Anda di halaman 1dari 12

CALON AYAH DAN KETIKA ISTRI HAMIL HUBUNGAN

BAYI DENGAN AYAH

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah bimbingan konseling keluarga.

Dosen pengampu: Aep Saepuloh, S.H.I.,M.Pd.I.

Di susun oleh :

Rahma Dwi andini 0503221012

Nur Fitri Hasanah 0503221013

Khalimatus Sangdiyah 0503221054

Muhammad Nabil Ilmam 0503221009

Sehand Azhar 0503221004

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON

PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING

TAHUN 2024
Kata Pengantar

Dengan penuh syukur kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang "unjuk kerja konselor
profesional". Makalah ini disusun sebagai bagian tugas kelompok untuk memenuhi salah satu
mata kuliah pengembangan pribadi konselor. Kami berharap makalah ini dapat memberi
pemahaman yang lebih mendalam tentang peran dan kinerja konselor profesional dalam
membantu individu mengatasi berbagai masalah psikologis dan emosional.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi para
pembaca. Terima kasih.

Cirebon, 19 Maret 2024

Penulis
1

Datar isi

Kata Pengantar ................................................................................................................ 1

Daftar isi .......................................................................................................................... 2

BAB I Pendahuluan......................................................................................................... 3

A. Latar Belakang................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4

B. Tujuan.............................................................................................................. 4

BAB II Pembahasan........................................................................................................ 5

A. Definisi ………………………………………………………....................... 5

B. Psikologis Seorang Ayah …………………................................................... 5

C. Motivasi Seorang Suami ……………............................................................ 6

D. Adaptasi yang dialami oleh Ayah ………………………………………… 7

E. Tanggung Jawab seorang ayah …………………………………………… 8

F. Peran Ayah dalam Childbearing …………………………………………... 9


BAB III Penutup.............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan.................................................................................................... 10
B. Saran ………………………………………………………………………. 10

Daftar Pustaka................................................................................................................. 10
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita dari remaja sampai usia sekitar empat puluh, menggunakan masa
kehamilan untuk beradaptasi terhadap peran sebagai ibu. Adaptasi ini merupakan
proses sosial dan kognitif kompleks yang didasarkan pada naluri tetapi dipelajari
(rubbin, affonso). Untuk menjadi seorang ibu, seorang remaja harus beradaptasi dari
perasaan dirawat ibu menjadi seorang ibu yang melakukan perawatan.Sebaliknya
seorang dewasa harus mengubah kehidupan rutin yang dirasa mantap menjadi suatu
kehidupan yang tidak dapat diprediksi, yang diciptakan seorang bayi (mercer
1981).Nulipara atau wanita tanpa anak menjadi wanita yang mempunyai anak dan
multipara wanita yang memiliki anak menjadi wanita yang memiliki anak – anak.
(lederman 1984). Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut
mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua begitu pula sama halnya
dengan suami. Suami siap – siap untuk menjadi seorang ayah.
Selama kehamilan kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan
emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya
dia karena akan menjadi seorang ibu dan dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah
nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang ada wanita yang
merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir kalau ada
kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, atau bahwa ada kemungkinan bayinya
tidak normal.Wanita hamil secara ekstrim rentan.Dia takut mati baik dirinya maupun
bayinya, ini membuat banyak wanita lebih bergantung dan menuntut.Inilah waktu
paling tepat untuk memberikan nasehat, seperti mencari dukungan baru.
3
Rumusan Masalah
a. Bagaimana difinisi psikologis seorang ayah ?
b. Bagaimana psikologis seorang ayah ?
c. Bagaimana motivasi seorang suami ?
d. Bagaimana adaptasi yang dialami oleh ayah ?
e. Bagaimana tanggung jawab seorang ayah ?
f. Bagaimana peran ayah dalam childbearing ?
B. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui difinisi psikologis seorang ayah
b. Untuk mengetahui psikologis seorang ayah
c. Untuk mengetahui motivasi seorang suami
d. Untuk mengettahui adaptasi yang dialami oleh ayah
e. Untuk mengetahui tanggung jawab seorang ayah
f. Untuk mengetahui peran ayah dalam childbearing
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Secara klasik, ayah di gambarkan sebagai orang yang tidak terlibat langsung
dalam pengasuhan anak. Berbagai aktivitas dan kesibukan ibu pada awal kehidupan
anak menempatkan tokoh ibu jauh lebih penting disbanding dengan ayah dalam
kehidupan anak. Ayah akhirnya seperti sudah terkondisi sebagai pencari nafkah. Ia
memiliki citra keperkasaan dan kekokohan, namun jauh dari anakknya dan seakan
melepas tanggung jawab membina kehidupan anak secara langsung. Keyakinan
bahwa anak adalah urusan ibu, bukanlah keyakinan yang didominasi oleh masyarakat
Indonesia saja, melainkan suatu keyakinan yang bersifat universal sebagaimana
diyakini di berbagai budaya di dunia ini.
Kondisi seperti itu belakangan ini mulai disoroti dan di gugat. Para ahli kini
merasa relevan untuk mengkaji secara komperhensif mengenai peranan seorang ayah.
Bukan karena berkembangnya gerakan feminimisme, tetapi karena kesadaran baru
bahwa partisipasi seorang ayah dalam membina pertumbuhan fisik dan psikologis
anak itu sangat penting. Jika seorang ayah tidak ikut aktif memperhatikan
perkembangan anaknya, maka sudah pasti akan terjadi ketimpangan.
B. Psikologis Seorang Ayah
Saat istri sedang hamil atau melahirkan, suami ikut merasakan sakit, secara
psikologis ini adalah fakta. Beberapa psikolog berpendapat, perubahan psikologis
tidak hanya dialami oleh istri yang sedang hamil, akan tetapi suami juga merasakan
hal yang sama. Lalu sebenarnya apa yang terjadi pada suami saat istrinya sedang
hamil ?
1. Coudave syndrome. Seorang suami merasakan mual, sakit pinggang dan berat
badanpun bertambah, bahkan bisa terjadi nyidam juga. Padahal yang hamil adalah
istrinya sedangkan suaminya tidak. Mungkin ini disebakan karena adanya rasa
bahagia akan menjadi calon ayah, sekaligus rasa simpati suami terhadap istri yang
mengalami masa – masa sulit kehamilan. Robin Elise Weiss, BA, LCEE seorang
peneliti kesehatan menyebutkannya dengan “ Kehamilan Simpatik “.
2. Adanya rasa bangga yang berlebihan. Jika istrinya hamil, suami biasanya merasa
senang, bangga dan merasa dirinya sebagai pria utuh. Suami sangat bangga karena
istrinya mengandung benih yang diberikannya.
5
3. Adanya rasa bangga karena akan memiliki serang keturunan.
4. Timbulnya rasa cemas. Karena kehamilan istrinya, suami diharapkan adanya
ketidakpastian kondisi janin yang masih dalam kandungan apakah akan terlahir
sehat atau tidak ? apakah akan lancar atau sulit ? atau masalah lain yang
mencakup biaya.
5. Munculya perasaan kesal kerap ditahan. Mungkin suatu ketika suami merasa kesal
saat menghadapi permintaan istri yang tidak biasanya atau istri yang lebih suka
marah – marah pada hal yang sepele. Menghadapi ketidak stabilan emosi istri
yang sedang hamil bukan perkara mudah. Namun, sebagai seorang suami yang
bertanggung jawab dan sayang terhadap keluarga menurutnya harus lebih
bersabar.

Fenomena yang kerap dialami oleh calon ayah. Bahkan penelitian yang
dilakukan pada tahun 2005 silam, membuktikan bahwa 90 % suami merasakan gejala
yang sama, paling tidak satu, saat istrinya sedang hamil. Anehnya ibu hamil sendiri
tidak merasakan gejala – gejala tidak menyenangkan tersebut. Bahkan ia tidak
merasakan perubahan apa – apa selain membesarnya perut dan bertambahnya berat
badan inilah yang sering dibilang orang “ suami sakit, istri ngebo “. Memang ada
yang demikian. Jadi bukan karena apa – apa, memeng gejala kehamilan itu sendiri
setiap orang tidaklah sama yang dialaminya. Seetiap ibu hamil berbeda – beda yang
dialaminya, ini tergantung kndisi ibu, kandungan dan kesehatan ibu.

Dalam sebuah jurnal ilmiah, gejala ini merupakan sebuah konsekuensi dari
perasaan iri yang muncul pada pria, terhadap kemampuan prokreatif yang terjadi pada
wanita, sementara penjelasan lain menyabutkan bahwa sindrom cauvade dilanda
karena seorng calon ayah dilanda cemas akan perubahan hidup yang akan dialaminya.
Perasaan cemas ini mendorong pria untuk mencari kenyamanan yaitu dengan makan
lebih banyak sehingga berat badannya ikut meningkat. Nah saat bertambahnya berat
badan inilah membuat jaringan lemak meningkat dan akan mengubah testoteron
menjadi estrogen. Peningkatan kadar estrogen ini membuat terjadinya mood swing
dan rasa mual ( morning sickness ). Lalu bagaimana mengatasi rasa morning sickness
pada suami ? cobalah melakukan olahraga berdua dipagi hari, lakukan relaksasi
dengan cara pijat atau melakukan aktivitas lainnya yang membuat anda merasa releks.

C. Motivasi Seorang Suami


Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi
seorang ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai
keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya menjadi seorang ayah
dan menjadi pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan
sangat memperhatikan keadaan ibu yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks
karena takut akan mencederai bayinya. Ada pula pria yang hasrat seksualnya terhadap
wanita hamil relatif lebih besar. Disamping respon yang diperlihatkannya, seorang
ayah dapat memahami keadaan ini dan menerimanya.
Zaman dahulu seorang suami ikut mendukung kehamilan istrinya dengan
ritual-ritual keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang diberikan oleh suami pada
saat ini, bentuk dukungan yang diberikan oleh suami lebih pada :
1. Untuk saling berkomunikasi dari sejak awal.
2. Menempatkan nilai – nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan menjadi
orang tua.

D. Adaptasi yang dialami oleh Ayah


Sumber stres ayah :
1. Masalah keuangan.
2. Kondisi yang tidak diinginkan selama hamil.
3. Cemas bayinya tidak sehat/tidak normal.
4. Khawatir nyeri istrinya saat melahirkan.
5. Peran setalah melahirkan.
6. Perubahan hubangan dengan istri, keluarga, dan teman-temannya.
7. Kemampuan sebagai orang tua.

E. Tanggung Jawab Seorang Ayah


Ketika seorang Ibu mengandung, benarkah hanya ibu sendiri yang mesti
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup janin ? sudah tentu tidak. Allah telah
menetapkan, bahwa keberadaan janin berasal atas usaha dua orang tua manusia, yaitu
suami dan istri. Kepada mereka berdua Allah telah menitipkan amanah yang sangat
berat ini, yang mesti dijalankan dengan ikhtiar.
7
Sayangnya, masih banyak para suami yang tidak menyadari tanggung
jawabnya sebagai pendamping istri selama masa kehamilan. Tanggung jawab dalam
hal ini bukan hanya sebatas kehadirannya secara fisik saja, akan tetapi dukungan
moral dan mental sangat dibutuhkan. Suami hanya berperan mencari nafkah saja,
padahal itu belumlah cukup. Suami mestinya juga turut bertanggung jawab atas beban
yang dijalani istrinya, karena jika tidak, suami serta janinlah yang menanggung
akibatnya.
Beberapa kasus sebagai akibat dari kurangnya perhatian suami terhadap
istrinya selama masa kehamilan, dapat mengakibatkan kelahiran premature, kelahiran
sulit, sebagian juga menyebabkan gangguan pada janin, seperti cacat, pertumbuhan,
serta perkembangan tidak sempurna hingga pemicu terjadinya kematian. Banyak
keluhan yang menjadikan ibu hamil tidak nyaman berkaitan dengan kehamilannya,
hal ini memicu timbulnya stress dan depresi. Ibu hamil mudah sekali sedih, merasa
sendiri, dan putus asa. Untuk itu perhatian dan kasih saayang suai sangat dibutuhkan,
demi mendukung kekuatannya secara psikologis agar lebih tenang dan bersemangat
dan menjalankan kehamilan dengan menyenangkan.
Pada masa ini, suami seyogyanya mengerti dan bersedia berbagi tugas deanga
istri. Pekerjaan sehari – hari yang biasa dikerjakannya sendiri oleh istri, sebaiknya
dengan ikhlas dibagi dengan suami. Suami hebat adalah suami yang bisa memahami
kondisi istri dan mau meringankan bebannya tanpa disuruh.
Berikut adalah hal – hal yang sebaiknya dilakukan oleh seorang suami ketika
istrinya hamil :
1. Memenuhi Kebutuhan Fisik Janin
Ini adalah wajib, orangtua jangan sampai meremehkan kebutuhan fisik
janin. Pertumbuhan sel – sel yang menyusun otak, serta anggota badan, sudah
mulai terbentuk sejak sperma bertemu ovum. Oleh karena itu, sejak awal
kehamilan, suami harus mulai siaga. Secara kuantitas, ibu hamil diperbolehkan
makan secukupnya. Namun, secara nutrisi yang dibutuhkan janin dan sang ibu.
Terutama kandungan protein, vitamin, serta gizi lainnya.
Mungkin suatu ketika suami harus rela menyediakan kebutuhan ini, walau
itu berarti suami harus bangun malam demi membuatkan segelas susu hangat plus
kentang dan telur rebus. Jika kebetulan ada sepotong kue, taka da salahnya suami
berbagi dengan istri, demi kasih sayang untuk istri dan calon si buah hati. Seorang
suami yang bijak, seharusnya rajin mengontrol pola makan istri,
8
menyediakan makanan bergizi, dan memberikan motivasi pada istri agar menjaga
makan dan mengkonsumsi makanan yang sarat nilai gizi. Termasuk pula
mengajak istri menghindari mengkonsumsi makana yang nilai gizinya rendah,
serta menghindari makan makanan yang dapat mengganggu perkembangan janin.
2. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang
Pemenuhan kebutuhan kasih sayang janin diperoleh dari lingkungan
internal dan eksternal ibu. Perlu dingat, secara internal untuk bisa memenuhi
kebutuhan tersebut, ibu.

F. Peran Ayah dalam Childbearing


Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama) adalah keluarga yang
menantikan kelahiran yang dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama
dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.
Peran calon ayah dapat dimulai selagi kehamilan istri membesar dan semakin
kuat saat bayi dilahirkan. Pada periode awal seorang ayah harus mengenali
hubungannya dengan anak, istri, dan anggota keluarga lainnya. Periode berikutnya
ayah dapat mencerminkan suatu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan
keluarga, periode waktu berkonsolidasi ini meliputi peran negosiasi (suami istri, ibu-
ayah,orang tua-anak,saudara-saudara) untuk menetapkan komitmen . perode yang
berlangsung akan membutuhkan waktu.
Terjadi waktu transisi fisik dan psikologis bagi ibu serta ayah dan seluruh
anggota keluarga, dalam hal ini orang tua, saudara atau anggota keluarga lainnya
harus dapat beradaptasi terhadap perubahan stuktur karena adanya anggota keluarga
baru yaitu bayi, dengan kehadiran seorang bayi maka sistem dalam keluarga akan
berubah serta pola pikir keluarga harus dikembangkan. Calon ayah terkadang
mengobservasi pria lain yang sudah menjadi ayah dan mencoba bersikap seperti
seorang ayah untuk menentukan kenyamanan dan kesesuaian dengan konsepnya akan
peran seorang ayah. Calon ayah mencari informasi tentang perawatan dan tumbuh-
kembang bayi, sehingga ia dapat mempersiapkan diri untuk tanggung jawab yang
baru. Meskipun ia mendapatkan pengetahuan yang banyak akan persiapan menjadi
ayah, akan tetapi ia tetap saja belum siap untuk mempelajarinya saat ini, sehingga ia
mungkin masih abstrak akan pengetahuan dan pelatihan tentang perawatan bayi.
Maka dari itu, perawat harus mengulang kembali informasi-informasi tersebut setelah
bayi lahir, sehingga pengetahuannya menjadi relevan dengan praktiknya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi
seorang ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai
keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya menjadi seorang ayah
dan menjadi pencari nafkah untuk keluarganya.
Saat istri sedang hamil atau melahirkan, suami ikut merasakan sakit, secara
psikologis ini adalah fakta. Beberapa psikolog berpendapat, perubahan psikologis
tidak hanya dialami oleh istri yang sedang hamil, akan tetapi suami juga merasakan
hal yang sama.

B. Saran
1. Akademi Perawatan Serulingmas
Agar dapat melengkapi beberapa buku untuk referensi makalah mengenai
keperawatan maternitas.
2. Mahasiswa Akper Serulingmas
Untuk mengembangkan ilmu keperawatan maternitas dari beberapa sumber
buku yang mungkin ditemukan dalam beberapa buku kepemilikan pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

materi pendahuluan menurut rubbin, affonso, mercer 1981 dan lederman 1984
Robin Elise Weiss, BA, LCEE seorang peneliti kesehatan menyebutkannya dengan “
Kehamilan Simpatik “.

artikel https://www.academia.edu/33181895/adaptasi_seorang_ayah

10

Anda mungkin juga menyukai