Anda di halaman 1dari 14

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KESEHATAN MENTAL ANAK

Oleh:

Jumiyati

Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah IAIN Metro Lampung

Abstrak

Setiap orang tua mengingikan anaknya menjadi orang yang berkepribadian yang baik,sikap
mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama
dalam kehidupan anak,dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Kepribadia orang
tua,merupakan unsure-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk kedalam pribadi
anak yang sedang tumbuh.

Pola asuh orang tua merupakan keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, dimana
orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku,pengetahuan serta nilai-
nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua,agar anak dapat mandiri,tumbuh dan berkembang
secara sehat dan optimal. Pola asuh yang diterapkan pada anak secara tidak langsiung akan
berdampak kepada perkembangan yang dialami anak.kesalahan dalam pemilihan dan penerapan pola
asuh pada anak dapat berakibat kepada kondisi mental anak. Orang tua dan pola asuh memiliki peran
yang besar dalam menanamkan dasar keperibadian yang ikut menentukan corak dan gambaran
keperibadian seseorang setelah dewasa kelak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu
keluarga dengan keluarga yang lainnya. Dalam kegiatan memberikan asuhan ini,orang tua akan
memberikan perhatian,peraturan,disiplin,hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan
anaknya. Gambaran tersebut menjadi alas an untuk melihat bagaiman pola asuh yang diberikan orang
tua kepada anak mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental. Karena orang tua peran yang
sangat penting keberadaanya bagi seorang anak.
Abstract

The child is a person who is still clean and sensitive to stimuli from the environment. Children's
mental health is the fit between all aspects of psychology and owned by a child to be developed
optimally so that individuals are able to do life in accordance with the demands or values that apply
individually, groups and society so that the healthy both mentally and socially.
Parenting to children is a child-rearing activity related to how to care for children in everyday life.
Pattern of love is an effort to strengthen the inner relationship between parents and children.
Parenting is an effort to care for children's activities aimed at sharpening and stimulating all the
abilities that children have and bring up their talents.
Development of mental health of children can be done in the family, school, and community. The
family has a major role in developing the child's personality. School is a formal educational
institution which helps students to be able to develop their potential, both regarding the moral-
spiritual, intellectual, emotional, and social aspects. As well as the child's mental health is also
affected by the climate or atmosphere of community life where he resides.
A. Pendahuluan
Keluarga merupakan satu hal terpenting dalam pengasuhan anak karena anak
dibesarkan dan didik oleh keluarga. Orang tua merupakan cerminan yang bisa dilihat dan ditiru
oleh anak-anaknya dalam keluarga. Oleh karena itu setiap pola pengasuhan harus memberikan
rasa nyaman tetapi juga diperkuat dengan batasan norma-norma yang menghindarkan anak pada
perilaku menyimpang. Batasan tersebut sejatinya bukan bermaksud membuat anak terkengkang
namun justru membuat anak merasa terlindungi. Misalnya dengan selalu mendampingi anak
ketika menonton acara televise dan mengarahkanya agar tidak terjerumus melihat hal-hal yang
tidak harus dilihat. Jika pola asuh anak belum terpenuhi secara baik dan benar, kerap kali akan
memunculkan masalah dan konflik, baik didalam diri anak itu sendiri maupun antara anak itu
sendiri maupun antara anak dengan orang tuanya,maupun terhadap lingkungannya.
Keluarga sebagai sebuah lembaga pendidikan yang paling pertama dan utama.
Keluarga diharapkan senantiasa berusaha menyediakan kebutuhan, baik biologis maupun
psikologis bagi anak., setra merawat dan mendidiknya. Keluarga diharapkan mampu
menghasilkan anak-anak yang dapat tumbuh menjadi pribadi,serta mampu hidup ditengah-tengah
masyarakat. Sekaligus dapat menerima dan mewarisi nilai-nilai kehidupan dan kebudayaan.
Menurut Selo Soemarjan keluarga adalah sebagai kelompok inti,sebab keluarga adalah
masyarakat pendidikan pertama dan bersifat alamiah. Dalam keluarga anak dipersiapkan untuk
menjalani tingkatan-tingkatan perkembangan sebagai bekal ketika memasuki dunia orang
dewasa,bahasa, adat istiadat dan seluruh isi kebudayaan,seharusnya menjadi tugas yang
dikerjakan keluarga dan masyarakat didalam mempertahankan kehidupan oleh keluarga. 1
Factor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak adalah lingkungan keluarga.
Dalam hal ini termasuk peran ayah dan ibu. Peran ini meliputi hal-hal seperti mengasuh dan
menjaga anak,memberikan efeksi dan perlindungan,memberikan rangsangan yang baik dan
memberi pendidikan yang baik bagi si anak. Ayah dan ibu seharusnya bahu-membahu dalam
mengasuh anak. Tugas seorang ayah secara tradisional adalah melindungi keluarga (protection)
dan mencari nafkah (breadwinning) namun kemudian diperluas dengan hal-hal yang menyangkut
child management dan pendidikan. Ayah biasanya menegakan disiplin bagi anaknya. Melalui
otoritas dan disiplin ayah merangsang orientasi realitas anak. Ayah membebankan tugas pada
setiap anggota keluarga, jadi ia mendidik anak unruk melihat hidup secara realistis. Sedangkan
ibu dengan kecenderungan untuk memberikan kesenangan pada keinginan anak merupakan
pendorong bagi anak-anaknya.2
1
Selo Soemarjan, Sosiologi Suatu Pengantar,(Yogyakarta: Gajah Mada Press,1962),hlm.127.
2
Reni Akbar-Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak,(Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2003),hlm
15
Sesuai dengan pendapat Hurlock (1978) bahwa orang yang paling penting bagi anak
adalah orang tua,guru, dan teman sebaya (peer group). Melalui merekalah anak mengenal sesuatu
positif dan negative. Anak mulai belajar dan meniru apa yang dilihatnya, terutama adalah
perilaku orang tua sebab keluarga merupakan salah satu pembentuk karakter anak dan kesehatan
mental anak. Pola asuh keluarga sangat penting bagi kesehatan mental anak dan perkembangan
anak. Dengan demikian anak harus diasuh dengan pola pengasuhan yang baik, yaitu dengan
mengenalkan agama, mengajarkan disipli, berprilaku jujur, suka menolong dan hal-hal yang
positif harus diajarkan orang tua kepada anak sedini mungkin. Hal tersebut dilakukan agar
tertanam atau terinternalisasi dalam jiwa anak (Hurlock,1978:23).
Pada era globalisasi seperti ini banyak dampak pada masyarakat,baik dampak positif
maupun dampak negative. Dampak positifnya adalah memudahkan dalam mncari
informasi,hiburan, dan juga pengetahuan,tetapi dampak negatifnya berkaitan dengan perilaku dan
tata kerama anak yaitu seorang anak cenderung meniru budaya barat. Seorang anak bisa
berprilaku demikian karena mereka melihat atau menyaksikan tayangan televise yang kurang
edukatif dan kurangnya pengawasan orang tua,sehingga anak tidak selektif memilih tayangan
televise. Oleh karena itu orang tua patut dan seharusnya senantiasa mengawasi dan mengasuh
anak dengan baik dan benar.
Kesalahan dalam pengasuhan pola anak juga dapat membawa dampak ketika dewasa
nanti. Seorang anak akan terauma bila pengasuhan dikeluarganya dengan cara memaksa (koersif).
Lain halnya jika anak selalu dipenuhi permintaanya oleh orang tua. Pola demikian akan membuat
mereka menjadi pribadi yang manja. Oleh karena itu orang tua harus bisa menerapkan pola
pengasuhan yang fleksibel namun tetap bisa menanamkan nilai positif kepada anak. 3

B. Pembahasan
1. Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga

3
Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta:Erlangga,1997),hlm 64.
Anak terus berkembang baik secara fisik maupun psikis untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi bila orang tua dalam memberikan
pengasuhan dapat mengerti,memahami dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik anak,disamping menyediakan fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya.
Hubungan orang tua dengan anak ditentukan oleh sika, perasaan,dan keinginana terhadap
anaknya sikap tersebut diwuwujudkan dalam pola asuh orangtua didalam keluarga. 4
Pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dan orang tua selama anak
dalam pengasuhan. Didalam kegiatan pengasuhan, hal ini tidak hanya berarti bagaimana
orang tua memperlakukan anak, tetapi juga cara orang tua
mendidik,membimbing,mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan
sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat yang berlaku pada umumnya.
Kohn dalam Krisnawati (1986:87) menyebutkan bahwa pola asuh merupakan sikap
orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang
tua memberi aturan-aturan, hadiah maupun hukuman,cara orang tua menunjukan otoritas dan
juga cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan kepada anaknya.sehubungan
dengan pola asuh ini, Baumrid dalam Stiwart & Koch (1983:96) membagi pola asuh dalam
tiga kecenderungan yakni:
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan yang dilakukan dengan cara
memaksa,mengatur,dan bersifat keras. Orang tua menuntut anaknya agar mengikuti
semua kemauan dan perintahnya berdampak pada konsekuensi hukuman atau sanksi.
Pola asuh otoriter dapat memberikan dampak negative pada perkembangan
psikologis anak. Anak kemudian cenderung tidak dapat mengendalikan diri dan
emosi bila berinteraksi dengan orang lain. Bahkan tidak kreatif, tidak percaya diri,
dan tidakmandiri. Pola pengasuhan ini akan menyebabkan anak menjadi stress,
depresi dan trauma. Oleh karena itu tipe pola asuh otoriter tidak dianjurkan.
2. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif dilakukan dengan memberikan kebebasan terhadap anak
melakukan apapun sesuka hatinya. Sedangkan orang tua kurang pedeli terhadap
perkembangan anak.pengasuhan yang didapat anak cenderung dilembaga formal atau
sekolah. Pola asuh semacam ini dapat mengakibatkan anak menjadi egois karena
orang tua cenderung memanjakan anak dengan materi. Keegoisan tersebut akan
menjadi penghalang hubungan antara sang anak dengan orang lain (syafie,2002:24).

4
MA.Muazar Habibi,Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini,(Yogyakarta:CV Budi Utama,2018),hlm 82
Pola pengasuhan anak yang seperti ini akan menghasilkan anak-anak yang kurang
memiliki kompetensi social karena adanya control diri yang kurang.
3. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh ini,orang tua memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak.
Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis
dengan orang tuanya. Anak akan bersifat terbuka,bijaksana karena adanya
komunikasi dua arah. Sedangkan orang tua bersikap obyektif,perhatian,dan
memberikan dorongan positif kepada anaknya. Pola asuh demokratis ini mendorong
anak menjadi bisa mengatasi masalahnya,tidak tertekan,berperilaku baik terhadap
lingkungan dan mampu berprestasi dengan baik. Pola pengasuhan ini dianjurkan bagi
orang tua.5
2. Fungsi Keluarga Dalam Menerapkan Pola Pengasuhan Anak
Berdasarkan pendekatan sosio-kultural keluarga memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi Biologis
Secara biologis, keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti pangan ,sandang,dan papan dengan syarat-syarat tertentu. Menurut pakar
pendidikan William Bennett (dalam Megawangi,2003), keluarga merupakan tempat
yang paling awal (primer) dan efektif untuk menjalanikan fungsi Departemen
kesehatan,pendidikan dan kesejahteraan. Berkain dengan pola tersebut dibidang
kesehatan,peran orang tua yang harus dilakukan adalah: 1) memberitahukan pada
anak untuk mengurangi mengonsumsi makanan instan atau cepat saji. 2)
mengajarkan anak untuk rutin berolahraga.3) menyeimbangkan sayuran dan buah
untuk gizi dan kesehatan anak.4) menerapkan untuk menjaga kebersihan.
b. Fungsi Pendidikan
Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai
“instusi”pendidikan,sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara anggota
keluarga. Keluarga melakukan kegiatan melalui asuhan,bimbingan dan
pendampingan, serta teladan nyata untuk mengontrol pola pergaulan anak.
c. Fungsi Relegius
Para orang tua dituntut untuk mengenalkan,bimbingan,member teladan dan
melibatkan seluruh anggota keluarga untuk mengenal akidah-akidah agama dan
perilaku beragama. Sebagai keluarga hendaknya melakukan sholat berjamaah

5
Ahmad Susanto, Bimbingan & Konseling,(Jakarta:Prenadamedia Group,2015),hlm 26-29
dirumah untuk mengembangkan dan meningkatkan kerelegiusan anak dalam
beribadah.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan dalam keluarga adalah untuk menjaga dan memelihara
anak dan anggota. Keluarga melindungi anggota keluarganya dalam hal apapun.
Misalnya, melindungi anak untuk tidak berpengaruh negative dari lingkungan
maupun untuk senantiasa menjadikan keluarga sebagai perlindungan bila anak
mengalami suatu masalah.
e. Fungsi Sosialisasi
Para orang tua dituntut untuk mempersiapkan anak untuk menjadi anggota
masyarakat yang baik, kalau tidak mau disebut warga Negara kelas satu. Dalam
melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan
anak dengan kehidupan social dan norma-norma social,sehingga kehidupan
disekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan
berbuat positif didalam dan terhadap lingkungannya.
f. Fungsi Kasih Sayang
Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjdi lembaga intraksi dalam
ikatan batin yang kuat antara anggotanya,sesuai dengan status dan peranan social
masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini,
harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
Dalam suasana yang penuh kerukunan,keakraban,kerjasama dalam menghadapi
berbagai maslah dan persoalan hidup.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini menunjukan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis.
Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah,pembinaan
usaha dan perencanaan anggaran biaya,baik penerimaan maupun pengeluaran biaya
keluarga.
h. Fungsi Rekreatif
Suasana rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya
apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai,jauh dari ketegangan
batin,dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-
hari.(Megawangi,2003:12).6

6
Djiwandono,Sri Esti Wuryani,Konseling Dan Terapi Dengan Anak Dan Orang Tua,(Jakarta:PT
Grasindo,2005),hlm 33-34
3. Peranan Orang Tua Terhadap Mental Anak
Seorang anak mendapat pelajaran atau pendidikan yang pertama dan utama adalah
dalam lingkup keluarga. Seorang bayi yang lahir kedunia ini masih murni,polos dan belum
mengerti apa-apa. Bagaikan sebuah kertas putih yang bersih, polos belum ada coretan-coretan
diatasnya. Dalam mengasuh dan mendidik sang anak, sekolah bukan satu-satunya tempat
pembelajaran, diluar sekolah anak-anak mendapatkan banyak pengetahuan yang sebagian
besar didapat dari orang tuanya. Perkembangan mental anak sangat penting dalam
perkembangan jiwa anak dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh peran orang tua. Orang
tua sangat berperan untuk mengarahkan perkembangan dengan baik dan optimal.
Orang tua sebaiknya mampu memberikan kegiatan yang menyenangkan dan
menghindari atau sedikit mungkin adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada diri
sikecil, karena ketidakmampuan sikecil mengatasi ketidakpercayaanya itu dapat
mempengaruhi mental sikecil. Orang tua juga harus dapat memenuhi kebutuhan sikecil
dengan penuh perhatian dan tanggap. Jika semuanya bisa terpenuhi dengan baik akan tumbuh
kemampuan rasa percaya pada diri sendiri dan juga kepada orang lain. Sebaliknya jika
kebutuhan si anak tidak terpenuhi atau tidak dilalui dengan baik,akan timbul rasa ketidak
percayaan anak menjadi pesimis dan mental anak pun akan terganggu. 7
Untuk lebih memahami peranan orangtua terhadap pendidikan mental anak berikut
akan diuraikan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun mental anak.
Namun, perubahan fisik maupun mental yang terjadi pada usia dini sangat berfariasi.
Perkembangan fisik dan mentalantara usia dini dan dewasa sanagt berbeda karena pada usia
dini pengaruh dari luar lebih sedikit sedangkan pada usia pada usia dewasa pengaruh
ligkungan luar cenderung lebih dominan.
Contohnya :
a. Mutu gizi yang dikonsumsi anak tergantung sepenuhnya pada orang tua karena
selera/keinginan akan jenis makanan tertentu belum Nampak,sedangkan pada
orang dewasa mutu gizi yang dikonsumsi tergantung pada kesukaannya pada
makanan tertentu. Bisa jadi makanan yang disukai (es permen dan mie) tidak
cukup bergizi untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Kesukaan makanan ini
dipengaruhi oleh iklan imedia massa atau karena pengaruh pergaulan.
b. Perkembangan mental pada anak hanya ditentukan oleh keluarga,sedangkan pada
usia dewasa pengaruh global sangat dominan seperti TV,radio,internet dan film.

7
Chairinniza Graha,Keberhasilan Anak Ditangan Orang Tua,(Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2008),hlm 17-
18
Bagi anak usia 0-6 tahun perhatian keluarga sejak dini dalam merawat dan
mengarahkan anak sangat menentukan mental anak dimasa mendatang.
Sedangkan adegan kekerasan yang ditampilkan mlalui layar televise tentu dapat
dicerna oleh anak usia dini sehingga menimbulkan pengaruh mental yang tidak
baik.8
Begitu pula dalam kaitan pandangan pedagogis. Keluarga adalah satu
persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis
manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan dengan maksud untuk saling
menyempurnakan.selain itu keluarga menjadi tempat untuk mendidik anak
agar pandai,berpengalaman, berpengetahuandan berprilaku dengan baik.
Orang tua harus memahami dengan baik kewajiban dan tanggung jawab
sebagai orang tua. Macam-macam perkembangan anak usia dini ialah
sebagai berikut:
a. Perkembangan jasmani
Perkembangan jasmani merupakan merupakan dasar dalam
perkembangan mental anak. Maksudnya perkembangan mental dapat
berkembang dengan baik apabila perkembangan fisik juga baik.
Perkembangan jasmani dan rohani sangat erat kaitannya,begitu juga dengan
perkembangan akal,erat hubungannya dengan perkembangan jasmani.
b. Perkembangan kognitif
Kognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir
perkembangan kognitif menunjukan perkembangan dari cara berpikir anak.
Kemampiuan anak mengkordinasikan berbagai cara berpikir untuk
menyelesaikan sebagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur
pertumbuhan kecerdasan. Cara belajarnya melalui inisiatif pengalaman dan
juaga pembiasaan belajar dari pengalaman. Disini anak anak akan belajar
terus mengenai hal-hal tertentu hingga menjadi suatu perilaku yang baru bagi
anak agar kesehatan mentanya terpenuhi.
c. Perkembangan bahasa
Selama masa awal, masa kanak-kanak, anak-anak memiliki
keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena dua
hal. Pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam
bersosialisasi. Kedua,belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh

8
Danis Widya Astuti-Retno Widyani,Perkembangan Anak,(Jakarta:Erlangga,2007),hlm 12
kemandirian. Untuk meningkatkan komunikasi anak-anak harus menguasai
dua tugas pokok yang merupakan unsure penting dalam berbicara.
Pertama,mereka harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa yang
dikatakan oleh orang lain dan kedua, mereka harus meningkatkan
kemampuan berbicaranya sehingga dapat dimengerti orang lain.
d. Perkembangan emosi dan social
Selama awal masa dini emosi anak sangat kuat. Saat ini merupakan
saat ketidak seimbangan karena anak ”keluar dari focus” dalam arti ia mudah
terbawa ledak-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.
Pada masa ini perkembangan mental anak memperoleh keselamatan
semaksimal mungkin untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan
menjadi terbelakang dalam perkembangan mental inilah anak memerlukan
bantuan yang intensif,terencana yang tepat.
Perkembangan social biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan
tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang
berlaku didalam masyarakat dimana anank berada. Tingkah laku social
adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil dari kematangan.
Perkembangan social seorang anak diperoleh selain diproses kematangan
juga melalui kesempatan belajar respons terhadap tingkah laku anak.
e. Perkembangan jiwa spiritual anak
Potensi keagamaan terhadap seorang anak telah ada sejak dalam
kandungan bahwa dalam tabiat manusia terdapat kesiapan alamiah untuk
mengenal allah dan mengesakan/nya pengakuan terhadap kedudukan allah
sebagai tuhan tertanam kuat dalam fitnahnya, tinggal bagaimana
pengembangan serta pemeliharaan potensi (perasaan religious) yang ada
pada anak tersebut, maka disinilah peran para pendidik dalam
mengembangkan kegamaan anak. Dalam kehidupan manusia memiliki
potensi beragama bahkan potensi tersebut sudah dianggap sebagai kebutuhan
spiritual manusia. Menurut Jalaludin, potensi bawaan (agama) tersebut
memerlukan perkembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang
mantap lebih-lebih pada usia dini.9

9
Theo Riyanto, Pendidikan Pada Usia Dini,(Jakarta:Grasindo,2004),hlm 69-72
Secara umum ayah dan ibu memiliki peran yang sama dalam
pengasuhan anak-anaknya. Namun, ada sedikit perbedaan dalam sentuhan
dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu (ferauli,2009).
Peran ibu, antara lain menumbuhkan perasaan sayang cinta melalui
kasih sayang dan kelembutan seorang ibu, menumbuhkan kemampuan
berbahasa dngan baik kepada anak, mengajarkan anak perempuan berprilaku
sesuai jenis kelaminnya dan baik. Peran ayah antara lain menumbuhkan rasa
percaya diri dan berkompeten kepada anak,menumbuhkan untuk anak
mampu berprestasi,mengajarkan anak untuk tanggung jawab.
Sudah menjadi tugas orang tua untuk memberi anak penngalaman
yang dibutuhkan anak agar kecerdasannya berkembang sempurna. Masing-
masing orang tua tentu memiliki pola asuh yang berbeda. Oleh karena itu
keterlibatan ibu dalam mengasuh dan membesarkan anak sejak masi bayi
dapat membawa pengaruh positif maupun negative bagi perkembangan anak
dimasa yang akan datang. Perbedaan cara mengasuh ayah dan ibu tidak
menjadi penghalang dalam mengurusi anak,tetapi akan menjadikan saling
melengkapi kekurangan masing-masing dan menjalankan perannya dengan
baik dan efektif. Kemudian akan menjadikan anak mempunyai kepribadian
yang baik dan keluarga akan menjadi harmonis dan sejahtera. 10
4. Pola Pengasuhan Orang Tua Terhadap Anak
Menurut Harun Al Rasyid (dalam jurnal Ma`ruf Asmani,2009) pemberian
pengasuhan pada anak usia dini diakui sebagai periode yang sangat penting dalam
membangun sumber daya manusia. Periode ini hanya datang sekali serta tidak dapat diulang
lagi, sehingga stimulasi dini salah satunya adalah pola pengasuhan anak yang baik bersifat
mutlak diperlakukan agar perkembangan si anak terpenuhi terutama mental anak yang sangat
penting.11
Lalu, pola pengasuhan yang bagaimana yang diperlakukan? Tentu saja pengasuhan
yang tidak sekedar mengejar target merawat,membimbing atau untuk mengejar keinginan
masyarakat/orang tua,seperti kemampuan anak dalam membaca,menulis dan berhitung secara
maksimal; tetapi pendidikan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ana.
Pengasuhan bagi anak telah berkembang lua, baik dinegara maju maupun dinegara yang
sedang berkembang. Berbagai macam program pengasuhan dengan berbagai

10
Syafei,M Sahlan,Bagaimana Anda Mendidik Anak,(Bogor:Ghalia Indonesia,2002),hlm 45
11
Jamal Ma`ruf Asmani,menejemen pendidikan anak usia dini,(Yogyakarta:Diva Press,2009),hlm 21
pengembangannya anak ini dikembangkan oleh pemerintah,swasta maupun masyarakat.
Minat mengembangkan pengasuhan anak sebenarnya bersumber dari lima macam pemikiran
yaitu:
a. Meningkatkan tuntutan terhadap pengasuhan anak dari para ibu yang
bekerja,yang berasal dari berbagai tingkatan social ekonomi.
b. Adanya perhatian yang dikaitkan dengan produktivitas,persaingan yang bersifat
internasional,permintaab tenaga kerja yang bersifat global,kesempatan kerja yang
luas.
c. Pandangan bahwa pengasuhan anak sebagai sesuatu kekuatan utama guna
membantu para ibu untuk meningkatkan kualitasnya, baik sebagai ibu maupun
sebagai sumber daya manusia pada umumnya,sehingga dapat bersaing dalam
pasar tenaga kerja.
d. Adanya hasrat untuk meningkatkan kualitas anak terutama bagi mereka yang
orang tuanya kurang beruntung,antara lain yang kurang mampu memasukan anak
ketaman kanak-kanak.
e. Program untuk anak usia dini mempunyai dampak positif yang panjang terhadap
peningkatan kualitas perkembangan anak.

Manusia lahir kedunia dan tumbuh serta berkembang menjadi besar dan
dewasa melalui perjalanan waktu,pengalaman pergaulan denagan sesame
manusia,alam sekitar dan pendidikan tentunya. Kemudian bekerja dan kemudian
melakukan pernikahan yang melahirkan generasi baru yang baik,itulah siklus
kehidupan manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Manusia tidak bisa terlepas
dari itu semua karena manusia sudah mempunyai jalan dan garis sendiri-sendiri. 12

C. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan pola asuh orang tua terhadap kesehatan mental
anak sangatlah penting karena dapat mempengaruhi dan membentuk kepribadian atau
karakter anak. Mental anak tentu saja bergantung pada pola asuh orang tua terhadap anaknya.
Ada tiga pola asuh yaitu pola asuh otoriter,pola asuh permisif,dan pola asuh demokratis. Dari
tiga pola asuh tersebut yang paling baik dan cocok untuk diterapkan dalam pengasuhan anak
adalah pola asuh demokratis. Pola asuh ini bersifat demokratis. Orang tua memahami dan
12
Megawangi-Ratna, Pendidikan Karakter Untuk Membangun Masyarakat Madani,(IPPK Indonesia:Heritage
Foundation,2003),hlm 67
menghargai keadaan anak sehingga anak akan merasa nyaman,bersikap mandiri, cerdas,dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dengan baik dan yang utama memiliki
keperibadian yang baik.
Keluarga mempunyai fungsi dalam pengasuhan anak yaitu fungsi biologis,fingsi
pendidikan,fungsi religious,fungsi perlindungan,fungsi sosialisasi,fungsi kasih sayang,fungsi
ekonomis,dan fungsi rekreasi yang akan berperan penting dalam pengasuhan anak. Keluarga
juga memiliki peranan dalam pengasuhan anak yaitu menegtahui tahap-tahap perkembangan
anak untuk mengasuhnya sesuai dengan bakatdan keinginan anak. Namun, pola pengasuhan
ayah dan ibu mempunyai perbedaan dan hal ini tidak membuat orang tua menjadi sulit dalam
mengasuh anak, melainkan menjadi suatu hal melainkan untuk melengkapi kekurangan
masing-masing dalam mengasuh anak menjadi lebih fleksubel dan efektif.
Begitu pula dalam kaitan pandangan pedagogis. Keluarga adalah satu persekutuan
hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan
dengan pernikahan dengan maksud untuk saling menyempurnakan.selain itu keluarga
menjadi tempat untuk mendidik anak agar pandai,berpengalaman, berpengetahuandan
berprilaku dengan baik. Orang tua harus memahami dengan baik kewajiban dan tanggung
jawab sebagai orang tua. Macam-macam perkembangan anak usia dini ialah Perkembangan
jasmani, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan emosi dan social,
perkembangan jiwa spiritual anak.
Manusia lahir kedunia dan tumbuh serta berkembang menjadi besar dan dewasa
melalui perjalanan waktu,pengalaman pergaulan denagan sesame manusia,alam sekitar dan
pendidikan tentunya. Kemudian bekerja dan kemudian melakukan pernikahan yang
melahirkan generasi baru yang baik,itulah siklus kehidupan manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia. Manusia tidak bisa terlepas dari itu semua karena manusia sudah
mempunyai jalan dan garis sendiri-sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Selo Soemarjan,1962,Sosiologi Suatu Pengantar.Gajah Mada Press,Yogyakarta


Reni Akbar-Hawadi, 2003,Psikologi Perkembangan Anak.PT Gramedia Widiasarana
Indonesia,Jakarta
Hurlock,1997, Perkembangan Anak,Erlangga,Jakarta
Muazar Habibi,2018,Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini,CV Budi Utama,Yogyakarta
Ahmad Susanto,2015,Bimbingan & Konseling.Prenadamedia Group,Jakarta
Djiwandono,Sri Esti Wuryani,2005,Konseling Dan Terapi Dengan Anak Dan Orang Tua,PT
Grasindo,Jakarta
Chairinniza Graha,2008,Keberhasilan Anak Ditangan Orang Tua,PT Elex Media Komputindo,Jakarta
Danis Widya Astuti-Retno Widyani,2007,Perkembangan Anak,Erlangga,Jakarta
Theo Riyanto,2004,Pendidikan Pada Usia Dini,Grasindo,Jakarta
Syafei,M Sahlan,2002,Bagaimana Anda Mendidik Anak,Ghalia Indonesia,Bogor
Jamal Ma`ruf Asmani,2009,Menejemen pendidikan anak usia dini.Diva Press,Yogyakarta
Megawangi-Ratna,2003,Pendidikan Karakter Untuk Membangun Masyarakat Madani,Heritage
Foundation,IPPK Indonesia

Anda mungkin juga menyukai