Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASKEP KELUARGA BARU MENIKAH

Disusun Oleh :

Larassati (1721006)

Dosen Pengampu Ns. Anita Syarifah, S.Kep, M.Kep


Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Tengku Maharatu
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul “ASKEP

Keluarga Baru Menikah ” yang diberikan oleh dosen pengampu yaitu Ns. Anita Syarifah

S.Kep, M.Kep.

Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini.

Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait akhirnya makalah ini

dapat diselesaikan. Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima

kasih kepada Dosen yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan

tugas ini dengan baik.

Kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk memperbaiki

makalah di waktu yang akan datang. Harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita

semua.

Kuansing , 28 April 2020

Larassati
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Baru Menikah....................................................................


1. Definisi........................................................................................
2. Tahap – Thap Pasangan Baru Menikah......................................
3. Masalah Yang Biasa Dilakukan..................................................
4. Tugas Perkembangan..................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian.........................................................................................
B. Diagnosa............................................................................................
C. Rencana Tindakan Keperawatan.......................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran .................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan keluarga  yaitu suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan
keluarga  digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga  dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka
perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui
tingkat pencapaian keluarga  dalam melakukan fungsinya. Memerlukan
pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.
Pengkajian asuhan keperawatan keluarga  dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana keluarga  memenuhi tugas perkembangannya. Pasangan baru (keluarga
baru menikah) ialah ketika masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga  melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga nya masing-masing.
Mempersiapkan keluarga  yang baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi sehari-hari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan
dengan keluarga  sendiri dan orang tuanya, mulai membina hubunganungan
baru dengan keluarga  dan kelompok social lainnya.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang
“Asuhan Keperawatan keluarga Baru Menikah”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keluarga baru menikah ?
2. Bagaimana tugas perkembangan dan masalah – masalah yang terjadi pada
keluarga baru menikah ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru
menikah
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga pemula(baru
menikah).
2. Untuk mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang
terjadi pada keluarga pemula (baru menikah).
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada
keluarga pemula (baru menikah).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Baru Menikah


1. Definisi
Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing.

2. Tahap – Thap Pasangan Baru Menikah


a. Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing.
b. Mempersiapkan keluarga yang baru.
c. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari
d. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya.
e. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga
sendiri. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga
orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan
kelompok social pasangan
f. Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan
anak dan jumlah yang diharapkan

3. Masalah Yang Biasa Dilakukan Oleh Pasangan Baru Menikah


a. Tidak menghadapi masalah utang
Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah
masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah
menikah, maka ada baiknya Anda mengeluarkan dan mengutarakan
semua masalah perutangan Anda, toh ia adalah pasangan Anda, tak ada
yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu dihadapi bersama. Kemudian,
cobalah berhitung dan rencanakan keuangan Anda untuk ke depannya.
Jika perlu, temui ahli perencana keuangan.
b. Mengasingkan diri dari pertemanan
Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan
mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang
berkumpul, pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah,
lalu ikutlah pergi bersama mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya
karena Anda tidak ikut-ikutan flirting bersama pria di klub bukan
berarti Anda tidak bisa menjadi teman yang suportif.
c. Tidak cukup seks
Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei
mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan
terbanyakn ialah kesibukan. Coba untuk menginisiasikan acara
berhubungan intim dengan pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat
jadwalnya. Jika Anda mulai terbiasa untuk melakukannya, maka Anda
akan makin menginginkannya, tak tertutup kemungkinan akan makin
menyukainya juga.
d. Tidak menjaga tubuh
Pernahkah Anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja
menikah akan terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya,
entah mengapa, ini selalu terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum
atau makan di malam hari atau karena sibuk berlelah-lelahan pada
malam hari sehingga pada pagi harinya jadi lebih semangat untuk
sarapan dalam jumlah banyak. Wah, ini mesti diwaspadai. Sebaiknya
Anda mulai memperbanyak agenda untuk berolahraga bersama
pasangan.
e. Mertua dan ipar
Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki
masalah dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur
ekspektasi, seperti Anda akan datang berkunjung bersama pada
akhirnya, ini akan kembali menghantui Anda.
f. Pertengkaran tak penting
Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah
Anda kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk
tidak mudah terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah
sudah memuncak, ucapkan permisi, bilang bahwa Anda butuh waktu
untuk sendiri dulu. Tenangkan diri Anda sejenak. Pastikan Anda dalam
keadaan tenang dan kepala dingin saat ingin menyelesaikan masalah
tadi. Saat emosi, pikiran Anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan
hal-hal yang tak Anda maksudkan yang bisa saja malah memperburuk
masalah.
g. Terobsesi dengan bayi
Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup
setelah menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi
terobsesi untuk memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi
dalam jangka waktu 3 tahun pernikahan mereka. Jadi, mengapa
terburu-buru? Nikmati waktu Anda bersama pasangan, berlibur
bersama, menikmati waktu tanpa perlu pusing memikirkan kerepotan
akan keperluan bayi, dan lainnya. Toh, ketika Anda dalam keadaan
rileks, kemungkinan untuk hadirnya momongan justru lebih besar.

4. Tugas Perkembangan
Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan
Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluargakeluarga sendiri.
orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan
kelompok social pasangan
Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk
mendapatkan anak dan jumlah yang diharapkan Tugas perkembangan
keluarga baru menikah :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
1. Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru
2. Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.
3. Peran berubah.
4. Fungsi baru diterima.
5. Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang
mendasar.
6. Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat
rutinitas Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi
apabila kedua pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan
dari kebutuhan dan minat pasangan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan
mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar
lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.
Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan.
Perawat Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana
peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda
kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi,
kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan
tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada
membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.
Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena
kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu
sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis,
psikologis, kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut.
maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang
tepat, sehingga hal di atas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah
kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam
mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien.
Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien
dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi klien.
Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat
obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran
sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :
1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi.
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita
tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan
metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila
klien menyatakan satu jenis/metoda, perawat dapat menanyakan
alasan penggunaan metoda tersebut. pertanyaan-pertanyaan ini
akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait
dengan kontrasepsi yang digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi.
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus
dapat menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik
penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana
klien tersebut memakai diafragma, kapan dan di mana spermisida
dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus
mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat pengetahuan klien,
perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam
penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat
kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan yang tidak direncanakan.
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang
dipakai.
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan
klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya.
Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya
menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone
dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap
hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan
peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda
tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat.
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi
diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan.
Kaji faktor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik
seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan
kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya
dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.
Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang
berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah:
 Kontrasepsi oral
 Pil keluarga berencana terpadu
Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan
payudara, telat haid, hamil, pendarahan abnormal,
hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk
wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM,
epilepsy, dan penderita hipertensi tidak dianjurkan
menggunakan pil keluarga berencana.
 Mini Pil
Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita
yang harus menghindari segala jenis metoda hormonal,
atau yang mejalani pengobatan kejang
 Kontrasepsi Hormonal
 Hormone Implant
Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid,
hamil, perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya,
penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang
dari lima tahun.
 Hormone Injeksi
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita
dalam masa menyusui.
 Kontrasepsi Mekanik
 Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik
tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks
dan riwayat toksik shock syndrome.
 IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi
terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks,
riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah
persalinan/aborsi, kehamilan ektopik, metroragia
dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola.
 Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya
permanen. Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin
atau sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai anak
Analisa Data Kurang pengetahuan tentang keluarga
berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik,
psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan
yang tidak direncanakan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga  yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga . Agar diperoleh data pengkajian yang akurat
dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat diharapkan menggunakan
bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana
(Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian
keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56).
a. Pengumpulan data
1. Identitas  keluarga  yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal,
dan  tipe keluarga.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan  keluarga
 Tahap perkembangan keluarga  
saat ini perkembangan keluarga  ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga  inti.
 Tahap perkembangan
keluarga  yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga  serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
 Riwayat keluarga  inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga  inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang
biasa digunakan keluarga  serta pengalaman-pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
 Riwayat keluarga  sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga  dari
pihak suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
 Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
type rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
 Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas
setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
 Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga  ditentukan dengan kebiasaan
keluarga  berpindah tempat.
 Perkumpulan keluarga  dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga  untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga  yang ada dan sejauh
mana interaksi keluarga  dengan masyarakat.
 Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga  adalah jumlah
anggota keluarga  yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga  untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota
keluarga  dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
4. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
 Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi
oleh keluarga .
 Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga  didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit.
 Pengobatan tradisional
Merupakan pilihan bagi keluarga  untuk menentukan pengobatan
yang diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu
pengobatan tradisional.
5. Status Sosial Ekonomi
 Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga  mempengaruhi keluarga  dalam
mengenal suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh pula
terhadap pola pikir  dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
 Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap
keluarga  dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada
angota keluarga  yang sakit salah satunya disebabkan karena
suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga  dalam merawat anggota keluarga
yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya
sumber-sumber yang ada pada keluarga .
6. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga  mulai lahir hingga
saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta
pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan
yang terjadi dalam kehidupan keluarga  yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan
kecemasan.
7. Aktiftas
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga  dapat berpengaruh
terhadap terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.
8. Data Lingkungan
 Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai
rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai
faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
 Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi
derajat kesehatan.
9. Struktur keluarga
 Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan
pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak
pasien dan keluarga  untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
 Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga  mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik.
 Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga  menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga  puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak
sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan
dalam keluarga .
10. Fungsi keluarga
 Fungsi afektif
Keluarga  harus saling menghargai satu dengan yang lainnya
agar tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor
tertentu bagi anggota keluarga  itu sendiri.
 Fungsi sosialisasi.
Keluarga  memberikan kebebasan bagi anggota keluarga  dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga  tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga  menjadi sepi. Keadaan ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
 Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
11. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga  adalah:
 Berapa jumlah anak
 Bagaimana keluarga  merencanakan jumlah anggota keluarga
 Metode apa yang digunakan keluarga  dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
12. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga  adalah :
 Sejauhmana keluarga  memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan
 Sejauhmana keluarga  memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
13. Stress dan Koping keluarga
 Stressor jangka pendek dan panjang
 Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga  yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 6 bulan.
 Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga  yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
 Kemampuan keluarga  berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga  berespon
terhadap situasi/stressor.
 Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga  bila menghadapi
permasalahan.
 Strategi adaptasi disfungsional
 Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan
14. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga .
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
15. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

B. DIAGNOSA
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah :
a. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan kurang
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu:
b. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
c. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan
d. ketidakmampuan Koping keluarga b.d gangguan kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab pran skunder.
e. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan pengalaman
seksual

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
a. Kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :
 Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda
kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya.
 Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari
metoda kontrasepsi yang dipilih.
 Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang
dipilih.
 Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih
salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti
metode kontrasepsi.
b. Intervensi
 Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
 Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan
tindakan, mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga
dan mendiskusikan tentang konsukensi tiap tindakan.
 Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakait dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,
menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi
keluarga melakukan perawatan
2. Koping keluarga ketidakmampuan b.d gangguan kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab pran skunder.
a. Tujuan :individu menyusun tujuan jangka panjang dan pendek untuk
perubahan.
b. Criteria hasil
 Menyebutkan harapan untuk diri sendiri dan keluarga
 Menyebutkan sumber daya komunitas yang tersedia
c. Intervensi
 Beri kesempatan pada seluruh anggota keluarga untuk
menddiskusikan penilaian mereka terhadap situasi.
 Hindari saling menyalahkan tetapi fasilitasi ventilasi amarahnya
 Krarifikasi perasaan anggota keluarga
 Jika ada indikasi, minta anggota keluarga untuk
mempertimbangkan masalah dari perspektif anggota keluarga yang
lain
 Jika ada anggota keluarga yang sakit, bantu keluarga untuk
mempunyai harapan yang lebih realistis.
3. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan pengalaman
seksual
a. Tujuan
Individu melakukan kembali aktivitas seksual sebelumnya atau
menjalankan aktivitas seksual pengganti yang lebih memuaskan
b. Criteria hasil
 Mengubah prilaku untuk mengurangi stressor
 Melakukan aktivitas seksual yang memuaskan
c. Intervensi
 Gali hubungan pasien dengan pasangannya
 Dorong untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual
yang mungkin mengganggu pasien.
 Lakukan latihan teratur untuk reduksi stress
 Anjurkan individu melakukan aktivitas seksual sedemikian rupa
yang mendekati pola sebelumnya
4. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan
a. Tujuan
Individu akan membuat pilihan berdasarkan informasi
b. Criteria hasil
 Menyatakan keuntungan dan kerugian dari pilihan berkeluarga
 Menceritakan mengenai ketakutan dan keprihatinan mengenai
pilihan pasangannya.
c. Intervensi
 Tetapkan hubungan saling percaya yang berarti meningkatkan
saling pengertian dan perhatian
 Gali apa yang timbul bila tidak mengambil keputusan
 Benahi kesalahan informasi
 Beri dorongan pada pasangan untuk terlibat dalam mengambil
keputusan
 Kolaborasi denag keluarga untuk mengklarifikasi proses
pengambilan keputusan

Intervensi secara umum yang bias dilakukan perawat


a. Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dan anggotanya bergerak ke
arah penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga.
b. Penguasaan satu kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga
memunginkan keluarga bergerak maju ke arah tahap perkembangan
berikutnya.
c. Jika tugas-tugas perkembang keluarga tidak terpenuhi maka keluarga
disfungsional.
d. Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai proses perkembangan
keluarga.
e. Membantu keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara
kebutuhan dan pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga secara
individual dan fungsi yang optimum ( kebutuhan pertumbuhan keluarga).
f. Membimbing antisipasi & penyuluhan untuk mencapai tujuan prevensi
primer.
g. Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang
h. beda dalam kehidupan keluarga.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
Tahap – thap pasangan baru menikah :
 Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
 Mempersiapkan keluarga yang baru.
 Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari
 Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.
 Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri.
 Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah
yang diharapkan
B. SARAN
Sebaiknya sebagai seorang perawat/calon perawat harus selalu memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasangan keluarga pemula, agar bias menjalin hubungan keluarga yang
harmonis ke depanya nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice Nursing.
Philadelpia: Lippincott.
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000. Community Health and Nursing, Concept and
Practice. Lippincott: California.
Carpenitto, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.
Effendy,N. 1998. Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC.
Friedman, M. M. 1998. Family Nursing Research Theory and Practice, 4 th Edition.
Connecticu : Aplenton
Iqbal,Wahit dkk. 2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga. Jakarta : EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : EGC.
Wright dan Leakey.1984. Penderita Obesitas.Jakarta : PT Pustaka Raya.

Anda mungkin juga menyukai