Anda di halaman 1dari 26

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERSIAPAN SEORANG AYAH

DALAM PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


Asuhan Kebidanan Pada Pranikah Dan Prakonsepsi

Dosen Pengampu:
Ibu Kiki Yusika, M.Tr. Keb

Oleh:
Kelompok 3
1. Aprillia Chaerunnisah 9. May Martini
2. Annyka 10. Mirawati Siregar
3. Amilatun Solihah 11. Puji Astuti
4. Arta Natalia Sianipar 12. Ratna Sriyatni
5. Deby Rifka Al Afiza 13. Rika Shampera
6. Desi Idayanti Harahap 14. Tuti Haerani
7. Diah Tri Utami 15. Usna Heliaty Br Marmata
8. Firdha Evanie

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN (ALIH JENJANG)


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Jl. Cinere Raya No.17. Kec. Cinere
Kota Depok, Jawa Barat 16514
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Ta’ala, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini yang berjudul “Kajian
Psikologis Tentang Persiapan Seorang Ayah Dalam Persiapan Menjadi Orang Tua” dapat
kami selesaikan dengan baik. Makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata Kuliah Asuhan Kebidanan pada Pranikah dan Prakonsepsi. Tim penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang manfaat
yang bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari serta dalam pelayanan praktek klinik kebidanan.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah Subhanahu Ta’ala karuniai
kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Harapan
kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita
jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan teman satu kelompok yang sudah bekerja sama, Atas perhatian serta waktunya kami
sampaikan banyak terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. PENGERTIAN ORANG TUA.......................................................................................6
B. TANGGUNG JAWAB ORANGTUA............................................................................8
C. PERENCANAAN PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA.......................................13
D. PERAN AYAH MENJADI ORANG TUA DALAM KELUARGA...........................15
1. Pengertian Peranan....................................................................................................15
2. Peranan Orang Tua secara Umum.............................................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................22
A. KESIMPULAN.............................................................................................................22
B. SARAN.........................................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa menjadi orang tua merupakan masa yang alamiah terjadi dalam
kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.
Menjadi orangtua membutuhkan tanggung jawab yang besar, diperlukan keterampilan
yang baik dalam hal mengasuh anak. Dalam upaya mendidik dan membimbing anak
agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin maka para
orang tua harus dapat memahami cara mendidik dan memahami tahap perkembangan
anak. Pemahaman tentang perkembangan anak sangat dibutuhkan oleh para orang tua
saat mereka melakukan pengasuhan anak. Melalui pemahaman ini, Maccoby (dalam
Santrock, 2007:165) mengatakan para orang tua akan dapat merespon setiap
kebutuhan anak dengan tepat sehingga terjadilah proses pengasuhan yang efektif.
Anak adalah amanah yang diberikan kepada orangtua untuk dibesarkan sehingga
menjadi pribadi yang dewasa. Dalam perkembangan anak, orang tua mempunyai andil
yang sangat besar, hal ini dikarenakan keluarga sebagai tempat pertama dimana anak
dilahirkan, dibesarkan dan dalam keluarga pula anak berkembang. Dalam keluarga,
orangtua (ayah atau ibu) sebagai kepala keluarga mempunyai bermacam-macam
fungsi berkaitan dengan anak. Menurut Berns (dalam Lestari 2012:22) diantara fungsi
orangtua itu mengasuh, melindungi dan 2 sosialisasi. Untuk melakukan fungsi itu
maka harus menyertakan peran ayah dan ibu karena mereka adalah sebagai
penanggung jawab utama dalam keluarga. Berkaitan dengan pengasuhan sebagai
salah satu fungsi yang harus dijalankan oleh orang tua (dalam hal ini ayah dan ibu),
maka sebagai orang tua mereka harus mempunyai kerterampilan dalam mengasuh
anak, seperti melakukan komunikasi dan interaksi dengan anak, menjalankan aturan-
aturan kepada anak, mengelola perasaan sendiri sebagai orang tua, menjaga kesehatan
dan keamanan anak, dan lain-lain.
Melihat perbandingan pengasuhan orang tua pada dahulu dimana masih
menganut keluarga tradisional, yakni ayah sebagai breadwinner (pencari nafkah
utama), penyedia kebutuhan dasar bagi keluarga, sedangkan ibu berkewajiban
mengatur rumah tangga dan menjaga anak, sehingga ayah hanya sesekali membantu

1
pekerjaan ibu. Suami yang bekerja dan istri mengurus anak di rumah. Kecenderungan
gaya pengasuhan yang diterapkan pada masyarakat zaman dahulu kental dengan gaya
asuh otoriter. Dalam artian, orang tua mengambil alih tanggung jawab anak untuk
belajar mengambil keputusan dalam kehidupannya. Tanggung jawab tersebut
diwujudkan dalam kepemilikan otoritas terhadap anak, Anak dituntut patuh dan
disiplin terhadap peraturan. Hukuman diberikan apabila anak tidak patuh. Anakpun
tidak banyak melakukan perlawanan pada peraturan yang dibuat oleh orangtua
mereka. Keluarga dengan pola tradisional semakin sedikit, mulai terganti dengan
keluarga karir ganda dimana istri dan suami sama-sama bekerja. Kenyataan ini
disebabkan berbagai faktor yang mendasari yaitu adanya tuntutan ekonomi dan 3
pergerakan perempuan (Dacey & Travers, 2004:350), karena keluarga memerlukan
pemasukan ganda untuk membayar tagihan dan mengelola standar hidup serta
kebutuhan yang semakin lama semakin banyak.
Hal ini berbeda dengan gaya hidup zaman dulu yang sudah cukup dengan ayah
yang bekerja dan hal ini sudah memenuhi kebutuhan keluarga. Ayah dan ibu yang
bekerja meninggalkan rumah pagi-pagi dan pulang malam sehingga waktu untuk
berinteraksi dengan anak menjadi berkurang, sehingga orang tua menjadi terbatas
pengetahuannya tentang kegiatan anak di luar rumah sehingga memungkinkan
terjadinya perilaku berisiko pada anak dan hal ini berdampak pada penerapan gaya
pengasuhan oleh orang tua. Dalam keluarga yang pasangan suami istrinya bekerja,
akan timbul berbagai persoalan, mulai dari persoalan penyelesaian tugas rumah
tangga, pergeseran peran ayah dan ibu sampai pada penerapan gaya pengasuhan.
Orang tua memiliki keterbatasan waktu untuk meluangkan waktu untuk anak-anak
mereka, serta kurangnya waktu untuk berbagi mengenai pendekatan yang diterapkan
dalam pengasuhan anak pada pasangannya.
Orang tua yang keduanya bekerja terkadang merasa bersalah karena mereka
tidak dapat meluangkan cukup waktu untuk anak mereka. Rasa bersalah ini membuat
orangtua memberikan terlalu banyak benda untuk anak mereka, membiarkan anak
tidur larut malam dan membiarkan anak melakukan sesuatu meski hal itu tidak
semestinya dilakukan anak. Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih
sayang dari orang tua karena keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing
masing. Sedangkan 4 anak pada usia anak-anak dan remaja mambutuhkan perhatian
lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan kepribadian. Anak yang ditinggal
orang tuanya dan tinggal dengan seorang pengasuh atau kerabat lain yang untuk

2
menjaga dan mengasuh, belum tentu anak mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai
perkembangannya dari seorang pengasuh. Anak yang ditinggal kedua orang tuanya
bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang tua akan merasa bersalah terhadap
anak karena telah meninggalkan anak seharian.
Sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus
kesalahanya tersebut tanpa berfikir lebih lanjut permintaan anak baik atau tidak untuk
perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan dari orang tua
akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan sekolah
dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka di rumah. Anak
suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat keributan di rumah dan
melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal orang lain. Semua perlakuan anak
tersebut dilakukan hanya untuk menarik perhatian orang lain karena kurangnya
perhatian dari orang tua. Pengasuhan atau parenting adalah suatu hubungan yang
intens berdasarkan kebutuhan yang berubah secara pelan sejalan dengan
perkembangan anak. Keterampilan pengasuhan yang baik diperlukan agar anak-anak
dapat berkembang dengan cara yang sehat. Kagan (dalam Hidayati, 2011:11)
mendefinisikan pengasuhan (parenting) sebagai serangkaian keputusan tentang
sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua/
pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai
anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus dilakukan orang tua/ pengasuh
ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan
baik.
Brooks (dalam Aulianingtias, 2004:17) juga mendefinisikan pengasuhan
sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi yang
dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak.
Mengacu kepada beberapa pendapat di atas, maka inti dalam pengasuhan itu
adalah suatu proses interaksi yang terus menerus antara orangtua dengan anak yang
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal,
baik secara fisik, mental maupun sosial. Tanggung jawab dalam mengasuh anak itu
adalah orang tua dalam hal ini ayah dan ibu.
Berbagai perencanaan harus disiapkan baik itu fisik, psikologis maupun
finansial. Orang tua bertanggung jawab atas anaknya, ia harus mampu mendidik,
mengasuh, dan membimbing anaknya agar mampu menjalani hidup dengan

3
kemandirian, bertanggung jawab, berdisilin, mempunyai motivasi yang tinggi. Karena
orang tua merupakan sekolah pertama bagi anak- anak nya.
Ayah turut memberikan kontribusi penting bagi perkembangan anak,
pengalaman yang dialami bersama dengan ayah, akan mempengaruhi seorang anak
hingga dewasa nantinya. Walaupun penelitan tentang ayah terus meningkat selama
tiga dekade, namun penelitian yang membahas tentang keluarga.
(Roggman,dkk,2002)
Masalah kesiapan mental sering diabaikan oleh sebagian besar orang tua
ketika memiliki anak, alhasil risiko untuk mengalami depresi lebih besar
dibandingkan dengan yang telah memiliki persiapan psikologis secara matang. Inez
Kristanti, psikologis klinis relationship expert mengatakan kesiapan psikologis
menjadi hal penting bagi suami dan istri ketika memiliki rencana kehamilan dan pasca
persalinan. Cara mendidik anak pun akan berpengaruh jika orang tua tidak siap secara
mental. “terkadang kita masih sering kurang memperhatikan kesiapan psikologis.
Menjadi orang tua itu merupakan sebuah tanggung jawab, kadang-kandang kita juga
tidak pernah memperhatikan apa saja yang perlu dihadapi orang tua“ ujar Inez pada
Antaranews.com
Berdasarkan fenomena diatas, maka timbul pertanyaan yang mendalam dari
penulis tentang apa saja yang harus dipersiapkan sebagai orang tua khusus nya
seorang ayah untuk menjadi orang tua.

B. Perumusan Masalah

1. Seberapa penting persiapan seorang ayah dalam persiapan menjadi orang tua?
2. Apa saja yg harus dilakukan untuk menjadi orangtua?
3. Bagaimana cara menjadi ayah yang baik?

C. Tujuan penulisan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang persiapan seorang ayah dalam


mempersiapkan menjadi orangtua
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hal-hal yang harus disiapkan seorang
ayah dalam mempersiapkan menjadi orangtua

4
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa saja yang harus diperhatian seorang
ayah dalam mempersiapkan menjadi orangtua

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ORANG TUA

Berbicara orang tua, maka tidak akan terlepas dengan yang namanya keluarga.
Adapun keluarga menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan sekelompok
orang yang terdiri bapak, ibu dan anak-anaknya. Keluarga merupakan lapangan
pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah orang tua. Orang tua (bapak dan
Ibu) adalah pendidik kodrati, pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu
dan bapak diberi anugerah oleh tugas berupa naluri orang tua.
Menurut agama terbagi menjadi ORANGTUA BIOLOGIS, artinya adalah
orangtua yang melahirkan dan membersarkan seorang anak yang merupakan darah
dagingnya sendiri yaitu, bapak dan ibu kandung. ORANGTUA ROHANI, artinya
adalah orangtua yang mendidik ilmu pengetahuan dan agama kepada seorang anak.
Umumnya orangtua rohani ini kita kenal dengan nama guru atau ustad dan ustadzah.
Dan ada yang menambahkan yaitu ORANGTUA yang mengawinkan, yaitu bapak
dan ibu mertua.
Adapun pengertian orang tua menurut beberapa ahli sebagaimana dikutip oleh
Syamsul Kurniawan dalam bukunya “Pendidikan Karakter”, mendefisikannya
sebagai berikut:
a) Rosyi Datus Saadah
Mengungkapkan bahwa orang tua sebagai salah satu institusi masyrakat
terkecil yang terdiri dari ayah, ibu yang di dalamnya terjalin hubungan
interaksi yang sangat erat.
b) Kamus Besar Bahasa Indonesia
Orang tua adalah ibu dan bapak yang mengayomi dan melindungi anak-
anaknya dan seisi rumah.
c) Suparyanto
Mendefiniskan orang tua sebagai dua individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi dengan lainnya dalam peran menciptakan serta
mempertahankan budaya. Dari beberapa definisi di atas, maka yang

