Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PSIKOLOGI KELUARGA

“KONTROVERSI PERANAN AYAH DAN


PERLAKUAN CALON AYAH KETIKA ISTRI SEDANG HAMIL”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Keluarga

Dosen Pengampu :
Dr. Ilham Hamid, S.Ag., M.Pd

Oleh :
Kelompok 3
Nur Annisa 50200121043
Nurul Alfira 50200121051
Yuska Yuliatra 50200121052
Arman M 50200121058

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala

yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, serta Innayah-Nya sehingga kami bisa

menjalankan aktifitas seperti biasanya. Shalawat beriringan salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KONTROVERSI PERANAN

AYAH DAN PERLAKUAN CALON AYAH KETIKA ISTRI SEDANG

HAMIL” ini sebagai tugas yang akan dikumpulkan dan dipresentasikan.

Selanjutnya kami ucapakan banyak terima kasih kepada teman-teman,

serta semua pihak yang terlibat dan telah memberikan dukungan dalam proses

pembuatan makalah ini.

Adapun yang terakhir kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak

kekurangan, untuk itu kami mengharapkan masukan dan saran dari pembaca demi

perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat makalah ini sebagai pembelajaran.

Gowa, September 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ............................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 2
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................. 5
A. KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK .................. 5
B. DAMPAK PENGASUHAN AYAH TERHADAP PERKEMBANGAN
ANAK.............................................................................................................. 7
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLIBATAN
AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK ....................................................... 9
D. BENTUK DUKUNGAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG HAMIL .. 12
E. DAMPAK KEHAMILAN PERTAMA ISTRI BAGI KEHIDUPAN
SUAMI .......................................................................................................... 16
BAB III.............................................................................................................. 18
KESIMPULAN ................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ayah merupakan kepala rumah tangga dalam keluarga, dan sering

disebut sebagai orang yang tidak pernah ikut terlibat dalam urusan

mengurus anak, karena kesibukannya mencari nafkah. Fungsi dan tugas

ayah tentu tidak sama dengan ibu, pada zaman dulu masyarakat berfikir

bahwa ibu lebih berorientasi pada pengasuhan untuk anak, sedangkan ayah

lebih kepada perlindungan bagi keluarga terutama untuk anak. Ayah

akhirnya bukan lagi sebagai pengasuh anak, lebih sibuk sebagai pencari

nafkah, namun jauh dari anak-anaknya dan seperti lepas dari tanggung

jawab membina kehidupan anak secara langsung.

Masalah peranan ayah dalam mengasuh dan mendidik anak masih

menjadi perdebatan dikalangan masyarakat. Maka sampai sekarang belum

ada gambaran yang sama mengenai peranan ayah dalam mendidik dan

mengasuh anak. Upaya mencari pemahaman secara mendalam tentang

peranan ayah juga bertambah penting, karena kegiatan wanita di dunia

berkembang dengan motif mencari kepuasan diri atau tuntutan ekonomi,

banyak wanita dewasa yang bekerja di luar rumah. Akan tetapi dalam

kenyataanya bahwa ayah juga dapat mengasuh dan merawat anaknya

meski sedikit berbeda dengan cara ibu. Ayah dalam pengasuhan lebih

cenderung memberikan keberanian dan tanggung jawab kepada anak,

sedangkan ibu lebih kepada kelembutan dan kasih sayang. Ketika ayah

2
sering berinteraksi dengan anak, berkomunikasi dengan anak, dan

meluangkan waktu untuk bermain bersama anak, maka ayah itu bisa

dibilang sudah efektif dalam mendidik anak. Keterlibatan peran ayah juga

berpengaruh bagi perkembangan anak tersebut, namun tidak akan terjalin

interaksi bila seorang ayah tidak mau meluangkan waktu untuk

berinteraksi dengan anaknya, misalnya seperti bermain, atau bahkan hanya

sekedar bertanya tentang keadaan anaknya.

Besarnya peran ayah terhadap anak juga ditunjukkan oleh beberapa

hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa peran ayah memberi dampak

positif terhadap perkembangan anak mereka, baik secara motorik,

emosional, kognitif, dan sosial. Peran ayah juga meningkatkan motivasi

prestasi belajar anak1 dan prestasi akademik anak. Sementara itu, temuan

lain mengungkapkan bahwa keterlibatan ayah sangat terkait dengan

penyesuaian perilaku anak, berdampak positif terhadap self-esteem

remaja2 dan pengungkapan diri remaja. Selain itu, keterlibatan ayah juga

dapat mencegah perilaku seks pranikah, meskipun pengasuhan seksualitas

yang dilakukan belum optimal.

Tidak dipungkiri pula pada masa kehamilan, peran Ayah sangat

dibutuhkan dan ternyata berpengaruh pada tumbuh kembang janin.

Sebagai ilustrasi, tidak sedikit Ibu yang ngidam di masa kehamilannya.

Saat inilah Ibu membutuhkan dukungan Ayah. Biasanya Ayah dengan

1
Siti Nurhidayah, “Pengaruh Ibu Bekerja dan Peran Ayah dalam Coparenting terhadap Prestasi
Belajar Anak”, Jurnal FISIP: Soul Vol I No 2, 2008, h.13.
2
Ismi Isnaini Kamila dan Mukhlis, “Perbedaan Harga Diri (Self-Esteem) Remaja Ditinjau dari
Keberadaan Ayah”, Jurnal Psikologi Vol 9 No 2, 2013, h. 100.

3
sigap mencari makanan atau minuman yang Ibu inginkan. Namun, peran

Ayah tidak hanya dibutuhkan saat Ibu ngidam. Dalam akivitas sehari-hari

Ayah juga perlu ikut menjaga dan merawat janin dengan berbagai cara.

Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai kontroversi

peranan ayah dan perlakuan calon ayah terhadap istri yang hamil.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka adapun rumusan masalah

yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :

1. Bagaimana keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak?

2. Bagaimana dampak pengasuhan ayah terhadap perkembangan

anak?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam

pengasuhan anak?

4. Bagaimana bentuk dukungan suami terhadap istri yang hamil?

5. Bagaimana dampak kehamilan pertama istri bagi kehidupan suami?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK


Pengasuhan merupakan suatu perilaku yang pada dasarnya
mempunyai kata-kata kunci yaitu hangat, sensitif, penuh penerimaan,
bersifat resiprokal, ada pengertian, dan respon yang tepat pada kebutuhan
anak. Allen & Daly (2007) mengemukakan bahwa konsep “keterlibatan
ayah” lebih dari sekedar melakukan interaksi yang positif dengan anak-
anak mereka, tetapi juga memperhatikan perkembangan anak-anak
mereka, terlihat dekat dengan nyaman, hubungan ayah dan anak yang
kaya, dan dapat memahami dan menerima anak-anak mereka. Pengasuhan
dengan ciri-ciri tersebut melibatkan kemampuan untuk memahami kondisi
dan kebutuhan anak, kemampuan untuk memilih respon yang paling tepat
baik secara emosional, afektif, maupun instrumental.
Keterlibatan dalam pengasuhan anak mengandung aspek waktu,
interaksi, dan perhatian. Suatu keterlibatan adalah suatu partisipasi aktif
dan mengandung pengertian berulang. Pengasuhan anak bukanlah suatu
kegiatan yang selesai dalam sehari melainkan berkesinambungan dari
waktu ke waktu dari suatu tahap perkembangan, ke tahap perkembangan
berikutnya. Oleh karena itu, meski banyak orang mempercayai bahwa
kualitas lebih baik dari kuantitas atau dengan kata lain kualitas berinteraksi
lebih penting daripada lamanya waktu berada bersama anak, tetaplah tidak
dapat dikatakan bahwa efek positif suatu interaksi yang berkualitas akan
bertahan lama jika interaksi hanya terjadi sekali dalam jangka waktu yang
cukup lama. Pengertian berulang berarti partisipasi seorang ayah terjadi
dalam frekuensi yang lebih dari hanya sekedar sekali dan dalam suatu
kurun waktu yang panjang.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa keterlibatan adalah partisipasi
aktif dan di dalamnya terkandung pengertian inisiatif. Seorang ayah
dikatakan terlibat dalam pengasuhan anak ketika ayah berinisiatif untuk

5
menjalin hubungan dengan anak dan memanfaatkan semua sumber
dayanya baik afeksi, fisik, dan kognisinya. Ketika seorang ayah
memanfaatkan sisi emosionalitasnya ia akan terlibat dengan hangat ketika
berinteraksi dengan anaknya. Selain itu, keterlibatan dalam pengasuhan
juga melibatkan unsur fisik dan kognitif. Seorang ayah yang terlibat akan
melakukan kontak-kontak fisik dengan anaknya baik dalam bentuk
sentuhan, ataupun dalam permainan. Hawkins & Palkovits (1999)
menekankan pentingnya manifestasi keterlibatan yang mencakup sisi
afektif, psikologis, kognitif, ekonomi, etika, dan spiritual.
Palkovitz (dalam Sanderson & Thompson, 2002) mengemukakan
beberapa kategori keterlibatan ayah dalam pengasuhan yang meliputi :
1. communication (mendengarkan, berbincang/berbicara,
menunjukkan rasa cinta)
2. teaching (memberi contoh peran, melakukan aktivitas dan minat
yang menarik)
3. monitoring (melakukan pengawasan terhadap teman-teman,
pekerjaan rumah)
4. cognitive processes (khawatir, merencanakan, berdoa)
5. errands (mengurus)
6. caregiving (memberi makan, memandikan)
7. shared interest (membaca bersama)
8. availability (keberadaan)
9. planning (merencanakan berbagai aktivitas, ulang tahun)
10. shared activities (melakukan kegiatan bersama, misal belanja,
bermain bersama)
11. preparing (menyiapkan makanan, pakaian)
12. affection (memberi kasih sayang, sentuhan emosi)
13. protection (menjaga, memberi perlindungan)
14. emotional support (membesarkan hati anak).

6
B. DAMPAK PENGASUHAN AYAH TERHADAP PERKEMBANGAN
ANAK
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak ternyata memberi
dampak positif pada anak yaitu bahwa ikatan antara ayah dan anak
memberikan warna tersendiri dalam pembentukan karakter anak. Ayah
membantu anak bersifat tegar, kompetitif, menyukai tantangan, dan senang
bereksplorasi. Ikatan ayah-anak juga mampu meningkatkan kemampuan
adaptasi anak, anak menjadi tidak mudah stres atau frustasi sehingga lebih
berani mencoba hal-hal yang ada di sekelilingnya. Secara tidak langsung
dapat membantu anak lebih siap masuk sekolah. Selain itu, berdasarkan
penelitian, anak perempuan yang dekat dengan ayahnya memiliki
keinginan berprestasi tinggi dan berani bersaing. Anak perempuan akan
cenderung terhindar dari hubungan pacaran yang tidak sehat karena ia
dapat menghargai diri sendiri seperti halnya ayah menghargainya. Begitu
pun bila ayah dekat dengan anak lelakinya, maka kemungkinan anak
tersebut terjebak dalam masalah kenakalan remaja sangat kecil
peluangnya. Hal ini disebabkan anak lelaki meniru model acuannya, yaitu
ayahnya sendiri yang membantu anak berkembang. Anak akan lebih
mudah menyerap nilai-nilai yang diberikan ayah pada dirinya. Hasil
penelitian lain menunjukkan anak-anak yang memiliki ayah yang mau
terlibat secara emosional dalam kehidupan anak juga menunjukkan
ketrampilan bergaul dan nilai akademik yang lebih baik. Sebaliknya, sosok
ayah yang suka menghina, meremehkan, dan memarahi anak cenderung
akan menimbulkan perilaku agresif dan tidak kooperatif.
Berdasar pada beberapa hasil penelitian, Lamb (1981) membuat
rangkuman tentang dampak pengasuhan ayah pada perkembangan anak,
yaitu :
a. Perkembangan peran jenis kelamin
Pada anak usia 2 tahun, ayah lebih atraktif berinteraksi
terutama dengan anak laki-lakinya daripada anak perempuan.
Sebagai responnya, anak laki-laki mengembangkan

7
kecenderungan identifikasi jenis kelamin pada ayah. Ayah yang
mempunyai anak 2 tahun telah siap dan yakin/percaya bahwa
ayah harus memberikan model peran pada anak laki-lakinya.
Identitas jenis kelamin harus terjadi pada tahun ketiga
kehidupan karena jika melebihi waktu ini akan menyebabkan
kesulitan yang lebih besar dan problem sosioemosional yang
lebih banyak dibanding jika terjadi sebelumnya. Teori
modeling memprediksi bahwa derajat identifikasi tergantung
pada pengasuhan ayah (fathers nurturance). Ayah yang hangat,
nurturant dan terlibat dalam pengasuhan, mempunyai anak-
anak laki-laki yang maskulin dan anak-anak perempuan yang
feminin.
b. Perkembangan moral
Ayah berpandangan positif tentang pengasuhan mempunyai
anak laki-laki yang mengidentifikasi ayah mereka dan
menunjukkan moralitas yang terinternalisasi. Penelitian yang
lain menunjukkan bahwa ayah yang nurturant dan ayah-ayah
yang secara aktif terlibat dalam pengasuhan membantu
perkembangan altruisme dan kedermawanan. Pada beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki yang nakal
seringkali berasal dari keluarga yang ayahnya antisosial, tidak
empati dan bermusuhan.
c. Motivasi Berprestasi dan Perkembangan Intelektual
Terdapat kaitan antara kehangatan hubungan ayah-anak dan
performansi akademik. Hubungan ayah-anak yang harmonis
akan dapat membangkitkan motivasi anak untuk berprestasi.
d. Kompetensi sosial dan Penyesuaian Psikologis
Orang dewasa yang penyesuaian dirinya sangat bagus,
ketika masa kanak-kanak mempunyai hubungan yang hangat
dengan ayah-ibunya dalam konteks hubungan pernikahan yang
bahagia.

