Anda di halaman 1dari 132

LAPORAN KOMUNITAS DI RW 04 KELURAHAN

PEBATUAN KECAMATAN KULIM

KELOMPOK :

1. Arisandi, S.Kep 6. Khairun Nisya, S.Kep


2. Dewi Aqilah, S.Kep 7. Fauzan Hamid, S.Kep
3. Dewi Fitri Yanti, 8. Monalisa Asrial, S.Kep
S.Kep 9. Rica Febra Masda, S.Kep
4. Eva Andriani, S.Kep 10. Winarsi, S.Kep
5. Junita Jenni Trida
Silitonga, S.Kep

PROGRAM B PROFESI NERS


STIKES MAHARATU
PEKANBARU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keperawatan kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah pelayanan


keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat
dengan penekanan pada kelompok berisiko tinggi. Upaya pencapaian derajat
kesehatan optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang di
butuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Efendi, 2013).
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakam bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang ditunjukan
kepada masyarakat,baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Jaji 2012).
Pernyataan dari American Nurses Association (2014) yang
mendifenisikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai tindakan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan
keperawatan dan kesehatan masyarakat (Efendi,2013).
Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan
praktik untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, Ilmu social dan ilmu
kesehatan masyarakat (Kholifah & Widagdo,2016).
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan anatara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat serta mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif
dan rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu. Sarana keperawatan komunitas
di tujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu
kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan, untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga dapat mandiri dalam kesehatannya.
Praktik keperawatan komunitas yang didasarkan atas sintesa dari praktik
kesehatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam
melakukan upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan
(Mubarak, 2015).
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan professional
yang di tujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan dan rehabilitasi,
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang di butuhkan dan
melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes RI,2016).
Pada tahun 1992 dalam pertemuan The Earth Summit Rio de Janeiro
Brazil dan dilanjutkan pada tahun 2012 pada pertemuan itu yang membahas dan
mengevaluasi perkembanga sehingga terfokuskan terhadap permasalahan isu
lingkungan global sehingga terbentuk konsep The Sustainable Development
Goals (SDGs) (Bappenas, 2015).
Tujuan praktek keperawatan komunitas dapat dicapai melalui proses
keperawatan yang merupakan serangkaian tindakan untuk menetapkan,
merencanakan, dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka
membantu klien umtuk mencapai dan memelihara kesehatannya secara optimal.
Fokus praktek keperawatan komunitas adalah meningkatkan kesehatan
komunitas (upaya promotif) dan mencegah terjadinya masalah kesehatan
komunitas (upaya preventif) (Mubarak, 2019).
Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan secara
optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya. Wujud peran serta
masyarakat dapat berupa terbentuknya institusi atau lembaga atau organisasi
kemasyarakatan seperti Pusat Pelayanan Terpadu (POSYANDU), Pusat
Pembinaan Terpadu (POSBINDU), Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) bidang kesehatan; dana seperti dana sehat (Depkes
RI 2017).
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan mahasiswa Profesi
Ners STIKes Maharatu di RW 04 kelurahan Pebatuan Kecamatan kulim terhadap
200 kepala keluarga yang dilaksanakan mulai tanggal 11 sampai 18 Oktober
2021 ditemukan berbagai masalah. kesadaran masyarakat masih kurang untuk
menerapkan protocol kesehatan. Berdasarkan hasil pengkajian, masyarakat
setempat masih enggan untuk memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci
tangan. Selain itu, resiko meningkatnya angka penyakit akibat lingkungan yang
kurang diperhatikan seperti tergenangnya air di depan rumah warga dan kurang
lancarnya saluran pembuangan air, kandang ternak yang kurang terawat,
kurangnya kesadaran masyarakat untuk merawat lingkungan dan memeriksakan
kesehatannya yang memicu terjadinya penyakit DBD, asam urat, hipertensi, DM
dan lain-lain di RT 01, RT 02, RT 03 RW 04 Kecamatan kulim, defisiensi
kesehatan komunitas di RT 01 RT 02, RT 03 RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kecamatan kulim. Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah oleh
mahasiswa dan masyarakat khususnya RW 04, upaya pemecahan masalah
dilakukan bersama sama dengan masyarakat khususnya dengan pengurus RT 01,
RT 02, RT 03, di RW 04 di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kecamatan kulim.
Fenomena yang terjadi di wilayah RW 04 dusun IV saat ini adalah
masalah dalam defisiensi kesehatan komunitas dimana warga RW 04 Kelurahan
Pebatuan memilih berobat kepelayanan kesehatan (puskesmas). Berikut ini akan
diuraikan hasil pelaksanaan proses asuhan keperawatan komunitas mulai dari
hasil pengkajian sampai dengan evaluasi untuk menentukan rencana tindak lanjut
yang akan dilakukan bersama pengurus RT 01, RT 02, RT 03 di RW 04
Kelurahan Pebatuan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan komunitas di RT 01, RT
02, dan RT 03 di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kecamatan kulim.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hasil pengumpulan data masyarakatat
b. Merumuskan masalah kesehaatan dan memberikan gambaran analisa data
yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah di susun
c. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah
kesehatan yang akan di temukan dan di prioritaskan.
d. Mengimplementasi tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana tindak
lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
C. Manfaat Penulisan
1. Dinas Kesehatan
Penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi gambaran umum kondisi
kesehatan masyarakat di Pebatuan, khususnya RT 01, RT 02, RT 03, dan RT
04 di RW 04 kelurahan PebatuanKecamatan kulim sehingga dapat menjadi
bahan dalam menyusun dan mengembangkan kebijakan atau rencana..
2. Pihak Puskesmas
Laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan bahan atau data untuk menyusun
program kerja dibidang kesehatan dimasa yang akan datang.
3. Institusi Pendidikan
Laporan hasil kegiatan ini menjadi alat untuk mengembangkan program
pelaksanaan profesi keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Masyarakat
Laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam
melaksanakan setiap kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat
yang ditemukan di RT 01, RT 02, RT 03, di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kecamatan kulim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Defenisi keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara keperawatan
dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat,
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu, ditujukan pada individu keluarga kelompok dan masyarakat sebagai
satu kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk meningkatan
fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya
kesehatannya (rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat, dalam Depkes
RI, 2017).
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
professional kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan layanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Mubarak, 2019).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik sehat maupun sakit (UU no 38, 2014). Keperawatan
komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitas dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyuruh dan terpadu
(Efendi, 2019).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinue,dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi,2012).

2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


a. Empirical health care (<1850)
Pendekatan kearah symptom/gejala yang dikeluhkan oleh orang yang sakit,
pendidikan, pelayanankesehatan, penelitian yang berorintasi pada gejala
penyakit.
b. Basic science era ( 1850-1900)
Ditemukannya laboratorium, ilmu kesehatan berkembang ke arah penyebab
terjadinya penyakit yang dapat dibuktikan secara laboratories.
c. Clinical science era (1900-1950)
Ilmu kesehatan, bagaimana cara mengobati, mendiagnosis, dan
memulihkan individu yang menderita sakit tertentu (patient oriented).
d. Public health science era (1950-2000)
Mulai dikembangkan kesehatan masyarakat (Publc health), pelayanan
kesehatan tidaklagi mengupayakan upaya kuratif tetapi juga memikirkan
upaya promotif dan rehabilitatif.
e. Political health science era (sekarang)
Konsep pendekatan terhadap semua penduduk, masalah yang dihadapi
meliputi : enviorement, health service, behavior, dan herediter.
3. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
c. Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat mempunyai kemammpuan untuk :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi
yang akhirnya dapat meningkatkan kemammpuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care) (Mubarak, 2019).
4. Model Keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan profesional yang pada
praktiknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan atau
mengatasi fenomena yaitu penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas.
Terdapat berbagai macam model konseptual keperawatan yang dikembangkan
oleh para ahli diantaranya sebagai berikut :
a. Model konseptual dari Florence Nightingale (1859), menekanan pengaruh
lingkungan tehadap kliien yang dikenal dengan istilah environtmental
model
b. Model konseptual dari H.E.Peplau (1952), menekan pada hubungan
perawat secara interpersonal atau interpersonal reation in Nursing
c. Model konseptual dari Virginia Henderson (1966) dikenal dengan Need
Based model atau aktifitas hidup sehari-hari (activity dialy living model)
d. Model konseptual dari Martha Rogers (1977) dikenal dengan The Science
off unitary Human Being.
e. Model konsetual dari Doro Thea Orem (1971) dikenal dengan istilah
dengan keperawatan mandiri atau self care theory of nursing.
f. Model konseptual dari King’s (1971), model ini dikenal dengan istilah
model system.
g. Model konseptual dari Betty Neuman (1972), dikenal dengan system model
of nursing atau health care system model.
h. Model konseptual dari I..J.Orlando (1972), dikenal dengan istilah the
dynamic nurse-patient relationship.
i. Model konseptual dari R.Calista Roy (1976), dikenal dengan istilah
adaptation model of nursing.
j. Model konseptual dari Jhonson, menekankan ada pendekatan sistem.
k. Model konseptual dari Madelaynanger (1978), dikenal dengan cultural
care theory.
l. Model konseptual dari jean Watson (1979), dikenal dengan istilah theory of
nursing.
m. Model konseptual dari Nola Pender (1982), dikenal dengan nama health
promotion model.
Sebagai seorang petugas kesehatan, khususnya seorang ahli dalam kesehatan
masyarakat, perlu diperhatikan bahwa tidak semua model konseptual
keperawatan yang ada dapat diterapkan pada tatanan pelayanan praktik
keperawatan di komunitas. Hal ini dikarenakan masing-masing model
mempunyai kekurangan dan kelebihan, serta keunikan tersembunyi bila
dilihat dari keempat konsep utama dalam paradigma keperawatan komunitas
yang diterapkan dinegara indronesia yaitu manusia, lingkungan, kesehatan,
dan keperawatan. Oleh karena itu, dua atau lebih dari model yang ada perlu
dikombinasikan untuk mendukung dan memperkuat pelayanan keperawatan.
Masing-masing model konseptual akan memberi penekanan tertentu pada
konsep utama (Mubarak, 2009).

5. Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2015).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2017).
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2017).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau
tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak,
2015).
e. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada (Mubarak, 2015).

6. Falsafah keperawatan komunitas


Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosial-kultural-spritual)
terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri atas 4 hal penting yaitu manusia,
kesehatan, lingkungan dan kepeawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusawi yang di tujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Perawtan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untyk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan
f. Perwatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumen pelayana keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijakan
dan pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih baik.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehataan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
7. Peran perawat komunitas ( Provider of Nursing care)
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.
Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi
perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2015).
c. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2015).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2015).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang
akan dilaksanakan (Mubarak, 2015).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini
dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-
masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap
status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan,
observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima
pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2015).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya
atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan
adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2015). Peningkatan dan perubahan adalah
komponen essensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan
dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan
perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2015).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
8. Ruang lingkup keperawatan komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan social dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. Pelayanan keperawatan keluarga
adalah bagian dari keperawatan kesehatan komunitas. Pelayanan keperawatan
keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang rentang
kehidupan dan sesui tahap perkembangan keluarga. Ruang lingkup pelayanan
keperawatan komunitas meliputi :
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a) Penyuluhan kesehatan masyarakat
b) Manajemen nutrisi
c) Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan kelompok
d) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e) Olahraga secara teratur
f) Rekreasi
g) Manajemen body mind
h) Pendidikan seks
i) Pendidikan kesehatan pemanfaatan tanamana obat keluarga (TOGA)
b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada
anggota keluarga agar bebas dari penyakit atau cedera melalui kegiatan:
a) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
b) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
c) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
d) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah.
e) Pencegahan merokok
f) Olah raga dan program kebugaran fisik
g) screening dan follow up berbagai kasus seperti hipertensi; pencegahan
komplikasi penyakit diabetes melitus dan screening osteoporosis.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas
dan rumah sakit
c) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas
d) Perawatan payudara
e) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
f) Pembimbingan terhadap keluarga (coaching) untuk mengatasi masalah
kesehatan akibat perilaku yang tidak sehat
g) Melakukan tindakan keperawatan dasara seperti: batuk efektif, inhalasi
sederhana, tehnik relaksasi, stimulasi kognitif, latihan rentang gerak
(ROM), perawatan luka, dll.
h) Terapi komplementer antara lain: pijat bayi, herbal terapi, meditasi, dll.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi
manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok
masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS) atau pekerja seks
komersial (PSK), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya
resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali
kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan
secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang
jelas dan dapat dimengerti.
Praktik keperawatan komunitas di Indonesia memiliki beberapa dasar
hukum yaitu UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, PP No. 32 tahun 1996,
dan SK Menkes No. 647 tahun 2000 tentang registrasi praktik keperawatan.
Praktik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya (Mubarak, 2016 ).
Pusat kesehatan masyarakat sebagai bentuk pelayanan komunitas
memberikan program yang komprehensif dalam upaya meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan, pendidikan dan manajemen serta koordinasi
asuhan keperawatan dalam komunitas. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
komunitas dapat dilakukan pada :
a. Lingkungan sekolah atau kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi : pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan dan pendidikan seksual.
Selain itu, perawat sekolah dapat memberikan keperawatan pada kasus
darurat, seperti ISPA maupun infeksi virus, setelah itu dilakukan rujukan
ke pelayanan kesehatan .
b. Lingkungan kesehatan kerja
Perusahan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerja di pusat
kesehatan okupasi dalam gedung perusahaan. Perawat mengembangkan
program dengan tujuan :
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kerja.
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja.
3) Mengurangi transmisi penyakit menular antara pekerja
4) Memberikan program penigkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus akut non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan.
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Perawatan kesehatan rumah merupakan bentuk pelayanan yang
dilakukan dirumah. Lembaga ini memberkan perawatan kesehatan dengan
melakukan kunjungan rumah atau saat ini di kenal dengan home care
(Mubarak, 2016).
B. Konsep SDG’s
Konsep pembangunan yang berkelanjutan yang telah disepakati pada
tahun 1987 oleh The Brundtland Comission of The United Nations. Berikut ini
definisidari pembangunan yang berkelanjutan.“Sustainable Development is
development thats meetsthe needs of the present without compromising theability
of future generations to meet their own needs”
Dalam pengertian di atas memaparkan bahwa pembangunan yang
berasaskan kelestarian dimana memenuhi kebutuhan saat ini tanpa berdampak
terhadap kebutuhan dimasa akan datang. Pada tahun 2005 dalam pertemuan The
World Summit menyepakati terhadap 3 pilar yang utama, berikut ini Gambar
2.1. mengenai tiga pilar tersebut,

Gambar 2.1. Konsep Sustainable Development. (Sumber : United Nations 2008).


Rockstrom, dalam Griggs (2012) menyatakan bahwa, pembangunan yang
berkelanjutan memiliki 6 aspek yang perlu dicapai dalam dunia global, antara
lain: thriving lives and livehoods (kehidupan yang sehat dan layak), sustainable
food security (keamanan dan ketahanan pangan), secure sustainable water
(sumber air bersih), universal clean energy (energi yang aman), healthty and
productive ecosystems (ekosistem yang produktif dan sehat) governance for
sustainable societies (kebijakan yang berpihak terhadap komunitas). Berikut ini
disajikan pada Gambar 2.2 ilustrasinya mengenai pembangunan
yang berkelanjutan terhadap aspek economy, society, and Earth’s Life support
System.

Gambar. 2.2 Output Pembangunan Yang Berkelanjutan. Sumber:


(Rockstrom Et Al 2009).
Profil Sustainable Development, the Millennium Development
Goals (MDG’s) merupakan agenda program International yang telah berjalan
selama 15 tahun yang telah disepakati oleh negara-negara anggota PBB (United
Nations) dan akan berakhir pada tahun 2015. Berikut ini Gambar 2.3 mengenai
fokus materi/kajian MDG’s sebagai program International yang dimulai sejak
tahun 2000 sampai pada tahun 2015 (Bambang, 2016).
Gambar 2.3 Fokus Materi/Kajian MDGs Sebagai Program International

Pada tahun 1992 dalam pertemuan The Earth Summit dilanjutkan pada
tahun 2012 pada pertemuan The Earth Summit yang membahas dan mengevaluasi
perkembangan sehingga terfokuskan terhadap permasalahan isu lingkungan
global sehingga terbentuk konsep The Sustainable Development Goals (SDG’s).
Berikut ini Gambar 2.4 mengenai konsep SDGs sebagai program International
pengganti MDGs pada akhir tahun 2015 (Bappenas, 2015).

Gambar 2.4 Concept of Sustainable Development

Berdasarkan hasil dari pertemuan tersebut, negara anggota United Nations.


Total 30 anggota OWG (Open Working Group) telah diberikan mandat untuk
menyiapkan proposal dalam rangka pengembangan program SDGs yang
pengembangnya berdasarkan tiga komponen dimensi dalam pembangunan
berkelanjutan (social, environmental, economic) dalam keseimbangan arah
perkembangnya (Bappenas, 2015).
Laporan hasil kajian dari anggota OWG (Open Working Group)
akandibahas pada pertemuan yang ke 68 (the 68th session of the Assembly) pada
Bulan September 2013 sampai September 2014 untuk pertimbangan dan
keputusannya. The OWG uses a constituency based system of representation,
which means that most of the seats in the working group are shared by several
Countries. Berikut ini Gambar 2.5 mengenai agenda/isu yang akan dibahas dalam
menyusun konsep SDG’s sebagai program International pengganti MDG’s pada
akhir tahun 2015 (Bappenas, 2015).
Berdasarkan hasil dari pertemuan tersebut, menyepakati 10 prinsip
bahwa SDGs dengan asas “inclusive and transparant intergovernmental
processopen to all stakeholders, with a view to developing global sustainable
development goals to be agreed by the General Assembly” :
Berikut ini 10 prinsip yang harus tercantum dalam pertimbangan SDGs.
a. Must be based on agenda 21 and the Johannesburg plan of implementation
Menjadi dasar pertimbangan yang menetapkan bahwa agenda abad 21 dan
rencana implementasi dari rencana Johannesburg yang telah di sepakati
sebelumnya sehingga nilai-nilai yang sudah tertanam tetapi dilanjutkan.
b. Must fully respect all the rio principles
Menyatakan program SGD’s harus mengindahkan pada perjanjian dan
kesepakatan terhadap prinsip.
c. Must be consistent with international law
Mengenai konsistensi terhadap peraturan international yang menjadi bagian
hukum international.
d. Must build upon commitment already made
Perihal komitmen yang telah dibuat sebelumnya, hal ini menunjukan
komitmen terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebelum
SGD’s dibentuk.
e. Must contribute to the full implementation of the outcome of all major
summits in the oconomic, social and environmental fields
Mengenai kontribusi terhadap aspek yang menyeluruh dari hasil implementasi
seluruh aspek utama yaitu ekonomi, social dan lingkungan.
f. Must focus on priority areas for the achievement of sustainable development,
being guided by the outcome document
Merupakan pemberian prioritas untuk meraih keberhasilan pembangunan
yang berkelanjutan sebagai bentuk aturan dari hasil dokumen program
international.
g. Must address and incorporate in a balanced way all three dimensions of
sustainable development and their interlinkages
Harus diarahkan dan berhubungan dengan keseimbangan dari ketiga
komponen pembangunan keberlanjutan.
h. Must be coherent with and integrated into the United Nations Development
agenda beyond 2015
Harus berkesinambungan dan terintegrasi ke dalam agenda pembangunan
PBB.
i. Must not divert focus or effort from the achievement of the millennium
development Goals
Harus tidak bertolak belakang dari pencapaian tujuan MGDs sebelumnya
karena SGDs merupakan bentuk evaluasi dari MGDs.
j. Must include active involment of all relevant stakeholders, as appropriate, in
the proces
Mengenai keterlibatan seluruh stakeholder yang berkaitan sebagai pihak yang
menyelenggarakan bahkan dalam prosesnya.
C. Konsep Desa Siaga
1. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan
dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif
dan bottom up. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Desa Siaga merupakan desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan secara mandiri.
Desa siaga adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan
masyarakat di tingkat desa, di sertai dengan pengembangan kesiagaan dan
kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri. Desa
yang dimaksud disini dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-istilah
lain bagi kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas-batas wilayah,
yang berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem disuatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, dibawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan dua orang kader desa.
Disamping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong
peran serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan
posyandu (Depkes, 2016).
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya
masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan diwilayahnya. Selanjutnya, secara khusus pengembangan desa siaga
(Depkes, 2016) adalah :
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan didesa (Bappenas, 2015).
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut
(Depkes, 2016) :
1) Memiliki satu orang tenaga bidan yang menetap didesa tersebut dan
sekurang-kurangnya dua orang kader desa.
2) Memiliki minimal satu bangunan pos kesehatan desa (Poskesdes)
beserta peralatan dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut
dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal dengan istilah upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang melaksanakan
kegiatan-kegiatan minimal :
a) Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi
menjadi kejadian luar biasa serta faktor-faktor resikonya.
b) Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB
serta kekurangan gizi.
c) Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
d) Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
e) Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS,
penyehatan lingkungan dan lain-lain.
2. Sasaran
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga
dibedakan menjadi tiga :
a. Semua individu dan keluarga didesa, yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan diwilayah desanya.
b. Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan
perilaku.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain, seperti kepala
desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para donator dan pemangku
kepentingan lain.
3. Langkah-Langkah Pengembangan
Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu/ memfasilitasi
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral
pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat) yaitu
dengan meempuh tahap-tahap :
a. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
b. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alteratif pemecahan masalah.
c. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan
melaksanakannya.
d. Membantu, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang
telah dilakukan.
Secara garis besar langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah
sebagai berikut :
a. Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan
lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para
petugas kesehatan yang berada diwilayah puskesmas, baik petugas teknis
maupun petugas administrasi. Persiapan pada petugas ini biasa berbentuk
sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang
disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran (output) dan langkah ini
adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap
bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada
pemangku kepentingan masyarakat.
b. Pengembangan Tim Dimasyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas,
tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tau dan mau
bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan desa siaga. Dalam
langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan,
agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau
anjuran, serta restu, maupun dana atau sumberdana yang lain, sehingga
pembangunan desa siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka
memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik
guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan desa siaga.
Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, finansial
atau dukungan material, sesuai dengan persetujuan masyarakat dalam
rangka pengembangan desa siaga.
Jika didaerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan
masyarakat seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun
Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi
kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga ini diikutsertakan dalam
setiap pertemuan dan kesepakatan.
c. Survey Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) Community
Self Survey (CSS)
Bertujuan agar pembuka-pembuka masyarakat mampu melakukan
telaah mawas diri untuk desanya. Survey ini harus dilakukan oleh
pembuka-pembuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga
kesehatan. Dengan demikian, mereka menjadi sadar akan permasalahan
yang dihadapi didesanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari
solusinya termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu,
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi
mereka. Keluaran atau output dan SDM ini berupa identifikasi masalah-
masalah kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan
dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam
rangka membangun poskesdes.
d. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini
adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya
membangun Poskesdes, dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di
samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan
desa siaga, inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari
tokoh masyarakat yang telah disepakati penduduk pengembangan desa
siaga. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh
masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan desa siaga.
Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh-
tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin
dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung
pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan
advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan,
utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensial, serta harapan
masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan
prioritas, dukungan dan kotribusi apa yang dapat disumbangkan oleh
masig-masing individu/institusi yang diwakilinya, serta langkah-langkah
solusi untuk pembangunan Poskesdes dan pengembangan masing-masing
desa siaga.
e. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut:
1) Pemilihan pengurus dan kader desa siaga dilakukan melalui pertemuan
khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta
beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah
dan mufakat sesuai dengan tatacara dan kriteria yang berlaku, dengan
difasilitasi oleh puskesmas.
2) Orientasi, pelatihan kader desa siaga.
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa
yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan.
Orientasi atau pelatihan dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten
atau kota sesuai dengan pedoman orientasi atau pelatihan yang
berlaku. Materi orientasi atau pelatihan mencakup kegiatan yang akan
dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan desa siaga
(sebagaimana telah dirumuskan dalam rencana operasional), yaitu
meliputi pengelolaan desa siaga secara umum, pembangunan dan
pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan pengembangan UKBM
lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalianan
sehat, siap antar jaga, keluarga sadar gizi, posyandu, kesehatan
lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman, kegawatdaruratan sehari-hari
kesiapsiagaan rencana, kejadian luar biasa, warung obat desa,
diverifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan
melalui tanaman obat keluarga (Toga), kegiatan surveilance, PHBS
dan lain-lain.
3) Pengembangan poskesdes dan UKBM lain
Dalam hal ini, pembangunan poskesdes bisa dikembangkan dari
polindes yang sudah ada. Apabila tidak ada polindes maka perlu
dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja tentang alternatif lain
pembangunan poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana
poskesdes tersebut akan diadakan, membangun baru dengan fasilitas
dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donatur,
membangun baru dengan swadaya masyarakat, atau memodifikasi
bangunan lain yang ada. Bila poskesdes sudah berhasil
diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM
UKBM yang diperlukan dan belum ada didesa yang bersangkutan atau
merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang atau tidak aktif.
4) Penyelenggaraan kegiatan desa siaga
Dengan adanya poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat
ditetapakan sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk,
dilanjutkan dengan pelaksanaan poskesdes secara rutin, yaitu
pengembangan sistem surveilens berbasis masyarakat, pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana,
pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat
menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan lingkungan serta pelayanan
kesehatan dasar (bila diperlukan) selainitu, diselenggarakan pula
pelayanan UKBM UKBM lain seperti posyandu dan lain – lain dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku. Secara berkala kegiatan
desa siaga dibimbing dan di pantau oleh puskesmas yang hasilnya
dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan desa
siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
5) Pembinaan dan peningkatan
Mengingat permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh
kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk
memajukan desa siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerja
sama dengan berbagai pihak. Perwujudan dan pengembangan jejaring
desa siaga dapat dilakukan dengan temu jejaring UKBM secara
internal di dalam desa sendri atau temu jejaring antar desa siaga
(minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk memantapkan
kerja sama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-
menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang
diahadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah
pembinaan jejaring lintas sektor, khusunya dengan program-program
pembangunan yang bersasaran desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan pelestarian desa siaga adalah
keaktifan para kader. Oleh karea itu, dalam rangka pembinaan perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader
agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan
kebutuhan sosial psikologinya harus diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang
masih di bebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus
dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan
pemberian gaji atau intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan desa siaga, perlu dilakukan
pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu kegiatan-kegiatan di
desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register
UKBM (contohnya kegiatan posyandu dicatat dalam buku register
buku dan anak tingkat desa atau RIAD dalam sistem informasi
posyandu). Adapun peran jajaran kesehatan antara lain :
a) Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan desa siaga, puskesmas merupakan
ujung tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelengaraan
PONED dan penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam
menggerakan masyarakat desa, puskesmas akan dibantu oleh
tenaga fasilitator dari dinas kesehatan kabupaten kota yang telah
dilatih. Adapun peran puskesmas addalah sebagai berikut :
(1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk
pelayanan obsetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED).
(2) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat
kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan desa siaga.
(3) Memfasilitasi pengembangan desa siaga dan poskesdes.
(4) Melakukan monitoring evaluasi dan pembinaan desa siaga.
b) Peran Rumah Sakit
Rumah sakit memegang peran penting sebagai sarana rujukan dan
pembinaan teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini
peran rumah sakit adalah :
(1) Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk obstertrik dan
neonatal emergency komperehensif dan (PONED).
(2) Melaksanakan bimbingan teknis medik, dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan
dan bencana di desa siaga.
(3) Menyelengarakan promosi kesehatan di rumah sakit dalam
rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kedaruratan dan bencana.
c) Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Sebagai pembina puskesmas dan rumah sakit, peran dinas
kesehatan Kabupaten/ Kota meliputi :
(1) Mengembangkan komitmen dan kerja sama tim di tingkat
Kabupaten/Kota dalam rangka pengembangan desa siaga.
(2) Merevitalisasi puskesmas dan jaringan nya sehingga mampu
menyelenggrakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik,
termasuk PONED, dan pemberdayaan masyarakat.
(3) Merevitilisasi rumah sakit sehingga mampu
menyelenggearakanpelayanan rujukan dengan baik, termasuk
PONEK dan promosi kesehatan di Rumah Sakit.
(4) Merekrut/menyediakan calon-calon fasilitator untuk dilatih
menjadi fasilitator pengembangan desa siaga.
(5) Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
(6) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku
kepentingan) tingkat kabupaten/kota dalam rangka
pengembangan desa siaga.
(7) Bersama puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan
bimbingan teknis terhadap desa siaga.
(8) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian
desa siaga.
d) Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyedia dan pembina rumah sakit dan dinas kesehatan
Kabupaten/Kota, dinas kesehatan provinsi berperan :
(1) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat
provinsi dalam rangka pengembangan desa siaga.
(2) Membantu dinas kesehatan kabupaten/ kota mengembangkan
kemapuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara
lain.
(3) Membantu dinas kesehatan kabupaten / kota mengembangkan
kemampuan puskesmas dan rumah sakit di bidang konseling,
kunjungan rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta
promosi kesehatan, dalam rangka pengembangan desa siaga.
(4) Menyelenggarakan pelatihan fasilitator pengembangan desa
siaga dengan metode kala karya (interrupted trainning).
(5) Melakukan advokasi keberbagai pihak (pemangku
kepentingan) tingkat provinsi dalam rangka pengembangan
desa siaga.
(6) Bersama dinas kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
pemantauan, evaluasi dan pembimbingan teknis terhadap desa
siaga.
(7) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian
desa siaga.
e) Peran Departemen Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat pusat, departemen kesehatan berperan
dalam :
(1) Menyusun konsep dan pedoman pengembangan desa siaga,
serta mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.
(2) Memfasilitasi ndan revitalisasi dinas kesehatan, puskesmas,
rumah sakit, serta posyandu serta UKBM-UKBM lain.
(3) Memfasilitasi pembangunan POSKESDES dan pengembangan
desa siaga
(4) Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem
informasi/pelaporan serta sistem kesiapsiaagaan dan
penaggulangan kedaruratan bencana berbasis kemasyarakatan.
(5) Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat
desa.
(6) Menyenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
(7) Menyediakan dana dan dukungan dan sumber daya lain.
(8) Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
f. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat di ukur dari tempat
kelompok indikator, yaitu : input, proses, output, dan outcome (Depkes,
2019).
1) Indikator Input
a) Jumlah kader desa siaga.
b) Jumlah tenaga kesehatan di Poskesdes.
c) Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
d) Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
e) Tersedianya dana operasional desa siaga.
f) Tersedinya data/catatan jumlah kk dan jumlah keluarganya.
g) Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan
yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
h) Tersedianya data/catatan (jumlah bayi di imunisasi, jumlah
penderita kurang, jumlah penderita tb, malaria dll).
2) Indikator proses
a) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, dua
bulanan dan sebagainya).
b) Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
c) Berfungsi/ tidaknya poskesdes.
d) Berfungsi/tidaknya UKBM/Posyandu yang ada.
e) Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah
kesehatan berbasis masyarakat.
f) Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
g) Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari
masyarakat
3) Indikator Output
a) Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
b) Jumlah kunjungan neonatus (KN2).
c) Jumlah BBLR yang di rujuk.
d) Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
e) Jumlah balita Gakin umur 6-24 bulan yang mendapatkan MP-ASI.
f) Jumlah balita yang mendapatkan imunisasi.
g) Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
h) Jumlah keluarga yang punya jamban.
i) Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
j) Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
k) Adanya data kesehatan lingkungan.
l) Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
tertentu yang menjadi masalah setempat.
m) Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
4) Indikator Outcome
a) Meningkatkan jumlah penduduk yang sembuh/ membaik dari
sakitnya.
b) Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
c) Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d) Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun
spiritual dapan ditentukan.
a. Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
a) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
b) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
c) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan
tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag
sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak
terjamin
d) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
e) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau
gangguan yang terjadi
f) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan
merawat atau memantau gangguan yang terjadi
g) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang
terkait dengan gangguan penyakit
h) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah
Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
i) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah
biayanya dapat dijangkau masyarakat
b. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif
(Mubarak, 2015):
1. Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara
langsung melalui lisan.
2. Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran
c. Sumber Data
1. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok,
masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya:
kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
d. Cara Pengumpulan Data
1. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
2. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
3. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
e. Pengelolaan Data
1. Klasifikasi data atau kategorisasi data
2. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
3. Tabulasi data
4. Interpretasi data
f. Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu
masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
1. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan
masalah kesehatan.
2. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan berbagai faktor sebagai
kriteria diantaranya adalah :
a) Perhatian masyarakat
b) Prevalensi kejadian
c) Berat ringannya masalah
d) Kemungkinan masalah untuk di atasi
e) Tersedianya sumberdaya masyarakat
f) Aspek politis.

2. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas
akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat
baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan
tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan
dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E),
dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2015).
a) Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang seharusnya terjadi.
b) Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c) Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak,
2015):
a) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b) Tetapkan tekhnik dan prosedur yang akan di gunakan
c) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui
kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
d) Pertimbangkan sumber daya dan altenatif yang tersedia
e) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai
f) Tindakan harus bersifat realistis
g) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
h) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
i) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
j) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
k) Lakukan olahraga secara rutin
l) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
m) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Implementasi
Menurut mubarak (2015) pelaksanan merupakan tahap realisasi dari
rencana asuhan kepeawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini melibatkan pihak puskesmas, Bidan desa dan
anggota masyarakat. Prinsip umum yang digunakan dalam pelaksanaan atau
implementasi pada keperawatan komunitas adalah :
a) Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dan berdasarkan pada iman dan taqwa (IMTAQ).
b) Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasakan azas kemitraan.
c) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana
program yang telah disusun.
d) Mampu dan Mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara kompeten.
e) Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kempuannya
dan bertindak dengan sikap yang optimis bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan akan tercapai

5. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2015). Adapun tindakan dalam melakukan
evaluasi adalah:
a) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
b) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan pelaksanaan.
c) Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
d) Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi
dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap tindakan yang
dilakukan
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RW 04 KELURAHAN PEBATUANKECAMATAN KULIM

A. Persiapan
Asuhan keperawatan komunitas di RT 01, RT 02, RT 03 RW 04 kelurahan
pebatuan Kecamatan kulim, dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2021
dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan
pengkajian, tahap penyampaian hasil pengkajian, menganalisa data, menegakan
diagnosa keperawatan, tahap perencanaan, tahap implementasi dan tahap evaluasi.
Tahap persiapan di laksanakan dari tanggal 8 - 9 Oktober 2020, tahap
pelaksanan pengkajian dilaksanakan 11 Oktober 2020 sampai dengan 18 Oktober
2021. Jumlah KK yang ada di RW 04 yang terdiri dari 200 KK. Pengambilan
sampel menggunakan tekhnik random sampling. Teknik total sampling
merupakan cara pengambilan sampel secara keseluruhan dari populasi,
selanjutnya dilakukan tahap analisa data pada tanggal 19 Oktober – 23 Oktober
2021. Pada tanggal 24 Oktober 2021 dilakukan penyusunan rencana kegiatan
yang akan dilakukan.
Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum dilakukan asuhan
keperawatan komunitas diantaranya Winshield survey yaitu tanggal 07 Oktober
2021, mengobservasi secara lansung keadaan wilayah untuk melihat secara garis
besar situasi dan keadaan wilayah di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kecamatan
kulim. Setelah survey dilakukan selanjutnya dilaksanakan penyusunan angket
untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi wilayah RT 01, RT 02, RT 03
RW 04 Kelurahan Pebatuan. Sebelum dilakukan penyebaran angket mahasiswa
membina hubungan saling percaya.
B. Pelaksanaan Pengkajian
Tahap ini dimulai dari memperbanyak angket yaitu sebanyak 250 angket dan
kemudian disebarkan pada masyarakat dengan mendatangi setiap rumah dan
melakukan wawancara secara langsung pada tanggal 11-18 Oktober 2021 pada
setiap keluarga yang bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan
dengan masyarakat. Jumlah angket yang berhasil dikumpulkan mahasiswa
berjumlah 160 angket. Berdasarkan hasil dari pengumpulan data di RW 04
Kelurahan PebatuanKecamatan kulim didapatkan data-data sebagai berikut:
1. Data Geografi
Wilayah RW 04 Kelurahan Pebatuan Kecamatan kulim dari hasil
winshield survey adalah sebagai berikut: Cari Di MAPS
Tempat ibadah yang ada disekitar RT 01, RT 02. RT 03 adalah masjid Al
Muhajirin. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga RT 01, RT 02, RT 03,
meliputi wirid bapak-bapak dilakukan setiap hari minggu malam, dan wirid
ibu-ibu dilakukan setiap jumat sore.

2. Data Demografi
a. Data Umum
1) Jenis Kelamin
Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis kelamin
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kecamatan Kulim:
JENIS KELAMIN

47%
53% LAKI-LAKI
PEREMPUAN

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan 53% berjenis kelamin perempuan dan 47%
berjenis kelamin laki-laki.
2) Pendidikan
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan di RW 04 Kelurahan
PebatuanKec Kulim:

PENDIDIKAN

5% 2% 3%
3% SD SMP SMA D3 S1
31%
S2
BELUM SEKOLAH
32%

24%

Berdasarkan diagram di atas, dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan 32% berpendidikan SMA, 31%
berpendidikan SD, 24% berpendidikan SMP, 5% berpendidikan S1,
dan 3% berpendidikan S2 dan belum sekolah.
3) Pekerjaan
Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan di RW 04 Kelurahan
Pebatuan Kec Kulim:

PEKERJAAN

IRT
7%
8% 34% PELAJAR
9%
8% GURU
16%
10% KARYAWAN
8% SWASTA
BURUH

WIRASWASTA

Berdasarkan diagram di atas, dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan 34% pelajar, 16% IRT, 10% karyawan
swasta, 9% wiraswasta, 8% guru, buruh, dan PNS, dan 7% petani.
4) Agama
Distribusi frekuensi berdasarkan Agama di RW 04 Kelurahan
PebatuanKec Kulim
AGAMA

17%

ISLAM KRISTEN
83%

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan 83% beragama islam, dan 17% beragama
Kristen.
5) Suku
Distribusi frekuensi berdasarkan Suku di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec Kulim:

SUKU

10%
11%
47%
MINANG
JAWA
32% MELAYU
BATAK
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK dengan
605 penduduk, didapatkan 47% dengan suku minang, 32% dengan
suku jawa, 11% dengan suku melayu, dan 10% dengan suku batak.
6) Status
Distribusi frekuensi berdasarkan Status di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec Kulim:

STATUS

41%
MENIKAH
59%
BELUM MENIKAH

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan 59 berstatus menikah, dan 41% berstatus
belum menikah.

b. Keadaan Lingkungan
1) Perumahan
a) Status Kepemilikan Rumah
Distribusi frekuensi berdasarkan status kepemilikan rumah di RW
04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
STATUS KEPEMILIKAN RUMAH

11%
29%
MILIK SENDIRI
KONTRAK
60%
SEWA BULANAN

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 71% status kepemilikan
rumah milik sendiri, 19% kontrak, dan 10% status kepemilikan
rumah dengan sewa bulanan.
b) Tipe Bangunan Rumah
Distribusi frekuensi berdasarkan status tipe bangunan rumah di
RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim:

TIPE KEPEMILIKAN RUMAH

Permanen
Semi Permanen5% 49%
51%
Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK
dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 95% tipe kepemilikan
rumah permanen dan 5% semi permanen
c) Membuka jendela setiap hari
Distribusi frekuensi berdasarkan keadaan lingkungan perumahan
yang membuka jendela setiap hari di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec Kulim:

MEMBUKA JENDELA SETIAP HARI

46%

54% YA
TIDAK

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 54% penduduk tidak
membuka jendela setiap hari dan 46% penduduk membuka jendela
setiap hari.
d) Kebersihan dalam rumah
Distribusi frekuensi berdasarkan kebersihan dalam rumah di RW
04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim:
KEBERSIHAN RUMAH

35%
BERSIH
65%
KURANG BERSIH

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 65% kebersihan dalam
rumah tampak bersih dan 35% kurang bersih
e) Pakaian bergantungan di dalam rumah
Distribusi frekuensi berdasarkan apakah di dalam rumah terdapat
pakaian yang bergantungan di RW 04 Dusun IV
Kelurahan Pebatuan Kec Kulim:

PAKAIAN BERGANTUNGAN DI DALAM


RUMAH

32%

YA
68% TIDAK

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 68% tidak terdapat
pakaian bergantungan di dalam rumah dan 32% terdapat pakaian
bergantungan di dalam rumah.
f) Cahaya matahari masuk
Distribusi frekuensi berdasarkan cahaya matahari masuk ke dalam
rumah di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim:

CAHAYA MATAHARI MASUK

29%

YA TIDAK
8% 63% SEDIKIT

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 63% terdapat cahaya
matahari masuk, 29% sedikit, dan 8% tidak ada cahaya matahari
masuk.
g) Penerangan di malam hari
Distribusi frekuensi berdasarkan penerangan di dalam hari di RW
04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim:
PENERANGAN DI MALAM HARI

2%

LAMPU LISTRIK LAMPU MINYAK


98%

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 98% penerangan di
malam hari menggunakan lampu listrik, dan 2% menggunakan
lampu minyak.
h) Jarak rumah dengan tetangga
Distribusi frekuensi berdasarkan jarak rumah dengan tetangga di
RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim:

JARAK RUMAH DENGAN TETANGGA

23%

BERDEKATAN

77% TERPISAH

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 77% jarak rumah dengan
tetangga berdekatan dan 23% jarak rumah dengan tetangga
terpisah.
i) Kondisi ventilasi rumah
Distribusi frekuensi berdasarkan kondisi ventilasi rumah di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec Kulim:

KONDISI VENTILASI RUMAH

4%
10%
BAIK (>20% LUAS
LANTAI)
CUKUP (15-20%
LUAS WILAYAH)
86%
KURANG (<15%
LUAS LANTAI)

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 86% kondisi ventilasi
rumah baik, 10% kondisi ventilasi rumag cukup, dan 4% kondisi
ventilasi rumah kurang.

2) Sumber Air Bersih


a) Air untuk masak dan minum
Distribusi frekuensi berdasarkan sumber air untuk masak dan
minum di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim
SUMBER AIR MASAK DAN MINUM

21%

15% AIR HUJAN


64% SUMUR GALI
AIR GALON

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 64% sumber air yang
digunakan untuk masak dan minum menggunakan air gallon, 21%
air hujan, dan 15% sumur gali.
b) Sumber air untuk MCK
Distribusi frekuensi berdasarkan sumber air untuk MCK
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

SUMBER AIR UNTUK MCK

6%

SUMUR BOR

SEMUR GALIAN
94% CINCIN

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 94% sumber air untuk
MCK menggunakan sumur bor dan 6% menggunakan sumur
galian cincin.
c) Kondisi tempat penampungan air bersih
Distribusi frekuensi berdasarkan kondisi tempat penampungan air
bersih di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

PENAMPUNGAN AIR BERSIH

23%

TERBUKA
TERTUTUP
77%

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 77% kondisi tempat
penampungam air bersih tertutup dan 23% terbuka.
d) Membersihkan tempat penampungan air bersih per minggu
Distribusi frekuensi berdasarkan berapa kali membersihkan tempat
penampungan air bersih per minggu di RW 04 Dusun IV
Pebatuan Kec Kulim
MEMBERSIHKAN TEMPAT
PENAMPUNGAN AIR BERSIH

24%

50% MIN 1X/ MINGGU

26% 1X/ BULAN


2X/ BULAN

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 50% keluarga
membersihkan tempat penampungan air bersih 2x/ bulan, 26% 1x/
bulan, dan 24% minimal 1x/ minggu.

3) Pengeloaan Sampah
a) Tempat penampungan sampah
Distribusi frekuensi berdasarkan tempat penampungan sampah
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim

TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH

15%

ADA
TIDAK ADA
85%
Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK
dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 85% penduduk memiliki
tempat penampungan sampah dan 15% tidak memiliki tempat
penampungan sampah.
b) Pengelolaan sampah rumah tangga
Distribusi frekuensi berdasarkan pengelolaan sampah rumah
tangga di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

DIBAKAR
16%

12% DIBUANG KE
SEMBARANG TEMPAT
62% 10%
DIBUANG KESELOKAN
DIAMBIL PETUGAS
KEBERSIHAN

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 62% pengelolaan sampah
rumah tangga keluarga diambil petugas kebersihan, 16% dibakar,
12% dibuang ke sembarang tempat, dan 10% dibuang keselokan.

4) Kebersihan Bak Mandi


a) Membersihkan bak mandi per minggu
Distribusi frekuensi berdasarkan berapa kali membersihkan bak
mandi per minggu di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec Kulim
MEMBERSIHKAN BAK MANDI

24%

50% MIN 1X/ MINGGU

26% 1X/ BULAN


2X/ BULAN

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 50% keluarga
membersihkan bak mandi 2x/ bulan, 26% 1x/ bulan, dan 24%
minimal 1x/ minggu.

5) Pengelolaan Makanan
a) Cara membersihkan bahan makanan
Distribusi frekuensi berdasarkan cara membersihkan bahan
makanan di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

CARA MEMBERSIHKAN BAHAN


MAKANAN

25%
DI CUCI BARU DI
POTONG
75% DI POTONG BARU DI
CUCI

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 75% penduduk
membersihkan bahan makanan dengan cara di potong baru di cuci
dan 25% dengan cara di cuci baru di potong.
b) Cara penyimpanan makanan
Distribusi frekuensi berdasarkan cara penyimpanan makanan
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
CARA PENYIMPANAN MAKANAN

9%

TERTUTUP TERBUKA
91%

Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 91% cara penyimpanan
makanan tertutup dan 9% terbuka.

c. Pelayanan Kesehatan
1) Fasilitas kesehatan yang digunakan keluarga
Distribusi frekuensi berdasarkan fasilitas kesehatan yang biasa
digunakan keluarga di RW 04
Pebatuan Kec Kulim

FASILITAS KESEHATAN YANG DIGUNAKAN

6%

46%
27%
PUSKESMAS BIDAN
KLINIK
PRAKTIK DOKTER
21%
Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK dengan
605 penduduk didapatkan bahwa 46% fasilitas kesehatan yang biasa
digunakan keluarga yaitu bidan, 27% klinik, 21% puskesmas, dan 6%
praktik dokter.

d. Status sosial ekonomi keluarga


1) Sumber utama penghasilan keluarga
Distribusi frekuensi berdasarkan sumber utama penghasilan keluarga
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
SUMBER UTAMA PENGHASILAN KELUARGA

16%

15%
AYAH

B 69% ANAK
IBU
e
r
d
a
sarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan 605
penduduk, didapatkan 69% sumber utama penghasilan keluarga dari
ayah, didapatkan 16% sumber utama penghasilan keluarga dari ibu,
dan didapatkan 15% sumber utama penghasilan keluarga berasal dari
anak.

2) Jenis pekerjaan keluarga


Distribusi frekuensi berdasarkan jenis pekerjaan keluarga di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
JENIS PEKERJAAN KELUARGA

31%
42%
PEGAWAI SWASTA
BURUH
27%
PEDAGANG

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan 42% jenis pekerjaan keluarga dengan
pedagang, didapatkan 31% jenis pekerjaan keluarga dengan pegawai
swasta, dan didapatkan 27% jenis pekerjaan keluarga dengan PNS.
3) Pendapatan keluarga sesuai dengam UMR (2.900.000)
Distribusi frekuensi berdasarkan pendapatan keluarga sesuai
dengan UMR di RW 04 kelurahahan Pebatuan Kec Kulim

PENDAPATAN KELUARGA SESUAI STANDAR UMR


(Rp. 2.000.000)

50% 50%
<Rp. 2.000.000
>Rp. 2.000.000

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan 50% pendapatan keluarga <Rp. 2.000.000,
didapatkan 50% pendapatan keluarga >Rp.2.000.000.
4) Pendapatan keluarga mencukupi kebutuhan sehari-hari
Distribusi frekuensi berdasarkan pendapatan keluarga mencukupi
kebutuhan sehari-hari di RW 04 Kel
Pebatuan Kec Kulim
PENDAPATAN KELUARGA MENCUKUPI

50% 50%
Ya 50%
Tidak50%

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan 50% pendapatan keluarga mencukupi
kebutuhan sehari hari

e. Politik dan pemerintahan


1) Anggota keluarga ikut aktif organisasi atau kegiatan masyarakat
Distribusi frekuensi berdasarkan aktif organisasi atau kegiatan
masyarakat di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

ANGGOTA KELUARGA IKUT AKTIF


ORGANISASI ATAU KEGIATAN
MASYARAKAT

32%

YA
68% TIDAK
Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan
605 penduduk, didapatkan 68% Ya anggota keluarga ikut aktif
organisasi dan masyarakat, dan didapatkan hasil 32% anggota keluarga
tidak aktif dalam organisasi atau kegiatan masyarakat.
f. Komunikasi
1) Sarana komunikasi
Distribusi frekuensi sarana komunikasi di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec Kulim

SARANA KOMUNIKASI

10%

YA
TIDAK
90%

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan ya bahwa sarana komunikasi dimasyarakat
berjalan dengan baik sebanyak 90% , didapatkan tidak bahwa sarana
komunikasi dimasyarakat tidak berjalan dengan baik sebanyak 10%.
2) Jenis bahasa yang digunakan sehari-hari
Distribusi frekuensi jenis bahasa yang digunakan sehari-hari di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
JENIS BAHASA YANG DIGUNAKAN SEHARI- HARI

21%

INDONESIA
DAERAH
79%

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan berbahasa Indonesia sebanyak 79%, dan
didapatkan berbahasa daerah sebanyak 21%.
3) Sumber informasi tentang kesehatan
Distribusi frekuensi sumber informasi tentang kesehatan di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec Kulim

SUMBER INFORMASI TENTANG KESEHATAN

MEDIA ELEKTRONIK
6%
9%
6% PETUGAS
42% KESEHATAN
KADER
37%
MEDIA CETAK

DARI TEMAN

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan sumber informasi tentang kesehatan
didapatkan dari media elektronik sebanyak 42%, didapatkan sumber
informasi kesehatan dari petugas kesehatan sebanyak 37%, didapatkan
sumber informasi kesehatan dari media cetak sebanyak 9%,
didapatkan sumber informasi kesehatan dari kader dan dari teman
sebanyak 6%.
4) Cara keluarga mangatasi masalah rumah tangga
Distribusi frekuensi cara keluarga mengatasi masalah rumah tangga
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
CARA KELUARGA MENGATASI MASALAH RUMAH
TANGGA

MUYAWARAH
17% DENGAN ANGGOTA
KELUARGA
17% MARAH-MARAH
66%

DIDIAMKAN SAJA

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan cara keluarga mengatasi masalah rumah
tangga dengan musyawarah dengan anggota keluarga sebanyak 66%,
didapatkan cara keluarga mengatasi masalah rumah tangga dengan
marah-marah sebanyak 17%, dan 17% dengan cara didiamkan saja.
g. Transportasi
1) Sarana transportasi keluarga
Distribusi frekuensi cara keluarga mengatasi masalah rumah tangga di
RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim
SARANA TRANSPORTASI KELUARGA

10%

ADA TIDAK
90%

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan sarana transportasi keluarga yang ada
sebanyak 90% dan didapatkan sarana transportasi keluarga yang tidak
ada sebanyak 10%.
2) Jenis transportasi yang dimiliki keluarga
Distribusi frekuensi cara keluarga mengatasi masalah rumah tangga
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim

JENIS TRANSPORTASI YANG DIMILIKI


KELUARGA

2%

28%
MOBIL SEPEDA
SEPEDA MOTOR
58% 12%
TIDAK PUNYA

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan jenis transportasi yang dimiliki keluarga
dengan sepda motor sebanyak 58%, didapatkan jenis transportasi yang
dimiliki keluarga dengan mobil sebanyak 28%, didapatkanjenis
transportasi yang dimiliki keluarga dengan sepeda sebanyak 12% dan
2% tidak punya kendaraan.
3) Transportasi umum yang sering digunakan keluarga
Distribusi frekuensi transportasi umum yang sering digunakan
keluarga di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim

TRANSPORTASI UMUM YANG SERING


DIGUNAKAN KELUARGA

50%
50%
OJEK

ANGKOT

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan transportasi umum yang sering digunakan
keluarga adalah ojek sebanyak 50%, didapatkan transportasi umum
yang sering digunakan keluarga adalah angkot sebanyak 50%.
4) Menggunakan transportasi umum keluarga mengikuti
protocol kesehatan
Distribusi frekuensi transportasi umum yang sering digunakan
keluarga di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
TRANSPORTASI UMUM KELUARGA
MENGIKUTI PROTOKOL KESEHATAN

50% 50%
YA
TIDAK

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan ya transportasi umum keluarga mengikuti
protocol kesehatan sebanyak 50%, didapatkan tidak mengikuti
protocol kesehatan sebanyak 50%.

h. Rekreasi
1) Freksuensi rekreasi keluarga dalam sebulan
Distribusi frekuensi transportasi umum yang sering digunakan
keluarga di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
FREKUENSI REKREASI KELUARGA DALAM SEBULAN

4%
1X PERBULAN

24%
47% 3X PERBULAN ATAU
LEBIH

25% 2X PERBULAN

TIDAK PERNAH

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan frekuensi rekreasi keluarga dalam sebulan
1x perbulan sebanyak 47%, didapatkan frekuensi rekreasi keluarga 3x
perbulan atau lebih sebanyak 25%, didapatkan frekuensi rekreasi
keluarga dalam 2x perbulan sebanyak 24% dan tidak pernah rekreasi
sebanyak 4%.
2) Alasan keluarga tidak rekreasi
Distribusi frekuensi alas an keluarga tidak rekreasi di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
ALASAN KELUARGA TIDAK REKREASI

22% TIDAK ADA DANA


42%
TIDAK ADA WAKTU

36%
TIDAK ADA SARANA
TRANSPORTASI

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan


605 penduduk, didapatkan frekuensi alasan keluarga tidak rekreasi
karena tidak ada dana sebanyak 42%, didapatkan frekuensi alas an
keluarga tidak rekreasi karena tidak ada waktu sebanyak 36%, dan
karena tidak ada sarana transportasi sebanyak 22%.
3) Jenis rekreasi yang dilakukan keluarga
Distribusi frekuensi jenis rekreasi yang dillakukan keluarga di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec Kulim

JENIS REKREASI YANG DILAKUKAN


KELUARGA

JALAN JALAN
23% 21% KETEMPAT REKREASI
KUMPUL BERSAMA
KELUARGA DIRUMAH
JALAN JALAN KE MALL
56%
Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK dengan
605 penduduk, didapatkan frekuensi jenis rekreasi yang dilakukan
keluarga dengan kumpul bersama keluarga dirumah sebanyak 56%,
didapatkan frekuensi jenis rekreasi yang dilakukan keluarga dengan
jalan-jalan ke mall sebanyak 23%, dan jalan-jalan ketempat rekreasi
sebanyak 21%.

i. Status Kesehatan Keluarga


1) Penyakit Dalam Keluarga
a) Anggota keluarga yang menderita penyakit dalam 6 bulan
terakhir
Distribusi Frekuensi berdasarkan anggota keluarga yang
menderita penyakit dalam 6 bulan terakhir di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
ANGGOTA KELUARGA YANG
MENDERITA PENYAKIT DALAM 6 BULAN
TERAKHIR

43%
ADA
57%
TIDAK ADA

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan 57% ada ,sedangkan yang
tidak ada 43%
b) Penyakit kronis berlangsung lama apa yang diderita anggota
keluarga
Distribusi frekuensi berdasarkan Penyakit kronis berlangsung lama
apa yang diderita anggota di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec
Kulim

PENYAKIT KRONIS BERLANGSUNG LAMA YANG


DIDERITA ANGGOTA KELUARGA

HIPERTENSI
10%
JANTUNG
15% 37%
REMATIK DM
8% TBC
ASAM URAT
12% 14%
LAIN-LAIN
4%

Berdasarkan diagram diatas ,dapat dilihatv bahwa dari 200 KK


dengan jumlah pendudu 605 didapatkan hipertensi 37%, asam
urat15%, penyakit jantung 14%, rematik 12%,lain –lain 10%.TBC
8%, DM 4 %.
c) Hipertensi apakah mengkonsumsi obat
Distribusi frekuensi berdasarkan Penyakit kronis berlangsung lama
apa yang diderita anggota di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec
Kulim
HIPERTENSI APAKAH MENGKONSUMSI OBAT

27% 33%
RUTIN
TIDAK PERNAH
40% KADANG-KADANG
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 kk
dengan jumlah penduduk 605 didapatkan, yang menderita
hipertensi yang mengkonsumsi obat tidak pernah 40%, rutin 33%,
sedangkan kadang-kadang 27%.
d) Anggota keluarga yang mengalami kererbatasan fisik atau
gangguan
Distribusi frekunsi berdasarkan Anggota keluarga yang
mengalami keterbatasan fisik atau gangguan di RW 04
Pebatuan Kec Kulim

ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI


KETERBATASAN FISIK ATAU GANGGUAN

9%

ADA
TIDAK ADA218
91%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah penduduk 605, didapatkan yang mengalami
keterbatasan fisik atau gangguan tidak ada 91%, sedangkan ada
sebanyak 9%.

2) Kebiasaan Keluarga
a) Anggota keluarga yang merokok
Distribusi frekuensi berdasarkan Anggota keluarga yang merokok
di RW 04 Pebatuan Kec Kulim

ANGGOTA KELUARGA YANG MEROKOK

TIDAK
YA 46%
54%

Berdasarkan diagram diatas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah penduduk 605 didapatkan anggota keluarga yang
merokok 45.9 % sedangkan tidak 54.1 %.

b) Aktivitas teratur seperti olahraga dan berkebun


Distribusi frekuensi berdasarkan Aktivitas teratur seperti olahraga
dan berkebun di RW 04 Pebatuan Kec Kulim

MELAKUKAN AKTIVITAS TERATUR SEPERTI


OLAHRAGA DAN BERKEBUN

43%
ADA
57%
TIDAK ADA
Berdasarkan diagram diatas dapat di lihat bahwa dari 200 KK
dengan jumlah penduduk 605 didapatkan bahwa yang melakukan
aktivitas seperti olahraga dan berkebun ada 57% sedangkan tidak
ada 43 %
c) Sebelum dan sesudah Yang melakukan aktivitas cuci tangan
mengunakan sabun
Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas cuci tangan
menggunakan sabun di RW 04 Pebatuan Kec Kulim

SEBELUM DAN SESUDAH YANG


MELAKUKAN AKTIVITAS MENCUCI
TANGAN MENGGUNAKAN SABUN

27% 17%

YA TIDAK
KADANG-KADANG
56%

Berdasarkan diagram diatas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah penduduk 605 dapatkan bahwa yang mencuci
tangan menggunakan sabun tidak 56%, kadang-kadang 27%,
sedangkan ya 17%.
d) Keluarga mengkonsumsi buah tiap hari
Distribusi frekuensi berdasarkan keluarga mengkonsumsi buah
tiap hari di RW 04 Pebatuan Kec Kulim

KELUARGA MENGKONSUMSI BUAH TIAP


HARI

18%

YA
TIDAK
82%

Berdasarkan diagram diatas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah penduduk 605 dapatkan Keluarga mengkonsumsi
buah tiap hari ya sebanyak 32 % sedangkan tidak 68%.

Berdasarkan diagram diatas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah penduduk 605 dapatkan Covid-19 harus menjalani
masa isolasi sosial di ruang khusus ya sebanyak 77% sedangkan
tidak 23%.
3) Pasangan usia subur (PUS) dan keluarga berencana (KB)
a) Jenis program KB yang diikuti keluarga
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis program KB yang
diikuti keluarga di RW 04 Kelurahan PebatuanKec.
Kulim

Jenis program KB yang diikuti keluarga

PIL
7%
6%
SUNTIK
9%
SISTEM KALENDER
14% 26%
TIDAK ADA
11% KONDOM
11%
SUSUK / IMPLAN
16%
SPIRAL
Lain - lain

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan 26% jenis program KB yang
diikuti keluarga adalah sistem kalender, 16% menggunakan
kondom, 14% menggunakan program KB lain-lain, 11%
menggunakan susuk/implant dan juga tidak menggunakan KB, 9%
menggunakan KB spiral, 7% menggunakan jenis KB pil, 6%
menggunakan KB suntik.
b) Alasan bapak/ibu mengikuti program KB
Distribusi frekuensi berdasarkan alasan bapak/ibu mengikuti
program KB di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec Kulim

ALASAN BAPAK/IBU MENGIKUTI


PROGRAM KB

20% MENGATUR JARAK


43% KEHAMILAN
FAKTOR EKONOMI
37%
LAIN-LAIN

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan alasan keluarga mengikuti
program KB adalah 43% untuk mengatur jarak kehamilan, 37%
karena faktor ekonomi, 20% karena hal yang lainnya.
c) Keluarga memperoleh pelayanan KB
Distribusi frekuensi berdasarkan perolehan pelayanan KB di RW
04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
KELUARGA MEMPEROLEH PELAYANAN KB

POSYANDU

17% 25% PUSKESMAS

15%
BALAI
18% PENGOBATAN
12%
13% RUMAH SAKIT

PRAKTEK BIDAN

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan 25% keluarga memperoleh
pelayanan KB dari posyandu, 18% dari puskesmas, 17% dari
praktek dokter, 15% dari praktek bidan, 13% dari balai
pengobatan, 12% dari rumah sakit.
d) Keluhan menggunakan KB
Distribusi frekuensi berdasarkan keluhan menggunakan KB di RW
04 Kelurahan PebatuanKec. Kulim

KELUHAN MENGGUNAKAN KB

pusing

19% 14% haid yang lama

22%
20% berat badan
meningkat
18%
lain-lain
7%
hipertensi
(darah tinggi)

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan 22% keluhan menggunakan KB
adalah haid yang lama, 20% mengalami hipertensi, 19%
mengalami haid tidak teratur, 18% mengalami keluahan lainnya,
14% mengalami pusing, 7% mengalami berat badan meningkat.
6.

• Ibu Hamil
• Perencanaan kehamilan
Distribusi frekuensi berdasarkan perencanaan kehamilan keluarga
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec. Kulim
PERENCANAAN KEHAMILAN

44%

56% YA
TIDAK

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan sebanyak 56% keluarga
memiliki perencanaan kehamilan, 44% tidak memiliki perencanaan
kehamilan.
• Pemeriksaan kehamilan
Distribusi frekuensi berdasarkan pemeriksaan kehamilan keluarga
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec. Kulim

PEMERIKSAAN KEHAMILAN

DOKTER SPESIALIS
7%4%

13% PUSKESMAS

DUKUN
25% 51%
TIDAK PERNAH

BIDAN/PERAWAT

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan sebanyak 51% keluarga
melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas, 25% melakukan
pemeriksaan kehamilan di bidan/perawat, 13% melakukan
pemeriksaan kehamilan di posyandu, 7% melakukan pemeriksaan
kehamilan di balai pengobatan, dan 4% melakukan pemeriksaan
kehamilan di dokter spesialis.
• Alasan tidak memeriksakan kehamilan
Distribusi frekuensi berdasarkan alasan tidak
memeriksakan kehamilan di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec. Kulim

ALASAN TIDAK MEMERIKSAKAN KEHAMILAN


FAKTOR EKONOMI

18%
49%

JARAK PELAYANAN
33% KESEHATAN YANG
JAUH
TIDAK TAHU
LAIN-LAIN

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan keluarga yang tidak
memeriksakan kehamilan sebanyak 49% karena faktor ekonomi,
33% karena jarak pelayanan kesehatan yang jauh, dan 18% karena
tidak tahu.
• Pemeriksaan kehamilan saat pandemic
Distribusi frekuensi berdasarkan pemeriksaan kehamilan saat
pandemi di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
PEMERIKSAAN KEHAMILAN SAAT
PANDEMIC

3%4% 2%
1 KALI
3 KALI
>4 KALI
2 KALI
91%
4 KALI
TIDAK PERNAH

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan keluarga yang melakukan
pemeriksaan kehamilan saat pandemic yaitu 91% melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 3 kali, 4% melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali, 3% melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 kali, dan 2% melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 1 kali.
• Jenis informasi kesehatan pada ibu hamil
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis informasi kesehatan pada
ibu hamil di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
JENIS INFORMASI KESEHATAN PADA IBU HAMIL

GIZI IBU HAMIL


3%

17%
PROSES
51% PERSALINAN
PERAWATAN
25%
PAYUDARA
TIDAK PERNAH

0% 0% 4% SENAM IBU HAMIL

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan jenis informasi kesehatan pada
ibu hamil yaitu sebanyak 51% mendapatkan informasi mengenai
gizi pada ibu hamil, 25% mendapatkan informasi mengenai senam
ibu hamil, 17% mendapatkan informasi mengenai ASI/LAKTASI,
4% mendapatkan informasi mengenai proses persalinan, 3%
mendapatkan informasi mengenai perawatan bayi.
• Sumber informasi mengenai kehamilan
Distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi mengenai
kehamilan di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
SUMBER INFORMASI MENGENAI
KEHAMILAN

PUSKESMAS
2%
18%
5% 37% RUMAH SAKIT
2% POSYANDU KADER

27% PRAKTEK DOKTER


9%
MEDIA INFORMASI
PRAKTEK BIDAN

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, didapatkan sumber informasi mengenai
kehamilan sebanyak 37% sumber informasi diperoleh dari
puskesmas, 27% sumber informasi diperoleh dari posyandu, 18%
sumber informasi diperoleh dari praktek bidan, 9% sumber
informasi diperoleh dari rumah sakit, 5% sumber informasi
diperoleh dari praktek dokter, 2% sumber informasi diperoleh dari
kader, 2% sumber informasi diperoleh dari media informasi.
• Masalah Ibu Hamil
Distribusi frekuensi berdasarkan Masalah Ibu Hamil di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
MASALAH IBU HAMIL

MUAL MUNTAH
14%
29%
19% SUSAH BAB

TIDAK NAFSU
38% MAKAN
LAIN - LAIN

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan 38% tidak nafsu makan,
29 % lain – lain, 19 % susah BAB dan 14 % dengan mual muntah.
• Penyakit yang ibu hamil alami
Distribusi frekuensi berdasarkan penyakit Ibu Hamil alami
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec. Kulim

PENYAKIT YANG IBU HAMIL ALAMI

HIPERTENSI
3% 2%
9%
13% 5% JANTUNG HIPOTENSI

9% ANEMIA KEPUTIHAN
26%
12% DIABETES MELITUS
11% HIPERMESIS
VARISES

10%

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan dengan penyakit 26 %
hypermesis, 13% hipertensi, dan anemia 12%, keputihan 11%,
diabetes melitus 10%, hipotensi dan varises 9%,jantung 5%, tidak
ada 3% dan yang lain 2%.

• Ibu Nifas (Pasca melahirkan) dan ibu menyusui


• Penolong persalinan
Distribusi frekuensi berdasarkan penolong persalinan di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim

PENOLONG PERSALINAN

8%

24% BIDAN
49%
DUKUN TERLATIH
DOKTER
19%
LAIN - LAIN

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan dengan penolong
persalinan 49% bidan, 24% dokter, 19% dukun terlatih dan yang
lain 24%.

• Informasi perawatan setelah melahirkan


Distribusi frekuensi berdasarkan Informasi perawatan setelah
melahirkan di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec Kulim
INFORMASI PERAWATAN SETELAH
MELAHIRKAN

43%
YA
57%
TIDAK

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan dengan Informasi
perawatan setelah melahirkan 57% ya dan 43%.
• Informasi yang ibu peroleh
Distribusi frekuensi berdasarkan Informasi yang ibu peroleh di
RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

INFORMASI YANG IBU PEROLEH

PERAWATAN
PAYUDARA
11%
8%
30% SENAM NIFAS
2%
LAIN - LAIN

49%
MAKANAN IBU
MENYUSUI
TENTANG ASI

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan dengan Informasi yang
ibu peroleh 49% makanan ibu menyusui, 30% tentang ASI, 11%
senam nifas, 8% perawatan payudara, dan 2 % lain- lain.
• Apakah ibu mempunyai keluhan setelah melahirkan
Distribusi frekuensi berdasarkan Apakah ibu mempunyai keluhan
setelah melahirkan di RW 04 Dusun IV
Pebatuan Kec. Kulim

APAKAH IBU MEMPUNYAI KELUHAN


SETELAH MELAHIRKAN

33%

YA
67% TIDAK

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan dengan ibu mempunyai
keluhan setelah melahirkan 67% tidak dan 33% ya.
• Keluhan yang dirasakan ibu
Distribusi frekuensi berdasarkan Keluhan yang dirasakan ibu
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec. Kulim
KELUHAN YANG DIRASAKAN IBU

KURANG DARAH

NYERI PADA
5%
PAYUDARA
19% SUSAH BAB
38%
LAIN - LAIN
8%
19% 9%
2% AMBEYEN

PUSING

PERDARAHAN
YANG BANYAK

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan keluhan yang dirasakan
ibu dengan 38% kurang darah, 19% Susah BAB, 19 % pusing, 9%
nyeri pada payudara, 8% ambeyen, 5% perdarahan yang banyak
5% dan 2% lain – lain.
• Jenis minuman pada bayi

Distribusi frekuensi berdasarkan jenis minuman


pada bayi di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec.
Kulim
JENIS MINUMAN PADA BAYI

48%
52% ASI
SUSU FARMULA

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan jenis minuman pada bayi
52% susu formula dan 48% ASI.
• Anak di bawah 6 bulan diberikan asi
tanpa memberikan makanan
tambahan pada bayi
Distribusi frekuensi berdasarkan Anak dI bawah 6 bulan diberikan
asi tanpa memberikan makanan tambahan pada bayi di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim

ANAK DI BAWAH 6 BULAN DIBERIKAN ASI


TANPA MEMBERIKAN MAKANAN
TAMBAHAN PADA BAYI

46%
54% YA
TIDAK

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan Anak di bawah 6 bulan
diberikan asi tanpa memberikan makanan tambahan pada bayi
54% ya dan 46% tidak.
• Alasan ibu tidak memberikan ASI
Distribusi frekuensi berdasarkan alasan ibu tidak memberikan ASI
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec. Kulim

ALASAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI

AIR SUSU TIDAK ADA


8%
ANAK TIDAK MAU
12%
5% 44%
LAIN - LAIN
31%
SIBUK

TAKUT

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan alasan ibu tidak
memberikan ASI, 44% air susu tidak ada, 31% anak tidak mau,
12% sibuk, 8% takut dan 5% lain – lain.
• Posisi ibu memberikan ASI
Distribusi frekuensi berdasarkan Posisi ibu memberikan ASI
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
POSISI IBU MEMBERIKAN ASI

8% IBU MENYUSUI BAYI


DENGAN POSISI
BERDIRI ATAU
17% 46% DUDUK
IBU MENYUSUI BAYI
SAMBIL BERBARING
29%
TAPI TIDAK TIDUR
PAYUDARA IBU
MLAEINNU-
TLUAPIINWAJAH
BAYI
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK
dengan jumlah 105 ibu hamil didapatkan Posisi ibu memberikan
ASI, 46% ibu menyusui bayi dengan posisi berdiri atau duduk,
29% ibu menyusui bayi sambil berbaring tapi tidur, 17% payudara
ibu menutupi wajah bayi, dan 8% lain – lain.
• Yang dilakukan setelah menyusui bayi
Distribusi frekuensi berdasarkan Yang dilakukan setelah menyusui
bayi di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec. Kulim

YANG DILAKUKAN SETELAH MENYUSUI BAYI


LANGSUNG
5%DITIDURKAN

40%
55%
MENEPUK PUNGGUNG
BAYI DENGAN POSISI
BAYI AGAK
MEMBUNGKUK DIBAHU
IBU

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 105 ibu hamil Yang dilakukan setelah menyusui
bayi, 55% langsung di tidurkan, 40% menepuk punggung bayi
dengan posisi bayi agak membungkuk dibahu ibu, dan 5 % lain –
lain.
• Bayi dan Balita
• Apakah ada bayi dan balita
Distribusi frekuensi berdasarkan bayi dan balita di RW 04
Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim

BAYI DAN BALITA

47%
53% ADA
TIDAK ADA

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 112 bayi dan balita, yang di dapatkan 53% tidak
ada dan 47% ada.
• Siapa yang membantu melahirkan anak
Distribusi frekuensi berdasarkan Siapa yang membantu melahirkan
anak di RW 04 Kelurahan Pebatuan
Kec. Kulim
YANG MEMBANTU MELAHIRKAN ANAK

7% 6% BIDAN

14%
TENAGA KESEHATAN
LAINNYA
73%
DUKUN KAMPUNG
TERLATIH

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 112 bayi dan balita yang di dapatakan Siapa yang
membantu melahirkan anak 73% bidan, 14% tenaga kesehatan
lainnya, 7% dukun kampung terlatih, dan 6% tidak ada bantuan
dari tim.
• Dimana ibu menimbang bayi
Distribusi frekuensi berdasarkan Dimana ibu menimbang bayi di
RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim

DIMANA IBU MENIMBANG BAYI

2% 7%
9%
25% DIRUMAH SAJA
PUSKESMAS

57% POSYANDU
RUMAH SAKIT
LAIN - LAIN

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 112 bayi dan balita yang di dapatakan dimana ibu
menimbang bayi 57% posyandu, 25% puskesmas, 9% rumah sakit,
7% dirumah saja dan 2% lain –lain.
• Kunjunagan ke posyandu setiap bulan saat pandemi
covid 19
Distribusi frekuensi berdasarkan Kunjunagan ke posyandu setiap
bulan saat pandemi covid 19 di RW 04 Dusun IV
Pebatuan Kec. Kulim

KUNJUNGAN KE POSYANDU SETIAP


BULAN SAAT PANDEMI COVID 19

23%

YA
TIDAK
77%

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 112 bayi dan balita yang di dapatakan Kunjunagan
ke posyandu setiap bulan saat pandemi covid 19 77% ya dan 23%
tidak.
• Bayi yang memiliki KMS
Distribusi frekuensi berdasarkan Bayi yang memiliki KMS
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
BAYI YANG MEMILIKI KMS

13%

YA TIDAK
87%

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 112 bayi dan balita yang di dapatakan Bayi yang
memiliki KMS 87% ya dan 13% tidak.
• Ibu mengetahui warana pada KMS
Distribusi frekuensi Ibu mengetahui warana pada KMS
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim

IBU MENGETAHUI WARNA PADA KMS

5%

29% GIZI ANAK

TINGGI BADAN
66% ANAK
BERAT BADAN
ANAK

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 112 bayi dan balita yang di dapatakan Ibu
mengetahui warana pada KMS dengan 66% tinggi badan anak,
29% berat badan, dan 5% gizi anak.
• Arti warna merah pada KMS
Distribusi frekuensi arti warna merah pada KMS
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim

ARTI WARNA PADA KMS

15%
29%

GIZI BAIK GIZI


KURANG
56% WASPADA

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 112 bayi dan balita yang di dapatakan arti warna
merah pada KMS dengan 56% gizi kurang, 29% waspada dan 15%
gizi baik.
• Tempat pelayanan imunisasi bayi
Distribusi frekuensi Pelayanan imunisasi bayi
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
PELAYANAN IMUNISASI BAYI

5% 3%
6%
14% RUMAH SAKIT
POSYANDU PRAKTIK
24%
BIDAN PUSKESMAS
48%
PRAKTIK DOKTER
LAIN - LAIN

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan jumlah 112 bayi dan balita yang di dapatakan Pelayanan
imunisasi bayi dengan 48% posyandu, 24% praktik bidan, 14%
rumah sakit, 6% puskesmas, 5% praktik dokter dan 3% lain lain.

• Anak
• Apakah dalam keluarga mempunyai anak sekolah
Distribusi frekuensi berdasarkan Apakah dalam keluarga
mempunyai anak sekolah di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec

DALAM KELUARGA MEMPUNYAI ANAK


SEKOLAH
24%

Ya
76% Tidak

Kulim
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK
dengan 605 penduduk, didatpkan jumlah penduduk yang
mempunyai anak sekolah yaitu sebanyak 76%, sedangkan yang
tidak mempunyai anak sekolah sebanyak 24%.
• Tingkat pendidikan anak
Distribusi frekuensi berdasarkan Tingkat pendidikan anak
di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim

Pendidikan Anak Berada Pada


Tingkat

33% 30%
SD
SMP
37% SMA

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, jumlah penduduk yang mempunyai anak
Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 30%, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebanyak 37%, sedangkan Sekolah Menengah
Atas (SMA) sebanyak 33%.

• Anak segera dibawa berobat jika sakit


Distribusi frekuensi berdasarkan Anak segera dibawa berobat jika
sakit di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim

JIKA ANAK SAKIT APAKAH


SEGERA DIBAWA BEROBAT ?

41%
Ya
59%
Tidak

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk, jika anak sakit mayoritas tidak dibawa
berobat yaitu sebanyak 59 % dan dibawa berobat 41%.
• Kemana anak dibawa berobat
Distribusi frekuensi berdasarkan Kemana anak dibawa berobat
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

JIKA SUDAH, BEROBAT KEMANA ?

37%
Medis
63%
Non Medis
Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa dari 200 KK
dengan 605 penduduk, mayoritas masyarkat membawa anaknya
berobat ke medis sebanyak 63% dan non medis 37%
• Remaja
• Aktivitas remaja selama pandemic covid-19
Distribusi frekuensi berdasarkan Aktivitas remaja selama
pandemic covid-19 di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
AKTIVITAS YANG SERING
DILAKUKAN REMAJA SAAT
PANDEMI COVID 19
7% 5%
0%
Sekolah online
Pengangguran

88% Bekerja
Lainnya

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk dengan 89 remaja, didapatkan aktivitas yang
sering dilakukan oleh remaja saat pandemic covid-19 terdapat 88%
sekolah online, 7% bekerja, dan 5% pengangguran .
• Kegiatan yang dilakukan remaja diluar
sekolah selama sekolah online
Distribusi frekuensi berdasarkan Kegiatan yang dilakukan remaja
diluar sekolah selama sekolah online di RW 04 Kelurahan
PebatuanKec Kulim

KEGIATAN APA YANG DILAKUKAN


REMAJA DILUAR SEKOLAH
11%

Bekerja
Tidak ada
89%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk dengan 89 remaja, didapatkan hasil sekolah
online, kegiatan yang dilakukan remaja diluar sekolah 89% tidak
ada kegiatan di luar sekolah, 11% bekerja.
• Kebiasaan mengkonsumsi rokok/ hari

33%

63%

tidak merokok merokok

Distribusi frekuensi berdasarkan Kebiasaan mengkonsumsi rokok


dan tidak merokok di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec
Kulim

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk dan 89 remaja, didapatkan status kebiasaan
merokok 63% dan tidak merokok 33%.
• Usia Lanjut
• Anggota keluarga yang berusia lebih dari 60 tahun
Distribusi frekuensi berdasarkan anggota keluarga yang berusia
lebih dari 60 tahun di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

ANGGOTA KELUARGA YANG BERUSIA


LANJUT (LEBIH DARI 60 TAHUN)

18%
tidak ada
82% ada

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 Penduduk di dapatkan bahwa 82% anggota keluarga
tidak ada yang berusia Lebih dari 60 tahun dan 18% terdapat
anggota keluarga yang berusia lebih Dari 60 tahun.
• Keluhan penyakit pada lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan keluhan penyakit pada lansia
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim
KELUHAN PENYAKIT

14%

tidak
ya
86%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK
dengan 605 penduduk di dapatkan bahwa 86% lansia mengalami
keluhan penyakit dan 14% lansia tidak mengalami keluhan
penyakit.
• Jenis penyakit pada lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis penyakit pada lansia
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

JENIS PENYAKIT

7%5% hipertensi
rheumatik/arthriti
21% 44%
s osteoporosis
jantung
11% 7%
5% kencing manis
katarak
penyakit kulit

Berdasarkan digram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk di dapatkan bahwa 44% dengan jenis
penyakit hipertensi, 7% rheumatik/arthritis, 11% osteoporosis, 5%
penyakit jantung, 21% dengan kencing manis, 7% penyakit
katarak, serta 5% dengan jenis penyakit kulit.
• Penggunaan waktu senggang pada lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan penggunaan waktu senggang pada
lansia di RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec Kulim
PENGGUNAAN WAKTU SENGGANG
LANSIA

berkebun/pekerjaa
n rumah
5% 14% senam
25%

wirid/pengajian
35%21%
jalan- jalan

berdiam diri di
kamar/ rumah

Berdasarkan digram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 25% lansia menggunakan
waktu senggang dengan berkebun, 21% dengan bersenam, 35%
wirid/ pengajian, 5% jalan jalan serta 14% dengan berdiam diri di
kamar/ rumah.
• Adakah posyandu lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan adakah posyandu lansia
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim
POSYANDU LANSIA DI DAERAH TEMPAT TINGGAL

18%

tidak ada ada


82%
Berdasarkan digram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK
dengan penduduk didapatkan bahwa 82% tidak terdapat posyandu
lansia di daerah tempat tinggal serta 18% memiliki posyandu
lansia di daerah tempat tinggal.
• Apakah lansia ikut posyandu
Distribusi frekuensi berdasarkan apakah lansia ikut posyandu
di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim
LANSIA MENGIKUTI POSYANDU LANSIA

14%

tidak ada ada


86%

Berdasarkan digram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 86% tidak ada lansia
mengikuti posyandu lansia serta 14% terdapat lansia mengikuti
posyandu lansia.
• Alasan lansia tidak mengikuti posyandu
Distribusi frekuensi berdasarkan alasan lansia tidak mengikuti
posyandu di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim
ALASAN TIDAK MENGIKUTI POSYANDU LANSIA

33%

tidak
67% tahu
tidak mau

Berdasarkan digram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 67% lansia tidak tahu
adanya posyandu lansia serta 33% lansia tidak mau mengikuti
posyandu lansia.
• Apakah kebutuhan makan lansia terpenuhi
Distribusi frekuensi berdasarkan apakah kebutuhan makan lansia
terpenuhi di RW 04 Kelurahan PebatuanKec Kulim

KEBUTUHAN MAKAN LANSIA


TERPENUHI

12%

tidak ada
ada
88%

Berdasarkan digram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 12% tidak terpenuhi nya
kebutuhan makan lansia serta 88% terpenuhinya kebutuhan makan
lansia.
• Penggunaan transportasi lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan penggunaan transportasi di RW
04 Dusun IV Desa Terai Bangun Kec Kulim
PENGGUNAAN TRANSPORTASI

9%

TIDAK IYA
91%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 91% penggunaan
transportasi terpenuhi dan 9% penggunaan transportasi tidak
terpenuhi.
• Lansia yang menggunakan alat bantu
Distribusi frekuensi berdasarkan lansia menggunakan alat bantu di
RW 04 Kelurahan Pebatuan Kec. Kulim
LANSIA ADA MENGGUNAKAN ALAT
BANTU

19%

TIDAK
ADA
81%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 81 % lansia
menggunakan alat bantu dan 19 % tidak menggunakan alat bantu
• Keuangan lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan keuangan lansia di RW 04 Dusun
IV Desa Terai Bangun Kec. Kulim

KEUANGAN LANSIA TERPENUHI

26%

TIDAK

74% IYA
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK
dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 74 % keuangan lansia
terpenuhi dan 26 % keuangan lansia tidak terpenuhi.
• Tempat tinggal lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan tempat tinggal lansia di RW 04
Dusun IV Desa Terai Bangun Kec. Kulim

TEMPAT TINGGAL LANSIA NYAMAN

21%

TIDAK
IYA
79%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 79 % tempat tinggal
lansia nyaman dan 21 % tempat tinggal lansia tidak nyaman
• Hubungan lansia dengan anak
Distribusi frekuensi berdasarkan hubungan lansia dan anak di RW
04 Dusun IV Desa Terai Bangun Kec. Kulim
HUBUNGAN LANSIA DAN ANAK
HARMONIS

14%

TIDAK
IYA
86%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 200 KK


dengan 605 penduduk didapatkan bahwa 89% hubungan lansia dan
anak hurmoris dan 14% hubungan lansia dan anak tidak harmonis.
ANALISA DATA

DATA MASALAH
KEPERAWATAN
MASALAH KESEHATAN PADA
MASYARAKAT RW 04
Data Subyektif:

1. Mayoritas warga memiliki hipertensi


sebesar 25%
2. Warga memiliki asam urat sebesar 30%
Ketidakefektifan
3. 15% warga memiliki penyakit jantung
Pemeliharaan Kesehatan
4. 30% warga memiliki penyakit rematik
di RW 04 Kecamatan
5. 15% warga memiliki penyakit
kulim
Diabetes Melitus

Data Obyektif :
1. 50% warga mempunyai jaminan kesehatan
2. 54% yang tidak membuka jendela setiap
pagi
3. 23% tempat penampuang air yang terbuka
4. 16% warga yang mengolah sampah dengan
membakar sampah
MASALAH KESEHATAN DATA PENDUKUNG MASALAH
KESEHATAN KOMUNITAS
Data Subyektif:
1. Dari hasil wawancara dengan kepala keluarga
di RW 04 rata-rata jarang berolahraga karena
masa pandemi.
2. Dari hasil wawancara beberapa keluarga di
RW 04 sebagian warga yang mengkonsumsi Perilaku Kesehatan
garam dan gula secara berlebih cenderung beresiko di
3. Dari hasil wawancara beberapa keluarga di RW 04 Kecamatan
RW 04 sebagian kulim
4.

Data Obyektif :
1. 35% warga tidak mencuci tangan jika setiap
memegang benda/sedang berada di luar rumah.
2. 25% angka positif jentik di rumah tangga
3. 60% merokok dalam rumah
4. 55% kemampuan kepala keluarga
menyebutkan tidak tahu mengenai hal yang
dapat dilakukan agar dapat hidup sehat.
5. 75% ibu yang memiliki balita
PRIORITAS MASALAH

No Masalah Keperawatan 1 2 3 4 5 6 Total Ranking


1 Ketidakefektifan pemeliharaan 5 5 3 4 4 7 28 1
Kesehatan di RW 04 Kecamatan
kulim

2 Perilaku kesehatan Cenderung 4 5 5 4 4 4 26 2


Beresikodi RW 04
Kecamatan kulim

1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah

2. Motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah

3. Kemampuan perawat untuk mempengaruhi atau memberi solusi

4. Tersedianya keahlian untuk menyelesaikan masalah kesehatan

5. Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika tidak diselesaikan

6. Kecepatan masalah dapat diselesaikan

Kriteria nilai :

1-3 = Rendah

4-6 = Sedang

7-10=Tinggi
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (RENPRA) KOMUNITAS
DI RW 04 PEBATUAN KECAMATAN KULIM TAHUN 2021

NOC NIC
N
Diagnosa Tujuan Strategi intervensi Evaluasi
o
Kode Hasil Kode Hasil
1 KetidakefTujuan jangka Prevensi Prevensi 1. Peningkatan
ektifan panjang : primer primer Latihan
pemeliharSetelah dilakukan 2700 8700 a. Gali
aan tindakan - Pengetahu 4350 - Pendidika Pendidikan pengala
keperawatan
Kesehatan 2701 an : n kesehatan man
diharapkan masalah promosi kesehatan individu
kesehatan - Memfasili sebelum
komunitass di RW
nya
04 Kecamatan kulim - Pengetahu tasi
mengena
menjadi efektif an : pembelaja i latihan
Tujuan jangka perilaku ran b. Damping
pendek: sehat kelompok i
setelah dilakukan individu
tindakan pada saat
mengem
bangkan
program
latihan
untuk
memenu
hi
kebutuha
nnya
c. Lakukan
latihan
bersama
individu,
jika
diperluka
n
d. Monitor
kepatuha
n
individu
terhadap
program
latihan
kepearawatan - Pengetahu - Pengajara Proses 1. Mengadakan tentang
diharapkan : 2702 an : gaya 6520 n kelompok pertemuan dan
Penerapan
1. Pengetahuan hidup kelompok diskusi dengan
keluarga sehat satgas covid- 19 protokol
tentang tentang cara
kesehatan
pentingnya penerapan
kesehatan protokol
meningkat Kesehatan
2. Keluarga 2880 Prevensi Prevensi 1. Bekerja sama
mampu sekunder sekunder dengan pihak
menerapkan 6652 Partnershi kelurahan untuk
perilaku - Partisipasi 7160 - Manajemen p melakukan
hidup bersih 1634 dalam 7910 perilaku pendidikan
dan sehat. pengambila - Modifikasi kesehatan
n perilaku mengenai perilaku
keputusan - Manajemen penerapan protokol
perawatan kasus kesehatan
kesehatan
- Kontrol
resiko
pemberday 1. Memberdayakan
2808 - Keamanan 8180 - Manajemen aan masyarakat agar
dan kesehatan senantiasa
kesehatan lingkungan membersihkan
perawatan lingkungan rumah.
lingkungan 2. Demonstrasi cara
mencuci tangan
dan menerapkan
protokol kesehatan.
Intervensi 1. Mengajarkan
2702 - Kontrol - Panduan keperawata kepada masyarakat
gejala sistem n tentang cara
2802 kesehatan kesehtan Profesional pencegahan covid-
2808 - Deteksi - Pengontrol 19
2702 faktor an berkala 2. Menyediakan
resiko - Transportas fasilitas untuk
2802 - Kopetensi i antar menerapkan
komunitas fasilitas protokol kesehatan
- Status kesehtan seperti pembagian
kesehatan - Skrining masker, dan
komuntas kesehtan penyediaan tempat
- Efektifitas cuci tangan di
progam fasilitas ibadah.
komunitas
Prevensi Prevensi
tersier tersier

2808 - Pengg 8180


unaan 8100 - Penge
sumb mbang
er an
yang kesehat
ada an
diko masyar
munit akat
as - Penge
mbang
an
pemasa
ran
sosial
masyar
akat

Anda mungkin juga menyukai