk-
pilek, demam yang banyak dijumpai di masyarakat. Pasien dengan
kemampuan finansial yang baik akan meminta diberikan terapi antibiotik
yang paling baru dan mahal meskipun tidak diperlukan. Bahkan pasien
membeli antibiotika sendiri tanpa peresepan dari dokter (self medication).
Sedangkan pasien dengan kemampuan finansial yang rendah seringkali tidak
mampu untuk menuntaskan regimen terapi.
3. Peresepan: dalam jumlah besar, meningkatkan unnecessary health care
expenditure dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan baru. Peresepan
meningkat ketika diagnose awal belum pasti. Klinik sering kesulitan dalam
menentukan antibiotik yang tepat karena kurangnya pelatihan dalam hal
penyakit infeksi dan tatalaksana antibiotiknya.
4. Penggunaan monoterapi: dibandingkan dengan penggunaan terapi kombinasi,
penggunaan monoterapi lebih mudah menimbulkan resistensi.
17

5. Perilaku hidup sehat: terutama bagi tenaga kesehatan, misalnya mencuci


tangan setelah memeriksa pasien atau desinfeksi alat-alat yang akan dipakai
untuk memeriksa pasien.
6. Penggunaan di rumah sakit: adanya infeksi endemik atau epidemik memicu
penggunaan antibiotika yang lebih massif pada bangsal-bangsal rawat inap
terutama di intensive care unit. Kombinasi antara pemakaian antibiotik yang
lebih intensif dan lebih lama dengan adanya pasien yang sangat peka
terhadap infeksi, memudahkan terjadinya infeksi nosokomial.
7. Penggunaannya untuk hewan dan binatang ternak: antibiotik juga dipakai
untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi pada hewan ternak. Dalam
jumlah besar antibiotik digunakan sebagai suplemen rutin untuk profilaksis
atau merangsang pertumbuhan hewan ternak. Bila dipakai dengan dosis
subterapeutik, akan meningkatkan terjadinya resistensi.
8. Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh perusahaan farmasi
serta didukung pengaruh globalisasi, memudahkan terjadinya pertukaran
barang sehingga jumlah antibiotika yang beredar semakin luas. Hal ini
memudahkan akses masyarakat luas terhadap antibiotika.
9. Penelitian: kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan
antibiotika baru
10. Pengawasan: lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam
distribusi dan pemakaian antibiotika. Misalnya, pasien dapat dengan mudah
mendapatkan antibiotika meskipun tanpa peresepan dari dokter. Selain itu
juga kurangnya komitmen dari instansi terkait baik untuk meningkatkan mutu
obat maupun mengendalikan penyebaran infeksi (Kemenkes RI, 2011).

2.5.6 Prinsip Penggunaan Antibiotik


Penggunaan antibiotik yang rasional didasarkan pada pemahaman dari
banyak aspek penyakit infeksi.Faktor yang berhubungan dengan pertahanan tubuh
pasien, identitas, virulensi dan kepekaan mikroorganisme, farmakokinetika dan
farmakodinamika dari antibiotik perlu diperhatikan (Gould IM, et. al., 2005).
18

Pada fasilitas pelayanan kesehatan, antibiotik digunakan pada keadaan


berikut (Gyssens, 2005; Kemenkes RI.,2011) :
1. Terapi empiris.
Pemberian antibiotika untuk mengobati infeksi aktif pada pendekatan
buta (blind) sebelum mikroorganisme penyebab diidentifikasi dan antibiotik
yang sensitif ditentukan.Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris
adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga
menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.
Indikasi pemberian antibiotik pada terapi empiris adalah ditemukan sindrom
klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering
menjadi penyebab infeksi. Rute pemberian pada antibiotik oral seharusnya
menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat
dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral durasi pemberian
pada antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam.
2. Terapi definitif.
Pemberian antibiotik untuk mikroorganisme spesifik yang
menyebabkan infeksi aktif atau laten. Penggunaan antibiotik untuk terapi
definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui
jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya. Tujuan pemberian antibiotik
untuk terapi definitif adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri
yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi.
Indikasi pemberian antibiotik pada terapi definitif adalah sesuai dengan hasil
mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi. Rute pemberian adalah
antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada
infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik
parenteral. Jika kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotik
parenteral harus segera diganti dengan antibiotik peroral. Durasi pemberian
antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri
sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi.
19

3. Terapi profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah timbulnya
infeksi.Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal
yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
20

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif,
yaitu penelitian yang mendeskripsikan tentang tingkat pengetahuan masyarakat
Kelurahan Muara Laung I Kecamatan Laung Tuhup terhadap penggunaan
antibiotik.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
“deskriptif”. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan
objektif (Nazir, 2014).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Murung Raya pada bulan Februari
2021 sampai Juni 2021.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keselurahan objek penelitian untuk objek yang diteliti. Pada
penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa siswi MAN 2 Murung raya
berdasarkan jumlah siswa siswi tahun 2021 adalah 107 orang.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili) (Nazir, 2014).
Penelitian ini menggunakan metode Krejcie dan Morgan, Krejcie dan
Morgan memberikan panduan dalam menentukan jumlah anggota sampel dan
populasi tertentu dengan taraf kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5%.
21

Rumus Perhitungan Krejcie dan Morgan:

x 2 . N . P (1−P )
n=
( N −1). d 2 + x 2 . P ( 1−P )

Keterangan:
n = Ukuran sampel yang ingin ditentukan

X2 = Nilai Chi Kuadrat pada derajat bebas = 1 taraf signifikansi

tertentu, jika taraf signifikansi 95% (0,05) maka X2 = 3,841


N = Ukuran atau jumlah populasi
P = Proporsi karakteristik tertentu dalam populasi
d = Derajat akurasi yang diperoleh dengan menetapkan tingkat
kesalahan yang ditolerir

Diketahui:

N = 107

X2 = 3,841

P = 0,5

d = 0,05

Di tanya: sampel (n) ?

Jawaban:

x 2 . N . P (1−P )
n=
( N −1). d 2 + x 2 . P ( 1−P )

3,841. 107.(0 , 5.0 , 5)


n=
( 107−1 ) . 0 , 05 .0 , 05+3,841 .(0 ,5. 0 , 5)
22

410 , 99 .(0 ,25)


n=
106 .0,0025+ 3,841.(0 ,25)

410 , 99 .(0 , 25)


n=
0 ,26+ 0 , 96

102, 75
n=
1 ,22

n= 84,22

n≈85

Berdasarkan pada rumus penelitian diatas, dapat diketahui beberapa


keterangan mengenai Krejcie dan Morgan:
1. Table Krejcie-Morgan dapat digunakan untuk menentukan ukuran sampel,
hanya saja jika penelitian bertujuan untuk menduga proporsi populasi.
2. Asumsi tingkat keadaan 95% karena menggunakan nilai X2 = 3,841 yang
artinya memakai α = 0,05 pada derajat bebas 1.
3. Asumsi keragaman populasi yang dimasukkan dalam perhitungan adalah P(1-
P), dimana P=0,5.
4. Asumsi nilai galat pendugaan 5% (d=0,05).

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan Teknik Quota
Sampling. Quota sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara
menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam
pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak
jelas), kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sampel
secara sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai sampel dari populasi
tersebut (Kasiram, 2008).

3.5 Definisi Operasional


Menurut Sugiyono (2014) definisi operasional adalah penentuan konstrak
atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
23

Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan
mengoperasikan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan
cara pengukuran konstrak yang lebih baik. Definisi operasional dalam penelitian
ini yaitu:
1. Pengetahuan adalah segala yang diketahui oleh responden, dalam hal ini
adalah kemampuan Siswa siswi Tentang Penggunaan Antibiotik di MAN 2
Murung Raya dalam menjawab kuisioner/angket.
2. Tingkat pengetahuan adalah kemampuan Siswa Siswi Tentang Penggunaan
Antibiotik di MAN 2 Murung Raya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada di dalam kuisioner/angket tentang antibiotika berdasarkan indikator
dalam kuisioner yakni indikator 4T + 1W (Tepat obat, Tepat dosis, Tepat
indikasi, Tepat aturan pakai, dan Waspada terhadap efek samping).

3.6 Instrumen Penelitian


Data yang akan digunakan untuk penelitian, dikumpulkan terlebih dahulu
menggunakan instrument penelitian (Notoatmodjo, 2012). Instrumen penelitian
merupakan alat yang dipakai untuk mengumpulkan data agar lebih mudah untuk
diolah dengan hasil yang baik (Saryono, 2011).
Angket (kuisioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017:142). Instrument dalam penelitian
ini berupa kuisioner/angket yang telah divalidasi secara statistik dengan pilihan
jawaban “Ya” dan “Tidak”. Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini
adalah angket dengan jenis tertutup.
Berikut saya lampirkan link google form yang saya gunakan untuk
penelitian di MAN 2 Murung Raya: https://forms.gle/oVict1oqcSCY97TUA

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2015: 224). Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer
24

maupun sumber sekunder. Sumber primer adalahsumber data yang langsung


memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adalah sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015:
137).
Penelitian ini mengumpulkan data dari sumber primer, dengan
menggunakan instrument pengumpulan data berupa kuisioner (angket). Kuisioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2015: 142).
Angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan menggunakan
pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Angket yang berisi pernyataan dijawab
langsung oleh responden tanpa diwakilkan oleh orang lain. Angket tersebut berisi
daftar pernyataan yang disusun oleh peneliti dan responden memberikan jawaban
pada angket yang dibagikan peneliti dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data


Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa persentase, setelah
dilakukan pengumpulan data di sajikan dalam bentuk tabel. Adapun rumus
persentase yang merupakan proporsi pada hitungan 100% berdasarkan Sibagaring
(2010) dalam bukunya yaitu metode penelitian mengemukakan :