6
dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu yang bertugas
memberikan kasih sayang, memelihara, mengawasi dan melindungi serta
membimbing anak-anak keturunan mereka.
Menurut Wikipedia Indonesia, orang tua adalah pengasuh keturunan dalam
spesies mereka sendiri. Pada manusia, orang tua adalah pengasuh dari seorang anak
(di mana "anak" mengacu pada keturunan, alih-alih mengacu pada usia). Orang tua
biologis adalah orang yang gametnya menghasilkan anak, jantan melalui sperma, dan
betina melalui ovum. Orang tua biologis adalah kerabat tingkat pertama dan memiliki
50% pertemuan genetik. Seorang wanita juga dapat menjadi orang tua melalui ibu
pengganti.
Beberapa orang tua mungkin adalah orang tua angkat yang mengasuh dan
membesarkan anak, tetapi tidak memiliki hubungan biologis dengan anak tersebut.
Yatim piatu tanpa orang tua angkat dapat diasuh oleh kakek-nenek atau anggota
keluarga lainnya.
Orang tua juga dapat dielaborasi sebagai leluhur dalam tingkat satu generasi.
Dengan kemajuan medis baru-baru ini, dimungkinkan untuk memiliki lebih dari dua
orang tua kandung.[1][2][3] Contoh orang tua kandung ketiga misalnya dalam kasus
yang melibatkan ibu pengganti atau orang ketiga yang telah memberikan sampel
DNA selama prosedur reproduksi berbantuan yang telah mengubah materi genetik
penerima.
Jenis orang tua yang paling umum adalah ibu, ayah, tiri, dan kakek-nenek.
Seorang ibu adalah, "seorang wanita dalam kaitannya dengan anak atau anak-anak
yang telah dilahirkannya.
Menurut Ngalim Purwanto (2006:80) orang tua adalah pendidik sejati,
pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu kasih sayang orangtua terhadap anak-
anaknya hendaklah kasih sayang yang sejati pula, yang berarti pendidik atau orang tua
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya. Kasih sayang harus dijaga
jangan sampai berubah menjadi memanjakan anak. Kasih sayang harus dilengkapi
dengan pandangan yang sehat tentang sikap orangtua terhadap anak.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa orang tua adalah ayah dan ibu
yang bertanggung jawab atas pendidikan anak dan segala aspek dapat disimpulkam
bahwa peran orangtua sangat penting, karena tanpa peran orang tua kehidupannya
sejak anak masih kecil hingga mereka dewasa. Serta semuanya tidak sesuai dengan
apa yang kita harapkan.

7
B. TANGGUNG JAWAB ORANGTUA

Dalam upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan berkualitas,


diperlukan adanya usaha yang konsisten dan berlanjut dari orang tua di dalam
melaksanakan tugas memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anak mereka baik
lahir maupun batin sampai anak tersebut dewasa dan atau mampu berdiri sendiri,
dimana tugas ini merupakan kewajiban orang tua. Begitu pula halnya terhadap
pasangan suami istri yang berakhir perceraian, ayah dan ibu tetap berkewajiban untuk
memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
Secara sederhana peran orang tua dapat dijelaskan sebagai kewajiban orang
tua kepada anak. Diantaranya adalah orang tua wajib memenuhi hak-hak (kebutuhan)
anaknya, seperti hak untuk melatih anak menguasai cara-cara mengurus diri, seperti
cara makan, buang air, berbicara, berjalan berdoa, sungguh membekas dalam diri
anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi. Sikap orang
tua sangat memengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap
kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau
membiarkan secara langsung memengaruhi reaksi emosional anak.
John Locke mengemukakan, posisi pertama didalam mendidik seorang
individu terletak pada keluarga. Melalui konsep tabula rasa John Locke menjelaskan
bahwa individu adalah ibarat sebuat kertas yang bentuk dan coraknya tergantung
kepada orang tua bagaimana mengisi kertas kosong tersebut sejak bayi.
Dalam agama menurut Syekh Khalid bin Abdurrahman Al‟Akk menjelaskan
tentang tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah sebagai berikut:
a) Tanggung jawab pendidikan keimanan
Pendidikan keimanan mengikat anak sejak ia mengerti pokok-pokok agama,
dan penguatan yang membuatnya memahami rukun-rukun Islam, dan sejak
pengajaran kepadanya ketika ia mulai memasuki usia tamyiz. Sebab,
sesungguhnya pendidian keimanan adalah tonggak utama yang mewajibkan orang
tua untuk mengarahkan perhatian mereka.
b) Tanggung jawab pendidikan moral (akhlak)
Orang tua berkewajiban memerhatikan prinsip-prinsip moral, memberikan
dorongan, dan mengarahkan anak-anak untuk memegang prinsip moral dan
membiasakan mereka untuk selalu berakhlak mulia, ramah, santun kepada sesama.

