Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN : NYERI

Disusun Oleh :
BERLIANA AJENG NURAINI
SN221024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN : NYERI

A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar : Nyeri

1. Pengertian Kenyamanan dan Nyeri

Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera

atau nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial. Kenyamanan menurut

(Keliat, Windarwati, Pawirowiyono, & Subu, 2015) dapat dibagi menjadi tiga

yaitu:

a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara

fisik.

b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa

nyaman yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya

c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa

nyaman dengan situasi sosialnya.

Nyeri adalah kondisi yang dapat menggangu kenyamanan seseorang,

nyeri merupakan suatu hal yang kompleks serta banyak mediator kimia yang

terlibat dan cenderung bersifat sinergis. Nyeri dapat dihasilkan dari aktifitas

langsung ujung saraf bebas, atau juga dapat menjadi lebih sensitive, membuat

lebih rentan terhadap aktifitas nosiseptif dan menyebabkan nyeri lebih cepat

(black dan hawks, 2014).


2. Anatomi Nyeri

a. Peripheral nerve

b. C-fiber

c. A-beta fiber

d. A-delta fiber

e. Dorsal root ganglion

f. Descending pathway

g. Dorsal horn

h. Spinal cord

i. Ascending pathway

j. Brain

(Bahrudin, 2017)

3. Fisiologi Nyeri

Sensasi nyeri merupakan fenomena yang kompleks melibatkan

sekuens kejadian fisiologis pada sistem saraf. Kejadian ini meliputi tranduksi,

transmisi, persepsi dan modulasi (Kyle, 2015).

a. Transduksi

Serabut perifer yang memanjang dari berbagai lokasi di medula

spinalis dan seluruh jaringan tubuh, seperti kulit, sendi, tulang dan

membran yang menutupi membran internal. Di ujung serabut ini ada

reseptor khusus, disebut nosiseptor yang menjadi aktif ketika mereka


terpajan dengan stimuli berbahaya, seperti bahan kimia mekanis atau

termal. Stimuli mekanis dapat berupa tekanan yang intens pada area

dengan kontraksi otot yang kuat, atau tekanan ektensif akibat peregangan

otot berlebihan.

b. Transmisi

Kornu dorsal medulla spinalis berisi serabut interneuronal atau

interkoneksi. Serabut berdiameter besar lebih cepat membawa nosiseptif

atau tanda nyeri. Serabut besar ketika terstimulasi, menutup gerbang atau

jaras ke otak, dengan demikian menghambat atau memblok transmisi

inmplus nyeri, sehingga implus tidak mencapai otak tempat implus

diinterpretasikan sebagai nyeri.

c. Persepsi

Ketika kornul dorsal medula spinalis, serabut saraf dibagi dan

kemudian melintasi sisi yang berlawanan dan naik ke hippotalamus.

Thalamus merespon secara tepat dan mengirimkan pesan korteks

somatesensori otak, tempat inpuls menginterpretasikan sebagai sensasi

fisik nyeri. Inpuls dibawa oleh serbit delta-A yang cepat mengarah ke

persepsi tajam, nyeri lokal menikam yang biasanya juga melibatkan

respons reflek meninggalkan dari stimulus. Inplus dibawa oleh serabut C

lambat yang menyebabkan persepsi nyeri yang menyebar, tumpul,

terbakar atau nyeri yang sakit.


4. Pathway

Faktor Presipitasi
(Agen cedera, agen cedera biologis, agen cedera kimiawi, agen pencedera,
dilatasi serviks, eksblusi fetal)
5. Etiologi

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik,

thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi),

gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir

adalah trauma psikologis (Handayani, 2015)

a. Agen pencedera fisiologis: (Inflamasi, iskemia, neoplasma).

b. Agen pencedera kimiawi: (terbakar, bahan kimia iritan)

c. Agen pencedera fisik: (abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

(PPNI, 2016).

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Black dan Hawks, (2014)

yaitu:

a. Persepsi nyeri, atau interprestasi nyeri, merupakan komponen

penting dalam pengalaman nyeri. Oleh karena itu kita menerima

dan menginterprestasikan nyeri berdasarkan pengalaman individual

kita masing-masing, nyeri juga dirasakan berbeda pada setiap

individu. Persepsi nyeri tidak hanya bergantung dari derajat

kerusakan fisik. Baik stimulus fisik maupun faktor psikososial

dapat mempengaruhi kita akan nyeri.


b. Faktor sosio budaya

Ras, budaya dan etnik merupakan faktor penting dalam respon

individu terhadap nyeri. Faktor-fdaktor ini mempengaruhi seluruh

respon sensori, termasuk respon terhadap nyeri.

c. Usia

Usia dapat mengubah persepsi dan pengalaman nyeri. Individu

dewasa mungkin tidak melaporkan adanya nyeri karena takut

bahwa hal tersebut mengindikasikan diagnosis yang buruk. Nyeri

juga dapat berarti kelemahan, kegagalan, atau kehilangan kontrol

bagi orang dewasa.

d. Jenis kelamin

Jenis kelamin menjadi faktor yang signifikan dalam proses nyeri,

pria lebih jarang melaporkan nyeri dibandingkan dengan wanita.

Hal ini bukan karena pria jarang merasakan nyeri, tetapi mereka

jarang sekali memperlihatkan itu.

e. Arti nyeri

Arti nyeri bagi seseorang mempengaruhi respon mereka terhadap

nyeri. Jika penyebab nyeri diketahui, individu mungkin dapat

mengintrepetasikan arti nyeri dan bereaksi lebih baik terkait

dengan pengalaman tersebut. Jika penyebabnya tidak diketahui

maka akan mempengaruhi psikologis (ketakukutan dan

kecemasan).
f. Anestesi

Tingkat anestesi yang dialami klien mungkin mempengaruhi

respon terhadap nyeri. Anastesi meningkatkan persepsi nyeri.

