Anda di halaman 1dari 17

HADITS TENTANG KEWAJIBAN ORANG TUA KEPADA ANAK

DAN KEWAJIBAN ANAK KEPADA ORANG TUA


Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Hadits
Dosen: Dr. H. Supriyanto, M.Pd.

Disusun oleh:
Rahmawati Setyo Ayu W 193141041
Febri Fatiya Aryani 193141054
Khaleda Zian 193141065

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
IAIN SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya dengan bantuan berbagai pihak
sehingga dalam pembuatan makalah ini berjalan dengan lancar. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, April 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Kewajiban orang T\tua terhadap anak................................................................5
B. Peran orang tua dalam mendidik anak ...............................................................7
C. Kewajiban anak terhadap orang tua....................................................................8
D. Hadis-hadis yang terkait dengan hormat dan patuh kepada orang tua...............9
E. Contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua.......................................11
BAB III.........................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................17
A. Kesimpulan.......................................................................................................17
B. Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban setiap anak.


Sebagaimana ridha Allah Swt. Pada ridhanya orang tua. Apabila Hari Kiamat
datang, siapa pun yang telah menunaikan ibadah shalat, puasa, zakat, maupun
haji, tetapi ia menyakiti orangtuanya, maka perbuatannya ini telah
menghapuskan pahala ibadah tersebut.

Berbuat baik kepada orang tua, bersikap baik kepadanya serta melakukan
hal-hal yang dapat membuatnya bahagia merupakan kewajiban bagi seorang
anak.  Jika berakti kepada orang tua merupakan suatu hal yang wajib bagi
seorang anak, maka durhaka kepadanya termasuk dos besar setelah
syirik. Dari sinilah makalah ini di buat untuk membahas tentang kewajiban
seorang anak terhadap orang tuanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kewajiban orang tua kepada anak?
2. Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak?
3. Bagaimana kewajiban anak terhadap orang tua?
4. Bagaimana hadits-hadits yang terkait dengan hormat dan patuh kepada
orang tua?
5. Bagaimana contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kewajiban orang tua kepada anak
2. Mengetahui peran orang tua dalam mendidik anak
3. Mengetahui kewajiban anak terhadap orang tua
4. Mengetahui hadits-hadits yang terkait dengan hormat dan patuh kepada
orang tua
5. Mengetahui contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak


Semua orang tua sangat menaruh harapan dari keberhasilan anaknya
ketika dewasa. Tidak seorang pun yang menginginkan anaknya gagal dalam
pendidikannya. Untuk merealisasikan harapan tersebut, orang tua senantiasa
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik yang
mencakup segala hal, baik perhatian, nutrisi, dan pendidikan anaknya. Dalam
Islam, anak yang sedang tumbuh dan berkembang mempunyai hak untuk
dicukupi kebutuhan akan makan dan minum oleh orang tuanya agar menjadi
orang yang sehat normal dan kelak menjadi insan yang cerdas dan kreatif.
Anak yang sedang berkembang harus diperlakukan secara penuh perhatian
oleh orang tua dan pendidiknya karena anak bukanlah orang dewasa yang
berbadan kecil. Perkembangan psikisnya masih sangat terbatas sehingga tidak
sepatutnya jika ia harus mengerjakan pekerjaan orang dewasa dan anak
tidaklah boleh matang sebelum waktunya. Tugas orang tua terhadap anak
adalah dengan memberikan hak-hak kepadanya dengan baik. Adapun diantara
hak anak menurut ajaran Islam adalah sebagai berikut :
1. Kewajiban Memberikan Nasab
Secara etimologi nasab berarti hubungan, dalam hal ini adalah
hubungan darah antara seorang anak dengan ayah dan ibunya karena
sebab-sebab yang sah menurut syara’, yakni jika sang anak dilahirkan
atas dasar perkawinan dan dalam kandungan tertentu yang oleh syara’
diakui keabsahannya. Dengan demikian, setiap anak yang lahir langsung
dinasabkan pada ayahnya agar lebih menguatkan perkawinan kedua
orang tuanya. Berkaitan dengan hak nasab adalah hak mendapatkan nama
dari orang tuanya. Ketika anak dilahirkan, orang tua memilihkan sebuah
nama untuknya, dengan demikian ia dapat dikenal oleh orang-orang di
sekelilingnya.. Pemberian nama itu dapat dilakukan pada hari pertama
setelah kelahiran anak, boleh diakhirkan hingga hari ketiga atau hari
ketujuh.

5
2. Kewajiban Memberikan Susu (rada’ah)
Air susu ibu atau yang lebih dikenal dengan sebutan ASI adalah
nutrisi terbaik untuk sang bayi. Air susu ibu merupakan makanan bayi
yang paling sempurna, sebab tidak hanya kaya akan zat pertumbuhan,
tetapi sekaligus berisi zat-zat penangkal atau melindungi berbagai macam
penyakit. Air susu ibu bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi
seorang bayi saja, tetapi juga merupakan zat anti kuman yang kuat karena
adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk suatu
system biologis untuk membunuh kuman. Air susu ibu berdaya guna
untuk memberikan segala kebutuhan bayi untuk tumbuh dengan sehat
dan melindunginya dari berbagai penyakit.
3. Kewajiban Mengasuh (hadlanah)
Setiap anak yang dilahirkan oleh orang tuanya berhak mendapatkan
asuhan, yakni memperoleh pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus
makan, minum, pakaian dan kebersihan si anak pada periode kehidupan
pertama (sebelum ia dewasa) yang dimaksud dengan pemeliharaan di sini
dapat berupa pengawasan dan penjagaan terhadap keselamatan jasmani
dan rohani anak dari segala macam bahaya yang mungkin dapat
menimpanya agar tumbuh secara wajar. Anak juga membutuhkan
pelayanan yang penuh kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan berupa
tempat tinggal dan pakaian. Oleh karena itulah pada usia balita seorang
anak belum mempunyai kemampuan, sehingga kehidupan mereka sangat
bergantung pada orang lain yang dewasa, yaitu ibu dan bapaknya.
Dengan demikian, hak asuh bagi setiap anak adalah agar di rawat dengan
penuh kasih sayang, diperhatikan dan dipilihkan makanan dan minuman
yang baik serta dilindungi dari berbagai penyakit demi kelangsungan
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dengan kasih sayang, anak
akan tumbuh dengan kepribadian yang sempurna dan sehat sehingga
menghasilkan manusia-manusia yang baik. Dengan memperhatikan
makanan, minuman, dan kesehatannya berarti akan menciptakan
manusia-manusia yang sehat dan kuat jasmani dan rohaninya.
4. Kewajiban Memberikan Nafkah dan Nutrisi yang Baik
Menurut ajaran Islam, seorang anak berhak mendapatkan nafkah,
yakni pemenuhan kebutuhan pokok. Nafkah terhadap anak bertujuan

6
untuk kelangsungan hidup dan pemeliharaan kesejahteraannya. Dengan
demikian, anak terhindar dari kesengsaraan hidup di dunia, karena
mendapatkan kasih sayang orang tuanya melalui pemberian nafkah
tersebut. Disamping hak mendapatkan nafkah, seorang anak juga berhak
memperoleh gizi yang baik dari orang tuanya. Gizi mempunyai peran
yang sangat besar dalam membina dan mempertahankan kesehatan
seseorang. Ini adalah kewajiban setiap manusia untuk memelihara
kesehatan baik kesehatan fisik maupun kesehatan mentalnya. Maksudnya
adalah sudah menjadi kewajiban seseorang untuk memelihara kesehatan
jasmani dan rohaninya sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Di dalam ilmu kesehatan, seorang anak memerlukan sumber makanan
yang bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Gizi yang cukup
merupakan faktor utama sebagai penunjang bagi perkembangan
kecerdasan anak.
5. Hak Memperoleh Pendidikan
Seorang anak yang dilahirkan juga berhak mendapatkan pendidikan,
yakni perhatian terhadap pendidikan dan pengajaran si anak agar kelak
menjadi manusia yang berguna serta mempunyai kemampuan dan
dedikasi hidup yang mampu dikembangkan di tengah-tengah masyarakat.
Hak pendidikan anak mencakup pendidikan jasmani dan rohani.
Pendidikan jasmani adalah ajaran yang diberikan agar anak bisa merawat
dirinya sehingga ia bisa hidup sehat, terhindar dari penyakit. Pendidikan
rohani dimaksudkan agar anak mempunyai jiwa yang kuat dan sehat.1

B. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak


Hadis-hadis tentang Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Kedua orang
tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan anakanaknya. oleh
sebab itu, orang tua harus melaksanakan perannya dengan baik sehingga anak
tumbuh dengan maksimal dengan karakter yang diingingkan.
1. Mendidik Anak dengan Pembiasaan.
a. Membiasakan anak makan dengan menyebut nama Allah dan
menggunakan tangan kanan.
b. Membiasakan Anak shalat di masjid.
1
J u r n a l H a w a, Kewajiban orangtua terhadap anak dalam prespektife islam

7
2. Mendidik Anak dengan Keteladanan
Cara mendidik dengan keteladanan adalah memberikan teladan atau
contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Keteladanan merupakan metode dan tindakan pendidikan yang
seharusnya diterapkan oleh seorang pendidik terhadap anak didik.
3. Mendidik Anak dengan Memotivasi
Memotivasi anak adalah bagian yang penting yang harus
diperhatikan oleh orang tua, karena adalah penyemangat anak dalam
melakukan segala sesuatu termasuk menuntut ilmu.
4. Mendidik Anak dengan Memberikan Nasehat
5. Mengawasi Anak dari Pergaulan Buruk
6. Memberikan Sanksi/Hukuman apabila Anak Melakukan Kesalahan.2

C. Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua

َ‫اع ب ِْن ُش ْب ُر َمةَ ع َْن َأبِي ُزرْ َعةَ ع َْن َأبِي هُ َري َْرة‬
ِ َ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا َج ِري ٌر ع َْن ُع َما َرةَ ب ِْن ْالقَ ْعق‬
ِ َّ‫ق الن‬
‫اس‬ ُّ ‫ال يَا َرسُو َل هَّللا ِ َم ْن َأ َح‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َرس‬
ِ ‫َر‬
ُ‫ك قَا َل ثُ َّم َم ْن قَا َل ثُ َّم َأبُوكَ َوقَا َل ابْن‬َ ‫ال ثُ َّم ُأ ُّم‬
َ َ‫ك قَا َل ثُ َّم َم ْن ق‬ َ ‫ال ثُ َّم ُأ ُّم‬ َ ‫ال ُأ ُّم‬
َ َ‫ك قَا َل ثُ َّم َم ْن ق‬ َ َ‫ص َحابَتِي ق‬
َ ‫بِ ُح ْس ِن‬
ُ‫ُّوب َح َّدثَنَا َأبُو ُزرْ َعةَ ِم ْثلَه‬
َ ‫ُش ْب ُر َمةَ َويَحْ يَى بْنُ َأي‬

 Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan


kepada kami Jarir dari 'Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah dari Abu
Zur'ah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata;
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti
kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian
siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa
lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia
menjawab: "Kemudian ayahmu." Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub
berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadits seperti di atas”.
(Bukhari - 5514)3
Di dalam ajaran islam, kewajiban ditempatkan sebagai salah satu hukum

2
Jurnal, peran dan tanggungjawab orangtua tentang pendidikan
3
Kutubu Tis’ah, Siapa Yang Paling Berhak Digauli Dengan Baik Kitab Bukhari, Hadist No - 5514

8
syara’ yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan siksa. Dengan kata lain
bahwa kewajiban dalam agama berkaitan dengan pelaksanaan hal yang
diwajibkan oleh Allah.
Menghormati dan menghargai serta berbakti kepada orang tua merupakan
kewajiban yang harus dipatuhi, karea begitu besar jasa dan pengorbanan
kedua orang tua, sampai Allah berwasiat kepada semua umat manusia untuk
berbuat baik kepada keduanya terlebih pada ibu. Ayah dan ibu merupakan
sebab adanya manusia ini. Andaikata bukan karena jerih payah mereka
berdua, tentu manusia ini tidak bisa hidup mapan. Andaikata tidak ada
kesengsaraan mereka berdua, pasti manusia ini tidak merasakan kesenangan. 4
Mengenai ibu, dia telah mengandung dengan rasa susah payah, begitu
pula waktu melahirkan. Sedangkan ayah, dia telah  mencurahkan semua
kemampuannya dalam mencapai kebaikannya untuk perawatan badan dan
jiwa anaknya. Oleh sebab itu anak harus selalu mengingat jasa baik kedua
orangtuanya, agar bis berterimakasih kepada mereka atas jasanya. Mematuhi
perintahnya, kecuali jika diperintah maksiat. Berbuat baik kepada orang tua
memiliki kedudukan yang amat tinggi dan mulia betapa pentingnya berbuat
baik kepada orang tua ini adalah karena perintah ini terletak setelah perintah
menyembah Allah.

D. Hadis-hadis yang terkait dengan hormat dan patuh kepada orang tua
Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
‫ض•ى‬ َ ‫ ِر‬:‫ع َْن َع ْب ُد هللا بن َع ْم ٍرو رضي هللا عنهما قال قال رسو ُل هللا صلى هللا عليه وس••لم‬
َ ‫ض•ى هللاُ فى ِر‬
)‫ال َوالِ َد ْي ِن و َس َخطُ هللا فى َس َخطُ ال َوالِ َد ْي ِن ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم‬

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah
bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan
murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis
ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

 Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
‫ع َْن اَبِي هُ َري َرةَ رضي هللا عنه قال َجا َء َر ُج ٌل الى رسو ِل هللا صلى هللا عليه وسلم فقال يَا رسو َل هللا َم ْن‬
4
uwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010) 16.

9
‫ ثم من؟‬:‫ثم ا ُّمك قال‬: ‫ ثم من؟ قال‬:‫ ثُ َّم اُ ُّمك قال‬:‫ ثُ َّم َم ْن؟ قال‬:‫ اُ ُّمك قال‬:‫ص َحابَتِي؟ قال‬ ًّ ‫اَ َح‬
ِ ّ‫ق الن‬
َ ‫اس بِ ُح ْس ِن‬
َ ْ‫ ثم اَبُو‬: ‫قال‬
)‫ك (اخرجه البخاري‬

Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-
laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah,
siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “
Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa?
Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian
siapa? Rasulullah menjawab: “ Bapakmu!”(H.R.Bukhari).
Hadis Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.
Artinya: “ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada
Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau
menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?”
beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya
lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan
Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).]
Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka
kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.
‫عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى هللا عليه وسلم ان هللا حرم عليكم عقوق االمهات ووأد البنات‬
)‫ومنع وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري‬

Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah
bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada
ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-
hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara,
banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari.
Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ان من اكبر الكبا ئر‬: ‫عن عبد هللا بن عمر ورضى هللا عنهما قال‬
‫ يسب الرجل ابا لرجل‬:‫و كيف يلعن لر جل والديه ؟ قا ل‬.‫ قيل رسول هللا‬. ‫ان يلعن الر جل والديه‬
)‫فيسب أبا لرجل فيسب أبا ه و يسب ( أخر جه امام بخاري‬

Artinya: “ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw
telah bersabda: “ diantara dosa-dosa besar yaitu seseorang memaki kedua
orang tuanya. “ para sahabat bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah ada

10
seseorang yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “ Ya,
apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas
memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki
ibunya. (H.R. Bukhari)

E.Contoh Perilaku Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua


1.    Birrul Walidain
Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-
Walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya
kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat
kebajikan terhadap kedua orang tua.5
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran
Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang
sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati
posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya
menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak
yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat
manusia.6
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan
seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik
anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia
berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi,
membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan
sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si
anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang
untuk mendurhakainya.
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
1. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh
orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh
berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat
maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita

5
Juwariyah, Hadis Tarbawi, 17.
6
Dadang Sobar, Fikih Berbakti Kepada Orangtua, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) 1.

11
tetap menjalin hubungan dengan baik.
2. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat,
sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata,
memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.
3. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek
kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun
masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan
ajaran Islam.
4. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum
berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang
tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
5. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat
dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
6. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
7. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
8. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa
diteruskan dengan cara antara lain:
a) Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
b) Melunasi semua hutang-hutangnya
c) Melaksanakan wasiatnya
d) Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
e) Memuliakan sahabat-sahabatnya
f) Mendoakannya.

2. Uququl Walidain
‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka
kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt,
sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat
betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan
juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya,
jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.7
Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam
dan bertingkat-tingkat, mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel,

