Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DAMPAK KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

DOSEN PENGAMPUN: HIKMAH, M. H

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3

1. ARBIANTI
2. ELIN RAHMAWATI
3. RIRIN ARYANTI
4. WESIARNI AULIYAH
5. WIWIN SARI

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH BIMA

2022/2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................

A. LATAR BELAKANG .....................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................
C. TUJUAN MAKALAH ....................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

A. PENGERTIAN ORANG TUA .....................................................


B. PENGERTIAN KEKERASAN.......................................................
C. DAMPAK KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK....
D. DINAMIKA KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK.

BAB III PENUTUP ..............................................................................................

A. KESIMPULAN ...............................................................................
B. SARAN ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar
biasa ini kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Dampak
Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Advokasi dan perlindungan
Anak. Adapun kendala yang kami hadapi selama proses pembuatan makalah ini yaitu
kurang tersedianya waktu dikarenakan kami harus mengerjakannya dalam waktu yang
cukup singkat.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya


kepada dosen pengampu Hikmah, M. H selaku dosen pembimbing mata kuliah advokasi
dan perlindungan anak yang telah menyerahkan kepercayaan kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Kami sangat mengharapkan bahwa makalah ini dapat berguna bagi para pembaca
dan kami mengharapkan kritikan serta saran dari para pembaca sehingga dalam
mengerjakan tugas-tugas selanjutnya kami bisa lebih baik lagi.

Kota Bima, 8 April 2023

Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah komponen yang terdiri dari ibu, ayah dan anak. Ibu dan ayah/orang
tua memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi dan pendidikan anak, di
dalam sebuah keluarga anak-anak lebih dekat dengan ibunya dibandingkan dengan
ayahnya, oleh karena itu seorang ibu hendaknya panddalam mendidik anak-anaknya. Baik
buruknya pola asuh seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan dan watak anak dikemudian hari. Keluarga harmonis adalah
keluarga yang berjalan dengan selaras, serasi, disiplin, tolong menolong, dan saling
menghargai. Kehidupan harmonis akan berimbas pada rasa bahagia seluruh anggota
keluarga.
Menurut Wahid (2015:2) orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu
dan Bapak, karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak, maka setiap reaksi
emosi anak dan pemikirannya dikemudian adalah hasil dari ajaran orang tuanya tersebut.
Sehingga orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas
pendidikan anak-anak.
Menurut Mansur (2005:318) Orang tua adalah orang yang mempunyai amanat dari
Allah untuk mendidik anak dengan penuh tanggungjawab dan dengan kasih sayang. Orang
tua (keluarga) yang bertanggung jawab yang paling utama atas perkembangan dan
kemajuan
anak. Orang tua dituntut untuk mentaati terlebih dahulu nilai-nilai yang akan diupayakan
kepada anak, dengan demikian bantuan mereka ditangkap oleh anak secara utuh sehingga
mudah untuk menangkap dan mengikutinya. Misalnya, sebelum menyuruh anak sholat,
terlebih dahulu mereka telah mengerjakan atau segera menegakkan sholat. Teladan ini
menjadi dasar timbulnya kepercayaan atau kewibawaan orang tua dalam diri anak-anak
(Shochib, 2014:124-125).

Berdasarkan pengertian beberapa para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa orang
tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari
sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga, jadi orang
tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, membimbing anaknya dengan
cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang
tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hidup bermasyarakat. Orang tua adalah
pusat terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yamg dimaksud dengan orang tua.?


2. Bagaimana pola asuh orang tua?
3. Bagaimana tanda-tanda kekerasan yang dilakukan oleh orang tua dan penyebab
kekerasan tersebut.!
4. Bagaimana dampak kekerasan orang tua aterhadap anak.?
5. Bagaimana dinamika kekerasan yang dilakukan oleh orang tua?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan orang tua.


2. Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua.
3. Mengetahui tanda-tanda kekerasan dan penyebab kekerasan.
4. Untuk mengetahui dampak kekerasan terhadap anak.
5. Untuk mengetahui dinamika kekerasan yang dilakukan orang tua.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Orang Tua
Menurut Miami (Kartono, 1982:48) orang tua adalah pria dan wanita
yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung
jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Menurut
Gunarsa (Gunarwan, 1976:27) orang tua adalah dua individu yang berbeda
memasuki hidup. Bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan
kebiasaan sehari-hari. Menurut Abu (1991:76) orang tua merupakan pusat
pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan
emosional sehingga keluarga mempunyai pengaruh yang mendalam
terhadap anak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua
adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, orang
tua yang selalu ada di sampingnya. Anak akan meniru perangai ibunya dan
biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu
menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan
orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temannya dan yang
pertama untuk dipercayainya.
1. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh adalah suatu interaksi antara orang tua dengan anak yang mana
orang tua akan merawat, membimbing, mendidik anak terhadap jasmani dan
rohani anak menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Widowati (2013:7)
menyatakan pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang
tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan
mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat
oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat
dan optimal. Agustiawati (2014:1) menyatkan pola asuh merupakan suatu cara
terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan
dari rasa tanggung jawab dari anak.
Khon (Agustiawati, 2014:3-4) menyatakan pola asuh merupakan sikap orang tua
dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi,
antara lain dari cara orang tua memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua
menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan
terhadap keinginan anak, dengan demikian yang dimaksud dengan pola asuh orang
tua adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak
langsung.
A. Kekerasan
1. Pengertian Kekerasan

Menurut Suyanto (2010:96) tindakan kekerasan pada anak adalah setiap


tindakan yang mempunyai dampak fisik, dan psikologis, yang menyebabkan luka
luka tarumatis pada anak, baik yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau
dilihat dari akibatnya bagi kesejahteraan fisik dan perkembangan mental
psikologis anak. Tindak kekerasan pada anak, tidak sekedar menyebabkan anak
mengalami luka fisik yang dalam hitungan hari bisa sembuh melalui perawatan
medis, tetapi acap kali tindakan kekerasan pada anak juga berdampak
terjadinya luka traumatis yang bukan tidak mungkin diingat hingga mereka
dewasa. Tindak
kekerasan yang dialami anak adalah perlakuan yang senantiasa berdampak
jangka panjang, dan menjadi mimpi buruk yang tidak pernah hilang dari benak
anak yang menjadi korban. Ikawati (2007:6) menyatakan bahwa kekerasan
adalah suatu perilaku yang disengaja oleh seorang individu pada individu lain
dan memungkinkan menyebabkan kerugian fisik dan psikologis. Kekerasan
adalah tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap pihak
yang lebih lemah, kekerasan dapat berupa beragam bentuk yaitu kekerasan
fisik, mental, dan seksual. Kekerasan merupakan Tindakan agresi dan
pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lainlain) yang
menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau
menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu Tindakan menyakiti binatang
dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial
yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang.
2. Tanda-tanda Kekerasan Orang Tua
1. Anak menghindari orang tertentu Orangtua perlu bertanya-tanya ketika anak
bersikeras menghindar dari orang tertentu tanpa alasan yang jelas. Itu merupakan
isyarat pertama yang ditunjukkan oleh anak
2. Sering menangis tanpa alasan Anak selalu menangis ketika dibawa ke tempat
penitipan anak, rumah teman Anda, sekolah, atau suatu tempat lainnya. Ia pun
bisa menjadi lebih rewel dibanding biasanya. Orangtua harus segera mengajak
bicara anak dan menanyakan apa yang terjadi.
3. Tubuh memar Jangan anggap sepele ketika Anda menemukan tubuh anak
memar ketika pulang ke rumah. Memar merupakan tanda kekerasan yang
mudah dikenali.
4. Perilaku mendadak berubah Anak yang tadinya ceria, lemah lembut,
kemudian berubah menjadi pemarah, tidak peduli, agresivitas, perlu Anda
curigai mengalami kekerasan.
5. Gejala aneh Anak yang mengalami kekerasan juga bisa mengalami perubahan
kebiasaan, seperti susah tidur, hilang napsu makan, hingga menjadi terlalu
protektif terhadap anak-anak di sekitarnya. Atau kadang ia menjadi penakut
dan bersikap kekanak-kanakan
6. Menyendiri Anda juga perlu curiga jika anak tiba-tiba ingin selalu sendirian
dan terlihat menyembunyikan sesuatu. Kekerasan bisa membuat anak menjadi
lebih takut bertemu orang lain. 
7. Nyeri saat berjalan Jika anak mendapat pelecehan seksual, ia bisa mengalami
pendarahan, alat kelamin terasa gatal dan memar. Ketika anak merasa nyeri
saat duduk maupun berjalan dan sulit melakukan aktivitas fisik seperti biasa, itu
bisa menjadi tanda anak mengalami kekerasan.
8. Akrab dengan informasi seksual Pada kasus pelecehan seksual, bisa
membuat anak menjadi sangat akrab dengan informasi seksual untuk orang
dewasa. Muncul rasa ingin tahu yang melampaui usia mereka.
9. Anak selalu waspada Tanda lain yang diamati pada anak-anak yang
mengalami pelecehan adalah mereka menjadi selalu lebih waspada. Mereka
bisa terlihat ketakutan dan cemas tentang sesuatu hal buruk yang akan terjadi.
3. Faktor Penyebab Kekerasan
Menurut Basoeki (Suyanto, 2010:32) faktor penyebab lain mengapa banyak
terjadi penganiayaan anak dan penelantaran anak diantaranya:
a) Orang tua yang dahulu dibesarkan dengan kekerasan cenderung meneruskan
pendidikan tersebut kepada anakanaknya.
b) Kehidupan yang penuh stres seperti terlalu padat kemiskinan, sering
berkaitan dengan tingkah laku agresif, dan meyebabkan terjadinya
penganiayaan fisik terhadap anak.
c) Isolasi sosial, tidak adanya dukungan yang cukup dari lingkungan sekitar,
tekanan sosial akibat situasi krisis ekonomi, tidak bekerja dan masalah
perumahan akan meningkatkan kerentangan keluarga yang akhirnya akan
terjadi penganiayaan dan penelataran anak.
Menurut Mu’tadin (Ikawati, 2007:6) faktor-faktor penyebab
timbulnya perilaku kekerasan sebagai berikut :
a. Faktor Marah
Rasa marah seringkali menjadi pemicu timbulnya perilaku agresif, meskipun
perilaku semacam itu juga dapat terjadi tanpa adanya rasa marah.
b. Faktor Biologis
Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang
mengatur perilaku agresi.

B. Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Anak


Menurut Rusmil (Huraerah, 2006:44) anak-anak yang menderita
kekerasan, eksploitasi, pelecehan, dan penelataran menghadapi risiko:
1. Usia yang lebih pendek
2. Kesehatan fisik dan mental yang buruk
3. Masalah pendidikan (termasuk dropt-out dari sekolah)
4. Kemampuan yang terbatas sebagai orang tua kelak
Menurut Suharto (Huraerah, 2006:44) tindakan kekerasan dapat
menyebabkan anak kehilangan hal-hal yang paling mendasar dalam
kehidupannya dan pada gilirannya berdampak sangat serius pada
kehidupan anak dikemudian hari, antara lain:
1. Cacat tubuh permanen
2. Kegagalan belajar
3. Ganguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian
4. Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau
mencintai orang lain
5. Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina
hubungan baru dengan orang lain
6. Agresi dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal
7. Menjadi penganiaya ketika dewasa
Sedangkan Gelles (Huraerah, 2006:46) menjelaskan bahwa konsekuensi dari
tindakan kekerasan dan penelataran anak dapat menimbulkan kerusakan dan
akibat yang lebih luas luka-luka fisik, seperti: memar-memar,goresan-goresan
dan luka bakar hingga kerusakan otak,cacat permanen dan kematian.
Efek psikologis
Pada anak korban kekerasan dan penganiayaan bisa seumur hidup, seperti:
rasa harga diri rendah,ketida kmampuan berhubungan dengan teman sebaya.
Kekerasan dapat mengakibatkan gangguan-gangguan kejiwaan
Tindakan kekerasan terhadap anak begitu menganaskan. Mungkin
belum banyak yang menyadari bahwa pemukulan yang bersifat fisik itu
bisa menyebabkan kerusakan emosional anak.
Menurut Fentini Nugroho (Huraerah, 2006:47) anak-anak yang
masih kecil sering susah tidur dan bangun ditengah malam menjerit
ketakutan. Mereka juga ada yang menderita psikosomatik, misalnya
ashma. Beberapa anak ada pula yang demikian sedih, sehingga sering
muntah setelah makan dan berat badannya turun dratis. Anak laki-laki
cenderung menjadi sangat agresif dan bermusuhan dengan orang lain;
sementara anak perempuan sering mengalami kemunduran dan menarik
diri ke dalam dunia fantasinya sendiri.
Dampak yang paling menyedihkan adalah bahwa anak perempuan
kemudian merasa semua anak pria itu menyakiti (dan menyebabkan
beberapa diantaranya membenci pria), sedangkan anak laki-laki kemudian
percaya bahwa laki-laki mempunyai hak untuk memukul istrinya. Seorang
wanita bercerita bahwa ia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan
suaminya ketika melihat anak laki-lakinya yang berusia 8 tahun
menganiaya adik permpuannya; “Hal itu sungguh membuatku marah. Saya
pegang dia dan saya tanya, apakah ia mengetahui apa yang sedang
dilakukannya. Ia melihat ke mata saya dan berkata, ‘Jika ayah dapat
melakukannya, demikian juga saya.’’
Anak-anak memang selalu peka. Orang tua tidak menyadari bahwa
apa yang terjadi di antara mereka begitu mempengaruhi anak. Anak
merupakan cermin dari apa yang terjadi dalam suatu rumah tangga. Jika
suasana keluarga sehat dan bahagia, maka wajah anak begitu ceria dan
berseri. Sebaliknya jika mereka murung dan sedih, biasanya telah terjadi
sesuatu yang berkaitan dengan orang tuanya.
D. Dinamika Kekerasan Keluarga terhadap Dampak Psikologis Anak
Keluarga atau rumah tangga adalah fondasi primer bagi
kepribadian, dan tingkah laku anak (Anggadewi, 2007:27). Sikap serta
perilaku anak yang telah atau akan terbentuk dimulai dari keluarga yang
juga merupakan inti dari masyarakat. Sehingga nantinya anak dapat
tumbuh kembang secara wajar dan memiliki cukup bekal untuk kemudian
terjun di dalam masyarakat ketika dewasa. Keluarga yang memiliki
hubungan antar anggota yang hangat dan cukup kasih sayang akan
menciptakan perilaku maupun kepribadian yang baik pada anak,
sebaliknya keluarga dengan suasana yang tidak harmonis dan rentan
dengan kekerasan dapat mengancam kestabilan tumbuh kembang anak.
Anak mendapatkan perlindungan serta kasih sayang dalam keluarga.
Kekerasan merupakan suatu stimulus yang berulang dan semakin
diperkuat sehingga mengembangkan permasalahan-permasalahan
psikologis. Kekerasan dalam bentuk apapun termasuk kekerasan fisik
serta psikis yang dalam keluarga memiliki konsekuensi yang berat bagi
anak. Anak yang mengalami kekerasan dalam keluarga membawa
berbagai macam konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut antara
lain konsekuensi psikologis serta fisik sehingga menimbulkan dampakdampak
yang buruk bagi anak. Kekerasan orang tua dapat berdampak
pada fisik yang berupa luka ringan atau kecil seperti lecet, luka berat,
sampai pada kematian.

KESIMPULAN

orang tua menyatakan menggunakan kekerasan dalam hal menghukum


anak apabila anak berbuat kesalahan dengan tujuan agar anak jera dan tidak
mengulai kesalahannya kembali. Subjek orang tua kerap merasa tidak dapat
menahan emosinya sehingga mereka melakukan tindak kekerasan kepada anak
dengan dalih sebagai hukuman bagi sang anak. Meskipun sebagian dari para
subjek orang tua menyadari akan beberapa dampak yang akan ditimbulkan dari
tindakan mereka.
Anak yang kerap mendapatkan perilaku kasar dari orang tuanya, dua
diantaranya menunjukkan sikap malu-malu ketika bertemu dengan orang lain,
dalam hal ini peneliti itu sendiri. Satu orang subjek anak menunjukkan sikap
ramah dan terbuka kepada peneliti. Sedangkan satu subjek anak lagi terlihat
pendiam ketika di wawancara oleh peneliti, namun ketika dia bersama dengan
kelompok teman sebayanya dia terlihat dominan.
Dampak dari kekerasan orang tua, baik itu kekerasan fisik, psikologis,
sosial, ekonomi dan sebagainya, tidak hanya akan menimbulkan dampak secara
fisik saja. Secara psikologis pun juga akan menimbulkan dampak, dimana anak
dapat menjadi trauma atau merasa tidak aman, sehingga akan mempengaruhi
perilaku sosial anak itu sendiri.
SARAN
Didiklah anak kalian sesuai dengan umurnya dan jangan lah kalian
menggunakan kekerasan secara terus menerus dalam mendidik anak. Karna itu
akan meninggalkan bekas trauma yang sangat mendalam bagi anak dan akan
sangat berdamoak bagi perkembangan anak di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, RD.2013. Dampak Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga:Unej


Kalimantan.
Galihjok. 200. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang tua Terhadap Pola Asuh
Anak dalam Masyarakat.
Huraerah, A.2006. Kekerasan terhadap anak, Bandung: Nuansa.
Nurrahmi. 2005. Penyebab Kekerasan Orang Tua terhadap Anak,
Bandung:Nuansa.
Shochib, M. 2014.. Pola Asuh Orang Tua (dalam Membantu Mengembangkan
Disiplin Diri sebagai pPribadi yang Berkarakter). Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai