Anda di halaman 1dari 86

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG


PENGGUNAAN OBAT ANTIREMATIK DI DESA
TETEONA KECAMATAN WONGGEDUKU
BARAT KABUPATEN KONAWE
SULAWESI TENGGARA

OLEH

ASYRIANTI RASYMI
NH0514006

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG
PENGGUNAAN OBAT ANTIREMATIK DI DESA
TETEONA KECAMATAN WONGGEDUKU
BARAT KABUPATEN KONAWE
SULAWESI TENGGARA

OLEH

ASYRIANTI RASYMI
NH0514006

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi (A.Md,.Farm)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunianya sehingga penelitian dengan judul “Gambaran

Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Obat Antirematik Di Desa Teteona

Kecamatan Wonggeduku Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara” yang

merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan tugas akhir pada

jurusan farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

persembahkan Ayahanda Sugino dan Ibunda Seniwati yang dengan segalah kasi

sayang, pengorbanan dan doa yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis

sehingga penulis dilimpahkan kemudahan oleh Allah SWT.

Pada kesempatan ini pula, penulis sampaikan rasa terima kasih yang setulus-

tulusnya kepada :

1. Teriring Doa untuk Alm.Ibu Hj.Nani Russa, S.KM, M.Kes, selaku pendiri

yayasan pendidikan Nani Hasanuddin Makassar.

2. Yahya Haskas, SH.,M.Kn.,M.Mkes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Nani

Hasanuddin Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada kami

mengikuti pendidikan di STIKES Nani Hasanuddin Makassar.

3. Dr. Yasir Haskas, S.E,.S.Pt,.M.Kes selaku Ketua Stikes Nani Hasanuddin

Makassar yang memberikan perhatian dan bimbingan selama ini.

iv
4. Muthmainnah B, S.Si.,Apt selaku Ketua Program Studi DIII Farmasi

STIKES Nani Hasanuddin Makassar yang telah mengajarkan serta memberi

petunjuk baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Rezki Yalatri Wirastuty, S.Farm,.Apt sebagai pembimbing I dan Dr.

Suarnianti, SKM,.S.Kep,.Ns,.M.Kes sebagai pembimbing II yang telah tulus

dan ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah.

6. Suryanita, S.Farm.Apt selaku penguji yang telah memberikan mmasukan

dan saran dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmia ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar

yang telah membantu memberikan motivasi dan arahan selama mengikuti

pendidikan.

8. Staf STIKES Nani Hasanuddin Makassaryang telah banyak membantu mulai

dari administrasi pendidikan sampai penyelesaian tugas akhir.

9. Kepada saudara-saudaraku dan semua keluarga yang penuh kesabaran dan

cinta kasih yang tidak terhingga dalam membimbing, mendoakan dan

memberi semangat dalam menuntut ilmu terkhusus untuk orang tua angkat

bapak Gautama Yasin dan Ibu Misnawati yang telah banyak memberi

dukung moril dan materil selama mengikuti pendidikan sehingga dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

10. Sahabat-sahabatku yang kusayangi Maria Elisabeth, Jeni Bulawan, Ima

Datu dan Desi terima kasih atas dukungan, fasilitas dan bantuan yang di

berikan selama penyusunan karya tulis ilmia ini.

v
11. Gubernur Sulawesi Tenggara, Bupati Konawe, Camat Wonggeduku Barat dan

Kepala Desa Teteona serta pihak-pihak terkait yang telah menerima dan

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian selama di Kabupaten

Konawe khususnya di Desa Teteona.

12. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2014 terima kasih untuk

kebersamaanya yang selama ini telah menemani serta memberi semangat

kepada penulis selama menjalani perkuliahan di DIII Farmasi STIKES Nani

Hasanuddin Makassar.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang telah

diberikan. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmia ini disusun dengan segala

kemampuan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat pengaharapkan

saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan Karya Tulis

Ilmia ini. Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Makassar, 17 Juli 2017

Penulis

vi
vii
ABSTRAK

Asyrianti Rasymi “Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang


Penggunaan Obat Antirematik Di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku
Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara” (Pembimbing : Rezky Yalatri
Wirastuty, Suarnianti)

Banyaknya masyarakat yang beranggapan bahwa penyakit rematik


merupakan penyakit yang sepele, hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang penyakit rematik dan pengobatannya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang
penggunaan obat antirematik di Desa Teteona. Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa
kuesioner. Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Data yang
diperoleh dan diolah sehingga diperoleh hasil responden yang memiliki
pengetahuan dengan kategori cukup adalah 51 orang (85%) dan kategori kurang
adalah 9 orang (15%). Sehingga dapat disimpilkan bahwa Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Tentang Penggunaan Obat Antirematik Di Desa Teteona Kecamatan
Wonggeduku Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara tergolong Cukup
yaitu 85% (>75%). Untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
penggunaan obat antirematik dengan lebih banyak membaca buku agar dapat
lebih memahami berbagai informasi yang lebih jelas, sehingga dapat
mempertimbangkan segala sesuatu dalam mengambil keputusan dan tindakan jika
dikemudian hari menemukan masalah tentang penyalahgunaan obat antirematik.

Kata Kunci : Pengetahuan Masyarakat, Penggunaan Obat Antirematik

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .............................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7

A. Uraian Tentang Antirematik ................................................ 7

B. Uraian Tentang Pengetahuan ............................................. 29

BAB III. KERANGKA KONSEP ............................................................ 34

A. Dasar Pemikiran Variabel ................................................... 34

ix
B. Kerangka Penelitian ............................................................ 34

C. Identifikasi Variabel ............................................................ 35

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................... 35

BAB IV. METODEOLOGI PENELITIAN ............................................ 37

A. .Jenis Penelitian tentang penggunaan obat antirematik di desa

teteona kecematan wonggeduku barat ............................... 37

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ............................ 37

C. Populasi dan Sampel ............................................................ 37

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 40

E. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 40

F. Etika Penelitian .................................................................... 42

BAB V. PEMBAHASAN .......................................................................... 43

A. Hasil Penelitian ..................................................................... 43

B. Pembahasan .......................................................................... 46

C. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 50

BAB VI. PENUTUP ................................................................................ 51

A. Kesimpulan ............................................................................. 51

B. Saran ....................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

TABEL 5.1. : Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan

Obat Antirematik ..................................................................... 43

TABEL 5.2. : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Penggunaan

Obat Antirematik ...................................................................... 43

TABEL 5.3. : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Berdasarkan Usia/Umur Tentang Penggunaan Obat

Antirematik ................................................................................ 45

TABEL 5.4. : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin Tentang Penggunaan Obat

Antirematik ................................................................................ 45

TABEL 5.5. : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tentang Penggunaan

Obat Antirematik ...................................................................... 46

TABEL 5.6. : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Berdasarkan Pekerjaan Tentang Penggunaan Obat

Antirematik ................................................................................ 47

xi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : SKEMA KERJA

LAMPIRAN 2 : KUESIONER

LAMPIRAN 3 : GAMBAR PENGAMBILAN DATA

LAMPIRAN 4 : MASTER TABEL

LAMPIRAN 5 : GRAFIK HASIL PENELITIAN

xii
DAFTAR SINGKATAN

DMARD : Desease Modifying Anti Rheumatic Drugs

OA : Osteoartritis

OAINS : Obat Anti Inflamasi Steroid

RA : Rheumatoid Arthritis

TNF : Tumor necrosis faktor

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental

yang menggambarkan obyek dengan tepat dan merepresentasikannya dalam

aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek (Astuti, 2013).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraaan suatu kejadian tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Astuti, 2013).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

pembentukan tindakan seseorang. Dari penelitian terbukti bahwa tindakan

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada tindakan

yang tidak disadari pengetahuan. Hasil penelitian tersebut juga didukung

oleh teori Green dalam Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi dalam pembentukan

perilaku (Dirgahayu, 2015).

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan

makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan

hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian

itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang

ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan rematik

1
yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan

muskuloskeletal terutama adalah artritis rheumatoid (Mardiono, 2012).

Artritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang

persendian dan struktur di sekitarnya. Masyarakat pada umumnya

menganggap rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan

kematian padahal jika tidak segera ditangani rematik bisa membuat

anggota tubuh berfungsi tidak normal mulai dari benjol-benjol, sendi

kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup. Rasa sakit yang

timbul bisa sangat mengganggu dan membatasi aktivitas kegiatan sehari-

hari (Tedampa, dkk, 2012).

Penyakit rematik adalah penyakit yang tidak dipastikan

kesembuhannya, namun penyakit ini dapat dikontrol dengan melakukan

pencegahan dan pengobatan. Pengobatan yang digunakan yaitu obat

antirematik pemodifikasi penyakit (desease-modifying anti-rheumatic drugs/

DMARD) digunakan pada terapi RA dan telah menunjukkan perlambatan

penyakit, menginduksi remisi, dan mencegah destruksi lebih lanjut pada

sendi dan jaringan yang terlibat. Bila seorang pasien didiagnosa RA,

American College of Rheumatology menganjurkan inisiasi terapi dengan

DMARD dalam 3 bulan diagnosa (beserta (OAINS), kortikosteroid dosis

rendah, terapi fisik dan terapi okupasional). Terapi menggunakan DMARD

dilakukan sejak awal secara cepat untuk membantu mengehentikan

perjalanan penyakit pada stadium awal (Harvey, 2013)

2
Penderita artritis rheumatoid diseluruh dunia telah mencapai angka

355 juta dari 2.130 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita

rheumatoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat (Mardiono, 2012).

Di Indonesia, data epidemiologi tentang penyakit Rheumatoid

Arhtritis masih sangat terbatas. Berdasarkan hasil penelitian Zeng QY et al

2012, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%.

Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes 2013, dan Dinas Kesehatan

DKI Jakarta selama tahun 2013, dari 1.645 responden laki-laki dan

perempuan yang diteliti, peneliti menjelaskan sebanyak 66,9 % di antaranya

pernah mengalami nyeri sendi. Berdasarkan laporan Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2013, penduduk dengan keluhan nyeri sendi

sebanyak 72,4 %. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat rematik

sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia (Sofyan, dkk,

2015).

Berdasarkan hasil pendataan Bapak Kepala Desa bahwa jumlah

masyarakat keseluruhan Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara adalah 273 jiwa (140 laki-laki, 133

perempuan). Untuk data penyakit rematik di Puskesmas Desa Teteona,

berdasarkan pengakuan Kepala Puskesmas Desa Teteona yaitu untuk pasien

penyakit rematik sangatlah jarang di Puskesmas tersebut, hanya ada beberapa

orang saja. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan di masyarakat Desa

3
Teteona sangat bertolak belakang dengan data pasien Puskesmas yang ada,

hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian masyarakat Desa Teteona

Kecamatan Wonggeduku Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

terhadap penyakit rematik dan pengobatannya.

Berdasarkan uraian diatas yang menyatakan bahwa banyaknya

masyarakat yang beranggapan bahwa penyakit rematik merupakan penyakit

yang sepele, hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang penyakit rematik dan pengobatannya. Maka dari itu

dilakukan penelitian ini untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan obat antirematik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah pengetahuan masyarakat tentang

penggunaan obat antirematik di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan obat antirematik di Desa Teteona Kec.

Wonggeduku Barat Kab. Konawe Sulawesi Tenggara.

4
2. Tujuan Khusus

Untuk mendeskripsikan pengetahuan masyarakat tentang

penggunaan obat antirematik di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku

Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk Masyarakat

Sebagai informasi kepada masyarakat tentang beberapa

penggunaan obat antirematik khususnya masyarakat Desa Teteona Kec.

Wonggeduku Barat Kab. Konawe Sulawesi Tenggara.

2. Manfaat untuk Institusi Pendidikan

Sebagai referensi untuk menambah wawasan yang berkaitan

dengan mutu pelayanan kefarmasian, serta memberikan masukan data

untuk pengembangan ilmu, khususnya tentang penggunaan obat

antirematik.

3. Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan

Sebagai referensi bagi generasi peneliti selanjutnya khususnya

yang berhubungan dengan penggunaan obat antirematik.

4. Manfaat untuk peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan dan dapat memahami

tentang penggunaan obat antirematik.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Umum Tentang Rematik

1. Definisi Rematik

Artritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

inflamasi atau peradangan sendi. Kata ini berasal dari bahasa Yunani,

arthros, yang artinya sendi dan itis, yang artinya inflamasi (Green, 2012).

Rematik adalah penyakit yang menyerang persendian, tulang, otot, dan

jaringan sekitarnya. Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri pada daerah

yang terkena, seperti nyeri pada lutut, siku, pergelangan tangan yang

kemungkinan ditandai dengan bengkak kemerahan. Berdasarkan

penelitian, penyebab rematik ternyata banyak, sampai akhir tahun 2006

ditemukan lebih dari 150 macam rematik. Namun, untuk memudahkan

diagnosa dan pengobatan secara umum rematik dibedakan menjadi 4

sebab yaitu pengapuran, pengeroposan tulang, asam urat, dan gangguan

autonium. Untuk faktor penyebab yang lain, seperti kegemukan atau

gangguan sendi yang berlebihan dalam berolahraga adalah faktor yang

memperburuk 4 sebab umum di atas (Hartono, 2012).

2. Patofisiologi Rematik

Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan

sinovial yang melibatkan proses fagositosis. Dalam prosesnya, dihasilkan

enzim enzim dalam sendi. Enzim enzim tersebut selanjutnya akan

6
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial

dan akhirnya terjadi pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan

tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah

menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.

Otot akan merasakan nyeri akibat serabut otot mengalami perubahan

degeneratif dengan menghilangnya kemampuan elastisitas pada otot dan

kekuatan kontraksi otot (Chabib, dkk, 2016).

3. Etiologi

Penyebab penyakit rematik diantaranya:

a. Riwayat keluarga dan keturunan.

b. Obesitas atau kegemukan.

c. Usia lebih dari 50 tahun.

d. Pernah mengalami trauma berat pada lutut sampai terjadi

pembengkakan atau berdarah, seperti pada olahragawan (pemain

basket, sepak bola, pelari dan sebagainya).

e. Para pekerja yang menggunakan lutut secara berlebihan, misalnya

pedagang keliling dan pekerja yang bekerja dengan banyak jongkok

yang menyebabkan tekanan berlebihan pada lutut (Nadliroh, 2014).

4. Klasifikasi Rematik

Adapun jenis umum rematik yaitu :

a. Osteoartritis (OA)

Osteoartritis atau penyakit sendi degeneratif menyerang 80%

orang di atas usia 70 tahun, meskipun gejala bisa saja mulai tampak

7
pada usia 50-60 tahun. Bentuk umum dari artritis ini lebih merupakan

hasil dari deformasi atau keausan permukaan sendi, ketimbang penyakit

inflmasi. Gejalah yang timbul termasuk kekakuan sendi yang biasanya

berlangsung hanya beberapa menit setelah memulai gerakan dan

mungkin nyeri pada persendian yang menahan beban. Tahap awal dari

penyakit ini dapat diobati hanya dengan kompres panas di daerah yang

sakit dan obat analgesik yang dijual bebas. Apabila sudah mencapai

tahap lanjut, mungkin memerlukan intervensi ortopedi atau lainnya

(Kimienski dan Keogh, 2015).

1) Penyebab Osteoartritis (OA)

Tidak ada penyebab tunggal untuk osteoartritis, tapi ada

beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena OA.

Meski OA kadang-kadang dapat menyerang orang muda, tapi lebih

umum menyerang pada usia 40 tahun ke atas. Ini mungkin

disebabkan oleh perubahan tubuh yang disebabkan penuaan,

seperti otot melemah, peningkatan berat badan, dan kemampuan

tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri mulai menurun. Walau

disebabkan penuaan, OA bukanlah tidak bisa dihindari, caranya :

menurunkan berat badan agar normal, tetap aktif dan menghindari

kejang pada sendi. Semua itu bisa membantu mencegah OA

muncul (Green, 2012).

8
a) Jenis Kelamin

Sebelum usia 45 tahun, OA lebih umum menyerang pria.

Namun, setelah usia di atas 55 tahun, wanita yang lebih rentan

terserang OA. Hasil ini mengindikasikan adanya hubungan

antara menopause dengan OA ; beberapa penelitian

menyimpulkan kalau estrogen dapat melindungi tulang rawan

dari inflamasi dan efek ini akan menghilang setelah

menopause. Faktor penyebab lain yang telah diteliti adalah

tendon wanita yang lebih elastis dari pada pria supaya bisa

melahirkan bayi. Ini artinya sendi wanita kurang stabil dan

lebih rentan terkena luka. Beberapa ahli mengaitkannya dengan

anatomi wanita : panggul wanita lebih lebar dibanding pria

agar bisa hamil dan melahirkan lebih mudah. Yang artinya lutut

wanita tidak begitu lurus dengan panggul mereka, dan hal ini

memberikan lebih banyak beban pada sendi lutut. Itu juga

mungkin disebabkan wanita memiliki tulang yang lebih kecil

dan lemah dibandingkan pria, sehingga menyebabkan sendinya

kurang bisa tahan terhadap pemakaian terus-menerus.

Menurut Riset Artritis Inggris, wanita terkena artritis di

tangan dua kali lebih banyak dari pria, dan empat kali lebih

banyak wanita terkena OA di lutut dibandingkan pria.

Sedangkan jumlahnya setara antara wanita dan pria yang

terkena OA di panggul.

9
b) Kegemukan

Menjadi gemuk memberikan beban ekstra pada sendi

yang menahan berat badan, terutama pada panggul, tulang

belakang dan lutut, dan tidak hanya memperbesar kemungkinan

terkena OA, tapi juga membuatnya makin parah saat OA sudah

berkembang.

c) Penggunaan sendi berlebihan atau tegang

Jika sendi mengalami ketegangan sebagai contoh akibat

postur buruk, penggunaan sendi jari berulang atau repetitif saat

menggunakan keyboard ketika bekerja, atau disebabkan terlibat

dalam aktivitas olahraga, lebih kemungkinan terkena OA pada

sendi-sendi tertentu.

c) Cedera Sendi

Jika anda mengalami cedera sendi, sebagai contoh saat

bermain olahraga atau akibat kecelakaan, OA bisa berkembang

pada daerah yang terkena cedera di kemudian hari.

e) Artritis tipe lain

Menderita artritis tipe lain, sebagai contoh AR atau Gout

dapat meringankan risiko terkena OA.

f) Kondisi Saraf

Kondisi saraf seperti neuropati periferal (peripheral

neuropathyl, yang mempengaruhi saraf-saraf dalam anggota

tubuh bisa meningkatkan risiko terkena OA. Neuropati

10
periferal bisa disebabkan oleh masalah kesehatan lain, seperti

tes atau pecandu alkohol.

g) Genetika

Beberapa tipe OA yang jarang berkembang pada orang

muda dan memengaruhi produksi koagen (komponen utama

tulang rawan) telah dikaitkan dengan gen-gen tertentu. Tipe

artritis yang dikenal sebagai nodal asteoartritis cenderung

menyerang tangan pada wanita usia paruh baya, memiliki

hubungan genetik yang kuat. Namun secara umum, keturunan

memainkan peran kecil (minor) dibandingkan faktor-faktor lain

yang sudah disebutkan sebelumnya (Green, 2012).

2) Diagnosis Artritis

Dokter anda kemungkinan dapat mendiagnosa OA jika

anda datang dengan gejala-gejala yang sudah dipaparkan

sebelumnya. Dokter akan memeriksa sendi anda untuk mengecek

memar, bengkak, dan pertumbuhan tulang serta kemungkinan ingin

melihat apakah gerakan anda menjadi terbatas. Dokter anda

mungkin juga akan menanyakan apakah sendi anda 'berbunyi

k(er)iat-k(er)iat' atau 'menimbulkan bunyi derak' ketika anda

menggerakkannya. Dokter juga bisa menyarankan anda untuk

melakukan tes darah untuk mendeteksi tipe artritis inflamasi lain

seperti AR. Foto rontgen (sinar x) mungkin diminta untuk

memastikan OA, karena dapat menunjukkan perubahan bentuk

11
tulang yang disebabkan tulang rawan yang menipis, pengapuran

dan pertumbuhan tulang yang berlebihan pada sendi. Namun, hasil

rontgen tidak dapat memprediksi tingkat nyeri yang diderita dan

kelumpuhan yang anda alami. Kadang-kadang pemindahan dengan

MRI digunakan juga ini untuk menunjukkan jaringan lunak seperti

tulang rawan, otot, dan tendon yang tidak terlihat dengan sinar X

(Green, 2012).

b. Artritis Reumatoid (AR)

Rheumatoid Arthritis (RA) adalah gangguan kronis, inflamsi

sistemik yang dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi

terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi. Proses ini melibatkan

suatu respon inflamasi dari kapsul sekitar sendi (sinovium) sekunder

pembengkakan (hiperplasia) sel sinovial, cairan sinovial berlebih, dan

pengembangan jaringan fibrosa (pannus) di sinovium. Patologi dari

proses penyakit sering menyebabkan penghancuran tulang rawan dan

ankilosis (fusi) dari sendi (Suiraoka, 2012).

Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilkan peradangan difus

di paru-paru, membran di sekitar jantung , selaput paru-paru, dan putih

mata, dan juga lesi nodular, yang paling umum dalam jaringan subkutan

(Suiraoka, 2012).

Artritis Reumatoid biasanya terjadi antara 30-70 tahun dan

lebih sering menyerang wanita dari pada pria. Gejala awal mungkin

berupa rasa lelah dan kelemahan, nyeri sendi dan kekakuan, dan

12
pembengkakan sendi beberapa minggu kemudian. Sendi kemudian

meradang (panas, merah, bengkak) dan rentang geraknya terbatas.

Penyakit ini adalah penyakit progresif yang mengarah ke kelainan bentuk

sendi, Aspirin, NSAID, maupun obat-obat antirematik yang memodifikasi

penyakit atau disease modiyying anti-rheumatic drug (DMARD) biasanya

diperlukan untuk mengurangi inflamasi dan sekitar sendi dan menghambat

perkembangan penyakit. Terapi panas, kontrol berat badan, dan olahraga

juga dapat membantu menghambat perkembangan penyakit (Kimienski

dan Keogh, 2015).

Meskipun penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui,

autoimunitas memainkan peran penting baik dalam kronisitas dan

kemajuan, dan RA dianggap sebagai penyakit autoimun sistemika.

1) Gejala

Gejala awal rheumatoid arthritis meliputi kelelahan, nyeri sendi

dan kekakuan. Gejala lainnya yang mungkin dirasakan seperti flu,

dengan persaan sakit, nyeri otot dan kehilangan nafsu makan.

Gejala rheumatoid artritis bervariasi pada setiap orang.

Rheumatoid arthritis umumnya ditandai dengan adanya beberapa

gejala yang berlangsung selama minimal 6 minggu, yaitu :

a) Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60

menit di pagi hari.

b) Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan.

13
c) Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan.

Sendi yang mengalami pembengkakan dan nyeri biasanya terasa

hangat dan lembek bila disentuh. Rasa sakit biasanya terjadi pada

kedua sendi di sisi kanan dan kiri (smetris) tetapi mungkin tngkat

keparahannya berbeda, bergantung sisi mana yang lebih sering

digunakan.

d) Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris

(nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya

menyerang sendi pergelangan tangan.

e) Penumpukan cairan. Cairan dapat terakumulasi terutama di

pergelangan kaki. Pada beberapa kasu, kantung sendi belakang

lutut mengakumulasi cairan dan membentuk apa yang dikenal

sebagai kista Baker. Kista ini terasa seperti tumor dan kadang-

kadang memanjang ke bawah ke bagian belakang betis dan

menyebabkan rasa sakit. Namun, kista Baker juga dapat

berkembang pada orang yang tidak memiliki rematik.

Pada tahap yang lanjut, Rhematoid artritis dapat

dikarakterisasi juga dengan adanya nodul-nodul rheumatoid (benjolan

pada kulit penderita rheumatoid artritis). Nodul ini biasanya di titik-

titik tekanan dari tubuh, paling sering pada siku. Konsentrasi

rheumatoid faktor (RF) yang abnormal dan perubahan radiografi yang

meliputi erosi tulang (Suiraoka, 2012).

14
2) Faktor Resiko

Faktor risiko yang meningkatkan risiko terkena penyakit artritis

reumatoid adalah :

a) Jenis Kelamin

Perempuan lebih mudah terkena rheumatoid arthritis dari pada

laki-laki. Perbandingan adalah 2-3 : 1.

b) Umur

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60

tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan

anak-anak (artritis reumatoid juvenil).

c) Riwatar Keluarga

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis

reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.

d) Merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

(Suiraoka, 2012).

3) Pencegahan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan

mengurangi faktor resiko seperti mengatasi obesitas, melakukan

aktivitas fisik, mengontrol faktor metabolik seperti asam urat, lemak

dan gula darah (Suiraoka, 2012).

15
5. Pengobatan Rematik

a. Pengobatan Farmakologi

Untuk mengatasi nyeri inflamasi seperti pada penyakit rematik

tersedia banyak pilihan obat anti-inflamasi nonsteroid. Secara klinis,

sebenarnya tidak bnayak perbedaan di antara obat AINS sehubungan

dengan efektivitasnya. Pertimbangan lamanya waktu paruh, bentuk

lepas lambat dan perbedaan jenis efek samping menentukan pilihan

AINS untuk pasien tertentu. Ternyata variasi respons antar pasien

terhadap AINS tidak begitu saja dapat dikaitkan berdasarkan

klasifikasi kimiawi, dosis, atau beratnya penyakit rematik. Untuk

mengatasi ini dianjurkan agar seorang dokter paling tidak mengenal

secara baik 4 obat AINS yang berbeda sehingga dapat melakukan

pemilihan sesuai dengan kondisi pasien. Dalam empat obat AINS

tersebut harus termasuk satu obat AINS dengan waktu paruh panjang.

Satu dengan waktu paruh singkat dan minimal ditambah dua jenis obat

AINS dari kelas kimiawi yang lain (Gunawan, 2012).

Obat antireumatik pemodifikasi penyakit (disease-

modifying anti rheumatic drugs/ DMARD) diguanakan pada terapi RA

dan telah menunjukkan perlambatan perjalanan penyakit, menginduksi

remisi, dan mencegah destruksi lebih lanjut pada sendi dan jaringan

yang terlibat. Bila seorang pasien didiagnosa RA, American College of

Rheumatology menganjurkan inisiasi terapi dengan DMARD dalam 3

bulan diagnosa (beserta OAINS, kortikosterois dosis rendah, terapi

16
fisik, dan terapi okupasional). Terapi menggunakan DMARD

dilakukan sejak awal secara cepat untuk membantu menghentikan

perjalanan penyakit pada stadium awal (Harvey, 2013).

Tidak satu DMARD pun yang manjur dan aman untuk setiap

pasien, dan mungkin diperlukan percobaan menggunakan beberapa

obat yang berbeda. Sebagian besar ahli memualai terapi DMARD

dengan salah satu obat tradisional, seperti methotrexate atau

hydroxychloroquine. Agen ini manjur dan umumnya ditoleransi secara

baik, dengan profil efek samping yang telah diketahui dengan baik.

Respons tidak adekuat terhadap agen tradisional dapat diikuti oleh

penggunaan DMARD yang lebih baru, seperti leflunomide dan

penghambat TNF (adalimumab, etanercept, dan infliximab). Terapi

kombinasi bersifat aman dan manjur. Ada sebagian kasus,

methotrexate dikombinasikan dengan salah satu DMARD lainnya.

Pada pasien yang tidak berespons terhadap terapi kombinasi

methotrexate ditambah penghambat TNF, atau kombinasi lainnya,

terapi dengan rituximab atau abatacept dapat dicoba. Sebagian besar

agen ini dikombinasikan untuk penggunaan pada wanita hamil

(Harvey, 2013).

17
Beberapa contoh obat antirematik :

1) Imunosupresan

Imunisupresan merupakan obat yang menekan proses

penyakit reumatik/ Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs

(DMARDs).

a) Indikasi : Rematoid artritis, psoriasis artritis, juvenile

idiopathic arthritis.

b) Peringatan : jika tidak memberikan respon dalam waktu 6

bulan atau 3 bulan untuk tumor nacrosis faktor, diberikan

dmards lain. Dapat mengurangi laju endap darah, protein C

reaktif, dan titer faktor reumatoid. Dapat mengurangi

kebutuhan kortikosteroid. Diperlukan pemeriksaan darah, tes

fungsi hati dan ginjal.

c) Efek samping : gangguan saluran cerna dan mukosa, gangguan

darah, risiko infeksi dan keganasan.

d) Metotreksat , oral : Dosis awal 7,5 mg, seminggu sekali, bila

perlu, dapat dinaikkan hingga 15 mg/ minggu.

e) Azatioprin, oral : 1,5-2,5 mg/ kg BB/ hari dalam dosis terbagi.

f) Siklofostamid, oral : 1-1,5 mg/ kg BB/ hari. Injeksi IV, dosis

awal 0,5 - 1 g pemberian ulang dilakukan selang 2 minggu,

kemudian selang bulan.

18
2) Penghambat sitokin

a) Adalimumab

 Indikasi : Reumatoid artritis dan ankilosing spondilitas yang

tidak berespon baik dengan pemberian DMARDs psoriasis

artritis.

 Kontraindikasi : Kehamilan, menyusui, infeksi berat, infeksi

aktif yang belum teratsi.

 Peringatan : Gangguan hati/ ginjal, bila gejala memburuk,

hentikan pengobatan.

 Efek samping : Gangguan saluran cerna, gangguan ginjal,

hipertensi, vasodilator, nyeri dada, batuk, sakit, insomnia,

mengantuk, skit krpala, agitasi, tremor, parestesia, neuralgia,

kejang, menoragia, diuresis, hematuria, proteinuria, atralgia,

gangguan penglihatan, ruam, alopesia, hiperlipidemia,

hipokalemia, hiperurisemia.

 Dosis : Subkutan 40 mg, 2 minggu sekali, jika perlu,

tingkatkan menjadi 40 mg setiap minggu pada pasien yang

tidak menggunakan metotreksat. Hentikan pengobatan jika

tidak memberikan respon dalam 12 minggu. Dapat digunakan

tanpa/ dalam kombinasi dengan metotreksat atau DMARDs

lain.

19
b) Azatioprin

 Indikasi : Reaksi penolakan terhadap organ transplantasi,

lupus nefritis, glumerulonefritis akut, artritis reumatoid,

multipel selerosis, penyakit crohn.

 Dosis : oral : dosis awal 3 mg/ kg BB / hari, kurangi sesuai

respon. Dosis penunjang 1-3 mg/ kg BB/ hari. Hentikan

pengobatan jika tidak memberikan respon dalam 3 bulan.

c) Infliksimab

 Indikasi : Reumatoid artritis yang tidak berespon baik

dengan (DMARDs). Penyakit crohn yang tidak berespon

baik dengan pengobatan konvensional, mengurangi

draining enterokutan dan rektovaginal fistula, ankilosing,

spondilitis.

 Kontraindikasi : Kehamilan, menyusui, infeksi beart.

 Peringatan : Gangguan hati/ ganjil. Hentikan pengobatan

bila gejala memburuk atau tidak ada respon setelah 3 bulan.

Monitor adanya infeksi sebelum, selama, dan 6 bulan

sesudah terapi.

 Efek samping : Gangguan saluran cerna, reaksi kulit,

gangguan hati, gangguan jantung, gangguan pada SSP

mialgia, atralgia.

 Dosis : infus IV dianjurkan selama 2 jam. amati pasien 1-2

jam sesudah pemberian infus. reumatoid artritis : 3 mg/ kg

20
BB. Infus dituang pada minggu ke-2, 6 dan 8. jika respon

tidak memadai, dosis dapat dinaikkan menjadi 10 mg/ kg

BB atau pemberian diulang tiap 4 minggu. penyakit crohn :

dosis awal 5 mg/ kg BB, terapi pemeliharaan 5 mg/ kg BB

diberikan pada minggu ke-2 dan 6, dilanjutkan tiap 8

minggu. ankilosing spondiliting : dosis awal 5 mg/ mg BB,

terapi penunjang 5 mg/ kg BB diberikan pada minggu ke-2

dan 6, hentikan pengobatan jika tidak terlihat respon.

dilanjutkan 5 mg/ kg BB setiap 6 minggu.

d) Metotreksat

 Indikasi : Reumatoid atritis yang tidak memberikan respon

dengan pengobatan konversional, keganasan, psoriasis.

 Kontaindikasi : Kehamilan, menyusui.

 Efek samping : Toksisitas pulmoner, hepatotoksik.

 Dosis : oral, 7,5 mg, 1x seminggu, dosis tunggal atau

terbagi dalam 3 dosis, dosis maksimal 20 mg per minggu.

e) Siklosporin

 Indikasi : reumatoid atritis yang tidak memberikan respon

dengan pengobatan, konvensional, penyakit graft versus

host, dermatitis atopi, psoriasis.

 Kontaindikasi : gagal ginjal, hipertensi tidak terkendali,

infeksi tidak terkendali, kegunaan, anak < 18 tahun.

21
 Peringatan : ukur kreatinin serum, minimal 2x sebelum

pengobatan. pantau setiap 2 minggu dalam 3 bulan pertama,

dilanjutkan setiap 4 minggu atau lebih sering jika diberikan

bersama ains, menitoring tekanan darah.

 Dosis : oral, dosis awal 2,5 mg/ kg BB / ari, dalam 2 dosis

terbagi, jika perlu naikkan bertahap setelah 6 minggu,

hingga mg/kg BB/ hari. Hentikan pengobatan jika tidak

terlihat respon setelah 3 bulan. dosis pemeliharaan

disesuaikan menurut respon. Kaji ulan pegobatan setelah

bulan.

(Sidipratomo, 2012).

b. Pengobatan Non Farmakologi

Akhir-akhir ini, obat-obatan herbal (berasal dari tumbuh-

tumbuhan) kembali menjadi tren di Indonesia. Masyarakat kembali

menggunakan bahan-bahan tersebut sebagai alternative pilihan untuk

mengobati berbagai macam penyakit (Mardiana, 2012).

Adapun tanaman obat yang digunakan sebagai obat rematik,

yaitu :

1) Singkong

Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah

daunnya, adapun bahan dan cara pengolahannya yaitu :

a) Bahan

 Daun singkong 10 lembar (cuci bersih)

22
 Jahe 20 gram (kupas, cuci bersih)

 Kapur sirih secukupnya.

 Air secukupnya.

b) Cara pengolahan :

 Semua bahan ditumbuk halus,

 Tambahkan air (aduk merata)

 Oleskan pada bagian tubuh yang sakit.

(Suparni dan Wulandari, 2013).

2) Belimbing wuluh

Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah

daunnya, adapun bahan dan cara pengolahannya yaitu :

a) Bahan :

 Daun belimbing wuluh 50 gram

 Kapur sirih secukupnya

b) Cara pengolahan :

 Cuci bersih, tumbuk sampai halus.

 Tambahkan kapur sirih secukupnya.

 Aduk sampai merata dan gosokkan pada bagian yang sakit.

(Suparni dan Wulandari, 2013)

3) Lengkuas

Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah

umbinya, adapun bahan dan cara pengolahannya yaitu :

23
a) Bahan :

 Lengkuas 20 gram.

 Telur ayam kampong 1 butir.

b) Cara pengolahan :

 Lengkuas dikupas, dicuci, diparut dan diperas airnya.

 Telur ayam kampong diambil kuning telurnya saja dan

dicampur dengan perasan air lengkuas.

 Aduk merata dan kemudian diminum 1 kali setiap hari

(lakukan terus menerus sampai sembuh).

(Suparni dan Wulandari, 2013)

4) Akar wangi

Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah

akarnya, adapun bahan dan cara pengolahannya yaitu :

a) Bahan :

 Akar wangi secukupnya.

 Air secukupnya.

 Garam secukupnya,

b) Cara pengolahan :

 Akar wangi dipotong-potong secukupnya, kemudian direbus

dengan air sampai mendidih,

 Masukkan garam secukupnya

 Dalam kondisi hangat, air digunakan untuk mandi

24
 Lakukan sekurang-kurangnya 1 jam sebelum tidur (dalam

satu minggu sudah terlihat hasilnya)

(Suparni dan Wulandari, 2012)

5) Beluntas

Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah akarnya

adapun bahan dan cara pengolahannya yaitu :

a) Bahan :

 Akar beluntas secukupnya.

 Air 750 cc

b) Cara pengolahannya :

 Cuci akar sampai bersih lalu rebus hingga mendidih

 Saring dan dinginkan

 Minum sewaktu masih hangat dan lakukan tiap hari sampai

sembuh.

(Suparni dan Wulandari, 2012).

6. Kerasionalan Obat

Rational Use Of Medicine (RUM) atau yang dikenal dengan

Penggunaan. Obat Secara Rasional (POR) merupakan suatu kampanye

yang disebarkan ke seluruh dunia, juga di Indonesia. Penggunaan obat

dikatakan rasional bila (WHO 1985) bila pasien menerima obat yang

sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dan

dengan harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat.

Penggunaan obat dianggap rasional menurut Modul Penggunaan Obat

25
Rasional yang dikeluarkan Kemenkes tahun 2011, apabila memenuhi

kriteria :

a) Tepat Diagnosis

Penggunaan obat yang rasional salah satunya adalah harus

sesuai diagnosis yang benar, sehingga obat sesuai indikasi yang

seharusnya. Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah

proses pengobatan karena ketepatan pemilihan obat dan indikasi akan

bergantung pada diagnosis penyakit pasien. Pada pengobatan oleh

tenaga kesehatan, diagnosis merupakan wilayah kerja dokter.

Sedangkan pada swamedikasi oleh pasien, apoteker mempunyai peran

sebagai second opinionuntuk pasien yang telah memiliki self-

diagnosis.

b) Tepat indikasi penyakit

Pengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil

pemeriksaan fisik yang akurat. Setiap obat mempunyai tujuan terapi

yang spesifik, misalkan antibiotik diindikasikan untuk infeksi bakteri

sehinnga obat ini di berikan untuk penyakit yang terdapat indikasi

dengan infeksi bakteri.

c) Tepat Pemilihan Obat

Yaitu memberikan obat yang sebenarnya diperlukan untuk

penyakit yang diderita pasien, dalam kasus ini banyak sekali

pemakaian antibiotika pada setiap penyakit yang diderita pasien yang

sebenarnya tidak diperlukan.

26
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah

diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang

dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum

penyakit.

d) Tepat Dosis

Pemberian obat memperhitungkan umur, berat badan dan

kronologis penyakit. Pemberian obat dengan dosis yang berlebihan

khususnya untuk yang rentang terapinya sangat sempit akan beresiko

timbulnya efek samping. Sebaliknya apabila dosis yang diberikan

kurang maka tidak akan memberikan efek teurapetik yang diinginkan.

e) Tepat Cara Pemberian

Masih banyak terjadi kesalahan di masyarakat akan cara

mereka mengkonsumsi obat karena kurangnya informasi yang di dapat

ketika obat di serahkan ke tangan mereka. Seperti contohnya obat

Antasida yang ketika dikonsumsi harus dikunyah, atau bahkan

larangan Antibiotik dikonsumsi bersamaan dengan susu karena akan

membentuk ikatan sehingga akan sulit di absorbsi dan menurunkan

efektivitasnya.

f) Tepat Interval Waktu Pemberian

Jarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah

ditentukan. Pemberian obat hendaknya diberikan sesederhana dan se-

praktis mungkin agar mudah dipatuhi oleh pasien. Pemberian obat

dengan interval waktu 4x/hari lebih besar kemungkinaan ketidak

27
patuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dibanding dengan interval

waktu pemberian yang hanya 3x/hari, dan harus diberi pengertian

bahwa obat dengan 3x/hari itu diminum setiap 8 jam (Ramadhan,

2015).

B. Uraian Umum Tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Ilmu pengetahuan berasal dari dua suku kata; ilmu dan

pengetahuan. Secara etimologi, ilmu dalam bahasa Inggris disebut sebagai

science, yang merupakan serapan dari bahasa latin scientia, yang

merupakan turunan dari kata scire, dan mempunyai arti mengetahui (to

know), yang juga berarti belajar. Science juga bermakna pengetahuan yang

mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas (Rusuli dan

Daud, 2015).

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seorang (ovent behavior). Dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Asriani,

2016)

Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat yaitu :

28
a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comperhension)

Kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui

dan menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari.

d. Analisa (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-

komponen, tapi masih dalam struktur tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi/penilaian suatu objek (Asriani, 2016)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

29
a. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah

ia memahami hal baru dan menyelesaikan aneka persoalan yang

berkaitan dengannya.

b. Informasi

Seseorang yang memiliki keluasan informasi, akan semakin

memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena apa yang sampai kepada dirinya, biasanya terlebih

dahulu disaring berdasarkan kebudayaan yang mengikatnya.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan

individu maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas

seseorang umur semakin banyak (semakin tua).

e. Social ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

disesuaikan dengan penghasilan yang ada sehingga memenuhi

pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin.

Begitupun dalam mencari bantuan kesarana kesehatan yang ada

mereka sesuaikan dengan pendapatan yang ada.

(Karomah, 2015).

30
4. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Mulyadi Kartanegara, sumber ilmu pengetahuan

merupakan alat atau sesuatu dari mana individu memperoleh informasi

tentang suatu objek. Karena manusia mendapatkan informasi dari indera

dan akal, maka tiga alat itulah yang dianggap sebagai sumber ilmu

pengetahuan. Dengan kata lain, sumber ilmu pengetahuan adalah

empirisme (indera) dan rasionalisme (akal).

Empirisme adalah pengetahuan yang diperoleh dengan

perantaraan panca indera. Paham empirisme berpendirian bahwa

pengetahuan berasaldari pengalaman. John Locke yang merupakan tokoh

dalam teori ini mengemukakan bahwa manusia ibarat kertas putih, maka

pengamalan panca inderawinya yang akan menghiasi jiwa manusia dari

mempunyai pengetahuan yang sederhana hingga menjadi pengetahuan

yang kompleks. Selain itu, David Hume mengemukakan bahwa manusia

sejak lahir tidak mempunyai pengetahuan sama sekali, pengetahuannya

didapatkan melalui penginderaan. Hasil dari pengamatan melalui

inderanya, maka menghasilkan dua hal kesan (impression) dan ide (idea).

Rasionalisme merupakan kebalikan dari empirisme yang

berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Akal memang

membutuhkan bantuan panca indera untuk memperoleh data dari alam

nyata, tetapi hanya akal yang mampu menghubungkan data satu sama

lainnya, sehingga terbentuklah pengetahuan.

31
Menurut Von Glasersfeld, pengetahuan itu dibentuk oleh struktur

konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya.

Lingkungan dapat berarti dua macam. Pertama, lingkungan yang

menunjuk pada keseluruhan obyek dan semua relasinya yang

diabstraksikan dari pengalaman. Kedua, lingkungan yang menunjuk pada

sekeliling hal itu yang telah diisolasikan. Pendeknya, sumber pengetahuan

yang diakui keabsahannya dalam perspektif Barat hanya rasionalisme dan

empirisme.

Kebenaran pengetahuan merupakan implikasi dari sumber

pengetahuan itu sendiri. Jika pengetahuan Barat mengandalkan empiris

dan rasional, maka menurut pandangan mereka, pengetahuan dikatakan

benarapa bila sesuai dengan kenyataan yang ada dan sesuai dengan

akalnya. Dari sini, teori kebenaran dapat diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu kebenaran realism dan idealisme. Pandangan realisme berpendapat

bahwa pengetahuan dianggap benar dan tepat apabila sesuai dengan

kenyataan. Teori ini didukung oleh Bertand Russell dengan teori

korespondensinya, Charles S. Peirce dengan teori pragmatismenya dan

para ahli konstruktivis. Sedangkan kebenaran idealisme menandaskan

bahwa hakikat kebenaran pengetahuan didasarkan pada alam ”ide”,

terutama akal. Realita yang ditangkap panca indera manusia sudah

ditentukan sebelumnya dalam alam ”ide” itu. Pandangan ini didukung oleh

Socrates dan Aristoteles dengan teori koherensinya. Berdasarkan dua teori

tersebut, maka kebenaran dalam pengetahuan Barat bersifat relatif. Karena

32
pengetahuan itu bukan barang mati yang sekali jadi, melainkan suatu

proses yang terus berkembang. Dan tidak menutup kemungkinan

pengetahuan yang lama akan digugurkan oleh pengetahuan yang baru

karena dianggap sudah tidak relevan lagi.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah pengetahuan yang benar

bisa dilihat dari dua hal, yaitu kesesuaiannya dengan realitas atau fakta

yang ada dan kesesuaiannya dengan akal manusia yang bersifat subyektif.

Hal ini menunjukkan bahwa kebenaran pengetahuan dalam perspektif.

Barat bersif atrelatif, karena pengetahuan akan berkembang terus-menerus

dan pengetahuan yang lama akan digugurkan oleh pengetahuan yang baru

(Rusuli dan Daud, 2015).

5. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Misrayanti (2016), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu

a. Baik : Hasil Persentasi 76% -100%

b. Cukup : Hasil Persentasi 56% - 75%

c. Kurang : Hasil Persentasi < 56%

33
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

Pengetahuan tentang penggunaan obat anti rematik sangat penting

untuuk mengurangi penyalahgunaan obat, dapat memberikan dampak negatif

dalam penggunaan. Hal ini disebabkan karena dalam pengobatan masyarakat

sering sekali mengabaikan penyakit ini padahal penyakit ini cukup berbahaya

jika tidak ditindak lanjuti atau tidak adanya penanganan, itu semua

dikarenakan kurangnya pemahaman atau pengetahuan masyarakat terhadap

penyakit ini yaitu penyakit rematik.

B. Kerangka Penelitian

Pengetahuan Masyarakat
Tentang Penggunaan Obat
Antirematik, 6 T :
 Tepat Diagnosa
 Tepat Indikasi
 Tepat Obat
 Tepat Dosis
 Tepat Cara
Pemberian
 Tepat Waktu

Sumber : Ramadhan (2015).

34
Keterangan :

: Yang diteliti

C. Identifikasi Variabel

Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Nadliroh, 2014).

Pada penelitian ini penulis hanya menggunakan satu variabel yaitu

pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat antirematik di Desa

Teteona Kec. Wonggeduku Barat Kab. Konawe Sulawesi Tenggara.

D. Definsi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional

Pengetahuan yang dimaksud disini yaitu pengetahuan masyarakat


tentang penggunaan obat antirematik. Pengetahuan diukur menggunakan
kuesioner yang berisi 10 pertanyaan mengenai penggunaan obat
antirematik dimasyarakat. Data yang dikumpulkan diberi poin dimana
besarnya sampel yang akan digunakan dihitung dengan menggunakan
skala Guttman :

Pengukuran skor untuk jawaban BENAR = 2


Pengukuran skor untuk jawaban SALAH = 1
Persentase skor =(jumlah skor rata-rata)/(Skor Ideal) X 100%
Skor ideal = jumlah responden x 2 (skor jawaban tertinggi)
jawaban yang diperoleh berdasarkan persentase skor dibagi dalam
kategori.

35
2. Kriteria Objektif

g. Cukup : Bila jawaban responden mencapai > 75%

h. Kurang : Bila jawaban responden mencapai < 74%

36
BAB IV

METODE PENELITIUAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif yaitu statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau

populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum (Nadliroh, 2014). Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan masyarakat tentang

penggunaan obat antirematik.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku

Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan

dalam suatu penelitian. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja

tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek

tersebut (Nadliroh, 2014).

37
Populasi dari penelitian ini adalah semua masyarakat di Desa

Teteona Kec. Wonggeduku Barat Kab. Konawe Sulawesi Tenggara.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakili suatu

populasi yang akan diteliti atau sebagian dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Nadliroh, 2014).

Sampel dari penelitian ini yaitu masyarakat yang memiliki

keluhan rematik di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik sampling non probability yaitu dengan purposive sampling.

Teknik sampling non probability adalah teknik yang tidak memberikan

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Purposive sampling adalah metode

pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan

dengan struktur penelitian, dimana pengambilan sampel dengan

mengambil sampel orang-orang yang dipilih oleh penulis menurut ciri-

ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Nadliroh, 2014).

38
c. Kriteria Sampel

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,

maka sebelum dilakukan pengambilan sampel ditentukan kriteria

inklusi maupun eksklusi (Nadliroh, 2014).

1) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai :

a) Masyarakat di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

b) Masyarakat yang memiliki keluhan rematik.

c) Masyarakat yang bersedia menjadi responden.

2) Kriteria eksklusi

a) Masyarakat yang bukan merupakan masyarakat di Desa

Teteona Kec. Wonggeduku Barat Kab. Konawe Sulawesi

Tenggara.

b) Masyarakat yang menolak menjadi responden.

c) Masyarakat yang tidak memiliki keluhan rematik.

d) Masyarakat yang tidak memenuhi kriteria inklusi.

e) Masyarakat yang memiliki keterbatasan.

39
D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah serta diterbitkan

sendiri oleh organisasi yang menggunakannya. Data primer yang akan

diperoleh langsung dari masyarakat Desa Tewteona Kec. Wonggeduku

Barat Kab. Konawe Sulawesi Tenggara dengan bantuan kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dibuat atau diterbitkan oleh

penggunanya. Data sekunder dari penelitian ini yaitu sebagai penunjang

dan pelengkap yang ada relevasinya untuk keperluan penelitian diperoleh

dari Kapala Desa Teteona dan dari Puskesmas Desa Teteona.

E. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang

dilakukan setelah pengumpulan data. Untuk kemudahan dalam pengolahan

data dipergunakan bantuan program computer. Langkah-langkah

pengolahan data meliputi editing, coding, processing, cleaning, dan

tabulating (Lapau, 2012).

a. Editing, adalah tahapan kegiatan memeriksa validitas data yang masuk

seperti memeriksa kelengkapan jawaban, relevansi jawaban, dan

keseragaman suatu pengukuran.

40
b. Coding, adalah tahapan kegiatan mengklarifikasi data dan jawaban

menurut kategori masing-masing sehibngga memudahkan dalam

pengobatan data.

c. Processing, adalah tahapan kegiatan memproses data agar dapat

dianalisis.

d. Pemprosesan, data dilakukan dengan cara meng-entry (memasukkan)

data hasil pengisian kuesioner ke dalam master tabel atau database

computer.

e. Cleaning, yaitu tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

di entry dan melakukan koreksi bila terdapat kesalahan.

f. Tabulating, merupakan tahapan kegiatan pengorganisasian data

sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun. Data

ditata untuk disajikan dan dianalisis.

2. Analisis Data

Pada analisis Univariat, data yang diperoleh dari hasil

pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai distribusi

normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan

standar devisi (SD) sebagai ukuran penyebab. Jika distribusi data tidak

normal maka sebaiknya menggunakan median sebagai ukuran pemusatan

dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2013).

41
F. Etika Penelitian

1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada subjek yang diteliti.

Peneliti yang menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan serta dampak yang mungkin akan tejadi selama dan sesudah

pengumpulan data (Nadliroh, 2014).

2. Confidentially (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset (Nadliroh, 2014).

3. Anonymity (tanpa nama)

Pada saat responden mulai mendapatkan penjelasan dan

mendapatkan sebuah angket atau lembar pertanyaan, wawancara, maka

responden tidak perlu mencantumkan nama responden ke dalam lembar

(Nadliroh, 2014).

42
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Obat Antirematik

Tabel 5.1. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Obat


Antirematik Di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
No. Kategori Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Cukup 51 orang 85
2. Kurang 9 orang 15
Jumlah : 60 100
Sumber :data primer, 2017

Pada tabel 5.1. dapat dilihat distribusi pengetahuan responden tentang

penggunaan obat antirematik di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku

Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara yaitu responden yang

memiliki pengetahuan cukup sebanyak 51 orang (85%) dan responden

yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 9 orang (15%).

2. Tanggapan Responden

Tabel 5.2. Distribusi Tanggapan Responden Tentang Penggunaan Obat


Antirematik Di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Tanggapan Ressponden
No Pertanyaan Jawaban
Jawaban YA Skor Skor
TIDAK
1 1 58 116 2 2
2 2 35 70 25 25
3 3 49 98 11 11
4 4 4 8 56 56
5 5 57 114 3 3
6 6 18 36 42 42
7 7 7 14 53 53
8 8 52 104 8 8
9 9 35 70 25 25

43
10 10 39 78 21 21
Jumlah : 354 708 246 246
Rata-rata : 35,4 70,8 24,6 24,6
Sumber : data primer, 2017

Uraian :

Jumlah Skor Rata−rata


Persentase Skor = x 100%
Skor Ideal

Skor Ideal = Jumlah Responden x 2 (jumlah jawaban tertinggi)

= 60 x 2

= 120

a. Jawaban YA
70,8
Persentase Skor = 𝑥 100%
120

= 59%

b. Jawaban TIDAK
24,6
Persentase Skor = 𝑥 100%
120

= 20,5%

c. Jumlah Persentase Skor = 59% + 20,5%

= 79,5%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan

masyarakat desa teteona kecamatan wonggeduku barat kabupaten konawe

sulawesi tenggara termasuk dalam kategori tinggi dengan hasil persentase

59%, sedangkan yang tidak mengetahui penggunaan obat antirematik

sebanyak 20,5%.

44
3. Karakteristik Pengetahuan Responden

a. Usa/Umur

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan


Usia/ Umur di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara
Usia/ Umur Pengetahuan Total
Cukup Kurang
n % n % n %
20-44 tahun 19 31,67 2 3,33 21 35
45-60 tahun 29 48,33 5 8,33 34 56,67
≥60 tahun 3 5 2 3,33 5 8,33
Jumlah : 51 85 9 15 60 100
Sumber : data primer, 2017

Pada tabel 5.3. dapat dilihat distribusi responden berdasarkan usia,

terdapat 21 orang (35%) yang rentang berusia 20-45 tahun, terdapat 34

orang (56,67%) yang rentang berusia 45-60 tahun, dan terdapat 5

orang (8,33%) yang rentang berusia ≤ 60 tahun. Dari distribusi ini

dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 45- 60 tahun

yaitu 34 orang (56,67%). Sedangkan berdasarkan pengetahuan

sebagian besar responden yang cukup pengetahuannya tentang

penggunaan obat antirematik yaitu responden yang berusia 45-60

tahun yaitu 29 orang (48,33%).

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan


Jenis Kelamin Di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Pengetahuan
Total
Jenis Kelamin Cukup Kurang
n % n % n %
Laki-laki 21 35 5 8,33 26 43,33
Perempuan 30 50 4 6,67 34 56,67

45
Total 51 85 9 15 60 100
Sumber : data primer, 2017

Pada tabel 5.4. dapat dilihat distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin, terdapat 34 orang (56,67%) yang rentang berjenis kelamin

perempuan, dan terdapat 26 orang (43,33%) yang rentang berjenis

kelamin laki-laki. Dari distribusi ini dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan yaitu 34 orang (56,67%).

Sedangkan berdasarkan pengetahuan sebagian besar responden yang

cukup pengetahuannya tentang penggunaan obat antirematik yaitu

responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 3o orang

(50%).

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan


Tingkat Pendidikan Di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku
Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Pengetahuan
Total
Tingkat Pendidikan Cukup Kurang
n % n % n %
S2 1 1,67 - - 1 1,67
S1 14 23,33 2 3,33 16 16,67
D3 1 1,67 1 1,67 2 3,33
SMA 33 55 3 5 36 60
SMP 1 1,67 2 3,33 3 5
SD 1 1,67 1 1,67 2 3,33
Total 51 85 9 15 60 100
Sumber : data primer, 2017

Pada tabel 5.5. Dapat dilihat distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan terdapat 1 orang (1,67%) yang rentang berpendidikan S2,

terdapat 16 orang (26,67%) yang rentang berpendidikan S1, terdapat 2

orang (3,33%) yang rentang berpendidikan D3, terdapat 36 orang

46
(60%) yang rentang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA),

terdapat 3 orang (5%) yang rentang berpendidikan Sekolah menengah

Pertama (SMP) dan terdapat 2 orang (3,33%) yang rentang

berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Dari distribusi ini dapat dilihat

bahwa sebagian besar responden adalah responden yang berpendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 36 orang (60%). Sedangkan

berdasarkan pengetahuan sebagian besar responden yang cukup

pengetahuannya tentang penggunaan obat antirematik yaitu responden

yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 33 orang (55%).

d. Pekerjaan

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan


Pekerjaan Di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Pengetahuan
Total
Pekerjaan Cukup Kurang
N % n % n %
PNS 4 6,67 1 1,67 5 8,33
Wiraswasta 16 26,67 3 5 19 31,67
Wirausaha 26 43,33 4 6,67 30 50
Ibu Rumah
5 8,33 1 1,67 6 10
Tangga
51 85 9 15 60 100
Sumber :data primer, 2017

Pada tabel 5.6. dapat dilihat distribusi responden berdasarkan pekerjaan,

terdapat 5 orang (8,33%) yang rentang bekerja sebagai Pegawai Negeri

Sipil (PNS), terdapat 19 orang (31,67%) yang rentang bekerja sebagai

wiraswasta, terdapat 30 orang (50%) yang rentang bekerja sebagai

wirausah, dan terdapat 6 orang (10%) yang bekerja sebagai ibu rumah

47
tangga. Dari distribusi ini dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden bekerja sebagai wirausaha yaitu sebanyak 30 orang (50%).

Sedangkan berdasarkan pengetahuan sebagian besar responden yang

cukup pengetahuannya tentang penggunaan obat antirematik adalah

responden yang memiliki pekerjaan sebagai wirausaha yaitu sebanyak

26 orang (43,33%).

B. Pembahasan

Rematik merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak muncul

pada banyak kalangan, pria maupun wanita. Gejala utama yang dapat muncul

ketika gejala rematik itu terjadi adalah rasa sakit dan juga nyeri pada bagian

tubuh, seperti persendian, tulang, dan juga bagian otot tubuh.

Pada dasarnya, rematik bukanlah suatu jenis penyakit menular dan

tidak akan menyebabkan komplikasi penyakit lainnya. Namun, penanganan

yang salah dapat beresiko yang dapat menganggu masyarakat, karena rasa

sakit yang muncul akan sangat menganggu dan juga sangat membuat kita

sebagai penderita rematik merasa tidak nyaman, selain itu rematik juga dapat

mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen.

Berdasarkan hasil skoring yang telah ditetapkan dengan

menggunakan 10 pertanyaan untuk mengukur variable. Pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan obat antirematik di Desa Teteona Kecamatan

Wonggeduku Barat Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara mayoritas

memiliki pengetahuan cukup. Hal ini dilihat pada tabel 5.1 terdapat 51

responden (85%) memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan yang

48
berpengetahuan kurang terdapat 9 orang (15%). Dan juga dapat dilihat pada

tabel 5.2. bahwa untuk pertanyaan nomor 1 lebih banyak yang menjawab

benar yaitu 58 orang. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor diantaranya

pengalaman dan informasi yang didapatkan, serta tingkat pendidikan

masyarakat, dimana sebagian besar pendidikan responden yaitu Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan yang paling rendah Sekolah Dasar (SD), dapat

dilihat pada tabel 5.4. Namun masih banyak responden yang mengalami

kekeliruan dalam memperoleh obat khsusunya obat antirematik. Masyarakat

di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat Kabupaten konawe Sulawesi

Tenggara masih memperoleh obat dengan cara membelinya di warung

maupun pasar yang ada disekitar, padahal yang kita ketahui bahwa obat-

obatan hanya dapat diperjual belikan ditokoh yang berizin, salah satunya yaitu

tokoh obat maupun apotek. Selain itu masyarakat juga dapat memperoleh

informasi dengan melakukan konsultasi dengan Apoteker maupun tenaga

kesehatan lainnya tentang penyakit dan pengobatannya. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 5.2. dimana pada pertanyaan No.4 banyak yang menjawab salah

yaitu 56 orang.

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan masyarakat di Desa

Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat Kabupaten Konawe tentang

penggunaan obat antirematik berdasarkan umur, dapat dilihat bahwa

responden yang berumur 20-44 tahun sebanyak 21 orang (35%), umur 45-60

tahun sebanyak 34 orang (56,67%), umur ≥ 60 tahun sebanyak 5 orang

(8,33%). Dari data tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden berusia

49
45-60 tahun sebanyak 34 orang (56,67%). Menurut Suiraoka (2012), Artritis

reumatoid juga biasanya timbul antara 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit

ini juga terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil).

Pada dasarnya penyakit rematik kebanyakan terjadi pada lansia, seperti yang

dijelaskan Kimienski dan Keogh (2015), bahwa osteoartritis atau penyakit

sendi degeneratif menyerang 80% orang di atas usia 70 tahun. Namun

berdasarkan hasil penelitian bahwa penyakit rematik pada lansia sebanyak

8,33% disebabkan karena adanya beberapa faktor yaitu yang pertama karena

jumlah lansia (≥60 tahun) yaitu hanya 13 orang sedangkan masyarakat yang

berusia 45-60 tahun lebih banyak dan memungkinkan sebagian besar

responden yaitu masyarakat yang berusia 45-60 tahun, faktor kedua yaitu

karena tidak bersedianya sebagian lansia untuk menjadi responden. Sedangkan

responden yang berpengetahuan kurang lebih dominan pada responden yang

berumur 45-60 tahun, hal ini disebabkan karena pengetahuan dapat

dipengaruhi oleh faktor usia, dimana ketika seseorang mulai tua (umur) maka

organ-organ yang ada di dalam tubuh fungsinya akan berkurang setelah

bertambahnya usia begitupun dengan ingatan yang semakin berkurang. Selain

itu, juga disebabkan karena jumlah responden yang mayoritas berumur 45-60

tahun dan hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin, penyakit

rematik lebih dominan di derita oleh perempuan, hal ini dapat kita lihat pada

tabel 5.4. dimana responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26

orang (43,33%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 34 orang (56,67%).

50
Menurut Green (2012), sebelum usia 45 tahun, osteoartritis lebih umum

menyerang pria. Namun, setelah usia di atas 55 tahun, wanita yang lebih

rentan terserang OA (osteoartritis). Hasil ini mengindikasikan adanya

hubungan antara menopause dengan OA ; beberapa penelitian menyimpulkan

kalau estrogen dapat melindungi tulang rawan dari inflamasi dan efek ini akan

menghilang setelah menopause. Menurut riset Artritis Inggris, wanita terkena

artritis di tangan dua kali lebih banyak dari pria, dan empat lebih banyak

wanita terkena OA di lutut dibandingkan pria. Sedangkan jumlahnya setara

antara wanita dan pria yang terkena OA di ppanggul. Sedangkan menurut

Suiraoka (2012), artritis rheumatoid biasanya terjadi antara 30-70 tahun dan

lebih sering menyerang wanita dari pada pria. Perempuan lebih mudah terkena

Rheumatoid Arthritis darii pada laki-laki. Dengan perbandingan 2-3 (wanita) :

1 (laki laki). Sedangkan untuk pengetahuan responden tentang penggunaan

obat antirematik berdasarkan jenis kelamin, yaitu yang berpengetahuan kurang

lebih dominan pada laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan lebih agresif

atau tingkat penasarannya terhadap sesuatu lebih tinggi sehingga lebih muda

dalam mencari informasi terkait hal-hal tersebut. Selain itu karena perempuan

lebih dominan terkena penyakit rematik, hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Berdasarkan hasil penelitian responden berdasarkan tingkat

pendidikan, yaitu S2 sebanyak 1 orang (1,67%), S1 sebanyak 16 orang

(26,67%), D3 sebanyak 2 orang (3,33%), SMA sebanyak 36 (60%), SMP

sebanyak 3 orang (5%) dan SD sebanyak 2 (3,33%). Dari data distribusi

tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu berpendidikan

51
Sekolah Menengah Atas (SMA), hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5.

Sedangkan untuk hasil penelitian pengetahuan responden tentang penggunaan

obat antirematik yaitu yang berpengetahuan kurang lebih dominan pada

responden tamatan SMA, hal ini disebabkan karena jumlah responden

sebagian besar adalah masyarakat yang berpendidikan SMA. Menurut

Karomaah (2015), bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan seseorang, dimana ia menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, semakin mudah ia memahami hal baru dan

menyelesaikan aneka persoalan yang berkaitan dengannya. Namun

berdasarkan hasil yang didapatkan terdapat responden yang berpendidikan S1

sebanyak 2 orang (3,33%) dan responden berpendidikan D3 yaitu 1 orang

(1,67%) yang berpengetahuan kurang tentang penggunaan obat antirematik.

Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dijelaskan

Karomah (2015), bahwa selain tingkat pendidikan, pengalaman, informasi,

budaya dan sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Sedangkan berdasarkan pekerjaan responden yaitu yang bekerja

sebagai PNS sebanyak 5 orang (5%), sebagai wiraswasta sebanyak 19 orang

(31,67%), sebagai wirausaha sebanyak 30 orang (50%) dan sebagai Ibu

Rumah Tangga sebanyak 6 orang (10%). Dari data tersebut diketahui bahwa

sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai Wirausaha. Menurut

Nadliroh (2014), salah satu penyabab terjadinya penyakit rematik yaitu terjadi

pada para pekerja yang menggunakan lutut secara berlebihan, misalnya

pedagang keliling dan pekerja yang bekerja dengan banyak jongkok yang

52
menyebabkan tekanan berlebihan pada lutut. Sedangkan berdasarkan hasil

penelitian pengetahuan responden tentang penggunaan obat antirematik, yang

berpengetahuan kurang lebih dominan pada responden yang memiliki

pekerjaan sebagai wirausaha. Hal ini dikarenakan jumlah responden sebagian

besar yang memiliki pekerkjaan sebagai wirausaha, dapat dilihat pada tabel

5.6.

Berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa responden

yang berpengetahuan cukup yaitu 51 orang (85%) dan yang berpengetahuan

kurang yaitu ada 9 orang (15 %). Dari data tersebut diketahui bahwa sebagian

besar responden berpengetahuan cukup tentang penggunaan obat antirematik.

Hal ini menunjukkan bahwa di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara berpengetahuan baik.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak melihat

adanya faktor penyebab kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

penggunaan obat antirematik di Desa Teteona Kecamatan Wonggeduku Barat

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

53
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yaitu gambaran pengetahuan masyarakat tentang

penggunaan obat antirematik, dengan besar sampel sebanyak 60 responden

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat cukup tentang penggunaan

obat antirematik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan

berupa saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan

obat antirematik dengan meningkatkan pengetahuan melalui membaca

buku, mencari informasi serta mengikuti penyuluhan agar dapat lebih

memahami berbagai informasi yang lebih jelas, sehingga dapat

mempertimbangkan segala sesuatu dalam mengambil keputusan dan

tindakan jika dikemudian hari menemukan masalah tentang

penyalahgunaan obat antirematik.

2. Bagi Pemerintah

Diharapkan pemerintah melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait permasalahan-

54
permasalahan khsuusnya dalam masalah kesehatan dengan melakukan

penyuluhan tentang penggunaan obat antirematik.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu

sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih

lanjut berdasarkan faktor lainnya, variabel yang berbeda, jumlah sampel

yang lebih banyak, tempat yang berbeda, desain yang lebih tepat dan tetap

berhubungan dengan penggunaan obat antiteramatik.

55
DAFTAR PUSTAKA

Asriani., 2016, Gamabaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Tanaman Herbal


Anti Hipertensi Di Desa Benteng Tellue Kecamatan Amali Kabupaten
Bone, Makassar.

Astuti, Sumiyati., 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat


Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Di RW 04 Kelurahan
Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta

Chabib, Lutfi., Ikawati, Zullies., Martien, Ronny dan Ismail, Hilda., 2016, Review
Rheumatoid Arthritis Terapi Farmakologi, Potensi Kurkumin dan
Analoginya, Serta Pengembangan Sistem Nanopartikel, UGM, Yogyakarta.

Dirgahayu, Nadia Primivita., 2015, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan


Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah Gonilan Kartasura Sukoharjo, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.

Green, Wendy., 2012, 50 Hal Yang Bisa Anda Lakukan Hari Ini Untuk Mengatasi
ARTRITIS, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Gunawan, Sulistia Gan., 2012, Farmakologi Dan Terapi Edisi 5, UI, Jakarta

Harvey, Richard A. dan Champe, Pamela C., 2013, Farmakologi Ulasan


Bergambar Edisi 4. EGC, Jakarta.

Hartono, Radyanto Iwan Widya., 2012, Akupresur Untuk Berbagai Penyakit,


Rapha Publishing, Yogyakarta.

Kamienski, Mary dan Keogh, Jim., 2015, Farmakologi Demystified. Rapha


Publishing, Yogyakarta.

Karomah, Hidayatul., 2015, Hubungan Pengetahuan Ibu Dalam Penerapan Toilet


Trainning Pada Usia Toddler 18-36 Bulan Di Paud MPA Daycare Bumi
Teluk Jambe Karawang, Jakarta.

Lapau. Dr. MPH, Prof. Dr. Buchari., 2012, Metode Penelitian Kesehatan, IKAPI
DKI, Jakarta.

Lina, Mardiana., 2012, Daun Ajaib Tumpas Penyakit, Penebar Swadaya, Jakarta.

Misrayanti., 2016, Tingkat Pengetahuan Supir Angkutan Antarkota Dalam


Provinsi Terhadap Minuman Berenergik Di Terminal Daya. Makassar.

56
Mardiono, Sasono., 2012, Pengaruh Terapi Range Of Motion (Rom) Dalam
Menurunkan Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2012, STIK
Bina Husada, Palembang.

Nadliroh, Uyun., 2014, Gambaran Penyakit Rematik Pada Lansia Di Panti Wreda
Dharma Bakti Surakarta, Surakarta.

Ramadhan, Rizky Islamy., 2015, Rasionalitas Penggunaan Oains Pada Pasien


Rematik Osteoarthritis Rawat Jalan Di Rsud Kabupaten Subang Tahun
2014 Ditinjau Dari (Tepat Diagnosis, Tepat Indikasi, Tepat Obat, Tepat
Dosis, Tepat Cara Pemberian, Tepat Pasien), UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta

Rusuli, Izzatur dan M. Daud, Zakiul Fuady., 2015, Ilmu Pengetahuan Dari John
Locke Ke Al-Attas, STAIN Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah.

Saryono dan Angraeni, Mekar Dwi., 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Sofyan., Sarman, Anwar., dan Rochfika., 2015, Gambaran Nyeri Rheumatoid


Artritis Dan Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
Pada Lansia, STIK, Makassar

Sidipratomo, Prijo., 2012, Informasi Obat Dokter Indonesia IODI, IDI, Jakarta.

Suparni, Ibunda dan Wulandari, Ari., 2013, Manfaat dan Khasiat Sehat Dari
Dapur, Rapha Publiahing, Yogyakarta.

Suparni, Ibunda dan Wulandari, Ari., 2012, Herbal Nusantara, Rapha Publishing,
Yogyakarta.

Suiraoka., 2012, Penyakit Degeneratif, Nuha Medika. Yogyakarta.

Tedampa, Restu Gloria Putri., Mulyadi dan Bataha, Yolanda B., 2016, Hubungan
Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Artritis Reumatoid Di Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai. Universitas Sam
Ratulangi, Manado

57
LAMPIRAN 1

SKEMA KERJA

Surat Pengantar Dari STIKES Nani Hasanuddin Makassar Ke

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kota Kendari

Surat Rekomendasi Penelitian Dari Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kota Kendari

Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara

Kantor DinKes Kab.Konawe

Kantor Badan Penelitian Dan Pengembangan Kab. Konawe

Kantor Camat Kec. Wonggeduku Barat

58
Kantor Desa Teteona

Responden

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

59
Kesimpulan

60
LAMPIRAN 2

KUESIONER

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN OBAT

ANTIREMATIK DI DESA TETEONA KECAMATAN

WONGGEDUKU BARAT KABUPATEN KONAWE

SULAWESI TENGGARA

Sebelum kami mengucapkan terima kasih atas partisipasinya anda dalam

meluangkan waktu untuk menjawab kuesinoner ini, besar harapan kami, anda

menjawab sesuai dengan apa yang anda ketahui. Apabila hasilnya tidak akan

mempengaruhi reputasi anda.

Identitas Responden :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

61
Nama obat yang dikonsumsi (sebutkan) :

1. 3.

2. 4.

Petunjuk pengisian : Berikan tanda centang (√) pada masing-masing pernyataan yang

menurut anda paling sesuai.

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak

1. Apakah anda tahu tentang obat antirematik ?

Apakah anda sering menggunakan obat


2.
rematik ?

Apakah dalam memperoleh obat rematik,


3.
anda membelinya diapotek atau tokoh obat ?

Apakah dalam memperoleh obat rematik,

4. anda membelinya di pasar atau warung

terdekat ?

Apakah anda tahu penyakit rematik harus


5.
diobati ?

62
Apakah anda pernah melakukan konsultasi

6. kepada dokter terkait penyakit rematik yang

anda alami ?

Apakah anda tahu bahwa penyakit rematik

7. hanya diobati dengan menggunakan obat

penghilang nyeri ?

Apakah anda pernah melakukan penggobatan

8. tradisional (bahan alam) untuk mengobati

penyakit rematik anda ?

Apakah anda tahu bhawa penyakit rematik

9. dapat menyebabkan kelumpuhan yang

permanen ?

Apakah anda tahu penggunaan obat anti nyeri

10. (analgesik) yang berlebihan dapat berdampak

buruk bagi kesehatan anda ?

63
LAMPIRAN 3

GAMBAR PENGAMBILAN DATA

64
LAMPIRAN 4
MASTER TABEL

Univariat Aspek Pengukuran


No. Ins Umur JK Pend PKJ P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jml Kategori
1 A.J 2 2 4 3 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
2 NR 2 1 4 3 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 15 Cukup
3 AA 2 1 4 4 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 17 Cukup
4 HSH 2 1 4 4 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 12 Kurang
5 RM 1 2 4 3 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 15 Cukup
6 AB 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 16 Cukup
7 AR 2 2 4 3 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
8 DS 2 1 4 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
9 LL 2 1 4 3 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 17 Cukup
10 GS 2 1 4 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 15 Cukup
11 HS 2 1 5 3 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 15 Cukup
12 MY 2 1 6 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 15 Cukup
13 NR 2 1 6 3 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 14 Kurang
14 DN 2 1 4 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 15 Cukup

1
15 MY 2 1 4 3 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 16 Cukup
16 DN 3 1 4 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 16 Cukup
17 ND 1 1 3 3 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 17 Cukup
18 DD 2 1 4 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
19 HG 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 17 Cukup
20 NT 1 1 4 3 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 15 Cukup
21 OR 1 1 4 3 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 17 Cukup
22 NS 1 1 4 3 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
23 AM 3 2 5 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 16 Cukup
24 IL 2 2 5 3 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 14 Kurang
25 RH 2 2 5 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 14 Kurang
26 HT 1 1 4 4 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 15 Cukup
27 NI 2 1 4 4 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
28 MT 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 14 Kurang
29 BBG 1 2 4 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
30 SY 1 1 4 4 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 17 Cukup
31 MS 2 1 4 4 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 15 Cukup
32 SGN 3 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 14 Kurang
33 LH 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 17 Cukup

2
34 RF 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
35 MW 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 16 Cukup
36 ST 2 1 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 16 Cukup
37 HSN 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
38 HN 3 1 3 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 14 Kurang
39 SAM 2 2 4 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 14 Kurang
40 DY 2 2 4 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 15 Cukup
41 YSB 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 17 Cukup
42 SA 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 Cukup
43 AN 2 2 4 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 Cukup
44 IR 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 18 Cukup
45 MP 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 18 Cukup
46 RN 1 1 4 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 18 Cukup
47 BH 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 Cukup
48 AZ 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 18 Cukup
49 DJ 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 Cukup
50 SN 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 Cukup
51 JST 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 16 Cukup
52 NS 1 2 4 3 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 15 Cukup

3
53 LHT 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 17 Cukup
54 RAP 1 2 4 3 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 13 Kurang
55 RY 2 2 4 3 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
56 DS 2 2 4 3 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 16 Cukup
57 JMA 2 2 4 3 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 16 Cukup
58 TN 2 1 4 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 18 Cukup
59 RA 1 1 4 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 16 Cukup
60 JM 2 1 4 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 15 Cukup

4
LAMPIRAN 5

1. Grafik Karakteristik Usia Responden

40

35

30

25

20 Persentase (%)

15 Frekuensi (f)

10

0
20-44 tahun 45-60 tahun ≥60 tahun

2. Grafik Karakteristik Jenis Kelamin Responden

40

35

30

25

20 Persentase (%)
Frekuensi (f)
15

10

0
Perempuan Laki-laki

1
3. Grafik Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden

40
35
30
25
20 Persentase (%)
15 Frekuensi (f)
10
5
0
S2 S1 D3 SMA SMP SD

4. Grafik Karakteristik Pekerjaan Responden

35

30

25

20
Persentase (%)
15
Frekuensi (f)
10

0
PNS Wiraswasta Wirausaha Ibu Rumah
Tangga

2
5. Grafik Pengetahuan Responden

60

50

40

Persentase (%)
30
Frekuensi (f)

20

10

0
Cukup Kurang

3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Asyrianti Rasymi

Tempat/ tanggal lahir : Teteona / 27 Juni 1996

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/ bangsa : Tolaki-Jawa/ Indonesia

Alamat di Makassar : Komp. BKN, Jl. Karis IV No. 5

Program Studi : DIII Farmasi

Riwayat Pendidikan :

a. Tamat SD : 2009 di SDN Teteona

b. Tamat SMP : 2011 di SMPN 3 Pondidaha

c. Tamat SMK : 2014 di SMK Kesehatan Swasta

Unaaha

d. Mengikuti Pendidikan Akademi Farmasi Di STIKES

Nani Hasanuddin Makassar Tahun 2014 sampai

sekarang.

Anda mungkin juga menyukai