Dosen Pengampu :
Dita lestari M.Psi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................17
DAFTAR ISI.........................................................................................................18
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anakanaknya. Sikap orang tua ini
meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah, maupun hukuman. Cara orangtua menunjukan
otoritasnya dan juga orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak. Pola asuh merupakan
pola interaksi antara orangtua dengan anak. Lebih jelasnya yaitu bagaimana sikap atau perilaku orangtua
saat berinteraksi dengan anaknya. Termasuk cara menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma,
memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan
contoh atau panutan bagi anaknya. Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa pola asuh
merupakan proses interaksi antara anak dengan orangtua dalam pembelajaran dan pendidikan yang
nantinya sangat bermanfaat bagi aspek pertumbuhan dan pekembangan anak.
Anak adalah amanah bagi orang tuanya, hatinya yang suci adalah subtansi yang berharga. Jika
dibiasakan dengan kebaikan, ia akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagia didunia dan di akherat. Adapun
ia dibiasakan dengan kejelekan dan di abaikan begitu saja seperti binatang maka ia akan sengsara dan
celaka. maka dari itu, menjaga anak adalah dengan mendidik, mendisiplinkan, dan mengajarkan akhlak-
akhlak terpuji.1
Jika orang tua sudah sadar betul bahwa anak merupakan titipan Tuhan, mungkin tidak ada lagi
tindakan-tindakan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya baik fisik maupun psikis, bahkan tidak
jarang disaat sekarang ini tindakan kekerasan tersebut berujung kepada kematian seperti yang kita saksikan
di media televisi maupun media massa lainnya. Orang tua yang seharusnya menjadi pelindung dan
memberikan rasa aman pada anak-anaknya justru ini sebaliknya orang tua menjadi ancaman bagi anak.
Tentunya hal ini menjadi contoh buruk yang harus dijadikan pelajaran bagi para orang tua dalam
mengasuh para buah hatinya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh agen sosialnya. Hal yang paling utama dalam proses
perkembangan sosial adalah keluarga yaitu orang tua dan saudara kandung. Anak sebagai bagian dari
anggota keluarga, dalam petumbuhan dan perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan yang
merawat dan mengasuhnya (Wahini, 2002).
Empat perkembangan dasar ini memiliki makna yang sangat signifikan sebagai fondasi awal
perkembangan anak menuju tahapan perkembangan selanjutnya. Perkembangan fisik/motorik
meliputi empat aspek pengembangan, yaitu: (1) mengembangkan sistem saraf di otak, yang
1
Almanhaj, Kewajiban Mendidik Anak, 04, maret, 2018, (http://almanhaj.or.id/1048- kewajiban mendidik anak.html)
5
mempengaruhi kecerdasan dan emosi di otak; (2) mengembangkan otot-otot, yang memperngaruhi
perkembangan kekuatandan perkembangan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan
munculnya pola-pola tingkah laku baru; (4) Struktur tubuh/fisik,meliputi tinggi,berat dan proporsi.
Keluhan utama dari orangtua berupa kekhawatiran terhadap tumbuh kembang anak dapat mengarah
kepada kecurigaan adanya gangguan tumbuh kembang, misalnya anaknya lebih pendek dari teman
sebayanya, kepala kelihatan besar, umur 6 bulan belum bisa tengkurap, umur 8 bulan belum bisa duduk,
umur 15 bulan belum bisa berdiri, 2 tahun belum bisa bicaradan lain lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pola Asuh?
2. Bagaimana Hubungan Pola Asuh terhadap Perkembangan Anak?
3. Apa saja macam-macam Pola Asuh?
4. Apa saja Faktor-Faktor yang Menentukan Pola Asuh ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian dari Pola Asuh.
2. Untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh terhadap Perkembangan Anak.
3. Untuk mengatahui apa saja macam-macam Pola Asuh.
4. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Menentukan Pola Asuh.
6
BAB II
PEMBAHASAN
budaya dalam keluarga tersebut. Pengasuhan dalam keluarga merupakan serangkaian tindakan atau
aktivitas yang diperankan oleh pengasuh dalam keluarga di lingkungannya , atau kondisi lingkungan yang
diatur oleh pengasuh agar anak mampu untuk beradaptasi sehingga apa yang menjadi tujuan dari
pengasuhan tersebut dapat tercapai. (Kariger dkk, 2012).
Untuk mendukung beberapa teori, maka para peneliti melakukan penelitian yang membahas tentang
perkembangan anak yang dipengaruhi oleh status perkawinan, hubungan antara oerang tua dan anak, dan
hubungan anak dengan saudaranya. (Groenendyk & Brenda 2007)
Baru-baru ini, ada peneliti yang sudah menekankan akan pentingnya interaksi dalam sebuah
keluarga. Diantaranya pengasuhan yang dilakukan oleh ayah dan ibu. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah interaksi ini berpengarug langsung terhadap perkembangan anak. (Groenendyk & Brenda 2007)
Pengasuhan dalam keluarga mengacu kepada prilaku atau nilai-nilai yang diberikan oleh ayah dan
ibu berupa pemberian dukungan satu sama lain atau juga bisa tidak adanya dukungan yang diberikan oleh
orang tua tergantung bagaimana orang tua tersebut. (Groenendyk & Brenda 2007).
Pencarian perhatian oleh anak merupakan cara mereka dalam menunjukkan harapan-harapan mereka
tentang dunia sosial mereka. Menurut teori kedekatan internal adalah anak-anak mempunyai keinginan
kepada orang tuanya agar diberikan respon saat mereka mengharapkan suatu hal ketika diberikan
perawatan dalam keluarganya. Adanya respon orang tua terhadap harapan-harapan anak dapat mengajarkan
mereka tentang adanya sebuah hubungan timbal balik atau adanya komunikasi yang dua arah (Pierre &
Forman, 2012)
Teori kedekatan ini sudah diprediksi dan menunjukkan bahwa anak yang berusia 2 tahun secara
positif dapat termotivasi untuk bekerjasama dengan teman-teman bermainnya dalam menyelesaikan
tugasnya, atau sebuah solusi dari permasalahan didapat ketika adanya orang tua yang selalu siap untuk
membantu mereka (Pierre & Forman, 2012)).
Menurut Marcobby, hubungan timbal balik antara anak dan orang tua akan membantu anak dalam
mengembangkan respon yang diberikan orang tuanya, dimana peran orang tua menjadi fokus uatama
dalam memberikan respon (Pierre&Forman, 2012). Dengan respon yang diberikan orang tua dalam
berkolaborasi dengan anknya, anak juga belajar tentang cara memberi respon yang sama. Kolaborasi antara
anak dan orang tua ini bukanlah untuk mengekang anak terhadap respon yang ada, tapi dengan repon yang
diberikan orang tua, anak mampu untuk berfikir lebih luas dan terarah, sehingga adanya interaksi yang
menyenangkan bagi anak, adalah kewajiban orang tua merepon anaknya dengan tanpa paksaan, sehingga
orang tua dan anak dapat saling memberikan kenyamanan (Pierre & Forman, 2012).
C. Macam-macam Pola Asuh
8
D. Dalam menegelompokkan pola asuh orangtua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan
pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di
E. Diana Baumrind dalam Santrock yang berpendapat bahwa orang tua sebaiknya tidak bersikap
Dalam menegelompokkan pola asuh orangtua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan
pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di
antaranya adalah sebagai berikut:
Diana Baumrind dalam Santrock yang berpendapat bahwa orang tua sebaiknya tidak bersikap
menghukum maupun bersikap menjauh terhadap
ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir
ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir
7
Jacinta F. Rini. 2002, Psikologi Masalah Stres, Jurnal Repistory Univetsitas Sumatera Utara.
1
2
mendampingi mereka dan mau mengerti atas sikap atau perilaku anak yang
mungkin saja anaeh akibat dari rasa tidak nyaman saat harus menghadapi
orang baru. Tanpa klekatan yang stabil, reaksi negative anak akhirnya
menjadi bagian dari pola tingkah laku yang sulit diatasi.
e. Ketidak konsistenan cara pengasuhan
Banyak orangtua yang tidak konsisten dalam mendidik anak,
ketidakpastian sikap orangtua membuat anak sulit membangun kelekatan
tidak hanya secara emosional tetapi juga secara fisik. Sikap orangtua yang
tidak dapat diprediksi membuat anak bingung, tidak yakin, sulit
mempercayai dan patuh pada orangtua.
f. Problem psikologis yang dialami orangtua atau pengasuh uatama
Orangtua yang mengalami problem emosional atau psikologis
sudah tentu membawa pengaruh yang kurang menguntungkan bagi
anak. Hambatan psikologis, misalnya gangguan jiwa, depresi atau problem
stress yang sedang dialami orangtua tidak hanya membuat anak tidak bisa
berkomunikasi yang baik dengan orangtua, tetapi membuat orangtua kurang
peka terhadap kebutuhan dan masalah anak.
g. Problem neurologis/ sayraf
Adakalanya gangguan syaraf yang dialami anak bisa mempengaruhi
proses persepsi atau pemroresan informasi anak tersebut, sehingga ia tidak
dapat merasakan adanya perhatian yang diarahkan padanya.8
G. Manfaat dan fungsi kelekatan (attachment)
Kelekatan (attachment) mamberikan banyak manfaat bagi individu,
seperti menumbuhkan perasaan trust dalam interksi sosial di masa depan dan
menumbuhkan perasaan mampu.9 Secara umum kelekatan (attachment)
memiliki empat fungsi utama, yaitu10 :
a. Memberiakan rasa aman
8
Ni, Made. A,W. 2009. Perbedaan Self-Esteem Ditinjau dari Gaya Kelekatan Pada Siswa Kelas XI SMA
Laboratorium Universitas Negri Malang. Skripsi Universitas Negri Malang.
9
Blatt, S.J. (1996). Representational strutures in psychopatalogy, development and vulnerabilities in close
relationship. New Jersey: Erlbaum
10
DavisGordon,1999.karangka dasar Sistem Informasi Manajemen,PT.PustakaBinaman Presindo .Jakarta
Pusat
2
3
11
Langer, M. (2004). Attachment and perfectionism : a structural equation analysis. The University of North
Carolina
3
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelekatan merupakan hal yang penting sebagai dasar perkembangan
psikososial anak. Tetapi tidak semua orang tua menyadari pentingnya variabel
kelekatan ini bagi perkembangan psikologis anak. Dengan adanya kelekatan
anak akan merasakan kenyamanan dalam bermain dan mengembangkan
kemampuan lainnya terutama jika berada dalam situasi sosial. Sementara anak
yang tidak memiliki figur lekat akan kesulitan dalam melakukan interaksi
sosial dimasa yang akan datang.
B. Saran
Dari hasil penggarapan makalah kami yang berjudul “Attachment”
penulis mengharapkan adanya suatu kritik dan saran yang membangun bagi
kesempurnaan makalah ini, dengan adanya makalah ini diharapkan supaya
pengetahuan mengenai materi Perkembangan Anak II dengan baik dan benar.
4
5
DAFTAR ISI
Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. 1978. Patterns of Attachment:
Assesed in the Strange Situastion and at Home. Hillsdale, NJ: Erlbaum
Bowlby, J. (1958). The nature of the child’s tie to his mother. International
Journal of Psycho-Analysis, 39, 350–373.
Bowlby, J. (1969). Attachment and loss. vol 1: attachment. London: The Hegarth
Press
Cartney, Mc. & Dearing, E., (Ed). 2002. Child Development. USA : Mc Millan
Refference
Clarke, C. & Sheppard, P.M. 1975. The genetics of the mimetic butterfly
Hypolimnasbolina (L.). Philosophical Transactions of the Royal Society of
London (B) 272: 229-265.
5
6
Kagan, Jerome. 1984. The Nature of Child. USA: Basic Books Inc
Mar’at, Samsuwiyati dan Lieke Indie Ningsih Kartono. 2006. Perilaku manusia,
Pengantar Singkat Tentang Psikologi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Myers, D.G. 1996. Social Psychology. Fifth Edition. New York. McGraw Hill.
Inc
Ni, Made. A,W. 2009. Perbedaan Self-Esteem Ditinjau dari Gaya Kelekatan
Pada Siswa Kelas XI SMA Laboratorium Universitas Negri Malang. Skripsi
Universitas Negri Malang.
6
7
Seifert, K.L dan Hoffnung, R.J. (1994). Child and Adolescent Development.
Boston: Houghton Mifflin Compaby.