8
c) Tanggung jawab pendidikan akal (intelektual)
Orang tua berkewajiban membentuk pemikiran anak dengan segala sesuatu
yang bermanfaat yaitu berupa ilmu-ilmu syari‟at, budaya modern, kesadaran
berpikir, dan ilmu peradaban. Sehingga anak matang secara pemikiran, dan
terpola dengan baik dalam hal sains dan kebudayaan.
d) Sanksi terhadap anak dan pengasingannya dalam rangka pendidikan
Islam mempunyai metode dalam mendidik dan memperbaiki anak. Jika anak
dapat dinasehati secara halus, maka seorang ayah tidak boleh menasehati dengan
ungkapan yang keras, dan sebaliknya.
e) Bimbingan untuk anak agar mengenal hak orang tuanya
Seorang anak wajib mengetahui hak orang tuanya terhadapnya, seperti
berbakti kepada mereka, berbuat kebaikan, melayani, tidak bersuara keras
melebihi mereka, mendoakan mereka, dan hak-hak lainnya.
f) Tanggung jawab jasmani
Orang tua bertanggung jawab terhadap aspek jasmaniah anak agar mereka
dapat tumbuh dengan baik, seperti memiliki badan yang kuat dan sehat.
g) Tanggung jawab pendidikan psikologis
Orang tua berkewajiban memberikan membentuk dan menyempurnakan
pribadi anak, dalam hal keberanian, terbuka, peka terhadap keadaan, berhias diri
dengan segala keutamaan moral dan jiwa, agar anak dapat melaksanakan
kewajiban yang telah dibebankan dengan cara sebaik-baiknya.
h) Tanggung jawab pendidikan social
Yaitu mendidik anak sejak kecil, agar selalu memegang teguh etika sosial
yang utama, yang bersumber dari akidah Islam, dan dari perasaan iman yang
dalam, sehingga muncul-lah anak dalam masyarakat sosial, dan pergaulannya
dengan sesama berlangsung dengan baik. Dari penjabaran di atas mengenai
tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya maka sudah seharusnya orang
tua memegang dengan sungguh-sungguh tanggung jawab yang sudah diberikan
dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya mengingat anak adalah amanat
Allah.
Pada Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak yaitu: “Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab
untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak dan mencegah
terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.”

9
Lebih lanjut, di Indonesia, tanggung jawab orang tua terhadap anak ini diatur
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Undang-undang tersebut
menyatakan bahwa ada empat hal yang menjadi kewajiban setiap orang tua, yaitu:
1) Mengasuh, memelihara, dan melindungi anak
2) Menumbuh kembangan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya
3) Mencegah terjadinya pernikahan anak usia dini
4) Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada
anak
Poin-poin di atas mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945, yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang. Bebas dari kekerasan dan diskriminasi. Mereka juga berhak
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal baik fisik, mental, maupun sosial. Jika berbicara tentang kewajiban orang
tua, itu terbagi dalam dua kategori besar. Yaitu peran pengasuhan (nurture) dan
struktural. Berikut penjelasannya lebih lanjut:
a) Peran pengasuhan (nurture)
Di sini, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan
dasar Si Kecil. Mulai dari makanan, perawatan medis, pakaian, tempat
tinggal, serta pendidikannya. Di saat yang bersamaan, orang tua juga perlu
memberikan cinta, perhatian, waktu, dan dukungan untuk anak. Bunda
wajib mendengarkan apa yang ingin disampaikan Si Kecil serta
meluangkan waktu untuk bermain bersama mereka. Melalui kata-kata dan
juga aksi, komunikasikan kepada anak bahwa mereka dicintai dan
dipahami. Ini merupakan tugas yang penting sebagai orang tua.
b) Peran struktural
Tugas orang tua lainnya adalah menyediakan “struktur” bagi Si
Kecil. Pada peran ini, Bunda membantu mengarahkan anak, mengajarkan
nilai-nilai, menyusun peraturan, menerapkan disiplin, memberi tahu anak
mengenai konsekuensi atas tindakannya, serta meminta
pertanggungjawaban jika ia berbuat salah.
Menemukan keseimbangan antara tanggung jawab pengasuhan dan struktural
Orang Tua. Harus tahu kapan harus melakukan peran pengasuhan dan struktural. Jika
salah satunya terlalu ekstrem, maka itu akan memberikan dampak buruk bagi Si

1
Kecil. Agar anak-anak berkembang secara sehat, mereka membutuhkan orangtua
untuk menjalankan kedua peran tersebut secara seimbang. Jika orangtua hanya
menjalankan peran pengasuhan tanpa struktur atau batasan apa pun, Si Kecil bisa
menjadi manja, tidak menghargai orang lain dan mementingkan diri sendiri. Ia juga
kesulitan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika terlalu memanjakan Si Kecil,
ia mungkin salah mengira kebaikan orangtua sebagai kelemahan.
Sebaliknya, jika Bunda hanya menerapkan peran struktural tanpa membangun
hubungan yang kuat dengan Si Kecil, itu akan membuatnya merasa tidak dicintai,
kesal, dan ditinggalkan. Ia pun akan sulit diajak bekerjasama. Karena takut akan
hukuman, Si Kecil mungkin akan berusaha menyembunyikan kesalahannya dari
Bunda. Ini berbahaya karena orangtua akan kehilangan kesempatan untuk dekat
dengannya. Anak-anak membutuhkan orang tua untuk mengasuh serta membangun
dirinya. Saat berinteraksi dengan Si Kecil setiap hari, pilih waktu yang tepat kapan
harus memberikan kasih sayang dan kapan harus membimbingnya.
 Apa yang bisa dilakukan Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap
Anak? Sebelumnya, kita telah membahas dua sisi tanggung jawab orang tua.
Jika dijabarkan lagi, hal-hal berikut juga perlu dilakukan setiap orang tua agar
anak berkembang dengan baik:
1) Menunjukkan rasa cinta: Memberikan cinta dan kasih sayang kepada Si
Kecil membuat anak lebih kuat menghadapi stres. Hal ini juga mengurangi
risiko gangguan psikologis. Selain itu, rasa cinta dapat memperkuat ikatan
orangtua dan Si Kecil serta membuatnya merasa terlindungi. Sambil
mempraktikannya, orangtua secara tidak langsung mengajari Si Kecil cara
mengekspresikan cinta dan membantunya membangun hubungan yang
sehat dengan orang lain.
2) Menyediakan waktu untuk Si Kecil: Di tengah dunia yang sibuk ini,
jangan lupa menyediakan waktu untuk menemani bermain, mendengarkan
cerita, dan mengajarkan hal-hal baik kepada Si Kecil ya.
3) Membantu anak menjadi mandiri: Salah satu peran pengasuhan yang
efektif adalah membantu anak tumbuh menjadi mandiri.
Ajari mereka keterampilan yang sesuai dengan usianya. Ada saatnya Si
Kecil harus memahami cara mengikat tali sepatu, menulis nama,
menenangkan diri saat emosi, hingga membela dirinya sendiri ketika ada
yang memperlakukannya dengan tidak baik. Seiring berjalannya waktu,

1
kemampuannya pun harus dikembangkan lagi. Misalnya, anak harus
belajar menggunakan komputer dan bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Mereka perlu tahu bahwa tingkat tanggung jawab akan terus
bertambah hingga dewasa. Oleh sebab itu, Bunda perlu membantu Si Kecil
untuk mempersiapkannya sedari dini.
4) Membantu anak mengenal kewajibannya: Selain orang tua, anak-anak juga
perlu tahu apa saja yang menjadi tugasnya. Mulai dari lingkup terkecil,
biasakan ia mengerjakan PR dari sekolah dengan baik dan tepat waktu.
Selain itu, Orangtua juga bisa membantunya membedakan hak dan
kewajiban dengan contoh sehari-hari di rumah.
5) Memantau perilaku Si Kecil: Orangtua bertanggung jawab atas perilaku
dan tindakan Si Kecil. Di sini lah, Orangtua bisa mengenalkan konsep
‘konsekuensi’ jika anak tidak berperilaku baik. Sebagai contoh, Bunda
boleh memberikan hukuman kepada Si Kecil jika ia tidak mengerjakan
PR.
6) Menemani anak di setiap momen kehidupan: Ada yang menyatakan bahwa
hidup seperti roller-coaster, dan itu benar. Ada kalanya Si Kecil
mengalami masa menyenangkan. Namun, terkadang ia juga mengalami
kesulitan. Ingatkan pada diri sendiri dan juga anak bahwa hidup tidak
selalu mudah, tapi jangan menyerah. Orangtua juga sebaiknya tidak
menyalahkan diri sendiri ketika situasi tidak berjalan sesuai rencana.
Fokuslah mencari solusi dan coba hal baru untuk membantu Si Kecil.
7) Bantu Si Kecil memahami emosinya: Orang tua mungkin ini anaknya
memiliki emosi positif sehingga terkadang menekan perasaan negatif.
Namun, bagaimana pun juga, mengabaikan emosi negatif tidak akan
membuatnya langsung hilang. Lebih baik jelaskan kepada Si Kecil bahwa
memiliki perasaan positif maupun negatif merupakan hal yang normal.
Meski begitu, ajarkan ia untuk mencari penyebabnya sehingga Si Kecil
dapat meresponsnya dengan cara yang sehat.
8) Melakukan yang terbaik untuk Si Kecil: Orangtua wajib melakukan hal
terbaik untuk anak. Menjadi orang tua adalah proses belajar terus menerus
dalam menuntun Si Kecil. Bunda tidak perlu menjadi sempurna, tapi
pastikan selalu berusaha yang terbaik untuk Si Kecil.

1
C. PERENCANAAN PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA

Banyak pasangan suami istri yang mendambakan keturunan dalam pernikahan


mereka. Namun menjadi orang tua tidak semudah yang dibayangkan, karena tidak ada
pendidikan formal untuk dapat melakukan pekerjaan mulia ini dengan sempurna.
Persiapan menjadi orang tua yang Anda lakukan dari sekarang pun tidak akan berhenti
begitu si Kecil tiba di dunia melainkan terus berlanjut sebagai proses pembelajaran yang
berkelanjutan hingga anak dewasa. Inilah sebabnya menjadi orang tua adalah pengalaman
yang tidak ternilai harganya.
Walau demikian, jangan berkecil hati dulu. Anda dan pasangan tetap perlu
mengetahui persiapan apa saja yang diperlukan dan melakukannya dengan sebaik
mungkin. Sebagai orang tua muda, ada beberapa persiapan menjadi ibu dan persiapan
menjadi ayah yang bisa Anda pelajari dan latih yang terkait dengan mental, pembagian
waktu, hingga finansial.
Untuk perencanaan menjadi orang tua, maka para calon orang tua wajib
mempersiapkan diri mereka masing masing dengan cara sebagai berikut:
 Persiapan Fisik: Persiapan fisik penting untuk perencanaan menjadi orang tua.
Perbanyak olah raga dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi
tinggi.
 Persiapan psikologis: Bagi para calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga
melahirkan akan menjadi pengalaman yang luar biasa akan dirasakan ketika
pasangan suami istri menjadi orang tua. Jadi sebelum memiliki anak diskusikan
perubahan dan tantangan hidup yang akan dialami sehingga para calon orang tua
telah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
 Persiapan Finansial: Selain hal 2 diatas persiapan finansial memang bukan
segalanya, namun faktor ini bisa dikatakan paling penting. Persiapan yang
dimaksud adalah perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak
masih berada dalam kandungan hingga lahir. Kelahiran seorang bayi berarti
bertambah biaya tetap bagi sebuah keluarga. Yang secara tetap akan meningkat
seiring kebutuhan pertumbuhan anak.
Selain hal di atas ada juga perencanaan untuk membiasakan diri anda yang
bisa dimulai dengan beberapa kegiatan atau kebiasaan di bawah ini untuk menjadi
orang tua yang baik bagi sang buah hati.

1
 Jangan Lewatkan Quality Time Bersama Pasangan
Quality time seringkali terabaikan oleh para orang tua muda
karena kesibukan dalam mempersiapkan kebutuhan anak. Padahal
quality time terbukti menjadi salah satu hal penting yang menjaga
hubungan Anda dan pasangan. Usahakan untuk menyisihkan waktu
minimal 1 bulan sekali untuk melakukan kegiatan sederhana bersama,
seperti menonton di rumah, makan malam berdua, atau sekadar
bersantai sambil berdiskusi banyak hal.
 Melakukan Kerjasama Tim yang Kompak
Kehadiran si Kecil dalam kehidupan rumah tangga Anda akan
membawa perubahan yang cukup besar, khususnya pada pola tidur.
Bayi cenderung lebih sering terbangun di malam hari. Kebiasaan baru
seperti itu tentu bisa sangat melelahkan, sehingga dibutuhkan
kerjasama antar pasangan agar tetap dapat memiliki waktu tidur yang
cukup setiap harinya. Salah satu persiapan menjadi orang tua yang bisa
Anda latih semenjak masa kehamilan adalah dengan mencari kegiatan
di malam hari yang akan membantu Anda beradaptasi dengan rutinitas
baru saat si Kecil lahir, misalnya mempelajari berbagai trik agar bayi
tidur lebih lama di malam hari.
 Membicarakan Masalah dengan Kepala Dingin
Menjadi orang tua yang baik tentunya tidak mudah, khususnya
saat konflik mulai bermunculan dalam kehidupan rumah tangga sehari-
hari. Saat hal ini terjadi, Anda tidak bisa dengan mudah menyalahkan
pasangan atau bahkan saling menuding satu sama lain dengan
kesalahan-kesalahan yang ada, hal itu sudah pasti tidak akan
menyelesaikan masalah yang ada. Usahakan untuk menenangkan diri
sendiri sebelum membahas suatu masalah dengan pasangan agar
semuanya bisa diselesaikan secara baik-baik dengan pikiran yang
jernih tanpa risiko timbulnya kesalahpahaman atau masalah baru. Saat
Anda dan pasangan sudah terbiasa menerapkan hal tersebut, Anda akan
semakin terbiasa untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin
ketika sudah memiliki anak.
 Tidak Memiliki Rahasia

1
Persiapan menjadi orang tua yang juga perlu terus diasah
adalah kebiasaan untuk saling berbagi dalam segala hal termasuk
dalam hal berbagi perasaan dan emosi. Hal ini tentunya menjadi inti
dari pernikahan itu sendiri, yaitu berbagi hidup Anda dengan pasangan.
Sebagai orang tua muda, hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri
namun Anda tidak boleh melewatkan kesempatan untuk saling
mengenal dan mendukung satu sama lain, baik dalam situasi yang
menyenangkan maupun buruk.
 Pelajari Ilmu Parenting Bersama Pasangan
Mendidik anak idealnya dilakukan oleh kedua orang tua,
karena tanggung jawab tersebut bukan hanya milik calon ibu atau
calon ayah saja, sehingga dalam mempelajari dan menentukan pola
asuh anak pun perlu dilakukan bersama-sama. Anda bisa mendapatkan
berbagai pendidikan untuk anak sejak dini dari berbagai kanal,
tentunya dengan narasumber yang terpercaya, seperti workshop atau
seminar parenting.
Setelah mengetahui beberapa persiapan menjadi orang tua diatas, Anda tetap
perlu memastikan bahwa kondisi finansial Anda juga memadai untuk menyokong
kebutuhan keluarga di masa mendatang. Anda bisa memulainya dengan memiliki
perencanaan keuangan masa depan yang komprehensif dan fleksibel sekaligus mampu
melindungi keluarga dalam satu kali pengeluaran saja.

D. PERAN AYAH MENJADI ORANG TUA DALAM KELUARGA

1. Pengertian Peranan
Istilah peranan sering diucapkaN banyak oraNg, kata peranan biasanya
dikaitkan dengan posisi dan kedudukan seseorang atau peran yang dikaitkan dengan
apa yang dimainkan oleh seseorang dalam suatu drama sesuai dengan plot nya dengan
alur cerita dan lakonnya.
Peran dalam kamus besar Indonesia yaitu mempunyai arti pemain sandiwara
(Film). Peranan adalah perangkat tingkat yang paling diharapkan dan dimiliki oleh
orang yang berkedudukAn didalam masyarakat atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa (Depdiknas, 2005:854). Menurut Natawidjaya

1
(1998:40) Peranan adalah kesediaan mental individu yang mempengaruhi, mewarnai
bahkan menentukan kegiatan-kegiatan individu yang bersangkutan dalam
memberikan respon terhadap objek atau situasi yang mempunyai arti baginya.

2. Peranan Orang Tua secara Umum


Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan
membimbing anak- anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. sedangkan melalui pengasuhan,
perawatan dan pengawasan yang terus menerus, diri serta kepribadian anak dibentuk
dengan nalurinya bukan dengan teori. Orang tua mendidik dan membina keluarga
sesuai kodratnya sebagai ayah.
Menjadi seorang ayah merupakan momen yang berharga. Namun, sering kali
saat-saat ini juga dihantui rasa takut. Berikut sejumlah cara mempersiapkan diri
menjadi seorang ayah agar berhasil melindungi dan mendidik buah hati sekaligus
menjadi kepala keluarga yang baik. Ayah memiliki peran penting dalam tumbuh
kembang anak, termasuk kecerdasan. Ayah juga diharapkan dapat menjadi sosok yang
melindungi dan mengayomi anak dan keluarganya. Ada baiknya, sebelum menanti
kelahiran si buah hati, persiapkan diri Anda untuk menjadi seorang ayah. (Jakarta,
CNN Indonesia)
Berikut cara mempersiapkan diri menjadi seorang ayah:
1) Mulai dengan riset
Mulai-lah dengan banyak membaca mengenai kehamilan istri dan
juga proses persalinan. Lengkapi pula pengetahuan Anda dengan informasi
dasar mengenai kehamilan, proses lahiran normal atau sesar, menyusui,
menggendong bayi, mengganti popok, dan sebagainya. Informasi-informasi
ini penting untuk dipahami. Sebagai seorang ayah, Anda mesti menjadi
suami yang siaga.
2) Persiapkan fisik yang sehat
Fokus pula pada kesehatan Anda. Fisik yang kuat dan sehat sangat
diperlukan untuk menjadi seorang ayah. Jika Anda merokok, coba-lah
untuk berhenti. Paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko penyakit
pada ibu dan bayi yang baru lahir. Konsumsi makanan yang sehat dan
bernutrisi tinggi serta olahraga yang teratur untuk membentuk fisik yang
prima.

1
3) Banyak berdiskusi
Jelang kelahiran anak, banyak berdiskusi dengan istri dan juga orang
yang sudah berpengalaman seperti orang tua maupun teman yang sudah
memiliki anak. Timba pengalaman sebanyak-banyaknya dari mereka.
Tanyakan pula hal-hal penting dan tidak Anda ketahui seputar menjadi
seorang ayah.
4) Mendampingi istri
Selalu jadi suami yang siaga dengan mendampingi istri. Pendampingan
terhadap istri merupakan dukungan moril yang dapat menunjang kesehatan
istri dan bayi. Sebisa mungkin dampingi istri saat periksa kandungan,
proses persalinan, hingga saat merawat bayi ketika sudah lahir.
5) Melibatkan diri
Libatkan diri Anda pada proses persiapan jelang kehamilan agar Anda
dapat merasa lebih dekat dengan si buah hati. Misalnya, dengan
menyiapkan baju bayi, tempat tidur bayi, atau membuat perayaan seperti
baby shower.
6) Berbagi tanggung jawab
Tetap jalin komunikasi dengan istri mengenai tugas mengurus anak
dan juga rumah. Bagi tanggung jawab berdua agar pekerjaan menjadi lebih
mudah.
7) Humor
Jangan lupakan humor. Mengasuh anak sering kali sulit dan
melelahkan. Namun, selalu cari cara yang menyenangkan dan
mengasyikkan. Dikutip dari Healthline, humor merupakan cara yang baik
untuk mengatasi jenuh dan pelepas penat dan stres. Selain itu, selalu
siapkan diri Anda untuk selalu ada bagi istri dan anak karena yang
terpenting adalah kehadiran Anda dalam situasi apapun.
Perawatan Ayah Terhadap Anaknya J. Verkuyl (dalam Elia, 2000)
menyebutkan peran seorang ayah pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan
anak adalah membantu ibu memberikan perawatan. Namun setelah itu ayah
menjadi kepala keluarga yang berwibawa dan mempertahankan serta
melindungi kehidupan keluarga. Fungsi seorang ayah adalah hidup dan
bekerja pada perbatasan antara keluarga dan masyarakat, antara “dalam” dan
“luar.” Ayah memperkenalkan dan mem- bimbing anak-anaknya untuk

1
mengarungi dunia luar atau kehidupan bermasyarakat. Tentang nafkah
keluarga, Verkuyl berpen- dapat bahwa ayahlah yang mengumpulkan hasil
kerjanya ke dalam keluarga, sedangkan ibu membagi-bagikan hasil itu menu-
rut keperluan masing-masing anggota keluarganya.
Richard C. Halverson (2002) berpendapat bahwa ayah bertanggung
jawab atas tiga tugas utama. Pertama, ayah haruslah mengajar anaknya tentang
Tuhan dan mendidik anaknya dalam aja- ran agama. Kedua, seorang ayah
haruslah mengambil peran sebagai pimpinan dalam keluarganya. Ketiga, ayah
haruslah ber- tanggung jawab atas disiplin. Dengan demikian ia menjadi
seorang figur otorita. Menurut riwayat hadis, ada beberapa kewajiban orang
tua, yang paling utama dan pokok, yaitu: “Hak anak atas orang tuanya,
hendaklah orang tuanya memberi nama yang baik kepadanya, dan
mendidiknya dengan baik, dan menempatkannya (tempat tinggal) di tempat
yang baik/shaleh. Selanjutnya “Kewajiban orang tua terhadap anak adalah:
membaguskan namanya dan akhlak/sopan santun, mengajarkan tulis menulis,
berenang, dan memanah, memberi makan dengan makanan yang baik,
menikahkannya bila telah cukup umur.”
Dari 2 riwayat tersebut, setidaknya ada 5 kewajiban orang tua terhadap
anak yaitu: a. Memberi nama yang baik. b. Mendidiknya dengan pendidikan
yang terbaik. Kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya mulai dari
pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah atau pesantren, c. Mengajarkan
keahlian dan ketangkasan kepada anak. Seperti keahlian mem- baca dan
menulis, dalam konteks sekarang mungkin anak diajarkan agar menguasai
computer, bahasa asing dll. Ketangkasan dan keberanian, dapat diajarkan
melalui latihan berenang dan memanah, maupun olah raga lainnya. d.
Menempatkan di tempat tinggal yang baik dan memberi rezeki dari yang baik.
Menikahkan anak bila sudah cukup umur. Ini merupakan kewajiban utama
orang tua yang terakhir, yang mesti dilakukan terhadap anak-anaknya. Karena
ketika anak-anaknya sudah berumah tangga, biasanya anak akan memisahkan
diri dari rumah orang tuanya dan membina rumah tangga dengan
pasangannya.
Sedangkan menurut Kartini Kartono, (1995), menyebutkan beberapa
kewajiban orang tua terhadap anak adalah Mendidik dan Mengasuh anak-
anaknya serta memenuhi segala kebutuhan baik jasamani maupun rohani

1
anak-anaknya. Sedangkan Mappiere (1990), menyebut- kan beberapa
kewajiban orang tua yaitu membina mental/moral anak-anaknya, orang tua
berkewajiban memben ten- gi anaknya dengan agama yang kuat. Dari
beberapa pandangan dan pendapat di atas, dapat dijelaskan orang tua adalah
guru utama dan pertama anak. Apabila kewajiban orang tua dilaksanakan
dengan baik dan benar tentu orang tua akan selalu berada didekat anak untuk
memperhatikan dan memberikan seluruh kebutuhan anak untuk bekal anak
dikemudian hari.
Fokus pria akan berubah begitu dia menjadi ayah, yaitu: keperluan
bayi dan keamanan rumah. Persiapan untuk semua itu penting karena ayah
adalah pria terpenting dalam kehidupan anak. Sara Shadravan, Parenting
coach dari Los Angeles memaparkannya untuk para calon ayah. Ini hanya
sebagian dari paparan Sara yang dimuat di situs mindbodygreen.com:
 Terlibat selama masa kehamilan. Investasikan waktu dan minat untuk
kehamilan, cari tahu prosesnya dan libatkan diri pada pasangan. Masa-
masa awal ini sangat penting sebagai landasan minat dan keterlibatan
Anda ketika bayi lahir. Setiap tahap perkembangan penuh dengan
keajaiban dan pertumbuhan yang luar biasa. Hadir, amati, libatkan diri
dan asuh. Antar istri periksa kehamilan, sempatkan mendengarkan
detak jantung janin untuk pertama kalinya. Tanyakan pada dokter soal
perkembangan janin dan tahap-tahap kehamilan. Diskusikan metode
melahirkan, siapkan perlengkapan istri bersalin, berlatihlah
menggendong bayi baru. Biasakan ngobrol dengan janin, karena di
usia 16 - 18 minggu janin sudah dapat mendengar suara-suara, dan
dapat merespon suara di usia 27 - 30 minggu.
 Lakukan riset, cari info. Berbagai hal terkait kehamilan, perawatan
bayi dan pengasuhan anak. Tidak harus dari buku, bisa dari podcast,
grup fb, blog ayah, website dan youtube. Pilih yang tidak membuat
Anda bingung, ikuti kelas antenatal dan prenatal.
 Cek kondisi keuangan. Bulan-bulan awal kehamilan adalah waktu
yang tepat untuk mengevaluasi kembali pengeluaran. Istri yang
melahirkan mendapat hak cuti selama 3 bulan dan tetap mendapat gaji
bila dia pegawati tetap. Pekerja dengan sistem kontrak akan kehilangan

