Anda di halaman 1dari 151

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAT INAP ANAK


(RUANG SAKURA) RSUD KOTA BANDUNG

Disusun Oleh:
Yanti Sri Nopianti 89211012
Ami Kurniati 89211013
Anike Sudiyanti 89211018
Firman Sukmana 89211019
Rohman 89211020
Ni Made Widiastuti 89211021
Fuji Rahmawati 89211022
Neng Linda Nurani 89211023
Lilis Haenti 89211025
Yulia Anugrah 89211029
Agus Hermawan 89211032
Feggy Melati Sukma 89211040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

hikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas stase

manajemen yang berjudul “Laporan Praktik Manajemen Keperawatan: Kajian

Situasi di Ruang Rawat Inap Anak (Ruang Sakura) RSUD Kota Bandung”. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunannya serta

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Mulyadi, Sp.Ort., selaku Direktur RSUD Kota Bandung.

2. dr. Roswita Noor, Sp.PD., selaku Kepala Instalasi Rawat Inap RSUD Kota

Bandung.

3. H. Asep Hendriana. S.Kep.Ners., selaku Seksi Pelayanan Bidang Keperawatan

RSUD Kota Bandung

4. Enung Rohilah S.Kep.,Ners., selaku Kepala Ruangan Rawat Inap Anak (R.

Sakura) RSUD Kota Bandung

5. Eva Supriatin, S.Kp., Ners., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing yang

membimbing, membantu, dan meluangkan waktu untuk memberikan arahan,

ilmu, kritik, saran serta motivasi demi kelancaran kajian situasi.

6. Anggi Saputra, S.Kep., Ners., M.M. selaku Dosen Manajemen Keperawatan

yang membimbing, membantu, dan meluangkan waktu untuk memberikan

arahan, ilmu, demi kelancaran kajian situasi.

i
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,

mengingat keterbatasan yang kelompok miliki, kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak senantiasa penulis harapkan.

Akhirnya, semoga laporan “Laporan Praktik Manajemen Keperawatan:

Kajian Situasi di Ruang Rawat Inap Anak (Ruang Sakura) RSUD Kota

Bandung” ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Program

Studi Profesi Ners Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya.

Bandung, 14 April 2022

Penulis

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah........................................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................................. 4
D. Manfaat........................................................................................................... 6
E. Metode pengumpulan data............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................... 8
A. Konsep dasar menejemen keperawatan.......................................................... 8
B. Prinsip dasar menejemen keperawatan........................................................... 10
C. Fungsi menejemen keperawatan.................................................................... 16
D. Menejemen konflik dalam ruang keperawatan.............................................. 25
BAB III KAJIAN SITUASI R.SAKURA........................................................ 29
A. Kajian situasi RSUD Kota Bandung.............................................................. 29
B. Kajian situasi ruang sakura............................................................................. 36
1). Man.......................................................................................................... 39
2). Money...................................................................................................... 55
3). Metodh.................................................................................................... 62
4). Material................................................................................................... 97
5). Market..................................................................................................... 108
BAB IV ANALISA DATA DAN PERENCANAAN...................................... 118
A. Analisis SWOT............................................................................................... 118
B. Internal Factor Evaluation Matriks – Kekuatan............................................. 124
C. Internal Factor Evaluation Matriks – Kelemahan.......................................... 125
D. External Factor Evaluation Matriks – Peluang............................................... 126
E. External Factor Evaluation Matriks – Ancaman............................................ 127
F. Matriks Posisi Organisasi Ruang Sakura RSUD Kota Bandung................... 128
G. Strategi............................................................................................................ 129
H. Plant op actioc (POA)..................................................................................... 131

iii
BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI................................................. 134
A. Implementasi.................................................................................................. 134
B. Evaluasi.......................................................................................................... 136
Lampiran............................................................................................................. 139

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

yang tidak dapat terpisahkan dari pelayanan kesehatan lainnya. Keberadaan

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan berada pada situasi yang

kompleks secara berkesinambungan dalam waktu 24 jam dengan melibatkan

klien, keluarga, maupun profesi atau tenaga kesehatan lainnya. Untuk

meningkatkan mutu dan citra rumah sakit, pelayanan keperawatan merupakan

salah satu faktor penentu atas baik buruknya pelayanan kesehatan secara umum.

Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan merupakan

hal yang mutlak dilakukan. Pelayanan medik dan keperawatan merupakan sub

sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang

diberikan disesuaikan dengan keadaan klien sehingga lebih bersifat individual.

(Asmuji, 2014)

Di Indonesia sendiri fasilitas rujukan utama kesehatan bagi masyarakat

Indonesia adalah rumah sakit. Oleh karena itu, sebagai pusat rujukan utama,

rumah sakit sendiri dituntut mampu memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat komprehensif. Peran perawat profesional dalam sistem kesehatan nasional

adalah berupaya dalam mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sehingga

penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health service) sesuai dengan kebutuhan

dan tuntutan kesehatan (health needs and demands) masyarakat. Perawat

merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, dikarenakan

1
pelayanan yang diberikan oleh perawat berlangsung secara terus- menerus dan

berkesinambungan dan diberikan selama 24 jam penuh. Oleh karena itu, baik

buruknya citra suatu institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini ditentukan oleh

kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan oelh tim perawat

(Nursalam, 2015).

Kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu (1) Klien ; tingkat ketergantungan, rata-rata lama interensi, kapasitas

tempat tidur dan metode penugasan, (2) Lingkungan ; desain ruangan, tempat

tidur, kelengkapan obat dan peralatan, (3) Perawat ; jumlah, kategori, identifikasi

tugas, analisa kerja, mekanisme kerja dan beban kerja. Ketiga faktor tersebut

harus dikelola melalui teknik manajemen keperawatan secara komprehensif.

Menurut James A.F Stoner dalam buku Manajemen Keperawatan Teori &

Aplikasi Praktik Keperawatan, manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan upaya anggota dan penggunaan

sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Sudarta, 2019).

Sedangkan menurut Gillies dalam buku Nursing Management, a System Approach

(1998) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan

pelayanan keperawatan, melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan

asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga dan

masyarakat (Aditama, 2003)

Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan

pelayanan nyata di sebuah rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman

atau konsep dan aplikasi didalam tim keperawatan oleh tenaga perawat itu sendiri.

2
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dituntut untuk mampu

dalam manajerial yang tangguh untuk memenuhi kepuasan pasien dalam

menerima pelayanan asuhan keperawatan. Kemampuan manajerial dapat

diperdalam dengan berbagai cara tentunya, salah satunya yaitu dengan melewati

pembelajaran melalui bangku kuliah tidak hanya dalam pendalaman teori tetapi

juga ditingkatkan keterampilan manajerialnya melalui pembelajaran dilahan

praktik melalui orientasi klinik.

Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial itu sendiri, upaya

awal yang dilakukan yaitu dengan mendapatkan materi seputar manajemen

keperawatan di kampus dan tahap kedua yaitu melakukan praktik langsung,

dilapangan, untuk itu kami sebagai mahasiswa Universitas ARS akan melakukan

praktik lapangan dalam orientasi klinik di ruang Sakura RSUD Kota Bandung

sebagai tahap lanjutan mengaplikasikan langsung dilapangan dengana arahan dari

pembimbing klinik dan pembimbing akademik. Berdasarkan uraian di atas, maka

kami akan mengkaji manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan di

ruang Sakura RSUD Kota Bandung.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah situasi di ruang rawat inap anak (ruang

sakura) rsud kota bandung?

3
1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa

diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan

dengan menggunakan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan

Professional (SP2KP), secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap

kepemimpinan yang professional serta langkah-langkah manajemen

keperawatan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan kegiatan praktek manajemen keperawatan,


mahasiswa mampu:
1) Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap keperawatan
2) Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan
3) Mampu melaksanakan peran dan fungsi sebagai kepala ruangan, ketua
tim/perawat primer dan perawat pelaksana di ruang rawat inap
4) Mampu membuat fungsi perencanaan (planning)
a. Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
b. Mampu melaksanakan analisa kebutuhan tenaga keperawatan
c. Mampu melaksanakan analisis kebutuhan sarana dan prasarana
keperawatan dalam ruangan rawat inap
5) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian (organizing)
a. Mampu menerapkan sistem penugasan yang dibutuhkan sesuai
dengan kondisi ruangan dengan fokus pada metode penugasan tim
atau modifikasi tim primer
b. Membuat struktur organisasi diruangan berdasarkan metode di
ruangan
c. Membuat daftar dinas untuk perawat di ruangan

4
6) Mampu melaksanakan fungsi pengarahan (actuiting)

a. Mampu melakukan supervisi


b. Mampu menerapkan komunikasi efektif antara lain:
 Operan
 Pre dan post conference
 Ronde keperawatan
 Supervisi keperawatan
 Discharge planning
 Dokumentasi keperawatan

1)

2)

3)

4)

5)

6)

7) Mampu melaksanakan fungsi pengendalian (controlling) dalam audit

hasil di ruangan, antara lain :

a. Mampu memperhitungkan BOR (bed occupancy rate), yaitu

pemakaian tempat tidur pada satu-satuan waktu tertentu

b. Mampu menghitung ALOS (avarege length of stay), yaitu rata-rata

lama rawat seorang pasien

c. Mampu menghitung TOI (turn over interval), yaitu rata-rata hari

tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya

d. Mampu menghitung kejadian infeksi nosokomial

5
e. Mampu menghitung kejadian cidera/pasien jatuh

f. Mampu melakukan audit dokumentasi asuhan keperawatan

g. Mampu menganalisis kepuasan pasien dan kelurga

8) Evaluasi (evaluation)

a. Mampu melaksanakan evaluasi pada penerapan standar asuhan

keperawatan

b. Mampu melaksanakan evaluasi kepuasan pasien dan perawat

c. Mampu melaksanakan pengorganisasian kelompok untuk

mengadakan seminar sesuai dengan undangan terbuka dengan

topic seminar berkaitan dengan manajemen pengelolaan bangsal.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Pasien

Dengan adanya program SP2KP dirumah sakit diharapkan pasien

merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam

pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang

optimal.

6
1.4.2. Bagi Perawat

1) Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

2) Terbinanya hubungan antara perawat dan perawat, perawat dengan

tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga

3) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan displin diri perawat

4) Meningkatkan profesionalisme keperawatan

1.4.3. Bagi Rumah Sakit

1) Mengetahui masalah-masalah yang ada diruang perawatan yang

berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional

2) Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta

menyusun rencana strategi

3) Mempelajari penerapan sistem pemberian pelayanan keperawatan

profesional (SP2KP) secara optimal.

7
1.5. Metode Pengumpulan Data

1.

1.1.

1.2.

1.3.

1.4.

1.5.

1.5.1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses

pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung

dilakukan ke pasien.

1.5.2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan keluarga

pasien untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan

pelayanan pasien.

1.5.3. Studi Dokumentasi

Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik

pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen

ruangan, prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.

1.5.4. Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien

terhadap asuhan keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan

pelaksanaan fungsi keperawatan di Ruang Sakit

8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.

2.1. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

2.1.1. Definisi Manajemen Keperawatan

Asmuji (2014), menyatakan manajemen keperawatan merupakan suatu proses

menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam

memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu,

keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gilies (1998), menyatakan manajemen

keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan

melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan

rasa aman kepada pasien/keluarga serta masyarakat.

Hasibuan (2011), menyatakan manajemen suatu proses atau kerangka kerja,

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan

organisasional atau maksud yang nyata. Manajemen juga suatuilmu pengetahuan maupun

seni. Seni merupakan suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau

9
dalam kata lain seni merupakan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan

dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.

Disimpulkan manajemen suatu cara untuk menyelesaikan tugas atau tujuan secara

maksimal dengan cara bekerjasama dengan orang lain/staf lain untukmendapatkan hasil

yang maksimal.

Hidayat (2010), menyatakan manajemen keperawatan secara singkat diartikan

sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatanmelalui upaya staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga

serta masyarakat. Manajemen keperawatan suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan

oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta

mengawasi sumber-sumber yang ada baik.

Sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan

keperawatan yangefektif, baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. (Gilies, 1998),

menyatakan manajemen keperawatan suatu proses bekerja melaui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajemen

keperawatan merupakan suatu proses yangdilaksanakan sesuai dengan pendekatan sistem

terbuka. Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap

komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh lima elemen

yaitu input, proses, output, kontrol, dan mekanisme umpan balik.

1.

2.

2.1.

2.2. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan

Hasibuan (2011), menyatakan manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara

10
benar. Perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut.

1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan.

Merupakan hal yang utama dan serangkaian fungsi dan aktivitas

manajemen. Tahap perencanaan danproses manajemen tidak hanya terdiri dan

penentuankebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri

atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai,

dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan. Perencanaan

merupakanpemikiran/konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan

merupakan fungsi yang penting di dalam mengurangi risiko dalam pengambilan

keputusan, pemecahan masalah, dan efek-efek dan perubahan. Selama proses

perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan menganalisis dan

mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka

panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi

kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam

manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan unuk menganalisis

aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.

2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif

Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun

perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai

dengan waktu yang ditetapkan. Keberhasilan seorang pimpinan keperawatan

bergantung pada penggunaan waktunya yang efektif. Dalam keperawatan,

manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam

konteks ini, seorang pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia

11
secara efektif. Hal demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktivitas yang

tinggi dalam tatananorganisasinya.

3) Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.

Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang tepat di berbagai

tingkatanmanajerial. Semua tingkat manajer dalam keperawatan dihadapkan pada

persoalan yang berbeda sehingga dibutuhkan metode atau cara pengambilan

keputusan yang berbeda pula. Jika salah dalam pengambilan keputusan akan

berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses

pengambilan keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi

dan para manajer.

4) Manajemen keperawatan harus terorganisasi.

Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam

rangka mencapai tujuan. Terdapat empat blok struktur organisasi, yaitu unit,

departemen, top / tingkat eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip

pengorganisasian mencakup hal-hal pembagian tugas (the devision of work),

koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan

kewenangan yang sesuai serta adanya rentang pengawasan. Dalam keperawatan,

pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara fungsional/penugasan, alokasi

pasien, perawatan grup/tim keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama.

5) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yangefektif.

Komunikasi merupakan bagian penting dan aktivitas manajemen.

Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman,

12
dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara

pegawai dalam suatu tatanan organisasi.

6) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan

manajemen sesuai dengan yangdirencanakan. Selain itu, pengendalian

dilaksanakan agarkegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang

berakibat negatif terhadap klien dan pihak yang terkait dengan manajemen.

Pengendalian meliputi penilaiantentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,

pemberianinstruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapanstandar, dan

membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan.

2)

2.1.

2.2.

2.3. Kerangka Konsep, Filosofi dan Tujuan Pelayanan Keperawatan

Kerangka konsep, keyakinan dasar manajemen keperawatan,filosofi, dan

tujuan dapat menjadi landasan pelaksana kegiatan keperawatan, pedoman untuk

pengambilan keputusan, dan dasardalam evaluasi keberhasilan upaya yang telah

ditetapkan.

1) Kerangka Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan merupakan manajemen

partisipatif yang berlandaskan padaparadigma keperawatan yang terdiri atas

manusia,perawat/ keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Manusia, dalam

13
manajemen partisipatif individu, keluarga/ masyarakat yang diberikan pelayanan

keperawatan melalui pelaksanaan tugas keperawatan yang terorganisasi, terarah,

terkoordinasi dan terintegrasi dalam rentang kendali yang ditetapkan. Perawat/

keperawatan merupakan tenaga keperawatan baik tingkat manajerial puncak,

menengah, maupun bawah, dan para pelaksana keperawatan yang berada dalam

rentang komunikai untuk bekerja sama memberikan pelayanan keperawataN

sesuai dengan standar praktik keperawatan.

Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi

pada beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat

melalui upaya mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan.

Aspek lingkungan merupakan area kewenangan dan tanggungjawab keperawatan

baik selama pasien berada dalam institusi pelayanan maupun persiapan menjelang

pulang.

2) Filosofi Manajemen Keperawatan

Filosofi suatu keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok yang

mengarahkan setiap pelaksanaan kegiatan individu atau kelompok kepada

pencapaian tujuan bersama. Filosofi manajemen keperawatan merupakan

keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan

asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi, dan

evaluasi. Dalam manajemen keperawatan, filosofi dapat diaktualisasikan dengan

menyakini bahwa mengerjakan hari ini lebih baik dari esok. Manajerial

keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan. Peningkatan mutu

kinerja perawat berarti peningkatan pengetahuan keperawatan bagi pelaksana

14
yang merupakan tanggung jawab bidang keperawatan.

Selain itu, tim keperawatan harus mempercayai bahwa pendidikan

berkelanjutan dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan keperawatan bagi

pelaksana dan merupakan tanggung jawab bidang keperawatan. Tim keperawatan

bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan keperawatan

yang diberikan pada kliennya. Tim perawat harus menghargai pasien dan haknya

untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu. Perawat adalah advokasi

pasien yang berpartisipasi melalui fungsi komunikasi dan koordinasi segala

tindakan keperawatan. Selain itu, perawat berkewajiban memberikan pendidikan

kesehatan pada pasien dan keluarga dalam upayameningkatkan fungsi yang

optimal.

3) Tujuan Pelayanan Keperawatan

Tujuan pelayanan keperawatan merupakan pernyataan konkret dan

spesifik tentang pelayanan keperawatan, yang digunakan untuk menetapkan

prioritas kegiatan sehinggadapat mencapai dan mempertahankan misi serta

filosofi yang diyakini. Tujuan pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan

untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit serta

meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan. Tujuan ini

dicapai dengan mendidik perawat agar mempunyai sikap profesional dan

bertanggung jawab dalam pekerjaan, meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum

dalam upaya mempertahankan kenyamanan pasien, dan meningkatkan

komunikasi antar staf serta meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja staf/

15
karyawan. Tujuan tersebut juga dicapai melalui penetapan kebijakan yang dibuat

secara kooperatif antara tim kesehatan dalam upaya menjamin kesejahteraan

sosial bagi perawat dan staf lain sehingga mempunyai kepuasan kerja, dan

pemberian kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pendidikanyang lebih

baik.

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4. Fungsi Manajemen Keperawatan

Nursalam (2015), menyatakan fungsi manajemen keperawatan,

memudahkan perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan yang holistik

sehingga seluruh kebutuhan klien dirumah sakit terpenuhi. Terdapat beberapa

elemen dalam manajemen keperawatanberdasarkan fungsinya yaitu perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), kepegawaian (staffing), pengarahan

(directing) dan pengendalian/evaluasi (controlling).

16
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1. Perencanaan (Planning)

Planning memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana

melakukannya dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan merupakan

suatu penjabaran daritujuan yang ingin dicapai, perencanaan sangat penting untuk

melakukan tindakan. Didalam proses keperawatan perencanaan membantu

perawat dalam menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa

klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai

dengan konsep dasar keperawatan.

1) Tujuan perencanaan : Untuk menimbulkan keberhasilan dalam

mencapaisasaran dan tujuan, agar penggunaan personel dan fasilitas tersedia

efektif. Efektif dalam hal biaya, membantu menurunkan elemen

perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang serta

dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.

2) Tahapan dalam perencanaan :

1. Menetapkan tujuan.

2. Merumuskan keadaan sekarang.

3. Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.

4. Mengembangkan serangkaian kegiatan.

3) Jenis perencanaan :

17
a. Perencanaan strategi

Perencanaan yang sifat jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin

dan merupakan arahan umum suatu organisasi. Digunakan untuk mendapatkan

dan mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga

digunakan untuk merevisipelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan

masa kini.

b. Perencanaan operasional

Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta menyusun jadwal

waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa perawat yang bertanggung jawab

untuk seiap aktivitasdan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan perawat

dalam bekerja dan prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien.

c. Manfaat perencanaan

1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikandiri dengan perubahan-

perubahan lingkungan.

2) Memungkinkan manajer memahami keseluruhangambaran operasi lebih jelas.

3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepatuntuk pelaksanaan.

5) Memudahkan koordinasi.

6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci danlebiih mudah dipahami.

7) Meminimlkan pekerjaan yang tidak pasti.

8) Menghemat waktu dan dana.

e. Keuntungan perencanaan

1) Membutuhkan pemikiran analitis.

18
2) Meningkatkan peluang sukses

3) Mengarahkan orang ketindakan.

4) Memodifikasi gaya manajemen.

5) Fleksibitas dalam pengambilan keputusan.

6) Meningkatkan keterlibatan anggota.

f. Kelemahan perencanaan

1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada

konstribusi nyata.

2) Cenderung menunda kegiatan.

3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif

4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian siuasional

individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah ituterjadi.

5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak konsisten.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian suatu langkah untuk menetapkan, mengelompokkan dan

mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang-

wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan.

Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang

beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapaitujuan

19
yang telah ditetapkan.

a. Manfaat pengorganisasian, akan diketahui :

1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

2) Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisasi tersebut

melalui kegiatan yang dilakukannya.

3) Pendelegasian wewenang.

4) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.

b. Tahapan dalam pengorganisasian

1) Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam

fungsi manajemen.

2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai

tujuan.

3) Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan- satuan kegiatan yang

praktis.

4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan

menyediakan fasilitas yang diperlukan.

5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakantugas.

6) Mendelegasikan wewenang.

2.4.3. Kepegawaian (Staffing)

Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, merupakan proses yang teratur,

sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis

personal suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasitertentu.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing prinsip: rekruitmen, seleksi,

20
orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Komponen

tersebut merupakan suatu proses yang mana nantinya berhubungan dengan

penjadwalan siklus waktu kerja bagi semua personelyang ada.

Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu kerja dan

istirahat pegawai, yaitu:

a. Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit.

b. Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaaan.

c. Memeriksa jadwal yang telah selesai.

d. Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan darimanajemen

kperawatan.

e. Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staff.

f. Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari.

2.4.4. Pengarahan (Directing)

Herlambang (2012), menyatakan pengarahan merupakan proses penerapan

rencana manajemen untuk menggerakkan anggota kelonpok untuk mencapai

tujuan melalui berbagai arahan. Kuntoro (2010), menyatakan pengarahan suatu

cara untuk mengerjakan dan memberikan bimbingan agar dapat bekerja secara

optimal dan melakukan pembagian tugas sesuai dengan sumber daya yang

tersedia berdasarkan kemampuan dan keahliannya.

Asmuji (2014), menyatakan pengarahan merupakan hubungan manusia

dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan

menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan

suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks

21
karena di samping menyangkut manusia juga, menyangkut berbagai tingkah laku

manusia yang berbeda-beda.

a. Tujuan Pengarahan

Asmuji (2014), menyatakan terdapat lima tujuan dan fungsi pengarahan, yaitu

sebagai berikut:

1) Pengarahan bertujuan menciptakan kerja sama yang lebih efisien.

2) Pengarahan memungkinkan terjadinya komunikasi antara atasan dan bawahan.

Manajer keperawatan setingkat kepala ruangan yang mampu menggerakkan dan

mengarahkan bawahannya akan memberikan kontribusi dalam meningkatkan

efisiensi kerja. Sebagai contoh, kegiatan supervisi tindakan keperawatan akan

dapat mengurangi atau meminimalisasi kesalahan tindakan sehingga akan dapat

meminimalisasi bahan, alat atau waktu tindakan bila dibandingkan jika terjadi

kesalahan karena tidak ada supervisi.

3) Pengarahan bertujuan mengembangkan kemapuan dan keterampilan staf.

Banyak hal yang terkait dengan kegiatan pengarahan di dalam ruang perawatan.

Seperti halnya supervisi, pendelegasian di dalam ruang perawatan akan dapat

memberikan peluang bagi yang diberikan delegasi untuk mengerjakan tugas dan

tanggung jawabnya secara otonomi.

4) Pengarahan bertujuan menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.

Perawat yang diarahkan jika salah, diberi motivasi jika kinerja menurun dan diberi

apresiasi atas hasil kerja akan memberikan penguatan rasa memiliki dan menyukai

pekerjaanya.

5) Pengarahan bertujuan mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat

22
meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. Pemimpin yang baik, pemimpin

yang mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan menciptakan

hubungan interpersonal yang harmonis. Selain itu, kepemimpinan yang adil

merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan

prestasi kerja perawat bawahan.

b. Unsur-unsur Pengarahan

Pengarahan atau juga disebut "penggerakan" merupakan upaya memengaruhi

bawahan agar melakukan sesuatuuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Guna mengarahkan atau menggerakkan bawahan, ada beberapaunsur yang perlu

di dipahami dan diperhatikan bagi seorang manajer keperawatan :

1) Kepemimpinan merupakan kemampuan memengaruhi kelompok

menuju pencapaian sasaran.

2) Motivasi hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku

manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.

3) Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau

mengarahkan bawahan. Dalamorganisasi pelayanan keperawatan, dalam ada

beberapa bentuk kegiatan pengarahan yang didalamnya terdapat aplikasi

komunikasi, antara lain sebagai berikut.

- Operan

Merupakan suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan mengoperkan asuhan

keperawatan kepada shift berikutnya.

- Pre - Conference

Komunikasi ketua tim/penanggung jawab shift dengan perawat pelaksana setelah

23
selesai operan.

- Post-Conference

Komunikasi ketua tim/perawat dengan perawat pelaksana sebelum timbang terima

mengakhiri dinas dilakukan.

2.4.5. Pengendalian/evaluasi (Controlling)

Sumijatun (2015), menyatakan controlling merupakan proses pemeriksaan apakah

segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi

yangdikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk

menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi

lagi

Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan mengembangkan fungsi

pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut:

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya

mudah diukur.

b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya

mncapai tujuan organisasi.

c. Standart untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua

staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen

terhadap kegiatan program.

d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa

24
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat

untukmemperbaiki kinerja.

2.5. Manajemen Konflik dalam Ruang Perawatan

Ruang perawatan merupakan suatu sistem tempat manusia berinteraksi. Interaksi

yang terjadi dalam ruang perawatan mempunyai kemungkinan terjadinya konflik.

Konfflik dapat terjadi antaraindividu dan individu, individu dengan

kelompok,atau juga kelompok dengan kelompok. Hasibuan (2011), menyatakan

kegiatan-kegiatan yang ada di fungsi pengarahan

, yaitu delegasi, supervisi, motivasi, manajemen konflik serta komunikasi dan

kolaborasi.

1) Delegasi

Pendelegasian kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain yang

bertujuan agar aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah

ditetapkan. Bentuk delegasi diruang perawatan antara lain kepala ruang

mendelegasikan tugaskepada ketua tim/perawat primer atau penanggung jawab

shift. Sedangkan, ketuatim/perawat primer mendelegasikan tugas kepada perawat

pelaksana agar kegiatan pendelegasiandapat berjalan sesuai dengan tujuan yang

diinginkan, harus dilakukan komunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun

tulisan antara person yang memberikan delegasi dan person yang diberikan

delegasi. Kesumanjaya (2010), menyatakan beberapa teknik khusus untuk

membantu manajermelakukan delegasi dengan efektif yaitu tetapkan tujuan,

tegaskan tanggung jawab dan wewenang, berikan motivasi kepada bawahan,

25
manajer dapat memberikan dorongan bawahan melalui perhatianpada kebutuhan

dan tujuan mereka yang sensitif, meminta penyelesaian kerja, berikan latihan,

adakan pengawasan yang memadai.

2) Supervisi

Asmuji (2014), menyatakan supervisi merupakan bentuk komunikasi yang

bertujuan untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan

dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.

Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan

standaryang telah ditetapkan.

Supervisi keperawatan, fokus utamanya bukan pada kegiatan pemeriksaan yang

mencari-cari kesalahan, melainkan pada kegiatan supervisi ini lebih mengarah

pada pengawasan partisipatif. Kegiatan supervisi keperawatan memungkinkan

terjadinya pemberian penghargaan, diskusi dan juga bimbingan yang bertujuan

untuk mencari jalan keluar jika terjadi kesulitan dalam tindakan keperawatan.

3) Motivasi

Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Motivasi merupakan konsep yang menggambarkan kondisi

ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan respons intrinsik yang

menampakkan perilaku manusia. Motivasi merupakan proses psikologis yang

meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Motivasi

sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu

dalam usaha mencapai sasaran. Motivasi suatu kondisi yang menyebabkan atau

menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan (persistence)

26
pada tingkah laku tersebut.

Disimpulkan motivasi suatu dorongan proses psikologis yang menimbulkan

perilaku tertentu dan ikut menentukan intensitas, arah, ketekunan dan ketahanan

pada perilaku tersebut sesuaitujuan yang ditetapkan.

4) Manajemen konflik

Konflik merupakan proses yang bermula ketika satu pihak merasakan

bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera

memengaruhi secara negatif. Konflik merupakan masalah internal dan eksternal

yang terjadi sebagai akibat perbedaan pendapat, nilai-nilai atau keyakinan dua

orang atau lebih. Konflik merupakan segala macam interaksi pertentangan atau

antagonistik antara dua pihak atau lebih.

Disimpulkan konflik merupakan proses yang bermula ketika interaksi pihak satu

dengan yang lain memunculkan masalah internal maupun eksternal sebagai akibat

perbedaan pendapat, nilai - nilai atau keyakinan-keyakinan.

5) Komunikasi dan kolaborasi

Sumijatun (2015), menyatakan komunikasi merupakan pertukaran pesan

antar manusia dengan tujuan pemahaman yang sama. Asmuji (2014), menyatakan

komunikasimerupakan unsur penting dalam menggerakkanatau mengarahkan

bawahan. Hidayat (2010), menyatakan komunikasimerupakan hubungan kontak

antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari

disadari atau tidak komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia

itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya.

27
Herlambang (2012), menyatakan komunikasi suatu proses interaksi yang

mempunyai arti antara sesama manusia. Disimpulkan komunikasi merupakan

kegiataninteraksi yang dilakukan dari satu orang ke orang lain untuk menciptakan

persamaan makna dan mencapai satu tujuan yang sama. Hartati (2013),

menyatakan kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan

kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan

suasana kerjayang menyenangkan.

28
BAB III

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG SAKURA RSUD KOTA BANDUNG

3.

3.1. Kajian Situasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung

3.1.1. Sejarah singkat RSUD Kota Bandung

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung pada awalnya bernama Rumah

Sakit Ujung Berung adalah berasal dari  Puskesmas Dengan Tempat Perawatan

(DPT) sampai pada bulan April tahun 1993 berubah  menjadi Rumah Sakit Umum

Daerah  (RSUD) Ujung Berung Kelas D, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)

Kota Bandung Nomor. 928 Tahun 1992. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

kemudian pada tahun 1998 ditingkatkan menjadi Rumah Sakit kelas C, kemudian

pada tahun 2000 perubahan status dari UPT DKK menjadi lembaga teknis daerah.

Kemudian pada tahun 2007 SOTK RSUD Kota Bandung, kemudian pada tahun

2010 PPK-BLUD RSUD Kota Bandung. Pada tahun 2008 sertifikasi ISO

9001:2008 untuk area poli THT, poli mata, poli gigi & mulut (dan pelayanan

penunjang). Pada tahun 2010 ditetapkan sebagai RSUD PPK-BLUD penuh,

kemudian pada tahun 2012 akreditasi Rumah Sakit penuh 12 pelayanan RE

sertifikasi ISO 9002:2008, dan pada tahun 2016 akreditasi Rumah Sakit TK

Paripurna.

Kota Bandung terus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap

masyarakat kota Bandung dan sekitarnya sehingga RSUD Kota bandung telah

29
mendapat sertifikat ISO 9001:2000/SNI 19-9001-2001 dengan Penerapan Sistem

Mutu pada pelayanan kesehatan di Poli klinik THT, Poli klinik Mata dan Poli

klinik Gigi dan Mulut disertai Instalasi dan Unit Penunjangnya Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung dalam meningkatkan dan secara konsisten

tetap menjaga mutu kualitas pelayanan kesehatan dengan menerapkan sistem

mutu ISO 9001-2008 kembali RSUD Kota Bandung tersertifikasi SNI ISO

9001:2008 dengan sertifikat Quality System Certificate No. QMS/410 tahun 2012

khususnya pada Poli klinik Mata, Poli klnik THT dan Poli klinik Gigi dan Mulut

disertai Instalasi dan Unit Penunjangnya.

Rumah Sakit Umum Daerah  (RSUD) Ujung Berung terus berkembang

disertai dengan hadirnya dokter-dokter spesialis yang tadinya hanya dua orang

dokter spesialis yaitu dokter spesialis anak dan dokter spesialis kandungan

kemudian seiring kedatangan dua orang dokter spesialis dalam dan spesialis

bedah, serta datang dokter dokter spesialis lainya sehingga Rumah Sakit Ujung

Berung dianggap memenuhi persyaratan untuk ditingkatkan kelasnya  menjadi

Rumah Sakit Umum Daerah Ujung Berung kelas C. berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor. 1373/Menkes/SK/XII/98.

Pada tahun 2000 tepatnya pada bulan Desember 2000 berdasarkan

Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 tahun 2000, tentang status Kelembagaan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang tadinya kelembagaannya sebagai UPT

DKK menjadi Lembaga Teknis Daerah yang bertanggung jawab langsung kepada

Walikota melalui Sekretaris Daerah Tahun 2007  berdasarkan Surat Keputusan

Menkes RI Nomor :YM.01.10/III/1148/2007  Rumah Sakit Umum Daerah

30
(RSUD) Ujung Berung   mendapatkan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan

Status Akreditasi Penuh untuk 5 (lima) Standar Pelayanan meliputi : Administrasi

Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan

dan Rekam medis.

Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Bandung menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujung Berung

menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung, dan satu satunya

rumah sakit umum milik Pemerintah Daerah Kota Bandung selain dua rumah

sakit khusus yairu Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) dan Rumah Sakit

Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM).

Tahun 2010 Terjadi perubahan Pengelolaan Keuangan rumah sakit

menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berdasarkan Keputusan Walikota

Bandung Nomor : 445/Kep-868-RSUD/2010 Tentang Penetapan RSUD Kota

Bandung untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD. RSUD Kota

Bandung tahun 2012, setelah mendapat akreditasi penuh tingkat dasar tahun

2007 , kembali mendapatkan sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan Status

Akreditasi Penuh untuk 12 Pelayanan meliputi : Administrasi Manajemen,

Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam

Medis, Farmasi, K3RS, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Pengendalian

Infeksi di Rumah Sakit dan Perinatal Resiko Tinggi, sesuai dengan Surat

Keputusan KARS/398/II/2012 tanggal 14 Februari tahun 2012.

31
1.

2.

3.

3.1.

3.1.1.

3.1.2. Motto, Visi, Misi dan Tujuan

1) Visi Rumah Sakit

Adapun Visi dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung adalah

“Terwujudnya Rumah sakit yang prima yang berwawasan pendidikan”

2) Misi Rumah Sakit

a. Mewujudkan pelayanan kesehatan berkualitas, berakreditasi dan

mengutamakan mutu dan keselamatan pasien

b. Mewujudkan kualitas sumberdaya pelayanan kesehatan dan

integrasi pendidikan

c. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang professional dan mandiri

3) Tujuan Rumah Sakit

a. Terwujudnya masyarakat sehat dengan sarana dan prasarana rumah

sakit

b. Terwujudnya sumberdaya manusia di rumah sakit yang

professional dan optimal

c. Terciptanya lingkungan kerja yang optimal

d. Terciptanya kepercayaan pihak-pihak terkait

e. Terciptanya rasa aman dalam melaksanakan tugasnya

32
f. Terciptanya lingkungan yang aman, tertib, dan nyaman

4) Motto Rumah Sakit

Moto rumah sakit umum daerah kota bandung “ Sehat Bersama Kami”

5) Maklumat Pelayanan

“Dengan ini, kami seluruh penyelenggara RSUD Kota Bandung

menyatakan sanggup menyelenggarakan pelayanan sesuai standar

pelayanan yang telah di tetapkan dan apabila tidak menepati janji siap

menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.1.3. Struktur Organisasi RSUD Kota Bandung

Adapun rincian Struktur Organisasi di RSUD Kota Bandung sebagai berikut :


Direktur dr. Mulyadi, Sp. Ort
Ka. Bag. Umum dan Keuangan dr. Supratman, MM

33
Sub Bag. Umum dan Perlengkapan Holidon, SAP, M.Si
Sub Bag. Pengembangan SDM Pepi Helmini. S.Sos,MAP
Sub. Bag. Keuangan dan Anggaran Hj. Herawati. S.Sos
Plt Pelayanan Medis dan Keperawatan dr. Pia Nur Artemisianing Rahayu
Seksi Pelayanan Medis dr. Pia Nur Artemisianing Rahayu
Seksi Pelayanan Keperawatan H. Asep Hendriana. S.Kep.Ners
Bidang Penunjang Medis dr. Henny Indriani, MM
Seksi Penunjang Diagnosa dr. Raden Retnawulan Walipah
Seksi Pemeliharaan dan Pemulasaraan Ade Hafil Muliakoswara, SAP
Bidang Program dan Pemasaran dr. Hj. Henny Rahayu Ningtyas, MKM
Seksi Pengendalian Program Suharyanto, SH
Seksi Mutu dan Pemasaran : Ni Wayan Asih S.Kep. Ners ,M.KM
Ka. Instalasi Rawat Jalan drg. R. Nuni Maharani, Sp.KG
Ka. Instalasi Rawat Inap dr. Roswita Noor, Sp.PD
Ka. Instalasi Gawat Darurat dr. Anggiat Sahat Silaen, Sp.BS
Ka. Instalasi Bedah Sentral dr. Hilman Sp.OG
Ka. Instalasi Radiologi dr. Rosdiana, Sp.Rad
Ka. Instslasi Laboratorium dr. Seilla Lukanta, Sp.Pk
Ka. Instalasi Farmasi Dra. Julisiana Sanggelorang, Apt
Ka. Instalasi ICU dr. Yudhi P.Sp.An
Ka. Instalasi Gizi Uji Mujiyati.SP,MKM
Ka. Instalasi Rehabilitasi Medik dr. Sarah Oktora, Sp.KFR
Ka. Instalasi MCU dr. Sally Hartiawati

Ka. Instalasi Hemodialisa dr M. Paula Ciyntia Sp. Pd


Ka. IPSRS Dadi Sapdi, SKM

Ka. Instalasi Laundry Susi Sustianah, A.Md.Kesling


Ka. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Geri Gervian

Lingkungan RS

Ka. Instalasi Pemulasaraan Jenazah Setia Darma, S.Sos

34
Hani Marwiyah, S.ST
Ka. Unit Rekam Medis
Ka. Unit SIstem Informasi Manajemen Mega Yanuardi

RS
Ka. Unit Diklat dan Perpustakaan Agus Sukoco, Amd.Kep

Ka. Unit Mutu RS Sri Wahyuningsih, M.Keb


Ka. Unit CSSD Cecep Wahyu Safar.SKM
Ka. Unit Promosi Kesehatan RS Haris Samsudin , S.Kep

Ka. Unit Kesehatan dan Keselamatan Karyat, S.Kep


Kerja (K3) RS
Ka. Unit Pemasaran dan Kemitraan Chaerudin Latupono, SH
Ka. Unit Pengelola Pemberdaharaan
Penyusun Anggaran
Ka. Unit ULP : Sri Rahayu, S.Kep.,Ners
Komite Medik
SMF
SPI
Kelompok Jabatan Fungsional

35
3.2. KAJIAN SITUASI RUANGAN SAKURA

1. Karakteristik Unit

Saat di lakukan wawancara pada tanggal 11 April 2022 di dapatkan

bahwa visi dan misi ruangan sakura mengacu pada visi misi rumah sakit

2. Fokus Telaah

Saat di lakukan wawancara pada tanggal 11 April 2022 karu

mengatakan bahwa ruang sakura merupakan ruangan penyakit dalam

yang diperuntukkan bagi anak laki-laki dan perempuan dari usia 0

bulan s/d 18 tahun

3. Lingkup Garapan

Saat di lakukan wawancara pada tanggal 11 April 2022 di dapatkan

bahwa Ruang sakura adalah ruang penyakit dalam pada anak, penyakit-

penyakit yang banyak di jumpai di ruangan sakura dari tgl 05-juni-2021

sampai 05-juli-2021 sebagai berikut :

Tabel 3.2.1 penyakit terbanyak saat pengkajian

No Diagnose L P Jumlah

1 Bronchopneumonia 35 14 49

2 Dengue Hemoragic 12 18 30

Fever

3 Bacterial Infection 11 13 24

4 Diare Akut 11 10 21

36
5 Dengue Fever 10 2 12

6 Typhoid Fever 5 3 8

7 Neonatal Hiperbilirubin 4 4 8

8 Syok Hipovolemik 5 2 7

9 Tuberculosis 2 3 5

10 Thalasemia 3 2 5

4. Basis Intervensi

Berdasarkan wawancara pada tanggal 11 April 2022 di dapatkan

bahwa Basis intervensi di ruang sakura yaitu tindakan perawatan pada

kasus penyakit dalam yang di bagi menjadi dua antara lain perawatan

pada pasien Bronchopneumonia dan perawatan pada pasien Non

Bronchopneumonia dengan prosedur yang mengacu pada SOP dan

SAK

5. Letak Ruang

37
Ruangan rawat inap penyakit dalam anak sakura berada di lantai 3,

terletak di sebelah kiri dari keluar lift dan bersebelahan dengan ruang

nusa indah.

