Anda di halaman 1dari 86

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN


DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN
DI PUSKESMAS BINAMU KOTA
KABUPATEN JENEPONTO

DHEA SETYANING PUTRI

21703011

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

MAKASSAR

2021
ABSTRAK

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan


di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto

DHEA SETYANING PUTRI


(di bimbing oleh Irwan SKM,M.Kes dan Jufri SKM,M.Kes)

Bertambahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan mengakibatkan


tuntutan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Salah satu upaya
mengantisipasi keadaan tersebut dengan menjaga kualitas pelayanan, sehingga
perlu dilakukan upaya terus menerus agar dapat diketahui kelemahan atau
kekurangan jasa pelayanan kesehatan. Semakin meningkatnya tuntutan
masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan perlu
ditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat
jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross
Sectional Study. Populasi pada penelitian ini sebanyak 12.736 orang yang merupakan
pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto. Pengambilan
sampel menggunakan teknik Accidental Sampling dan diperoleh sampel sebanyak 99
responden. Pengumpulan data dilakukan secara wawancara dengan alat bantu
kuesioner. Kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS.
Hasil analisis bivariat dari 99 responden yang diteliti, diketahui hasil analisis
statistik menggunakan uji Chi square (p<0,05) maka di peroleh ada hubungan pada
dimensi ketepatan waktu (p=0,00) dengan kepuasan pasien sedangkan hasil analisis
statistik menggunakan Fisher exact test (p > 0,05) maka diperoleh tidak ada hubungan
pada dimensi kompetensi teknis (p=0,116),hubungan antar manusia (p=0,116),
kenyamanan (p=0,116) dan keamanan (p=0,116) dengan kepuasan pasien..
Kesimpulan dari penelitian adalah dari lima variabel yang telah diuji terdapat satu
variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan pasien yaitu
variabel ketepatan waktu, sedangkan untuk variabel kompetensi teknis, hubungan
antar manusia kenyamanan, keamanan, tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan kepuasan pasien.
Kata kunci: Kualitas pelayanan, kepuasan, puskesmas
Daftar Pustaka : 46 (1996-2020)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan

dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten

Jeneponto”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Terkhusus penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

untuk kedua orang tua yaitu Bapak Abdul Jabbar. S.pd dan Ibu Rosdiana S.Pdi

yang telah memberikan kasih sayang, ketulusan, kesabaran, dukungan baik moril

maupun materil serta doa yang tiada hentinya kepada penulis

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Irwan, SKM,

M.Kes, selaku pembimbing I dan, Jufri, SKM, M.Kes selaku pembimbing II atas

bimbingan yang telah banyak mencurahkan tenaga dan pikirannya, meluangkan

waktunya yang begitu berharga untuk memberi bimbingan dan pengarahan

dengan baik, dan memberikan dukungan serta motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak

Drs,H.A.M. Anwar, M.Si, Muh. Hatta, S.sos, M.Kes dan Ibu Chitra Dewi, SKM,

M.Kes, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, kritik dan arahan

untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

ii
. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Ketua Yayasan Pendidikan Makassar Ibu Andi Indri Damayanti Asaad

Lantara, SH, M.Adm, SDA.

2. Ketua STIK Makassar Ibu Esse Puji Pawenrusi, SKM.,M.Kes.

3. Wakil Ketua I STIK Makassar Bapak Andi Ayumar, SKM, M.Kes yang

telah memberikan izin penelitian.

4. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK Makassar Ibu Dr. Sri

Syatriani, SKM, M.Kes, atas motivasi yang luar biasa yang diberikan

selama mengikuti pendidikan.

5. Penasehatan Akademik bapak Aminullah, S.Kep, Ns. Yang telah

memberikan bimbingan selama mengikuti pendidikan.

6. Pengelola Akademik bapak Aminullah, S.Kep, Ns.

7. Respoden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

8. Seluruh jajaran beserta dosen dan staf STIK Makassar.

9. Ibu Kepala Sub. Bagian Tata Usaha Puskesmas Binamu Kota beserta

pegawai yang telah memberikan data awal dan membantu dalam proses

penelitian.

10. Kepada Sahabatku tersayang Nur Ismad Fita Damayanti yang selalu siap

direpotkan kapanpun dalam membantu penyelesaian skripsi ini

11. Kepada Sahabatku “4 SISTER HOOD” (Nur Alfiana, Nurleli dan

Irmawanti) dan Team Ciwi – Ciwi (Tri Fani Arinil Sudarta, Fetty Fajriati,

iii
lidya Indarwati, Kemala Putri Kartika, Arlin Intania Koritelu) Terima

kasih atas segala bantuan dan dukungannya serta kasih sayangnya selama

ini, pengalaman berharga yang sangat saya rasakan selama di Prodi

Kesehatan Masyarakat dan menemani penulis selama penelitian hingga

tahap Skripsi ini.

12. Keluarga besar HIMAKESMAS (Himpunan Mahasiswa Kesehatan

Masyarakat)

13. Teman-teman Mahasiwa STIK Makassar terkhusus Prodi Kesehatan

Masyarakat serta teman-teman PBL dan KKN atas kebersamaan selama

menjalani pendidikan Di Sekolah tinggi Ilmu kesehatan Makassar

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas segala dukungan dan bantuan selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu masukan dan saran yang membangun sangat

diharapkan oleh penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Januari 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8

A. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan ............................ 8

B. Tinjauan Umum Tentang Kepuasan Pasien ............................................... 13

C. Tinjauan Umum Tentang Rawat Jalan ....................................................... 18

D. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas ......................................................... 21

E. Kerangka Teori........................................................................................... 29

F. Sintesa Penelitian ....................................................................................... 30

BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................................... 39

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti .................................................... 39

B. Kerangka Konsep ...................................................................................... 41

C. Definisi Operasional .................................................................................. 42

D. Hipotesa Penelitian .................................................................................... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 53

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 69

v
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 69

B. SARAN ...................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

vi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak dan investasi semua warga negara. Untuk menjamin

kesehatan diperlukan suatu sistem yang mengatur penyelenggaraan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat sebagai upaya pemenuhan kebutuhan warga negara

untuk tetap hidup sehat. Pelayanan kesehatan yang memadai merupakan tumpuan

masyarakat dan menjadi salah satu kebutuhan mendasar selain pangan dan juga

pendidikan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan

yang peduli dan terpusat pada kebutuhan, harapan serta nilai-nilai pelanggan

sebagai titik tolak penyediaan pelayanan kesehatan dan menjadi persyaratan yang

harus dapat dipenuhi agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai

pengguna jasa pelayanan. Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam

menyelenggarakan kesehatan kepada masyarakat maka disetiap kecamatan

dibangun instansi pemerintah sebagai unit penyelenggara pelayanan kesehatan

masyarakat, yakni Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut

Puskesmas. Permenkes No 44 tahun 2016 tentang puskesmas adalah fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan

yang optimal (Irmawati dkk, 2017)

1
Bertambahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan mengakibatkan

tuntutan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Salah satu upaya

mengantisipasi keadaan tersebut dengan menjaga kualitas pelayanan, sehingga

perlu dilakukan upaya terus menerus agar dapat diketahui kelemahan atau

kekurangan jasa pelayanan kesehatan. Semakin meningkatnya tuntutan

masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan perlu

ditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien (Ismaniar, 2015).

Data dari World Health Organization (WHO) untuk Wilayah Asia Tenggara

pada tahun 2016 menunjukkan bahwa sekitar 35% pengguna jasa pelayanan

kesehatan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan dan sekitar 55%

menyatakan tidak puas (Firdaus et al.,2019). Semakin banyaknya masyarakat

yang mengatakan tidak puas maka kualitas pelayanan yang diberikan kurang

efektif.

Pelayanan yang berkualitas tidak hanya menyangkut kesembuhan dari

penyakit secara fisik akan tetapi juga menyangkut kepuasan terhadap sikap,

pengetahuan dan keterampilan petugas dalam memberikan pelayanan serta

tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan dapat memberikan

kenyamanan (Etildawati & Handayani,2017)

Hasil penelitian Nuraeni & Abdullah (2018) di puskesmas Bangkala

Kabupaten Jeneponto berdasarkan 5 dimensi pelayanan yaitu dimensi Reliability

(kehandalan) 50% puas, Tangible (bukti lansung) 60% Puas, Empati (rasa peduli)

45% puas , Assurance (jaminan) 65% puas dan Responsivenses (daya tanggap)

55% Puas dan Berdasarkan hasil penelitian oleh Lutfia Anugrah pada tahun 2016

2
diperoleh variabel yang berhubungan dengan Kepuasan pasien adalah variabel dimensi

kompetensi teknis dengan kepuasan pasien (p=0,000)<(0,05), dimensi hubungan

antarmanusia dengan kepuasan (p=0,01)<(0,05), dimensi kenyamanan dengan kepuasan

pasien (p=0,003)<(0,05), dimensi keamanan dengan kepuasan pasien (p=0,01)<(0,05),

dimensi informasi dengan kepuasan pasien (p=0,01)<(0,05).

Berkaitan dengan hal-hal tersebut maka disamping kuantitas sarana

pelayanan kesehatan harus diutamakan, kualitas pelayanan juga harus lebih

diperhatikan lagi. Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada kualitas

suatu produk. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas

pelayanan kesehatan. Kepuasan seseorang bersifat subjektif, tergantung dari latar

belakang yang dimiliki. Dapat saja memiliki tingkat kepuasan berbeda untuk

pelayanan kesehatan yang sama (Sareong dkk 2013)

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan peneliti dalam mengukur

kepuasan pasien di Puskesmas Binamu Kota digunakan 5 dimensi dari 10 dimensi

kualitas pelayanan berdasarkan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

kepuasan pasien. Dimensi tersebut yaitu dimensi kompetensi teknis, dimensi

hubungan antarmanusia, dimensi kenyamanan, dimensi keamanan dan dimensi

informasi.

Puskesmas Binamu Kota merupakan salah satu Puskesmas yang memberikan

pelayanan Rawat Jalan. Bagi masyarakat Puskesmas adalah satu-satunya sarana

kesehatan atau tempat berobat yang disediakan pemerintah terdekat dan dengan

biaya terjangkau. Biaya berobat kerumah sakit terlalu mahal membuat puskesmas

menjadi sarana kesehatan yang diharapkan masyarakat. Puskesmas Binamu Kota

3
memegang peranan yang cukup penting dalam menjaga sekaligus mengobati

kesehatan masyarakat Binamu Kota. Pentingnya peranan puskesmas ini menuntut

puskesmas untuk memberi pelayanan yang lebih baik. Paradigma puskesmas

sebagai tempat berobat yang seadanya perlu diganti dengan sebuah paradigma

baru. Puskesmas Binamu Kota sebagai satu-satunya fasilitas kesehatan terdekat

dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang mudah, murah, cepat, tepat

dan bermutu serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Profil Puskesmas

Binamu Kota 2018).

Berdasarkan data sekunder diperoleh jumlah kunjungan pasien rawat jalan di

Puskesmas Binamu Kota pada tahun 2020 mengalami fluktuasi (peningkatan dan

penurunan jumlah kunjungan). Jumlah kunjungan pasien pada tahun 2020

sebanyak 12.736 yaitu pada bulan januari sebanyak 1.217, februari sebanyak

1.497, maret sebanyak 1.567, april sebanyak 844, mei sebanyak 817, juni

sebanyak 1.102, juli sebanyak 626, agustus sebanyak 905, september sebanyak

784, oktober sebanyak 1.094, november sebanyak 1.118, dan desember sebanyak

1.165 kunjungan pasien (Profil Puskesmas Binamu kota, 2020).

Data kunjungan pasien rawat jalan tahun 2020 sebanyak 12,736 kunjungan,

Data tersebut menunjukkan bahwa setiap bulannya mengalami pasang surut

kadang-kadang menurun atau sebaliknya. Jumlah penduduk di wilayah kerja

puskesmas terdapat 57,472 jiwa, artinya kunjungan pasien di puskesmas Binamu

Kota sebesar 21% apabila dilihat dari standar pelayanan minimum. Dengan

demikian pemanfaatan Puskesmas Binamu kota belum mencapai target standar

pelayanan minimum yaitu sebesar 75% (Profil Puskesmas Binamu Kota 2018).

4
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di puskesmas Binamu Kota terdapat

beberapa pegawai Puskesmas yang datang tidak tepat waktu sementara pasien

sudah datang menunggu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan ada

pegawai yang meninggalkan Puskesmas sebelum waktunya pulang. Didukung

hasil wawancara dengan 5 pasien, 3 diantaranya menyatakan belum puas dan 2

menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan. Pasien yang menjawab belum

puas karena pelayanan yang tidak tepat waktu, proses lama saat pendaftaran,

suasana ruang pemeriksaan tidak nyaman dan adanya pasien yang masih ingin

berobat sementara petugas sudah menutup pelayanan sebelum jam yang di

tentukan. Sedangkan pasien yang puas dengan pelayanan karena kelengkapan dan

kebersihan alat-alat yang dipakai, informasi diagnosa yang diberikan, dan

pemberian pengobatan dengan benar dan tepat. Pasien yang menyatakan belum

puas lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang puas dengan pelayanan, oleh

sebab itu puskesmas perlu terus meningkatkan kualitas pelayanannya agar

kepuasan pasien dapat tercapai. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan

dan mempertahankan jumlah kunjungan pasien, maka perlu adanya evaluasi atau

penilai persepsi pasien untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pasien

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Berdasarkan Latar Belakang tersebut,

peneliti ingin mengkaji lebih lanjut mengenai kualitas pelayanan dengan kepuasan

pasien Puskesmas Binamu Kota, maka dilakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat jalan

di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto”.

5
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Hubungan

Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas

Binamu Kota Kabupaten Jeneponto?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Kualitas Pelayanan kesehatan dengan Kepuasan

Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi kompetensi teknis dengan

kepuasan pasien rawat jalan.

b. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi hubungan antarmanusia dengan

kepuasan pasien rawat jalan.

c. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi kenyamanan dengan kepuasan

pasien rawat jalan.

d. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi Keamanan dengan kepuasan

pasien rawat jalan.

e. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi Ketepatan Waktu dengan

kepuasan pasien rawat.

6
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran Hubungan Kualitas

Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Binamu

Kota Kabupaten Jeneponto, yang diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi Puskesmas

Binamu Kota Kabupaten Jeneponto dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan sehingga kepuasan pasien rawat jalan dapat terpenuhi secara optimal.

3. Manfaat Praktis

Menambah wawasan dan pengalaman, selain itu penelitian ini merupakan

salah satu syarat kelulusan di bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar.

4. Manfaat Untuk Penulis

Hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan serta

memperluas wawasan pengetahuan tentang tingkat kebutuhan harapan dan

kepuasan pasien dalam kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Kualitas

Kualitas merupakan proses pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen

secara internal dan eksternal. Kualitas juga dapat dikaitkan sebagai proses

perbaikan bertahap dan berkelanjutan. Secara garis besar kualitas pelayanan

kesehatan berfokus pada konsep bahwa pelayanan kesehatan memiliki tiga

landasan utama yaitu kualitas, akses dan biaya. Kualitas dapat dicapai jika layanan

yang terjangkau dapat diberikan dengan cara yang tepat, efektif dan hemat biaya.

Layanan yang berkualitas merupakan layanan yang berorientasi pada pelanggan

(Customer), tersedia (available), mudah di dapat (accessible), memadai

(acceptable), terjangkau (affordable), dan mudah dikelola (controllable). Kualitas

dapat dicapai dengan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan (Sudirman,

2016)

Menurut Lovelock dan Wright (2007), kualitas pelayanan dapat diukur

dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan expected

service dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan perceived service oleh

pelanggan. Kualitas sangat bersifat subjektif, tergantung pada persepsi, sistem

nilai, latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan banyak faktor lain

pada masyarakat atau pribadi yang terkait dengan jasa pelayanan perusahaan

tersebut.
2. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loomba (1973) pelayanan kesehatan dapat

dijelaskan sebagai upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama

dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat (Sudirman, 2016)

Menurut Hodgetts dan Cascio (dalam Azwar, 1996) Secara umum

bentuk dan jenis pelayanan kesehatan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a) Pelayanan kesehatan Kedokteran (medical services) maksudnya sasaran

pelayanan kesehatan ini adalah untuk perorangan dan keluarga secara

bersama-sama. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan dan memulihkan

kesehatan perorangan dan keluarga.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) yaitu sasaran

pelayanan kesehatan ini adalah lingkungan, kelompok, atau masyarakat.

Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah penyakit bagi kelompok atau masyarakat.

Sedangkan hakikat dasar dari diselenggarakannya pelayanan kesehatan

tersebut, adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa

pelayanan kesehatan, sehingga kesehatan para pemakai jasa pelayanan kesehatan

tersebut tetap dapat terpelihara. Ketika diketahui terpenuhi atau tidaknya

kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan terkait dengan timbul atau

tidaknya rasa puas terhadap pelayanan kesehatan (Yoanda, dkk 2019).

9
3. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan

Kualitas pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak hanya yang dapat menimbulkan

kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga

sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Kualitas

pelayanan kesehatan akan selalu melibatkan dua aspek yaitu aspek teknis dari

penyedia layanan kesehatan itu sendiri dan aspek kemanusiaan yang timbul

sebagai akibat hubungan yang terjadi antara pemberi layanan kesehatan dan

penerima layanan kesehatan (Pohan, 2006)

Peningkatan kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan secara efektif

dan efisien sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang

dilaksanakan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan pasien. Dan juga

memanfaatkan teknologi serta hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan

kesehatan sehingga diperoleh derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2014)

4. Dimensi Layanan Kesehatan

Menurut Pohan (2007) terdapat sepuluh dimensi untuk mengukur kualitas

pelayanan, dimensi tersebut meliputi :

1. Kompetensi Teknis

Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan dan

penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini

berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti

10
standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi kepatuhan,

ketetapan, kebenaran dan konsisten.

2. Keterjangkauan

Dimensi keterjangkauan atau akses, artinya layanan harus dapat dicapai

oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografi, sosial, ekonomi,

organisasi dan bahasa.

3. Efektivitas

Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau

mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta

berkembangnya atau meluasnya penyakit yang ada.

4. Efisiensi

Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi

efisiensi sangat penting dalam layanan kesehatan yang efisiensi dapat

melayani lebih banyak pasien atau masyarakat.

5. Berkesinambungan

Dimensi berkesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus

dapat dilayani sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa

mengurangi prosedur dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu

mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkan.

11
6. Keamanan

Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan itu harus aman, baik

bagi pasien, bagi pemberi layanan, maupun bagi masyarakat sekitarnya.

Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko, cidera, infeksi,

efek samping, atau bahaya lain yang ditimbulkan oleh layanan kesehatan itu

sendiri.

7. Kenyamanan

Dimensi kenyamanan tidak berhubungan langsung efektivitas layanan

kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien / konsumen sehingga

mendorong pasien untung datang berobat kembali ke tempat tersebut.

8. Informasi

Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi

yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana layanan

kesehatan itu akan datang atau telah dilaksanakan.

9. Ketepatan Waktu

Agar berhasil, layanan kesehatan itu harus dilaksanakan dalam waktu

dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, dan menggunakan

peralatan dan obat yang tepat, serta dengan biaya yang efisiensi.

12
10. Hubungan Antar manusia

Hubungan antar manusia merupakan interaksi antara pemberian layanan

kesehatan (provider) dengan kesehatan, hubungan antara atasan dan

bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah,

LSM, masyarakat dan lain-lain.

B. Tinjauan Umum tentang Kepuasan Pasien

1. Definisi Kepuasan Pasien

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis”, yang

artinya cukup baik, memadai dan “facio” yang artinya melakukan atau membuat.

Jadi kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” (Tjiptono,

2006).

Kepuasan pelanggan sangat bergantung pada harapan pelanggan. Oleh

karena itu, strategi kepuasan pelanggan haruslah didahului dengan pengetahuan

yang detail dan akurat terhadap harapan pelanggan. Harapan pelanggan kadang

dapat dikontrol oleh perusahaan yang lebih sering produsen tidak mampu

mengontrol harapan mereka. Inilah yang membuat kepuasan pelanggan menjadi

dinamis (Irawan, 2009).

Kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi oleh konsumen atau

pelanggan dalam menggunakan produk dan jasa. Oleh karena itu, setiap transaksi

atau pengalaman baru, dapat memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan.

Demikian juga, kepuasan pelanggan mempunyai dimensi waktu karena hasil dari

akumulasi. Karena itu, siapapun yang terlibat dalam urusan kepuasan pelanggan,

13
berarti ia telah melibatkan diri dalam urusan jangka panjang. Upaya memuaskan

pelanggan adalah pengalaman panjang tanpa mengenal batas akhir (Banul dkk,

2020)

Menurut Pohan (2007), kepuasan pasien adalah keluaran layanan

kesehatan. Suatu perubahan dari sistem layanan kesehatan yang ingin dilakukan

tidak mungkin tepat sasaran dan berhasil tanpa melakukan pengukuran kepuasan

pasien. Pengukuran kepuasan pasien pada fasilitas layanan kesehatan tidak

mudah, karena layanan kesehatan tidak mengalami semua perlakuan yang dialami

oleh pasar biasa. Dalam layanan kesehatan, pilihan-pilihan yang ekonomis tidak

jelas. Pasien tidak mungkin atau sulit mengetahui apakah layanan kesehatan yang

didapatnya optimal atau tidak.

2. Mengukur Tingkat Kepuasan

Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan

pelanggan/penerima pelayanan maka perlu dilakukan pengukuran.

Beberapa indikator pengukuran tingkat kepuasan pasien menurut Pohan

(2015) yaitu :

a. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan

Dinyatakan oleh sikap dan pengetahuan tentang :

1) Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat saat

dibutuhkan.

2) Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan biasa

maupun keadaan gawat darurat.

14
3) Sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan kesehatan itu

bekerja, keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan.

b. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan

Dinyatakan oleh sikap terhadap :

1) Kompetensi teknik dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain yang

berhubungan dengan pasien.

2) Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan oleh

pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan.

c. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar

manusia.

Ditentukan dengan melakukan pengukuran :

1) Sejauh mana ketersediaan layanan puskesmas dan atau rumah sakit menurut

penilaian pasien.

2) Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan atau profesi layanan

kesehatan lain.

3) Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter.

4) Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis.

5) Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter dan atau

rencana pengobatan.

d. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan.

Ditentukan oleh sikap terhadap :

1) Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan.

15
2) Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu, pemanfaatan

waktu selama menunggu dan lain-lain.

3) Lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan.

Untuk mewujudkan dan mempertahankan pelanggan, organisasi jasa harus

melakukan empat hal. Pertama, mengidentifikasi siapa pelanggannya. Kedua,

memahami tingkat harapan pelanggan atas mutu. Ketiga, memahami strategi mutu

layanan pelanggan. Keempat, memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari

kepuasan pelanggan. Berhubungan dengan mutu, maka ada tiga level harapan

pelanggan mengenai mutu yaitu :

a) Level Pertama :

Level ini merupakan harapan pelanggan yang paling sederhana dan

berbentuk asumsi. Misalnya, saat seseorang membutuhkan pelayanan

Puskesmas mereka akan berfikir atau membayangkan dan berharap

Puskesmas buka tepat waktu, dokter, perawat, serta petugas lainnya siap

melayani dengan baik, keluhan didengarkan dengan baik dan berharap dapat

memperoleh kesembuhan yang baik.

b) Level Kedua :

Level ini merupakan harapan pelanggan yang lebih tinggi dari level

pertama, dimana kepuasan dicerminkan dalam pemenuhan persyaratan

dan/atau spesifikasi, misalnya Puskesmas buka tepat waktu, semua petugas

telah siap melayani, mereka ramah dan selalu memberikan informasi yang

jelas, suka menolong, dan lain-lain.

16
c) Level Ketiga :

Level ini merupakan harapan yang lebih tinggi dari level pertama

dan kedua serta menuntun kesenjangan (delightfulness) atau pelayanan

yang begitu bagusnya sehingga membuat pasien tertarik. Disini ada

kebutuhan pasien yang tersembunyi yang pasien sendiri tidak

mengetahuinya sebelum pelayanan diberikan. Misalnya ternyata

Puskesmas juga menyiapkan tempat parkir kendaraaan yang aman dan

nyaman, ada tempat bermain untuk anak-anak, ruang tunggu dan

halaman yang tertata indah dan rapih, petugas melayani dengan tidak

membeda-bedakan status sosial, penuh respek dan menangani sesuatu

dengan cermat.

Akan tetapi yang paling mengesankan adalah ketika petugas

menanyai keadaan pasien apakah baik baik saja setelah mendapatkan

pelayanan kesehatan sebelumnya. Pada level ini Puskesmas harus

Proaktif mencari hal-hal tersembunyi yang diinginkan pasien agar

menjadi nilai tambah bagi Puskesmas (Tjiptono, F., & Diana, 2001).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa adapun faktor- faktor

yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan, tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku

individu, yang mana makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang

kesehatan, maka makin tinggi untuk berperan serta;

17
b. Kesadaran, bila pengetahuan tidak dapat dipahami, maka dengan

sendirinya timbul suatu kesadaran untuk berperilaku partisipasi.

c. Sikap positif, merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan salah satu kompensasi dari

sikap positif adalah menerima (receiving), diartikan bahwa orang mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

d. Sosial ekonomi

e. Sistem nilai

f. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya.

Dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting karena

pelayanan kesehatan adalah high personal contact.

g. Empati yang ditunjukkan oleh pemberi pelayanan kesehatan. Sikap ini

akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan terpengaruh terhadap

tingkat kepatuhan pasien.

C. Tinjauan Umum tentang Rawat Jalan

Instalasi rawat jalan secara sederhana merupakan salah satu pelayanan dengan

melakukan prosedur terapik dan diagnostik serta pengobatan yang diberikan

kepada pasien dalam lingkungan yang tidak membutuhkan rawat inap (Keputusan

Menteri Kesehatan RI, 2011). Rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di

puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam

pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang

akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di

Puskesmas (Anggraeni, 2019).

18
Dalam buku Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas disebutkan bahwa

pertumbuhan cepat dari rawat jalan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

1. Penekanan biaya untuk mengontrol peningkatan harga perawatan kesehatan

dibandingkan dengan rawat inap.

2. Peningkatan kemampuan dan sistem reimbursement untuk prosedur di rawat

jalan.

3. Perkembangan secara terus menerus dari teknologi tinggi untukpelayanan

rawat jalan akan menyebabkan pertumbuhan rawat jalan

Tujuan pelayanan rawat jalan di antaranya adalah untuk memberikan

konsultasi kepada pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter

spesialis, dengan tindakan pengobatan atau tidak dan untuk menyediakan tindak

lanjut bagi pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang tetapi masih harus

dikontrol kondisi kesehatannya. Tenaga pelayanan di rawat jalan adalah tenaga

puskesmas yang langsung berkomunikasi dengan pasien, diantaranya:

1. Tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayanan berupa

pendaftaran dan pembayaran.

2. Tenaga keperawatan (paramedis) sebagai asisten dokter dalam memberikan

pelayanan kepada pasien dalam pemeriksaan maupun pengobatan.

3. Tenaga dokter (Medis) yang memberikan penanganan pada pasien pada

poliklinik masing-masing.

Adapun tujuan pelayanan rawat jalan diantaranya untuk memberikan

konsultasi kesehatan kepada pasien yang memerlukan pendapat dari dokter

spesialis, dengan tindakan pengobatan atau tidak, dan untuk menyediakan tindak

19
lanjut bagi pasien inap yang sudah diijinkan pulang tetapi masih tetap harus

dikontrol kondisi kesehatannyaa dengan cara melakukan perawatan rawat jalan.

Instalasi rawat jalan seharusnya memiliki lingkungan yang nyaman dan

menyenangkan untuk pasien. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena

dari perawatan rawat jalan pasien mendapatkan kesan pertama mengenai

puskesmas tersebut. Setiap pasien yang berkunjung ke Puskesmas tentu

mempunyai keinginan atau harapan terhadap pelayanan yang diberikan.

Puskesmas selayaknya memahami keinginan dan harapan pasien tersebut. Dengan

memperhatiakan berbagai sudut pandang, dapat dirangkum dalam sembilan

dimensi kualitas (Wijono, 2009) yaitu:

1. Manfaat, pelayanan yang diberikan menunjukan manfaat dan hasil yang

diinginkan.

2. Ketepatan, pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan pasien

sesuai dengan standar keprofesian.

3. Ketersediaan, pelayanan yang dibutuhkan tersedia.

4. Keterjangkauan, pelayanan yang diberikan dapat dicapai dan mampu

dibiayai.

5. Kenyamanan, pelayanan diberikan dalam suasana nyaman.

6. Hubungan interpersonal, pelayanan yang diberikan memperhatikan

komunikasi, rasa hormat, perhatian dan empati yang baik.

7. Waktu, pelayanan yang diberikan memperhatikan waktu tunggu pasien

dan tepat waktu sesuai perjanjian.

20
8. Kesinambungan, pelayanan kesehatan yang diberikan dilaksanakan

berkesinambungan yang memerlukan tindak lanjut perawatan.

9. Legitimasi dan akuntabilitas, pelayanan yang diberikan dapat

dipertanggung jawabkan, baik dari aspek medik maupun aspek hukum.

Jasa pelayanan rawat jalan mempunyai dua aspek penting yang berkaitan

dengan kepuasan pasien yaitu manusia dan alat. Hal ini disebabkan karena untuk

memuaskan pasien diperlukan petugas yang bukan hanya dapat melaksanakan

prosedur kerja yang baik, tetapi ramah, simpatik, penuh pengertian, luwes, dan

terampil. Aspek manusia terdiri dari tenaga medis, paramedis, dan petugas non

medis yang merupakan faktor yang menentukan tingkat kepuasan pasien

(Pengestu, 2013).

Rawat Jalan hendaknya memiliki lingkungan yang nyaman dan menyenangkan

bagi pasien. Hal ini penting untuk diperhatikan karena dari rawat jalanlah pasien

mendapatkan kesan pertama mengenai puskesmas tersebut. Lingkungan rawat

jalan yang baik hendaknya cukup luas dan memiliki sirkulasi udara yang lancar,

tempat duduk yang nyaman perabotan yang menarik dan tidak terdapat suara-

suara yang mengganggu. Diharapkan petugas yang berada di rawat jalan

menunjukkan sikap yang sopan dan suka menolong.

D. Tinjauan Umum tentang Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan instansi pemerintah yang bergerak pada bidang

pelayanan kesehatan masyarakat ditingkat kecamatan. Peran puskesmas sangat

penting untuk mendukung kinerja institusi kesehatan seperti rumah sakit, sebagai

21
upaya pencegahan dan penanggulangan kesehatan masyarakat. Untuk peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik ditingkat puskesmas pada

khususnya. maka diperlukan sebuah konsep dan sistem yang baik, sehingga

nantinya dapat terwujud suatu pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan

efisien serta dapat meningkatkan kinerja dari puskesmas itu sendiri (Syukron &

Hasan, 2017).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 Tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat selanjutnya disebut

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan

lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan daerah

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan

dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota.

Puskesmas sendiri wajib dibangun pada setiap kecamatan. Namun atas dasar

pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitas suatu

kecamatan dapat memiliki lebih dari satu puskesmas. Salah satunya ialah dengan

dibentuknya Puskesmas Pembantu. Puskesmas Pembantu dibangun dalam rangka

meningkatkan aksesibilitas pelayanan. Puskesmas Pembantu memberikan

pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi seperti desa-desa yang sulit

dijangkau sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih mudah diakses oleh

masyarakat.

22
Puskesmas merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang

bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif,

kuratif, maupun rehabilitatif di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai

penyelenggara pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan

adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, baik secara

sosial maupun ekonomi (Ulumiyah, 2018).

2. Fungsi dan Tugas Puskesmas

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 menyatakan bahwa

puskesmas sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) wajib

menyediakan pelayanan kesehatan yang berlaku dan pedoman dari Kementerian

Kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat. Jenis

pelayanan yang disediakan perlu diketahui dan dimanfaatkan secara optimal oleh

masyarakat sebagai wujud pemenuhan akses masyarakat terhadap pelayanan yang

dibutuhkan.

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menyatakan

bahwa Puskesmas mempunyai fungsi sebagai Pembina kesehatan wilayah melalui

4 jenis upaya yaitu:

a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat

b. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat

c. Melaksanakan upaya kesehatan perorangan

d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan

23
Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dasar, puskesmas memiliki

fungsi sebagai (Permenkes Nomor 46 Tahun 2015):

a. Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat

Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), penyelenggaraannya lebih

mengutamakan pada upaya promotif dan preventif. Pada pelaksanaannya

dilakukan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat, kelompok masyarakat

dan individu yang merupakan sasaran kegiatan. Selain itu, dilakukan pembahasan

konsultatif dengan masyarakat untuk mengetahui dan menanggapi jika ada

perubahan kebutuhan dan harapan sasaran.

Agar tujuan program tercapai dan pelaksanaan kegiatan puskesmas dapat

memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat maka kepala puskesmas,

penanggung jawab, dan pelaksana UKM puskesmas melaksanakan kegiatan sesuai

dengan pedoman dan rencana kegiatan yang telah disusun berdasarkan kebutuhan

dan harapan masyarakat.

b. Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan

Upaya kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan

dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun

pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari puskesmas, pelayanan

kesehatan perorangan juga menjadi perhatian dari pemerintah. Bagi daerah yang

termasuk Daerah Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), Dana Alokasi

Khusus (DAK) digelontorkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota untuk

pembangunan. Puskesmas pembantu (Pustu) dan Puskesmas serta peningkatan

24
Puskesmas non rawat inap menjadi Puskesmas rawat inap. Bagi daerah di luar

kategori DTPK dan DAK bisa digunakan untuk rehabilitasi puskesmas/rumah

dinas, dan peningkatan kemampuan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi

Dasar (PONED). Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terjadinya kecamatan sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut,

puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara.

3. Upaya dan Asas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

a. Upaya

Upaya kesehatan merupakan salah satu subsistem dalam Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) yang dilaksanakan secara berkelanjutan, sistematis, terarah,

terpadu, menyeluruh bersama subsistem lainnya guna menjamin tercapainya

derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Upaya kesehatan dilakukan

melalui berbagai pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh fasilitas

pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Puskesmas (Werni dkk, 2017). Agar

tercapai visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yaitu dengan

terwujudnya Kecamatan sehat menuju Indonesia Sehat puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat, yang keduanya ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya tersebut meliputi (Trihono, 2005):

1) Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai

25
daya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

wajib ini meliputi upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan

upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi

masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta

upaya pengobatan (Deliana & Irwan, 2017)

2) Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

lingkungan masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan

puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya

kesehatan pokok yang telah ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya

kesehatan olahraga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan

kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan

usia lanjut, dan upaya pembinaan pengobatan tradisional (Kepmenkes, 2004)

c. Asas Pelayanan Kesehatan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan

harus menetapkan asas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Asas

penyelenggaraan puskesmas tersebut meliputi (Trihono, 2005):

1) Asas Pertanggungjawaban Wilayah

Asas penyelenggaraan yang pertama adalah asas pertanggungjawaban

wilayah. Hal ini berarti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk itu

26
puskesmas harus melaksanakan beberapa kegiatan seperti, menggerakkan

pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan berwawasan kesehatan.

Kedua, memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.Ketiga, membina setiap upaya kesehatan

strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunias usaha di

wilayah kerjanya. Keempat, menyelenggarakan upaya kesehatan strata

pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

Dilaksanakannya upaya kesehatan strata pertama oleh puskesmas

pembantu, puskesmas keliling bidan desa serta upaya kesehatan di luar

gedung puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan

realisasi dari pelaksanaan asas pertanggung jawaban wilayah.

2) Asas Pemberdayaan Masyarakat

Asas penyelenggaraan kedua yaitu pemberdayaan masyarakat. Hal ini

berarti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, dan

masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya

puskesmas. Adapun kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dimaksud

seperti, upaya kesehatan ibu dan anak di posyandu, polindes, bina keluarga

balita (BKB). Kemudian, upaya pengobatan di posyandu dan pos obat desa

(POD). Upaya perbaikan gizi di posyandu dan keluarga sadar gizi

(KADARZI). Upaya kesehatan lingkungan pada kelompok pemakai air

(pokmair), dan desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL).

27
3) Asas Keterpaduan

Asas keterpaduan bertujuan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya

serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya

puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu. Upaya ini memadukan

kegiatan-kegiatan masyarakat dengan program kesehatan lain (lintas program

dan lintas sektoral).

4) Asas Rujukan

Asas rujukan menjelaskan bahwa puskesmas sebagai sarana kesehatan

tingkat pertama memiliki kemampuan yang terbatas. Dalam membantu

puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan dan untuk

meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus

ditopang oleh asas rujukan. Untuk pelayanan kedokteran, jalur rujukannya

adalah rumah sakit, dan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalurnya adalah

kantor kesehatan, puskesmas, ataupun bagian kesehatan masyarakat lainnya.

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus

penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,

baik secara vertikal dalam arti dari satu strata pelayanan kesehatan ke strata

saran pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar

strata pelayanan kesehatan yang sama.

28
E. Kerangka Teori

Kualitas Pelayanan Kesehatan

Efektivitas

Akses/Keterjangkauan

Kompetensi Teknis

Ketepatan Waktu
Kepuasan

Hubungan antar manusia Pasien

Keamanan

Kenyamanan

Kesinambungan

Informasi

Efisiensi

Gambar 1 Kerangka Teori


Dimensi kualitas pelayanan menurut Lori De Prete Brown
Sumber : Imbalo S. Pohan (2015).

29
F. Sintesa Penelitian

Tabel 1 Distribusi Matriks Hasil Penelitian Terdahulu Yang Berhubungan Dengan Kualitas Pelayanan
No Nama Judul Metode Variabel Hasil Penelitian Keteranga
. Peneliti Penelitian n
(Tahun)
1. Emi Elliya Hubungan Metode Variabel dari penelitian ini Di dapatkan hasil 43.5% Jurnal
Astutik,, Mutu survey adalah mutu pelayanan responden mengatakan mutu
Achmad Pelayanan analitik kesehatan di Puskesmas pelayanan kesehatan baik dan
Efrizal Kesehatan dengan Bangsalsari Kabupaten 56.5% responden mengatakan
Amrullah , Dengan pendekata Jember, kepuasan pasien mutu pelayanan sangat baik.
Said Kepuasan n Cross peserta BPJS rawat jalan di Pada penelitian ini setelah
Madijanto Pasien Peserta Sectional Puskesmas Bangsalsari dilakukan analisa data
(2020) Bpjs Rawat Kabupaten Jember dan menggunakan Uji Koefisien
Jalan hubungan mutu pelayanan Korelasi Spearman’s Rank
kesehatan dengan kepuasan diperoleh P Value 0,000 atau P
pasien peserta BPJS rawat Value < 0,01
jalan di Puskesmas
Bangsalsari Kabupaten
Jember
2. Solichah Kualitas Metode Bukti fisik (Tangible), Dari hasil analisis menunjukan Jurnal
Supartiningsi Pelayanan penelitian Keandalan (Reliability), Daya bahwa variabel bebas yang
h Kepuasan ini adalah tanggap (Responsiveness), paling rendah memberikan
(2017) Pasien Rumah penelitian Jaminan (Assurance), dan pengaruh pada kepuasan
Sakit: Kasus asosiatif Empati (Emphaty) pelanggan adalah
Pada Pasien tampilan/bukti fisik dan
Rawat Jalan kepastian/jaminan.
3. Nurul Meningkatkan Metode Terdapat 6 indikator Hasil analisis data Jurnal
Hidayatul Mutu penelitian keselamatan pasien yang menunjukkan bahwa
Ulumiyah Pelayanan deskriptif digunakan sebagai bahan pelaksanaan upaya
(2018) Kesehatan evaluasi dalam peningkatan keselamatan pasien Puskesmas
dengan mutu di Puskesmas “X” yaitu “X” Kota Surabaya
Penerapan tidak terjadinya kesalahan disesuaikan dengan standar
Upaya identifikasi pasien dalam penilaian akreditasi
Keselamatan pemberian tindakan medis, Puskesmas. Namun, dalam
Pasien di tidak terjadinya kesalahan realisasinya masih terdapat
Puskesmas pemberian obat kepada hambatan dan kekurangan
pasien, tidak terjadinya dalam pemenuhan standar
kesalahan prosedur tindakan upaya keselamatan pasien di
medis dan keperawatan, Puskesmas “X” Kota Surabaya
pengurangan terjadinya risiko sehingga perlu optimalisasi
infeksi di Puskesmas, tidak penerapan upaya keselamatan
terjadinya pasien jatuh, dan pasien dari seluruh pihak yang
kefektifan komunikasi terlibat
4. Egi Yoanda, Kualitas Penelitian Tangibles, Relibility, Hasil penelitian menunjukan Jurnal
Dasman Pelayanan ini Respinsivness. Assurance, bahwa (1) Kualitas pelayanan
Lanin dan, Pengguna mengguna dan Emphaty. tampilan fisik pengguna BPJS
M.Fachri BPJS kan Kesehatan di Rumah Sakit
Adnan Kesehatan di penelitian Umum Mayjen H.A Thalib
(2019) Rumah Sakit kuantitatif baik.(2) Kualitas pelayanan
Umum Mayjen dengan reliability pengguna BPJS
HA. Thalib metode Kesehatan di Rumah Sakit
Kerinci deskriptif Umum Mayjen H.A Thalib
baik. (3) Kualitas pelayanan
responsivenes pengguna BPJS

31
Kesehatan di Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib
baik. (4) Kualitas pelayanan
jaminan pengguna BPJS
Kesehatan di Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib
baik. (5) Kualitas pelayanan
empati pengguna BPJS
Kesehatan di Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib
baik
5. R. Faris Analisis Metode Bukti fisik (Tangible), Penelitian ini menunjukkan Jurnal
Mukmin Kualitas penelitian Keandalan (Reliability), Daya bahwa rata-rata pasien sebagai
Kalijogo, Pelayanan kualitatif tanggap (Responsiveness), konsumen jasa pelayanan
Wiwiek Pasien Klinik Jaminan (Assurance), dan Klinik Pratama AP
Rabiatul Pratama Empati (Emphaty) menyatakan ketidaksesuaian
Adawiyah, Dengan antara apa yang diharapkan dan
dan Ratno Metode kenyataan pelayanan yang
Purnomo Servqual Dan diterimanya. Sebesar -0,39
(2019) Importance rata-rata nilai gapscore
Performance Servqual mengindikasikan
Analysis bahwa secara keseluruhan
atribut pelayanan pada klinik
ini kurang memenuhi harapan
pasien. Nilai gap score terbesar
terletak pada atribut ketepatan
jadwal pelayanan (-1.06),
pelayanan sopan dan ramah (-

32
0.93), ketersediaan penunjang
medis dan apotik (-0.69),
prosedur penerimaan pasien
yang cepat dan tepat (-0.59),
dan Kemudahan Memberikan
Kritik dan Saran sebesar (-
0.57).
6. Reza Fahrepi Hubungan Penelitian Bukti fisik (Tangible), Hasil penelitian ini Jurnal
, Suherman Kualitas ini Kehandalan (Reliability), menunjukkan bahwa reliable
Rate, dan Pelayanan mengguna Daya Tanggap, memiliki hubungan dengan
Anto J. Hadi Home Care kan jaminan,empati Kepuasan keluarga pasien
(2019) Dengan metode dengan p (0,002) <(0,05),
Tingkat survey jaminan berhubungan dengan
Kepuasan deskriptif kepuasan keluarga pasien
Keluarga dengan dengan p (0,000) <(0,05),
Pasien Di pendekata tangible berhubungan dengan
Wilayah Kerja n cross kepuasan keluarga pasien
Puskesmas sectional dengan p (0,000) <
Batua Kota study (0,05), empati berhubungan
Makassar dengan kepuasan keluarga
pasien dengan p (0,002)
<(0,05),
hubungan dengan kepuasan
keluarga pasien dengan p
(0,003) <(0,05).
7. Desy N. Hubungan Metode Variabel bebas : Kehandalan, Hasil penelitian ini Jurnal
Walukow, Kualitas Jasa Deskriptif jaminan, bukti fisik, dan menunjukkan bahwa terdapat
Adisti A. Pelayanan empati hubungan antara kualitas jasa

33
Rumayar, Kesehatan Variabel terikat : kepuasan pelayanan kesehatan dalam
Grace D. Dengan pasien dimensi kehandalan, jaminan,
Kandou Kepuasan bukti fisik dan ketanggapan
(2019) Pasien Di dengan kepuasan pasien,
Puskesmas sedangkan tidak terdapat
Pineleng hubungan antara dimensi
Kabupaten empati dengan kepuasan pasien
Minahasa
8. Yusra Hubungan Metode variabel independen (kualitas Kualitas pelayanan di RSU Jurnal
(2020) kualitas Deskriptif pelayanan) dan variabel Tanjung Selamat masih kurang
pelayanan Korelatif dependen (kepuasan pasien baik (46.5%), dengan tingkat
terhadap BPJS ) kepuasan pasien terhadap
tingkat pelayanan masih rendah
kepuasan (58.1%). Secara statistik,
pasien BPJS terdapat hubungan antara
kualitas pelayanan dengan
kepuasan pasien BPJS di RSU
Tanjung Selamat Tahun 2017,
dengan nilai p= 0.001 (p <
0.05).

9. Wiwiek Hubungan penelitian Variabel bebas : kompetensi Hasil analisis uji chi-square Jurnal
Indriany Sary Kualitas kuantitatif teknis akses dengan α = 0.05 menunjukkan
S, Pelayan dengan informasi,kenyamanan, bahwa nilai p-value
Nurfardiansy An metode hubungan antar manusia, untuk kompetensi teknis p= 0.
ah Bur, Kesehatan pendekata ketepayan waktu 281, Akses informasi p=0.129,
Septiyanti Dengan n Variable terikat :kepuasan kenyamanan p=1,000,
(2021) Kepuasan cross asien hubungan antar manusia

34
Pasien Rawat sectional p=0.021, ketepatan waktu
Inap p=0.021 dengan kepuasan
Peserta Bpjs pasien

10. Siti Kurnia Hubungan penelitian Variabel bebas : (tangibility, Responden menilai mutu Jurnal
Widi Hastuti, Mutu kuantitatif reliability, responsiveness, pelayanan dengan kategori
Ahmad Ahid Pelayanan dengan assurance, dan emphaty) kurang baik yaitu sebanyak
Mudayana, dengan pendekata Variabel terikat : kepuasan 121 (59,6%) dan kategori baik
Arum Puteri Kepuasan n cross pasien adalah 82 (40,4%). Responden
Nurdhila, Pasien Peserta sectional menilai kepuasan dengan
Deskha BPJS di kategori kurang puas yaitu
Hadiyatma Rumah Sakit sebanyak 128 (63,1%) dan
(2017) Umum Daerah responden yang menilai
Yogyakarta kategori puas adalah 75
(36,9%). Nilai p dari semua
variabel dimensi mutu
pelayanan lebih kecil dari nilai
α (0,000
11. Riska Rosita Hubungan penelitian Variabel bebas : kehandalan, Hasil penelitian menunjukan Jurnal
(2017) Kualitas kuantitatif daya tanggap, jaminan, adanya hubungan yang
Pelayanan dengan empati dan bukti fisik. signifikan antara kualitas
Kesehatan pendekata Variabel terikat : kepuasan pelayanan kesehatan dengan
Rumah Sakit n cross pasien tingkat kepuasan pasien
dengan Tingkat sectional
Kepuasan
Pasien Rawat
Inap

35
12. Aida Hubungan Metode Variabel bebas : kehandalan, Berdasarkan uji statistik Jurnal
Andriani Mutu Survey daya tanggap, jaminan, didapatkan p value = 0,067
(2017) Pelayanan Analitik empati dan bukti fisik. sehingga bila dibandingkan
Kesehatan Variabel terikat : kepuasan dengan a = 0,10 maka p value
Dengan pasien < a ( 0,035 < 0,10 ) maka dapat
Kepuasan ditarik kesimpulan ada
Pasien hubungan antara pemberian
Diruangan Poli mutu pelayanan dengan
Umum kepuasan pasien dipuskesmas
Puskesmas tigo baleh Bukittinggi tahun
Bukittinggi 2014
13. Djeinne Hubungan penelitian Variabel bebas : bukti fisik, Hasil penelitian menunjukkan Jurnal
Thresye Antara Mutu analitik kehandalan, daya tanggap, bahwa nilai p value antara
Pangerapan, Pelayanan dengan jaminan, dan perhatian bukti fisik (0,001), kehandalan
Ora Et Dengan rancangan Variabel terikat : kepuasan (0,103), daya tanggap (0,047),
Labora I. Kepuasan cross pasien jaminan (0,195), dan perhatian
Palandeng,A. Pasien Di sectional (0,020) dengan kepuasan
Joy M. Rattu Poliklinik study pasien di Poliklinik Penyakit
(2018) Penyakit dalam Rumah Sakit Umum
Dalam Rumah GMIM Pancaran Kasih
Sakit Umum Manado
Gmim
Pancaran Kasih
Manado

36
14. Etlidawati, Hubungan Metode Variable bebas : mutu Hasil penelitian menunjukan Jurnal
dan Diyah Kualitas Mutu kuantitatif pelayanan mutu pelayanan kesehatan
Yulistika Pelayanan Variable terikat : kepuasan sebagian besar baik sebesar
Handayani Kesehatan pasien (61.2 %) dan Kepuasan pasien
(2017) Dengan dapat diketahui bahwa 55.1%
Kepuasan responden yang menyatakan
Pasien Peserta puas. Hasil analisis uji Chi
Jaminan Square didapatkan ρ-value =
Kesehatan 0,000 (< 0,05), yang artinya
Nasional ada hubungan antara mutu
pelayanan kesehatan dengan
kepuasan pasien peserta
jaminan kesehatan.di
Puskemas I Sokaraja
15. Patimah, Hubungan Metode Variable bebas : mutu Hasil penelitian analisis Jurnal
Endra Kualitas Kuantitatif pelayanan univariat didapatkan bahwa
Susanti, Pelayanan Variable terikat : kepuasan karakteristik responden dari 56
Nurjannah Kesehatan pasien responden, mayoritas berusia
(2020) Dengan
Tingkat 26 –34 tahun (46,4%),
Kepuasan responden dengan jenjang
Pasien Bpjs pendidikan SMA (75%) dan
Rawat Jalan responden bekerja sebagai
Di Puskesmas
Suka Makmur petani (66,1%)
serta mayoritas responden
menyatakan pelayanan

37
kesehatan sangat baik (46,4%)
dan mayoritas responden
merasa puas (64,3%). Adapun
hasil uji bivariate
menunjukkan ada hubungan
yang signifikan kualitas
pelayanan kesehatan dengan
tingkat kepuasan pasien BPJS
rawat jalan di Puskesmas Suka
Makmur Kabupaten Aceh
Tenggara.

38
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Menurut Lorie De Prete Brown (dalam Pohan, 2015), dimensi kualitas

layanan kesehatan merupakan suatu kerangka pikir yang dapat digunakan dalam

menganalisis masalah kualitas pelayanan kesehatan yang sedang dihadapi dan

kemudian mencari solusi yang diperlukan untuk dapat mengatasinya. Oleh sebab

itu, dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap lima dimensi kualitas layanan

kesehatan sebagai berikut :

1. Dimensi kompetensi teknis, yaitu menyangkut keterampilan, kemampuan,

penampilan sesuai standar layanan kesehatan yang telah disepakati.

2. Dimensi hubungan antarmanusia, yaitu interaksi antara pemberi layanan

kesehatan dengan pasien yang menimbulkan kepercayaan dengan cara

menghargai dan merespon setiap keluhan pasien.

3. Dimensi kenyamanan, yaitu penampilan fisik layanan kesehatan (gedung,

ruang tunggu, peralatan dan fasilitas pendukung lainnya) yang dapat

menimbulkan kepuasan bagi pasien.

4. Dimensi keamanan, yaitu layanan kesehatan harus aman bagi pasien dan

pemberi layanan kesehatan dan dilakukan sesuai dengan standar layanan

kesehatan.

5. Dimensi ketepatan waktu, yaitu pelayanan harus dilaksanakan dalam waktu

dan cara yang tepat oleh pemberi layanan kesehatan.


Dalam penelitian ini diidentifikasi dua variabel, yaitu variabel independen

(variabel bebas) adalah kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas yang terdiri

dari dimensi kompetensi teknis, dimensi hubungan antarmanusia, dimensi

kenyamanan, dimensi keamanan, dan dimensi ketepatan waktu. Sedangkan

variabel dependen (variabel terikat) adalah kepuasan pasien di Puskesmas Binamu

Kota Kabupaten Jeneponto.

40
B. Kerangka Konsep

Kualitas Pelayanan Kesehatan

Kompetensi Teknis

Hubungan antarmanusia
Kepuasan
Kenyamanan Pasien

Keamanan

Ketepatan Waktu

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Gambar 2 Kerangka Konsep

41
C. Definisi Operasional

1. Dimensi Kualitas Pelayanan

a. Kompetensi Teknis

1) Definisi Operasional

Kompetensi teknis dalam penelitian ini yaitu persepsi pasien yang dinilai

berdasarkan kemampuan petugas layanan kesehatan dalam memberikan layanan

sesuai dengan standar pelayanan kesehatan seperti pelayanan penerimaan pasien

di loket pendaftaran, ketelitian dan ketepatan dokter dalam melakukan

pemeriksaan pasien, serta daya tanggap perawat dalam menangani pasien di

Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

b. Hubungan antar manusia

1) Definisi Operasional

Hubungan antar manusia adalah interaksi antar petugas dan pasien atau

responden, serta antar tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar

manusia sangat penting dalam membangun komunikasi yang meliputi pikiran

dan perasaan seperti komunikasi dokter atau petugas kesehatan dengan pasien

dalam menerima keluhan pasien, memberikan penjelasan mengenai penyakit

yang diderita pasien, memberikan kesempatan kepada pasien untuk

menanggapi dan bertanya kepada dokter atau petugas kesehatan serta sikap

yang harus di berikan dokter atau petugas kesehatan kepada pasien.

42
2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

c. Kenyamanan

1) Definisi Operasional

Kenyamanan adalah perasaan nyaman yang dapat dirasakan secara

langsung oleh pasien atau responden. Kenyamanan dalam penelitian ini adalah

penampilan fisik puskesmas dan kebersihan lingkungan puskesmas tersedianya

fasilitas. Misalnya kursi, tempat sampah dan toilet serta sikap dan kerapian

petugas maupun staf kesehatan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten

Jeneponto.

2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

d. Keamanan

1) Definisi Operasional

Keamanan adalah kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan

pelayanan yang aman baik bagi pasien, pemberi layanan maupun masyarakat

sekitar. Misalnya : prosedur dalam memeriksa pasien harus aman dari risiko

cedera dan infeksi serta mampu menjaga privasi pasien selama berada dalam

ruangan pemeriksaan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

43
2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

e. Ketepatan Waktu

1) Definisi Operasional

Ketepatan waktu adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan

cepat dan tepat. Pelayanan kesehatan tersebut berupa jadwal pemeriksaan

pasien oleh dokter, pemberian obat kepada pasien dengan cepat dan tepat serta

petugas kesehatan baik dokter maupun perawat yang datang tepat waktu di

Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

2) Kriteria Objektif

Cukup : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

f. Kepuasan Pasien

1) Definisi Operasional

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepuasan pasien berkaitan

dengan respon evaluatif yang muncul atau timbul disebabkan oleh akibat dari

kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkan apa

yang diharapkannya.

2) Kriteria Objektif

Cukup Puas : jika responden memperoleh persentase nilai ≥ 62,5%

Kurang Puas : jika responden memperoleh persentase nilai < 62,5%

44
D. Hipotesa Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara dimensi Kompetensi teknis dengan kepuasan

pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

b. Ada hubungan antara dimensi Hubungan antarmanusia dengan

kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten

Jeneponto.

c. Ada hubungan antara dimensi Kenyamanan dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

d. Ada hubungan antara dimensi Keamanan dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

e. Ada hubungan antara dimensi Ketepatan waktu dengan kepuasan

pasien rawat jalan Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponrto.

45
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif, dengan rancangan cross sectional study yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen secara

bersamaan dalam waktu yang bersamaan pula. Adapun yang diteliti dalam

penelitian ini adalah Hubungan kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan

pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto

Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 19 Oktober- 19 November 2021.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu

Kota Kabupaten Jeneponto. Besar populasi diambil dari data kunjungan pada

tahun 2020 yaitu sebesar 12.736 orang.

46
b. Sampel

1. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang diambil

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Adapun sampel

dalam penelitian ini adalah pasien di Puskesmas Binamu Kota. Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu siapa

saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan pasien tersebut sesuai

dengan kriteria sampel, maka pasien tersebut dijadikan responden.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus

slovin, yaitu sebagai berikut :

𝑵𝑵
n =
𝑵𝑵𝑵𝑵𝟐𝟐 +𝟏𝟏

Keterangan :

N = Besaran populasi

n = Besaran Sampel

d = Tingkat Kesalahan yang diinginkan 0,10 (10%)


𝑵𝑵
Jadi : n=
𝑵𝑵𝑵𝑵𝟐𝟐 +𝟏𝟏

12736
n=
(12736.(0,12 ))+1

12736
n=
128,36

n = 99 Sampel

47
2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam melakukan

pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh

informasi yang berkaitan dengan hubungan kualitas pelayanan terhadap kepuasan

pasien di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto yaitu Kusioner. Jenis

kuesioner yang digunakan adalah kuesioner dengan beberapa pilihan jawaban

dimana responden harus memilih salah satu jawaban dari sekian banyak alternatif

jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner

yang telah disediakan. Data yang dapat dikumpulkan dapat berupa angka-angka,

keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan

fokus penelitian yang diteliti.

Teknik kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian

mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum

(banyak orang). Kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar

pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada

sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan

sebagainya.

48
2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pengumpulan dokumen seperti profil

Puskesmas Binamu Kota Kabupaten jeneponto dan jumlah kunjungan pasien.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data atau angka

ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan

dan bertujuan mengubah yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk

pengajian lebih lanjut. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan tahap-tahap

sebagai berikut :

a) Editing ( penyuntingan data )

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul.

Tujuan editing yaitu untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat

pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

b) Coding ( Pengkodean variabel )

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam

kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang di buat dalam bentuk angka atau

huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data

yang akan dianalisis.

c) Entry data

Setelah melakukan koding di SPSS, selanjutnya menginput data pada masing-

masig variabel. Urutan data yang diinput berdasarkan nomor responden pada

49
kuesioner.

d) Cleaning data

Setelah proses penginputan data, maka dilakukan cleaning data dengan cara

melakukan analisis frekuensi pada semua variabel untuk melihat ada tidaknya

missing data. Data yang missing dibersihkan sehingga dapat dilakukan proses

analisis.

e) Tabulasi Data

Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode

sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi diperlukan

ketelitian agar tidak jadi kesalahan. Tabulasi dilakukan untuk memudahkan dalam

pengelolaan data ke dalam suatu tabel. Pengelolaan data di lakukan secara

elektronik dengan menggunakan software SPSS dan Microsoft Office.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Dengan melihat persentase menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui

gambaran terhadap variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi. Analisis bivariat digunakan untuk mencari pengaruh dan

membuktikan hipotesis dua variabel, yakni untuk mengetahui hubungan variabel

dependen dengan independen dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan

menggunakan sistem komputerisasi program SPSS. Ho akan diuji dengan tingkat

50
kemaknaan 0,05. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Statistik Chi-square

2 (𝑂𝑂−𝐸𝐸)2
𝑥𝑥 = ∑ karena dapat digunakan untuk menguji apakah data sampel
𝐸𝐸

yang diambil mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel

tersebut mengikuti suatu distribusi yang ditentukan. Jika ada cell yang nilai

expected count (fh) yang kurang dari 5 maka akan di lakukan uji alternatif Fisher
(A+B)!(C+D)!(B+D)!
exact test 𝑝𝑝 = N! A! B !C! D!

F. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, grafik, dan disertai dengan asumsi penjelasan atau

interpretasi dari setiap tabel maupun grafik. Hal ini dilakukan agar data yang

disajikan mudah untuk dipahami.

G. Etika Penelitian
Etika Penelitian penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek

penelitian. Dalam penelitian, hak-hak subjek harus dilindungi dengan baik. Jika

subjek sangat rentan (seperti halnya sampel), maka peneliti harus menjelaskan

tentang hak-hak subjek seperti:

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah

pengumpulan data.

2. Tanpa nama (anonymity)

51
Tanpa nama (anonymity) untuk menjaga kerahasiaan responden.

Peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam pengolahan data

penelitian. Peneliti hanya menggunakan kode dalam perangkat instrument

yang diberikan pada responden.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Hal ini berarti informasi yang diberikan oleh responden serta semua

data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

52
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tentang Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan

Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Kabupaten Jeneponto

dilaksanakan mulai 19 Oktober – 19 November 2021. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan metode analitik menggunakan pendekatan cross

sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan

responden dengan menggunakan kuesioner.

Responden dalam penelitian ini sebanyak 99 responden dimana responden

adalah pasien Rawat Jalan yang datang di puskesmas, adapun data yang telah

dikumpulkan kemudian ditabulasi dan diinput, kemudian dianalisis dengan

program SPSS. Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel disertai

dengan penjelasan.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Binamu Kota merupakan salah satu puskesmas yang ada di

Kabupaten Jeneponto berada di Jalan M. Ali Gassing kelurahan Pabiringa,

Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto

53
2. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, dan Pendidikan di Puskesmas Binamu
KotaTahun 2021

Karakteristik N %

Umur (Tahun)

17-25 15 15,2

26-45 41 41,4

46-65 38 38,4

>65 5 5,1

Jenis Kelamin
Laki – Laki 27 27,3
Perempuan 72 72,7
Pendidikan

Tamat SD 4 4,0

Tamat SMP 4 4,0

Tamat SMA 78 78,8


Tamat Perguruan 13 13,1
Tinggi
Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI 6 6,1
Wiraswasta 12 12,1
Petani 4 4,0
IRT 49 49,5
Pelajar/Mahasiswa 9 9,1
Lain-lain 19 19,2
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer 2021

54
Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan umur paling banyak adalah 26-45 tahun sebanyak 41

responden (41,4%) dan umur paling sedikit adalah adalah >65

tahun yaitu 5 responden (5,1%). Jenis Kelamin Paling banyak

adalah responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu 72

responden (72,7%) dan jenis kelamin paling sedikit adalah

responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 27 responden

(27,3%). Jumlah pendidikan terakhir responden terbanyak adalah

tamat SMA sebanyak 78 responden (78,8%), dan yang paling

sedikit yaitu tamat SD dan SMP sebanyak 4 responden (4,1%).

Dominan pekerjaan responden yaitu IRT sebanyak 49 responden

(49,5%) sedangkan pekerjaan terendah adalah petani sebanyak 4

responden (4,0%).

55
b. Variabel yang diteliti

Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel
Tahun 2021
Variabel N %

Kompetensi Teknis
Cukup 97 98,0

Kurang 2 2,0

Hubungan Antar
Manusia
Cukup 95 96,0

Kurang 4 4,0

Kenyamanan
Cukup 97 98,0

Kurang 2 2,0

Keamanan
Cukup 97 98,8

Kurang 2 2.0

Ketepatan Waktu
Cukup 81 81,8

Kurang 18 18,2

Kepuasan Pasien

Cukup puas 65 65,7

Kurang puas 34 34,3

Jumlah 99 100

Sumber: Data Primer 2021

Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase responden berdasarkan

kompetensi teknis paling banyak kriteria cukup yaitu 97 responden

56
(98,0%). Presentase responden berdasarkan Hubungan antar manusia

yang paling banyak yaitu kriteria Cukup sebanyak 95 responden

(96,0%). Presentase responden berdasarkan Kenyamanan yang paling

banyak yaitu kriteria cukup sebanyak 97 responden (98,0%). Presentase

responden berdasarkan keamanan yang paling banyak yaitu kriteria

cukup sebanyak 97 responden (98,0%). Presentase responden

berdasarkan ketepatan waktu yang paling banyak yaitu kriteria cukup

sebanyak 81 responden (81,8%). Presentase responden berdasarkan

kepuasan pasien yang paling banyak yaitu kriteria cukup puas

sebanyak 65 responden (65,7).

3. Analisis Bivariat

a. Variabel Kompetensi Teknis dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil analisis untuk mengetahui hubungan antara variabel

kompetensi teknis dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu

Kota dilihat pada Tabel 4

Tabel 4
Hubungan Dimensi Kompetensi Teknis dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Tahun 2021
Kepuasan Pasien
Dimensi
Kurang Total
Kompetensi Cukup Puas p
Puas
Teknis
n % n % n %
Cukup 65 65,6 32 32,3 97 97,9
Kurang 0 0 2 2,0 2 2,0 0,116
Jumlah 65 65,6 34 34,3 99 100
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 97 (97,9%) responden yang

dimensi kompetensi teknisnya cukup, terdapat 65 (65,6%) responden

57
yang merasa cukup puas dan 32 (32,3%) responden yang merasa

kurang puas sementara dari 2 (2,0%) responden yang dimensinya

kompetensi teknisnya kurang semua merasa kurang puas.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher exact test diperoleh

nilai p=0,116 atau nilai p>0,05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

variabel kompetensi teknis terhadap pelayanan dengan kepuasan

pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

b. Variabel Hubungan Antar Manusia dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil analisis untuk mengetahui hubungan antara

variabel hubungan antar manusia dengan kepuasan pasien rawat jalan

di Puskesmas Binamu Kota dilihat pada Tabel 5

Tabel 5
Hubungan Dimensi Hubungan Antar Manusia dengan Kepuasan
Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Tahun 2021
Dimensi Kepuasan Pasien
Hubungan Kurang Total
Cukup Puas p
Antar Puas
Manusia n % n % n %
Cukup 64 64,6 31 31,3 95 95,9
Kurang 1 1,0 3 3,0 4 4,1 0,116
Jumlah 65 65,6 34 34,3 99 100
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 95 (95,9%) responden yang

dimensi hubungan antar manusianya cukup, terdapat 64 (64,6%)

responden yang merasa cukup puas dan 31 (31,3%) responden yang

merasa kurang puas sementara dari 4 (4,1%) responden yang dimensi

58
hubungan antar manusianya kurang, terdapat 1 (1,0%) responden yang

merasa cukup puas dan 3 (3,0%) responden yang merasa kurang puas.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher exact test diperoleh

nilai p=0,116 atau nilai p>0,05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

variabel hubungan antar manusia terhadap pelayanan dengan

kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

c. Variabel Kenyamanan dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil analisis untuk mengetahui hubungan antara

variabel kenyamanan dengan kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Binamu Kota dilihat pada Tabel 6

Tabel 6
Hubungan Dimensi Kenyamanan dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Tahun 2021
Kepuasan Pasien
Dimensi Kurang Total
Cukup Puas p
Kenyamanan Puas
n % n % n %
Cukup 65 65,6 32 32,3 97 97,9
Kurang 0 0 2 2,0 2 2,0 0,116
Jumlah 65 65,6 34 34,3 99 100
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 97 (97,9%) responden yang

dimensi kenyamanannya cukup, terdapat 65 (65,6%) responden yang

merasa cukup puas dan 32 (32,3%) responden yang merasa kurang

puas sementara dari 2 (2,1%) responden yang dimensi

kenyamanannya kurang, semua merasa kurang puas.

59
Hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher exact test diperoleh

nilai p=0,116 atau nilai p>0,05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

variabel kenyamanan terhadap pelayanan dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

d. Variabel Keamanan dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil analisis untuk mengetahui variabel keamanan

dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu dilihat

pada Tabel 7

Tabel 7
Hubungan Dimensi Keamanan Manusia dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Tahun 2021
Kepuasan Pasien
Dimensi Kurang Total
Cukup Puas p
Keamanan Puas
n % n % n %
Cukup 65 65,6 32 32,3 97 97,9
Kurang 0 0 2 2,0 2 2,0 0,116
Jumlah 65 65,6 34 34,3 99 100
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 97 (97,9%) responden yang

dimensi keamanannya cukup, terdapat 65 (65,6%) responden yang

merasa cukup puas dan 32 (32,3%) responden yang merasa kurang

puas sementara dari 2 (2,1%) responden yang dimensi keamanannya

kurang, semua merasa kurang puas..

Hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher exact test diperoleh

nilai p=0,116 atau nilai p>0,05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

60
variabel keamanan terhadap pelayanan dengan kepuasan pasien rawat

jalan di Puskesmas Binamu Kota.

e. Variabel Ketepatan Waktu dengan Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil analisis untuk mengetahui hubungan antara

variabel ketepatan waktu dengan kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Binamu Kota dilihat pada Tabel 8

Tabel 8
Hubungan Dimensi Ketepatan Waktu dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota Tahun 2021
Kepuasan Pasien
Dimensi
Kurang Total
Ketepatan Cukup Puas p
Puas
Waktu
n % n % n %
Cukup 65 65,6 16 16,1 81 81,8
Kurang 0 0 18 18,2 18 18,2 0,000
Jumlah 65 65,6 34 34,2 99 100
Sumber : Data primer, tahun 2021

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari dari 81 (81,8%) responden yang

dimensi ketepatan waktunya cukup, terdapat 65 (65,6%) responden

yang merasa cukup puas dan 16 (16,1%) responden yang merasa

kurang puas sementara dari 18 (18,2%) responden yang dimensi

ketepatan waktunya kurang, semua merasa kurang puas.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai

p=0,000 atau nilai p<0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

variabel ketepatan waktu terhadap pelayanan dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota

61
B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan

kesehatan dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan umum yang

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Berdasarkan hasil penelitian, responden dalam penelitian ini lebih banyak

perempuan yakni sebanyak 72 responden (72,7%) dan responden laki-laki

sebanyak 27 responden (27,3%). Berdasarkan kelompok umur, responden yang

paling banyak adalah responden yang berumur 26-45 tahun sebanyak 41

responden (41,4%). Berdasarkan pendidikan, sebagian besar responden dengan

pendidikan terakhir Tamat SMA sebanyak 78 responden (78,8%) . Berdasarkan

pekerjaan terbanyak yaitu IRT sebanyak 49 responden (49,5%).

Setelah melakukan analisis data, pengolahan, serta penyajian data, maka

selanjutnya akan dilakukan pembahasan mengenai hubungan antara variabel yang

diteliti.

1. Hubungan antara Variabel Kompetensi Teknis dengan kepuasan Pasien

Kompetensi teknis menyangkut keterampilan dan kemampuan pemberi

layanan di puskesmas. Kompetensi teknis dalam penelitian ini adalah

keterampilan, kemampuan, dan kelengkapan peralatan dalam memberikan

pelayanan yang memuaskan pasien dan keluarganya selama mendapat pelayanan

yang diberikan petugas kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.

62
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan kurang

puas sebanyak 2 (2%) berada pada kompetensi teknis kurang . Hal ini terjadi

karena responden yang tidak terlalu mempermasalahkan bagaimana kompetensi

teknis yang dimiliki petugas kesehatan yang ada di Puskesmas tersebut, akan

tetapi pasien hanya mengeluhkan kurang lengkapnya peralatan yang ada di

Puskesmas tersebut. Adapun responden yang menyatakan kurang puas berada

pada kompetensi teknis cukup sebanyak 32 responden (32,3%). Hal ini

dikarenakan responden merasa bahwa dokter maupun petugas kesehatan yang

selalu siap dianggap belum cukup untuk meningkatkan kepuasan mereka.

Responden dalam kategori ini juga menginginkan petugas pelayanan kesehatan

ramah serta perhatian dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Berdasarkan hasil dari uji statistik dengan fisher exact test di peroleh ρ =

0,116 karena nilai ρ>α= 0,116>0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti

tidak ada hubungan antara variabel kompetensi teknis dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wiwiek Indriany (2021)

terhadap pasien rawat inap peserta BPJS tahun 2021 dengan p=0,281

p>0,05,berarti tidak ada hubungan antara dimensi kompetensi teknis terhadap

kepuasan pasien rawat inap (W.Indriany,dkk ,2021).

2. Hubungan antara hubungan antar manusia dengan kepuasan pasien

Hubungan antar manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan

dan pasien, manajer dan petugas, dan antara tim kesehatan dengan masyarakat.

Hubungan antara manusia yang baik menanamkan kepercayaan dengan cara

63
menghargai, menjaga rahasia, responsif dan memberikan perhatian,

mendengarkan keluhan, dan berkomunikasi secara efektif juga penting. Hubungan

antar manusia dalam penelitian ini adalah hubungan interpersonal dan komunikasi

antara petugas kesehatan dengan pasien yang menyangkut keramahan, kesopanan,

informasi yang diberikan serta tanggapan keluhan pasien.

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan kurang

terhadap hubungan antar manusia sebanyak 1 (1%). Hal ini dikarenakan

responden menganggap hubungan antar manusia seperti tanggapan dokter

terhadap keluhan pasien, tidak mempengaruhi kepuasan mereka. Responden

hanya menginginkan petugas kesehatan lebih memperhatikan kebutuhan pasien.

Sehingga pasien kembali berobat dipuskesmas bila sakit. Adapun responden yang

menyatakan kurang puas berada pada hubungan antar manusia yang cukup

sebanyak 64 responden (64,6%). Hal ini disebabkan karena pasien tidak puas

terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan karena kurangnya keramahan

petugas pada bagian loket pendaftaran, dan kurang tanggap terhadap keluhan

pasien.

Berdasarkan hasil dari uji statistik dengan Fisher Exact Test di peroleh ρ =

0,116 karena nilai ρ>α= 0,116>0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ini berarti

bahwa tidak ada hubungan antara variabel hubungan antar manusia dengan

kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari

(2020) di Puskesmas antang dengan p = 1,000 > 0,05 yang menunjukkan bahwa

64
tidak ada hubungan antara hubungan antar manusia dengan kepuasan pasien rawat

jalan (Purnamasari & Wulan, 2020).

3. Hubungan antara kenyamanan dengan kepuasan pasien

Kenyamanan adalah suatu keadaan setelah terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman suatu kepuasan yang meningkatkan

performa sehari-hari. Kenyamanan dalam penelitian ini menyangkut penampilan

fisik puskesmas, dan kebersihan yang dapat memberi kenyamanan bagi pasien,

meliputi lingkungan fisik dan kebersihan ruangan pemeriksaan, tersedianya kursi

untuk pasien, tersedianya tempat sampah dan toilet sarta ruangan tidak pengap

dan tidak berdesakan. Dimensi kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien

sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut,

sehingga kenyamanan dapat menimbulkan kepercayaan pasien terhadap organisasi

layanan kesehatan.

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan cukup

terhadap kenyamanan tetapi merasa kurang puas sebanyak 32 (32,3%). Hal ini

disebabkan karena pasien merasa bahwa ketersediaan kursi pada ruangan tunggu

masih kurang karena masih ada pasien yang berdiri pada saat menunggu antrian di

depan loket maupun saat ingin melakukan pemeriksaan kesehatan. Adapun

responden yang menyatakan kurang puas berada pada kenyamanan yang kurang

sebanyak 2 responden (2%). Hal ini menunjukan keluhan pasien terhadap kondisi

ruangan tunggu yang masih agak berdesakan dan toilet yang tidak layak untuk di

gunakan. Oleh karena itu, pihak Puskesmas Binamu Kota agar kiranya melakukan

perbaikan fasilitas ruangan sesuai dengan apa yang pasien butuhkan.

65
Berdasarkan hasil dari uji statistik dengan Fisher exact test di peroleh ρ =

0,116 karena nilai ρ>α= 0,116 > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ini

berarti bahwa tidak ada hubungan antara variabel kenyaman dengan kepuasan

pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wiwiek Indriany (2021)

terhadap pasien rawat inap peserta BPJS tahun 2021 dengan p=1,000

p>0,05,berarti tidak ada hubungan antara dimensi kenyamanan terhadap kepuasan

pasien rawat inap (W.Indriany,dkk ,2021).

4. Hubungan antara Keamanan dengan Kepuasan Pasien

Keamanan adalah kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan

pelayanan yang aman baik bagi pasien, pemberi layanan maupun masyarakat

sekitar. Misalnya prosedur dalam memeriksa pasien harus aman dari risiko cedera

dan infeksi serta mampu menjaga privasi pasien selama berada dalam ruangan

pemeriksaan di Puskesmas.

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan cukup

terhadap keamanan tetapi merasa kurang puas sebanyak 32 responden (32,3%).

Hal ini disebabkan karena beberapa pasien tidak mendapatkan tindakan yang tepat

dan terkadang perawat belum cukup cepat dan tanggap apabila pasien mengalami

keluhan. Adapun responden yang menyatakan kurang puas berada pada

kenyamanan yang kurang baik sebanyak 2 responden (2%). Dikarenakan menurut

beberapa responden mengatakan lamanya perubahan keluhan yang dialami dan

masih membutuhkan perawatan yang lebih maksimal

66
Berdasarkan hasil dari uji statistik dengan Fisher exact test di peroleh ρ =

0,116 karena nilai ρ>α= 0,116 > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ini

berarti bahwa tidak ada hubungan antara variabel keamanan dengan kepuasan

pasien rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

. Penelitian yang dilakukan Adelina Fitri (2016) terhadap pasien rawat jalan

RSKM tahun 2016 dengan p=0,281 p>0,05,berarti tidak ada hubungan antara

dimensi kenyamanan terhadap kepuasan pasien rawat jalan (Fitri.A ,dkk ,2016).

5. Hubungan antara Ketepatan Waktu dengan Kepuasan Pasien

Indikator penilaian dimensi ketepatan waktu meliputi petugas kesehatan

datang tepat waktu, pemeriksaan oleh dokter dan pemberian obat kepada pasien

tepat waktu, perawatan rutin melakukan kontrol kepada pasien serta petugas

kesehatan yang selalu ada pada saat jam kerja.

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

cukup terhadap ketepatan waktu tetapi merasa kurang puas sebanyak 16

responden (16,1%). Hal ini dikarenakan oleh perawat yang biasanya bertugas di

loket atau mengontrol pasien tidak ada di ruang perawatan pada saat jam kerja .

Adapun responden yang menyatakan kurang puas berada pada kenyamanan

yang kurang sebanyak 18 responden (18,2%). Hal tersebut terjadi karena

lambatnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan yang

ada di Puskesmas Binamu Kota. Oleh karena itu diharapkan petugas kesehatan

untuk tepat waktu dalam melakukan pelayanan terhadap pasien.

67
Berdasarkan hasil dari uji statistik dengan chi-square di peroleh ρ = 0.00

karena nilai ρ<α= 0.00 ˂ 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti

bahwa ada hubungan antara variabel ketepatan waktu dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Binamu Kota.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2018)

dimana hasil penelitian memperlihatkan p = 0,000 < 0,05 bahwa ada hubungan

yang antara variabel ketepatan waktu dengan kepuasan pasien. Hasil penelitian

ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketepatan waktu merupakan

suatu kondisi dimana segala sesuatu harus dikerjakan sesuai dengan waktunya.

Ketepatan waktu pelayanan di puskesmas dapat juga diartikan sebagai lama

pelayanan yang diberikan pihak puskesmas pada pasien (Muninjaya, 2012).

68
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya mengenai Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan

Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Binamu Kota, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara dimensi kompetensi teknis dengan kepuasan

pasien berdasarkan uji Fisher exact test diperoleh nilai p value (0,116).

Jadi nilai p > (ɑ = 0,05).

2. Tidak ada hubungan antara dimensi hubungan antarmanusia dengan

kepuasan pasien berdasarkan uji Fisher exact test diperoleh nilai p value

(0,116). Jadi nilai p > (ɑ = 0,05).

3. Tidak ada hubungan antara dimensi kenyamanan dengan kepuasan pasien

berdasarkan uji Fisher exact test diperoleh nilai p value (0,116). Jadi nilai

p > (ɑ = 0,05).

4. Tidak ada hubungan antara dimensi keamanan dengan kepuasan pasien

berdasarkan uji Fisher exact test diperoleh nilai p value (0,116). Jadi nilai

p > (ɑ = 0,05).

5. Ada hubungan antara dimensi ketepatan waktu dengan kepuasan pasien

berdasarkan uji Chi Square diperoleh nilai p value (0,000). Jadi nilai p < (ɑ

= 0,05).

69
B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini maka beberapa

saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Kepada Pihak Puskesmas, agar dapat melakukan evaluasi dan perbaikan

menejemen untuk memperbaiki kualitas pelayanan sehingga kepuasan pasien

terkait dengan hasil penelitian yaitu pada komponen kenyamanan pasien serta

kelengkapan dan ketepatan waktu layanan kesehatan sehingga diharapkan

dapat meningkatkan kepuasan pasien rawat jalan.

2. Kepada petugas kesehatan, yang menangani pasien secara langsung

khususnya dibagian loket pendaftaran pasien, agar lebih ramah dalam

merespon dan menanggapi keluhan pasien serta kinerja petugas harus lebih

ditingkatkan lagi, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien rawat jalan

yang datang berkunjung.

3. Kepada peneliti selanjuutnya, diharapkan agar mampu mengembangkan

penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan saat ini untuk

meneliti variabel lain yang terkait dengan kualitas pelayanan kesehatan atau

variabel lain yang belum diteliti.

70
DAFTAR PUSTAKA

Ali, P. bahjuri et al. (2018) Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskemas,


Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat.

Anggraeni, R., 2019. Mutu Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Yogyakarta: Cv. Budi
Utama

Assauri (2008) Costomer Service yang Baik Landasan Pencapaian Costomer. jakarta:
rineka cipta.

Azwar, A. (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi III. Jakarta:


Tanggerang:Binarupa Aksara.

Banul, M. S., Agnesia, C. and Nanda, P. (2020) ‘Hubungan Komunikasi Terapeutik


Bidan dengan Tingkat Kepuasa Ibu Hamil Trismester III dalam Antenatal Care di
Puskesmas Kota’, Jurnal Wawasan Kesehatan,

Betri Anita, Henni Febriawati, Y. (2019) Puskesmas dan Jaminan Kesehatan Nasional.
CV BUDI UTAMA.

Deliana and Irwan Nasution (2017) ‘Kinerja Pegawai dalam Memberikan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Medan Denai Kota Medan’, Jurnal Administrasi Publik,

Eliya Astutik, E. (2020) ‘Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien
Peserta BPJS Rawat Jalan di Puskesmas’, Jurnal Kesehatan dr. Soebandi,

Irawan (2009) 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Ismaniar, H. (2015) Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. CV BUDI UTAMA.

Jarusliamin, M. 2015. Hubungan Mutu Layanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien


Rawat Inap di RSUD Haji Kota Makassar. (Jurnal KTesehatan Masyarakat).
Universitas Hasanuddin.

Kepmenkes (2004) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK II/2004


Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

Kepmenkes (2015) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02,MENKES/


52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Lovelock Wright, L. (2007) Manajemen Pemasaran Jasa. PT. Indeks, Indonesia.

Muninjaya, A. A. G., 2011.Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: kedokteran


EGC.

Notoatmodjo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam (2014) Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. 4th edn. Jakarta: Salemba Medika.

71
Octadalarani, A. 2014. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Bersalin Bunda Kota Makassar.

Pangestu, A. Y., 2013. Gambaran Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Rawat Jalan di RSU
Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Permenkes RI. (2019) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 Tahun 2019 Tentang
Sistem Informasi Puskesmas.

Permenkes RI. (2014) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.

Permenkes RI. (2015) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 Tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter
Gigi.

Puskesmas Binamu Kota. (2019). Profil Puskesmas Binamu Kota

Pohan, I. S. (2006) Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Dasar-dasar Pengertian.


Jakarta: Kesaint Blanc.

Pohan, I. S. (2007) Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Pohan, I. S. (2015) Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Dasar-dasar Pengertian dan


penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pribadi, G. (2020) ‘Service Quality Sebagai Pengukuran Kepuasan Siswa dan Orang
Tua/Wali Murid SMP Muhammadiyah 1 Gombong’, Jurnal Ilmiah Ekonomi
Global Masa Kini,

Profil Kesehatan Indonesia (2019) PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2019.

R. Faris Mukmin Kalijogo, Wiwiek Rabiatul Adawiyah, R. P. (2019) ‘Analisis Kualitas


pelayanan Pasien Klinik Pratama Dengan Metode Servqual Dan Importance
Performance Analysis’, Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi,

Respati, S. A. (2015) Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan


Pasien Rawat Inap di Puskesmas Halmahera Kota Semarang Tahun 2014. Skripsi
Sarjana. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.

Sabarguna (2008) Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto.

Sudirman (2016) Kualitas Pelayanan Rumah Sakit. Yogyakarta: LeutikaPrio.

Supartiningsih, S. (2017) ‘Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah Sakit: Kasus Pada
Pasien Rawat Jalan’, Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit. JK
School of Gov, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 6(1), pp. 9–15. doi:
10.18196/jmmr.6122.

Syukron, A. and Hasan, N. (2017) ‘Perancangan Sistem Rawat Jalan Berasis web Pada
Puskesmas Winog’, Bianglala Informatika,

72
Tjiptono, F., & Diana, A. (2001) Total Quality Management. Edisi xiii. Yogyakarta:
Andi.

Tjiptono, F. (2006) Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset.

Trihono (2005) Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: Cv. Sagung
Seto.

Ulumiyah, N. H. (2018) ‘Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Penerapan


Upaya Keselamatan Pasien di Puskesmas’, Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1. Tentang Pemiliharaan Kesehatan.

Werni, S., Nurlinawati, I. and Rosita, R. (2017) ‘Penyelenggaraan Upaya Kesehatan


Masyarakat (UKM) Esensial di Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil’, Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan.

Wijono, D., 2008.Manajemen Mutu Rumah Sakit Dan Kepuasan Pasien. Surabaya: Cv.
Duta Prima Airlangga.

Wijono, D. (2009) Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. I. Surabaya: Universitas


Airlangga.

Yoanda, E., Lanin, D. and Adnan, M. F. (2019) ‘Kualitas Pelayanan Pengguna BPJS

Kesehatan di Rumah Sakit Umum Mayjen HA. Thalib Kerinci’, Ranah Research :

Journal of Multidisciplinary Research and Development.

73
Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN


KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS BINAMU
KOTA KABUPATEN JENEPONTO

1. Identitas Responden

IDENTITAS RESPONDEN
01. No Kuesioner :
02. Nama Responden :
03. Umur :
04. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
05. Alamat / No. HP :
06. Pendidikan Terakhir (lingkari) :
1. Tidak Sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
07. Pekerjaan (lingkari) :
1. TNI/POLRI
2. PNS
3. Wiraswasta
4. Petani
5. IRT
6. Pelajar / Mahasiswa
7. Lain-lain...

74
2. Kuesioner Kualitas Pelayanan

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah dengan cermat setiap pertanyaan


2. Berilah tanda Cheklist ( √ ) pada jawaban yang anda pilih dengan
ketentuan sebagai berikut :
SB : Jika responden menjawab “Sangat Baik”

B : Jika responden menjawab “Baik”

TB : Jika responden menjawab “Tidak Baik”

STB : Jika responden menjawab “Sangat Tidak Baik”

3. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang diberikan dianggap benar

A. Kompetensi Teknis

Jawaban
No. Pertanyaan
SB B TB STB
Bagaimana pelayanan penerimaan pasien
1 dibagian administrasi ?

Bagaimana tenaga medis menyediakan peralatan


2 medis secara lengkap ?
Bagaimana dokter melakukan pemeriksaan secara
3 teliti dan tepat sesuai dengan keluhan pasien?

Bagaimana daya tanggap perawat dalam


4 menangani pasien ?
Bagaimana dokter memberikan resep obat dengan
5 tepat ?

75
B. Hubungan antarmanusia

Jawaban
No. Pertanyaan
SB B TB STB
Bagaimana dokter memberikan kesempatan
1 bertanya kepada pasien ?

Bagaimana petugas kesehatan memperhatikan


2 kebutuhan pasien ?
Bagaimana petugas kesehatan menerima keluhan
3 pasien ?

Bagaimana dokter dan perawat bersikap ramah


4 terhadap pasien ?

Bagaimana dokter menjelaskan tentang penyakit


5 yang diderita pasien ?

C. Kenyamanan

Jawaban
No. Pertanyaan
SB B TB STB
Apakah lingkungan puskesmas bersih, nyaman,
1 dan teratur ?

Apakah ruang pemeriksaan cukup nyaman dan


2 tidak Pengap ?

3 Apakah tersedia Kursi untuk pasien ?

4 Apakah Tersedia Toilet untuk pasien ?

5 Apakah Tersedia tempat sampah ?

76
D. Keamanan

Jawaban
No. Pertanyaan
SB B TB STB
Bagaimana Kebersihan peralatan medis dan non
1 medis yang digunakan untuk memeriksa pasien ?

Bagaimana Petugas kesehatan (perawat/dokter)


berupaya
menjaga privasi pasien selama berada di
2 ruang pemeriksaan ?
Bagaimana Pemeriksaan yang dilakukan oleh
3 dokter dapat mengurangi keluhan pasien ?
Bagaimana Perawat memberi obat kepada pasien
4 sesuai dengan prosedur pemberian obat?
Bagaimana Jaminan keamanan bagi pasien
terhadap setiap tindakan pelayanan yang diberikan
5 oleh petugas kesehatan ?

E. Ketepatan waktu

Jawaban
No. Pertanyaan
SB B TB STB
Bagaimana Ketepatan waktu buka dan tutup
1 pelayanan puskesmas?

Bagaimana Disiplin waktu kerja dokter ataupun


2 perawat ?

3 Bagaimana Ketepatan waktu pemeriksaan ?

Bagaimana Ketepatan waktu pengambilan dan


4 pemberian Obat pasien ?
Bagaimana ketepatan waktu pelayanan di loket
5 pendaftaran

77
3. Kuesioner Kepuasan Pasien

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah dengan cermat setiap pertanyaan


2. Berilah tanda Cheklist ( √ ) pada jawaban yang anda pilih dengan
ketentuan sebagai berikut :
SP : Jika responden menjawab “Sangat Puas”

B : Jika responden menjawab “Puas”

TP : Jika responden menjawab “Tidak Puas”

STP : Jika responden menjawab “Sangat Tidak Puas”

3. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang diberikan dianggap benar F.

Kepuasan Pasien

Jawaban
No. Pertanyaan
SB B TB STB
Bagaimana pelayanan petugas kesehatan dalam
1 menerima pasien selama berobat di puskesmas?

Bagaimana dengan kejelasan informasi yang


2 diberikan oleh petugas pelayanan kesehatan?
Bagaimana dengan ketepatan waktu pelayanan
3 selama berobat di puskesmas?

Bagaimana dengan sikap petugas yang


4 tanggap terhadap keluhan pasien?
Bagaimana dengan sikap petugas yang mau
mendengar keluhan pasien selama berobat di
5 puskesmas?

78
Skoring

a) Jumlah Pertanyaan 5 nomor

b) Pertanyaan yang diberikan mempunyai 4 pilihan jawaban

c) Kriteria penilaian dengan menggunakan skala Likert yaitu :

(1) Sangat Tidak Baik = 1

(2) Tidak Baik = 2

(3) Baik = 3

(4) Sangat Baik = 4

d) Skor Tertinggi = Jumlah pertanyaan x skor tertinggi

=5x4

= 20 (100%)

e) Skor Terendah = Jumlah pertanyaan x skor terendah

=5x1

= 5 (25%)

f) Range (R) = Skor Tertinggi – Skor Terendah = 100% - 25%

= 75%

g) Interval

Perhitungan interval dengan menggunakan rumus (Sudarto,1999).


𝑅𝑅
𝐼𝐼 =
𝐾𝐾

𝟕𝟕𝟕𝟕%
Maka, interval = = 37,5%
𝟐𝟐

h) Skor Standar = 100% – 37,5%

= 62,5%

79

Anda mungkin juga menyukai