F
P= ×100 %
N

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Responden

100% = Pengali Tetap

Menurut (Notoatmodjo, 2010) criteria penelitian yang digunakan dalam


mengetahui data di tentukan dengan angka persentase sebagai berikut.
1. Kategori baik, apabila responden mendapat nilai > 75%.
25

2. Kategori sedang, apabila responden mendapat nilai 50-75%.


3. Kategori rendah, apabila responden mendapat nilai < 50%.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data


Berdasarkan jumlah sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu 85
orang sampel atau responden maka setiap wali kelas menyebarkan link google
form ke masing-masing kelas dan peneliti mendapatkan jawaban dari masing-
masing kelas melalui google form yang dibagikan dengan jawaban lengkap
seluruhnya. Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti dan
telah diolah dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Karakteristik responden

Karakteristik Jenis Kelamin N=85 Persentase


Perempuan 53 62,4%
Laki-laki 32 37,6%
Jumlah 85 100%
Karakteristik Kelas N=85 Persentase
X MIA 13 15,3%
X IIS 1 14 16,5%
X IIS 2 15 17,6%
XI MIA 14 16,5%
XI IIS 1 15 17,6%
XI IIS 2 14 16,5%
Jumlah 85 100%

Tabel 2. Hasil kuesioner berdasarkan kunci jawaban yang benar

Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban
Tidak
Tepat
Tepat
Antibiotik adalah obat yang digunakan
1 98,8% 1,2%
untuk menghambat dan membunuh bakteri.
2 Amoksisillin adalah obat golongan 96,5% 3,5%
26

Antibiotik.
Sirup Antibiotik boleh diguanakan lebih dari
3 37,6% 62,4%
7 hari setelah ditambahkan air.
Antibiotik golongan tetrasiklin dapat
4 88,2% 11,8%
diminum bersamaan dengan susu.
5 Antibiotik dapat dibeli di Toko Obat. 35,3% 64,7%
Antibiotik adalah jenis obat yang harus
6 94,1% 5,9%
dibeli dengan resep dokter.
Penggunaan Antibiotik yang tidak benar
7 85,9% 14,1%
dapat menyebabkan bakteri resisten (kebal).
Antibiotik harus diminum sampai habis,
8 89,4% 10,6%
minimal 3 sampai 5 hari.
9 Ampicilin termasuk contoh Antibiotik. 91,8% 8,2%
Antibiotika dapat digunakan untuk
10 mengobati penyakit yang disebabkan oleh 45,9% 54,1%
jamur.
11 Antibiotika diguanakan jika perlu 90,6% 9,4%
Sediaan Antibiotik dalam sediaan sirup
12 70,6% 29,4%
disimpan di lemari pendingin.
Flu dan batuk yang disebabkan oleh alergi
13 dapat diobati dengan menggunakan 31,8% 68,2%
Antibiotik.
Tanda yang dapat diatasi dengan Antibiotik
14 23,5% 76,5%
yaitu kemerahan, bengkak, nyeri, dan panas.
Pasien yang alergi terhadap Antibiotik dapat
15 mengkonsumsi Antibiotik sesuai anjuran 10,6% 89,4%
dokter.
Jumlah 990,6% 509,4%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 66,04% 33,96%
Jumlah kuesioner
Kriteria Sedang

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, data disajikan dalam bentuk
tabel berdasarkan indikator yang ada pada pernyataan kuesioner/angket.

Tabel 3. Indikator 1 (Tepat obat)

Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
Antibiotik adalah obat yang
1 digunakan untuk menghambat 98,8% 1,2% Baik
dan membunuh bakteri.
27

2 Amoksisillin adalah obat 96,5% 3,5% Baik


golongan Antibiotik.
9 Ampisilin termasuk contoh 91,8% 8,2% Baik
Antibiotik.
Antibiotika dapat digunakan
10 untuk mengobati penyakit yang 45,9% 54,1% Rendah
disebabkan oleh jamur.
Flu dan batuk yang disebabkan
13 oleh alergi dapat diobati dengan 31,8% 68,2% Rendah
menggunakan antibiotik.
Jumlah 364,8% 129,2%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 72,96% 25,84% Sedang
Jumlah kuesioner

Tabel 4. Indikator 2 (Tepat dosis)

Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
Antibiotik harus diminum
8 sampai habis, minimal 3 89,4% 10,6% Baik
sampai 5 hari.
Jumlah 89,4% 10,6%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 89,4% 10,6% Baik
Jumlah kuesioner

Tabel 5. Indikator 3 (Tepat Indikasi)

Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
14 Tanda yang dapat diatasi
dengan Antibiotik yaitu 23,5% 76,5% Rendah
kemerahan, bengkak, nyeri,
dan panas.
Jumlah 23,5% 76,5%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 23,5% 76,5% Rendah
Jumlah kuesioner
28

Tabel 6. Indikator 4 (Tepat aturan pakai)

Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
Sirup Antibiotik boleh
3 digunakan lebih dari 7 hari 37,6% 62,4% Rendah
setelah ditambahkan air.
Antibiotik golongan tetrasiklin
4 dapat diminum bersamaan 88,2% 11,8% Baik
dengan susu.
5 Antibiotik dapat dibeli di Toko 35,3% 64,7% Rendah
Obat
Antibiotik adalah jenis obat
6 yang harus dibeli dengan resep 94,1% 5,9% Baik
dokter.
11 Antibiotika digunakan jika 90,6% 9,4% Baik
perlu.
Sediaan Antibiotik dalam
12 sediaan sirup disimpan di 70,6% 29,4% Sedang
lemari pendingin.
Jumlah 416,4% 183,6%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 69,4% 30,6% Sedang
Jumlah kuesioner

Tabel 7. Indikator 5 (Waspada terhadap efek samping)

Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
Penggunaan Antibiotik yang
7 tidak benar dapat 85,9% 14,1% Baik
menyebabkan bakteri resisten
(kebal)
Pasien yang alergi terhadap
15 Antibiotik dapat 10,6% 89,4% Rendah
mengkonsumsi Antibiotik
sesuai anjuran dokter.
Jumlah 96,5% 103,5%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 48,25% 51,75% Rendah
Jumlah kuesioner
29

4.2 Pembahasan
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik,
antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan
bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk
penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik (Farida, 2018).
MAN 2 Murung Raya merupakan salahsatu Sekolah Madrasah Negeri di
Kabupaten Murung Raya yang beralamat di Jl. Ali Satri No. 1 Kelurahan Muara
Laung I Kecaman Laung Tuhup. Mayoritas siswa siswi di MAN 2 Murung Raya
masih tergolong anak beranjak remaja dengan rentang umur 15-18 tahun. Menurut
Purnamawati salahsatu angota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba,
penggunaan obat antimikroba jenis antibiotik yang paling tidak rasional justru
banyak terjadi pada anak dibandingkan orang dewasa. Tidak adanya sosialisasi
mengenai penggunaan antibiotik di MAN 2 Murung Raya mengakibatkan
ketidaktahuan siswa siswi dalam mengkonsumsi antibiotik secara rasional yang
pada akhirnya dapat menimbulkan hal yang fatal yaitu resistensi antibiotik.Hal ini
diperparah dengan banyaknya warung yang menjual antibiotik yang seharusnya
hanya bisa diperoleh melalui resep dokter, sehingga masyarakat maupun siswa
siswi dengan mudah memperoleh antibiotik.
Berdasarkan jumlah sampel yang ditetapkan oleh peneliti dengan
perhitungan yaitu 85 orang sampel atau responden, maka jumlah angket yang
telah dijawab dan kembali kepada peneliti sebanyak 85.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan persentase responden terbanyak
berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada penelitian ini adalah perempuan
dengan jumlah 53 responden hal ini disebabkan karena kebanyakan siswa yang
menempuh pendidikan di MAN 2 Murung Raya adalah perempuan.Sedangkan
untuk karakteristik kelas responden terbanyak terdapat di kelas X IIS 2 dan XI IIS
1 dengan jumlah 15 orang responden per kelas.
30

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di MAN 2 Murung


Raya terhadap 85 responden, pada (Tabel 2) secara keseluruhan dari hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan siswa siswi di Man 2 Murung Raya
tentang penggunaan antibiotik termasuk dalam kriteria tingkat pengetahuan
sedang berdasarkan kriteria jawaban benar. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa siswa siswi di MAN 2 Murung Raya memiliki tingkat pengetahuan yang
sedang mengenai penggunaan antibiotik secara umum.
Pada indikator pertama tepat obat terdiri dari 5 (lima) pernyataan yaitu
pernyataan nomor 1, 2, 9, 10 dan 13. Indikator ini bertujuan untuk mengetahui
apakah siswa siswi mengetahui tepat obat dalam penggunaan
antibiotik.Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, dari indikator pertama siswa
siswi di MAN 2 Murung Raya termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan
sedang. Hal ini disebabkan karena pemahaman yang cukup dari siswa siswi
mengenai tepat obat dalam penggunaan antibiotik secara umum. Dimana menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2011, tepat obat adalah keputusan untuk
melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar.
Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai
dengan spektrum penyakit.
Pada indikator kedua tepat dosis terdiri dari 1 (satu) pernyataan yaitu
pernyataan nomor 8. Indikator ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa siswi
mengetahui tepat dosis dalam penggunaan antibiotik. Berdasarkan hasil penelitian
yang didapat, dari indikator kedua siswa siswi di MAN 2 Murung Raya termasuk
dalam kategori tingkat pengetahuan baik. Hal ini dikarenakan pemahaman yang
cukup baik dari siswa siswi mengena tepati dosis dalam penggunaan antibiotik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2011, dosis, cara dan lama
pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis
yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi sempit, akan
sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak
akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
Pada indikator ketiga tepat indikasi terdiri dari 1 (satu) pernyataan yaitu
pernyataan nomor 14. Indikator ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa
31

