Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN

PASIEN DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


JAMPANG KULON KABUPATEN SUKABUMI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Skripsi


Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sukabumi

Disusun Oleh:

Reza Azis Saputra

C1AA17122

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

KOTA SUKABUMI

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat
Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi’.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan tugas mata
kuliah skripsi pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sukabumi. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih atas segala bantuan, bimbingan serta dukungan kepada :

1. Bapak H. Iwan Permana S.KM., S.Kep., M.Kep selaku Ketua STIKes


Sukabumi.

2. Ibu Rosliana Dewi., SKp., M.H.Kes.,M.Kep selaku Ketua Program Studi


Sarjana Keperawatan STIKes Sukabumi.

3. Bapak Johan Budhiana, M.Stat selaku Koordinator mata kuliah


Metodologi Penelitian STIKes Sukabumi.

4. Ibu Woro Rahmanishati S.Pd.,S.Kep.,M.Kes selaku penguji praktikum


Metodologi Penelitian.

5. Bapak Ari Riswanto, M.Pd selaku pembimbing yang telah berkenan


memberikan masukan, kritik dan meluangkan waktunya untuk
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen beserta staf dan jajaran STIKes Sukabumi, terimakasih atas
segala ilmu yang telah diberikan.

7. Keluarga yang penuh ikhlas memberikan dorongan dan semangat baik


secara moril maupun materil selama proses penyusunan hingga
terselesaikannya proposal penelitian ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Program Sarjana Keperawatan yang


telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan
penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih banyak


kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan

ii
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan
dimasa mendatang. Semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan
bagi para pembaca umumnya.

Sukabumi, 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 6
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...12
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………….12
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Caring…………………………………………………………14
B. Perawat…………………………………………………………………28
C. Kepuasan Pasien………………………………………………………30
D. Kerangka Pemikiran…………………………………………………...33
E. Hipotesis……………………………………………………………….35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………..………36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………..……..36
C. Variabel Penelitian………………………………………………..…..36
D. Definisi Konseptual dan Operasional………………………………..37
E. Populasi dan Sampel………………………………………………….39
F. Teknik Pengambilan Data………………………………………….…40
G. Instrumen Penelitian……………………………………………….….41
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas……………………………………..42
I. Teknik Pengolahan Data……………………………………………...43
J. Teknik Analisa Data…………………………………………………..44
K. Prosedur Penelitian…………………………………………………....45
L. Etika Penelitian………………………………………………………..46
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...49
INFORMED CONSENT
1. SURAT PENGANTAR……………………………………………….51

4
2. SURAT PERSETUJUAN…………………………………………….52
BAGI KORELASIONAL
1. KISI-KISI KUESIONER………………………………………….….52
2. KUESIONER…………………………………………………………53
BAGI KUASI EKSPERIMEN
1. SOP……………………………………………………………………59
2. LEMBAR OBSERVASI………………………………………………63

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Seseorang tidak
bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika berada dalam kondisi tidak
sehat. Sehingga kesehatan merupakan modal setiap individu untuk meneruskan
kehidupannya secara layak (Permenkes, 2019). Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI,
2009).
Dalam mewujudkan kesehatan yang paripurna dibutuhkan suatu
formula yaitu upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan (Depkes, 2009).
Upaya-upaya kesehatan tersebut harus diselenggarakan sesuai dengan
Bab VI Pasal 54 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
yang meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara
bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif (Depkes
RI, 2009). Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap
warga negara memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai suatu kebutuhan dasar, setiap individu bertanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan orang-orang yang menjadi
tanggung jawabnya, sehingga pada dasarnya pemenuhan kebutuhan masyarakat

6
terhadap kesehatan adalah tanggung jawab setiap warganegara (Permenkes,
2019).
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan lengkap. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Bahwa
penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit yang profesional dan bertanggung
jawab dibutuhkan dalam mendukung upaya kesehatan dalam rangkaian
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu (Permenkes, 2020).
Pelayanan kesehatan di Indonesia yang diberikan oleh rumah sakit terus
berkembang dan selalu memberikan perubahan yang cepat karena arus era
globalisasi yang sedang kita hadapi di bidang kesehatan. Hal tersebut juga
berdampak dan berpengaruh penting dalam bidang kesehatan. Petugas
Kesehatan terutama perawat adalah kunci utama dalam keberhasilan
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Hal terpenting agar pasien tetap
menggunakan jasa rumah sakit tersebut adalah tergantung pada bagaimana
pasien tersebut merasa puas dan senang mendapatkan pelayanan (Purwoastuti
& Walyani, 2019).
Pelayanan kesehatan dapat tercapai dengan baik bila seorang perawat
memberikan pelayanan prima sesuai standar operasional prosedur sebagaimana
diketahui pegawai sebagai role model, perawat merupakan bagian dari tenaga
kesehatan yang ada di lingkungan masyarakat. Tidak hanya itu perawat bahkan
dapat dijumpai sampai pelosok tanah air. Oleh karena itu perawat hidup
ditengah masyarakat haruslah menjadi panutan/contoh (role model) dalam
berkehidupan di masyarakat. Karena perawat merupakan publik figure yang
ada di tengah masyarakat Indonesia, maka semua perilaku atau kebiasaan

7
perawat akan menjadi contoh di masyarakat. Terlebih lagi kebiasaan dalam
bidang kesehatan, misal perilaku hidup bersih dan sehat, ini akan menjadi
sorotan masyarakat dalam (Putri (2016) dalam Harkas (2020)).
Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi kerena keperawatan
merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan
terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan, yang dialami
masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan
pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawat
bermutu atau tidak pada rumah sakit tersebut (Haskas, 2020).
Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien terhadap kesesuaian tingkat
kepentingan atau harapan pasien sebelum mereka menerima jasa pelayanan
dengan sesudah pelayanan yang mereka terima (Apriza & Lestari, 2018).
Kepuasan pasien dapat terwujud dari pelayanan kesehatan keperawatan yang
baik. Kualitas atau mutu pelayanan dapat dinilai dari tindakan ataupun sikap
anggota tim keperawatan yang telah memberikan asuhan. Pasien akan
mengganggap pelayanan itu baik jika mereka merasakan kepuasan dari
berbagai aspek. Kepuasan pasien yang lainnya juga didapatkan dari hasil
komunikasi antar pasien yang menyebarluaskan tentang pelayanan
keperawatan disuatu instansi yang baik dan memuaskan. Lebih-lebih di era
informasi teknologi seperti sekarang ini media sosial sebagai media yang
sangat cepat menyebarkan informasi (Kusnanto, 2019).
Standar pelayanan minimal rumah sakit pada hakekatnya merupakan
jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang wajib dilaksanakan oleh
pemerintah/pemerintah provinsi/pemerintah kabupaten/kota dengan standar
kinerja yang ditetapkan. Standar pelayanan minimal rumah sakit Indonesia
dengan indikator kepuasan pasien rawat inap sebesar ≥ 90 % (Kepmenkes,
2008). Oleh karena itu suatu mutu pelayanan rumah sakit akan mempengaruhi
dan menentukan kepuasan pasien rawat inap.

8
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harkas
(2020) di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Barru diketahui bahwa hampir
separuh dari 61 responden sebanyak 30 (49,2%) pasien tidak puas terhadap
pelayanan keperawatan, dan lebih dari separuh sebanyak 31 (50,8%) pasien
puas terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan caring perawat. Selanjutnya
berdasarkan hasil penelitian oleh Hayat dkk. (2020) pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Rumah Harapan Bunda Kota Batam, menunjukkan bahwa
sebanyak 36 pasien (53,7%) puas dan sebanyak 31 pasien (46,3%) tidak puas
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Dan penelitian yang dilakukan
oleh Sahensolar & Avianti (2017) di Irina C2 RSUP Prof DR R. D Kandou
Manado menunjukkan bahwa dari 47 responden diketahui bahwa penilaian
kepuasan pasien dalam kategori puas, dimana sebanyak 15 orang (31,9%) tidak
puas, sedangkan 32 orang (68,1%) puas. Sedangkan penelitian di RSUD
Jampang Kulon Sukabumi oleh Firman (2014) didapatkan bahwa kualitas
pelayanan pasien jasa rawat inap kelas III dapat dikatakan sudah terlaksana
dengan baik, namun masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini
dibuktikan dengan masih adanya kesalahan ataupun kekeliruan dalam
memahami prosedur yang kurang dipahami oleh pasien, keluarga pasien, atau
masyarakat.
Selain itu berdasarkan laporan hasil survey IKM (Indeks Kepuasan
Masyarakat) semester II tahun 2017 di RSUD Jampang Kulon Sukabumi di
ruang rawat inap kelas III didapatkan pelayanan rawat inap pada ruang Melati
dan Mawar menunjukkan bahwa masyarakat merasa cukup puas terhadap
pelayanan namun nilai IKM menglami penurunan dari semester sebelumnya
dengan kategori baik (B), kemudian pelayanan rawat inap di ruang Asoka,
Cempaka, dan Bugenvil menunjukkan bahwa masyarakat merasa puas terhadap
pelayanan yang diterima dan mengalami kenaikan IKM dari semester
sebelumnya dengan kategori baik (B) serta pelayanan rawat inap di ruang
Kemboja dan Flamboyan menunjukkan bahwa masyarakata puas terhadap
pelayanan yang diterimanya dan mengalami kenaikan IKM dari semester

9
sebelumnya dengan kategori sangat baik (A) (laporan IKM RSUD Jampang
Kulon, 2017).
Menurut Prompahakul dkk. (2011) dalam Yunita & Hariadi (2019)
pelayanan profesional oleh perawat dapat dilakukan oleh perawat dengan
memperlihatkan perilaku caring. Perilaku caring perawat sangat penting dalam
memenuhi kepuasan pasien, hal ini menjadi salah satu indikator kualitas
pelayanan di sebuah rumah sakit. Hal ini merupakan sentral praktik
keperawatan, juga merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana
perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap pasien.
Perawat adalah orang yang menjadi salah satu kunci dalam memenuhi
kepuasan pasien. Oleh karena itu, perilaku caring perawat dapat memberikan
pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Fokus utama dari
keperawatan menurut Watson (2009) adalah faktor-faktor caring yang
bersumber dari perspektif humanistic yang dikombinasikan dengan dasar
pengetahuan ilmiah. Watson kemudian mengembangkan sepuluh faktor caring
tersebut untuk membantu kebutuhan tertentu dari pasien dengan tujuan
terwujudnya integritas fungsional secara utuh dengan terpenuhinya kebutuhan
biofisik, psikososial dan kebutuhan interpersonal. Perilaku caring sangat
diperlukan oleh seseorang dalam pember pelayanan, karena hubungan antara
pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien merupakan faktor yang
mempengaruhi proses kepuasan dan kesembuhan pasien tersebut.
Periaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada
sesorang dan bagaimana seseorang bertindak. Perilaku caring merupakan
perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat
kesehatan dalam membantu klien yang sakit. Perilaku caring sangat penting
dalam pelayanan keperawatan karena akan memberikan kepuasan pada klien
dalam perawatan akan lebih memahami konsep caring, khususnya perilaku
caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan (Kozier (2010)
dalam Ginting (2016)).