7
Juwariyah, Hadis Tarbawi, 17.

12
mengatakan “ah” ( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan
panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan
lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di
dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh
pendurhakaan kepada orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan
menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut).
Nabi mengutuk perbuatan durhaka kepada orag tua dan memerikan
motifasi serta memerintahkan umatnya untuk berbakti kepada orang tua,
karena ridha Allah berda pada ridha kedua orang tua dan kemarahan
Allah tertletak pada kemarahan orang tua.  Nabi bersada:
‫ضى ْال َوالِ ِد‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِر‬
َ ‫ضى الرَّبِّ فِي ِر‬ َ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫َو َس َخطُ الرَّبِّ فِي َسخَ ِط ْال َوالِ ِد‬
Dari Abdullah bin Amr radliallahu 'anhuma dari Nabi shallallaahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Ridha Allah terdapat pada ridha
seorang ayah, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya seorang
ayah."
Ridha Allah merupakan puncak pencarian dari seorang hamba yang
mengabdi kepadanya. Beramal shaleh untuk mengharapkan balasan
kebijakan dari Allah tidaklah salah, demikian pula berbakti kepadanya
untuk mendambakan surganya juga bukan tindakan keliru , akan tetapi
tunduk dan patuh kepada Allah untuk megharapkan ridhanya itulah
sesungguhnya merupakan tingkat tertinggi dari penghambaan seseorang,
karena pada hakekatnya tidak ada penghambaan yang melmpaui
kebahagiaan orang tua yang mendapatkn ridha Allah, sebagaimana tidak
ada kesedihan dan penderitaaan yang melapaui kesedihan serta
penderitaan seseorang yang mendapatkan murka Allah.
Sedangkan Nabi bersabda bahwa ridha Allah terletak pada ridha kedua
orang tua dan demikian pula murkanya. Ungkapan Nabi tersebut
mengisyaratkan kepada umtnya bahwa tidak ada alasan bagi seorang
anak mausia untuk tidak taat dan patuh kepada kedua orangtuanya selama
kedua  oragtuanya tidak memerintahkan untuk bermaksiat kepada Allah.
Jika bapak termasuk ahli maksiat di bumi ini serta memaksa anaknya
untuk ikut dalam maksiat tersebut, maka anak tidak wajib taat ketika itu.
Demikian halnya jika menginginkan anaknya memantu dalam maksiat

13
tersebut dan dalam memperpanjang keburukan, anak tak perlu taat
kepanya. Hanya saja dalam menolak keinginan dan perintah bapak anak
mesti bijksana dan dengan cara yang lebih baik kepada bapaknya. 
      Sebagai gambaran dari betapa seorang anak wajib tunduk patuh
kepada kepada kedua orang tuanya itu, sebuah riwayat mengatakan
bahwa seseorang meminta ijin kepada Nabi ikut berjihad, lalu nabi
bertanya adakah orang tuamu masih hidup? Orang tadi menjawab: masih
ya Rasulullah, maka Nabi menjawab: berbaktilah kepada keduanya maka
engkau telah berjihad. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa seorang
Yaman pergi berjihad kepada Nabi saw. Lalu berkata kepada Nabi: wahai
Rasulullah saya telah berjihrah. Nabi bersabda: apakah engkau punya
keluarga di Yaman? Orang itu menjawab: kedua orangtua ku. Nabi
bertanya: apakah keduanya megijinkanmu? Dia: berkata: tidak. Nabi
bersabda: kembalilah dan mintalah ijin kepada keduanya.
      ‫ير‬ ٍ ِ‫ال ح و َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َكث‬ َ َ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن ُس ْفيَانَ َو ُش ْعبَةَ قَااَل َح َّدثَنَا َحبِيبٌ ق‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ال َر ُج ٌل لِلنَّبِ ِّي‬ ِ ‫ب ع َْن َأبِي ْال َعب‬
َ َ‫َّاس ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍرو قَا َل ق‬ ٍ ‫َأ ْخبَ َرنَا ُس ْفيَانُ ع َْن َحبِي‬
َ َ‫َو َسلَّ َم ُأ َجا ِه ُد قَا َل ل‬
ِ ‫ك َأبَ َو‬
‫ان قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَفِي ِه َما فَ َجا ِه ْد‬
            Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Sufyan dan Syu'bah keduanya
berkata; telah menceritakan kepada kami Habib dia berkata. Dan
diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari
Habib dari Abu Al 'Abbas dari Abdullah bin 'Amru dia berkata; seorang
laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Saya
hendak ikut berjihad." Beliau lalu bersabda: "Apakah kamu masih
memiliki kedua orang tua?" dia menjawab; "Ya, masih." Beliau
bersabda: "Kepada keduanya lah kamu berjihad”.
            Dalam hadis ini, kedudukan berbuat baik kepada orang tua itu
mendahului jihad di jalan Allah, yang menempati puncak tertinggi amal
dalam islam. Dari uraian di atas dapat di artikan pula kedudukan berbuat
baik kepada orangtua itu lebih tinggi daripada alam-amal diawah jihad di
jalan Allah. Misalnya lebih tinggi daripada amal berpergian ini bukan
wajib seperti untuk haji fardu misalnya. Sedangkan untuk haji sunnah
atau umrah sunah maka berbuat baik kepada orang tua itu masih lebih