Analisa Data : dari hasil wawancara dan studi dokumentasi pada

tanggal 11 April 2022 diruangan sakura sudah memenuhi persyaratan

ruangan sesuai dari PERMENKES RI nomor 24 tahun 2016 tentang

persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit: persyaratan

teknis bangunan rumah sakit pasal 12 tentang desain ruangan dan desain

komponen bangunan

6. Kapasitas Unit Ruang

Ruang rawat inap penyakit dalam anak sakura memiliki 1 unit

ruangan kepala ruangan,1 unit ruangan perawat pelaksana dan kamar

mandi, 6 unit ruangan rawat inap kelas II, 5 unit ruang rawat inap kelas

III, 1 unit ruang isolasi, 1 unit ruang tindakan 2 unit loker obat dan alat

kesehatan, 1 unit ruangan gudang dan linen,1 unit dapur,1 ruang

dokter,1 ruang dokumen, kapasitas 29 tempat tidur yang terdistribusi

terbagi dalam 2 tim yaitu tim 1 yang menangani pasien dengan BP, tim

2 yang menangani pasien dengan Non BP.

38
3.2.1. MAN

A. Data Perawat

Hasil Analisa

1. Usia

No Kategori usia Frekuensi

1 15-25 (Remaja) 3

2 26-35 (Dewasa Awal ) 10

3 36-45 (Dewasa Akhir) 5

4 46-55 (Lansia Awal ) -

Berdasarkan data karakteristik perawat bahwa 100%

perawat merupakan usia produktif. Semua perawat di ruangan berada

pada kelompok usia produktif. Menurut Badan Pusat Statistik (2018)

bahwa usia produktif berkisar antara 15-64 tahun. Pasalnya, tenaga

kerja usia produktif biasanya punya kelebihan baik dari segi stamina,

fisik, serta tingkat kecerdasan dan kreativitas. Hal ini dijelaskan juga

dalam penelitian Anggoro (2019) yang mengatakan bahwa usia

produktif seorang perawat sangat berpengaruh terhadap kinerja untuk

berperilaku caring, dimana semakin tua usia perawat maka dalam

menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan

39
berpengalaman. Hal ini akan berdampak pada kinerja perawat untuk

berperilaku caring pada pasien semakin baik pula. Perilaku caring

perawat kepada pasien berdampak besar bagi layanan rumah sakit

karena akan menimbulkan kepuasan pasien

2. Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Persentase

1 Laki-laki 11,1%

2 Perempuan 88,9%

Berdasarkan data karakteristik perawat bahwa sebanyak

88,9% merupakan perawat berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan

hasil penelitian Soeprodjo (2017) mengatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara jenis kelamin perawat dengan kinerja perawat. Hal

ini juga sesuai dengan hasil penelitian Kurniawati (2019) yang

mengatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi bagaimana

kinerja seseorang. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki

keinginan tersendiri untuk meningkatkan kinerjanya.

3. Pendidikan

No Pendidikan Persentase

1 DIII Keperawatan 38,9%

2 D IV Keperawatan -

40
3 S1 Keperawatan 11.1%

4 S1 Keperawatan Ners 50%

Berdasarkan kuesioner data pendidikan diruang sakura pada

tanggal 11-15 April 2022 didapatkan perawat dengan pendidikan

DIII 7 orang (38,9%) dan S1 keperawatan 2 orang (11,1%), dan S1

Ners 9 orang dengan frekuensi 50%, hal ini menunjukan

perbandingan seimbang 50% karena DIII keperawatan sama dengan

S1 keperawatan.

Analisa data :

Perawat di ruangan sudah sesuai dengan PMK RI No 26 tahun 2019

bahwa Perawat Vokasi (Lulusan pendidikan paling rendah program

Diploma Tiga Keperawatan) dan Perawat Profesi (Ners). Menurut

Abdulah dan Levine (1965) menyarankan kombinasi tenaga

keperawatan yaitu 55% tenaga profesi dan 45% tenaga non profesi

dengan perbandingan . Hal tersebut tidak berbanding dilapangan.

4. Status Kepegawaian

No Status kepegawaian Persesntase

1 PNS 27,8%

2 BLUD 33,3%

41
3 Karyawan Tetap -

4 P3K 16,7%

5 Magang -

6 PTT pusat/daerah -

7 Sukwan 22,2%

8 Honorer -

Berdasarkan data karakteistik perawat bahwa sebanyak

33,3% merupakan perawat non PNS/BLUD. Berdasarkan hasil

penelitian Maslita (2017) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan

antara tenaga kesehatan PNS dan non PNS di ruang rawat inap hal

ini karena perawat non PNS memiliki tanggung jawab yang sama

dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien.

5. Jenjang Karir

No Jenjang karir Persentase

1 Pra PK -

2 PK I 11,1%

3 PK II 50%

4 PK III 16,7%

5 PK IV 5,6%

42
6 Belum memperoleh kualifikasi PK 16,7%

Berdasarkan data karakteristik perawat bahwa 50% merupakan

perawat PK II. Dan perawat PK III 16,7% Jenjang karir di ruang

rawat inap sudah sesuai dengan PMK No.40 (2017). Dimana terdapat

beberapa perawat dengan masa pengalaman 15 tahun dan sudah

berada di PK-III. Serta ada juga salah satu perawat berada di PKIV

kareana sudah 25tahun bekerja, hal ini sesuai dengan PMK No.40

tahun 2017 Ners dengan pengalaman kerja lebih dari 15 tahun

merupakan PK-IV.

6. MOTIVASI PERAWAT

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11-19

April 2022 didapatkan hasil sebagai berikut:

Kategori Jumlah %

Baik 9 50%

Cukup 1 5,5%

Kurang 8 44,5%

SKOR
7. Kategori
Baik > 32
Cukup = 32

43
Kurang < 32

Analisa Data :

Berdasarkan hasil dari 18 perawat yang mengisi kuesioner terdapat 9

orang perawat di ruangan tersebut motivasi perawat berada dalam

rentang motivasi baik, dan 1 orang berada dalam rentan cukup. Ini

menunjukan bahwa di ruang sakura lebih banyak yang motivasinya

baik. Menurut Ritonga dalam Friska Aprilia (2017), menunjukkan

bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja yang

baik terhadap kinerja perawat, begitu juga sebaliknya dengan

motivasi yang kurang maka kinerjanya akan kurang baik atau kurang

maksimal.

8. BEBAN KERJA

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11-19

April 2022 didapatkan hasil sebagai berikut:

Kategori Jumlah Persentase


Beban kerja ringan 6 33,3%
Beban kerja sedang 3 16,7%
Beban kerja tinggi 9 50%

Keterangan :

44
Beban kerja ringan : >47
Beban kerja sedang : = 47
Beban kerja tinnggi : <47
Analisa Data :
Berdasarkan hasil dari 18 perawat yang mengisi kuosiener terdapat 9
perawat yang memiliki beban kerja yang tinggi 50%. Menurut
Marqiz et. al (2015), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan. Adapun menurut Nursalam (2013), berpendapat bahwa
dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam factor
yang mempegaruhi kinjerja seorang perawat, pada dasarnya tingkat
kinerja perawat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri perawat itu
sendiri dan faktor luar diri perawat. Faktor dari diri perawat antara
lain pengetahuan dan keterampilan, kompetensi yang sesuai dengan
pekerjaannya, motivasi kerja, dan kepuasan kerja. Sedangkan faktor
dari luar diri perawat yaitu beban kerja dan gaya kepemimpinan
dalam organisasi yang sangat berperan dalam mempengaruhi kinerja
perawat.

Menghitung kebutuhan perawat :


Metode WISN
WKT = ( A (B+C+D+E)) x F
Keterangan :
A = hari kerja yang mungkin dalam setahun
B = cuti pertahun
C = pendidikan & pelatihan
E = ketidak hadiran kerja
F = waktu kerja dalam satu hari

45
46
WAKTU PEGAWAI
WAKTU PENYELE-SAIAN BEBAN
NO. URAIAN TUGAS SATUAN HASIL KERJA YANG KET
(MENIT) KERJA
EFEKTIF DIBUTUHKAN

1 2 3 4 5 6 7 8
1 Mengisi absensi Kegiatan 1 300 1 0,0033
2 Melakukan pre conference Kegiatan 1 300 1 0,0033
3 Timbang terima pasien Kegiatan 5 300 30 0,5000
4 Mengganti alat tenun kotor Kegiatan 5 300 15 0,2500
5 Membuat jadwal diet pasien Kegiatan 2 300 25 0,1667
6 Mengukur tekanan darah Kegiatan 5 300 30 0,5000
7 Mengukur suhu Kegiatan 1 300 30 0,1000
8 Menghitung nadi Kegiatan 1 300 30 0,1000
9 Menghitung pernafasan Kegiatan 1 300 30 0,1000
10 Memandikan pasien Kegiatan 20 300 15 1,0000
11 Membantu BAK/BAB Kegiatan 10 300 15 0,5000
12 Memberikan kompres hangat/ dingin Kegiatan 5 300 10 0,1667
13 Menggosok gigi Kegiatan 5 300 10 0,1667
14 Membersihkan mulut Kegiatan 5 300 10 0,1667
15 Mencuci rambut Kegiatan 15 300 5 0,2500
16 Memotong kuku Kegiatan 10 300 5 0,1667
17 Mencuci alat-alat Kegiatan 15 300 3 0,1500
18 Memasang NGT Kegiatan 15 300 2 0,1000
19 Memasang infus Kegiatan 20 300 5 0,3333
20 Mengganti cairan infus Kegiatan 5 300 10 0,1667
21 Melepas infus Kegiatan 10 300 5 0,1667

47
22 Memberikan transfusi darah Kegiatan 10 300 2 0,0667
23 Menyiapkan obat-obatan Kegiatan 10 300 35 1,1667
24 Memberikan suntikan intra muskuler Kegiatan 5 300 10 0,1667
25 Memberikan suntikan intra vena Kegiatan 5 300 10 0,1667
26 Memberikan suntikan intra cutan Kegiatan 5 300 10 0,1667
27 Memberikan suntikan sub cutan Kegiatan 5 300 12 0,2000
28 Menimbang berat badan Kegiatan 5 300 10 0,1667
29 Mobilisasi pasien (ROM) Kegiatan 5 300 15 0,2500
30 Mengganti balutan Kegiatan 15 300 10 0,5000
31 Mencuci tangan biasa Kegiatan 5 300 10 0,1667
32 Menerima pasien baru Kegiatan 15 300 8 0,4000
33 Memberikan makanan melalui sonde Kegiatan 20 300 5 0,3333
34 Perawatan pasien yang akan meninggal Kegiatan 15 300 2 0,1000
35 Perawatan pasien yang baru saja meninggal Kegiatan 15 300 2 0,1000
36 Memberikan obat melalui mulut (oral) Kegiatan 10 300 10 0,3333
37 Memberikan obat melalui pernafasan (nebulisasi) Kegiatan 15 300 5 0,2500
38 Menyiapkan dan memasang kateter Kegiatan 20 300 5 0,3333
39 Memberikan obat melalui anus Kegiatan 15 300 5 0,2500
40 Melakukan observasi intake output selama 24 jam Kegiatan 10 300 10 0,3333
41 Mengambil darah dari vena Kegiatan 15 300 10 0,5000
42 Melakukan auskultasi bising usus Kegiatan 5 300 4 0,0667
43 Mengobservasi dehidrasi Kegiatan 10 300 10 0,3333
44 Mengobservasi Lumbal punksi Kegiatan 10 300 5 0,1667
45 Mengobservasi untuk mendeteksi skin tes positif Kegiatan 15 300 5 0,2500
46 Mengobservasi keluhan nyeri Kegiatan 10 300 10 0,3333
47 Mengobservasi keluhan terhadap konstipasi Kegiatan 10 300 5 0,1667

48
48 Mengobservasi terhadap keluhan gatal Kegiatan 10 300 5 0,1667
49 Mengobservasi pasien diabetes melitus Kegiatan 15 300 5 0,2500
50 Mengobservasi tanda-tanda TB Kegiatan 15 300 5 0,2500
51 Mengobservasi terhadap cyanosis Kegiatan 15 300 5 0,2500
52 Mengobservasi reaksi pasien terhadap reaksi obat Kegiatan 15 300 10 0,5000
53 Mengobservasi terhadap serangan kejang Kegiatan 15 300 5 0,2500
54 Mengobservasi terhadap muntah Kegiatan 15 300 5 0,2500
55 Mengobservasi terhadap keluhan diare Kegiatan 15 300 5 0,2500
56 Penyuluhan kesehatan Kegiatan 20 300 5 0,3333
57 Melakukan pemasangan bed side monitor Kegiatan 30 300 3 0,3000
58 Melakukan Pemeriksaan EKG Kegiatan 15 300 5 0,2500
59 Mempersiapkan pemeriksaan Oksimeter Kegiatan 10 300 5 0,1667
60 Mempersiapkan tindakan pleura functi Kegiatan 10 300 5 0,1667
60 Melakukan tindakan pemasangan Umbilical Catheter Kegiatan 60 300 3 0,6000
61 Membantu pemasangan PICC Kegiatan 60 300 3 0,6000
62 Melakukan tindakan kegawatdaruratan Kegiatan 30 300 2 0,2000
63 Mengecek Phlebitis, Peneng tiap pasien Kegiatan 20 300 2 0,1333
64 Mendampingi dokter visite Kegiatan 30 300 30 3,0000
65 Membuat dan melengkapi status pasien baru, resep, BHP, Askep (dokumentasi) Kegiatan 30 300 30 3,0000
66 Menghubungi Admision untuk konfirmasi ruangan Kegiatan 10 300 1 0,0333
67 Melakukan pre conference Kegiatan 30 300 1 0,1000

JUMLAH 30,3733 ∑ saat ini 21


PEMBULATAN 30 Kekurangan 9

49
Analisa data
Berdasarkan data kebutuhan perawat RSUD Kota bandung di ruang
sakura di dapatkan bahwa banyaknya perawat di ruang sakura 21
orang, dari data WISN 2022 di butuhkan 30 orang perawat hal ini
menunjukan ruangan sakura masih kekurangan 9 orang tenaga
keperawatan.

B. Data Pasien
a Jumlah pasien yang dirawat/hari
Analisa data :
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11-19 April 2022 didapatkan
bahwa jumlah 15 sampai 18 orang yang dirawat diruang sakura perhari
dengan jumlah bed keseluruhan sebanyak 32 bed.
b Diagnosa keperawatan perhari
Berdasarkan data 3 bulan terakhir diagnosa keperawatan yang sering
ditemukan diruang sakura yaitu :

No Diagnosa Banyaknya pasien

1 Oksigenasi 42 pasien

2 Keseimbangan cairan 29 pasien

3 Resiko perdarahan 26 pasien

4 Hipertermi 24 pasien

5 Keseimbangan nutrisi 10 pasien

6 Resiko perfusi jaringan 6 pasien

50
7 Gangguan Integritas kulit 5 pasien

8 Perfusi jaringan cerebral 5 pasien

9 Hambatan mobilisasi fisik 2 pasien

c Tingkat Ketergantungan Pasien

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11-19 April 2022 ruangan


sakura yaitu:

No Tanggal Minimal care Parsial care Total care

1 12 April 2022 - 15 1

2 13 April 2022 - 18 1

3 14 April 2022 - 14 1

4 15 April 2022 - 20 1

5 16 April 2022 - 20 1

Untuk menentukan tingkat ketergantungan yang menggambarkan


jam efektif pemberian asuhan keperawatan diruang rawat inap: anak,
dikategorikan sebagai parsial care dengan asumsi bahwa pasien yang
dirawat diruang rawat anak masih membutuhkan bantuan observasi
tanda-tanda vital yang dilakukan dalam 3 shift, intake dan output dapat
diukur untuk tindakan keperawatan hampir semua dapat dilakukan dan
dibantu oleh perawat.

Analisa data:

51
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11 april 2022 didapatkan
bahwa tingkat ketergantungan pasien diruang sakura adalah parsial care
dengan kategori II yang artinya pasien memerlukan 3-4 jam perawatan
langsung/24 jam pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
(Douglas, 1984):

1 Memerlukan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat tidur

2 Memerlukan bantuan untuk ambulasi atau berjalan

3 Memerlukan bantuan dalam menyiapkan makanan

4 Memerlukan bantuan untuk makan atau disuapi

5 Memerlukan bantuanuntuk kebersihan mulut

6 Memerlukan bantuanuntuk berpakaian atau berdandan

7 Memerlukan bantuan untuk BAB/BAK (tempat tidur/kamar


mandi)

8 Post operasi minor 24 jam

9 Melewati fase akut dari post operasi mayor

10 Fase awal penyembuhan

11 Observasi TTV tiap 4 jam

12 Gangguan emosional ringan

3.2.2. MONEY
1 RSUD Kota Bandung masuk ke dalam status rumah sakit BLUD
(Badan Layanan Umum Daerah)
Manajemen keuangan/pembiayaan mulai dari menyusun
perencanaan pembiayaan sampai laporan pertanggung jawaban. RSUD

52
Kota Bandung memiliki sumber pembiayaan dari pendapatan
operasional, APBD, dan pendapatan lain yang sah.
RSUD Kota Bandung telah menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah berdasarkan Surat Keputusan
Walikota Bandung No 445/Kep-868-RSUD/2010. Pengelolaan
keuangan dilaksanakan berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas dan
produktifitas dengan berazaskan akuntabilitas dan transparansi. Dalam
rangka penerapan prinsip dan azas tersebut maka dalam penatausahaan
keuangan diterapkan sistem akuntansi berbasis akrual (SAK/Standar
Akuntansi Keuangan) dan SAP/ Standar Akuntansi Pemerintah). Dalam
pengelolaan dengan PPK BLUD Rumah Sakit, untuk menjamin
kelangsungan penyelenggaraannya masih mendapatkan subsidi
pemerintah. Subsidi berupa biaya gaji, biaya pengadaan barang modal,
dan pengadaan barang jasa dapat bersumber dari APBD maupun
APBN. Dalam pengelolaan PPK BLUD terdapat beberapa ketentuan
yang mengatur sebagai berikut:
1). Tarif Layanan
2). Pendapatan dan Biaya
3). Pengeluatan Biaya
4). Rencana Strategi dan Rencana Bisnis Anggaran
5). Pengelolaan Kas
6). Pengelolaan Utang Piutang
7). Investasi
8). Surplus dan Defisit Anggaran
9). Laporan Keuangan
10). Kerja sama
11). Pengadaan Barang dan Jasa

2 Pengeluaran Ruangan Sakura

1). Biaya Operasional

53
Setiap barang yang sudah habis pakai kepala ruangan akan

meminta pengajuan ke pihak rumah sakit, biasanya pengajuan

barang dilakukan setiap sebulan sekali

Alur pengajuan barang operasional :

ACC
Kepala Pihak Pengadaan Bagian Persetujuan atau
Ruangan Barang Rumah Sakit Pelayanan Direktur Tidak

Untuk kebutuhan barang pakai ada perhitungannya tetapi

disesuaikan juga dengan kebutuhan karena ada barang yang

jenisnya cito (segera) maka akan segera diajukan permintaan

barang.

Kebutuhan pasien seperti obat, infus, infus set dan yang

lainnya maka akan minta langsung ke depo farmasi. Jadi

disesuaikan dengan kebutuhan pasien itu sendiri

Analisa :

RSUD Kota Bandung telah menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah berdasarkan Surat

Keputusan Walikota Bandung No 445/Kep-868-RSUD/2010.

Sehingga apabila ada kebutuhan barang operasional maka tiap

ruangan harus mengikuti alur yang sudah ditetapkan oleh pihak

rumah sakit

54
2). Biaya Inventaris

Barang inpentaris dan alat rumah tangga selalu diberikan

setiap 1 tahun sekali, jika ada barang yang sudah rusak maka

kepala ruangan akan mengecek barang tersebut

Alur Pengajuan barang inventaris :

Pihak Pengadaan
Kepala melapor ke bagian IPRS Barang Rumah
Ruangan (Instalasi Pemeliharaan Sarana) Sakit

Persetujuan Bagian
ACC atau Tidak Pelayanan
Direktur

Analisa data :

RSUD Kota Bandung telah menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah berdasarkan Surat

Keputusan Walikota Bandung No 445/Kep-868-RSUD/2010.

Sehingga apabila ada kebutuhan barang inpentaris dan alat rumah

tangga maka tiap ruangan harus mengikuti alur yang sudah

ditetapkan oleh pihak rumah sakit

3 Gaji Perawat Ruang Sakura

RSUD Kota Bandung khususnya ruangan sakura terdapat perawat

dengan golongan status PNS dan non PNS, dari golongan tersebut maka

penggajian perawat dibedakan tetapi pembayaran tetap diberikan oleh

55
pemerintah

1). Perawat PNS

Perawat PNS akan diberikan gaji pokok, uang intensif dan uang

tunjangan

2). Perawat Non PNS (BLUD)

Perawat Non PNS (BLUD) masuk kedalam kontrak 1 tahun di

rumah sakit, perawat non PNS akan diberikan gaji pokok dibawah

UMK dan diberikan uang intensif

Analisa :

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor

561/KEP.1220-YANBANGSOS/2022 tentang Upah Minimum

Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 yang

mulai berlaku 1 Januari 2022 dan menetapkan bahwa UMK Kota

Bandung 2022 adalah sebesar Rp. 3,774,860. Sedangkan dari hasil

wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa perawat non

PNS/kontrak mendapatkan gaji kurang dari UMK dan diberikan

uang intensif

4 Biaya Pengembangan dan Pendidikan

RSUD Kota Bandung selalu membuat pelatihan setiap 2x dalam 1

tahun, terkadang setiap ruangan biasanya meminta pengajuan ke pihak

diklat untuk melakukan pelatihan dan setiap pengajuan akan

disesuaikan dulu dengan kebutuhan. Sistem yang mengikuti pelatihan

biasanya diminta 3-5 orang per ruangan dan jika ada pelatihan

56
berikutnya perawat akan begantian untuk mengikuti pelatihan sehingga

semua perawat dapat mengikuti pelatihan yang diberikan kesempatan

oleh pihak diklat.

Analisa :

Salah satu misi RSUD Kota Bandung adalah meningkatkan

kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki melalui

program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur dengan kegiatan

pendidikan dan pelatihan aparatur

5 Tarif Ruangan dan Pembayaran

RSUD Kota Bandung khususnya ruangan sakura menerima 90%

yang menggunakan BPJS. BPJS ada dua tipe yaitu BPJS Non PBI dan

PBI. Lalu 10% pasien dengan pembayaran secara umum.

Di ruang sakura tidak menerima pasien dari asuransi perusahaan,

terkadang jika ada pasien ingin menggunakan asuransi perusahaan

pihak keluarga harus membayar secara umum lalu meminta ganti ke

pihak perusahaan. Ruangan Sakura terdapat kelas II dan kelas III.

1). Pembayaran non tunai

No Bulan Cara pembayaran


Umum Sktm Bpjs
1 Januari 2022 38 orang 13 orang 132 orang
2 Februari 2022 34 orang 12 orang 107 orang
3 Maret 2022 21 orang 10 orang 100 orang
Jumlah 93 orang 35 orang 339 orang

2). Biaya Rawat Inap

57
Kelas Biaya

Kelas II Rp. 150.000/hari

Kelas III Rp. 100.000/hari

3). Pelayanan Asuhan Keperawatan

Kelas Kategori Biaya Perawatan

Kelas II Kategori I Rp. 40.000

Kategori II Rp. 45.000

Kategori II Rp. 50.000

Kelas III Kategori I Rp. 35.000

Kategori II Rp. 40.000

Kategori II Rp. 45.000

Keterangan :

 Kategori I : Pasien yang dirawat tanpa terpasang infus

 Kategori II : Pasien yang dirawat dan di infus tanpa

menggunakan alat infus pump maupun syringe pump

 Kategori III : Pasien yang dirawat terpasang infus dan

terpasang alat seperti infus pump serta pemberian obat lebih

dari 10

Analisa :

58
Jenis pembayaran tarif layanan pada RSUD Kota Bandung ada

dalam betuk tunai yaitu untuk pasien umum, ada pula dalam bentuk

jaminan seperti asuransi kesehatan (Askes, Jamkesmas, Jamsostek,

Asuransi Swasta atau yang dijamin langsung oleh perusahaan/kontrak

pelayanan). Tarif layanan Rumah Sakit selama ini diatur oleh Peraturan

Daerah Nomor 03 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan

Kota Bandung, namun setelah ditetapkan menjadi BLUD maka tarif

cukup ditetapkan oleh Keputusan Kepala Daerah disampaikan kepada

DPRD.

3.2.3. METHOD
a. Penerapan metode tim

Dari hasil observasi diruang Sakura RSUD Kota Bandung pada

tanggal 12 April 2022 menyatakan bahwa metode yang digunakan di

ruangan Sakura RSUD Kota Bandung menggunakan metode Tim, dibagi

menjadi 2 tim yang masing-masing tim terdiri dari 1 ketua tim dan 11

perawat pelaksana. Tim I bertanggungjawab pada kelas 3 dan Tim II

bertanggungjawab pada kelas 2. Hasil observasi pelaksanaannya masih

fungsional seperti tugas menyuntik, memasang infus. Seharusnya setiap

perawat memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada

pasien.

Dari hasil observasi, sudah ada kejelasan tugas antara kepala

ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Peran dan tanggungjawab

masing-masing perawat cukup baik, dalam segi jadwal sesuai dengan

jadwal dinas yang sudah ada, seperti dinas pagi, dinas sore dan dinas

59
malam.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 1 minggu dapat disimpulkan

bahwa metode yang digunakan di ruang Sakura adalah Metode Tim, tetapi

pelaksanaan masih fungsional, dimana semua perawat belum memberikan

asuhan keperawatan secara menyeluruh, namun masih melakukan

pelaksanaan secara fungsional dimana perawat yang ahli dalam suatu

bidang tertentu, memberikan/melaksananakan bidang tersebut secara terus-

menerus.

b. Dokumentasi Keperawatan

Ruang rawat inap Sakura RSUD Kota Bandung menerapkan

pendokumentasian dengan sistem SOR (Sources Oriented Record) yaitu

sistem pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga

kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh pengkaji dengan

menggunakan instrumen pendokumentasian keperawatan terhadap

Medical Record pasien yang dirawat didapatkan data:

60
Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
PENGKAJIAN
1. Mencatat riwayat kesehatan pasien 
2. Mencatat pengkajian nyeri 
3. Mengisi lembar orientasi pasien 
4. Mengisi lembar edukasi pasien 
DIAGNOSIS KEPERAWATAN 
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah 
dirumuskan
2. Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES 
3. Merumuskan diagnosa keperawatan actual/potensial 
PERENCANAAN
1. Berdasarkan Diagnosa keperawatan
2. Ada tujuan Asuhan keperawatan 
3. Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan 
pasien/keluarga
PELAKSANAAN
1. Di lakukan pencatatan jenis tindakan yang dilakukan 

2. Setiap selesai melakukan tindakan/kegiatan perawat 


mencantumkan :
a. Paraf atau tanda tangan
b. Nama terang yang jelas
c. Waktu pelaksanaan (tanggal dan jam)
EVALUASI/CPPT
1. Pencatatan dalam CPPT dengan menggunakan SOAP 
2. Ada tanggal pencatatan di CPPT 
3. Mencantumkan shift jaga atau jam dalam CPPT 
4. Ada tanda tangan dan nama terang petugas yang 
melakukan evaluasi pasien
DISCHANGE PLANNING
1. Mencatat kondisi pasien pulang 
2. Mencatat edukasi pasien 

61
a. Tentang diet pasien
b. Tentang aktivitas pasien yang diperbolehkan
c. Waktu kontrol
d. Jenis obat dan aturan pemakaian

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa dari hasil observasi dari

tanggal 12-18 April 2022, diketahui pendokumentasian keperawatan

100% memenuhi Proses Keperawatan.

c. Timbang Terima (Operan)

Berdasarkan hasil pengamatan selama rentang 12-18 April 2022,

dapat disimpulkan bahwa operan belum sesuai dengan standar yang

ditentukan dimana operan meliputi jumlah pasien, dan berisi Asuhan

Keperawatan dari masing-masing pasien (hasil pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan), saat

mengunjungi pasien selain mengucapkan salam juga memperkenalkan diri

shift berikutnya, serta melakukan klarifikasi yang diperlukan terkait

kondisi pasien. Operan diakhiri di nurse station untuk mengklarifikasi isi

operan dengan kondisi pasien kemudian menandatangani buku operan

sebagai tanda sudah disepakti bersama.

Operan pagi dan siang didampingi oleh kepala ruangan dan ketua

tim. Sedangkan untuk yang operan dinas malam dilakukan oleh ketua

shift. Ketua tim dan perawat pelaksana dalam setiap shift melakukan

operan dinas. Operan shift dilakukan 3 kali dalam sehari sesuai dengan

62
pergantian shift, yaitu pada pagi hari dari jam 7.30 wib, siang mulai dari

jam 14.00 wib dan malam hari pada jam 21.00 wib. Operan dilakukan

dengan komunikasi verbal dan non verbal dengan melihat catatan yang

dibuat oleh masing-masing perawat. Lama operan disetiap tim ± 30 menit.

Operan dilakukan di nurse station dengan menggunakan buku status

pasien (Medical Record) dan membuat catatan di buku perawat dan

dilanjutkan dengan mengunjungi setiap pasien di ruangan. Isi dari operan

tidak ada jumlah pasien saat itu, dan lebih terfokus kepada diagnosa

medis, tindakan medis yang telah dilakukan dan belum dilakukan belum

menggunakan Asuhan Keperawatan sesuai kondisi pasien saat ini. Saat

mengunjungi pasien dilakukan kurang dari 5 menit, kadang tidak

memperkenalkan dirI, tidak mengklarifikasi kondisi pasien sesuai yang di

operkan saat di nurse station. Tidak ada buku catatan serah terima yang

ditanda tangani bersama setelah operan, yang ada hanya buku catatan yang

ditulis oleh shift berikutnya.

c. Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara pada tanggal 12

April 2022 didapatkan hasil bahwa ronde keperawatan tidak pernah

dilakukan di Ruang Rawat Inap Anak (R. Sakura) selama kurang lebih 3

tahun. Hal ini disebabkan karena sedang masa pandemi covid-19.

Berdasarkan studi dokumentasi terdapat pedoman/SOP ronde keperawatan

di ruang sakura yaitu

1. Pra Ronde

63
- Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan

masalah yang langka)

- Menentukan tim ronde

- Mencari sumber atau literatur

- Memuat proposal

- Mempersiapkan pasien informed consent dan pengkajian

- Diskusi apa diagnosa keperawatan ? Apa data yang mendukung ?

Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan ? Dan apa hambatan

yang ditemukan selama perawatan

2. Pelaksanaan Ronde

- Menjelaskan tentang pasien oleh Kepala Tim yang difokuskan

pada masalah keperawatan dan rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas

yang perlu didiskusikan

- Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

- Pemberian justifikasi oleh Kepala Tim atau konselor atau Kepala

Ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan

dilakukan

3. Pasca Ronde

- Evaluasi, revisi dan perbaikan

- Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi

keperawatan selanjutnya

64
d. Pelaksanaan Discharge Planning

Berdasarkan pengkajian dengan rentang waktu 12-18 April 2022

terkait pelaksanaan discharge planning diruangan, didapatkan data bahwa

sudah ada SOP terkait discharge planning di ruangan dengan kebijakan

Direktur RSUD Kota Bandung No 007/3927-RSUD/2018 Tentang Revisi

Kebijakan Memulangkan Pasien. Didapatkan hasil bahwa diruangan sudah

menerapkan SOP memulangkan pasien dengan sesuia, Namun pada SOP,

tidak di jelaskan secara detail terkait hal yang perlu di sampaikan saat

pasien pulang seperti aturan diet, jenis obat dan aturan minumnnya,

tanggal tempat kontrol, aktivitas yang boleh dilakukan, dan perawatan diri

pasien di rumah.

e. Asuhan Keperawatan Atraumatic Care Pada Anak

Faktor-faktor yang mempengaruhi atraumatic care

Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Fasilitas Ruangan dalam Atraumatic Care di ruang
Rawat Inap Anak (R.Sakura)

Kategori Frekuensi Persentase(%)


Baik 2 20
Buruk 8 80
Total 10 100.0

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui hampir seluruh dari keluarga

pasien (80%) atau sebanyak 8 keluarga pasien menyatakan fasilitas

ruangan buruk dalam penerapan atraumatic care di ruang rawat inap

(R.Sakura) dan sebagian kecil dari keluarga pasien (20%) atau sebanyak 2

65
keluarga pasien menyatakan fasilitas ruangan baik dalam penerapan

atraumatic care.

Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Birokrasi dalam Atraumatic Care di ruang
Rawat Inap Anak (R.Sakura)

Kategori Frekuensi Persentase(%)

Baik 2 20
Buruk 8 80

Total 10 100.0

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui hampir seluruh dari keluarga

pasien (80%) atau sebanyak 8 keluarga pasien menyatakan dukungan

birokrasi buruk dalam penerapan atraumatic care di ruang rawat inap

(R.Sakura) dan sebagian kecil dari keluarga pasien (20%) atau sebanyak 2

keluarga pasien menyatakan dukungan birokrasi baik dalam penerapan

atraumatic care.

Tabel 3.3

Distribusi Frekuensi Dukungan Orang Tua dan Keluarga dalam


Atraumatic Care di ruang Rawat Inap Anak (R.Sakura)

Kategori Frekuensi Persentase(%)

Baik 1 10
Buruk 9 90

Total 10 100.0

66
Berdasarkan tabel 3.3 diketahui hampir seluruh dari keluarga

pasien (90%) atau sebanyak 9 keluarga pasien memiliki dukungan orang

tua dan keluargayang buruk dalam penerapan atraumatic care di ruang

rawat inap (R.Sakura) dan sebagian kecil dari keluarga pasien (10%) atau

sebanyak 1 keluarga pasien memiliki dukungan orang tua dan

keluargayang baik dalam penerapan atraumatic care.

Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Persepsi Orang Tua Terhadap Perawat dalam
Atraumatic Care di ruang Rawat Inap Anak (R.Sakura)

Kategori Frekuensi Persentase(%)


Baik 6 60
Buruk 4 40
Total 10 100.0

Berdasarkan tabel 3.4 diketahui sebagian besar dari keluarga pasien

(60%) atau sebanyak 6 keluarga pasien memiliki persepsi baik terhadap

perawat dalam atraumatic care dan hampir setengah dari keluarga pasien

(40%) atau sebanyak 4 keluarga pasien memiliki persepsi buruk terhadap

perawat dalam atraumatic care.

Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Pengalaman Kerja Perawat dalam Atraumatic Care di
ruang Rawat Inap Anak (R.Sakura)

Kategori Frekuensi Persentase(%)


Baik 4 40
Buruk 6 60
Total 10 100.0

67
Berdasarkan tabel 3.5 diketahui sebagian besar dari keluarga pasien

(60%) atau sebanyak 6 keluarga pasien menyatakan pengalaman kerja

perawat dalam atraumatic care buruk dan hampir setengah dari keluarga

pasien (40%) atau sebanyak 4 keluarga pasien menyatakan pengalaman

kerja perawat dalam atraumatic care baik.

Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Penerapan Atraumatic Care di ruang Rawat Inap
Anak (R.Sakura)

Kategori Frekuensi Persentase(%)


Baik 2 20
Buruk 8 80
Total 10 100.0

Berdasarkan tabel 3.6 hampir seluruh dari keluarga pasien (80%)

atau sebanyak 8 keluarga pasien menyatakan penerapan atraumatic care

buruk dan sebagian kecil dari keluarga pasien (20%) atau sebanyak 2

keluarga pasien menyatakan penerapan atraumatic care diruang rawat inap

anak (R.Sakura) baik.

Berdasarkan analisis dari tabel diatas disimpulkan bahwa

penerapan atraumatic care di ruang rawat inap anak, belum optimal. Hal

ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah fasilitas ruangan

dalam penerapan atraumatic care, dimana tidak memadai, dalam

atraumatic care baiknya tersedia ruangan khusus untuk anak mengurangi

68
stress akibat tindakan dan hospitalisasi selama perawatan, selain itu

dilengkapi dengan peralatan bermain dan dilengkapi penunjang lainnya

seperti membaca,buku gambar, televisi guna penayangan video animasi,

dll. Selain itu diperlukannya pelatihan pada perawat anak mengenai

atraumatic care pada anak. Hal ini berdasarkan hasil wawancara pada

perawat ruang anak, dimana belum pernah mendapatkan pelatihan maupun

terpapar informasi penanganan anak terkait atraumatic care. Hasil analisis

didapatkan pula bahwa sebagian besar orangtua/keluarga mempunyai

persepsi yang baik terhadap para perawat diruang rawat inap anak

(R.Sakura)

f. Sentralisasi Obat

Berdasarkan hasil pengkajian alur pengambilan obat untuk rawat

inap sudah sesuai dengan SOP yang ada di rumah sakit, apoteker yang

mengantar obat pasien keruangan. Pelaksanaan sentralisasi obat sudah

terlaksana dengan baik. Penyimpanan obat oral dan parenteral dilakukan

oleh perawat. Terdapat juga kotak obat setiap pasien untuk penyimpanan

obat. Obat oral seperti syrup diberikan kepada keluarga pasien jika suatu

waktu pasien mengalami gejala seperti panas, mual dan muntah. Sebelum

diberikan kepada keluarga pasien, perawat terlebih dahulu menjelaskan

cara pemberian dan dosis obat tersebut kepada keluarga pasien sesuai

dengan kebutuhan pasien. Perawat dalam menyiapkan obat injeksi

dilakukan di ruangan penyimpanan obat. Saat melakukan tindakan

pemberian terapi injeksi perawat menggunakan meja makan pasien, baki,

69
menggunakan handscoen dan menerapkan 5 benar obat.

Berdasarkan hasil observasi 12-18 April, disimpulkan bahwa

pemberian obat oral dilakukan secara mandiri oleh keluarga pasien setelah

diberikan penjelasan oleh perawat. Sedangkan obat injeksi diberikan oleh

perawat, dalam penyiapan perawat menggunakan ruangan penyimpanan

obat. Obat injeksi dengan sisa masih banyak di dalam vial/ampul

digunakan kembali dengan ditutup parafilm/grafting tape dan disimpan

dalam lemari pendingin.

g. Pelaksanaan Supervisi

Berdasarkan hasil kajian di ruangan Sakura RSUD Kota Bandung

didapatkan hasil bahwa supervisi dilakukan oleh Supervisor setiap hari

pagi, siang dan malam. Supervisor merangkap sebagai Manager On Duty

(MOD). Saat supervisor datang, menyapa menanyakan kondisi ruangan

dan permasalahan yang ada diruangan baik terhadap pasien atau hal yang

lain, jumlah pasien, jumlah dan kelengkapan petugas/perawat yang

bertugas.

h. Alur keluar masuk dan perpindahan pasien (flow of care)

Berdasarkan observasi pada tanggal 12 April 2022 maka alur pasien masuk

dan alur pasien pulang di ruangan adalah sebagai berikut.

70
Alur Pasien Masuk

Pendaftaran Poliklinik
Poliklinik Anak/Umum
Pendaftaran Rawat Inap
Pasien
Rawat Inap Anak
Unit Gawat Darurat (UGD)

Keterangan :
Alur Pasien Masuk
Konfirmasi Tempat

Alur Pasien Pulang


Pasien
i. Ruang Pernyataan Mendapat umum Konfirmasi
rawat Boleh rincian biaya Depo Farmasi,
inap Pulang Dari dari petugas
j. anak Dokter
laboratorium dan
Administrasi Pasien Rontgen
BPJS

Menyerahkan Bawa Kasir


Pasien Mendapat
bukti pembayaran bukti
Pulang surat
ke perawat dan pemba- Bagian
control &
administrasi BPJS Kasir
penkes yaran

71
Standar Operasional Prosedur (SOP)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan pada tanggal 12-

18 2022 di dapatkan bahwa ruangan sakura memiliki SOP dan setiap tindakan

yang dilakukan sesuai dengan SOP yang terdapat diruangan Sakura.

Berdasarkan hasil study dokumentasi didapatkan hasil sebagai berikut data SOP di

ruang sakura :

No SOP
1 Sop Pembersih Permukaan
2 Sop Pemberian Obat Secara Intramuskular
3 Sop Membantu Pasien Mandi Sendiri Dikamar Mandi
4 SOP Memberikan Obat Secara Subkutan
5 SOP Memberikan Obat Oral Melalui NGT
6 Sop Unit Dose Dispensing
7 SOP Membersihkan Mulut Pada Pasien Tidak Sadar
8 SOP Memberikan Huknah Rendah Dan Tinggi
9 SOP Menolong Pasien Bab
10 SOP Memandikan Pasien Di Tempat Tidur
11 SOP Verifikasi Identitas Pasien Pada Saat Pemberian Tindakan Medis
12 SOP Penggunaan Gelang Identitas Pasien
13 SOP Penggunaan Warna Gelang Identitas Pasien
14 SOP Memasang Gelang Identitas Pasien

72
15 SOP Menjaga Keselamatan Pasien Di Tempat Tidur
16 SOP Menyiapkan Dan Memberikan Obat Melalui Mulut
17 SOP Menyuapi Pasien
18 SOP Membersihkan Mulut
19 SOP Merapikan Tempat Tidur
20 SOP Menggangti Alat Tenun Kotor Pada Tempat Tidur Tanpa
Memindahkan Pasien
21 SOP Mobilisasi Dini
22 SOP Menyisir Rambut
23 SOP Perawatan Klien Terminal Dan Sakaratul Maut
24 SOP Pelaksanaan Identifikasi Pasien
25 SOP Penggunaan Stiker Label Identitas
26 SOP Identifikasi Pasien Yang Identitasnya Tidak Diketahui
27 SOP Identifikasi Pasien Dengan Nama Yang Sama
28 SOP Identifikasi Pasien Yang Menjalani Pemeriksaan Radiologi
29 SOP Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri
30 SOP Pasien Pulang Dengan Ijin Dokter
31 SOP Melaksanakan Program Orientasi Pasien
32 SOP Menimbang Berat Badan
33 SOP Memberi Pelayanan Mental Spiritual Kepada Pasien Yang
Menghadapi Sakaratul Maut
34 SOP Memberikan Penyuluhan Kesehatan
35 SOP Melakukan Skin Test
36 SOP Memberikan Kompres Dingin
37 SOP Memberikan Obat Secara Intra Dermal
38 SOP Memantau Saturasi Oksigen Dalam Darah
39 SOP Menyiapkan Bayi Pulang Hidup
40 SOP Pasien Pulang Meninggal
41 SOP Desinfektan

73
42 SOP Mengatur Posisi Litotomi
43 SOP Terapi Sinar Biru
44 SOP Resusitasi Jantung Paru Pada Bayi
45 SOP Identifikasi Pasien Tidak Sadar
46 SOP Perawatan Isolasi
47 SOP Pelaporan Hasil Nilai Kritis Laboratorium
48 SOP Komunikasi Efektif Via Telpon Antar Pemberian Pelayanan
49 SOP Melepaskan Gelang Identitas Pasien
50 SOP Pemakaian Alat Dan Pemeliharaan Incubator
51 SOP Memotong Kuku
52 SOP Penyediaan Makanan Di Ruangan
53 SOP Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pasien Diruang Warat Inap
54 SOP Pencampuran Obat Suntik
55 SOP pemindahan dan serah terima pasien keruang rawat inap di
RSUD kota bandung
56 SOP monitoring pasien selama proses transfer
57 SOP penanganan pasien melarikan diri
58 SOP pelayanan sterilisasi alat
59 SOP penerimaan instrument dari ruangan
60 SOP pemeriksaan instrument / linen yang akan disterilisasi
61 SOP pasien pulang atas permintaan sendiri
62 SOP identifikasi pasien saat pengambilan darah dan specimen lainnya
63 SOP mengelola pasien dengan infeksi airborn
64 SOP penulisan SOAP
65 SOP perintah asuhan keperawatan
67 SOP penanganan nyeri non farmakologi
68 SOP alur manajemen nyeri
69 SOP pemantauan dan pelaporan efek samping obat
70 SOP keputusan tindakan DNR
71 SOP kejadian reaksi transfuse pada saat kegiatan tranfusi darah

74
72 SOP pemberian informasi semua aspek asuhan dan tindakan medis
73 SOP penanganan sisa obat narkotika injeksi
74 SOP penyimpanan elektrolit
75 SOP catatan perkembangan pasien terintegrasi
76 SOP pemantauan dan pencatatan efek obat dan efek samping obat
77 SOP pemotongan dan pelipatan kasa
78 SOP pemasangan OGT
79 SOP pemeriksaan TTV
80 SOP melakukan komunikasi langsung/lisan
81 SOP memasang infus
82 SOP identifikasi pasien saat pemberian darah
83 SOP menyiapkan dan memberikan transfuse
84 SOP identifikasi pasien dengan resiko jatuh
85 SOP memberikan oksigen
86 SOP pengobatan sendiri oleh pasien
87 SOP penggunaan obat emergency
88 SOP pemilahan linen kotor di ruangan
89 SOP alur penanganan linen kotor dan hazmat
90 SOP anak dengan syok septik
91 SOP pemberian antidifteri serum
92 SOP pengenceran obat
93 SOP syok pada anak
94 SOP induksi sputum
95 SOP bilas lambung
96 SOP penilaian pada bayi dan anak
97 SOP penanganan diare

N DILAKUKAN
SOP
O

75
YA TIDAK
1. Sop Pembersih Permukaan √
2. Sop Pemberian Obat Secara Intramuskular √
3. Sop Membantu Pasien Mandi Sendiri √
Dikamar Mandi
4. SOP Memberikan Obat Secara Subkutan √
5. SOP Memberikan Obat Oral Melalui NGT √
6. Sop Unit Dose Dispensing √
7. SOP Membersihkan Mulut Pada Pasien Tidak √
Sadar
8. SOP Memberikan Huknah Rendah Dan √
Tinggi
9. SOP Menolong Pasien Bab √
10. SOP Memandikan Pasien Di Tempat Tidur √
11. SOP Verifikasi Identitas Pasien Pada Saat √
Pemberian Tindakan Medis
12. SOP Penggunaan Gelang Identitas Pasien √
13. SOP Penggunaan Warna Gelang Identitas √
Pasien
14. SOP Memasang Gelang Identitas Pasien √
15. SOP Menjaga Keselamatan Pasien Di Tempat √
Tidur
16. SOP Menyiapkan Dan Memberikan Obat √
Melalui Mulut
17. SOP Menyuapi Pasien √
18. SOP Membersihkan Mulut √
19. SOP Merapikan Tempat Tidur √
20. SOP Menggangti Alat Tenun Kotor Pada √
Tempat Tidur Tanpa Memindahkan Pasien
22. SOP Mobilisasi Dini √

76
23. SOP Menyisir Rambut √
24. SOP Perawatan Klien Terminal Dan √
Sakaratul Maut
25. SOP Pelaksanaan Identifikasi Pasien √
26. SOP Penggunaan Stiker Label Identitas √
27. SOP Identifikasi Pasien Yang Identitasnya √
Tidak Diketahui
28. SOP Identifikasi Pasien Dengan Nama Yang √
Sama
29. SOP Identifikasi Pasien Yang Menjalani √
Pemeriksaan Radiologi
30. SOP Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri √
31. SOP Pasien Pulang Dengan Ijin Dokter √
32. SOP Menyiapkan Pasien Pulang √
32. SOP Melaksanakan Program Orientasi Pasien √
33. SOP Serah Terima Pasien Antar Shift √
33. SOP Menimbang Berat Badan √
34. SOP Memberi Pelayanan Mental Spiritual √
Kepada Pasien Yang Menghadapi Sakaratul
Maut
35. SOP Memberikan Penyuluhan Kesehatan √
36. SOP Melakukan Skin Test √
37. SOP Memberikan Kompres Dingin √
38. SOP Memberikan Obat Secara Intra Dermal √
39. SOP Memantau Saturasi Oksigen Dalam √
Darah
40. SOP Menyiapkan Bayi Pulang Hidup √
41. SOP Pasien Pulang Meninggal √
42. SOP Desinfektan √
43. SOP Mengatur Posisi Litotomi √

77
44. SOP Terapi Sinar Biru √
45. SOP Resusitasi Jantung Paru √
46. SOP Identifikasi Pasien Tidak Sadar √
47. SOP Perawatan Isolasi √
48. SOP Pelaporan Hasil Nilai Kritis √
Laboratorium
49. SOP Komunikasi Efektif Via Telpon Antar √
Pemberian Pelayanan
50. SOP Melepaskan Gelang Identitas Pasien √
51. SOP Pemakaian Alat Dan Pemeliharaan √
Incubator
52. SOP Memotong Kuku √
53. SOP Penyediaan Makanan Di Ruangan √
54. SOP Penatalaksanaan Kegawatdaruratan √
Pasien Diruang Warat Inap
55. SOP Mempersiapkan Obat Injeksi √
55. SOP Pencampuran Obat Suntik √
56. SOP pemindahan dan serah terima pasien √
keruang rawat inap di RSUD kota bandung
57. SOP monitoring pasien selama proses transfer √
58. SOP penanganan pasien melarikan diri √
59. SOP pelayanan sterilisasi alat √
60. SOP penerimaan instrument dari ruangan √
61. SOP pemeriksaan instrument / linen yang √
akan disterilisasi
62. SOP pasien pulang atas permintaan sendiri √
63. SOP identifikasi pasien saat pengambilan √
darah dan specimen lainnya
64. SOP mengelola pasien dengan infeksi airborn √
65. SOP penulisan SOAP √

78
66. SOP perintah asuhan keperawatan √
67. SOP penanganan nyeri non farmakologi √
68. SOP alur manajemen nyeri √
69. SOP pemantauan dan pelaporan efek samping √
obat
70. SOP keputusan tindakan DNR √
71. SOP kejadian reaksi transfuse pada saat √
kegiatan tranfusi darah
72. SOP pemberian informasi semua aspek √
asuhan dan tindakan medis
73. SOP penanganan sisa obat narkotika injeksi √
74. SOP penyimpanan elektrolit √
75. SOP catatan perkembangan pasien √
terintegrasi
76. SOP pemantauan dan pencatatan efek obat √
dan efek samping obat
77. SOP pemotongan dan pelipatan kasa √
78. SOP pemasangan OGT √
79. SOP mengukur suhu tubuh √
80. SOP melakukan komunikasi langsung/lisan √
81. SOP memasang infus √
82. SOP identifikasi pasien saat pemberian darah √
83. SOP menyiapkan dan memberikan transfuse √
84. SOP identifikasi pasien dengan resiko jatuh √
85. SOP memberikan oksigen √
86. SOP pengobatan sendiri oleh pasien √
87. SOP penggunaan obat emergency √
88. SOP pemilahan linen kotor di ruangan √
89. SOP alur penanganan linen kotor dan hazmat √
90. SOP anak dengan syok septik √

79
91. SOP pemberian antidifteri serum √
92. SOP pengenceran obat √
93. SOP syok pada anak √
94. SOP induksi sputum √
95. SOP bilas lambung √
96. SOP penilaian pada bayi dan anak √
97. SOP penanganan diare √

1) METODE UNIT

a. Struktur organisasi ruangan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 12April

2022 didapatkan hasil bahwa di ruang Sakura sudah ada struktur organisasi

tetapi belum sesuai dengan ketentuan. Standar Struktur Organisasi memilki

garis komando, garis koordinasi, tidak menggunakan nama/foto, ada waktu

pengesahan dan yang mengesahkan. Adapun struktur organisasi tenaga

perawat di Ruang Sakura RSUD Kota Bandung sebagai berikut:

80
Kepala Instalasi Rawat Inap Kepala Instalasi Rawat Inap
Asep Hendriana, S.Kep.,Ners.MM dr.Roswita Noor Sp.PD

Wa. Ka instalasi rawat


inap khusus medis Wa. Ka. Instalasi ranap
KSM
khusus keperawatan
dr. Tika Mustika
Ida yudaedah Skep,.Ners

Kepala ruangan
Enung Rohilah S.Kep.,Ners

Ketua Tim Ketua Tim


Yunita Sari, Amd.Kep Ami Kurniati S.Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


1. Adi Rosadi Amd.,Kep 1. Nenden Dwi Y, Amd.,Kep
2. M Reza Fajrin S.Kep,.Ners 2. Puji Astuti, Skep.,Ners
3. Centika Cahya M S.Kep,.Ners 3. Dadang Masyudin Skep.,Ners
4. Ratna Eka O Amd.,Kep 4. Della Nurutami Amd.,Kep
5. Siti Nurohmah S.Kep,.Ners 5. Fitri Supriadi Amd.,Kep
6. Alfi Novianti S.Kep,.Ners 6. Rema Dwi Anjani Amd.,Kep
7. Rani Siti N S.Kep,.Ners 7. Sartika Sri R Skep.,Ners
8. Ria Amd.,Kep

81

Administrasi POS
Komarosmanah Rajab
b. Kepala Ruangan

(1) Uraian Tugas

1) Melaksanakan Fungsi Perencanaan:

- Menyusun rencana kerja kepala ruangan.

- Merencanakan jumlah dan jenis peralatan keperawatan yang

diperlukan sesuai kebutuhan

- Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan dan asuhan

keperawatan yang diselenggarakan sesuai kebutuhan.

2) Melaksanakan Fungsi Pergerakkan dan Pelaksanaan :

- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan

di ruangan

- Menyusun dan mengatur daftar dinas keperawatan tenaga

perawat sesuai kebutuhan dan ketentuan/peraturan yang

berlaku (harian, bulanan, tahunan, dll)

- Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawat baru

atau tenaga lain yang akan bekerja di instalasi ruang perawatan

- Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan

yang menggunakan ruangan sebagai lahan praktek

- Membimbing tenaga perawatan untuk melaksanakan pelayanan

atau asuhan keperawatan sesuai standar

- Mengadakan pertemuan berkala dengan staf perawatan dan

petugas lain yang bertugas diruangan

82
- Memberikan kesempatan atau izin kepada staf keperawatan

untuk mengikuti kegiatan ilmiah atau penataran dengan

koordinasi kepala instalasi atau kepala bidang perawatan

- Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai

kebutuhan berdasarkan ketentuan /kebijakan rumah sakit

- Mengatur dan mengkoordinasi pemeliharaan alat agar selalu

dalam keadaan siap pakai

- Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan

asuhan keperawatan serta kegiatan lain dengan tepat dan benar

- Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara

kebersihan

c. Ketua Tim

(1) Uraian Tugas

1) Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas pada

setiap pergantian dinas

2) Melakukan pembagian tugas/ pasien kepda anggota kelompok

3) Melaksanakan asuhan keperawatan

- Melakukan pengkajian awal terhadap pasien baru

- Membuat rencana asuhan

- Melaksanakan tindakan

- Melaksanakan evaluasi

- Menyiapkan peralatan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan

- Menilai hasil kerja anggota kelompok, mendiskusikan

83
permasalahan yang ada dan bila perlu melaporkannya ke kepala

instalasi rawat inap

- Menciptakan kerjasama yang harmonis

- Membuat laporan pasien

c.

d. Anggota Tim

1) Melakukan serah terima tugas setiap pergantian dinas yang

mencakup pasien dan peralatan

2) Melakukan asuhan keperawatan pasien

- Mengkaji keadaan pasien

- Membuat rencana keperawatan

- Melaksanakan tindakan keperawatan

- Melaksanakan evaluasi

- Melakukan pencatatan dan dokumentasi

3) Menyiapkan, memelihara serta menyimpan peralatan agar selalu siap

pakai

4) Melakukan dinas secara rotasi sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh

kepala ruangan

5) Memelihara lingkungan instalasi rawat inap demi kelancaran

pelayanan

6) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruang

perawatan dan lingkungannya, peratauran dan tata tertib yang

berlaku, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya

84
7) Menciptakan hubungan kerja yang baik dengan pasien dan

keluarganya maupun dengan anggota tim kesehatan lainnya

8) Membantu merujuk pasien kepada peugas kesehatan lain yang lebih

mampu untuk menyelesaikan masalah kesehatan

9) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan di ruangan

10) Menyiapkan pasien yang pulang, meliputi: menyediakan formulir

untuk menyesuaikan administrasi seperti

- Surat ijin pulang

- Surat keterangan dirawat/sakit

- Petunjuk diet

- Resep obat dirumah bila diperlukan

- Surat rujukan/pemeriksaan ulang.

1) METODE MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

No INDIKATOR INDIKATOR STANDAR HASIL


PELAYANAN MUTU CAPAIA
N
1 Ketepatan Kepatuhan identifikasi 100% 98%
Identifikasi Pasien pasien
2 Peninfkatan Kepatuhan prosedur 100% 99,30%
Komunikasi Efektif pemberian obat dengan
prinsip Readback dari
petugas rawat inap kepada
DPJP ditandatangani
dalam waktu 24 jam
3 Peningkatan Kepatuhan penyimpanan 100% 98%
keamanan obat obat di troli emergency

85
yang perlu
siwaspadai
4 Pengaturan resiko Kepatuhan upaya 85% 79,58%
infeksi terkait pencegahan resiko cidera
layanan kesehatan akibat pasien jatuh pada
pasien rawat inap
5 Pengurangan resiko 100% 100%
cidera pasien akibat
terjatuh

1) Sasaran 1 : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar

a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien(nomor rekam

medik,tanggal lahir, gelang identitas pasien), tidak boleh menggunakan

nomor kamar atau lokasi pasien.

b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis

d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan /

prosedur.

e) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi

Diruang sakura pasien di identifikasi menggunakan gelang. Gelang

berwarna biru untuk pasien anak laki-laki , gelang warna pink untuk anak

perempuan dan gelang berwarna kuning untuk pasien anak yang beresiko

jatuh

Dari hasil observasi dari tanggal 12-15 April 2022, beberapa

86
perawat mengidentifikasi pasien menggunakan gelang dan ada juga

perawat hanya memanggil nama pasien dan menanyakan nama sebelum

melakukan tindakan (tanpa melihat gelang)

2) Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif

a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan

dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan

tersebut.

b. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap

dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi

perintah atau hasil pemeriksaan tersebut

d. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam

melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui

telepon.

Dari hasil observasi daari tanggal 12-16 April beberapa perawat

melakukan komunikasi efektif dan ada juga perawat yang tidak melakukan

komunikasi efektif .

3) Sasaran 3 : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

a. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses

identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang

perlu diwaspadai

b. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan

87
c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika

dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian

yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.

d. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi

label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted)

Dari hasil observasi dari 12-16 April perawat memberi label

terhadap obat yang akan diberikan seperti nama pasien, nama obat,nomor

bed, dan jumlah dosis yang diberikan.

4) Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang

benar, dan pembedahan pada pasien yang benar

a. Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu checklist atau proses

lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan

tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,

tepat, dan fungsional.

b. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum

insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan

pembedahan.

c. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman

proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,

termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang

dilaksanakan di luar kamar operasi.

88
Ruang sakura merupakan perawatan anak non bedah. Maka

selama observasi dari tanggal 12-16 April 2022 tidak ada proses operasi

yang dilakukan kepada anak yang dirawat diruang rawat inap sakura.

5) Sasaran 5 : Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

a. Fasilitas pelayanan Kesehatan mengadopsi atau mengadaptasi pedoman

hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum

(al.dari WHO Patient Safety).

b. Fasilitas pelayanan Kesehatan menerapkan program hand hygiene yang

efektif.

c. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan

kesehatan.

Diruang sakura sudah di tetapkan 5 momen cuci tangan

- Sebelum menyentuh pasien

- Sebelum tindakan aseptik

- Setelah terkena cairan tubuh pasien

- Setelah menyentuh pasien

- Setelah kontak dengan lingkungan pasien

Hasil observasi dari tanggal 12-16 April 2022 perawat melakukan

5 momen cuci tangan dan ada juga perawat tidak melakukan 5 momen

cuci tangan dan yang sering terlewatkan adalah poin 1

6 langkah cara cuci tangan

- Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan

89
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar

- Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

- Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

- Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

- Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

- Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

6) Sasaran 6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

a. Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesmen awal risiko

pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila

diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. Evaluasi bisa

meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi

alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat

bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka

yang pada hasil asesmen dianggap berisiko

Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu, Dari

hasil wawancara selama tahun 2021 telah terjadi 3 kali kejadian pasien

jatuh dari tempat tidur yang terjadi karena bed plank tidak terpasang pada

saat orang tua pasien akan meninggalkan pasien, yaitu pada tanggal 5

januari 2021, 22 februari 2021 dan 18 april 2021. Pengkajian resiko jatuh

pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke ruangan rawat inap

menggunakan form sesuai untuk anak. Pemberian intervensi pada pasien

90
disesuaikan dengan kriteria rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan SPO

yang telah ada. Selain itu sudah ada usaha pencegahan pasien jatuh yang

dilakukan meliputi menutup side rail, mengunci bed pasien, dan masing-

masing pasien diberi penunggu pasien sebanyak 1 orang.

Dari data pengkajian tanggal 12-16 April 2022 didapatkan bahwa

tidak ada pasien yang jatuh selama 2 hari pengkajian.

1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.2.1.
3.2.2.
3.2.3.
3.2.4. MATERIAL

Ruang Sakura RSUD kota Bandung terdiri dari (Permenkes N0 24

Tahun2016 Teknis Ruangan dan Bangunan dalam Rumah Sakit

No Nama ruangan Persyaratan ruangan Ya Tidak keterangan


1 Ruangan Perawatan  Ukuran ruangan  Tempat
tidur kela II
rawat inap 15 dan neo
tergantung kelas 4 tempat
tidur
perawatan dan Kelas III 12
jumlah tempat dan isolasi 1
tempat tidur
tidur. Tiap
 Jarak antar tempat  ruangan
memiliki 3
tidur 2,4 m atau tempat tidur

91
antar tepi tempat
Ukuran
tidur minimal 1,5 jarak 60 cm
m. atau 1,2 m

 Bahan bangunan
yang digunakan
tidak boleh
memiliki tingkat
porositas yang
tinggi.
 Antar tempat tidur 
Kelas II ada
yang dibatasi oleh
tirai sedang
tirai maka rel harus kelas III
tidak ada
dibenamkan/
tirai
menempel di
plafon, dan
sebaiknya bahan
tirai non porosif.

 Setiap Setiap
tempat tidur tempat tidur
terpasang 2
disediakan stop kontak
minimal 2 (dua) dan 1 O2
central
kotak kontak dan
tidak boleh ada
sambungan
percabangan.
percabangan/
sambungan
langsung tanpa
pengamanan arus. 

 Harus disediakan O2 central

92
outlet oksigen
Jendela
 Ruangan harus kamar
dijamin terjadinya selalu
terbuka
pertukaran udara pada siang
baik alami maupun hari dan di
tutup pada
mekanik. Untuk malam hari
ventilasi mekanik Kelas II
memiliki
minimal total kipas angin
pertukaran udara 6 Kelas III
tidak ada
kali per jam, untuk

ventilasi alami
harus lebih dari
Jendela
nilai tersebut. dapat di
buka dan
 Ruangan
pencahayaa
perawatan pasien n baik
harus memiliki
bukaan jendela
yang aman untuk
kebutuhan

pencahayaan dan
ventilasi alami.
Nurse call
rusak dari 1
harus bulan yang
lalu
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk
pencahayaan 
buatan dengan
intensitas Ada kamar
cahaya 250 lux mandi
terdapat

93
untuk pegangan
dan lantai
penerangan,
tidak licin
dan 50 lux
untuk tidur.
 Ruang perawatan
harus menyediakan
nurse call untuk
masing-masing
tempat tidur yang
terhubung ke pos
perawat (nurse
station).
 Di setiap ruangan
perawatan harus
disediakan kamar
mandi. Kamar
mandi ini
mengikuti
persyaratan kamar
 mandi
aksesibilitas.
2 Ruang Laktasi 
 Mengikuti
persyaratan ruang
laktasi seperti pada
penjelasan
sebelumnya.
3 Ruang pos rawat Nurse  Luas ruangan pos Nurse
station  station 1
perawat minimal 8 memenuhi
syarat luas
m2 atau 3-5 m2 per
3x4 m2
perawat,
disesuaikan dengan

94
kebutuhan. Satu
pos perawat
melayani maksimal
25 tempat tidur.

 Luas ruangan harus Kelas II 19
dapat tempat tidur
Kelas III 13
mengakomodir tempat tidur
lemari arsip dan Tersedia
lemari arsip
lemari obat.

 Disediakan Tersedia
instalasi untuk alat telefon
ruangan
komunikasi. 
 Disediakan Di setiap
ruangan
fasilitas desinfeksi tersedia
tangan (handsrub). handsrub

4 Ruangan Umum
Konsultasi
5 Ruangan  Luas ruangan per 
Tindakan tempat tidur
resusitasi 12-20

m2.

95
 Bahan bangunan
yang digunakan
tidak boleh
memiliki tingkat
porositas yang
tinggi.
6 Ruangan Dokter Umum 
Jaga
7 Ruangan Kepala Umum 
Rawat Inap
8 Ruangan Linen  Disediakan lemari 
atau rak.
Bersih
9 Gudang Bersih Umum 

10 Gudang Kotor  Dilengkapi dengan 


sloop sink
(Spoolhoek/Dirty
 dan service sink.
Utility)
Letak ruang
spoolhoek berada
di area servis.
 Persyaratan
ventilasi udara :
- Tekanan
udara
dalam ruangan
negatif.
- Total
pertukaran
volume
udara min. 10 kali
per jam.
11 KM/WC (Toilet)  Toilet petugas 
mengikuti

96
persyaratan toilet
umum (lihat poin
di atas).
 Satu toilet

melayani satu
ruangan
perawatan.
 Toilet di ruangan
rawat inap harus
aksesibel untuk
pasien (Persyaratan
tentang toilet
akesibel melihat
poin di atas) dan
tersedia tombol
panggil
bantuan perawat
12 Dapur Kecil  Dilengkapi dengan  Sedang
direnovasi
(Pantry) sink dan meja
pantri.
 Dilengkapi meja
kursi
Makan sesuai

dengan kebutuhan.
13 Janitor/ Ruang Umum 
Petugas Kebersihan
14 Ruangan Perawatan  Ukuran ruang isolasi 
Isolasi minimal 3x4 m2
 Satu ruangan untuk
satu tempat tidur

97
 Bahan bangunan
yang digunakan
tidak boleh
memiliki tingkat
porositas yang
tinggi.
 Setiap ruangan
disediakan
minimal 2 (dua)
kotak kontak dan
tidak boleh ada
percabangan/
sambungan
langsung tanpa
pengamanan arus.
 Harus disediakan
outlet oksigen dan
vakum medik.
 Disediakan toilet
pasien.
 Dilengkapi
wastafel pada
ruangan antara.
 Persyaratan
ventilasi udara
sebagai berikut :
o Ruangan
bertekanan
lebih negatif
dari ruangan

98
disebelahnya.
o Ruangan harus
dijamin
terjadinya
pertukaran
udara baik
alami maupun
mekanik.
Untuk ventilasi
mekanik
minimal total
pertukaran
udara 6
kali/jam.
Dilengkapi ruangan
antara (airlock)
jenis sink, dimana
airlock bertekanan
lebih negatif
dibandingkan ruangan-
ruangan disebelahnya
 Ruangan harus
mengoptimalkan
pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan
buatan dengan
intensitas cahaya
200 lux untuk
penerangan, dan 50
lux untuk tidur.
 Ruang perawatan
isolasi harus
menyediakan nurse
call yang
terhubung ke pos
perawat (nurse

99
station).

Analisa Data :

Berdasarkan tabel pedoman menurut Permenkes N0 24 Tahun2016 tentang

Teknis Ruangan dan Bangunan dalam Rumah Sakit, ruangan sakura sudah

cukup memenuhi persyaratan di setiap ruang, akan tetapi ada beberapa yang

masih perlu di benahi seperti dapur tidak ada ventilasi.

Daftar Alat Kesehatan Di Ruang Anak

Tabel 3.2.4.2

No Nama Alat Standard Jumlah Bukti Fisik Keterangan


yang ada
1 Defibrilator 1 - -
2 EKG 1 2 2
3 Emergency troli 1 1 1
4 Fim view 1 - -
5 Infus pam 1 6 -
6 Lampu periksa / 1 1 1
hanging pump
7 Matras decubitus 1 - -
8 Monitor surgery set 1 - -
9 Nebulizer 2 7 4
10 Penlight 2 2 2
11 Pulse oxymeter 1 2 2
12 Stetoscop 4 12 5
13 Suctan pum 1 1 2
14 Bed pasien elektrik 2 - -

15 Bed pasien manual 30 32 32 15 kelas II 4


Neo kelas 13

100
kelas III 1
Isolasi
16 Spyhgmomanometer 2 6 3
aneroid
17 Sphygmomanometer 1 1 1
digital
18 Thermometer digital 2 2 2
19 Standard infus 32 32 32
20 Amubag 1 1 2
21 Box emergency 1 1 1
22 Tourniquet 2 2 2
23 Tabung O2 2 1 1
24 Flowmeter 8 47 47
25 Humidifier 8 47 47 Central
26 Tromol 1 - -
27 Korentang 1 - -
28 Trolly 2 2 2
29 Gunting 2 2 2
30 Bak instrumen 2 2 5
31 Kulkas penyimpanan 1 1 1
obat
32 Nursing call 2 3 3
33 Pisvot 3 3 3
34 Kursi roda 1 2 2
35 Incubator 1 5 5
36 Foto terapi 1 1 1
37 Infant warmer 1 1 1
38 Blood warmer 1 1 1
39 Laringoskop 1 1 1
40 Reflek harmer 2 7 7
41 Blangkar 1 1 1
42 Glas ukur 1 2 2
43 Timbangan badan 2 4 4
44 Penggerus obat 1 1 1
45 Tongspatl 1 6 4
46 ENT examination set 1 - -
47 Syringe pump 1 1 2
48 Tongue spatel 1 6 4
49 Bengkok 2 6 5

101
50 Urinal 3 3 3
51 Stelizer 1 1 1
Analisa Data :

Berdasarkan Analisa dari tabel diatas menunjukkan alat Kesehatan di

Rumah sakit pada perawatan Ruang Sakura RSUD bandung baik dan cukup

lengkap

3.2.5. MARKET
1. Tipe dan Akreditasi RS
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan di temukan bahwa
RSUD Kota Bandung memiliki tipe RS Tipe B. Menurut Permenkes No
30 tahun 2019 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit Bab 3 pasal 19
ayat (2) Rumah sakit umum kelas B merupakan rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan medik paling sedikit 4 (empat)
spesialis dasar, 4 (empat) penunjang medik spesialis, 8 (delapan) spesialis
lain selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis dasar. Dalam hal
Rumah Sakit umum kelas B sebagaimana di maksud pada ayat (2) akan
meningkatkan fasilitas dan kemampuan pelayanan mediknya, penambahan
pelayanan paling banyak 2 (dua) spesialis lain selain spesialis dasar, 1
(satu) penunjang medik spesialis, 2 (dua) pelayanan medik subspesialis
dasar dan 1 (satu) subspesialis dasar.
RSUD Kota Bandung mendapatkan akreditasi tingkat utama .
Menurut KARS Rumah sakit yang mendapatkan akreditasi tingkat utama
bila dari 15 bab yang di survei ada 12 bab yang mendapat nilai minimal 80
% dan 3 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %.
Kelima belas bab tersebut yakni :

Dua belas bab di golongkan major,nilai minimum setiap bab harus 80%
1) Sasaran keselamatan pasien rumah sakit
2) Hak pasien dan keluarga (HPK)
3) Pendidikan pasien dan keluarga (PPK)

102
4) Peningkatan mutu keselamatan pasien (PMKP)
5) Milenium development goal’s (MDG’s)
6) Akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan (APK)
7) Asesmen pasien (AP)
8) Pelayanan Pasien (PP)
9) Pelayanan anestesi dan bedah (PAB)
10) Manajemen penggunaan obat (MPO)
11) Manajemen informasi dan komunikasi (MKI)
12) Kualifikasi dan pendidikan staf (KPS)

Tiga bab digolongkan minor, nilai minimum setiap bab harus 20%
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
b. Tata kelola, kepemimpinan dan pengarahan (TKP)
c. Manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK)

2. Keselamatan Pasien

No INDIKATOR INDIKATOR PELAYANAN STANDAR HASIL


MUTU CAPAIAN
1 Ketepatan Identifikasi Kepatuhan identifikasi pasien 100% 98%
Pasien
2 Peninfkatan Kepatuhan prosedur pemberian 100% 99,30%
Komunikasi Efektif obat dengan prinsip Readback dari
petugas rawat inap kepada DPJP
ditandatangani dalam waktu 24
jam
3 Peningkatan keamanan Kepatuhan penyimpanan obat di 100% 98%
obat yang perlu troli emergency
siwaspadai
4 Pengaturan resiko Kepatuhan upaya pencegahan 85% 79,58%
infeksi terkait layanan resiko cidera akibat pasien jatuh
kesehatan pada pasien rawat inap

103
5 Pengurangan resiko 100% 100%
cidera pasien akibat
terjatuh

1) Sasaran 1 : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar


a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas
pasien(nomor rekam medik,tanggal lahir, gelang identitas
pasien), tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi
pasien.
b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan / prosedur.
e) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi

Diruang sakura pasien di identifikasi menggunakan gelang.


Gelang berwarna biru untuk pasien anak laki-laki , gelang warna
pink untuk anak perempuan dan gelang berwarna kuning untuk
pasien anak yang beresiko jatuh

Dari hasil observasi dari tanggal 12-15 April 2022,


beberapa perawat mengidentifikasi pasien menggunakan gelang
dan ada juga perawat hanya memanggil nama pasien dan
menanyakan nama sebelum melakukan tindakan (tanpa melihat
gelang)

2) Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif

104
a) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
b) Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan
secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut.
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu
yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten
dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari
komunikasi lisan melalui telepon.

Dari hasil observasi daari tanggal 12-16 April beberapa perawat


melakukan komunikasi efektif dan ada juga perawat yang tidak
melakukan komunikasi efektif .

3) Sasaran 3 : Peningkatan keamanan obat yang perlu


diwaspadai
a) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat
proses identifikasi, lokasi, pemberian label, dan
penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai
b) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di area
tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
d) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan
pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area
yang dibatasi ketat (restricted)
e) Dari hasil observasi dari 12-16 April perawat memberi
label terhadap obat yang akan diberikan seperti nama
pasien, nama obat,nomor bed, dan jumlah dosis yang
diberikan.

4) Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar,


prosedur yang benar, dan pembedahan pada pasien yang
benar

105
a) Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu checklist
atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen
serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional.
b) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat
prosedur “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
c) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
d)

Ruang sakura merupakan perawatan anak non bedah.


Maka selama observasi dari tanggal 12-16 April 2022 tidak ada
proses operasi yang dilakukan kepada anak yang dirawat diruang
rawat inap sakura.

5) Sasaran 5 : Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan


kesehatan
a) Fasilitas pelayanan Kesehatan mengadopsi atau
mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
b) Fasilitas pelayanan Kesehatan menerapkan program hand
hygiene yang efektif.
c) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan

Diruang sakura sudah di tetapkan 5 momen cuci tangan

a) Sebelum menyentuh pasien


b) Sebelum tindakan aseptik
c) Setelah terkena cairan tubuh pasien
d) Setelah menyentuh pasien
e) Setelah kontak dengan lingkungan pasien

106
Hasil observasi dari tanggal 12-16 April 2022 perawat
melakukan 5 momen cuci tangan dan ada juga perawat tidak
melakukan 5 momen cuci tangan dan yang sering dilewatkan
adalah poin 1 dan poin

6 langkah cara cuci tangan

I. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan


kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut dengan arah memutar
II. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara
bergantian
III. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
IV. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi
saling mengunci
V. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
VI. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian
gosok perlahan.

6) Sasaran 6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat


Terjatuh
a) Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesmen
awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan. Evaluasi bisa meliputi riwayat
jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol,
penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap
berisiko

Berdasarkan data yang diperoleh dari tim


pengendalian mutu, Dari hasil wawancara selama tahun 2021
telah terjadi 3 kali kejadian pasien jatuh dari tempat tidur yang
terjadi karena bed plank tidak terpasang pada saat orang tua
pasien akan meninggalkan pasien, yaitu pada tanggal 5 januari
2021, 22 februari 2021 dan 18 april 2021. Pengkajian resiko
jatuh pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke
ruangan rawat inap menggunakan form sesuai untuk anak.

107
Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria
rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada.
Selain itu sudah ada usaha pencegahan pasien jatuh yang
dilakukan meliputi menutup side rail, mengunci bed pasien,
dan masing-masing pasien diberi penunggu pasien sebanyak 1
orang.

Dari data pengkajian tanggal 12-16 April 2022 didapatkan


bahwa tidak ada pasien yang jatuh selama 5 hari pengkajian.

3. Kepuasan

Berikut ini akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien


terhadap kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan
kuesioner yang berisi 24 soal berbentuk pertanyaan pilihan.
Pertanyaan pilihan yang mencakup pemberian penjelasan
orientasi ruangan, pemberian penjelasan setiap prosedur
tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan
keperawatan. Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri atas dua
jawaban yaitu “Ya”,dan “Tidak”. Adapun indikator kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan dinilai berdasarkan
jawaban dari kuesioner yang berjumlah 24 pertanyaan.

Kategori Interval % Interval Frekuensi


Tinggi 17-24 ≥71% 9
Sedang 9-16 35-59% 1
Rendah 0-8 0-34% 0
TOTAL 10

4. Mutu Pelayanan Keperawatan

INDIKATOR PELAYANAN RUANG SAKURA

TRIWULAN I TAHUN 2022

INDIKATO
JANUARI FEBRUARI MARET
R

108
PELAYANA
N
BOR 80.83% 94.49% 51.48%

Av LOS 3,51 hari 3,49 hari 3,15 hari

BTO 7,63 kali 9 kali 5,96 kali

TOI 0,78 hari 0,17 hari 2,52 hari


NDR 3,75 ‰ 0 6,99 %

GDR 3,75 ‰ 4,63 ‰ 20,98 %


Sumber : SDM RSUD KOTA BANDUNG
1) BOR
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. ( Depkes RI, 2005)
Jumlah Hari Perawatan Rumah Sakit
×100 %
( JumlahTempat Tidur ×Jumlah Hari dalam satu periode)

128 hari
×100 %=80 %
(32 ×5)
Hasil analisis tim ditemukan bahwa nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60 – 85% ( Depkes RI, 2005). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ruang sakura memiliki nilai BOR yang ideal dengan nilai BOR 88,3%

2) ALOS

Menurut Depkes RI (2005) LOS adalah rata-rata lama rawat


seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan lebih lanjut.
Jumlah Hari Perawatan Rumah Sakit
Jumlah p asien keluar( hidup+ mati)

128
=4 hari
32

3) TOI

109
TOI menurut Depkes RI (2005), adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur.
( ( jumlah tempat tidur × periode )−hari perawatan)
jumlah pasien keluar(hidup+mati )

( 32×5 )−129
=1,35 hari
23
Hasil analisis tim ditemukan bahwa nilai parameter TOI yang
ideal antara 1-3 hari (Depkes RI, 2005). Sehingga dapat simpulkan
bahwa nilai TOI di ruang sakura cenderung kecil yaitu 0,6 hari.
Menurut Sudra (2010) semakin kecil angka TOI, berarti semakin
singkat saat tempat tidur akan digunakan pasien berikutnya. Hal ini
menyebabkan tempat tidur sangat produktif, sehingga bisa
menguntukan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit,
akan tetapi bisa merugikan pasien dikarenakan tempat tidur belum
disiapkan secara baik, serta meningkatkan infeksi nosokomial dan perlu
diadakannya sanitasi lingkungan.

110
BAB IV

ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

1 Analisis SWOT

5M STREENG (S) WEAKNESS OPPORTUNITY THREATS (T)


(W) (O)
MAN
1 Berdasarkan 1 Berdasarkan 1 Meningkatnya 1 Adanya
data data dukungan dan tuntutan yang
karakteristik kebutuhan penghargaan dari cukup tinggi
perawat perawat masyarakat, dari
bahwa 100% RSUD Kota pemerintah dalam masyarakat
perawat bandung di dan luar negeri untuk
merupakan ruang sakura kepada profesi pelayanan
usia di dapatkan perawat karena
produktif bahwa masyarakat
2 Meningkatnya
banyaknya sudah cukup
2 Berdasarkan kebutuhan tenaga
perawat di kritis
data perawat dalam
ruang sakura
karakteristik sistem pelayanan
18 orang,
perawat kesehatan
dari data
bahwa 50%
WISN 2022 3 Kebijakan
merupakan
di butuhkan pemerintah dan
perawat PK
30 orang standar KARS
II. Dan
perawat hal untuk
perawat PK
ini meningkatan
III 16,7%
menunjukan pendidikan
Jenjang karir
ruangan perawat menjadi
di ruang
sakura masih tenaga
rawat inap

111
sudah sesuai kekurangan profesional (Ners)
dengan PMK 12 orang
4 Organisasi PPNI
No.40 (2017) tenaga
menyelenggaraka
keperawatan
3 Berdasarkan n seminar dan
hasil dari 18 2 Berdasarkan pelatihan secara
perawat yang hasil dari 18 online dalam
mengisi perawat yang meningkatkan
kuesioner mengisi asuhan
terdapat 9 kuosiener keperawatan
orang terdapat 9
perawat di perawat yang
ruangan memiliki
tersebut beban kerja
motivasi yang tinggi
perawat 50%.
berada dalam
3 Abdulah dan
rentang
Levine
motivasi baik
(1965)
menyarankan
kombinasi
tenaga
keperawatan
yaitu 55%
tenaga
profesi dan
45% tenaga
non profesi
Money Gaji untuk Adanya kebijakan Adanya pasien
1 Sumber
tenaga BLUD di program peningkatan yang
biaya sarana
bawah UMK kapasitas sumber menggunakan
prasarana
jawabarat tahun daya aparatur dengan jasa LSM saat
yang
2022 kota kegiatan pendidikan mengurus
didapatkan
bandung dan pelatihan administrasi
berasal dari
aparatur
APBD dan
BLUD
2 RSUD sudah
memiliki alur
untuk
pengajuan
barang
operasional
3 Tarif
pembayaran

112
ruangan
sudah
mengacu
pada
peraturan
daerah
nomor 03
Tahun 2010
Methode 1. Ronde 1. Adanya 1. Tuntutan dari
1. Ruang keperawatan kerjasama antar pasien dan
sakura tidak RS dengan keluarga akan
memiliki dilakukan Insitusi pelayanan
struktur selama masa Pendidikan yang yang optimal
organisasi pandemi membtuhkan 2. Pandemik C19
yang jelas 2. Penyimpanan pembelajaran menyebabkan
2. Masing- obat tidak 2. Organisasi PPNI pelayanan
masing sesuai menyelenggaraka keperawatan
jabatan telah dengan loker n pendidikan dan kurang
melakukan pasien. pelatihan secara optimal
tugasnya 3. Atraumatic online tentang
sesuai care di pengelolaan
dengan ruangan pasien
uraian tugas sakura belum 3. IPANI
yang telah sepenuhnya menyelenggaraka
ditetapkan dilaksanakan/ n berbagai
3. Terdapat belum seminar dengan
peraturan optimal berbagai tema
baik untuk 4. Pelaksanaan dalam
perawat, SKP 1 meningkatkan
pasien dan identifikasi pengetahuan dan
keluarga pasien belum keterampilan
4. Terdapat sepenuhnya perawat anak,
alur dilakukan. khususnya
pelayanan 5. Pelaksanaan atraumatic care
mulai dari SKP 5 di
pasien ruang sakura
masuk belum
sampai sepenuhnya
pasien dilakukan
pulang
5. Ruang
sakura
memiliki

113
SOP
diruangan
6. Terdapat
SAK di
ruang sakura
yang sesuai
dengan
diagnose
medis
7. Orang
tua/Keluarga
pasien
memiliki
persepsi
yang baik
terhadap
perawat
diruang anak
(R.Sakura)
8. Perawat
memiliki
pengetahuan
yang baik
mengenai
penugasan
tim

Material
1 Sarana 1 Pengajuan 1 Kebijakan 1 Adanya
prasarana pengganti pemerintah untuk tuntutan yang
ruangan untuk menambah sarana tinggi dari
RSUD kota kerusakan dan prasarana masyarakat
bandung alat dirumah sakit untuk
sebagian prosesnya 2 Kerjasama lintas kelengkapan
besar sudah lama sektor pendidikan sarana prasana
sesuai kreasi seni dan
2 Di kelas III 2 Adanya
standar lembaga yang
tidak beberapa
berhubungan
2 Sarana memiliki rumah sakit di
dengan
prasana sampiran sekitar RSUD
perlindungan
peralatan kota bandung
3 Belum anak
sudah yang memiliki
tersedia 3 Kebijakan
sebagian sarana
penunjang pemerintah dalam
besar sudah prasarana lebih
dan ruangan pemenuhan

114
memenuhi untuk sarana dan baik
standar kegiatan prasarana ruang
terapi bermain ramah
3 Ventilasi
bermain anak sesuai
ruangan baik
dengan UU No
35 tahun 2014

Market 1. Tipe rumah Masih adanya Adanya RS


1 RSUD Kota
sakit Tipe B kasus kejadian swasta di sekitar
Bandung telah
2. RSUD Kota tak di harapkan RSUD Kota
bekerja sama
Bandung di ruangan Bandung yang
dengan instansi
Terakreditasi sakura seperti juga menerima
pendidikan
paripurna pasien jatuh pasien BPJS
kesehatan
3. Niliai BOR dalam 2 tahun
2 RSUD Kota
dalam batas terkhir
Bandung
ideal ( 80% )
menerima pasien
LOS (4hari)
BPJS dan pasien
TOI (1,35)
asuransi
pemerintah
lainnya

115
2 INTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX – KEKUATAN

ANALISIS STRENGTH
MAN Bobot Rating Skor
Berdasarkan data karakteristik perawat bahwa
0,04
100% perawat merupakan usia produktif 4 0,16
Berdasarkan data karakteristik perawat bahwa
50% merupakan perawat PK II. Dan perawat PK
0,06
III 16,7% Jenjang karir di ruang rawat inap
sudah sesuai dengan PMK No.40 (2017) 4 0,24
Berdasarkan hasil dari 18 perawat yang mengisi
kuesioner terdapat 9 orang perawat di ruangan
0,06
tersebut motivasi perawat berada dalam rentang
motivasi baik 4 0,24
MONEY
Sumber biaya sarana prasarana yang didapatkan
0,06
berasal dari APBD 4 0,24
RSUD sudah memiliki alur untuk pengajuan
0,06
barang operasional 3 0,18
Tarif pembayaran ruangan sudah mengacu pada
0,05
peraturan daerah nomor 03 Tahun 2010 4 0,2
METODE
Ruang sakura memiliki struktur organisasi yang
0,03
jelas 4 0,12
Masing-masing jabatan telah melakukan
tugasnya sesuai dengan uraian tugas yang telah 0,04
ditetapkan 4 0,16
Terdapat peraturan baik untuk perawat, pasien
0,03
dan keluarga 3 0,09
Terdapat alur pelayanan mulai dari pasien masuk
0,03
sampai pasien pulang 4 0,12
Ruang sakura memiliki SOP diruangan 0,03 4 0,12
Terdapat SAK di ruang sakura yang sesuai
0,03
dengan diagnose medis 3 0,09
Orang tua/Keluarga pasien memiliki persepsi
yang baik terhadap perawat diruang anak 0,03
(R.Sakura) 4 0,12
Perawat memiliki pengetahuan yang baik
0,03
mengenai penugasan tim 4 0,12
MATRIAL
Sarana prasarana ruangan RSUD kota bandung
0,07
sebagian besar sudah sesuai standar 4 0,28
Sarana prasana peralatan sudah sebagian besar
0,07
sudah memenuhi standar 4 0,28

116
Ventilasi ruangan sakura baik 0,07 3 0,21
MARKET
Tipe rumah sakit Tipe B 0,07 4 0,28
RSUD Kota Bandung Terakreditasi paripurna 0,06 4 0,24
Niliai BOR dalam batas ideal ( 88,3% ) LOS
0,08
(4hari) TOI (0,6) 4 0,32
TOTAL 1,0 3,81

3 INTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX – KELEMAHAN

Analisis Bobot Rating Skor


MAN
Berdasarkan data kebutuhan perawat RSUD Kota
bandung di ruang sakura di dapatkan bahwa
banyaknya perawat di ruang sakura 18 orang, dari
-0,13 -4 -0,52
data WISN 2022 di butuhkan 30 orang perawat
hal ini menunjukan ruangan sakura masih
kekurangan 12 orang tenaga keperawatan
Berdasarkan hasil dari 18 perawat yang mengisi
kuosiener terdapat 9 perawat yang memiliki beban -0,13 -4 -0,52
kerja yang tinggi 50%.
Abdulah dan Levine (1965) menyarankan
kombinasi tenaga keperawatan yaitu 55% tenaga -0,06 -4 -0,24
profesi dan 45% tenaga non profesi
MONEY
Gaji untuk tenaga BLUD di bawah UMK
-0,06 -4 -0,24
jawabarat tahun 2022 kota bandung
METODE
Ronde keperawatan tidak dilakukan selama masa
-0,08 -4 -0,32
pandemi
Penyimpanan obat tidak sesuai dengan loker
-0,08 -4 -0,32
pasien
Atraumatic care di ruangan sakura belum
-0,08 -4 -0,32
sepenuhnya dilaksanakan/ belum optimal
Pelaksanaan SKP 1 identifikasi pasien belum
-0,05 -3 -0,15
sepenuhnya dilakukan
Pelaksanaan SKP 5 di ruang sakura belum sepenuhnya
-0,05 -3 -0,15
dilakukan
MATERIAL
Pengajuan pengganti untuk kerusakan alat
-0,07 -4 -0,28
prosesnya lama
Di kelas III tidak memiliki sampiran -0,07 -3 -0,21

117
Belum tersedia penunjang dan ruangan untuk
-0,07 -4 -0,28
kegiatan terapi bermain
MARKET
Masih adanya kasus kejadian tak di harapkan di
ruangan sakura seperti pasien jatuh dalam 2 tahun -0,07 -4 -0,28
terkhir
TOTAL -1,0 -3,83
IFAS KEKUATAN :3,81

IFAS KELEMAHAN :-3,83

IFAS TOTAL : 3,81-3,83 = 0,02

4 EXTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX – PELUANG

Analisis Bobot Rating Skor


MAN
Meningkatnya dukungan dan penghargaan dari
masyarakat, pemerintah dalam dan luar negeri 0,07 4 0,28
kepada profesi perawat
Meningkatnya kebutuhan tenaga perawat dalam
0,08 4 0,32
sistem pelayanan kesehatan
Kebijakan pemerintah dan standar KARS untuk
meningkatan pendidikan perawat menjadi tenaga 0,07 4 0,28
profesional (Ners)
Organisasi PPNI menyelenggarakan seminar dan
pelatihan secara online dalam meningkatkan 0,07 4 0,28
asuhan keperawatan
MONEY
Adanya kebijakan program peningkatan kapasitas
sumber daya aparatur dengan kegiatan pendidikan 0,08 4 0,32
dan pelatihan aparatur
METODE
Adanya kerjasama antar RS dengan Insitusi
0,08 4 0,32
Pendidikan yang membtuhkan pembelajaran
Organisasi PPNI menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan secara online tentang pengelolaan 0,07 4 0,28
pasien
IPANI menyelenggarakan berbagai seminar
dengan berbagai tema dalam meningkatkan
0,07 4 0,28
pengetahuan dan keterampilan perawat anak,
khususnya atraumatic care
MATERIAL

118
Kebijakan pemerintah untuk menambah sarana
0,09 4 0,36
dan prasarana dirumah sakit
Kerjasama lintas sektor pendidikan kreasi seni dan
lembaga yang berhubungan dengan perlindungan 0,09 3 0,27
anak
Kebijakan pemerintah dalam pemenuhan sarana
dan prasarana ruang bermain ramah anak sesuai 0,08 4 0,32
dengan UU No 35 tahun 2014
MARKET
RSUD Kota Bandung telah bekerja sama dengan
0,08 4 0,32
instansi pendidikan kesehatan
RSUD Kota Bandung menerima pasien BPJS dan
0,07 4 0,28
pasien asuransi pemerintah lainnya
TOTAL 1,0 3,91

5 EXTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX – ANCAMAN

Analisis Bobot Rating Skor


MAN
Adanya tuntutan yang cukup tinggi dari masyarakat
untuk pelayanan karena masyarakat sudah cukup -0,2 -4 -0,8
kritis
MONEY
Adanya pasien yang menggunakan jasa LSM saat
-0,2 -4 -0,8
mengurus administrasi
METODE
Tuntutan dari pasien dan keluarga akan pelayanan
-0,1 -4 -0,4
yang optimal
Pandemik C19 menyebabkan pelayanan keperawatan
-0,1 -3 -0,3
kurang optimal
MATERIAL
Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk
-0,1 -4 -0,4
kelengkapan sarana prasana
Adanya beberapa rumah sakit di sekitar RSUD kota
-0,1 -4 -0,4
bandung yang memiliki sarana prasarana lebih baik
MARKET
Adanya RS swasta di sekitar RSUD Kota Bandung
-0,2 -4 0,8
yang juga menerima pasien BPJS
TOTAL -1,0 -3,9

119
EFAS PELUANG : 3,91

EFAS ANCAMAN :-3,9

EFAS TOTAL : 3,91-3,9 = 0,01

6 MATRIX POSISI ORGANISASI RUANG SAKURA RSUD KOTA

BANDUNG

O
4

Kuadran II 2 Kuadran I
Turn Around Strategi Agresif
1

W S
-4 -3 -2 -1 1 2 3 4

Kuadran IV -1 Kuadran III


Defensif Diversifikasi
-2

-3

-4

S-W= 0,02
O-T= 0,01

T
7 STRATEGI

120
Dari diagram matriks diatas menunjukan bahwa posisi ruangan sakura

berada pada kuadran 2 dengan strategi trund around ini merupakan situasi yang

kurang menguntukan dimana ancaman lebih besar dari kekuatan akan tetapi

ruang sakura juga memiliki peluang,sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada.

121
8 Plant OP Action (POA)

Masalah Program Kegiatan Tujuan Sasarana Rujukan TGL PJ


10 11 12
Kurang 1 Menentukan 1 Menentukan tim Mengingatkan Karu, perawat 1 Ronde Rohman,
optimalny kasus pasien ronde kembali ruang sakura keperawatan yulia,
a untuk 2 Mempersiapkan pelaksanaan dan pasien adalah fuji,
pelaksana pelaksanaan literatur ronde kegiatan yang anike,
an ronde ronde 3 Membuat proposal keperawatan bertujuan agus, lilis
keperawat 2 Melaksanakan 4 Mempersiapkan untuk
an ronde secara informed concent mengatasi
roleplay 5 Pelaksanaan ronde masalah
keperawatan secara keperawatan
roleplay pasien yang
dilaksanakan
oleh perawat
selain
melibatkan
pasien untuk
membahas
dan
melaksanakan
asuhan
keperawatan(
Nursalam
2015 )
2 Ronde

122
keperawatan
merupakan
proses
interaksi
antara
pengajar dan
perawat atau
siswa perawat
dimana terjadi
proses
pembelajaran.
Ronde
keperawatan
dilakukan
oleh teacher
nurse atau
head nurse
dengan
anggota
stafnya atau
siswa untuk
pemahaman
yang jelas
tentang
penyakit dan
efek
perawatan
untuk setiap

123
pasien (Saleh,
2012)
3 Menurut
Nursalam
(2015), tujuan
dari ronde
keperawatan
yaitu salah
satunya
menumbuhka
n cara berfikir
secara kritis.
Belum 1. Mempersiapka 1. Meningka Perawat, 1. Terapi dekapan Ami,
1. Menentukan
optimalny n literatur tkan keluarga atau disebut Feggy,
masalah
a review kenyaman pasien, pasien juga dengan Linda,
dalam
pelaksana 2. Menyusun an anak terapi Made,
atraumatic
an proposal ketika memegang Yanti,
care
traumatic 3. Membuat diberikan (comfort Firman
care di 2. Melakukan media edukasi tindakana holding),
ruangan kajian 4. Pelaksanaan n clinical holding
anak literature traumatic care 2. Menguran atau imobilisasi
sakura, review oleh gi merupakan
khususnya mahasiswa tindakan tindakan untuk
3. Membuat
dalam kepada pasien traumatic membatasi
media
pemberian dan keluarga pada anak gerakan anak
edukasi
tindakan pasien ketika (Brenner,

124
guna diberikan Parahoo, &
4. Melaksanaka
meningkat tindakan Taggarat,
n tindakan
kan 3. Optimalisi 2007).
atraumatic
kenyaman asi Family 2. Terapi dekapan
care
an anak center merupakan
ketika care penggunaan
diberikan posisi yang
tindakan nyaman, aman,
dan temporer
yang
memberikan
kontak fisik
yang erat
dengan orang
tua atau
pengasuh
(Hockenberry
& Wilson,
2009).
3. Terapi dekapan
meningkatkan
rasa nyaman
dan
meminimalkan
dampak

125
perpisahan
dengan orang
tua sehingga
dapat
mengurangi
distres yang
timbul akibat
hospitalisasi
(Giese, 2010).
4. Menurut
Lestari (2013)
menyebutkan
bahwa ada
pengaruh
dekapan
keluarga dan
pemberian
posisi duduk
terhadap distres
anak yang
dilakukan
pemasangan
infus. Hasil
penelitian
menunjukkan

126
rata-rata skor
distres pada
anak yang
diberi
dekapan
keluarga saat
pemasangan
infus sebesar
2,30 dan rata-
rata skor
distres pada
anak yang
tidak diberi
dekapan
keluarga saat
pemasangan
infus sebesar
3,25..

BAB IV
LAPORAN IMPLEMENTASI & EVALUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

127
1. Implementasi dan Evaluasi
A. Pelaksanaan Kegiatan (Implementasi)
Tahap implementasi merupakan kegiatan penyelesaian masalah sesuai dengan prioritas masalah yang telah disepakati pada saat
diskusi seminar awal disaksikan langsung oleh kepala ruangan perawatan serta disetujui oleh pembimbing akademik.
Adapun hasil pelaksanaan kegiatan yang telah kami lakukan dari tanggal 10-12 Mei 2022 yaitu :

NO IMPLEMENTASI TGL & JAM PELAKSANAAN PJ KEGIATAN

KEGIATAN IMPLEMENTASI

1 Melakukan roleplay 10-12 Mei 2022 1 Menentukan tim ronde Rohman

ronde keperawatan 2 Mempersiapkan literatur


3 Membuat proposal
4 Mempersiapkan informed concent
5 Pelaksanaan ronde keperawatan secara roleplay oleh
mahasiswa
6 https://drive.google.com/file/d/1-
D_bVDOq0Q6vMLVo4_9wq5najRrLbewU/view?
usp=sharing

128
2 Atraumatic care 10-12 Mei 2022 1 Mempersiapkan literatur review Ami, Linda, Feggy,
2 Menyusun proposal Made, Yanti, Firman
3 Membuat media edukasi
https://drive.google.com/drive/folders/
1ApUlwb_zZLFExpxZM0mmu7llPW7GbDI4?usp=sharing
4 Pelaksanaan traumatic care oleh mahasiswa kepada
pasien dan keluarga pasien

129
B. Evaluasi kegiatan

No Evaluasi Kendala Rencana Tindakan Selanjutnya

Pembuatan video membutuhkan waktu Diharapkan ruangan sakura untuk


1 Pelaksanaan ronde keperawtan dalam
dan ketelitian kedepanya bisa menerapkan ronde
bentuk video akan lebih mudah diakses
keperawatan serta menjalankan proses
oleh siapapun dan dimanapun, sehingga
ronde keperawatan sehingga perawat
mempermudah dalam proses pemberian
bisa lebih berfikir kritis mengenai
informasi tentang ronde keperawatan
permasalahan yang di alami pasien

2 Pelaksanaan atraumatic care dengan Memerlukan proses dan waktu yang Diharapkan ruangan sakura untuk

pembuatan video sebagai media edukasi cukup lama untuk melakukan kajian kedepannya bisa menggunakan video

dalam meningkatkan tingkat kenyamanan literature review terlebih dahulu dan edukasi therapi dekapan guna

anak ketika dilakukan/diberikan tindakan. kemampuan ahli dalam bidang editing meningkatkan tingkat kenyamanan

Selain itu penggunaan video sebagai video untuk pembuatan video sebagai anak dan mengurangi trauma pada

media edukasi meningkatkan daya tarik media edukasi anak dengan meningkatkan

dan minat seseorang untuk melihat dan pengetahuan kepada keluarga pasien

130
meningkatkan pengetahuan. sehingga meningkatkan kenyamanan

dan mengurangi traumatic pada anak

ketika dilakukan/diberikan tindakan

selama hospitalisasi

131
Lampiran

jumlah tenaga keperawatan di ruang SAKURA RSUD Kota Bandung sebagai berikut :
N Nama/ L Usia Pendidikan Jabatan Masa kerja Status Pelatihan Karir
o Inisial /
p
1 E p 43 S1 Karu RSUD 18thn PNS Btcls,CI PK III
Kep.Ners
2 SSR p 32 S1 Perawat RSIA limijati P3K Btcls PKII
Kep.Ners pelaksana 1thn & RSUD
8thn
3 Ria p 31 S1 kep Perawat RSUD 7thn BLUD Btcls PKII
oktavia pelaksana
ni
4 Yunita p 37 DIII Kep Ketua RS siloman PNS PI dasar PKIII
tim kebon jeruk Pelatihan
10bln CI
RSUD 12thn
5 P p 35 S1 Perawat RSUD 7thn P3K PPI PKII
Kep.Ners pelaksana
6 Rema p 32 DIII Kep Perawat RSUD 7thn BLUD Btcls PKII
pelaksana
7 N p 28 DIII Kep Perawat RSUD 7thn BLUD Btcls PKII
pelaksana
8 Ati p 44 S1 Perawat 25thn Sukwan Belum PKI
garma Kep.Ners pelaksana
wati
9 FS p 28 DIII Kep PA Puskesmas PNS Belum PKI
pagarsih 2thn
RSUD 2thn
10 CCM p 31 S1 Perawat 8thn P3K Pernah PKII
Kep.Ners pelaksana
11 A L 32 DIII Kep Perawat RS pindad BLUD Perawatan PKII
pelaksana 1thn luka
RSUD 6thn modern
12 A p 31 S1 Perawat RSUD 6thn BLUD Btcls PKII
Kep.Ners pelaksana
13 Ratna p 30 DIII Kep Perawat RS atma jaya BLUD Btcls PKII
pelaksana Jakarta 2thn
2bln
RSUD 6thn
14 Delia p 23 DIII Kep Perawat RSUD 8bln Sukwan Belum Belum
pelaksana
15 Rani p 24 S1 Perawat RSUD 7bln Sukwan Belum Belum
Kep.Ners pelaksana
16 S p 24 S1 Perawat RSUD 7bln Sukwan Btcls Belum
Kep.Ners pelaksana
17 Dadang L 41 S1 Perawat RSUD Ciamis PNS Peernah PKIV
M Kep.Ners pelaksana 20thn
RUD 4thn

18 AK p 42 S1 kep Ka tim RS DWI PNS PPGD CI PKIII


KARWANG
2,5thn
RSUD 22th

132
Motivasi
Responde Skor Kategori
n
1. Baik
37
2. Rendah
27
3. Rendah
29
4. Baik
40
5. Baik
34
6. Baik
36
7. Rendah
28
8. Rendah
28
9. Rendah
28
10. Cukup
32
11. Rendah
26
12. Baik
35
13. Baik
38
14. Baik
41
15. Rendah
28
16. Baik
33
17. Rendah
31
18. Baik
33

Beban kerja
Responden Skor Kategori
1. Ringan
46
2. Tinggi
51
3. Ringan
45
4. Tinggi
51
5. Ringan
46
6. Ringan
42
7. Sedang
47
8. Ringan
46
133
9. Tinggi
49
10. Ringan
44
11. Ringan
46
12. Sedang
47
13. Tinggi
51
14. Tinggi
53
15. Sedang
47
16. Ringan
45
17. Ringan
46
18. Tinggi
51

PEDOMAN WAWANCARA MONEY

1. Bagaimana sistem penggajian di Ruang Sakura untuk PNS, P3K, BLUD dan Sukwan?

2. Bagaimana kriteria pemberian tunjangan terhadap para pegawai di Ruang Sakura?

3. Apa saja yang diperoleh tenaga PNS,P3K,BLUD dan Sukwan selain gaji?

4. Bagaimana bila ada perawat yang ingin mengikuti pelatihan atau seminar di biayai oleh rumah sakit
atau dengan dana sendiri?

5. Apabila terjadi kerusakan pada alat-alat yang ada di Ruang Sakura minta perbaikan pada pihak mana
dan siapa yang akan bertanggung jawab dalam perbaikan alat tersebut?

6. Bagaimana alur pembayaran untuk pasien umum? Apakah mesti bayar pertindakan atau setelah
tindakan?

7. Berapa biaya tarif pasien umum untuk kelas 2 dan 3 baik untuk tarif ruangan, tarif dokter, tarif
pelayanan ataupun tarif keperawatan ?

8. Apakah di Ruang Sakura ada anggaran untuk BHP( Bahan Habis Pakai) ? jika ada apa saja BHP
yang diperlukan? berapa bulan sekali untuk penganggaran BHP tersebut?

9. Bagaimana untuk penganggaran ATK ( Alat Tulis Kantor) ? berapa bulan sekali untuk penganggaran
BHP tersebut? Bagaimana alur penganggaran BHP tersebut?

134
10. Bagaimana alur pengajuan anggaran di ruang sakura untuk pembelian barang?

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 24 TAHUN 2016

RUANG RAWAT INAP


1. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman, dan nyaman.
2. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruang penunjang
pelayanan lainnya.
3. Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus dipisahkan berdasarkan
jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit.

NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN

135
1. Ruangan Perawatan  Ukuran ruangan rawat Jumlah tempat tidur
inap
tergantung kelas perawatan dan menyesuaikan
jumlah tempat tidur. dengan klasifikasi
 Jarak antar tempat tidur 2,4 m RS
atau antar tepi tempat tidur dan kajian
minimal 1,5 m. kebutuhan
 Bahan bangunan yang digunakan pelayanan
tidak boleh memiliki tingkat
porositas yang tinggi.
 Antar tempat tidur yang dibatasi
oleh tirai maka rel harus
dibenamkan/ menempel di
plafon, dan sebaiknya bahan tirai
non porosif.
 Setiap tempat tidur
disediakan minimal 2 (dua) kotak
kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengamanan arus.
 Harus disediakan outlet oksigen.

136
NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN

 Ruangan harus dijamin terjadinya


pertukaran udara baik alami
maupun mekanik. Untuk ventilasi
mekanik minimal total pertukaran
udara 6 kali per jam, untuk
ventilasi alami harus lebih dari
nilai tersebut.
 Ruangan perawatan pasien harus
memiliki bukaan jendela yang
aman untuk kebutuhan
pencahayaan dan ventilasi alami.
 Ruangan harus
mengoptimalkan pencahayaan
alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya
250 lux untuk
penerangan, dan 50 lux
untuk tidur.
 Ruang perawatan harus
menyediakan nurse call untuk
masing-masing tempat tidur yang
terhubung ke pos perawat (nurse
station).
 Di setiap ruangan perawatan
harus disediakan kamar mandi.
Kamar mandi ini mengikuti
persyaratan kamar
mandi aksesibilitas.

2. Ruangan Laktasi Mengikuti persyaratan ruang Ruangan ini


laktasi seperti pada penjelasan khusus
sebelumnya. disediakan di
ruang

137
NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN

Perawatan
kebidanan.
3. Ruangan Pos  Luas ruangan pos perawat
Perawat (Nurse minimal 8 m2 atau 3-5 m2 per
Station) perawat, disesuaikan dengan
kebutuhan. Satu pos perawat
melayani maksimal 25 tempat
tidur.
 Luas ruangan harus dapat
mengakomodir lemari arsip dan
lemari obat.
 Disediakan instalasi untuk alat
komunikasi.
 Disediakan fasilitas desinfeksi
tangan (handsrub).
 Ruangan harus
mengoptimalkan pencahayaan
alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya
200 lux
untuk penerangan.
4. Ruangan Umum RS Kelas C dan
Konsultasi D dapat
bergabung
dengan ruangan
pos
perawat
5. Ruangan  Luas ruangan per tempat tidur Jumlah ruangan
Tindakan resusitasi 12-20 m2. tindakan
menyesuaikan
 Bahan bangunan yang digunakan
dengan kajian
tidak boleh memiliki tingkat
kebutuhan
porositas yang tinggi.
kapasitas

138
NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN

 Setiap tempat tidur pelayanan.


disediakan minimal 5 (lima)
kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/
sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.
 Harus disediakan outlet gas
medik yang terdiri dari oksigen,
udara tekan medik dan vakum
medik.
 Ruangan harus dijamin terjadinya
pertukaran udara baik alami
maupun mekanik dengan total
pertukaran udara minimal 15
kali per jam.
 Ruangan harus
mengoptimalkan pencahayaan
alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 300 lux.

6. Ruangan Dokter Umum RS Kelas D


Jaga ruangan ini
dapat terpusat.
7. Ruangan Kepala Umum RS Kelas D
Rawat Inap ruangan ini
dapat terpusat.
8. Ruangan Linen  Disediakan lemari atau rak. RS Kelas C dan
Bersih D ruangan ini
dapat digabung
9. Gudang Bersih Umum
10. Gudang Kotor  Dilengkapi dengan sloop sink
(Spoolhoek/Dirty dan service sink.
Utility)

139
NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN

 Letak ruang spoolhoek berada di


area servis.
 Persyaratan ventilasi udara :
- Tekanan udara dalam
ruangan negatif.
- Total pertukaran volume
udara min. 10 kali per jam.
11. KM/WC (Toilet)  Toilet petugas mengikuti
persyaratan toilet umum (lihat
poin di atas).
 Satu toilet melayani satu ruangan
perawatan.
 Toilet di ruangan rawat inap
harus aksesibel untuk pasien
(Persyaratan tentang toilet
akesibel melihat poin di atas) dan
tersedia tombol panggil
bantuan perawat
12. Dapur Kecil  Dilengkapi dengan sink dan meja Ruangan ini
(Pantry) pantri. dapat terpusat di
 Dilengkapi meja dan kursi RS
makan sesuai dengan
kebutuhan.
13. Janitor/ Ruang Umum Untuk RS kelas
Petugas Kebersihan D, ruangan ini
dapat terpusat
di RS
14. Ruangan  Ukuran ruangan perawatan Untuk RS kelas C
Perawatan Isolasi isolasi minimal 3x4 m2. dan D,
ada/tidak ruangan
 Satu ruangan untuk satu
ini
tempat tidur.
disesuaikan
kajian kebutuhan

140
NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN

 Bahan bangunan yang digunakan pelayanan.


tidak boleh memiliki tingkat
porositas yang tinggi.
 Setiap ruangan disediakan
minimal 2 (dua) kotak kontak
dan tidak boleh ada percabangan/
sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.
 Harus disediakan outlet oksigen
dan vakum medik.
 Disediakan toilet pasien.
 Dilengkapi wastafel pada
ruangan antara.
 Persyaratan ventilasi udara
sebagai berikut :
- Ruangan bertekanan lebih
negatif dari ruangan
disebelahnya.
- Ruangan harus dijamin
terjadinya pertukaran
udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi
mekanik minimal total
pertukaran udara 6
kali/jam.
- Dilengkapi ruangan antara
(airlock) jenis sink, dimana
airlock bertekanan lebih
negatif dibandingkan
ruangan-ruangan disebelahnya.

141
NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN

 Ruangan harus
mengoptimalkan pencahayaan
alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya
200 lux untuk
penerangan, dan 50 lux
untuk tidur.
 Ruang perawatan isolasi harus
menyediakan nurse call yang
terhubung ke pos
perawat (nurse station).

Keterangan : Kebutuhan ruangan di ruang rawat inap disesuaikan


dengan jenis dan kebutuhan pelayanan serta ketersediaan SDM di
Rumah Sakit.

LAMPIRAN
INSTRUMEN KUESIONER
INSTRUMEN KEPUASAN PASEN TERHADAP PELAYANAN
KEPERAWATAN DI RUANG SAKURA RSUD KOTA BANDUNG
Petunjuk pengisian
Berilah tanda “  “ pada kolom “ya” dan “tidak” dengan jawaban anda
Beri tanda “-“ jika anda dapat jawabannya
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
Ya Tidak
1 Perawat memperkenalkan diri
pada anda ?
2 Dalam melayani anda perawat
bersikap sopan dan ramah ?
3 Perawat menjelaskan peraturan
atau tatatertib rumah sakit pada
waktu pertama kali
4 Perawat menjelaskan dimana
tempat yang penting untuk

142
kelancaran perawatan ? (kamar
mandi, ruang perawat dll )
5 Adakah perawat atau kepala
ruangan yang menunjukan pada
anda tentang perawat yang
bertanggung jawab pada anda ?
6 Apakah perawat
memperhatikan keluhan anda ?
7 apakah selama pasien dalam
perawatan, perawat memanggil
nama pasien dengan benar ?
8 Sealama pasien dalam
perawatan apakah perawat sip
pagi mengawasi keadaan pasien
secara teratur ?
Sealama pasien dalam
9 perawatan apakah perawat sip
siang mengawasi keadaan
pasien secara teratur ?
10 Sealama pasien dalam
perawatan apakah perawat sip
malam mengawasi keadaan
pasien secara teratur ?
11 Selama pasien dalam perawatan
apakah perawat segera
memberi
bantuan bila diperlukan ?
12 Apakah perawat minta
persetujuan kepada anda atau
keluarga sebelum melakukan
tindakan ?
13 Apakah perawat menjelaskan
tindakan keperawatan yang
akan di berikan dan pengobatan
nya ?
14 Apakah perawat menanggapi
keluhan anda ?
15 Apakah setiap melakukan
tindakan kepada anda perawat
menutup korden atau
sampiran ?
16 Apakah perawat memberikan
keterangan penyakit pada anda
dengan lengkap dan jelas ?
17 Apkah perawat selalu
memantau kegiatan anda secara

143
rutin ?
18 Apakah perawat melakukan
tindakan perawatan dengan
terampil dan percaya diri ?
19 Dalam hal memberikan obat
apakah perawat membantu
menyiapkan atau meminumkan
obat ?
20 Pad saat pasien di pasang infus
apakah perawat memeriksa
cairan /tetesan nya dan area
sekitar pemasangan jarum infus
?
21 Apakah fasilitas ruangan sudah
memadai ?
22 Apakah anda merasa nyaman
dirawat di ruangan ini ?
23 Bila pasien diperbolehkan
pulang apakah perawat
memberikan penjelasan tentang
perawatan dan pengobatan
dirumah serta pemeriksaan
lanjutan ( control ) ?
24 Apakah kebersihan lingkungan
ini cukup ?

144
Ronde Keperawatan

Atraumatic care

145
146

Anda mungkin juga menyukai