siswi mengetahui tepat indikasi dalam penggunaan antibiotic. Berdasarkan hasil


penelitian yang didapat, dari indikator ketiga siswa siswi di MAN 2 Murung raya
termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan rendah. Hal ini disebabkan karena
pemahaman yang kurang mengenai indikasi-indikasi dari penggunaan antibiotik.
Tanda penyakit kemerahan, bengkak, nyeri dan panas merupakan indikasi
terjadinya inflamasi bukan dari penggunaan antibiotik.
Pada indikator keempat tepat aturan pakai terdiri dari 6 (enam) pernyataan
yaitu pernyataan nomor 3, 4, 5, 6, 11 dan 12. Indikator ini bertujuan untuk
mengetahui apakah siswa siswi mengetahui tepat aturan pakai dalam penggunaan
antibiotik. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, dari indikator keempat siswa
siswi di MAN 2 Murung Raya termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan
sedang. Hal ini dikarenakan pemahaman yang cukup mengenai aturan pakai dari
penggunaan antibiotik walaupun masih ada beberapa pemahaman yang kurang
mengenai penggunaan antibiotik di beberapa pernyataan misalnya di pernyataan
antibiotik dapat dibeli di Toko Obat. Hal ini disebabkan antibiotik dijual bebas di
toko-toko obat maupun warung kecil tanpa perlu menggunakan resep dokter, hal
ini menjadi normalisasi tindakan karena sudah dilakukan dalam waktu yang lama
tanpa diberikan edukasi dari puskesmas setempat.
Pada indikator kelima waspada terhadap efek samping terdiri dari 2 (dua)
pernyataan yaitu pernyataan nomor 7 dan 15. Indikator ini bertujuan untuk
mengetahui apakah siswa siswi mengetahui efek samping dari penggunaan
antibiotik. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, dari in dikator kelima siswa
siswi di MAN 2 Murung Raya termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan
rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa siswi terhadap
efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan
pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya atau
kadar hambat minimalnya(Utami, 2011). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI tahun 2011, hipersensitivitas antibiotik merupakan suatu keadaan yang
mungkin dijumpai pada penggunaan antibiotik, antara lain berupa pruritus-
32

urtikaria hingga reaksi anafilaksis. Dua pertiga kematian akibat anafilaksis


umumnya terjadi karena obstruksi saluran nafas.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan
Siswa Siswi Di MAN 2 Murung Raya Tentang Penggunaan Antibiotik memiliki
tingkat pengetahuan sedang berdasarkan kriteria jawaban benar dari keseluruhan
pernyataan yang dijawab oleh responden.
33

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Hasil penelitian berdasarkan 5 indikator yang digunakan yaitu 4T+1W
yaitu, indikator pertama dengan kategori tingkat pengetahuan sedang(72,96%),
indikator kedua dengan kategori tingkat pengetahuan baik(89,4%), indikator
ketiga dengan kategori tingkat pengetahuan rendah(23,5%), indikator keempat
dengan kategori tingkat pengetahuan sedang(69,4%) dan indikator kelima dengan
tingkat pengetahuan rendah(48,25%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa siswi di


MAN 2 Murung Raya berdasarkan jawaban yang benar adalah termasuk dalam
kategori tingkat pengetahuan sedang dengan jumlah jawaban yang tepat sebanyak
66,04%.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu:
1. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan pada hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik dan penggunaan
antibiotik dengan pedoman 4T + 1W di kalangan siswa siswi maupun di
masyarakat, karena masih banyak masyarakat yang kurang paham akan
penggunaan antibiotik.
2. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk meningkatkan
pengetahuan tentang obat-obatan khususnya antibiotik untuk meminimalisir
kesalahan penggunaan obat yang tidak tepat.
34

DAFTAR PUSTAKA

Budiman &Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap


Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta :Salemba Medika pp 66-69.

BPOM. 2015. Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawasan Obat dan
Makanan. Retrieved May 13, 2021, from
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/512-
sefalosporindan-antibiotik-beta-laktam-lainnya/5121

Desrini, 2015. Resisten Antibiotik, Akankah Dapat Dikendalikan. Jurnal


Kebijakan Kesehatan Indonesia. 6(4):1

Farida, Y. dan Dewi, M.A.C .2018. Tingkat Pengetahuan Pasien Rawat Jalan
Tentang Penggunaan Antibiotika di Puskesmas Wilayah Karanganyar.
Jakarta: Journal of Pharmaceutical Science and Clinial Research 01, 27-
35.

Handayani R, 2018. Peningkatan Pengetahuan Ibu-Ibu Rumah Tangga Dalam


Perilaku Pengobatan Sendiri Untuk Penatalaksanaan Demam Dengan
Metode Cara Belajar Ibu Aktif. Borneo Journal of Pharmacy, Volume 1
Issue 1, May 2018, Page 27-30.

Kasiram, Mohammad. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang:


UIN Malang Press. Hal 227

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2011. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman
Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta.

Muliati, F., 2014, Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Daun Paku Pyrrocia
lanceolata (L.) Farw. Terhadap Penghambatan Denaturasi Protein Secara
In Vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Setiabudy, R. 2011. Golongan Kuinolon dan Flurokuinolon.Farmakologi dan


Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Setiawan & Saryono. 2011. Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press.
35

Sibagariang.2010. Buku Saku Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma


Kesehatan. Jakarta: CV.Trans Info Media

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Utami, ER. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Maliki. Malang.

World Health Organization. 2015. Antibiotic Resistance.

Yarza HL, Yanwirasti Y, Irawati L. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan


SikapDenganPenggunaanAntibiotikTanpaResepDokter.
JurnalKesehatanAndalas. 2015;4(1).
36

LAMPIRAN

Lampiran 1.Surat Izin Penelitian


37

Lampiran 2.Surat Balasan Diizinkan Penelitian


38

Lampiran 3. Lembar Validasi


LEMBAR VALIDASI
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SISWI DI MAN 2
MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

A. Petunjuk
1. Mohon agar bapak/ibu memberikan penilaian ditinjau dari beberapa
aspek, yaitu materi kuesioner, konstruksi kuesioner dan bahasa yang
digunakan.
2. Untuk mengisi tabel validasi, mohon bapak/ibu memberikan tanda cek
(√) pada kolom yang sesuai dengan penilaian bapak/ibu.
3. Sebagai pedoman untuk mengisi tabel validasi, hal-hal yang perlu
dicermati :
a. Materi
1) Rumusan butir kuesioner sesuai dengan indikator
2) Batasan jawaban atau ruang lingkup yang diuji jelas, yaitu
uraian singkat dan jawaban tertutup
b. Kontruksi
1) Rumusan butiran kuesioner sesuai dengan indikator
2) Rumusan butiran kuesioner menimbulkan penafsiran ganda
c. Bahasa
1) Apakah kuesioner menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar?
2) Apakah kalimat kuesioner tidak komunikatif, menggunakan
bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan
kata-kata yang dikenal masyarakat?
4. Untuk saran-saran revisi, Bapak/Ibu dapat menuliskan pada naskah
yang perlu direvisi, atau menulisnya pada kolom saran yang kami
sediakan.
39

B. Tabel Penilaian Materi, Kontruksi, Bahasa dan Penilaian Soal


Kuisioner.
No. Materi Kontruksi Bahasa dan Penilaian
Buti Soal Kuisioner
r
S CS KS TS S CS KS TS DD CD KDD TDD
D

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.
40

15.

C. Keterangan
Materi Kontruksi Bahasa dan Penilaian
Soal Kuisioner

S : Sesuai S : Sesuai DD : Dapat


dipahami

CS : Cukup CS : Cukup CDD : Cukup


sesuai sesuai dapat
dipahami

KS : Kurang KS : Kurang KDD : Kurang


sesuai sesuai dapat
dipahami

TS : Tidak TS : Tidak TDD : Tidak


sesuai sesuai dapat
dipahami

D. Komentar dan saran perbaikan


41

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

Palangkaraya,................
Validator

Apt. Dewi Sari Mulia, S.Farm., M.Si


42

LEMBAR VALIDASI
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SISWI DI MAN 2
MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAN ANTIBIOTIK
A. Petunjuk
1. Mohon agar bapak/ibu memberikan penilaian ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu materi kuesioner, konstruksi kuesioner dan bahasa yang digunakan.
2. Untuk mengisi tabel validasi, mohon bapak/ibu memberikan tanda cek (√)
pada kolom yang sesuai dengan penilaian bapak/ibu.
3. Sebagai pedoman untuk mengisi tabel validasi, hal-hal yang perlu
dicermati :
a. Materi
1) Rumusan butir kuesioner sesuai dengan indikator
2) Batasan jawaban atau ruang lingkup yang diuji jelas, yaitu uraian
singkat dan jawaban tertutup
b. Kontruksi
1) Rumusan butiran kuesioner sesuai dengan indikator
2) Rumusan butiran kuesioner menimbulkan penafsiran ganda
c. Bahasa
1) Apakah kuesioner menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa indonesia yang baik dan benar?
2) Apakah kalimat kuesioner tidak komunikatif, menggunakan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan kata-kata
yang dikenal masyarakat?
4. Untuk saran-saran revisi, Bapak/Ibu dapat menuliskan pada naskah yang
perlu direvisi, atau menulisnya pada kolom saran yang kami sediakan.
43

B. Tabel Penilaian Materi, Kontruksi, Bahasa dan Penilaian Soal


Kuisioner.

No. Materi Kontruksi Bahasa dan Penilaian


Butir Soal Kuisioner

S CS KS TS S CS KS TS DD CDD KDD TDD

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.
44

C. Keterangan

Materi Kontruksi Bahasa dan Penilaian


Soal Kuisioner

S : Sesuai S : Sesuai DD : Dapat


dipahami

CS : Cukup CS : Cukup CDD : Cukup


sesuai sesuai dapat
dipahami

KS : Kurang KS : Kurang KDD : Kurang


sesuai sesuai dapat
dipahami

TS : Tidak TS : Tidak TDD : Tidak


sesuai sesuai dapat
dipahami

D. Komentar dan saran perbaikan


........................................................................................................................
45

........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

Palangkaraya,................
Validator

apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc

Lampiran 4.Kuesioner/Angket Kosong


KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN
SISWA SISWI DI MAN 2 MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
o Perempuan
o Laki-laki

1. Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk menghambat dan membunuh


bakteri.
o Ya
o Tidak
2. Amoksisillin adalah obat golongan Antibiotik.
o Ya
46

o Tidak
3. Sirup Antibiotik boleh digunakan lebih dari 7 hari setelah ditambahkan air.
o Ya
o Tidak
4. Antibiotik golongan tetrasiklin dapat diminum bersamaan dengan susu.
o Ya
o Tidak
5. Antibiotik dapat dibeli di Toko Obat.
o Ya
o Tidak
6. Antibiotik adalah jenis obat yang harus dibeli dengan resep dokter.
o Ya
o Tidak
o
7. Penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat menyebabkan bakteri resisten
(kebal).
o Ya
o Tidak
8. Antibiotik harus diminum sampai habis, minimal 3 sampai 5 hari.
o Ya
o Tidak
9. Ampisillin termasuk contoh Antibiotik.
o Ya
o Tidak
10. Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
jamur.
o Ya
o Tidak
11. Antibiotika digunakan jika perlu.
o Ya
47

o Tidak
12. Sediaan Antibiotik dalam sediaan sirup disimpan di lemari pendingin.
o Ya
o Tidak
13. Flu dan batuk yang disebabkan oleh alergi dapat diobati dengan menggunakan
Antibiotik.
o Ya
o Tidak
14. Tanda yang dapat diatasi dengan Antibiotik yaitu, kemerahan, bengkak, nyeri
dan panas.
o Ya
o Tidak
15. Pasien yang alergi terhadap Antibiotik dapat mengkonsumsi Antibiotik sesuai
anjuran dokter.
o Ya
o Tidak
Lampiran 5.Kunci Jawaban Kuesioner/Angket
Pernyataan Ya Tidak Literatur
1) Antibiotik adalah Menurut Departemen
obat yang digunakan Farmakologi dan Teraupetik
untuk menghambat √ Fakultas Kedokteran (2013).
dan membunuh
bakteri.
2) Amoksisillin adalah Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.
obat
Antibiotik.
golongan
√ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik.
3) Sirup Antibiotik Peraturan Menteri Kesehatan
boleh digunakan Republik Indonesia No.
lebih dari 7 hari √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
setelah ditambahkan
Penggunaan Antibiotik.
air.
4) Antibiotik golongan Peraturan Menteri Kesehatan
√ Republik Indonesia No.
48

tetrasiklin dapat 2406/MENKES/PER/XII/2011


diminum bersamaan tentang Pedoman Umum
dengan susu. Penggunaan Antibiotik.
5) Antibiotik dapat www.depkes.go.id
dibeli di Toko Obat. √ Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
6) Antibiotik adalah www.depkes.go.id
jenis obat yang harus
dibeli dengan resep
√ Kementerian
Republik Indonesia.
Kesehatan

dokter.
7) Penggunaan Peraturan Menteri Kesehatan
Antibiotik yang tidak Republik Indonesia No.
benar dapat √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
menyebabkan bakteri
Penggunaan Antibiotik.
resisten (kebal).
8) Antibiotik harus Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.
diminum sampai
habis, minimal 3 √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
sampai 5 hari.
Penggunaan Antibiotik.

9) Ampisillin termasuk Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No.
contoh Antibiotik.
√ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik.
10) Antibiotik dapat Peraturan Menteri Kesehatan
digunakan untuk Republik Indonesia No.
mengobati penyakit √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
yang disebabkan
Penggunaan Antibiotik.
oleh jamur.
11) Antibiotik digunakan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.
jika perlu.
√ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik.
12) Sediaan Antibiotik Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.
dalam sediaan sirup
disimpan di lemari √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
pendingin.
Penggunaan Antibiotik.
49

13) Flu dan batuk yang Peraturan Menteri Kesehatan


disebabkan oleh Republik Indonesia No.
alergi dapat diobati √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
menggunakan
Penggunaan Antibiotik.
Antibiotik.
14) Tanda yang dapat Menurut Muliati, F., 2014, Uji
diatasi dengan Aktivitas Antiinflamasi
Ekstrak Daun Paku Pyrrocia
Antibiotik yaitu,
kemerahan, bengkak,
√ lanceolata (L.) Farw.
Terhadap Penghambatan
nyeri dan panas. Denaturasi Protein Secara In
Vitro, Skripsi,
15) Pasien yang alergi Peraturan Menteri Kesehatan
terhadap Antibiotik Republik Indonesia No.
dapat mengkonsumsi √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
Antibiotik sesuai
Penggunaan Antibiotik.
anjuran dokter
50