Anestesi nsering dikaitkan dengan pengertian atas nyeri jika

penyebab nyeri tidak dapat diketahui, ansatesi cenderung lebih

tinggi dan nyeri semakin memburuk.

g. Pengalaman sebelumnya mengenai nyeri

Individu yang mempunyai pengalaman yang negatif dengan nyeri

pada masa kanak-kanak dapat memiliki kesulitan untuk mengelola

nyeri. Walaupun dampak dari pengalaman dari pengalaman

sebelumnya tidak dapat diprediksikan.

h. Harapan dan efek placebo

Harapan klien mempengaruhi persepsi terhadap nyeri dan

efektifitas intervensi untuk mengurangi atau meredakan nyeri.

Tingkat keparahan nyeri yang dialami, sebagai tambahan selain

kualitas emosional dan kognitif yang dihasilkan oleh pengalaman,

dipengaruhi oleh harapan klien. Harapan positif menghasilkan hasil

yang positif. Harapan negatif cenderung menghasilkan hasil yang

negatif.

7. Batasan Karakteristik
a. Mengkomunikasikan descriptor nyeri (misalnya rasa tidak aman

nyaman, mual, kram otot)

b. Menyeringai

c. Rentang perhatian terbatas

d. Pucat

e. Menarik diri

f. Depresi

g. Keletihan

h. Takut kembali cidera

i. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya

j. Anoreksia

k. Perubahan pola tidur

l. Wajah topeng

m. Perilaku melindungi

n. Iritabilitas

o. Perilaku protektif yang dapat diamati

p. Penurunan interaksi dengan orang lain

q. Gelisah

r. Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan

posisi tubuh)

s. Perubahan berat badan


8. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut (D.0077)

Penyebab : Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,

neoplasma), Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia

iritan), Agen pencedera fisik (mis. Abses, trauma, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat,prosedur operasi,trauma, latihan fisik

berlebihan

b) Gangguan Pola Tidur (D.0055)

Penyebab : Hambatan lingkungan (mis. Kelembaban lingkungan

sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tak sedap,

jadwal pemantauan,/pemeriksaan/tindakan), kurang control tidur,

kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar

dengan peralatan tidur.

8. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan

Keperawatan Hasil

1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I. 08238)

(D.0077) (L.08066) Observasi

Penyebab :  Keluhan nyeri  lokasi, karakteristik, durasi,

9. Agen menurun frekuensi, kualitas,

pencedera  Kesulitan tidur intensitas nyeri

fisiologis (mis. menurun  Identifikasi skala nyeri

Inflamasi,  Ketegangan  Identifikasi respon nyeri


iskemia, otot menurun non verbal

neoplasma)  Mual menurun  Identifikasi faktor yang

10. Agen  Pola napas memperberat dan

pencedera membaik memperingan nyeri

kimiawi (mis.  Fokus  Identifikasi pengetahuan

Terbakar, membaik dan keyakinan tentang nyeri

bahan kimia  Nafsu makan  Identifikasi pengaruh

iritan) membaik budaya terhadap respon

11. Agen  Pola tidur nyeri

pencedera fisik membaik  Identifikasi pengaruh nyeri

(mis. Abses, pada kualitas hidup

trauma,  Monitor keberhasilan terapi


amputasi, komplementer yang sudah
terbakar, diberikan
terpotong,  Monitor efek samping
mengangkat penggunaan analgetic
berat,prosedur Terapeutik
operasi,trauma,
 Berikan teknik
latihan fisik
nonfarmakologis untuk
berlebihan
mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hypnosis, akupresur,

terapi musik, biofeedback,

terapi pijat, aroma terapi,


teknik imajinasi terbimbing,

kompres hangat/dingin,

terapi bermain)

 Control lingkungan yang

memperberat rasa nyeri

(mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

 Fasilitasi istirahat dan tidur

 Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam

pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode,

dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan

nyeri

 Anjurkan memonitor nyri

secara mandiri

 Anjurkan menggunakan

analgetik secara tepat

 Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu.

2 Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I.09265)


Tidur (D. 0055) tindakan
 Identifikasi pola aktivitas
Definisi : keperawatan
dan tidur
Gangguan selama 3 x 24 jam
kualitas dan diharapkan pola  Identifikasi faktor
kuantitas waktu tidur membaik
pengganggu tidur (fisik
tidur akibat faktor dengan kriteria
eksternal. hasil: dan/atau psikologis)

Pola Tidur  Modifikasi lingkungan


(L.05045)
(mis. Pencahayaan,
 Keluhan sulit
tidur menurun kebisingan, suhu)

 Keluhan pola  Tetapkan jadwal tidur rutin


tidur berubah
 Jelaskan pentingnya tidur
menurun
 Keluhan selama sakit

istirahattidak  Anjurkan menghindari


cukup menurun
makanan/minuman yang

mengganggu tidur

 Anjurkan relaksasi otot

autogenik atau cara

nonfarmakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, Mochamad ;. (2017). Patofisiologi NyerI (PAIN). e-Journal UMM,

XIII(1), 7-13

Black and Hawks. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.

Buku 1.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Handayani, S. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Pasien

post Sectio Caesarea di RSUD Moewardi. Skripsi. STIKES Kesuma

Husada. Surakarta.

Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda

International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-

2017 Edisi 10. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (edisi 10).

Jakarta: EGC.

Kyle, T & Carman, S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta :

EGC. Copyright © 2013 Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams

& Wilkins

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai