THESSA NORSANTIKA
18.71.019313
i
KARYA TULIS ILMIAH
THESSA NORSANTIKA
18.71.019313
THESSA NORSANTIKA
18.71.019313
Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Memgajukan Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah
Pada Program Studi DIII Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Apt. Dewi Sari Mulia, S.Farm., M.Si Apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc
iii
HALAMAN PENGESAHAN
THESSA NORSANTIKA
18.71.019313
apt. Dewi Sari Mulia, S.Farm., M.Si apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc
NIDN. 1123098702 NIDN. 1101088601
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Program Studi
DIII Farmasi
iv
HALAMAN PENGUJIAN
THESSA NORSANTIKA
18.71.019313
TIM PENGUJI
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Thessa Norsantika
18.71.91831
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sujud syukur kepada Allah SWT, yang Maha Esa, Dzat yang Maha Agung
dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan semesta raya.
Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah
mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa sebagai kebenaran sejati pada jiwa-jiwa
pencinta-Nya, untuk jiwa-jiwa suci yang senantiasa menghembuskan nafas-Nya,
menuliskan keberkahan nama-Nya.
Dengan segenap rasa cinta dan kasih, saya persembahkan karya kecil ini
untuk orang-orang terkasih...
1. Ayahanda saya yang tercinta Salahudin dan Ibunda tersayang Normilawati,
serta kakak kandung saya Ahmad Ganosa, yang senantiasa selalu mendoakan,
mendukung dan selalu memberi semangat serta nasihat, menyayangi serta
mengasihi saya dengan penuh rasa cinta.
2. Tiada pantas kata selain terimakasih yang tak terhingga untuk Bapak/Ibu
Dosen Fakultas Farmasi atas ilmu yang telah engkau berikan, jasa-jasamu
takkan pernah saya lupa
3. Untuk Ibu Dewi Sari Mulia., M.Si dan Ibu Nurul Chusna., M.Sc selaku dosen
pembimbing saya, yang telah banyak membantu, memberi masukan, dan
arahan dalam penelitian ini.
4. Untuk sahabat-sahabat saya, Siti Normi, Zira Safira dan Lili Purwasih yang
selalu memberi semangat, motivasi dan masukan dalam mengerjakan KTI saya
serta banyak hal yang mereka korbankan seperti waktu dan tenaga untuk
menemani saya di titik yang hampir membuat saya menyerah.
5. Untuk rekan tim saya, Andin, Anisa dan Anya yang selalu ada menemani di
keadaan jenuh saya dalam mengerjakan KTI serta memberikan banyak
dukungan dan pengalaman selama bergabung di dunia E-Sport khususnya
PUBG Mobile.
vii
6. Untuk teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2018 yang saling memberi
semangat, motivasi, dan masukan, mari kita bersama-sama mengucapkan
sumpah janji dan memakai baju toga.
7. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing me, I
wanna Thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no
days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me at all times.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatu,
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa Siswi
di MAN 2 Murung Raya Tentang Penggunaan Antibiotik” sebagai salah satu
syarat akademik dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Farmasi
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Penulis sangat berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penggunaan antibiotik dan
bisa dilanjutkan untuk melakukan penelitian Karya Tulis Ilmiah. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini penulis banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Sonedi, M. Pd Selaku Rektor Muhammadiyah Palangkaraya.
2. Ibu Nurhalina, SKM., M.Epid, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
3. Ibu Apt. Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc, selaku Ketua Program Studi D-III
Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkarayasekaligus Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta masukan dalam
selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Apt. Dewi Sari Mulia., S.Farm., M.Si, selaku Dosen Pembimbing
Akademik Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya, dan juga selaku pembimbing I yang telah
ix
memberikan nasihat, bimbingan serta masukan selama penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan saran, nasihat, dan dukungan.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini.
x
DAFAR ISI
xi
BAB III METODELOGI PENELITIAN.......................................................20
3.1 Jenis dan Metode Penelitian.........................................................20
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................20
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................20
3.3.1 Populasi..............................................................................20
3.3.2 Sampel................................................................................20
3.4 Teknik Pengambilan Sampel........................................................22
3.5 Definisi Operasional.....................................................................22
3.6 Instrumen Penelitian.....................................................................23
3.7 Teknik Pengumpulan Data...........................................................23
3.8 Pengolahan dan Analisis Data......................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................25
4.1 Hasil Data.....................................................................................25
4.2 Pembahasan..................................................................................29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...............................................................33
5.1 Simpulan......................................................................................33
5.2 Saran.............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit,
tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya
Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
menyebutkan bahwa Sejumlah 103.860 atau 35,2% dari 294.959 Rumah Tangga
di Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi. Proporsi rumah tangga yang
menyimpan antibiotika tanpa resep dokter di Kalimantan Tengah yaitu sebesar
93,4% nilai ini paling besar diantara semua provinsi di Indonesia. Penggunaan
antibiotika akan menguntungkan dan memberikan efek bila diresepkan dan
konsumsi sesuai dengan aturan. Namun, sekarang ini antibiotika telah digunakan
secara bebas dan luas oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari pemakaian
tanpa aturan. Penggunaan tanpa aturan mengakibatkan keefektifan dari antibiotika
akan berkurang (Yarza et al., 2015).
Dalam situsnya, WHO menjelaskan bahwa definisi Penggunaan Obat
Rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan
klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang
sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan
masyarakat. Dengan empat kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu dan biaya
yang sesuai, POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang
efektif. Tujuan dari penggunaan obat rasional yaitu untuk menjamin pasien
mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu
yang adekuat dengan harga yang terjangkau.
MAN 2 Murung Raya merupakan salahsatu Sekolah Madrasah Negeri di
Kabupaten Murung Raya yang beralamat di Jl. Ali Satri No. 1 Kelurahan Muara
Laung I Kecaman Laung Tuhup. Mayoritas siswa siswi di MAN 2 Murung Raya
masih tergolong anak beranjak remaja dengan rentang umur 15-18 tahun.Menurut
Purnamawati salahsatu angota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba,
penggunaan obat antimikroba jenis antibiotik yang paling tidak rasional justru
banyak terjadi pada anak dibandingkan orang dewasa.Tidak adanya sosialisasi
mengenai penggunaan antibiotik di MAN 2 Murung Raya mengakibatkan
ketidaktahuan siswa siswi dalam mengkonsumsi antibiotik secara rasional yang
3
pada akhirnya dapat menimbulkan hal yang fatal yaitu resistensi antibiotik.Hal ini
diperparah dengan banyaknya warung yang menjual antibiotik yang seharusnya
hanya bisa diperoleh melalui resep dokter, sehingga masyarakat maupun siswa
siswi dengan mudah memperoleh antibiotik.Berdasarkan uraian diatas maka dari
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Siswa Siswi MAN 2 Murung
Raya mengenai pengetahuan tentang penggunaan antibiotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera pendengaran,
penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia
di dapat melalui mata dan telinga.
1. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang
tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat
akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat
yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
2. Tepat Indikasi Penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik,
misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian
obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi
bakteri.
3. Tepat Pemilihan Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang
memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
4. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek
terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang
dengan rentang terapi sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar
terapi yang diharapkan.
5. Tepat Cara Pemberian
Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula
antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk ikatan,
sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya.
6. Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian
obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum
obat. Obat yang harus diminum 3x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut
harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
8
2.4 Inflamasi
Radang atau inflamasi adalah respon fisiologis terhadap infeksi dan cedera
jaringan, radang juga menginisiasi pembunuhan patogen, proses perbaikan
jaringan dan membantu mengembalikan homeostasis pada tempat yang terinfeksi
atau cedera. Jika respon antiinflamasi gagal beregulasi, dapat mengakibatkan
cedera kronis dan membantu perkembangan penyakit yang terkait (Calder et al.,
2009). Inflamasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu akut dan kronik. Inflamasi
akut mempunyai onset dan durasi yang lebih cepat. Inflamasi akut terjadi dengan
durasi waktu beberapa menit sampai beberapa hari, ditandai dengan adanya cairan
eksudat protein plasma maupun akumulasi leukosit neutrofilik yang dominan.
Inflamasi kronik memiliki durasi yang lebih lama yaitu dalam hitungan hari
10
hingga tahun. Menurut Kumar et al (2007) dalam Utami et al (2011) tipe inflamasi
kronik ditentukan oleh peningkatan jumlah limfosit dan makrofag yang
berhubungan dengan proliferasi vaskular dan fibrosis.
Beberapa tanda inflamasi (Muliati, 2014) :
1. Rubor atau kemerahan
Menurut Price & Wilson (1995) dalam Lumbanraja (2009) Kemerahan
atau rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada saat mengalami
peradangan. Ketika reaksi peradangan mulai timbul maka arteri yang
mensuplai darah ke daerah tersebut melebar, oleh karena itu darah mengalir
lebih banyak ke dalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh darah yang sebelumnya
kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh olehdarah.
Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti menyebabkan warna merah
lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia merupakan permulaan
reaksi peradangan diatur oleh tubuh melalui pengeluaran zat mediator seperti
histamin.
2. Kalor atau peningkatan suhu tubuh
Panas merupakan reaksi pada permukaan tubuh yakni kulit yang terjadi
bersamaan dengan kemerahan akibat peradangan. Daerah peradangan pada
kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, hal ini terjadi karena darah
dengan suhu 37oC lebih banyak disalurkan ke permukaan daerah yang terkena
radang lebih banyak dibandingkan ke daerah normal.
3. Dolor atau nyeri
Rasa sakit atau dolor dari reaksi peradangan dihasilkan dengan
berbagai mekanisme. Perubahan pH lokal atau konsentrasi ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung-ujung saraf untuk mengeluarkan zat kimia tertentu
misalnya mediator histamin atau mediator lainnya yang menyebabkan
pembengkakan dan peradangan pada jaringan sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dapat menimbulkan rasa sakit (Lumbanraja, 2009).
4. Tumor atau pembengkakan
Gejala dari peradangan akut adalah tumor atau pembengkakan. Hal ini
terjadi akibat meningkatnya permeabilitas dinding kapiler serta adanya
11
penyaluran cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan yang cedera.
Pada peradangan, dinding kapiler tersebut menjadi lebih permeabel dan lebih
mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama albumin yang diikuti oleh
molekul yang lebih besar sehingga plasma jaringan mengandung lebih banyak
protein yang kemudian meninggalkan kapiler dan masuk ke dalam jaringan
sehingga menyebabkan jaringan menjadi bengkak.
5. Functio Laesa
Functio laesa adalah reaksi peradangan yang ditandai dengan nyeri
disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah
yang meningkat sehingga menghasilkan lingkungan kimiawi lokal yang
abnormal dan menjadikan jaringan yang terinflamasi tersebut tidak berfungsi
normal (Dyaningsih, 2007).
2.5 Antibiotik
2.5.1 Definisi Antibiotik
Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik dan
agen kemoterapetik. Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, contohnya penisilin,
sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan lain-lain. Antibiotik yang relatif non
toksis bagi penggunanya digunakan sebagai agen kemoterapetik dalam
pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tanaman. Istilah ini
sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
tetapi penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semi sintetik
dengan aktivitas kimia yang mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon dan
fluorikuinolon (Setiabudy, 2011; Dorland, 2010).
d. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Secara umum terdapat dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat
farmakokinetikanya, yaitu;
a. Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam kadar
diatas Kadar Hambat Minimum (KHM) sangat penting untuk memperkirakan
outcome klinik ataupun kesembuhan. Pada kelompok ini kadar antibiotik
dalam darah diatas KHM paling tidak selama 50% interval dosis. Contoh
antibiotik yang tergolong time dependent killing antara lain penisilin,
sefalosporin, dan makrolida.
b. Concentration dependent. Semakin tinggi kadar antibiotika dalam darah
melampaui KHM maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri.
Untuk kelompok ini diperlukan rasio kadar/ KHM sekitar 10. Ini mengandung
arti bahwa rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki kadar dalam serum
atau jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM. Jika gagal mencapai kadar ini di
tempat infeksi atau jaringan akan mengakibatkan kegagalan terapi. Situasi
inilah yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab timbulnya resistensi.
Farmakokinetik (PK) membahas tentang perjalanan kadar antibiotik di
dalam tubuh, sedangkan farmakodinamik (PD) membahas tentang hubungan
antara kadar-kadar itu dan efek antibiotiknya. Dosis antibiotik dulunya hanya
ditentukan oleh parameter PK saja. Namun, ternyata PD juga memainkan peran
yang sama, atau bahkan lebih penting. Pada abad resistensi antibiotika yang terus
meningkat ini, PD bahkan menjadi lebih penting lagi, karena parameter-parameter
ini bisa digunakan untuk mendesain rejimen dosis yang melawan atau mencegah
resistensi.Jadi walaupun efikasi klinis dan keamanan masih menjadi standar emas
untuk membandingkan antibiotik, ukuran farmakokinetik danfarmakodinamik
telah semakin sering digunakan.Beberapa ukuran PK dan PD lebih prediktif
terhadap efikasi klinis.
16
3. Terapi profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah timbulnya
infeksi.Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal
yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
20
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili) (Nazir, 2014).
Penelitian ini menggunakan metode Krejcie dan Morgan, Krejcie dan
Morgan memberikan panduan dalam menentukan jumlah anggota sampel dan
populasi tertentu dengan taraf kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5%.
21
x 2 . N . P (1−P )
n=
( N −1). d 2 + x 2 . P ( 1−P )
Keterangan:
n = Ukuran sampel yang ingin ditentukan
Diketahui:
N = 107
X2 = 3,841
P = 0,5
d = 0,05
Jawaban:
x 2 . N . P (1−P )
n=
( N −1). d 2 + x 2 . P ( 1−P )
102, 75
n=
1 ,22
n= 84,22
n≈85
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan
mengoperasikan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan
cara pengukuran konstrak yang lebih baik. Definisi operasional dalam penelitian
ini yaitu:
1. Pengetahuan adalah segala yang diketahui oleh responden, dalam hal ini
adalah kemampuan Siswa siswi Tentang Penggunaan Antibiotik di MAN 2
Murung Raya dalam menjawab kuisioner/angket.
2. Tingkat pengetahuan adalah kemampuan Siswa Siswi Tentang Penggunaan
Antibiotik di MAN 2 Murung Raya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada di dalam kuisioner/angket tentang antibiotika berdasarkan indikator
dalam kuisioner yakni indikator 4T + 1W (Tepat obat, Tepat dosis, Tepat
indikasi, Tepat aturan pakai, dan Waspada terhadap efek samping).
F
P= ×100 %
N
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Responden
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban
Tidak
Tepat
Tepat
Antibiotik adalah obat yang digunakan
1 98,8% 1,2%
untuk menghambat dan membunuh bakteri.
2 Amoksisillin adalah obat golongan 96,5% 3,5%
26
Antibiotik.
Sirup Antibiotik boleh diguanakan lebih dari
3 37,6% 62,4%
7 hari setelah ditambahkan air.
Antibiotik golongan tetrasiklin dapat
4 88,2% 11,8%
diminum bersamaan dengan susu.
5 Antibiotik dapat dibeli di Toko Obat. 35,3% 64,7%
Antibiotik adalah jenis obat yang harus
6 94,1% 5,9%
dibeli dengan resep dokter.
Penggunaan Antibiotik yang tidak benar
7 85,9% 14,1%
dapat menyebabkan bakteri resisten (kebal).
Antibiotik harus diminum sampai habis,
8 89,4% 10,6%
minimal 3 sampai 5 hari.
9 Ampicilin termasuk contoh Antibiotik. 91,8% 8,2%
Antibiotika dapat digunakan untuk
10 mengobati penyakit yang disebabkan oleh 45,9% 54,1%
jamur.
11 Antibiotika diguanakan jika perlu 90,6% 9,4%
Sediaan Antibiotik dalam sediaan sirup
12 70,6% 29,4%
disimpan di lemari pendingin.
Flu dan batuk yang disebabkan oleh alergi
13 dapat diobati dengan menggunakan 31,8% 68,2%
Antibiotik.
Tanda yang dapat diatasi dengan Antibiotik
14 23,5% 76,5%
yaitu kemerahan, bengkak, nyeri, dan panas.
Pasien yang alergi terhadap Antibiotik dapat
15 mengkonsumsi Antibiotik sesuai anjuran 10,6% 89,4%
dokter.
Jumlah 990,6% 509,4%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 66,04% 33,96%
Jumlah kuesioner
Kriteria Sedang
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, data disajikan dalam bentuk
tabel berdasarkan indikator yang ada pada pernyataan kuesioner/angket.
Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
Antibiotik adalah obat yang
1 digunakan untuk menghambat 98,8% 1,2% Baik
dan membunuh bakteri.
27
Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
Antibiotik harus diminum
8 sampai habis, minimal 3 89,4% 10,6% Baik
sampai 5 hari.
Jumlah 89,4% 10,6%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 89,4% 10,6% Baik
Jumlah kuesioner
Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
14 Tanda yang dapat diatasi
dengan Antibiotik yaitu 23,5% 76,5% Rendah
kemerahan, bengkak, nyeri,
dan panas.
Jumlah 23,5% 76,5%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 23,5% 76,5% Rendah
Jumlah kuesioner
28
Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
Sirup Antibiotik boleh
3 digunakan lebih dari 7 hari 37,6% 62,4% Rendah
setelah ditambahkan air.
Antibiotik golongan tetrasiklin
4 dapat diminum bersamaan 88,2% 11,8% Baik
dengan susu.
5 Antibiotik dapat dibeli di Toko 35,3% 64,7% Rendah
Obat
Antibiotik adalah jenis obat
6 yang harus dibeli dengan resep 94,1% 5,9% Baik
dokter.
11 Antibiotika digunakan jika 90,6% 9,4% Baik
perlu.
Sediaan Antibiotik dalam
12 sediaan sirup disimpan di 70,6% 29,4% Sedang
lemari pendingin.
Jumlah 416,4% 183,6%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 69,4% 30,6% Sedang
Jumlah kuesioner
Persentase Jawaban %
Jawaban
No Soal Angket/Kuesioner Jawaban Kriteria
Tidak
Tepat
Tepat
Penggunaan Antibiotik yang
7 tidak benar dapat 85,9% 14,1% Baik
menyebabkan bakteri resisten
(kebal)
Pasien yang alergi terhadap
15 Antibiotik dapat 10,6% 89,4% Rendah
mengkonsumsi Antibiotik
sesuai anjuran dokter.
Jumlah 96,5% 103,5%
Jumlah keseluruhan
Rata−rata= 48,25% 51,75% Rendah
Jumlah kuesioner
29
4.2 Pembahasan
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik,
antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan
bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk
penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik (Farida, 2018).
MAN 2 Murung Raya merupakan salahsatu Sekolah Madrasah Negeri di
Kabupaten Murung Raya yang beralamat di Jl. Ali Satri No. 1 Kelurahan Muara
Laung I Kecaman Laung Tuhup. Mayoritas siswa siswi di MAN 2 Murung Raya
masih tergolong anak beranjak remaja dengan rentang umur 15-18 tahun. Menurut
Purnamawati salahsatu angota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba,
penggunaan obat antimikroba jenis antibiotik yang paling tidak rasional justru
banyak terjadi pada anak dibandingkan orang dewasa. Tidak adanya sosialisasi
mengenai penggunaan antibiotik di MAN 2 Murung Raya mengakibatkan
ketidaktahuan siswa siswi dalam mengkonsumsi antibiotik secara rasional yang
pada akhirnya dapat menimbulkan hal yang fatal yaitu resistensi antibiotik.Hal ini
diperparah dengan banyaknya warung yang menjual antibiotik yang seharusnya
hanya bisa diperoleh melalui resep dokter, sehingga masyarakat maupun siswa
siswi dengan mudah memperoleh antibiotik.
Berdasarkan jumlah sampel yang ditetapkan oleh peneliti dengan
perhitungan yaitu 85 orang sampel atau responden, maka jumlah angket yang
telah dijawab dan kembali kepada peneliti sebanyak 85.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan persentase responden terbanyak
berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada penelitian ini adalah perempuan
dengan jumlah 53 responden hal ini disebabkan karena kebanyakan siswa yang
menempuh pendidikan di MAN 2 Murung Raya adalah perempuan.Sedangkan
untuk karakteristik kelas responden terbanyak terdapat di kelas X IIS 2 dan XI IIS
1 dengan jumlah 15 orang responden per kelas.
30
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil penelitian berdasarkan 5 indikator yang digunakan yaitu 4T+1W
yaitu, indikator pertama dengan kategori tingkat pengetahuan sedang(72,96%),
indikator kedua dengan kategori tingkat pengetahuan baik(89,4%), indikator
ketiga dengan kategori tingkat pengetahuan rendah(23,5%), indikator keempat
dengan kategori tingkat pengetahuan sedang(69,4%) dan indikator kelima dengan
tingkat pengetahuan rendah(48,25%).
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu:
1. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan pada hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik dan penggunaan
antibiotik dengan pedoman 4T + 1W di kalangan siswa siswi maupun di
masyarakat, karena masih banyak masyarakat yang kurang paham akan
penggunaan antibiotik.
2. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk meningkatkan
pengetahuan tentang obat-obatan khususnya antibiotik untuk meminimalisir
kesalahan penggunaan obat yang tidak tepat.
34
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2015. Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawasan Obat dan
Makanan. Retrieved May 13, 2021, from
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/512-
sefalosporindan-antibiotik-beta-laktam-lainnya/5121
Farida, Y. dan Dewi, M.A.C .2018. Tingkat Pengetahuan Pasien Rawat Jalan
Tentang Penggunaan Antibiotika di Puskesmas Wilayah Karanganyar.
Jakarta: Journal of Pharmaceutical Science and Clinial Research 01, 27-
35.
Muliati, F., 2014, Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Daun Paku Pyrrocia
lanceolata (L.) Farw. Terhadap Penghambatan Denaturasi Protein Secara
In Vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Setiawan & Saryono. 2011. Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press.
35
Utami, ER. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Maliki. Malang.
LAMPIRAN
A. Petunjuk
1. Mohon agar bapak/ibu memberikan penilaian ditinjau dari beberapa
aspek, yaitu materi kuesioner, konstruksi kuesioner dan bahasa yang
digunakan.
2. Untuk mengisi tabel validasi, mohon bapak/ibu memberikan tanda cek
(√) pada kolom yang sesuai dengan penilaian bapak/ibu.
3. Sebagai pedoman untuk mengisi tabel validasi, hal-hal yang perlu
dicermati :
a. Materi
1) Rumusan butir kuesioner sesuai dengan indikator
2) Batasan jawaban atau ruang lingkup yang diuji jelas, yaitu
uraian singkat dan jawaban tertutup
b. Kontruksi
1) Rumusan butiran kuesioner sesuai dengan indikator
2) Rumusan butiran kuesioner menimbulkan penafsiran ganda
c. Bahasa
1) Apakah kuesioner menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar?
2) Apakah kalimat kuesioner tidak komunikatif, menggunakan
bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan
kata-kata yang dikenal masyarakat?
4. Untuk saran-saran revisi, Bapak/Ibu dapat menuliskan pada naskah
yang perlu direvisi, atau menulisnya pada kolom saran yang kami
sediakan.
39
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
40
15.
C. Keterangan
Materi Kontruksi Bahasa dan Penilaian
Soal Kuisioner
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Palangkaraya,................
Validator
LEMBAR VALIDASI
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SISWI DI MAN 2
MURUNG RAYA TENTANG PENGGUNAN ANTIBIOTIK
A. Petunjuk
1. Mohon agar bapak/ibu memberikan penilaian ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu materi kuesioner, konstruksi kuesioner dan bahasa yang digunakan.
2. Untuk mengisi tabel validasi, mohon bapak/ibu memberikan tanda cek (√)
pada kolom yang sesuai dengan penilaian bapak/ibu.
3. Sebagai pedoman untuk mengisi tabel validasi, hal-hal yang perlu
dicermati :
a. Materi
1) Rumusan butir kuesioner sesuai dengan indikator
2) Batasan jawaban atau ruang lingkup yang diuji jelas, yaitu uraian
singkat dan jawaban tertutup
b. Kontruksi
1) Rumusan butiran kuesioner sesuai dengan indikator
2) Rumusan butiran kuesioner menimbulkan penafsiran ganda
c. Bahasa
1) Apakah kuesioner menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa indonesia yang baik dan benar?
2) Apakah kalimat kuesioner tidak komunikatif, menggunakan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan kata-kata
yang dikenal masyarakat?
4. Untuk saran-saran revisi, Bapak/Ibu dapat menuliskan pada naskah yang
perlu direvisi, atau menulisnya pada kolom saran yang kami sediakan.
43
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
44
C. Keterangan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Palangkaraya,................
Validator
o Tidak
3. Sirup Antibiotik boleh digunakan lebih dari 7 hari setelah ditambahkan air.
o Ya
o Tidak
4. Antibiotik golongan tetrasiklin dapat diminum bersamaan dengan susu.
o Ya
o Tidak
5. Antibiotik dapat dibeli di Toko Obat.
o Ya
o Tidak
6. Antibiotik adalah jenis obat yang harus dibeli dengan resep dokter.
o Ya
o Tidak
o
7. Penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat menyebabkan bakteri resisten
(kebal).
o Ya
o Tidak
8. Antibiotik harus diminum sampai habis, minimal 3 sampai 5 hari.
o Ya
o Tidak
9. Ampisillin termasuk contoh Antibiotik.
o Ya
o Tidak
10. Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
jamur.
o Ya
o Tidak
11. Antibiotika digunakan jika perlu.
o Ya
47
o Tidak
12. Sediaan Antibiotik dalam sediaan sirup disimpan di lemari pendingin.
o Ya
o Tidak
13. Flu dan batuk yang disebabkan oleh alergi dapat diobati dengan menggunakan
Antibiotik.
o Ya
o Tidak
14. Tanda yang dapat diatasi dengan Antibiotik yaitu, kemerahan, bengkak, nyeri
dan panas.
o Ya
o Tidak
15. Pasien yang alergi terhadap Antibiotik dapat mengkonsumsi Antibiotik sesuai
anjuran dokter.
o Ya
o Tidak
Lampiran 5.Kunci Jawaban Kuesioner/Angket
Pernyataan Ya Tidak Literatur
1) Antibiotik adalah Menurut Departemen
obat yang digunakan Farmakologi dan Teraupetik
untuk menghambat √ Fakultas Kedokteran (2013).
dan membunuh
bakteri.
2) Amoksisillin adalah Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.
obat
Antibiotik.
golongan
√ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik.
3) Sirup Antibiotik Peraturan Menteri Kesehatan
boleh digunakan Republik Indonesia No.
lebih dari 7 hari √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
setelah ditambahkan
Penggunaan Antibiotik.
air.
4) Antibiotik golongan Peraturan Menteri Kesehatan
√ Republik Indonesia No.
48
dokter.
7) Penggunaan Peraturan Menteri Kesehatan
Antibiotik yang tidak Republik Indonesia No.
benar dapat √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
menyebabkan bakteri
Penggunaan Antibiotik.
resisten (kebal).
8) Antibiotik harus Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.
diminum sampai
habis, minimal 3 √ 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
sampai 5 hari.
Penggunaan Antibiotik.
RAP 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
ADS 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
MNY 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
AA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
SR 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
NMR 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
MRH 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0
N 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
S 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
HNP 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
NC 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1
K 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
AAA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
EA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
E 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
HN 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
LDY 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
N 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
N 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
TAA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
A 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
D 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
MR 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
AA 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
SH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
58
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
F 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
EI 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
KT 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
A 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
MSP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
MHS 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
RCL 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
S 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
R 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
EA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
AAW 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
MR 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
EL 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
E 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
MAP 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
ML 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0
FM 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
IAS 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
AIF 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0
IW 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0
S 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
59
E 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0
SDM 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0
ZR 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
S 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
SD 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0
EHR 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
SAA 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
HR 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
E 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
ERG 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
SN 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
Jumlah 84 82 32 75 30 80 73 76 78 39 77 60 27 20 9
98,8 98,5 37, 88,2 35, 94, 85, 89, 91, 45,9 90,6 70,6 31,8 23,5 10,6
Benar
% % 6% % 3% 1% 9% 4% 8% % % % % % %
1,2 3,5% 62, 11,8 64, 5,9 14, 10, 8,2 54,1 9,4% 29,4 68,2 76,5 89,4
Salah
% 4% % 7% % 1% 6% % % % % % %
60
73
Benar = x 100 % = 85,9%
85
12
Salah = x 100 % = 14,1%
85
8. Antibiotik harus diminum sampai habis, minimal 3 wsampai 5 hari.
76
Benar = x 100 % = 89,4%
85
9
Salah = x 100 % = 10,6%
85
9. Ampicillin termasuk contoh Antibiotik.
78
Benar = x 100 % = 91,8%
85
7
Salah = x 100 % = 8,2%
85
10. Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
jamur.
39
Benar = x 100 % = 45,9%
85
46
Salah = x 100 % = 54,1%
85
11. Antibiotika digunakan jika perlu.
77
Benar = x 100 % = 90,6%
85
8
Salah = x 100 % = 9,4%
85
12. Sediaan Antibiotik dalam sediaan sirup disimpan di lemari pendingin.
60
Benar = x 100 % = 70,6%
85
25
Salah = x 100 % = 29,4%
85
13. Flu dan batuk yang disebabkan oleh alergi dspat diobati dengan menggunakan
antibiotik.
27
Benar = x 100 % = 31,8%
85
62
58
Salah = x 100 % = 68,2%
85
14. Tanda yang dapat diatasi dengan Antibiotik yaitu, kemerahan, bengkak, nyeri
dan panas.
20
Benar = x 100 % = 23,5%
85
65
Salah = x 100 % = 76,5%
85
15. Pasien yang alergi terhadap Antibiotik dapat mengkonsumsi Antibiotik sesuai
anjuran dokter.
9
Benar = x 100 % = 10,6%
85
76
Salah = x 100 % = 89,4%
85