Lampiran 6.Dokumentasi Penelitian


51
52

Lampiran 7.Hasil Pengisian Kuesioner/Angket Oleh Responden


53
54
55
56

Lampiran 7.Data Responden


Nomor Urut Soal
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
N 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0
ATS 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
J 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
MKK 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
WA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
IA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
I 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
KW 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
J 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
AAN 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
ASN 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
PA 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0
BA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
N 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
MR 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
WA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
P 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
NHW 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
EKN 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
IDA 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0
AN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
MKK 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
57

RAP 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
ADS 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
MNY 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
AA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
SR 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
NMR 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
MRH 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0
N 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
S 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
HNP 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
NC 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1
K 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
AAA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
EA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
E 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
HN 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
LDY 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
N 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
N 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
TAA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
A 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
D 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
MR 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
AA 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
SH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
58

A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
F 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
EI 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
KT 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
A 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
MSP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
MHS 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
RCL 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
R 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
EA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
AAW 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
MR 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
EL 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
E 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
MAP 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
ML 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0
FM 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
IAS 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
AIF 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
IW 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0
S 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
59

E 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0
SDM 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0
ZR 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
S 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
SD 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0
EHR 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
SAA 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
HR 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
E 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
ERG 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
SN 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
Jumlah 84 82 32 75 30 80 73 76 78 39 77 60 27 20 9
98,8 98,5 37, 88,2 35, 94, 85, 89, 91, 45,9 90,6 70,6 31,8 23,5 10,6
Benar
% % 6% % 3% 1% 9% 4% 8% % % % % % %
1,2 3,5% 62, 11,8 64, 5,9 14, 10, 8,2 54,1 9,4% 29,4 68,2 76,5 89,4
Salah
% 4% % 7% % 1% 6% % % % % % %
60

Lampiran 8.Perhitungan Persentase Kuesioner/Angket


1. Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk menghmbat dan membunuh
bakteri.
84
Benar = x 100 % = 98,8%
85
1
Salah = x 100 % = 1,2%
85
2. Amoksisillin adalah obat golongan Antibiotik.
82
Benar = x 100 % = 96,5%
85
3
Salah = x 100 % = 3,5%
85
3. Sirup Antibiotik boleh digunakan lebih dari 7 hari setelah ditambahkan air.
32
Benar = x 100 % = 37,6%
85
53
Salah = x 100 % = 62,4%
85
4. Antibiotik golongan tetrasiklin dapat diminum bersamaan dengan susu.
75
Benar = x 100 % = 88,2%
85
10
Salah = x 100 % = 11,8%
85
5. Antibiotik dapat dibeli di Toko Obat.
30
Benar = x 100 % = 35,3%
85
50
Salah = x 100 % = 64,7%
85
6. Antibiotik adalah jenis obat yang harus dibeli dengan resep dokter.
80
Benar = x 100 % = 94,1%
85
5
Salah = x 100 % = 5,9%
85
7. Penggunaan Antibiotik yang tidak benar dapat menyebabkan bakteri resisten
(kebal).
61

73
Benar = x 100 % = 85,9%
85
12
Salah = x 100 % = 14,1%
85
8. Antibiotik harus diminum sampai habis, minimal 3 wsampai 5 hari.
76
Benar = x 100 % = 89,4%
85
9
Salah = x 100 % = 10,6%
85
9. Ampicillin termasuk contoh Antibiotik.
78
Benar = x 100 % = 91,8%
85
7
Salah = x 100 % = 8,2%
85
10. Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
jamur.
39
Benar = x 100 % = 45,9%
85
46
Salah = x 100 % = 54,1%
85
11. Antibiotika digunakan jika perlu.
77
Benar = x 100 % = 90,6%
85
8
Salah = x 100 % = 9,4%
85
12. Sediaan Antibiotik dalam sediaan sirup disimpan di lemari pendingin.
60
Benar = x 100 % = 70,6%
85
25
Salah = x 100 % = 29,4%
85
13. Flu dan batuk yang disebabkan oleh alergi dspat diobati dengan menggunakan
antibiotik.
27
Benar = x 100 % = 31,8%
85
62

58
Salah = x 100 % = 68,2%
85
14. Tanda yang dapat diatasi dengan Antibiotik yaitu, kemerahan, bengkak, nyeri
dan panas.
20
Benar = x 100 % = 23,5%
85
65
Salah = x 100 % = 76,5%
85
15. Pasien yang alergi terhadap Antibiotik dapat mengkonsumsi Antibiotik sesuai
anjuran dokter.
9
Benar = x 100 % = 10,6%
85
76
Salah = x 100 % = 89,4%
85

Anda mungkin juga menyukai