1
penghasilan selama dia cuti melahirkan (cek di kantor istri). Bila istri
kehilangan penghasilan, Anda dapat menopang keuangan keluarga
dengan perencanaan ke depan. Buatlah segalanya teratur, aktifkan
mobile banking atau autodebet untuk cicilan-cicilan yang besarnya
tetap.
 Buat keuangan keluarga. Bersama istri pikirkan biaya perawatan anak,
buat keuangan keluarga. Asumsikan secara berlebihan harga-harga
semua kebutuhan mulai dari day care, tempat tidur bayi dan
sebagainya agar tabungan Anda tidak berantakan. Selish dari harga
kebutuhan dapat Anda tabung untuk keperluan selanjutnya seperti
periksa gigi anak ke dokter gigi, atau tabungan pendidikan.
 Belanja kebutuhan bayi. Kamar bayi, lemari pakaian, baby tafel dan
perawatan kulitnya. Pikirkan mana yang harus dibeli dan yang bisa
sewa.
 Bayangkan diri Anda sebagai ayah. Tonton film-film keluarga,
temukan gaya peran ayah yang Anda inginkan. Luangkan waktu,
yakinkan diri Anda bahwa Anda akan menjadi ayah yang fantastik
dalam cara Anda. Bayangkan akan seperti apa diri Anda. Aktivitas apa
yang akan Anda lakukan. Ke mana Anda akan mengajak anak hang
out. Momen apa yang tidak ingin Anda lewatkan. Kalau itu semua
tidak berhasil coba gambarkan anak Anda sudah dewasa. Apa yang
Anda ingin dia katakan tentang diri Anda. Fokus pada pelajaran yang
akan Anda berikan, bimbingan dan cinta yang ingin Anda berikan.
Pikirkan peran Anda dalam kaitannya dengan pasangan, dan
bagaimana Anda berdua bisa saling melengkapi.
 Selesaikan projek-projek besar. Selesaikan yang tertunda, termasuk
pekerjaan kantor. Coba selesaikan atau alihkan ke orang lain yang
dapat menyelesaikannya tanpa kehadiran Anda. Rasa bersalah itu
nyata. Anda akan merasa bersalah bila terlalu sering meninggalkan
anak. Selesaikan pekerjaan-pekerjaan yang akan menyita waktu Anda
karena anak sangat butuh perhatian Anda.
 Kembangkan rutinitas merawat diri. Perawatan diri di masa-masa awal
bayi lahir akan membuat Anda terbiasa merawat bayi sepenuhnya

2
bersama istri. Ini tidak akan mudah karena minggu-minggu pertama
bayi lahir orang tua harus siaga 24 jam. Anda akan sulit mengingat
kebutuhan Anda sendiri seperti makan, minum, dan mandi. Jaga
kesehatan fisik dan mental Anda. Terbasalah tidur dan makan teratur,
karena ini akan menjaga kesehatan mental Anda. Gejolak emosi dapat
Anda alami di awal masa merawat bayi baru
 Bangun support system. Ayah seringkali menyediakan diri untuk
menjadi support system. Tapi ingat bahwa ayah juga harus punya
waktu untuk diri sendiri, sama seperti istri. Anda berdua butuh break
untuk memenuhi kebutuhan mental Anda seperti tidur cukup. Ketika
membesarkan anak, kita harus melibatkan ‘seluruh desa.’ Ada kakek,
nenek, atau orang di desa Anda untuk menjaga anak. Anda juga harus
punya dokter anak yang siap dikontak kapan saja saat anak Anda sakit.
 Berteman dengan bapak-bapak lain. Ikut komunitas para bapak karena
mereka adalah orang-orang yang menyenangkan untuk menjadi
support system. Mereka bisa membimbing dan memberi informasi.
Anda dapat belajar dari keberhasilan dan kesalahan mereka. Anda juga
bisa melihat gaya pengasuhan yang berbeda. (IR)

2
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil makalah diatas dapat disimpulkan bahwa, peran ayah di dalam
pengasuhan anak memberikan gambaran yang cukup positif di berbagai aspek,
baik waktu, perhatian dan interaksi. Sedangkan menurut pandangan anak,
peran ayah dalam merawat anaknya ber-dasarkan pada:

 Kebutuhan afeksi, seperti: memberikan perhatian, membahagiakan,


memberikan rasa aman, memberikan yang terbaik, serta
memberikan
 perhatian pada saat sakit. Pengasuhan, seperti: meluangkan waktu,
memberi nasehat, mengingatkan, menga- jarkan serta menjaga.
 Dukungan finansial, seperti: memberi ma- kan, memberi uang
jajan serta memenuhi kebutuhan.

B. SARAN
Semoga dari makalah kelompok yang kami buat, dapat bermanfaat. Juga dapat
menjadi bahan referensi untuk tugas berikutnya dan juga untuk mahasiswa lain yang
membutuhkan informasi mengenai materi tentang “Kajian Psikologis Tentang
Persiapan Seorang Ayah Dalam Persiapan Menjadi Orang Tua”. Dan semoga makalah
ini bisa menjadikan seluruh calon orang tua khususnya seorang ayah bisa menjadi
orang tua yang yg terbaik untuk keluarganya.

2
DAFTAR PUSTAKA

Nakita, 2004. Ibu si Perawat, Ayah si Pelindung. Seri Nakita. Jakarta : PT Sarana Kinasih
Satya Sejati

Harmaini, dkk. ( 2014 ). Peran ayah dalam mendidik anak. Jurnal Psikologi. Vol. 10, No 2.
hlm. 80-85

Shapiro, J. L. 2003. The Good Father ( Terjemahan dari the Measure of a man recoming the
Father you wish your father had been ). Bandung penerbit kalfa

Abdullah, Sri Muliati. ( 2010 ). Studi eksplorasi tentang peran ayah dalam pengasuhan anak
usia dini. Jurnal Spirits. Vol.1, No. 1 hlm 1-9

Abdullah, Sri Muliati. ( 2011 ). Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak ( parental
involment )

Anda mungkin juga menyukai