Dosen Pembimbing:
Arifal Aris S.Kep., Ns., M.Kes
Oleh:
6b Keperawatan
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya penyusunan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS PADA AGREGAT REMAJA PUTRI PESANTREN AN-NUR
DENGAN DBD”. Penulisan makalah ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Komunitas pada Program Studi S1 Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan materi
maupun non materi, dorongan dan doa dalam menyelesaikannya. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Budi Utomo S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Lamongan beserta para Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menempuh
pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
2. Suratmi S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan yang
telah bersedia memberi arahan, perhatian, memberikan fasilitas dan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Suhariyati S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah yang
senantiasa memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan penguatan dalam
mengerjakan makalah ini.
4. Arifal Aris S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Dosen Fasilitator yang senantiasa memberi
inspirasi, motivasi, bimbingan, dan penguatan dalam mengerjakan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala semua kebaikan yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Besar harapan penulis
semoga tesis ini dapat membawa manfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 KONSEP KOMUNITAS...............................................................................................1
1.1.1 Teori CAP....................................................................................................1
1.1.2 Peran Perawat Komunitas............................................................................1
1.2 KONSEP PENYAKIT...................................................................................................3
1.2.1 Definisi........................................................................................................3
1.2.2 Etiologi........................................................................................................3
1.2.3 Tanda Gejala................................................................................................4
1.2.4 Patofisiologi.................................................................................................4
1.2.5 Penatalaksanaan Medis................................................................................6
1.2.6 Penatalaksanaan Keperawatan.....................................................................7
1.3 ANALISIS JURNAL.....................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA PUTRI PESANTREN AN-NUR
DENGAN DBD..............................................................................................................10
2.1. KASUS.............................................................................................................10
2.2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.........................................10
Analisa Data Keperawatan Komunitas..............................................................................14
2.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................15
2.4. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN..................................................15
2.5. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................................17
2.6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................................20
2.7. EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................................20
BAB III.................................................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................................22
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................22
3.2 SARAN........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................23
ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
CAP menurut Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) adalah panduan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai implementasi dalam keperawatan komunitas
yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan (primer, sekunder dan tersier) serta program
evaluasi.
Model CAP adalah gambaran tentang konsep CAP, Agregat individu atau klien
dalam model CAP menurut Stanhope dan Lancaster pada (2004) meliputi intersistem
(kelompok yang karakteristiknya satu atau lebih) dan ekstrasistem meliputi delapan
subsistem meliputi komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan,
politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi
(Anderson &McFarlane, 2000).
Anderson dan McFarlane (2000) menyebutkan bahwa model CAP terdiri dari
dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan, Roda
pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem
yang mengelilingi inti dan merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, proses
keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
1
secara terorganisir dalam ranka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan-perubahan perialku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
c. Peran Sebagai Pengelola
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengeloa berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang di emban kepadanya.
d. Peran Sebagai Konselor
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi, pada
akhirnya dapat membanu jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang meraka hadapi
e. Peran Sebagai Advokator
Kaitan dengan legal aspek bukan pemberi layanan hukum misalnya: kerusakan
lingkungan, dampak terhadap kesehatan, penyelesaian apa yang perlu dilakukan
oleh masyarakat
f. Peran Sebagai Kolaborasi/Coordinator
g. Peran Sebagai Fasilitator
h. Peran Manejerial
Manajemen berarti : suatu proses yang merupakan kegiatan-kegiatan yang
sistematik, manajemen adalah alat dari administrasi untuk mencapai tujuan.
Tugastugas manejer adala sebagai:
- Pengambil keputusan
- Pemikul tanggung jawab
- Mengarahkan sumber daya untuk mencapai tujuan
- Pemikir konseptual
- Bekerjasama dengan dan melalui orang lain
- Mediator, politikus dan diploma.
i. Peran Sebagai Peneliti
Melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat yang
dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan bahkan mengancam kesehatan,
2
selanjutnya penelitian dilaksanakan dalam kaitannya menemukan faktor yang
menjadi pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut melalui
kegiatan penelitian dan hasil dari penelitian di aplikasikan dalam praktek
keperawatan
1.2.1 Definisi
1.2.2 Etiologi
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropod borne virus) grup B, terdiri dari empat tipe, yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan
4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia, dan dapat dibedakan satu
dari yang lainnya secara serologis. Virus dengue yang termasuk dalam genus Flarivirus
ini berukuran diameter 40 nanometer, dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan (Soedarto, 1995).
3
1.2.3 Tanda Gejala
Asymtomatis, yaitu tidak menimbulkan gejala (sakit) hal ini disebabkan karena
orang telah mempunyai kekebalan terhadap virus tersebut. Demam dengue (dengue
fever), gejala-gejalanya berupa demam tinggi tiruan pada kulit, nyeri kepala, nyeri
belakang bola mata, otot, punggung, sendi, yang akan sembuh dengan sendirinya dalam
waktu 5 hari.
Demam berdarah dengue (dengue hemorrhagic fever), gejala-gejala pada
umumnya seperti pada demam dengue, tetapi disertai dengan pendarahan pada kulit dan
organ-organ tubuh lainnya sehingga dapat menimbulkan pendarahan di hidung,
pendarahan gusi, dan pendarahan saluran pencernaan. Komplikasi berat yang dapat
terjadi ialah syok, pendarahan hebat (hematemesis-melena) dan encefalopati yang dapat
menyebabkan kematian (Soedarmo, dkk., 2008).
1.2.4 Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia,
4
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin
dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan
perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.
5
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti
terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/
DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat
penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80 , 120/100 , 120/110 , 90/70 , 80/70 , 80/0 , 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ³ 140x/mnt) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
6
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut
yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan. Medikamentosa yang bersifat
simptomatis :
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah
penyakit Demam Berdarah belum tersedia.
Tirah baring
Pemberian makanan lunak
Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
Pemberian cairan melalui infuse
Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
Antikonulsi jika terjadi kejang
Monitor TTV
Monitor adanya tanda-tanda renjatan
Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari
yang digunakan “penyakit DBD, siswa SD, pengetahuan dan sikap”. Pencarian literatur
7
Sampel
Desain Analisa
No. Judul dan Teknik Variabel Instrumen Hasil
Penelitian Data
Sampling
1. Pengaruh Praeksperim Sampel: Tingkat Pretest dan Wiloxon Pengaruh pelatian
pelatihan en 57 sampel pengetahuan, posttest signed ranks pencegahan DBD terhadap
pencegahan dan tingkat test tingkat pengetahuan siswa di
demam Sampling: sikap SDN wirogunan 1
berdarah Nonprobabilit menunjukkan adanya
dengue y sampling peningkatan nilai rata rata
(DBD)terhad tingkat pengetahuan siswa
ap tibkat yang cukup signifikan.
pengetahuan Berdasakan hassil uji, sikap
dan sikap didapatkan p-value sebesar
siswa di SDN 0,000(p-value < 0.05) Sikap
WIROGUNA menunjukkan adanya
N peningkatan nilai rata-rata
KARTASURA tingkat sikap siswa yang
Kabupaten signifikan
Sukoharjo
intensitas perhatian dan persepsi terhadap obejek. Berdasarkan data yang diperoleh,
mayoritas berkategori baik setelah diberi pelatihan yaitu sebanyak 37 siswa (69,8).
Peningkatan kualitas sikap yang positif ini menunjukkan bahwa pelatih (trainer)
pencegahan DBD terhadap tingkat pengetahuan dan tingkat sikap siswa SDN
8
BAB II
DENGAN DBD
2.1. KASUS
Pesantren putri an-nur berada pada wilayah Desa sukamaju. Pesantren putri terdiri
dari 35 kamar. Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian adalah wilayah pesantren
putri, sebelah barat dibatasi oleh lapangan, sebelah selatan dibatasi oleh perkebunan,
sebelah timur dibatasi oleh kompleks perumahan. Pesantren putri an-nur memiliki
fasilitas yaitu kamar, kamar mandi, dapur, masjid, sekolah, taman, klinik kesehatan,
perpustakaan, aula, koperasi.
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh santri putri an-nur setiap pagi pukul 05.00
melakukan muhadasah (menghafal vocab bahasa arab dan bahasa inggris), setiap sore
pukul 15.00 melakukan muhadaroh, mengaji dimasjid, dan pramuka. Setelah sholat
maghrib mengaji dan muhadasah. Belajar malam dilakukan disekolah/aula/masjid. Dan
disetiap hari jumat ada kegiatan bersih-bersih lingkungan pesantren.
Pesantren putri an-nur terdiri dari 35 kamar yang terdiri dari 3 blok kamar. Santri
SMP dengan 600 jiwa, dan santri SMA dengan 610 jiwa.
A. Pengumpulan data
Distribusi penduduk pesantren berdasarkan umur
No. Umur Perempuan %
1. 13-15 600 43%
2. 16-18 610 44%
3. 23-30 125 9%
4. 35-45 45 3%
9
No. Kondisi Kesehatan Umur %
1. DBD 13-18 0.9%
2. Penyakit kulit 13-15 0.8%
3. Hipertensi 40-45 0.4%
4. Diare 16-18 0.3%
Berdasarkan table diatas, kondisis kesehatan umum penduduk pesantren an-nur
didominasi oleh kelompok usia 13-18 tahun yang mengalami DBD sebanyak 12
santri (0.9%)
Lokasi pengamatan : Pesantren an-nur Jawa Timur
Tipe pesantren
- Bangunan yang ada dipesantren adalah permanen
Lingkungan pesantren
- 35 kamar dibagi menjadi 3 blok, disetiap bloknya terdapat jarak. Namun
disetiap kamar tidak berjarak
Karakteristik social-kultural
- Santri di pesantren tersebut terdiri dari remaja SMP dan SMA
- Di pesantren tersebut mayoritas warga berasal dari suku Jawa.
Lingkungan
1. Tampak umum
- Halaman dan pekarangan pesantren terlihat bersih, jalanan yang biasa
dilewati santri terlihat berlubang sehingga terdapat genangan air.
- Terdapat taman kecil ditengah pesantren
- Ada sampah disela-sela ruangan
2. Bahaya lingkungan
- Teramati adanya polusi udara akibat pesantren dekat dengan pabrik
tekstil daerah tersebut
- Terlihat adanya sampah yang berkeliaran diarea pesantren sebelum hari
jumat adanya agenda bersih-bersih yang dikhawatirkan ketika hujan air
akan tergenang disampah tersebut
- Penerangan cukup baik
- Adanya alat pemadam kebakaran.
- Lalu lintas ramai karena dekat dengan jalan raya.
3. Stressor lingkungan
- Tidak ada tanda-tanda yang menyebabkan banyak angka kriminal.
10
- Tidak terlihat adanya penyalahgunaan NAPZA.
Sumber-sumber ( yang ada dan tidak ada )
- Ada koperasi
- Terdapat taman kecil
- Ada tempat ibadah.
- Ada mading
- Terdapat klinik kesehatan.
B. Jenis Data Komunitas
1. Pengkajian Inti Komunitas
Demografi
Di pesantren ini 87% adalah santri dan 13% adalah ustadzah dan
pengelola pesantren
Statistik Vital
Dalam 1 tahun Terdapat penambahan santri 400
Nilai dan Kepercayaan
Seluruh santri, ustadzah, dan staf beragama islam
Terdapat masjid
Ketika penduduk pesantren sakit mereka berobat ke klinik kesehatan
pesantren
11
- Kondisi lingkungan kurang bersih. Lokasi berdekatan dengan
perkebunan dan perumahan warga
System Review
- Di pesantren an-nur masih banyak yang membuang sampah disela-sela
ruang yang tak terlihat sehingga pada musim hujan mengakibatkan
genangan air yang menjadi pertumbuhan nyamuk
b) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan yang di akses oleh penduduk pesantren adalah klinik
kesehatan pesantren
Jika sakit rata-rata penduduk pesantren datang langsung ke klinik
kesehatan pesantren
Waktu pelayanan pukul 08.00-16.00. Tetapi waktu pelayan menjadi
fleksibel jika pasien banyak atau ada kasus darurat yang membutuhkan
pertolongan segera.
Pesantren an-nur mampu menyediakan makanan yang bergizi baik dari
segi pengetahuan dan maupun keuangan.
c) Tranportasi dan Keamanan
Lingkungan aman
d) Komunikasi
Alat komunikasi yang dimiliki pesantren adalah telepon
Media komunikasi adalah kegiatan rutin yang dilakukan
Tidak ada konsultasi atau penyuluhan oleh tenaga medis dengan
penduduk pesantren
C. Data persepsi
Tempat tingal
Perasaan santri tentang kondisi pesantren banyak terdapat sampah di
sela-sela ruangan, jalan yang berlubang, dan kondisi kamar yang
berantakan sehinga mengakibatkan genangan air di musim hujan dan
banyak nyamuk.
Perasaan ustadzah dan staf cemas dan was-was santrinya terkena
penyakit DBD akibat banyak genangan di jalan, sampah, dan kondisi
kamar yang berantakan
12
Persepsi umum
Banyak masalah yang di alami penduduk pesantren terkait sampah,
genangan air, dan kondisi kamar yang berantakan yang mengakibatkan
DBD yang menjangkit santri.
13
membersihan lingkungan kondisi lingkungan
pesantren hanya pada hari jumat
saja
- Dari hasil wawancara dengan
penduduk pesantren menunjukan
bahwa terdapat banyak genangan
di jalan, sampah sela-sela ruangan,
dan kondisi kamar yang
berantakan
DO:
- Jumlah penderita DBD kurang
lebih sebanyak 12 anak (0.9%)
14
3:tinggi 2: sedang
3:tinggi
1. Resiko 3 3 3 9
terjadi
peningkata
n penyakit
DBD di
pesantren
an-nur Jawa
Timur b/d
kondisi
lingkungan
2. Defisit 2 2 3 7
pengetahua
n tentang
penyakit
DBD di
pesantren
an-nur Jawa
Timur b/d
kurangnya
informasi
3. Defisit 3 2 3 8
kesehatan
komunitas
di pesantren
an-nur Jawa
Timurb/d
program
tidak atau
kurang
didukung
komunitas
15
1. Penduduk hidup sehat
psantren tahu 3. Jelaskan kepada
tentang DBD penduduk pesantren
2. Penduduk tentang cara mejaga
pesantren kebersihan lingkungan
memiliki di sekitar
pengetahauan 4. Anjurkan penduduk
yang cukup pesantren untuk selalu
tentang berpartisipasi dalam
penyakit DBD membersihkan
3. Penduduk lingkungan disekitar
masyarakat rumah
dapat
bergotong
royong untuk
membersihkan
sampah disel
rangan, dan
merapikan
kamar
2. Defisit kesehatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi masalah
komunitas di atau isu kesehatan dan
tindakan
pesantren an-nur b/d prioritas
program tidak atau keperawatan 2. Identifikasi pemimpin
kurang didukung penduduk pesantren
selama diharapkan
komunitas 3. Libatkan anggota
status kesehatan penduduk pesantren
untuk meningkatkan
komunitas
kesadaran terhadap
meningkat dengan masalah kesehatan
yang dihadapi
KH
4. Kembangkan strategi
1.Ketersediaan dalam manajemen
konflik
program promosi
5. Bangun komitmen
kesehatan antar penduduk
pesantren
meningkat
2.Prevalensi
16
penyakit menurun
Dx IMPLEMENTASI
1. Memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD
17
Menjelaskan pada penduduk pesantren tentang pentingnya hidup sehat
Menjelaskan kepada penduduk pesantren tentang cara mejaga
kebersihan lingkungan di sekitar
Menganjurkan penduduk pesantren untuk selalu berpartisipasi dalam
membersihkan lingkungan disekitar pesantren
2. Mengidentifikasi masalah atau isu kesehatan dan prioritas
Mengidentifikasi pemimpin penduduk pesantren
Melibatkan anggota penduduk pesantren untuk meningkatkan
kesadaran terhadap masalah kesehatan yang dihadapi
Mengembangkan strategi dalam manajemen konflik
Membangun komitmen antar penduduk pesantren
3. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Mengidenfitikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Memberikan kesempatan untuk bertanya
Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
No. Dx Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Rencana penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum
acara dilaksanakan.
Evaluasi Proses :
1. Peserta hadir sebanyak 700 orang.
2. 75 % peserta aktif bertanya terhadap materi penyuluhan.
3. Penyuluhan dilaksanakan di Aula pesantren.
Evaluasi Hasil:
Para santri dapat memahami tentang penyakit DBD
18
2. Evaluasi Struktur :
a. Rencana musyawarah telah dilakukan seminggu sebelum
acara dilaksanakan.
b. Undangan musyawarah disebarkan 3 hari sebelum acara
dilaksanakan.
Evaluasi Proses :
a. Peserta hadir sebanyak 50 orang.
b. 75 % peserta aktif dalam musyawarah.
c. Musyawarah dilakukan diruang rapat.
Evaluasi Hasil:
Peserta musyawarah menyepakati adanya komitmen untuk
meningkatkan tingkat kesadaran terhadap masalah penyakit
3. Evaluasi Struktur :
b. Rencana telah dilakukan seminggu sebelum acara
dilaksanakan dilakukan saat kegiatan belajar malam.
Evaluasi Proses :
4. Peserta hadir sebanyak 1200 orang.
5. 75 % peserta aktif bertanya terhadap materi.
6. Belajar malam dilaksanakan di Aula pesantren.
Evaluasi Hasil:
Para santri dapat memahami tentang penyakit DBD dan dapat
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
BAB III
PENUTUP
19
3.1 KESIMPULAN
Pengaruh perubahan iklim terhadap demam berdarah dengue (DBD) bersifat tidak
langsung. Hal ini karena terdapat faktor perantara penyebab yaitu nyamuk Aedes
Aegypti. Perkembangbiakan dan siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti inilah yang
dipengaruhi langsung oleh kondisi iklim. Kesesuaian iklim dengan lingkungan hidup
nyamuk aedes Aegypti ditandai dengan temperature hangat dan curah hujan tinggi
seperti Indonesia.
Masalh kesehatan yang terjadi di pondok pesantren an-nur jawa timur adalah
DBD yang dipicu dengan adanya kondisi jalan yang berlubang, membuang sampah
disel-sela ruangan, dan kondisi kamar yang berantakan. Tentunya hal tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan nyamuk.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
20
Marsjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II Jilid I. Jakarta : Media
Aesculopius Pusponegoro.H.D., dkk, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak.
Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ralph
21