8
Berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli, Shapiro (2003)
menunjukkan bahwa keterlibatan para ayah mampu mendukung dan
menstimulasi rasa ingin tahu, minat menjelajah, dan kemampuan anak-
anak perempuan untuk bertindak mandiri. Di sisi lain, kedekatan dengan
ayah dan kepercayaan kepada ayah secara ideal juga mampu menekan rasa
ingin tahu dan sikap tegas berlebihan pada diri anak laki-laki. Anak laki-
laki merasa lebih aman menerapkan sikap tersebut karena merasakan
kepedulian ayahnya. Selain itu, anak dapat merasa aman dalam
berkreativitas. Peran ayah juga penting dalam meningkatkan kemampuan
anak perempuan dalam menjalankan hubungan dengan sosok pria dan
kemampuan mereka untuk menjalin hubungan sebagai orang dewasa.
Shapiro menyimpulkan bahwa keterlibatan ayah mampu membantu anak-
anaknya melakukan identifikasi gender secara layak saat si anak tumbuh
dewasa kelak.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLIBATAN


AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK
Menurut Shapiro (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keterlibatan ayah, yaitu :
a. Tingkat keyakinan ayah untuk terlibat
Beberapa ayah sangat ingin menjalin ikatan yang erat
dengan anak-anak mereka. Beberapa lebih suka menjaga jarak.
Beberapa ayah merasa lebih nyaman berhubungan dengan
anak-anak mereka yang sudah mencapai usia sekolah. Ayah
yang mempunyai ikatan yang tinggi akan mempunyai ikatan
yang erat dan terlibat lebih dalam. Ikatan yang erat antara ayah
dan anak didasari oleh adanya keyakinan ayah untuk terlibat
dalam pengasuhan.
b. Kemauan dan keinginan ibu untuk berbagi dalam membesarkan
anak

9
Meskipun kebanyakan wanita mengharapkan lebih
banyak uluran tangan dan bantuan untuk menyelesaikan tugas-
tugas rumah tangga, tidak semua wanita siap melepaskan
kendali atas hak merawat bayi (anak) mereka. Hal ini
menyebabkan berkurangnya kesempatan ayah untuk terlibat.
c. Hubungan orangtua
Hubungan orangtua merupakan faktor terpenting dalam
membesarkan anak. Orangtua yang saling peduli, saling
mengerti dan saling mencintai dapat dijadikan model dan
dicerna ke dalam jiwa anak-anak. Kehidupan mereka akan
memupuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika
hubungan perkawinan terganggu, keterlibatan ayah dengan
anak-anaknya secara mudah akan ikut terganggu.
d. Faktor ekonomi
Hampir semua ayah beranggapan bahwa memberi
nafkah finansial merupakan sebuah keharusan sehingga mereka
merasa dapat mengorbankan waktunya dengan anak-anak.
Menyeimbangkan pekerjaan dengan keluarga merupakan hal
yang sulit bagi kebanyakan ayah.
e. Aspirasi karier dan keluarga
Beberapa bidang karier memiliki tuntutan yang sangat
tinggi, terutama pada tahun-tahun awal yang kerap bersamaan
dengan saat anak-anak tumbuh. Banyak ayah yang terbelah
diantara rasa takut kehilangan lahan yang kompetitif di tempat
kerja dan keinginan untuk bersama anak-anak.
f. Pekerjaan istri di luar rumah
Pembagian tugas-tugas rumah tangga dan merawat anak
perlu diatur bersama ketika seorang istri bekerja di luar rumah
dengan jumlah jam kerja yang sama panjang dengan suaminya.
Pembagian tugas yang tidak seimbang dapat menyebabkan
keterlibatan orangtua tidak optimal.