14
tinggi darinya.
 Allah mengharamkan kedurhakaan terhadap kedua orang tua. Nabi
bersabda:
ِ ‫س ع َْن ال َّش ْعبِ ِّي ع َْن َع ْب ِد هَّللا‬ٍ ‫ار َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َج ْعفَ ٍر َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ ع َْن فِ َرا‬ ٍ ‫َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ بَ َّش‬
ُ‫َأوْ قَا َل ْاليَ ِمين‬ ‫ق ْال َوالِ َد ْي ِن‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ْال َكبَاِئ ُر اِإْل ْش َرا‬
ُ ‫ك بِاهَّلل ِ َو ُعقُو‬ َ ‫ع َْن النَّبِ ِّي‬ ‫ب ِْن َع ْم ٍرو‬
ُ ‫ك بِاهَّلل ِ َو ْاليَ ِمينُ ْال َغ ُموسُ َو ُعقُو‬
‫ق‬ ُ ‫ك ُش ْعبَةُ َوقَا َل ُم َعا ٌذ َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ قَا َل ْال َكبَاِئ ُر اِإْل ْش َرا‬ َّ ‫ْال َغ ُموسُ َش‬
‫ْال َوالِ َد ْي ِن َأوْ قَا َل َوقَ ْت ُل النَّ ْفس‬
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basysyar telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan
kepada kami Syu'bah dari Firas dari Asy Sya'bi dari Abdullah bin Amru
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Diantara dosa besar
adalah, menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, -atau ia
mengatakan - sumpah dusta." Syu'bah ragu kepastian redaksinya. Dan
Mu'adz mengatakan telah menceritakan kepada kami Syu'bah
mengatakan; Dosa besar ialah menyekutukan Allah, sumpah dusta, dan
durhaka kepada orang tua. Atau ia mengatakan; dan membunuh orang.
            Allah telah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua
dan akan membalas dosa pelakunya selagi masih di dunia. Karena itu
merupakan kewajiban anak utuk meghormati dan mentaati semua
perintahnya selagi tidak melanggar ke tentuan ajaran agama. Dalam
pandangan Allah kedua orang tua adalah orang yang pertama-tama wajib
dihormati setelah pengapdian kepada Allah.
            Berbaktilah wahai anak manusia terhadap kedua orang tua yang
telah mengantarkan kalian hidup di dunia ini sebab tanpa kedua nya maka
kita semua tidak akan pernah menikmati kehidupan di dunia. Anak yang
durhaka kepada orang tuanya adalah anak yang mengingkari kenikmatan
dari Allah, dan sekaligus mengingkari kebaikan keduanya, oleh karena
itu Allah sangat tidak menyukainya sehiggan mempercepat balsan
dosanya ketika masih di dunia, agar menjadi pelajarann baginya dan juga
bagi yang lain bahwa durhaka kepada orag tua itu termasuk perbuatan
yang sangat di benci Allah dan balasannya akan di berikan kotan di
dunia.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menghormati dan menghargai serta berbakti kepada orang tua


merupakan kewajiban yang harus dipatuhi, karea begitu besar jasa dan
pengorbanan kedua orang tua, sampai Allah berwasiat kepada semua
umat manusia untuk berbuat baik kepada keduanya terlebih pada ibu.
       Allah telah mengharmkan durhaka kepada kedua orang tua dan akan
membalas dosa pelakunya selagi masih di dunia. Karena itu merupakan
kewajiban anak utuk meghormati dan mentaati semua perintahnya selagi
tidak melanggar ke tentuan ajaran agama. sehiggan mempercepat balsan
dosanya ketika masih di dunia, agar menjadi pelajarann baginya dan juga
bagi yang lain bahwa durhaka kepada orag tua itu termasuk perbuatan
yang sangat di benci Allah dan balasannya akan di berikan kontan di
dunia.  

B. Saran
Dalam Penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik
didalam penyajiannya maupun teknis penyusunannya. Oleh sebab itu,
kritik dan saran dari berbagai pihak sifatnya membangun senantiasa kami
harapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kutubu Tis’ah, Siapa Yang Paling Berhak Digauli Dengan Baik Kitab Bukhari,
Hadist No - 5514
Juwariyah, Hadis Tarbawi, Yogyakarta: Teras, 2010
Suryani, Hadis Tarawi Analisis Paedagogis Hadis-Hadis Nabi, (Yogyakarta: Teras,
2012
Dadang Sobar, Fikih Berbakti Kepada Orangtua, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011
Andi Safar Danial, peran dan tanggung jawab orang tua tentang pendidikan anak
dalam perspektif hadis.2018.
Lim Fahimah, Kewajiban orang tua terhadap anak dalam perspektif islam.

17

Anda mungkin juga menyukai