10
Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan sumber daya terbanyak di
rumah sakit. Perawat bertugas selalu berada bersama dengan pasien selama 24
dalam masa perawatannya, dalam waktu itu perawat harus selalu siap
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sebagai dasar kebutuhan seorang
pasien dengan perilaku caring sebagai dasar tuntunan paraktik keperawatan
dalam proses penyembuhan pasien. Dengan demikian perawat selalu menjadi
sentral perhatian utama pasien dan ini tentunya akan mempengaruhi terhadap
kepuasan pasien sesuai apa yang diperoleh dan diharapkan dari pelayanan
keperawatan. Ini yang menjadikan kedudukan perawat sebagai ujung tombak
atau cerminan suatu mutu pelayanan rumah sakit. Perilaku caring perawat juga
berdampak pada peningkatan rasa percaya diri perawat, walaupun kenyataan
yang dihadapi hingga saat ini perawat masih melaksanakan tugas yang
berorientasi pada proses penyakit dan tindakan medik, sehingga ini dapat
menjadi salah satu pencetus hubungan dengan pasien menjadi kurang dan
berdampak pula pada care perawat kepada pasien berkurang.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di RSUD Jampang Kulon
Kabupaten Sukabumi di ruangan rawat inap kelas III pada tanggal 15 Oktober
2020, dari 7 responden yang diwawancarai secara acak menyatakan 4 pasien
mengatakan puas terhadap pelayanan rumah sakit dan perawat yang
diterimanya, mereka mengatakan perawatnya sangat ramah dan selalu ada
apabila pasien membutuhkan. Tetapi 3 pasien mengatakan kurang puas
terhadap pelayanannya terutama perawat dengan alasan perawat terkadang
kurang ramah, terkadang muka tampak cemberut ketika melakukan suatu
tindakan keperawatan.
Berdasarkan penelitian dilakukan oleh Hayat dkk. (2020) di Rawat
Inap Rumah Sakit Rumah Harapan Bunda Kota Batam, didapatkan hasil dari
67 pasien, menunjukkan bahwa sebagian besar dengan perawat yang caring
sebanyak 47 (70,1%) dan sebanyak 20 (29,9%) perawat yang tidak caring.
Selanjutnya penelitian oleh Haskas (2020) di Ruang Rawat Inap Kelas III
RSUD Barru bahwa dari 61 orang responden didapatkan, 36 orang responden
(59,0%) dalam kategori caring perawat yang baik dan sebanyak 25 orang

11
respoden (41,0%) dalam kategori caring perawat cukup. Selanjutnya
berdasarkan hasil penelitian oleh Sahensolar & Avianti (2017) di Irina C2
RSUP Prof Dr R. D Kandou Manado diketahui bahwa penilaian caring perawat
dalam kategori kurang baik, dimana dari 47 responden dalam penelitian ini,
sebanyak 23 orang (48.9%) berada pada kategori yang baik sedangkan 24
orang (51.1%) berada dalam kategori yang kurang baik. Dan selanjutnya
penelitian oleh Ilkafah & Harniah (2017) di ruang rawat inap Private Care
Centre RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa
sebagian besar perilaku caring perawat baik sebanyak 33 responden (84,8%).
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan
membuktikan bahwa ternyata di beberapa rumah sakit masih belum mencapai
kepuasan pasien yang diharapkan. Standar pelayanan minimal rumah sakit
Indonesia dengan indikator kepuasan pasien rawat inap sebesar ≥ 90 % masih
belum tercapai dan berdasarkan penelitian di RSUD Jampang Kulon oleh
Firman (2014) kualitas pelayanan rawat inap kelas III masih terdapat kendala
dalam pelaksanannya. Dan berdasarkan survei di IKM RSUD Jampang Kulon
di ruang rawat inap kelas III terdapat beberapa ruang rawat inap yang
menglami penurunan IKM. Selain itu juga berdasarkan hasil wawancara
ditemukan pasien yang kurang puas terhadap pelayanan keperawatan, sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku
Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III di
Rumah Sakit Umum Daerah Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi”, untuk
mengidentifikasi apakah ada hubungan perilaku caring perawat dengan
kepuasan pasien.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi
antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di
RSUD Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

12
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi apakah
terdapat korelasi antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien
rawat inap kelas III di RSUD Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan khusus dari
penelitian ini yaitu:
a. Mengidentifikasi karakteristik usia, jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan, dan jaminan kesehatan responden.
b. Mengidentifikasi perilaku caring perawat kepada pasien di ruang rawat
inap kelas III di RSUD Jampang Kulon.
c. Mengidentifkasi kepuasan pasien dengan perilaku caring perawat di
ruang rawat inap kelas III di RSUD Jampang Kulon.
d. Menganalisis korelasi perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di
ruang rawat inap kelas III di RSUD Jampang Kulon.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di
ruang rawat inap kelas III di RSUD Jampang Kulon.
2. Bagi STIKes Sukabumi
Hasil penelitian ini dapat menjadi suatu karya ilmiah yang digunakan
sebagai referensi atau pembanding untuk mahasiswa yang akan mempelajari
dan melakukan penelitian berikutnya tentang caring dalam keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi rumah sakit
terutama tentang pelayanan keperawatan dalam hal caring perawat, sehingga
dapat meningkatkan kualitas pelayanan melalui asuhan keperawatan yang
bermutu dengan mengembangkan hubungan caring antara perawat dan
pasien sehingga menjadi berkualitas, terutama di ruang rawat inap kelas III.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Caring
1. Definisi Caring
Caring merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggis yang
diartikan sebagai kepedulian. Caring adalah fenomena universal yang
mempengaruhi cara-cara orang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam
kaitannya satu sama lain. Caring merupakan jantung dari kemampuan
perawat untuk bekerja dengan orang-orang dengan cara yang hormat dan
terapeutik. Caring adalah spesifik dan relasional untuk setiap pertemuan
perawat-pasien. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenal
pasien, memungkinkan perawat mengenali masalah pasien dan menemukan
dan mengimplementasikan solusi individual berdasarkan kebutuhan unik
pasien, yang merupakan salah satu tujuan utama menggunakan proses
keperawatan. Caring adalah salah satu perilaku manusia yang dapat kita
berikan dan terima (Potter et al., 2017).
Caring adalah esensi keperawatan dan inti disiplin dasar profesi.
Caring adalah bidang studi filosofis-etika-epistemik yang berkembang,
beralasan dalam disiplin keperawatan dan diinformasikan oleh bidang
terkait. Caring dianggap sebagai salah satu fitur sentral dalam meta-
paradigma pengetahuan dan praktik keperawatan. Ilmu caring
diinformasikan oleh sikap etis-moral-spiritual yang mencakup orientasi
kemanusiaan, ilmu manusia hingga proses, fenomena, dan pengalaman
peduli manusia. Praktek dengan caring adalah pusat keperawatan.
Kontribusi sosial, moral, dan ilmiahnya terletak pada komitmen
profesionalnya terhadap nilai-nilai, etika, dan cita-cita ilmu kepedulian
dalam teori, praktik, dan penelitian. Hubungan caring adalah salah satu
yang mengundang munculnya semangat manusia, membuka potensi otentik,
hadir secara otentik, memungkinkan orang tersebut untuk mengeksplorasi
opsi memilih tindakan terbaik (Watson, 2008).

14
Caring adalah posisi sentral dalam praktik keperawatan, karena
caring memilki pendekatan dinamis, dimana perawat bekerja untuk
meningkatkan kepeduliannya kepada pasien. Dalam keperawatan, caring hal
inti dan utama dalam praktik keperawatan. Caring merupakan jenis
hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima
asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia,
sehingga akan memepengaruhi kesembuhan pasien (Teting et al., 2018).
Caring adalah sikap kepedulian perawat terhadap klien dalam
pemberian asuhan keperawatan dengan cara merawat klien dengan
kesungguhan hati, keikhlasan, penuh kasih saying, baik melalui komunikasi,
pemberian dukungan, maupun tindakan secara langsung. Caring merupakan
ideal moral keperawatan yang dalam penerapannya pada klien diperlukan
pengembangan pengetahuan, ketrampilan, keahlian, empati, komunikasi,
kompetensi klinik, keahlian teknik dan ketrampilan interpersonal perawat,
serta rasa tanggung jawab. Caring juga merupakan dasar dalam
melaksanakan praktek keperawatan profesional untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan yang dapat memberikan kepuasan pada klien dan
keluarga (Kusnanto, 2019).
Caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik
keperawatan. Caring juga digambarkan sebagai moral ideal keperawatan hal
tersebut meliputi keinginan untuk merawat, kesungguhan untuk merawat,
dan tindakan merawat (caring). Perawat mempunyai persepsi bahwa bila
waktu mereka lebih banyak digunakan untuk berkomunikasi atau kontak
dengan pasien, maka status mereka lebih rendah (Maulidia et al., 2016
dalam Pardede & Simamora, 2020).
2. Perilaku Caring
Perilaku caring adalah aktivitas perawat yang penuh dengan
keterampilan, suatu proses dan pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan membantu pasien yang merefleksikan atribut sikap seperti empati,
mendukung, belas kasih, melindungi, dan hal-hal lain tergantung kebutuhan,
nilai, masalah, nilai dan tujuan yang ingin dicapai oleh individu ataupun

15
kelompok yang dibantu perawat (Leinenger, 1991 dalam Lumbantobing et
al., 2019).
Menurut Dwidiyanti, 2012 dalam firmansyah et al., 2019 menyatakan
bahwa perilaku caring merupakan manifestasi perhatian kepada orang lain,
berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan. Caring
mempunyai komitmen untuk mencegah terjadinya sesuatu yang buruk,
memberi perhatian dan konsen, menghormati orang lain dan kehidupan
manusia. Caring juga merupakan ungkapan cinta dan ikatan, otoritas dan
keberadaan, selalu bersama, empati, dapat memotivasi perawat untuk dapat
lebih care pada klien dan mampu melakukan tindakan sesuai kebutuhan
klien. Pardede et al. (2020) juga menyatakan bahwa perilaku Caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja
untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Selain itu, perawat,
diharapkan memberikan perhatian, mendoakan dan memotivasi pasien, serta
kompeten dalam tindakan. Di dunia perilaku caring perawat pelaksana
sangat dipertimbangkan.
Perilaku caring perawat meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan seorang tenaga perawat dalam merawat pasien dan keluarga
dengan memberikan dorongan positif, dukungan, dan peningkatan
pelayanan perawatan. Perilaku yang ditampilkan oleh perawat adalah
dengan memberikan rasa nyaman, perhatian, kasih sayang, peduli,
pemeliharaan kesehatan, memberikan dorongan, empati, cinta, percaya,
melindungi, kehadiran, mendukung, memberi sentuhan, dan siap membantu,
serta mengunjungi pasien. Perilaku tersebut akan mendorong pasien dalam
perubahan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual ke arah yang lebih baik
(Teting et al., 2018).
Dampak perilaku caring bagi klien adalah meningkatkan hubungan
saling percaya, meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, memiliki
banyak energi, biaya perawatan lebih rendah, serta menimbulkan perasaan
lebih nyaman (Watson, 2012 dalam firmansyah et al., 2019).

16
Menurut Watson (2008) dalam Theory of Human Care
mengungkapkan bahwa ada sepuluh carative factor yang dapat
mencerminkan perilaku caring dari seorang perawat, yaitu sebagai berikut:
a. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik
Pembentukan sistem nilai humanistic-altruistic mulai berkembang
di usia dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai
ini menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke
arah kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik
dan altruistik dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan
diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari
pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri
perawat yang kemudian akan meningkatkan sikap altruistik. Melalui
sistem nilai humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan rasa
puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien.
b. Menanamkan keyakinan dan harapan
Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif
maupun kuratif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi
pasien jika pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi,
penyembuhan sendiri, dan spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif
ini akan tercipta perasaan lebih baik melalui kepercayaan dan atau
keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara individu. Perawat
memberikan kepercayaan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan
asuhan keperawatan yang holistik. Dalam hubungan perawat-klien yang
efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan
kepercayaan.
c. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien,
sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni dan bersikap wajar
pada orang lain. Pengembangan perasaan ini akan membawa pada
aktualisasi diri melalui penerimaan diri antara perawat dan klien. Perawat
yang mampu untuk mengenali dan mengekspresikan perasaannya akan

17
lebih mampu untuk membuat orang lain mengekspresikan perasaan
mereka. Pengembangan kepekaan terhadap diri dan orang lain,
mengeksplorasi kebutuhan perawat untuk mulai merasakan suatu emosi
yang muncul dengan sendirinya. Hal itu hanya dapat berkembang melalui
perasaan diri seseorang yang peka dalam berinteraksi dengan orang lain.
Jika perawat berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan
lebih autentik (tampil apa adanya). Autentik akan menambah
pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun
bagi orang-orang yang berinteraksi dengan perawat itu.
d. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu
Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien
adalah sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya
akan meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi
untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini
adalah kongruen, empati, dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa
adanya dalam berrinteraksi dan tidak menyembunyikan kesalahan.
Perawat bertindak dengancara yang terbuka dan jujur. Empati berarti
perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan
positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa
tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain.
e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
Perawat menyediakan dan mendengarkan semua keluhan dan
perasaan klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup
beresiko baik bagi perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk
ekspresi perasaan positif maupun negatif bagi klien. Perawat harus
menggunakan pemahaman intelektual maupun emosional pada keadaan
yang berbeda.
f. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam
pengambilan keputusan

18
Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola
pikir dan pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah
gambaran tradisional perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses
keperawatan adalah proses yang sistematis, dan terstruktur seperti halnya
proses penelitian.
g. Meningkatkan proses belajar mengajar intrapersonal
Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang
membedakan antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi
kepada klien. Perawat bertanggung jawab akan kesejahteraan dan
kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses belajar mengajar yang
didesain untuk memampukan klien memenuhi kebutuhan pribadinya,
memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal klien.
h. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan memperbaiki
mental, sosialkultural dan spiritual
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan
eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep
yang relevan terhadap lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan
mental dan spiritual, dan kepercayaan sosiokultural bagi seorang
individu. Sedangkan lingkungan eksternal mencakup variabel
epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan, kebersihan dan
lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan
baik dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus
mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan
perubahan fisik, mental, dan emosional.
i. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan
biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan
kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat
yang selanjutnya. Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari
kebutuhan biofisik yang paling rendah. Pencapaian dan hubungan

19
merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri
merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi.
j. Menegembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis
Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri
dan jiwa klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan pada
pengalaman/pemikiran yang bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar
dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.
Diakuinyafaktor ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat untuk
memahami jalan hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan hidup.
Karena adanya dasar yang irrasional tentang kehidupan, penyakit dan
kematian, perawat menggunakan faktor karatif ini untuk membantu
memperoleh kekuatan atau daya untuk menghadapi kehidupan atau
kematian.
Kristin Swanson dalam Apriza, & Lestari (2018) mendefinisikan
peduli sebagai cara mengasuh yang berkaitan dengan lainnya dihargai,
menuju yang satu merasa rasa komitmen pribadi dan tanggung jawab. Selain
itu juga Swanson mendefinisikan caring sebagai cara memelihara hubungan
dengan nilai lain, kepada seseorang yang merasa sebagai pribadi yang sadar
akan komitmen dan tanggung jawab.
Lima proses caring menurut Swanson :
a) Knowing: Menghindari asumsi, berpusat pada orang diperhatikan, menilai
secara menyeluruh, mencari petunjuk, terlibat baik.
b) Being with: Berada di sana, menyampaikan kemampuan,berbagi
perasaan, tidak membebani.
c) Doing for: Menghibur, mengantisipasi, melakukan terampil, melindungi,
menghargai martabat.
d) Enabling: Menginformasikan/ menjelaskan, mendukung/ memungkinkan,
fokus, menghasilkan alternatif, memvalidasi/ umpan balik.
e) Maintaining Beliefe: percaya, memegang dalam diri, mempertahankan
harapan-penuh sikap, menawarkan optimism yang realistis, ”going the
distance” (Sudarta, 2015 dalam Apriza, & Lestari, 2018).

20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Caring
Gibson & James (2000) dalam Agustina (2019) mengemukakan tiga
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku caring, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Individu
Karakteristik individu dapat dilihat dari umur, jenis kelamin,
pendidikan dan masa kerja.
1) Umur
Semakin tinggi usia maka samakin mampu menunjukkan
kematangan jiwa dan semakin dapat berpikir secara rasional.
bijaksana serta terbuka terhadap pendapat orang lain. Semakin
bertambahnya usia pekerja maka pekerja akan membawa=sifat-sifat
positif dalam melaksanakan pekerjaannya seperti pengalaman,
perilaku, dalam menjaga kualitas pekerjaannya. Pendapat tersebut
didukung oleh Dessler (2000) dalam Agustina (2019) mengemukakan
usia produktif adalah usia 25-45 tahun. Tahap ini merupakan penentu
sesorang untuk memilih bidang pekerjaan yang sesuai bagi kanir
individu tersebut karakteristik demografis meliputi usia, jenis kelamin,
latar belakang pendidikan, masa kena, status perkawinan dan status
kepegawaian.
2) Jenis Kelamin
Studi-studi psikologis mendapatkan bahwa tidak ada beda yang
signifikan dalam prodiktivitas kerja dan wanita. Siagiaan (2010)
dalam Agustina (2019) mengemukakan secara sosial budaya pegawai
perempuan yang berumah tangga akan memiliki tugas tambahan. Hal
ini menyebabkan kemangkiran yang lebih sering dari pegawai laki-
laki. Pendapat berbeda yang dikemukakan oleh Masitoh (2001),
Aminuddin (2002), dan Panjaitan (2002) dalam Agustina (2019),
mengatakan tidak ada perbedaan kinerja perawat pria dan wanita.
3) Pendidikan
Latar belakang pendidikan mempengaruhi kinerja. Siagiaan
(2010) dalam Agustina (2019) menegaskan bahwa tingkat pendidikan

21
perawat mempengaruhi kinerja perawat yang bersangkutan. Perawat
yang berpendidikan tinggi kinerjanya akan lebih baik karena telah
memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan
dengan perawat yang berpendidikan rendah. Pangewa (2007) dalam
Agustina (2019) menyatakan bahwa faktor pendidikan mempengaruhi
perilaku kerja. Makin tinggi pendidikan akan berhubungan positif
terhadap perilaku kerja seseorang.
4) Masa kerja
Masa kerja adalah lama seorang perawat bekerja pada suatu
organisasi yaitu dimulai dari perawat resmi dinyatakan sebagai
pegawai/ karyawan tetap rumah sakit. Masa kerja perawat merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja perawat. Siagiaan
(2010) dalam Agustina (2019) menyatakan bahwa lama kerja dan
kepuasan serta kinerja berkaitan secara positif. Pendapat tersebut
didukung oleh Riani (2011) dalam Agustina (2019), karyawan yang
lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif dari karyawan yang
junior.
b. Faktor psikologis
Variabel psikologik merupakan hal yang kompleks dan sulit untuk
diukur. Variabel ini terdiri dari atas sub variabel sikap, kepribadian,
belajar, dan motivasi. Faktor ini banyak dipengaruhi oleh keluarga.
tingkat sosial, pengalaman, dan karaktcristik demografis. Sikap
mencerminksn bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Sikap
adalah pemyataan atau pertimbangan-evaluatif (menguntungkan stau
tidak menguntungkan) mengenai objek, orang dan peristiwa (Riani, 2011
dalam Agustina, 2019). Pemahaman tentang sikap dalam keperawatan
adalsh penting, karena sikap mempengaruhi kinerja perawat. Persepsi
merupakan suatu proses mental yang terjadi pada manusia yang
ditafsirkan melalui indera. Persepsi merupakan suatu proses dimana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan
indera mereka agar member makna bagi lingkungannya (Robbins, 2005

22
dalam Agustina, 2019). Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
adalah karakteristik individu meliputi sikap, motif, kepentingan,
pengalaman, dan pengharapan.
Setiap orang cenderung mengembangkan pola motivasi tertentu.
Motivasi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang yang melahirkan
intensif dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela (Sopiah. 2009
dalam Agustina, 2019). Motivasi intrinsik merupakan keinginan yang
besar yang timbul dari dalam individu untuk mencapai tujuan-tujuan
dalam hidupnya. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang
bersumber dari luar diri yang menjadi kekuatan bagi individu tersebut
untuk merath tujuan-tujuan hidupnya, seperti pengaruh atusan, eman
kerja, keluasga dan lain-lain.
c. Faktor Organisasi
Organisasi adalah suatu sistem terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Variabel organisasi yang mempengaruhi kinerja
karyawan meliputi: Sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan
desain pekerjaan.
1) Sumber Daya
Sumber daya pada sebuah organisasi meliputi sumber daya
manusia dan sumber daya alam. Sistem organisasi rumah sakit sumber
daya manusianya terdiri dan tenaga profesional, non profesional, staf
administrasi, dan klien. Sumber daya alam meliputi uang. metode,
peralatan, dan bahan-bahan.
2) Desain Pekerjaan
Menurut Herjanto (2001) dalam Agustina (2019) desain
pekerjaan adalah rincian tugas dan cara pelaksanaan tugas atau
kegiatan yang mencakup siapa yang Mmengerjakan tugas, bagaimana
tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa yang
diharapkan. Menurut Sulipan (2000) dalam Agustina (2019) desain
pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan kerja sescorang atau
sekelompok karyawan secara organisasional.

23
Desain pekerjaan dirumah sakit jalah suatu fungsi penetapan
kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok perawat
secara organizasional. Dengan tujuan mengatur penugasan-penugasan
kerja yang Memenuhi organisasi, teknolog: dan keperilakuan. Setiap
organisasi memilikd serangkaian tugas stau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan
sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegistan
dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada perswat scsuai
dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai dengan
kebutuhan klien, pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode
penugasan (Endah, 2007 dalam Agustina, 2019).
Setiap kegiatan keperawstan diarahkan kepada pencapaian
tujuan dan merupakan tugas manager keperawatan untuk selalu
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian
tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf
keperawatan yang terlibat. Dalam hal tersebut kepala ruangsan
bertanggung jawab Mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan
kegistan pelayanan keperawatan yang akan akan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan klien, sehingga kepala rusngan perlu
mengkatagonkan klien yang ada diunit kerjanya.
Dan kepala ruangan bertanggung jawab menctapkan metode
penyusunan keperawatan apa yang tepat digunakan diunit kerjanya
untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah kategori tenaga yang ada
diruangan serta jumiah klien yang menjadi tanggung jawabnya.
Beberapa metode desain pekerjaan keperawatan yang dapat digunakan
diantaranya yaitu metode fungsional, metode tim, metode primer,
metode kasus dan metode modular (Endah, 2007 dalam Agustina,
2019).
3) Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi
dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang

24
telah ditugaskan oleh mereka. Suatu kinerja perawat pelaksana sangat
dipengaruhi oleh proses kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala
ruangan sebagai manager langsung diruangan. Jika manger melibatkan
staf dalam pencapaian tujuan organisasi, diharapkan kinerja perawat
pelaksana semakin optimal.
4) Imbalan
Suatu imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja akan
mempengaruhi kenerja dari tenaga kerja. Manajemen perlu
membenkan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menunjukkan kerja keras untuk menyenangkan pelanggan, hal
tersebut dapat membuat pekerja tersebut dan pekerja lainnya
termotivan untuk meningkatkan kinegja yang optimal dalam
melaksanskan tugasnya.
Sistem reward dibedakan menjadi finansial dan non fonansial.
Sedangkan financial dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung.
Pengharpaan fangsung diantaranya yaitu gaji, intensif dan bonus dan
penghargaan tidak lansung diantaranya yaito THR, tunjangan hari
nstal, pemberian jamninan kesehatan, liburan, cuti dan lain-lain.
Sedangkan reward non finansial dapat berupa pujian, tanggung jawab
terhadap pekerjaan dan pengembangan diri.
5) Struktur
Struktur organisasi adalah suatu alat yang digunakan untuk
membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Dalam struktur
organisasi moenjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi,
dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Struktur
organisasi juga menggambarkan tipe organisasi, pendepartemen
organisasi. kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan
hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang
kendali dan sistem pimpinan organisasi.
4. Cara Mengukur Caring
a. Caring behaviors assesment tool (CBA)

25
Caring behaviors assesment tool (CBA) dikatakan sebagai salah
satu alat ukur pertama yang dikembangkan untuk mengkaji caring. CBA
disempurnakan didasari dari teori Watson dan memakai 10 faktor karatif.
CBA terdiri dari 63 perilaku caring perawat yang dikelompokkan
menjadi 7 subskala yang disesuaikan 10 faktor karatif Watson. Tiga
faktor karatif pertama dikelompokkan menjadi satu subskala. Enam
faktor karatif lainnya mewakili semua aspek dari caring. Alat ukur ini
memakai skala Likert (5 poin) yang merefleksikan derajat perilaku
caring menurut persepsi pasien (Watson, 2009 dalam Kusnanto, 2019).
b. Alat ukur caring behavior checklist (CBC) and client percepstion of
caring (CPC)
Alat ukur caring behavior checklist (CBC) and client percepstion
of caring (CPC) dikembangkan oleh McDaniel (1990) dalam Kusnanto
(2019) melalui dua jenis pengukuran. McDaniel membedakan “caring
for”dan “caring about”. CBC dirancang untuk mengukur ada atau tidak
perilaku caring (observasi). CPC adalah kuesioner yang digunakan
sebagai alat ukur untuk mengetahui respon pasien terhadap perilaku
caring perawat. Dua alat ukur ini digunakan bersama-sama untuk melihat
proses caring. CBC terdiri dari 12 item perilaku caring. Alat ukur ini
membutuhkan seorang observer yang menilai interaksi perawat-pasien
selama 30 menit. Rentang nilai 0 (nol) sampai 12 (dua belas), nilai paling
tinggi menunjukkan ada perilaku caring yang ditampilkan. CPC
ditunjukkan kepada pasien setelah diobservasi. Alat ukur ini terdiri dari
10 item dengan 6 rentang skala. Rentang skor 10 sampai 60, dimana skor
tertinggi menunjukkan derajat perilaku caring yang ditunjukkan yang
dipersepsikan pasien bernilai tinggi, begitu juga sebaliknya (McDaniel,
1990 dalam Kusnanto, 2019).
c. Alat ukur caring professional scale (CPS)
Alat ukur caring professional scale (CPS) disempurnakan oleh
Swanson (2000, dalam Kusnanto (2019) dengan menggunakan teori
caring Swanson (suatu middle range theory yang dikembangkan

26
berdasarkan penelitiannya pada 185 ribu yang mengalami keguguran).
CPS terdiri dari dua subskala analitik yaitu Compassoionate Healer dan
Competent Practitioner, yang berasal dari 5 komponen caring Swanson
yaitu mengetahui, keberadaan, melakukan tindakan, memampukan, dan
mempertahankan kepercayaan.
d. Alat ukur caring assesment tools (CAT)
Alat ukur caring assesment tools (CAT) dikembangkan oleh Duffy
(1990) dalam Kusnanto (2019) pada program doktoralnya. Alat ukur ini
dirancang untuk penelitian deskriptif korelasi. CAT memakai konsep
teori Watson dan mengukur 10 faktor kuratif. Alat ukur ini terdiri dari
100 item dengan menggunakan skala Likert dari 1 (caring rendah)
sampai 5 (caring tinggi), sehingga kemungkinan skor total berkisar antara
100 samapai 500. Sampel penilitian yang digunakan saat itu adalah 86
pasien medikal bedah. Duffy (1993) dalam Kusnanto (2019)
mengembangkan CAT versi admin (CAT-admin) yang mengukur
persepsi perawat mengenai manajer mereka untuk administrasi riset
keperawatan. Alat ukur ini menambahkan pertanyaan kualitatif pada
versi CAT original, dan masih menggunakan 10 faktor karatif. CAT-
admin diuji pada 56 perawat part-time dan fulltime, dan didapatkan nilai
Alpa Cronbach sebesar 0,98. lalu pada tahun 2001, CAT dikembangkan
oleh Duffy ke versi CAT-edu yang dirancang menggunakan pendidikan
keperawatan, dengan sampel 71 siswa program sarjana dan magister.
CAT-edu terdiri dari 95 item pertanyaan dengan 5 poin skala Likert.
Nilai Alpa Cronbach sebesar 0,98.
e. Caring factor survey (CFS)
Caring factor survey (CFS) merupakan alat ukur terbaru yang
menguji hubungan caring dan cinta universal (caritas). Caritas
merupakan pandangan baru Watson tentang caring (2008). CFS mengkaji
penggunaan caring fisik, mental, dan spiritual yang dilaporkan oleh
pasien yang mereka lewat. CFS disempurnakan oleh Karen Drenkard,
John Nelson, Gene Rigotti dan Jean Watson dengan bantuan program

27
riset dari Inovahealth di Virginia. Alat ukur ini pada awalnya terdiri 20
item lalu diperkecil menjadi 10 item pertanyaan, tiap pernyataan
mewakili satu proses caritas. CFS menggunakan skala Likert dari 1
sampai 7. Skala terendah (1-3) mengindikasi tidak setuju, 7 sangat setuju,
dan 4 netral. Semua item pertanyaan bersifat positif, ditujukan kepada
pasien atau keluarga pasien. Nilai Alpa Cronbach pada 20 pernyataan
adalah 0,70 kemudian 20 item tersebut diperkecil menjadi 10 item untuk
menaikkan nilai Alpa Cronbach (Watson, 2009 dalam Kusnanto, 2019).
B. Perawat
1. Definisi Perawat
UU RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan Pasal 1
mendefinisikan perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan,
sedangkan Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan
sakit maupun sehat.
2. Tugas dan Wewenang Perawat
Dalam UU RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan pasal 29
perawat mempunyai tugas, sebagai berikut:
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
b. Penyuluh dan konselor bagi klien
c. Pengelola pelayanan keperawatan
d. Peneliti keperawatan
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan/atau
f. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
Wewenang perawat dalam UU RI Tentang Keperawatan pasal 30
perawat mempunyai wewenang, sebagai berikut:
a. Wewenang perawat dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan
Keperawtan di bidang upaya kesehatan perorangan:
1) melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;

28
2) menetapkan diagnosis Keperawatan;
3) merencanakan tindakan Keperawatan;
4) melaksanakan tindakan Keperawatan;
5) mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
6) melakukan rujukan;
7) memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi;
8) memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan
dokter;
9) peny'uluhan kesehatan dan konseling; dan
10) melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
b. Wewenang perawat dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan
Keperawtan di bidang upaya kesehatan masyarakat:
1) melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di
tingkat keluarga dan kelompok masyarakat;
2) menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
3) membantu penemuan kasus penyakit;
4) merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
5) melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
6) melakukan rujukan kasus;
7) mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
8) melakukan pemberdayaan masyarakat;
9) melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
10) menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
11) melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
12) mengelola kasus; dan
13) melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan
alternatif.