10
g. Tersedianya bantuan tambahan
Kehadiran seseorang yang dapat membantu
menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga atau mengasuh anak
(misal : pengasuh bayaran, nenek/kakek, saudara suami/istri),
biasanya/seharusnya mampu meningkatkan kualitas waktu
yang dapat diluangkan bersama keluarga.
h. Status hukum seorang ayah
Akses para ayah yang tidak memiliki hak asuh akan
menjadi sangat terbatas. Sebaliknya, ayah tunggal, jika seorang
pria harus membesarkan anak-anaknya sendirian, kemungkinan
besar harus melakukan penyesuaian terhadap beberapa gaya
hidupnya. Akibat rasa lelah dan emosi yang terkuras,
kemampuan dan minat untuk menjadi orangtua yang terlibat
dapat memudar. Jika ayah berstatus ayah tiri, perasaan ayah tiri
terhadap anak tiri, dan sebaliknya, tidak akan sama dengan
perasaan masing-masing terhadap ayah atau anak kandung atau
terhadap keluarga yang diadopsi. Hak seorang ayah tiri
terhadap anak-anak tirinya juga lebih kecil. Seorang ayah tiri
mungkin tidak dibolehkan mendisiplinkan anak-anak tirinya.
i. Nilai-nilai pribadi seorang ayah
Beberapa ayah percaya bahwa keterlibatan dan waktu
yang mereka habiskan bersama anak-anak akan membawa
dampak positif. Jika keduanya merupakan prioritas dalam
kehidupan seorang ayah, ia akan melakukan apa pun untuk
dapat hadir dan siap untuk anak-anak mereka. Beberapa pria
lain percaya bahwa keterlibatan dengan anak-anak merupakan
tugas wanita atau orang lain. Peran mereka sebagai ayah lebih
diarahkan pada upaya-upaya mencari nafkah dan melindungi
keluarga dari jauh.
j. Sejarah pribadi seorang ayah

11
Pria yang dibesarkan jauh dari ayah mereka cenderung
kurang terlibat dengan anak-anak mereka. Atau, jika
pengalaman masa kecil mereka menyakitkan, mereka dapat
melakukan hal yang sebaliknya. Jika ayah dianiaya atau
diabaikan pada masa kanak-kanak, ayah menghadapi lebih
banyak rintangan agar dapat dekat dengan anak-anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor


yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan meliputi faktor
personal/ayah (antara lain kesejahteraan psikologis, kepribadian, sikap,
keberagamaan pengetahuan, keyakinan/efikasi diri, aspirasi karier dan
keluarga, status hukum ayah, nilai-nilai pribadi, sejarah pribadi, motivasi),
faktor anak (antara lain : usia, temperamen, jenis kelamin), faktor ibu
(antara lain : kemauan/keinginan ibu untuk berbagi dalam membesarkan
anak, status bekerja istri, dukungan pada suami), dan faktor
sosiokontekstual (antara lain : hubungan orangtua, kondisi ekonomi,
tersedianya bantuan orang lain, pengharapan budaya).

D. BENTUK DUKUNGAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG HAMIL


Masa kehamilan merupakan masa yang ditunggu-tunggu oleh
pasangan suami istri yang ingin memiliki anak. Istri memiliki peran yang
lebih besar karena harus mengandung dan mengalami perubahan fisik
selama proses kehamilan. Dengan adanya dukungan suami, maka istri
akan merasa sangat terbantu dan cenderung lebih sedikit mengalami stress.
Kondisi ini juga akan berpengaruh terhadap kesehatan bayi karena hormon
stress saat hamil dapat membuat anak lebih sensitif terhadap stress.
Berikut beberapa hal yang dilakukan suami dalam mendukung istri
selama masa kehamilan:
a. Memberikan dukungan praktis

12
Kehamilan adalah masa yang melelahkan untuk bagi
seorang istri karena dengan energi dengan yang terbatas, ia
harus dapat memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan
untuk perkembangan bayi. Terlebih lagi perubahan hormon
saat kehamilan akan menurunkan energi sehingga ibu hamil
akan lebih mudah merasa ngantuk dan terlelap. Bantuan suami
sangat dibutuhkan untuk mencegah kelelahan berlebih dan
memastikan istri memperoleh istirahat yang cukup. Hal utama
yang dapat dilakukan adalah mengambil alih pekerjaan rumah
seperti memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya.
Dengan begitu istri akan memiliki waktu lebih untuk
beristirahat.
b. Beri Perhatian Kepada Istri dan Janin
Peluk, belai, cium, dan temani istri. Perhatian-perhatian
tersebut akan membantu menenangkan istri serta membuat istri
merasa dicintai dan diperhatikan. Mau mendengarkan setiap
keluhan juga adalah bentuk perhatian suami yang sangat berarti
untuk sang istri, karena akan banyak tantangan dan
ketidaknyamanan yang akan dirasakan ibu selama masa
kehamilannya. Sebagai calon ayah, suami juga diharapkan
dapat memberi perhatian kepada janin yang ada di perut ibu.
Mengelus-elus perut ibu dan mengajak Si Kecil berbicara dapat
menumbuhkan ikatan jalinan antara bayi dengan ayahnya.
c. Bantu memenuhi kebutuhan nutrisi
Pemenuhan nutrisi merupakan hal penting untuk
menjaga kesehatan selama kehamilan dan perkembangan bayi
dalam kandungan. Ibu hamil akan membutuhkan vitamin dan
asupan mineral lebih banyak. Oleh karena itu, suami sangat
berperan untuk memenuhi kebutuhan asupan istri dengan
menjamin ketersediaan makanan yang diperlukan selama
kehamilan, serta mengingatkan istri untuk memeriksakan status

13
gizi dan mengonsumsi vitamin A dan zat besi selama
kehamilan.
d. Menerapkan pola hidup sehat di keluarga
Perkembangan bayi dalam kandungan sangat
terpengaruh oleh gaya hidup orangtuanya. Masa kehamilan
juga dapat menjadi waktu yang tepat untuk memulai perubahan
gaya hidup. Sebagai calon ayah, suami harus mengingatkan
istri untuk menghindari konsumsi yang berbahaya bagi
kandungannya seperti alkohol dan rokok. Selain itu, ingatkan
untuk mengontrol asupan kafein, gula, dan garam berlebih
untuk menghindari komplikasi selama kehamilan. Suami juga
harus memberikan contoh dengan menerapkan kebiasaan pola
hidup sehat dan yang terpenting adalah untuk tidak
mengonsumsi alkohol dan merokok di dekat istri yang sedang
hamil. Asap rokok akan sangat berbahaya bagi kandungan dan
membuat udara di sekitar rumah dipenuhi dengan racun dari
asap rokok.
e. Penuhi dukungan secara sosial dan emosional
Seiring dengan perkembangan kehamilan, istri akan
mengalami perubahan fisik dan rasa tidak nyaman dengan
kehamilannya. Suami adalah salah satu orang terdekat yang
dapat memberikan dukungan untuk melewati masa kehamilan.
Berikut beberapa bentuk dukungan sosial dan emosional yang
dapat dilakukan oleh suami untuk memberikan dukungan
selama kehamilan :
1) Berada di dekat istri selama kehamilan
2) Ajak istri berkomunikasi dan dengarkan semua keluhannya
3) Menyemangati dan memberikan rasa nyaman
4) Penuhi keinginan untuk memakan makanan tertentu dan
melakukan sesuatu seperti berjalan-jalan keluar rumah

14
5) Ciptakan suasana rumah yang menyenangkan dan nyaman
untuk beristirahat
f. Temani istri untuk menghadiri pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan selama kehamilan atau yang
dikenal dengan antenatal care adalah pemeriksaan rutin hal
yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan kehamilan,
potensi komplikasi pada kehamilan, dan untuk mengetahui
apakah istri sudah memenuhi kebutuhan nutrisi selama
kehamilan. Dengan ikut hadir dalam pemeriksaan kesehatan,
akses istri ke pelayanan kesehatan akan lebih mudah
dibandingkan jika ia pergi sendiri. Selain itu suami dapat
mengetahui kesehatan istrinya secara langsung dan dapat
bertanya kepada petugas kesehatan terkait hal apa saja yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan istri.
Dengan pengetahuan yang lebih, suami dapat memberikan
dukungan kesehatan yang lebih baik dan membantu peluang
istri lebih besar untuk dapat melahirkan anak dalam keadaan
sehat. Namun jika Anda tidak sempat menemani istri untuk
pemeriksaan, setidaknya tunjukkan kepedulian terhadap
kondisi kehamilan dengan menanyakan bagaimana hasil
pemeriksaan kesehatan.
g. Membantu memutuskan dan memenuhi kebutuhan untuk
persiapan melahirkan
Proses melahirkan membutuhkan banyak hal untuk
dipersiapkan dan membutuhkan kesiapan untuk mengatasi hal
yang tidak terduga. Beberapa hal yang harus direncanakan
pasangan suami istri sebelum melahirkan, di antaranya
pemenuhan perlengkapan untuk merawat bayi baru lahir,
rencana persalinan dengan memperkirakan tanggal melahirkan,
metode, dan tempat persalinan. Dengan suami membantu
perencanaan yang matang, istri akan merasa aman dan siap

15
untuk menghadapi persalinan. Selain itu istri juga
membutuhkan dukungan saat persalinan, dengan adanya suami
di samping istri.

E. DAMPAK KEHAMILAN PERTAMA ISTRI BAGI KEHIDUPAN


SUAMI
Reaksi pertama suami ketika mengetahui bahwa dirinya akan
menjadi seorang bapak adalah kekacauan antara kebanggaan tentang
kemampuannya memberikan keturunan dan kesiapan untuk menerima
peran sebagai bapak serta memberikan nafkah pada keluarganya. Banyak
pria menjadi sangat khawatir terhadap istrinya dan mengambil peran yang
aktif dalam memberikan perawatan medis (Powell, 2005). Penelitian yang
dilakukan oleh Chalmers dan Meyers (1996) menyimpulkan bahwa
tekanan budaya, perubahan peran, perubahan status sosial, dapat
meningkatkan gejala-gejala psikologis pada suami yang dikenal dengan
Couvades Syndrom. Gejala tersebut dapat berupa gangguan tidur, cemas
pada trimester terakhir, peningkatan berat badan, kelelahan, emosi yang
labil, mual, dan nyeri pada punggung belakang.
Pada umumnya kehamilan pertama istri merupakan suatu
kebanggaan bagi suami, karena secara tidak langsung sebagai bukti bahwa
dirinya bukan pria infertil. Meskipun demikian, kehamilan pasangan dapat
menimbulkan kecemasan pada suami. Beberapa suami menyatakan
kekhawatirannya pada kondisi ekonomi keluarga. Banyak juga suami yang
memandang status memiliki anak dan menjadi ayah sebagai bagian dari
rencana kehidupan mereka. Pasangan yang merencanakan kehamilan akan
lebih mudah untuk menerima kehamilan (Lederman, 1984). Apabila
kehamilan tidak direncanakan atau tidak diinginkan, sebagian suami
merasa sulit menerima perubahan dalam rencana hidup dan gaya hidupnya
dan tidak berarti ia selalu dapat menerima kehamilan (May & Mahlmeiser,
1994). Pada kondisi tertentu dimana calon ayah mengalami peningkatan

16
stres karena terjadinya perubahan peran serta status sosial, faktor-faktor
tersebut dapat memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga
(Campbell, Oliver, & Bullock, 1993; Rasmussen & Knudsen, 1996).
Dampak atau perubahan-perubahan yang dialami suami selama kehamilan
istri salah satunya yaitu, dampak terhadap hubungan seksual. Hal ini
disebabkan adanya kekhawatiran mereka terhadap pertumbuhan janin yang
dapat berakibat terjadinya keguguran. Ganem (1992) dalam penelitiannya
mengenai hubungan seksual suami selama kehamilan, menyimpulkan
bahwa adanya perubahan dalam hubungan seksual selama kehamilan.
Perubahan yang terjadi pada suami tersebut berupa: adanya penurunan
libido serta berkurangnya keinginan terhadap pasangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Gulsen, Emel, dan Hamdan
(2004). Penelitian yang dilakukan di Turki ini menemukan bahwa
sebagian besar suami menganggap seks selama kehamilan berisiko
sehingga berkurangnya frekuensi dalam melakukan hubungan seks selama
kehamilan. Hal ini dipengaruhi oleh: kelelahan, berkurangnya minat pada
pasangan, takut melukai janin, takut terjadinya keguguran terutama pada
awal kehamilan, serta adanya perasaan khawatir akan terjadinya kelahiran
sebelum waktunya. Penelitian ini juga menemukan bahwa perubahan
hubungan seks selama kehamilan berhubungan dengan lamanya masa
perkawinan, yang dipengaruhi oleh: tingkat pendidikan, paritas serta usia
kehamilan.
Dampak kehamilan pertama istri terhadap suami yang lain yaitu
dalam hal hubungan keharmonisan rumahtangga yang semakin meningkat.
Hal ini ditandai dengan semakin dekat dan bertambahnya perasaan sayang
terhadap istri. Serta adanya perasaan meningkatnya perhatian pada istri.
Hal ini ditunjukkan dengan keinginan untuk selalu dekat dengan istri,
berusaha menjaga perasaan istri, berusaha untuk memenuhi keinginan istri
serta berusaha untuk lebih sabar.

17
BAB III
KESIMPULAN

Keterlibatan adalah partisipasi aktif dan di dalamnya terkandung


pengertian inisiatif. Seorang ayah dikatakan terlibat dalam pengasuhan anak
ketika ayah berinisiatif untuk menjalin hubungan dengan anak dan memanfaatkan
semua sumber dayanya baik afeksi, fisik, dan kognisinya. Ketika seorang ayah
memanfaatkan sisi emosionalitasnya ia akan terlibat dengan hangat ketika
berinteraksi dengan anaknya. Selain itu, keterlibatan dalam pengasuhan juga
melibatkan unsur fisik dan kognitif. Seorang ayah yang terlibat akan melakukan
kontak-kontak fisik dengan anaknya baik dalam bentuk sentuhan, ataupun dalam
permainan.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak ternyata memberi dampak
positif pada anak yaitu bahwa ikatan antara ayah dan anak memberikan warna
tersendiri dalam pembentukan karakter anak. Ayah membantu anak bersifat tegar,
kompetitif, menyukai tantangan, dan senang bereksplorasi. Ikatan ayah-anak juga
mampu meningkatkan kemampuan adaptasi anak, anak menjadi tidak mudah stres
atau frustasi sehingga lebih berani mencoba hal-hal yang ada di sekelilingnya.
Faktor yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan meliputi
faktor personal/ayah (antara lain kesejahteraan psikologis, kepribadian, sikap,
keberagamaan pengetahuan, keyakinan/efikasi diri, aspirasi karier dan keluarga,
status hukum ayah, nilai-nilai pribadi, sejarah pribadi, motivasi), faktor anak
(antara lain : usia, temperamen, jenis kelamin), faktor ibu (antara lain :
kemauan/keinginan ibu untuk berbagi dalam membesarkan anak, status bekerja
istri, dukungan pada suami), dan faktor sosiokontekstual (antara lain : hubungan
orangtua, kondisi ekonomi, tersedianya bantuan orang lain, pengharapan budaya).
Masa kehamilan merupakan masa yang ditunggu-tunggu oleh pasangan
suami istri yang ingin memiliki anak. Istri memiliki peran yang lebih besar karena
harus mengandung dan mengalami perubahan fisik selama proses kehamilan.
Dengan adanya dukungan suami, maka istri akan merasa sangat terbantu dan
cenderung lebih sedikit mengalami stress. Kondisi ini juga akan berpengaruh

18
terhadap kesehatan bayi karena hormon stress saat hamil dapat membuat anak
lebih sensitif terhadap stress.
Dampak atau perubahan-perubahan yang dialami suami selama kehamilan
istri salah satunya yaitu, dampak terhadap hubungan seksual. Hal ini disebabkan
adanya kekhawatiran mereka terhadap pertumbuhan janin yang dapat berakibat
terjadinya keguguran. Dampak kehamilan pertama istri terhadap suami yang lain
yaitu dalam hal hubungan keharmonisan rumahtangga yang semakin meningkat.
Hal ini ditandai dengan semakin dekat dan bertambahnya perasaan sayang
terhadap istri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sri Muliati. “Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak (Paternal


Involvement) : Sebuah Tinjauan Teoritis
Fajar, Kemal Al. 2021. “6 Cara Suami Mendukung Istri Saat Hamil” . Diakses
melalui https://hellosehat-com.cdn.ampproject.org, pada 28 September 2022
Halodoc,. 2018. “6 Peran Suami Saat Istri Hamil”. Diakses melalui
https://www.halodoc.com/artikel/6-peran-suami-saat-istri-hamil , pada 28
September 2022
Kamila, Ismi Isnaini dan Mukhlis. 2013. “Perbedaan Harga Diri (Self-Esteem)
Remaja Ditinjau dari Keberadaan Ayah”, Jurnal Psikologi Vol 9 No 2
Lestari, Widia. “Dampak Kehamilan Pertama Istri Bagi Kehidupan Suami” . Diakses
melalui http://repository.unri.ac.id/ , pada 28 September 2022
Nurhidayah, Siti. 2008. “Pengaruh Ibu Bekerja dan Peran Ayah dalam Coparenting
terhadap Prestasi Belajar Anak”, Jurnal FISIP: Soul Vol I No 2

20

Anda mungkin juga menyukai