Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEMINAR PENDIDIKAN ISLAM


EKSISTENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM DI
KEHIDUPAN REMAJA ERA MILENIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar


Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing :

Dr. H. Mulyana Abdullah, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Yudhistyra Nugraha 1900503


M. Faishal Nugraha 1900578
Rioga Yahya Putra Lelana 1901359
M. Rofi Alprijan 1905207
Alien Abdillah 1908758

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
EKSISTENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM DI
KEHIDUPAN REMAJA ERA MILENIAL

Yudhistyra Nugraha(1)*, Muhammad Faishal Nugraha(2), Alien Abdillah(3),


Muhammad Rofi Alprijan(4), Rioga Yahya Putra Lelana(5)

Correspondence author : Dr. H. Mulyana Abdullah, M.Pd.I

Jurusan Arsitektur, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia


*E-mail: yudhistyranugraha@upi.edu

Abstract. This research is literature research with a qualitative-analytical


descriptive approach to analyzing and processing data. There are at least two
factors underlying Islamic education in the millennial era. First, the goodness of
teaching and secondly the need for human resources that require development in
all fields. The purpose of writing this article is to elaborate the paradigm of Islamic
religious education. Although there are various definitions of education expressed
by some experts, but in the initial conclusion, education is a process of preparing
the younger generation to live life and fulfill their life goals more effectively and
efficiently. The paradigm is in harmony with the objectives of Islamic standards as
an effort to change the behavior of a good person from bad to better. In the midst
of the improvement of the system of educational institutions, we must admit that
many critics of education who regret the deviation of educational goals aimed at
optimizing the potential of humans.

Keywords: Education, Islam, Millennials

Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif


kualitatif-analitik untuk menganalisis dan mengolah data. Setidaknya ada dua
faktor yang mendasari pendidikan Islam di era milenial. Pertama, kebaikan
pengajaran dan kedua kebutuhan sumber daya manusia yang membutuhkan
pengembangan di semua bidang. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengelaborasi
paradigma pendidikan agama Islam. Meskipun terdapat berbagai macam definisi
pendidikan yang diungkapkan oleh beberapa pakar, namun secara kesimpulan awal,
pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Paradigma itu selaras dengan tujuan yang berstandar islami sebagai upaya
mengadakan perubahan perilaku seseorang baik dari buruk menjadi lebih baik.
Ditengah perbaikan sistem lembaga pendidikan, harus kita akui banyak kritikus
pendidikan yang menyayangkan adanya penyimpangan tujuan pendidikan yang
bertujuan mengoptimalkan potensi yang dimiliki manusia.

Kata Kunci: Pendidikan, Islam, Milenial


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita hidup di zaman yang semakin kompleks. Zaman yang hampir semua
serba digital. Semua orang dituntut untuk menguasai zaman dan berpartisipasi di
dalamnya dengan cara tidak gagap pada teknologi. Akan tetapi, setiap
perkembangan zaman akan menjadi sebuah tantangan bagi pendidikan. Dimana
pendidikan harus mampu menyelaraskan dengan kemajuan-kemajuan yang ada. Era
revolusi industri 4.0 benar-benar membuat semua lembaga pendidikan berpikir
berkalikali untuk menjaga eksistensinya sehingga tidak tenggelam tertelan zaman.
Begitupun dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam di era revolusi industri 4.0
ini bukan hanya bisa menyajikan materi-materi agama saja dengan kitab-kitab
klasiknya akan tetapi juga harus mampu menyertakan teknologi di dalamnya
sebagai sarana yang menunjang proses pembelajaran.

Pendidikan Islam di era revolusi industri 4.0 harus mampu menjadi pusat
sentral sebuah pendidikan yang bisa memikat mata setiap orang dan menghilangkan
perspektif orang bahwa pendidikan Islam cenderung kuno atau tradisional.
Pendidikan yang hanya berorientasi pada akhirat saja dan seolah-olah memberi
label zuhud. Bahkan banyak sekali pihak-pihak yang memberikan stigma buruk
mengenai pendidikan Islam apalagi jika itu berkaitan dengan output yang
dihasilkan. Kita semua dapat menyimpulkan bahwa setiap perubahan zaman akan
membuat semua tatanan juga berubah baik perekonomian maupun pendidikan dan
tidak ada yang bisa menjamin setiap zaman akan sama seperti zaman sebelumnya.
Pendidikan pun sama, semakin hari akan semakin kompleks dengan tuntutan
masyarakat. Apalagi kita memahami bahwa pendidikan akan dikembalikan pada
masyarakat. Oleh karena itu, kita tidak mungkin menanggalkan perubahan ini
begitu saja atau mencoba untuk menghindarinya.