29
Sedangkan wewenang perawat dalam UU RI Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan pasal 31 perawat mempunyai wewenang, sebagai
berikut:
a. Wewenang perawat dalam menjalankan tugas sebagai penuluh dan
konselor bagi klien:
1) Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat
individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat;
2) Melakukan pemberdayaan masyarakat;
3) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
4) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan
5) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
b. Wewenang perawat dalam menjalankan tugas sebagai pengelola
Pelayanan Keperawatan:
1) melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
2) merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan
Keperawatan; dan
3) mengelola kasus.
c. Wewenang perawat dalam menjalankan tugas sebagai peneliti
keperawatan:
1) melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
2) menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
atas izin pimpinan; dan
3) menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika
profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Kepuasan Pasien
1. Definisi Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang
mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan kinerja dengan
harapan-harapannya. Respon ini sebagai hasil dari penilaian pasien bahwa
produk/pelayanan sudah memberikan tingkat pemenuhan
kenikmatan.Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih

30
atau kurang (Paparaya, 2009 dalam Apriza & Lestari, 2018). Kepuasan
pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan, dan merupakan salah
satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan, 2007 dalam
Kulsum, 2016).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Imbalo, 2006 dalam
Apriza, & Lestari, 2018). Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien
terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan pasien sebelum
mereka menerima jasa pelayanan dengan sesudah pelayanan yang mereka
terima (Apriza, & Lestari, 2018).
Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau
membuat sesuatu yang memadai. Pasien baru akan merasa puas apabila
kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi
harapanya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan
muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai
dengan harapannya (Frisilia et al., 2020).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Supardi (2008) dalam Apriza & Lestari (2018) menyatakan model
kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan barang
dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai berikut:
a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah
sakitadalah lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai
mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit
adalah penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan.
c. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah

31
kejelasan tenaga kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan
obatnya kepada pasien.
d. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan,
perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara,
keikutsertaan pasien dalam mengambil keputusan pengobatan, dan
kebebasan pasien memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta
kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan keluarga/temannya.
e. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik
yang dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah kebersihan ruangan pengobatan dan toilet.
Selain itu juga Sabarguna (2004) dalam Kusnanto (2019) menyatakan
bahwa kepuasan pasien dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu:
1. Aspek kenyamanan, klien merasakan kenyamanan dari berbagai fasilitas
yang ada di sebuah Rumah Sakit, dari lokasinya yang mudah dijangkau,
kenyamanan akan ruangan, kebersihan lingkungan Rumah Sakit, dan
Peralatan yang tersedia di rumah sakit tersebut.
2. Aspek hubungan klien dengan perawat, meliputi sikap perawat selama
memberi pelayanan, kecekatan perawat dalam merespon keluhan klien,
tehnik komunikasi yang efektif dari perawat serta kejelasan informasi
yang diberikan oleh pasien.
3. Aspek kompetensi teknis perawat, meliputi tingkat kompetensi atau
kemampuan yang dimiliki oleh perawat serta pengalaman perawat dalam
memberaikan asuhan keperawatan pada pasien.
4. Aspek biaya, meliputi terjangkaunya biaya administrasi Rumah Sakit,
biaya perawatan serta pembiayaan lain yang dibebankan pada pasien
selama menjalani perawatan.
3. Standar Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
Standar pelayanan minimal rumah sakit pada hakekatnya merupakan
jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang wajib dilaksanakan oleh
pemerintah/pemerintah provinsi/pemerintah kabupaten/kota dengan standar

32
kinerja yang ditetapkan. Standar pelayanan minimal rumah sakit Indonesia
dengan indikator kepuasan pasien rawat inap sebesar ≥ 90 % (Kepmenkes,
2008). Oleh karena itu suatu mutu pelayanan rumah sakit akan
mempengaruhi dan menentukan kepuasan pasien rawat inap.
4. Pengukuran Kepuasan
Cara Mengukur Kepuasan Pasien Dalam penelitian ini untuk
mengukur kepuasan pasien yaitu menggunakan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen
yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata. Untuk keperluan
analisis kuantitaf, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya mengukur
kepuasan pasien digunakan lima kriteria yaitu nilai 1 jika sangat tidak puas,
2 jika tidak puas, 3 jika cukup puas, 4 jika puas dan 5 jika sangat tidak puas
(Hasmi, 2012 dalam Apriza & Lestari, 2018). Pada pengkatagorian puas dan
tidak puas, dihitung nilai rata-rata dari jumlah responden. Pada katagori
puas jika nilai ≥ mean dan tidak puas jika < mean (Apriza, & Lestari, 2018).
Salah satu konsep pengukuran kepuasan dalam bidang jasa yang saat
ini banyak digunakan yaitu metode SERVQUAL hasil kerja 3 sekawan
Berry, Zeithamil, dan Parasuraman pada 1998. Metode ini mempunyai
kekuatan selain di formulasikan berdasarkan hasil riset yang panjang dan
mendalam tetapi disertai juga dengan cara pengukuran yang dapat
dimengerti (Kalsum, 2016).
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan visualisasi hubungan antara variabel,
yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada dan
kemudian menyusun teorinya sendiri yang akan digunakannya sebagai
landasan untuk penelitiannya. Kerangka pemikiran berisi hubungan antara
konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan
dilakukan (Masturoh & Anggita T, 2018).

33
Pelayanan kesehatan dapat tercapai dengan baik bila seorang perawat
memberikan pelayanan prima sesuai standar operasional prosedur. Perawat
merupakan tenaga kesehatan dengan sumber daya terbanyak di rumah sakit.
Perawat bertugas selalu berada bersama dengan pasien selama 24 dalam masa
perawatannya, dalam waktu itu perawat harus selalu siap memberikan
pelayanan asuhan keperawatan sebagai dasar kebutuhan seorang pasien dengan
perilaku caring sebagai dasar tuntunan paraktik keperawatan dalam proses
penyembuhan pasien. Perilaku caring perawat sangat penting dalam memenuhi
kepuasan pasien, hal ini menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan di
sebuah rumah sakit.
Penelitian Wicaksono (2012) dalam Pardede & Simamora (2020) bahwa
keperawatan yang baik dan sesuai harapan dalam sebuah rumah sakit
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan penerapan kiat caring perawat
dan melakukan supervisi secara berkala sesuai standar untuk mengevaluasi
kinerja perawat. Model asuhan keperawatan profesional yang lebih efisien dan
efektif sehingga mampu memberikan kepuasan baik dari pihak pasien,
keluarga, perawat maupun tim kesehatan lain.
Perilaku caring merupakan suatu kebiasaan yang harus melekat dalam
diri perawat karena asuhan keperawatan yang bersifat holistik dan caring
adalah saripati atau inti dari profesi keperawatan (Sahensolar & Avianti, 2017).
Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien terhadap kesesuaian tingkat
kepentingan atau harapan pasien sebelum mereka menerima jasa pelayanan
dengan sesudah pelayanan yang mereka terima (Apriza, & Lestari, 2018).
Skema 2.1 Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan
Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III.

Perilaku Caring Kepuasan Pasien

Keterangan :

: Faktor yang akan diteliti

34
: Ada hubungan

E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan pada teori yang
belum dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan
pengujian hipotesis melalui uji statistik. Dalam hal ini hipotesis menjadi
panduan dalam menganalisis hasil penelitian, sementara hasil penelitian harus
dapat menjawab tujuan penelitian terutama tujuan khusus, jadi sebelum
merumuskan hipotesis harus dilihat dulu tujuan penelitiannya. Hasil pengujian
yang diperoleh dapat disimpulkan benar atau salah, berhubungan atau tidak,
diterima atau ditolak. Hasil akhir penelitian tersebut merupakan kesimpulan
penelitian sebagai generalisasi dan representasi dari populasi secara
keseluruhan (Masturoh & Anggita T, 2018).
Berdasarkan masalah penelitian yang ditetapkan, maka dibuatlah suatu
hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari penelitian ini. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara perilaku caring perawat
dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap kelas III di RSUD Jampang
Kulon.
Bentuk hipotesisnya adalah:
H0 : Tidak ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan
pasien di ruang rawat inap kelas III di RSUD Jampang Kulon.
H1 : Ada hubungan anatara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di
ruang rawat inap kelas III di RSUD Jampang Kulon.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode deskriptif
study korelasional (Correlation Study) yaitu penelitian yang dilakuan peneliti
untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa
melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada
(Sugiyono, 2018). Penelitian ini menggunakan pendekatan belah lintang (Cross
Sectional) yaitu gabungan model a dan b untuk memperoleh data yang lebih
lengkap yang dilakukan dengan cepat, sekaligus dapat menggambarkan
perkembangan individu selama dalam masa pertumbuhan karena mengalami
subjek dari berbagai tingkat umur (Sugiyono, 2018).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit
Umum Daerah Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Agustus
2020.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain
mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018). Variabel dalam penelitian ini
meliputi variabel bebas dan variabel tak bebas :
1. Variabel bebas (Independen)

36
Variabel bebas adalah variabel resiko atau sebab, variabel yang
mempengaruhi variabel terikat (Notoatmodjo, 2018). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah perilaku caring perawat.
2. Variabel tak bebas (Dependen)
Variabel tergantung adalah variabel terikat, akibat, variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (Notoatmodjo, 2018). Variabel terikat pada
penelitian ini adalah kepuasan pasien di ruang rawat inap.
D. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah pengertian konsep–konsep penelitian yang
digunakan oleh peneliti. Kerangka konsep merupakan model konseptual yang
berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk
masalah (Hidayat, 2017).
Perilaku adalah respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari
luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan
bentuk aktif dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam
diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan
bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung
(Triwibowo, 2015).
Caring adalah bentuk pemeliharaan yang berhubungan dengan menghargai
orang lain, disertai perasaan memiliki tanggung jawab terhadap perlakuannya atau
tindakannya kepada pasien (Potter & Perry, 2009).
Perilaku caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, menghormati
orang lain, dan empati terhadap orang lain (Dwidiyanti, 2007).
Perawat adalah seseorang (seorang profesional) yang mempunyai
kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Menurut Kusnanto,
2003).

37
Perilaku caring perawat adalah hubungan dalam memberi dan menerima
asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan melindungi pasien, yang nantinya
akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk sembuh (Watson, 2007).
Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan
pengalaman terhadap pelayanan yang telah memenuhi harapan (Supranto, 2001).
Pasien adalah pelanggan layanan kesehatan, tetapi pasien dalam hal ini hanya
merupakan salah satu jenis pelanggan. Pelanggan layanan kesehatan merupakan
semua orang yang sehari-harinya melakukan kontak dengan layanan kesehatan
(Pohan, 2015).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2015).
2. Definisi Operasional
Definisi Oprasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2018).
Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
mengembangkan instrument (alat ukur).

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
1 Perilaku Caring perawat adalah Kuesioner 1. Baik jika Ordinal
caring suatu perilaku atau penilaian ≥
perawat tindakan yang diberikan mean
dan ditunjukkan perawat (untuk data
kepada pasiennya dalam terdistribusi
memberikan asuhan normal)/
keperawatan sehingga median
menimbulkan efek (untuk data
terapeutik bagi pasien, tidak
meliputi: terdistribusi
1. Respectful normal).
deference 2. Buruk
2. Assurance of jika
human presence penilaian <
3. Professional mean

38
knowledge and (untuk data
skill terdistribusi
4. Positive normal)/
connectedness median
5. Attentive to other’s (untuk data
experience tidak
terdistribusi
normal).
2 Kepuasan Kepuasan pasien adalah Kuesioner 1. Puas jika Ordinal
pasien suatu ungkapan perasaan nilai
senang yang dirasakan kenyataan ≥
pasien atas pelayanan nilai
keperawatan yang harapan. 2.
diterimanya, meliputi: Tidak puas
1. Responsiveness jika nilai
(daya tanggap) kenyataan <
2. Reliability nilai
(keandalan) harapan.
3. Empathy (empati)
4. Assurance
(jaminan)
5. Tangibles (bukti
fisik)

E. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dewasa (umur
diatas 17 tahun) yang telah menjalani perawatan di ruang rawat inap rumah sakit
selama 3 hari atau lebih di ruang rawat inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah
Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagian subjek penelitian melalui sampling (Sugiyono, 2018). Sampel dalam
penelitian ini yaitu sejumlah pasien yang mewakili populasi yang dirawat pada
ruang rawat inap teratai RSUD Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi.

39
3. Ukuran Sampel
Berdasarkan populasi yang telah dipaparkan maka penelitian akan
menentukan ukuran sampel yaitu dengan menggunakan rumus slovin dengan
tingkat kekeliruan yang diinginkan yaitu 0.05 (Notoatmojdo, 2018). Adapun
perhitungannya adalah sebagai berikut :
N
n= 2
1+ N ( d )

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat kekeliruan yang diinginkan (0,05)

4. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber
data. Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan
lebih dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui.
F. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Sugiyono, 2018).
1. Jenis Data
Untuk data primer, setelah mendapat izin kepada kepala ruangan untuk
penelitian, maka peneliti juga meminta izin untuk melihat data pasien dewasa (17
tahun keatas) yang sudah dirawat minimal 3 hari di ruang rawat inap. Setelah data
pasien tersebut didapatkan, selanjutnya peneliti mendatangi ruangan pasien untuk
menemui pasien yang menjadi responden pada peneltian ini. Setelah menemui
responden, selanjutnya peneliti menjelaskan pada responden tersebut mengenai

40
tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian kuisioner, kemudian
responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden
dan peneliti membagikan kuisioner kepada responden. Selama proses pengisian
kuisioner peneliti mendampingi responden, agar apabila ada pernyataan yang
tidak jelas, peneliti dapat menjelaskan kembali dengan tidak mengarahkan
jawaban responden. Selanjutnya peneliti mengumpulkan seluruh kuisioner.
Sedangkan data sekunder di peroleh dari profil rumah sakit dari laporan IKM,
Laporan tahunan RSUD dan laporan rekam medis tahun.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode
kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2014). Kuesioner ini
digunakan untuk mengetahui hubungan hubungan perilaku caring perawat dengan
kepuasan pasien di ruang rawat inap kelas III di RSUD Jampang Kulon kabupaten
Sukabumi
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diisi oleh
seluruh responden. Kuisioner penelitian terdiri dari tiga kategori data yaitu data
demografi, perilaku caring perawat dan kepuasan pasien.
1. Kuisioner data demografi
Kuisioner data demografi digunakan untuk mengetahui data demografi
pasien rawat inap yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, status, pendidikan,
pekerjaan dan lantai perawatan.
2. Kuisioner Perilaku Caring
Kuisioner perilaku caring digunakan untuk menggambarkan perilaku caring
perawat melalui pasien rawat inap. Penelitian ini menggunakan instrumen Caring
Behavior Inventory (CBI) yang dikembangkan oleh Wolf (1986) yang terdiri dari
33 butir pernyataan yang didasari oleh 10 faktor karatif Watson (1979). Kuesioner
Wolf (1986) telah diujicobakan dalam penelitian Kalsum (2016) dalam pernyataan

41
untuk variable Respectful deference, Assurance of human presence, Professional
knowledge and skill, Positive connectedness, dan Attentive to other’s experience.
Pengembangan kuesioner juga dilakukan pula dengan memasukkan poin
yang ada dalam kode etik keperawatan yang telah dikeluarkan oleh PPNI
khususnya pada poin perawat dan klien yang merupakan pedoman bagi perawat
untuk memberikan pelayanan keperawatan terhadap klien. Untuk kode etik
keperawatan ini menyesuaikan dengan dimensi caring Wolf.
Jenis kuesioner yang dipakai untuk variabel independen ini adalah
kuesioner tertutup karena sudah disediakan pilihan jawabannya, sehingga
responden hanya memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan.
Berdasarkan penelitian Kalsum (2016), skala likert untuk mengukur perilaku
caring dibagi antara 1-4 alternatif:
1) Tidak Pernah
2) Kadang-kadang
3) Sering
4) Selalu
3. Kuesioner Kepuasan Pasien
Variabel dependen mengacu pada Parasuraman dalam Kalsum (2016)
terdiri dari penilaian Responsiveness (daya tanggap), Reliability (keandalan),
Empathy (empati), Assurance (jaminan), dan Tangibles (bukti fisik).
Dalam penelitian ini, pengukuran kepuasan dilakukan dengan mengukur
kesenjangan antara harapan (expectations) dan pengalaman (experience). Bila
pengalaman melebihi dari harapan maka pengalaman tersebut tidak memuaskan
dan sebaliknya bila pengalamannya kurang dari harapan maka pengalaman
tersebut memuaskan. Untuk mengisi “kenyataan”, alternatif yang tersedia berupa:
(1) sangat tidak puas, (2) tidak puas, (3) puas, (4) sangat puas. Sedangkan untuk
mengisi harapan, alternatif yang tersedia berupa: (1) sangat tidak penting, (2)
tidak penting, (3) penting, (4) sangat penting. Kuesioner kepuasan pasien ini telah
pernah diujicoba dalam penelitian Kalsum (2016) di rumah sakit.
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

42
Validitas yaitu pengukuran dari pengamatan yang berarti prinsip keandalan
instrumen dalam pengumpulan data. Instrumen harus mengukur apa yang
seharusnya diukur. (Nursalam, 2016). Setelah mengukur validitas maka perlu
mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Uji
reliabilitas yaitu kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan
(Nursalam, 2016).
Sebelum kuesioner dibagikan ke responden utama, peneliti terlebih dahulu
memberikan kuesioner responden pada sasaran yang berbeda namun memiliki
kesamaan karakteristik, yaitu pasien yang dewasa (usia diatas 17 tahun) yang
dirawat lebih dari 3 hari. Uji coba kuesioner ini dilakukan untuk menguji validitas
dan realibilitas dari kuesioner dengan jumlah sampel 30 orang.
I. Teknik Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2018) setelah data terkumpul dari angket atau
kuesioner, maka dilakukan pengolahan data yang melalui beberapa tahap sebagai
berikut :
1. Editing
Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan data dan kejelasan jawaban
kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian.
Tahap ini dilakukan di lapangan yaitu dengan melakukan pengecekan kembali
terhadap data yang dikumpulkan untuk mengetahui apakah terdapat kekeliruan
atau tidak dalam pengisiannya.
Pada penelitian ini peneliti memberikan arahan tentang cara pengisian dan
pemahaman terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang kurang dipahami
oleh responden sebelum responden mengisikuesioner, adapun arahan yang
diberikan bertujuan untuk meminimalisir kesalahan dalam pengisian kuesioner.
Sehingga, dalam tahap editing pada penelitian ini tidak didapatkan responden
yang tidak lengkap mengisi kuesioner.
2. Coding
Coding adalah pengubahan data berbentuk kalimat menjadi data angka atau
bilangan. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data

43
menggunakan computer. Pengcodingan ini digunakan pada karakteristik
responden.
3. Scoring
Pada kegiatan scoring ini adalah penilaian data dengan memberikan skor
pada pernyataan yang berkaitan dengan variabel penelitian. Skoring pada
penelitian ini yaitu memberikan skor pada masing-masing item pertanyaan pada
setiap variabel.
4. Data Entry
Data entry yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan (data
yang sudah diberikan kode) ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel
kontingensi. Pada tahap ini penulis menggunakan SPSS (Statistical Product
Service Solutions).
5. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry
apakah terdapat kesalahan atau tidak. Pada tahap ini, penulis melakukan kegiatan
pengecekan kembali data yang dimasukkan untuk menghindari data yang salah
akibat penulisan yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel
yang diteliti pada program SPSS (Statistical Product Service Solutions). Pada
penelitian ini tidak terdapat kesalahan dalam memasukkan data.
J. Teknik Analisa Data
1. Gambaran Karakteristik Responden
Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan distribusi frekuensi dan persentase pada tiap-tiap karakteristik
responden. Gambaran karakteristik responden ini meliputi usia, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan. Untuk selanjutnya hasil distribusi frekuensi dan
presentase tersebut diinterpretasikan.
Secara umum analisa data pada karakteristik responden dengan menggunakan
table frekuensi dan persentasi dengan rumus:
a
P= ×100 %
b

44
Keterangan :

P = Presentase kategori

a = Jumlah responden pada tiap kategori

b = Jumlah seluruh responden

2. Analisa Univariat
Analisis univariat, yaitu suatu analisis yang dilakukan terhadap sebuah
variabel. Adapun tujuan analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel
independen dan dependen.
3. Analisa Bivariat
Analisis bivariat, digunakan untuk mengetahui hubungan variabel
independen (perilaku caring perawat) dengan variabel dependen (kepuasan
pasien). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan
tingkat kemaknaan sebesar 0,05 (α = 5%) dan Confidance Interval sebesar 95%.
Interpretasinya yaitu:
a. Jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka hipotesis Ha diterima atau gagal
ditolak yang artinya adanya hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen.
b. Jika nilai probabilitas >0,05 maka hipotesis Ha ditolak yang artinya tidak
ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
K. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini antara
lain melalui tiga tahapan yaitu (Arikunto, 2014):
1. Tahapan Persiapan
Tahap persiapan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap
mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini diawali dengan menentukan
permasalahan atau fokus penelitian yang meliputi:
Langkah 1 : Menentukan atau memilih masalah, melalui studi
pendahuluan, menyusun latar belakang

45
Langkah 2 : Merumuskan masalah
Langkah 3 : Menentukan tujuan
Langkah 4 : Menentukan kegunaan penelitian
Langkah 5 : Menentukan tinjauan pustaka
Langkah 6 : Menentukan kerangka pemikiran
Langkah 7 : Menentukan hipotesis penelitian
Langkah 8 : Menentukan jenis penelitian
Langkah 9 : Menentukan lokasi dan waktu
Langkah 10 : Menentukan variabel
Langkah 11 : Menentukan definisi konseptual dan operasional
Langkah 12 : Menentukan populasi dan sampel
Langkah 13 : Menyusun teknik pengumpulan data
Langkah 14 : Menentukan instrumen penelitian
2. Tahapan Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti akan mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan
tujuan penelitian. Pengumpulan data atau informasi melalui wawancara dan
observasi serta eksperimen langsung.
3. Tahapan Pelaporan atau Tahapan Akhir
Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir dalam penyusunan yang kemudian
diikuti dengan pencetakan dan penggandaan laporan untuk dikomunikasikan pada
pihak lain.
L. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan objek manusia yang memiliki kebebasan dalam
menentukan dirinya maka penelitian harus memahami hak dasar manusia. Pada
penelitian ini menjungjung tinggi prinsip etika penelitian yang merupakan standar
etika dalam melakukan penelitian sebagai berikut (Hidayat, 2017):
1. Menghormati Martabat
Penelitian yang dilakukan harus menjungjung tinggi martabat seseorang
(subjek penelitian).dalam melakukan penelitian, hak dan asasi subjek harus
dihargai. Seluruh responden dalam penelitian ini telah bersedia menjadi subjek

46
penelitian dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Pada penelitian ini peneliti
tidak memaksakan responden untuk ikut dalam penelitian.
2. Asas Kemanfaatan
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala hal bentuk penelitian
yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
Pada penelitian ini, peneliti mempertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin
terjadi dan manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari pada resiko yang akan
terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan
menjaga kesejahteraan responden.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit dapat digunakan
sebagai masukan dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan.
3. Berkeadilan
Dalam melakukan penelitan, perlakuannya sama dalam artian setiap orang
diperlakukan sama berdasarkan moral, martabat dan hak asasimanusia. Hak dan
kewajiban peneliti maupun subjek juga harus seimbang. Dengan begitu tidak ada
hal pilih memilih responden sesuai keinginan seluruh responden diperlakukan
sama, tidak dibeda-bedakan dalam hal apapun.
4. Informed Consent
Informed consentmerupakan persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Pada tahap ini, tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan
dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,
potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan informasi dihubungi
dan lain-lain.

47
Pada saat penelitian dilakukan, peneliti melakukan informed consent
terlebih dahulu sebelum dilakukan perlakuan dan pemberian kuesioner. Semua
responden mentandatangani lembar surat pernyataan menjadi responden.
5. Aspek Kerahasiaan
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian. Data yang diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiaannya dan pengguna data tersebut hanya untuk kepentingan penelitian
saja. Dalam penelitian ini, semua data yang telah diambil dijamin kerahasiaannya
dan hanya digunakan untuk penelitian ini saja,tidak serta merta dipublikasikan,
hanya peneliti dan kelompok-kelompok tertentu yang dapat melihatnya yaitu
pembimbing akademik skripsi, masyarakat yang terkait dan peneliti tersendiri.

48
DAFTARPUSTAKA

Haskas, Y. (2020). Hubungan Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien


di Ruang Rawat Inap Kelas IIIRSUD. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis , 15(3), 296-299.

Purwoastuti, T. E., & Walyani, E. S. (2019). Perilaku & Softskills Kesehatan:


Panduan untuk tenaga Kesehatan (Perawat dan Bidan).
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/ handle/123456789/64828

Nahrul Hayat, A. S. (2020). Hubungan Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien


Rawat Inap Di Rumah Sakit Rumah Harapan Bunda Kota Batam.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(1), 283-288.

Putri, Astuti, Ardi. (2016). Strategi Budaya Karakter Caring of Nursing. Bogor:
IN MEDIA.

Watson, J. (2009). Assessing and measuring caring in nursing and health


sciences (2nd ed). Springer Pub. Co.

Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang


Klasifikasi dan Perizinan RS.

Andayani, & Tri Yuni Rahmanto. (2019). Kepuasan Tenaga Kesehatan untuk
Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang


Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga


Kesehatan

Kusnanto. (2019). Perilaku caring perawat profesional fakultas keperawatan


univesrsitas airlangga

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Menteri Kesehatan
Republik Indonesia

Sukma Yunita, P. H. (2019). Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan


TIingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Permata Bunda Medan.
Indonesian Trust Health Journal, 2(1), 162-169.

49
Ginting, S. (2016). Hubungan Perilaku Caring Perawat Terhadap Kepuasan
Pasien di Ruangan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santa Eelisabeth
Medan. Jurnal Ilmiah PANNMED, 11(1), 51-55.

UU RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan Pasal 1

Kalsum, U (2016). Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien


di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
Skripsi.

Pardede dkk, (2020). Tingkat Pendidikan Perawat dengan Prilaku Caring pada
Pasien di RSUD Datu Beru Takengon

Pardede & Simamora. (2020). Caring Perawat Berhubungan dengan Kecemasan


Orangtua yang Anaknya Hospitalisasi.

Lumbantobing dkk. (2019). Perilaku Caring Perawat Pelaksana Rawat Inap


Rumah Sakit di Kabupaten Indramyu.

Teting et al. (2018) Teori caring & aplikasi dalam pelayanan keperawatan.
Yogakarta

Potter et al., (2017) Fundamentals of nursing.

Watson. (2008). Nursing The Philosophy and Science of Caring.

Apriza, & Sri L. (2018). Hubungan Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di
RSUD Puri Husada Tembilahan. Jurnal Ners , 2(1), 41-55.

Sahensolar, Donny, & Ervina A. (2017). Hubungan Perilaku Caring Perawat


dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Irina C2 RSUP Prof Dr R. D
Kandou Manado. Journal Of Community & Emergency, 5(1), 42-49.

Agustina. (2019). Hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien


rawat inap kelas III rsud a. w. Syahranie samarinda. Skripsi

Notoatmodjo, Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Nursalam. (2016). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitiann Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

firmansyah dkk, (2019). Perilaku Caring Perawat Berdasarkan Teori Jean


Watson di Ruang Rawat Inap.

50
Frisilia dkk, (2020). Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Dengan Pelayanan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kelas 3 Di Ruang Dahlia Rsud Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.

Sahensolar, Donny, & Ervina A. (2017). Hubungan Perilaku Caring Perawat


dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Irina C2 RSUP Prof Dr R. D
Kandou Manado. Journal Of Community & Emergency, 5(1), 42-49.

Hidayat. (2017). Metode Penelitian Kebidanan Dan Analisa Data. Jakarta:


Salemba Jakarta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

IRFORMED CONSENT

1. SURAT PENGANTAR

Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Reza Azis Saputra
NIM : C1AA17122
Saya mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sukabumi yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku
Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap di RSUD Jampang
Kulon Kabupaten Sukabumi ”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden,


kerahasiaan semua informasi yang telah saudara berikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk kepentingan tersebut peneliti
memohon anda untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan
dengan jujur tanpa menutupi hal yang sebenarnya.

51
Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan. Saya berharap informasi ini dapat
berguna, khususnya dalam penelitian ini.

Hormat Saya

Peneliti

2. SURAT PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes
Sukabumi yang bernama Reza Azis Saputra dengan judul “Hubungan Perilaku
Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap di RSUD Jampang
Kulon Kabupaten Sukabumi”.

Saya memahami bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman


yang lebih mendalam serta menggali gagasan atau ide atas permasalahan yang
diteliti dan tidak akan berakibat negatif terhadap saya, oleh karena itu saya
bersedia menjadi responden pada penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan dari pihak manapun.

Sukabumi, 2021

Responden

( )

BAGI KORELASIONAL

1. KISI-KISI KUESIONER

52
Variabel Indikator Nomor Jumlah Positi Negatif
Pertanyaan Soal f
Perilaku 6. Respectful 1-7 33
caring deference
Perawat 7. Assurance of 8-13
human presence
8. Professional 14-21
knowledge and
skill
9. Positive 22-28
connectedness
10. Attentive to other’s 29-33
experience
Kepuasan 6. Responsiveness 1-5 25
Pasien (daya tanggap)
7. Reliability 6-10
(keandalan)
8. Empathy (empati) 11-15
9. Assurance 16-20
(jaminan)
10. Tangibles (bukti 21-25
fisik)

2. KUESIONER

I. Kuesioner Data demografi (KDD)

Petunjuk Pengisian :

Bapak/ Ibu/ Saudara/i diharapkan :

1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist


(√ ) pada tempat yang tersedia.

2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.

4. Bila data yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Nama* : _____________________________ (*Data dirahasiakan)

2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

53
3. Usia : _______ Tahun

4. Status Sipil : a. Menikah b. Belum menikah

5. Pendidikan akhir : a. SD b. SMP c. SMA d. DIII d. DIII e. Sarjana/


DIV

f. Pascasarjana

6. Pekerjaan saat ini : a. PNS/TNI b. Swasta c. Pensiunan

d. IRT e. Lainnya :___________

7. No HP : _________________________

8. Lantai Perawatan : a. Lt.1 b. Lt.2 c. Lt.3

II. Kuesioner Perilaku Caring Perawat

Petunjuk Pengisian: Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda
checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman saudara/i ketika
menerima tindakan keperawatan dari perawat di RSUP Fatmawati dengan
pertimbangan sebagai berikut:

1) Tidak Pernah

2) Kadang-kadang

3) Sering

4) Selalu

Pilihan Jawaban
No Pertanyaan
Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu
Assurance of Human Presence
1 Perawat mendatangi
dan berinteraksi
dengan pasien tanpa
harus diminta.
2 Perawat berbicara
dengan pasien dengan
tutur yang sopan dan
baik.
3 Perawat mendorong
dan mempersilakan

54
pasien untuk
memanggil jika ada
masalah
4 Perawat mampu
membantu
mengurangi rasa sakit
pada pasien.
5 Perawat menanggapi
panggilan pasien
dengan cepat atau
kurang dari 5 menit
6 perawat bersikap
manusiawi dan tidak
kasar
7 Perawat tidak
membeda-bedakan
pasien dan berlaku
adil
Respectful Deferance
8 Perawat
mendengarkan
keluhan pasien dengan
sungguh-sungguh
9 Perawat menghormati
pasien dan keluarga
pasien
10 Perawat memberikan
dukungan dan
motivasi untuk
sembuh.
11 Perawat
mempersilakan pasien
untuk
mengungkapkan
keluhankeluhannya
12 Perawat menyapa
pasien
13 Perawat memelihara
suasana lingkungan
yang menghormati
nilai- nilai budaya,
adat istiadat dan
kelangsungan
beragama pasien
Professional Skill and Knowledge
14 Perawat mengetahui

55
bagaimana
memberikan suntikan,
infus, dll
15 Perawat bersikap
percaya diri dalam
merawat pasien
16 Perawat menjelaskan
tindakan medis yang
akan dilakukan
17 Perawat mengelola
peralatannya secara
terampil.
18 Perawat menjaga
kerahasiaan informasi
pasien.
19 Perawat
memberitahukan
rencana perawatannya
kepada pasien dan
keluarga
20 Perawat menggunakan
bahasa yang
sederhanda dan
mudah dimengerti
21 Perawat bertanggung
jawab atas pasien
yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
Positive Connectedness
22 Perawat meluangkan
waktu dengan pasien
untuk berbincang
23 Responden percaya
kepada perawat
24 Perawat bersikap
sabar atau tak kenal
lelah terhadap pasien.
25 Perawat mengajak
bercanda pasien
26 Pasien merasa nyaman
untuk berbicara
kepada perawat
27 Perawat memberikan
harapan pasien untuk
sembuh
28 Perawat menjaga

56
kerahasiaan pasien
Attentive to Others
29 Perawat menjadikan
pasien sebagai
prioritas utama
30 Perawat
mendengarkan
pengalamanpengalam
an pasien
31 Perawat memiliki
sikap ramah
32 Perawat
mempersilakan pasien
mengekspresikan
perasaannya
33 Perawat menanyakan
perkembangan
kesembuhan pasien.

III. Kuesioner Kepuasan Pasien

Petunjuk Pengisian:

a. Berikan tanda √ (checklis) untuk setiap pernyataan berikut yang sesuai dengan
“KENYATAAN” yang dirasa dan diterima pasien dalam pelayanan, pada kolom :

1. Sangat Tidak Puas

2. Tidak Puas

3. Puas

4. Sangat Puas

b. Berilah tanda √ (checklis) untuk setiap pernyataan tentang “HARAPAN”


berdasarkan seberapa pentingkah pernyataan itu bagi Anda :

1. Sangat Tidak Penting

2. Tidak Penting

3. Penting

4. Sangat Penting

No Pertanyaan Nilai Kenyataan Nilai Harapan

57
1 2 3 4 1 2 3 4
Responsiveness
1 Petugas bersedia menanggapi
keluhan pasien.
2 Petugas tanggap melayani
pasien.
3 Petugas menerima dan
melayani dengan baik.
4 Petugas melakukan tindakan
secara tepat
5 Petugas melakukan
pelayanan dengan cepat dan
tanggap
Reliability
6 Petugas memberikan
pelayanan dengan teliti,
hatihati dan tepat waktu
sesuai dengan yang di
janjikan.
7 Petugas, membantu jika ada
permasalahan pasien.
8 Petugas memberitahu jenis
penyakit secara lengkap,
memberitahu cara perawatan
dan cara minum obat.
9 Petugas memberikan
informasi kepada pasien
sebelum pelayanan diberikan.
10 Petugas menerangkan
tindakan yang akan
dilakukan.
Empathy
11 Petugas memberikan waktu
pelayanan yang cukup pada
pasien.
12 petugas memberikan
pelayanan sesuai dengan
keinginan dan memahami
kebutuhan pasien.
13 Petugas memperhatikan
pesien dengan sungguh-
sungguh
14 Petugas mendengarkan
keluhan tentang penyakit
yang pasien derita serta

58
memberikan motivasi untuk
sembuh
15 Perawat dalam melayani
bersikap sopan dan ramah.
Assurance
16 Petugas memiliki
kemampuan dan
pengetahuan, sehingga
mampu meyakinkan pasien.
17 Petugas menyediakan
obatobatan /alat-alat medis
yang lengkap.
18 petugas cekatan dalam
melayani pasien.
19 Petugas melayani dengan
sikap meyakinkan sehingga
pasien merasa aman.
20 Petugas menjelaskan rencana
keperawatannya
Tangibles
21 Bangunan RS terlihat indah
dan bersih.
22 Petugas tersenyum menyapa
pasien
23 Petugas terlihat meyakinkan
dan bersahabat.
24 Petugas dan karyawan
berpenampilan rapi dan
bersih.
25 Pakaian petugas terlihat
sopan

BAGI KUASI EKSPERIMEN

1. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Judul : Penilaian Perilaku Caring


Perawat
SOP No. Dukumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :

59
Halaman :
Sekolah Tinggi Prodi Sarjana
Ilmu Kesehatan Standar Operasional Prosedur Keperawatan
Sukabumi STIKESMI

1. Pengertian

Penilaian perilaku caring perawat adalah kegiatan untuk menilai caring perawat
terhadap pelayanan yang diberikan kepada pelanggan dengan menggunakan
kuesioner.

2. Tujuan

a. Sebagai bahan evaluasi terhadap nilai pelayanan RSUD Jampang Kulon

b. Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan RSUD Jampang Kulon

3. Kebijakan

4. Referensi

5. Alat dan Bahan

a. Kuesioner

b. Pulpen

6. Prosedur

a. Peneliti menyapa pelanggan dengan ramah

b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan pengisian kuesioner.

c. Peneliti membagikankuesioner kepada pelanggan

d. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dengan bahasa yang mudah


dipahami

e. Peneliti menjelaskan kembali kepada pelanggan bila ada pertanyaan

f. Penelti mempersilahkan pelanggan untuk mengisi kuesioner sesuai dengan


keadaan yang dialami oleh pelanggan dan bila sudah selesai pelanggan
dipersilahkan untuk mengembalikan kepada petugas.

60
g. Peneliti menerima kuesioner yang telah diisi oleh pelanggan

h. Peneliti memeriksa kembali kuesioner, apakah sudah terisi semua atau belum

i. Bila kuesioner ada yang belum terisi, peneliti menanyakan kepada pelanggan
apakah ada kesulitan, jika ada peneliti membantu pelanggan untuk mengisi
kuesioner.

j. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pelanggan atas kerjasamanya

k. Peneliti memasukan hasil survei ke dalam format kajian kepuasan pelanggan

l. Peneliti mengolah hasil survei kepuasan pelanggan

m. Peneliti mengevaluasi hasil survey kepuasan pelanggan

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan

8. Dukumen terkait

Judul : Penilaian Kepuasan Pasien


No. Dukumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
Sekolah Tinggi Prodi Sarjana
Ilmu Kesehatan Standar Operasional Prosedur Keperawatan
Sukabumi STIKESMI

1. Pengertian

Penilaian kepuasan pasien adalah kegiatan untuk menilai tingkat kepuasan


pelanggan terhadap pelayanan perawat yang diberikan dengan menggunakan
kuesioner.

2. Tujuan

a. Sebagai bahan evaluasi terhadap nilai pelayanan RSUD Jampang Kulon

b. Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan RSUD Jampang Kulon

61
3. Kebijakan

4. Referensi

5. Alat dan Bahan

a. Kuesioner

b. Pulpen

6. Prosedur

a. Peneliti menyapa pelanggan dengan ramah

b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan pengisian kuesioner.

c. Peneliti membagikankuesioner kepada pelanggan

d. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dengan bahasa yang mudah


dipahami

e. Peneliti menjelaskan kembali kepada pelanggan bila ada pertanyaan

f. Penelti mempersilahkan pelanggan untuk mengisi kuesioner sesuai dengan


keadaan yang dialami oleh pelanggan dan bila sudah selesai pelanggan
dipersilahkan untuk mengembalikan kepada petugas.

g. Peneliti menerima kuesioner yang telah diisi oleh pelanggan

h. Peneliti memeriksa kembali kuesioner, apakah sudah terisi semua atau


belum

i. Bila kuesioner ada yang belum terisi, peneliti menanyakan kepada pelanggan
apakah ada kesulitan, jika ada peneliti membantu pelanggan untuk mengisi
kuesioner.

j. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pelanggan atas kerjasamanya

k. Peneliti memasukan hasil survei ke dalam format kajian kepuasan pelanggan

l. Peneliti mengolah hasil survei kepuasan pelanggan

m. Peneliti mengevaluasi hasil survey kepuasan pelanggan

62
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan

8. Dukumen terkait

2. LEMBAR OBSERVASI

No.
Nama Responden Jenis Kelamin Hasil Suvei
Res

63
FORMAT PENILAIAN SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN STIKES SUKABUMI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Nama Mahasiswa : Reza Azis Saputra

NIM : C1AA17122

Judul Skripsi : Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang
Rawat Inap di RSUD Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI BOBOT NXB KETERANGAN

A PENDAHULUAN - Nilai 4 bila 4 kriteria terpenuhi


- Nilai 3 bila 3 kriteria terpenuhi
1. Latar Belakang menjustifikasi masalah - Nilai 2 bila 2 kriteria terpenuhi
penelitian - Nilai 1 bila 1 kriteria terpenuhi
2. Latar belakang diuraikan secara jelas dan
gamblang disertai alasan secara teoritis dan
praktis
3. Rumusan Masalah jelas dan spesifik
4. Rumusan hipotesis jelas dan dapat diuji (jika 3
ada)
B 1. Tujuan umum dan tujuan khusus berkaitan - Nilai 4 bila 4 kriteria terpenuhi
dengan lingkup permasalahan - Nilai 3 bila 3 kriteria terpenuhi
2. Tujuan umum dan tujuan khusus dinyatakan - Nilai 2 bila 2 kriteria terpenuhi
dengan jelas serta cukup operasional - Nilai 1 bila 1 kriteria terpenuhi
3. Tujuan penelitian mengetengahkan indicator-
indikator apa yang hendak ditemukan dalam
penelitian
4. Penelitian bermanfaat dan berkontribusi bagi
2
praktek dan pelayanan keperawatan
C 1. Kerangka Pemikiran rasional dan sesuai - Nilai 4 bila 4 kriteria terpenuhi
dengan kerangka teori - Nilai 3 bila 3 kriteria terpenuhi
2. Kerangka pemikiran menggambarkan alur - Nilai 2 bila 2 kriteria terpenuhi
runtut pemikiran peneliti - Nilai 1 bila 1 kriteria terpenuhi
3. Definisi konseptual mendeskripsikan sesuatu
berdasarkan kriteria konseptual atau hipotesis
dan bukan pada ciri-ciri yang diamati
4. Definisi operasional variabel cukup jelas dan

64
kalau merupakan data kuantitatif skala dan
cara ukur benar
3

D TINJAUAN PUSTAKA - Nilai 4 bila 4 kriteria terpenuhi


- Nilai 3 bila 3 kriteria terpenuhi
1. Materi relevan dan mutakhir, 10 tahun - Nilai 2 bila 2 kriteria terpenuhi
terakhir - Nilai 1 bila 1 kriteria terpenuhi
2. Sumber pustaka beragam dan bervariatif,
minimal 5 text books nursing
3. Materi menunjang kebutuhan penelitian 2
4. Materi sesuai dengan kaidah teoritis (dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah)
E METODE PENELITIAN - Nilai 4 bila 4 kriteria terpenuhi
- Nilai 3 bila 3 kriteria terpenuhi
1. Metode penelitian diuraikan secara jelas dan - Nilai 2 bila 2 kriteria terpenuhi
rinci - Nilai 1 bila 1 kriteria terpenuhi
2. Desain yang diajukan sudah tepat dan dapat
dilaksanakan
3. Mempertimbangkan kemampuan peneliti,
waktu dan aspek etis penelitian
4. Teknis analisis data tepat untuk menjawab 3
permasalahan penelitian

Nilai = Jumlah total nilai ( N X B )

13 Sukabumi,………2021

Penguji

Woro Rahmanishati, S.Pd.,M.Kes

NIDK. 88374200616

65
66
67

Anda mungkin juga menyukai