Maka dari itu dalam tulisan ini penulis akan memberikan sebuah jalan atau
cara bagaimana sebuah pendidikan Islam mampu bersaing dalam era revolusi
industri 4.0 ? dan bagaimana cara menjaga eksistensi pendidikan Islam agar tidak
lenyap karena sebuah zaman?. Karena sejatinya pendidikan Islam dan agama Islam
adalah fleksibel, di mana mampu disesuaikan dengan keadaan zaman tanpa
menghilangkan koridor-koridor Tuhan. Kemudian juga perlu kita tarik garis
besarnya bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan seumur hidup sampai
seseorang itu kembali ke liang lahat. Jadi, dunia tanpa pendidikan Islam dan Islam
itu kurang bermakna karena pendidikan dan agama Islam itu telah mengatur aspek
kehidupan dengan begitu luar biasa. Mahasiswa merupakan aset bangsa yang
menjadi agen perubahan dan calon pemimpin di masa yang akan datang. Sebagai
golongan pelajar dan atau penuntut ilmu, mahasiswa perlu mendapatkan pendidikan
yang bermutu dan berkualitas baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pendidikan karakter Islam bagi kalangan mahasiswa diera milenial merupakan
salah satu alternatif pendidikan yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

Pendidikan karakter yang bertujuan untuk menghargai pentingnya nilai-


nilai moral, membentuk rasa ingin berbuat baik, dan mampu berbuat baik adalah
cita-cita yang diharapkan mampu diwujudkan di era milenial dan era perubahan
yang semakin cepat. Formulasi pendidikan karakter yang sesuai dengan keadaan
jaman saat ini dalam menghadapi perubahan dan tantangan jaman serta sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa di masa yang akan datang mutlak dibutuhkan.
Tantangan global, perubahan sosial dan budaya serta tantangan masa yang akan
datang harus dapat dibentengi dan diantisipasi dengan pendidikan yang bermutu
dan sesuai dengan nilainilai bangsa, nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai agama. Dapat
diartikan secara bebas pendidikan karakter yang efektif tidak menambahkan
program atau kumpulan program ke sekolah. Sebaliknya itu adalah transformasi
budaya dan kehidupan sekolah.

Transformasi budaya dan kehidupan sekolah ini patut digaris bawahi dan
dapat dijadikan sebagai pertanda bahwa pendidikan karakter di pondok pesantren
yang dilaksanakan selama 24 jam merupakan salah satu bentuk dari proses
pembelajaran tentang transformasi budaya dan kehidupan sekolah. Budaya sekolah
adalah perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi, pemahaman, dan harapan yang
diyakini oleh warga sekolah serta dijadikan pedoman bagi perilaku dan pemecahan
masalah internal dan eksternal yang mereka hadapi dan merupakan dasar dan
landasan bagi perubahan dalam hidup pribadi atau kelompok. Sementara itu jika
merunut pada perkembangan pendidikan era milenial adalah generasi yang
memiliki kemampuan untuk selalu menjadi kreatif, aktif dan inofatif. Aji
menambahkan pula bahwa sanya generasi milenial adalah generasi Zaman Now
yang mampu memainkan peran dan diharapkan untuk menjadi agen perubahan
bersikap terbuka terhadap berbagai pengalaman baru.
Era milenial yang ditandai dengan arus informasi yang tanpa batas dan arus
globalisasi akan memberikan dampak negatif yang ditimbulkan, karena akan
membuka masuknya budaya luar yang belum tentu sesuai dengan budaya
Indonesia. Mahasiswa sebagai generasi milenial merupakan generasi yang rentan
akan berbuat sesuatu yang kurang baik karena generasi ini mempunyai karakteristik
sebagai berikut: pertama, memiliki karakter yang berbeda tergantung dari strata
ekonomi dan keluarga. kedua, pola komunikasi yang terbuka jika dibandingkan
dengan generasi sebelumnya. ketiga, pengguna media sosial yang sangat fanatik
serta kehiupannya lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan
informasi. Keempat, terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, dan keempat,
memiliki karakter yang punya perhatian lebih terhadap kekayaan duniawi.
Perhatian yang berlebihan terhadap kekayaan merupakan sumber dari perilaku yang
kurang baik. Dalam hal ini Imam al-ghazali menyatakan bahwa perhatian
berlebihan terhadap dunia merupakan akar dari segala dosa. Hal inilah yang perlu
menjadi perhatian bagi pengelola pendidikan khususnya bagi mahasiswa umumnya
remaja di segala jenjang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi islam di kalangan
remaja masa kini
2. Bagaimana penerapan nilai-nilai islam di kalangan remaja masa kini
3. Bagaimana strategi dalam meningkatkan nilai-nilai islam di kalangan
remaja masa kini

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi islam di kalangan
remaja masa kini
2. Mengetahui penerapan nilai-nilai islam di kalangan remaja masa kini
3. Mengetahui strategi dalam meningkatkan nilai-nilai islam di kalangan
remaja masa kini.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk referensi dan
sumber bacaan bagi kalangan pelajar atau khalayak umum, mengenai eksistensi dan
implementasi pendidikan Islam di kehidupan remaja era milenial. Selain itu
penelitian ini juga dapat menjadi gambaran mengenai kondisi remaja masa kini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Perkembangan dan kemajuan sebuah bangsa ditunjukan oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan diibaratkan sebagai faktor
penentu bagi terciptanya sumber daya manusia yang kompeten dan kredibel dalam
perannya membangun bangsa. Dalam dinamika kehidupan sosial manusia dituntut
untuk terus mengaktualisasikan diri bagaimana ia mampu bersaing dan
berkompetisi dalam kehidupan global. Oleh karena itu lahirnya term yang merujuk
kepada pendidikan bahwa suatu proses pembelajaran yang dilakukan tidak ada kata
henti dan stagnan sehingga pemikiran yang memunculkan istilah pendidikan
sepanjang hayat adalah shohih dan tidak terbantahkan.
Proses pendidikan dalam skala luas akan membentuk sebuah budaya yang
mana dikemukan oleh antropolog marvin harris kebudayaan adalah implikasi dari
aspek kehidupan manusia termasuk pikiran dan tingkah laku dalam masyarakat
yang diperoleh dalam belajar hasilnya cara belajar dan tujuan belajar seperti apa
yang mendukung kemajuan, kedamaian dan keadilan. Inilah yang harus menjadi
tugas institusi dan pelaku pendidikan agar memiliki agenda dan tugas untuk
merumuskan mengarahkan pribadi – pribadi manusia sesuai dengan tujuan dan cita-
citanya (M. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan : 2018).
Kemudian merujuk kepada usaha untuk mengarahkan dan merumuskan
para remaja kearah yang lebih baik penulis melihat bahwa metode pendidikan yang
sangat menjadi perhatian bagi pendidikan di Indonesia, karena dengan beban mata
pelajaran yang sangat banyak dan kedisiplinan para remaja yang lemah dalam hal
belajar maka harus dicari solusi agar para remaja bisa menyerap dan
mengaplikasikan hasil belajar dengan cepat. Karena kerugian yang sangat besar
bagi pendidikan apabila para remaja bingung dan tidak bisa mengaplikasikan hasil
belajarnya kepada kehidupannya sehari-hari sehingga akan menimbulkan split
orientasi dan gagal dalam kehidupannya kelak.
Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang
membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan,
sehingga dapat dipahami atau diserap oleh remaja menjadi pengertian yang
fungsional terhadap tingkah lakunya. Bahkan dalam sebuah maqolah bahasa arab
yang sering terdengar A-thariqah ahammu mina-l-maddah yang mempunyai arti
metode lebih penting daripada materi, maqolah ini bukan tanpa maksud dalam
pelajaran agama Islam ini tentu menjadi acuan bahwa metode merupakan sebuah
keharusan bagi guru untuk menyampaikan bagaimana makna dan maksud dari
pembelajaran karena akan sia-sia apabila materinya bagus namun metode yang
dipakai membosankan dan bertele-tele, tentunya metode-metode yang
digunakankan sesuai dengan apa yang dicontohkan nabi Muhammad saw dan para
Sahabat (Muzayyin Arifin : 2009).
Kemudian berbicara pendidikan kita tidak akan terlepas dengan kaitannya
antara manusia dan pendidikan, manusia sebagai objek pendidikan adalah mahluk
dinamis yang akan selalu menerima dan mengalami perubahan, sehingga
pendidikanpun harus terus mengikuti dinamika perubahan pada manusia tersebut,
ada hal menarik dimana pada zaman era modern dan keterbukaan ini muncul suatu
istilah bagi mereka manusia yang lahir berdasarkan fase tahunnya, ide ini muncul
setelah perang dunia ke-2 yang mana teori ini disebut teori generasi yang dipercaya
akan mempengaruhi seseorang pada masa depan.
Yang pertama generasi baby boomer ( 1946-1964 ), generasi yang lahir
setelah perang dunia ke 2, memiliki banyak anak, mudah bergaul dan mudah
menerima dan mempunyai banyak pengalaman hidup, yang kedua adalah generasi
X ( 1965-1980 ) generasi yang lahir dengan bertipe kerja keras, mandiri, mampu
beradaptasi dan menerima perubahan, ketiga generasi Y atau disebut juga milineal
( 1981-1994 ) generasi yang sudah mengunakan sesuatu dengan teknologi, instan,
senang dengan game online, rasa penasaran yang tinggi, rasa ingin tahu dan
gandrung akan media sosial, keempat generasi Z ( 1995- 2010 ), sejak kecil sudah
biasa dengan gadget, bisa mengerjakan sesuatu dengan bersamaan seperti bermain
game dan media sosial, cenderung ingin instan dan cepat, generasi alpa ( 2011-2025
) generasi yang terdidik, mapan, suka akan kekayaan dan cenderung suka berbelanja
(Natali Yustisa : 2018).

Kemudian menurut Prof Omar Syaibani (Bukhari Omar : 2010) menyatakan


bahwa seorang pendidik perlu memperhatikan tujuh prinsip pokok metode
pendidikan Islam yaitu:
1. Mengetahui motivasi,kebutuhan dan minat remaja.
2. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan.
3. Mengetahui tahap kematangan,perkembangan, serta perubahan remaja.
4. Mengetahui perbedaan individu remaja.
5. Memperhatikan pemahaman, pengalaman,dan kebebasan berpikir.
6. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman mengembirakan bai
remaja.
7. Menegakkan uswatun hasanah.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian
pustaka yakni dengan mengkaji ulang konsep-konsep pengembangan kurikulum
dan problematikanya dari para ahli, kemudian penulis berusaha untuk membuat
sintesa dari pendapat para ahli tersebut. Penggunaan metode ini bertujuan untuk
membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk memahami konsep dan
pentingnya peran pendidikan di era modern dan tips-tips menjadi pembelajaran
masa kini.

Adapun analisisnya menggunakan analisis isi , hal ini penulis lakukan


dengan cara menganalisis secara mendalam mengenai konsep-konsep yang telah
dikemukakan para ahli. Untuk teknik keabsahan datanya peneliti menggunakan
triangulasi sumber, yakni mengkroscek beberapa sumber baik berupa buku, artikel
dan lain sebagainya yang menjadi literatur dalam penulisan artikel ini.

B. Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran penelitian merupakan remaja.
Sampel utamanya adalah remaja milenial dengan rentang usia antara 12-19 tahun
dengan jumlah responden 20 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode wawancara dengan cara pengumpulan data antara lain
menggunakan kuesioner yang dibuat melalui platform google form, kemudian
dibagikan melaui media sosial.

D. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
yaitu menganalisa data yang diperoleh dari kuisioner lalu dikaji dan memperoleh
sintesa data yang diperoleh dengan berlandaskan konsep-konsep pengembangan
kurikulum dan kajian teori dari para ahli.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis
Dari penelitian yang kami lakukan, kami menganalisis sisi eksistensi
keislaman pada kalangan remaja melalui beberapa aspek, diantaranya:
1. Apakah anda beragama Islam?
Pertanyaan pertama adalah meyakini bahwa responden beragama islam
terlebih dahulu, sebelum melanjutkan pada pertanyaan selanjutnya. Jika
di pertanyaan ini menjawab tidak maka responden otomatis gugur.
2. Apakah anda meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang maha esa?
Pertanyaan ini berkaitan dengan keyakinan atau ketauhidan terhadap
Allah SWT. Jika di pertanyaan ini menjawab tidak maka responden
otomatis gugur.
3. Dari mana anda mendapatkan pendidikan agama Islam?
Pertanyaan ini bertujuan dalam mengungkap pola pendidikan islam yang
diterima oleh remaja selama masa hidupnya. Jalur-jalur pendidikan yang
kami angkat berdasarkan fakta-fakta yang sering terjadi di lapangan,
antara lain pendidikan islam melalui keluarga, madrasah, pengajian
umum dan media daring.
4. Apa saja yang anda dapatkan dari belajar Islam?
Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kualitas sistem
pendidikan dan tentunya kualitas diri sendiri dalam menangkap ilmu
yang telah diberikan di sekolah-sekolah, pengajian, dan lain sebagainya.
5. Apakah anda memanfaatkan Teknologi untuk mempelajari ilmu Islam?
Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase remaja masa
kini yang menggunakan teknologi dengan sebagaimana mestinya atau
dalam hal positif.
6. Apakah teman sebaya anda memiliki pemahaman Islam yang baik?
Pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah responden berada di
lingkungan yang memiliki akidah yang kuat atau tidak
7. Apakah anda dan teman anda sering mengajak satu dengan yang lainnya
untuk beribadah dan beramal shalih?
Pertanyaan ini saling berkaitan dengan petanyaan pada nomor 6
8. Bagaimana kualitas diri dalam hal Ibadah dan melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan keagamaan?
Pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas diri responden
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan seperti ketepatan
waktu dalam menjalankan ibadah sholat 5 waktu, adab dan sopan santun
dalam berbicara, kegiatan kegiatan positif seperti pengajian, dan lain
sebagainya.
9. Dan bagaimana pandangan responden terhadap ilmu-ilmu Islam.
Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
responden menyakini Islam.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis yang kami peroleh maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan dan pengetahuan tentang
pendidikan pada generasi millenial, diantaranya adalah media sosial. Media sosial
mempunyai peranan penting bagi remaja. Komunikasi yang berjalan pada orang-
orang generasi millennial sangatlah lancar. Namun, bukan berarti komunikasi itu
selalu terjadi dengan tatap muka, tapi justru sebaliknya. Banyak dari kalangan
millennial melakukan semua komunikasinya melalui text messaging atau juga
chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang berisikan profil dirinya, seperti
Twitter, Facebook, hingga Line. Akun media sosial juga dapat dijadikan tempat
untuk aktualisasi diri dan ekspresi, karena apa yang ditulis tentang dirinya di situ
adalah apa yang akan semua orang baca.
Jadi, hampir semua generasi millennial dipastikan memiliki akun media
sosial sebagai tempat berkomunikasi dan berekspresi. Hal tersebut adalah suatu
problem yang perlu diperhatikan mengingat keterbatasan orang tua untuk
memonitoring apa yang didapat dari media sosial. Kecenderungan remaja era
milenial saat ini adalah lebih suka untuk membuka sesuatu yang baru dan menarik.
Ini didorong oleh keingintahuan mereka yang kuat.
Dari hasil survey, mayoritas remaja lebih menyukasi konten dakwah yang
didapat dari media sosial. Bagi remaja, pengajian dinilai memakan waktu,
membosankan, dan membingungkan. Generasi ini lebih menyukai metode dakwah
yang kekinian. Ini menjadi potensi untuk menyebarkan pendidikan agama Islam
dengan metode baru. Karena targetnya pengguna media sosial aktif, maka konten-
konten edukasi islami perlu ditampilkan di media sosial sebagai upaya
meningkatkan literasi agama pada remaja.
Metode mengajar yang umum dikenal dalam dunia pendidikan hingga
sekarang adalah metode ceramah, metode diskusi, metode eksperimen,metode
demontarsi, metode sosiodrama, metode drill, metode kelompok dan metode
proyek serta lainnya, semua metode ini bisa dipakai berdasarkan kepentingan
masing-masing, sesuai bahan yang akan diberikan harus juga berdasarkan nilai-
nilai efektif. Metode konvensional perlu namun juga perlu diiringi dengan metode
kekinian.
Millenial saat ini mempunyai pandangan yang kritis pada semua aspek,
termasuk agama. Maka implementasi dakwah komunikasi satu arah pada remaja
tidak akan berjalan dengan baik. Perlu pendalaman materi dari remaja karena serba
keingintahuannya. Ustad atau Da’i muda perlu turun dan berdialog langsung.
Karena komunikasi dua arah bagi milenial itu penting. Akan banyak timbul
pertanyaan setelah pemaparan, maka dari itu perlu diskusi yang mendalam.
Metode pendidikan Islam sebagaimana kita tahu pengertiannya yaitu cara-
cara yang digunakan dalam mengembangkan potensi remaja untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam. Dalam metode pendidikan Islam ada pendekatan khusus bagi
tercapainya tujuan pendidikan Islam itu sendiri:
1. Pendekatan Tilawah yaitu meliputi membaca ayat-ayat Allah secara
kauniyah dan kitabiyah yang mana makna terdalam dari pendekatan tilawah
adalah tadabbur,tafakkur, tadazkur, sedangkan aplikasinya adalah kegiatan-
kegiatan ilmiah,pengakajian serta lainnya.
2. Pendekatan Tazkiyah (pensucian) yaitu mensucikan diri dengan amal
ma’ruf dan nahi munkar, pendekatan ini memelihara kebersihan hati,ahlak
dan pikiran,apliaksinya adalah control sosial, memelihara din Islam dan
lainnya.
3. Pendekatan Ta’lim al-kitab dan Ta’lim al-hikmah yaitu pendekatan yang
menjelaskan tentang berpegan teguh kepada al-quran dan sunnah serta
perenungan yang mendalam tentang hikmah ayat-ayat Allah apliaksinya
adalah studi banding antar lembaga, pembelajaran al-quran dengan
berkelompok diskusi dan lainnya.
4. Pendekatan mukjizat kebesaran Allah swt yaitu pendekatan yang membawa
remaja kepada pengalaman belajar yang tidak pernah mereka
temui,sehingga rasa keingin tahuan remaja tinggi dan akan meimbulkan
sifat kritis dalam hal belajar.
5. Pendekatan Islah ( perbaikan ) yaitu pendekatan memperbaiki diri menjadi
yang lebih baik, mempunyai cita-cita yang tinggi,untuk masa depan yang
lebih baik sehingga dimasa mendatang para remaja mampu menjadi bagian
masyrakat yang berguna.
Setelah penulis memaparkan pembahasan mengenai pendidikan Islam di era
remaja, maka penulis melihat bahwa metode pendidikan Islam yang tepat
digunakan bagi generasi millennial adalah sebagai berikut:
Pertama, metode Hiwar Qurani dan Nabawi, metode ini cocok karena
generasi millennial cenderung mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dikarenakan
factor teknologi yang mudah diakses mengakibatkan generasi ini mampu berdialog
dengan satu arah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kedua, metode pendidikan perumpamaan menyamakan sesuatu dengan
sesuatu yang mana tujuan pedagogis dalam metode ini akan membawa generasi
millennial merangsang kesan dan pesan yang terkait dengan makna yang tersirat
serta mendidik akal supaya berpikir logis dan sehat,dan ini sesuai dengan sifat
generasi millennial yang biasa berpikir rasional.
Ketiga, pendidikan dengan teladan, generasi millenal perlu adanya rule
model bagi dirinya sehingga pendidikan dengan teladan ini akan mampu membawa
kesan baik dan efektif bagi mereka,.
Keempat, pendidikan dengan latihan dan pengamalan, metode ini sangat
penting karena sifat millinneal bukan hanya ingin menyaksikan saja namun mereka
mempunyai sifat ingin mencoba sehingga metode akan sangat efektif bagi mereka.
Kelima, pendidikan dengan Ibrah dan Mauizoh, metode ini adalah metode
yang sangat riskan sebetulnya karena terkesan menakuti dan hanya memberi nasihat
semata,namun poin yang diambil dari metode ini adalah bagaimana generasi
millennial cendurung kosong hatinya dan secara psikologis mereka gampang
tersentuh, oleh karena itu metode ini harus disampaikan dengan baik dan sempurna
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan Islam
masalah metode mendapatkan perhatian yang sangat besar. Alquran dan al- Hadits
sebagai sumber ajaran Islam berisi prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk yang
dapat dipahami dan diinterpretasikan menjadi konsep-konsep tentang metode,
selanjutnya tidak ada metode yang tidak bisa digunakan dalam pembelajaran,
namun lebih tepatnya apabila kita bisa melihat dan merumuskan apa metode yang
efektif bagi remaja, berkembangnya zaman dan berubahnya tingkah laku para
remaja akan menjadi bagian dinamika pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu
seyogyanya kita sebagai praktisi pendidikan harus bisa menempatkan pendidikan
pada dasar dan tujuan yang benar, yaitu dengan mengarahkan remaja kita untuk
selalu belajar sepanjang hayatnya, generasi millenial adalah generasi yang banyak
tantangan kaum muda yang diharapkan mampu meneruskan langkah masa depan
bangsa dan agama, kita pupuk kita rawat dan arahkan kepada hakikat pendidikan
Islam dengan tuntunan Quran dan Sunnah nya.

Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem Pendidikan, memiliki pengaruh


yang cukup besar untuk menyokong pembentukan karakter remaja dengan berbagai
strategi, pendekatan dan metode yang cukup dalam dan mendasar. Agar pendidikan
karakter remaja yang otentik bisa berhasil dengan baik, an-Nahlawi telah mencoba
merumuskan berbagai strategi penanaman pengetahuan dan nilai. Di antara strategi
tersebut adalah: mendidik melalui dialog Qur’ani dan Nabawi, mendidik melalui
kisah Qur’ani dan Nabawi, mendidik melalui perumapamaan, mendidik melalui
keteladanan, mendidik melalui praktek dan perbuatan, mendidik melalui ibrah dan
Mau’idzah, pendidikan melalui targhib dan tarhib.

B. Saran
Dari uraian diatas, maka saran penulis adalah dalam pendidikan Islam
masalah metode mendapatkan perhatian yang sangat besar. Alquran dan al- Hadits
sebagai sumber ajaran Islam berisi prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk yang
dapat dipahami dan diinterpretasikan menjadi konsep-konsep tentang metode,
selanjutnya tidak ada metode yang tidak bisa digunakan dalam pembelajaran,
namun lebih tepatnya apabila kita bisa melihat dan merumuskan apa metode yang
efektif bagi remaja, berkembangnya zaman dan berubahnya tingkah laku para
remaja akan menjadi bagian dinamika pendidikan itu sendiri.
REFERENSI

Ainiyah, N. (2013). Pembentukan Karakter melalui Pendidikan Agama Islam.


Jurnal Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 13(1), 25–38.
Akhsania, K. N. (2018). Pendidikan Karakter Prososial di Era Milenial dengan
Pendekatan Konseling Realitas. In Prosiding SNBK (Seminar Nasional
Bimbingan dan Konseling) (Vol. 2, Pp. 228–233).
Almasri, M. N. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia: Imlementasi dalam
Pendidikan Islam. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
19(2), 133–151.
Anwar, S. (2016). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter
Bangsa. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 157–169.
Basri, S. (2017). Konsep Pendidikan Islam dalam Membentuk Karakter Bangsa di
Era Globalisasi. Jurnal An-Nur, 5(2), 120–131.
Hidayat, A. (2018). Metode Pendidikan Islam untuk Generasi Millennial.
Fenomena: Jurnal Penelitian, 10(1), 55–76.
Husaini, A. (2010). Pendidikan Islam Membangun Manusaia Berkarakter dan
Beradab. Bogor: Insists.
Iswan, & Herwina. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter Perspektif Islam dalam
Era Millenial Ir. 4.0. In Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era
IR 4.0”. (pp. 21–42). Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Juwita, D. R. (2018). Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini di Era Millennial. At-
Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, 7(2), 282–314.
Majid, A., & Andayani, D. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nata, A. (2018). Pendidikan Islam di Era Milenial. Conciencia: Jurnal Pendidikan
Islam, 18(1), 10–28.
Rafid, R. (2018). Konsep Kepribadian Muslim Muhammad Iqbal Perspektif
Pendidikan Islam sebagai Upaya Pengembangan dan Penguatan Karakter
Generasi Milenial. JMP Online, 2(7), 711–718.
Sawaluddin. (2018). Konsep Evaluasi dalam Pembelajaran Pendidikan Islam.
Jurnal AlThariqah, 3(1), 39–53.
Wahono, M. (2018). Pendidikan Karakter: Suatu Kebutuhan Bagi Mahasiswa di
Era Milenial. Integralistik, XXIX(2), 1–8.
Wahyudi, A. (2004). Ideologi Pancasila: Doktrin yang Komperehensif atau
Konsepsi Politis. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila UGM.

Anda mungkin juga menyukai