Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KEBUTUHAN ANAK USIA DINI

“Hubungan Pola Asuh Dan Perkembangan Anak”

Dosen Pengampu :
Dita lestari M.Psi.

Disusun Oleh Kelompok 4:


Septya Neng Rahayu (2223250014)

Alsa Sabrianti (2223250023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah
SWT,yang senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat, serta hidayah-NYA sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “(Hubungan Pola Asuh
Dan Perkembangan Anak)”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi besar Nabi Muhammad SAW. Adapun maksud dari makalah ini yang
bertujuan untuk melengkapi salah satu tugas dari mata kuliah Analisis Kebutuhan
Anak Usia Dini di Prodi Pendidikan Anak Usia Dini. Kami mengucapkan
terimakasih yang tulus kepada berbagai pihak yang berperan dalam mendorong
untuk menyelesaikan makalah ini.

Oleh sebab itu, pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan


terima kasih kepada ibu : Dita Lestari, M.Psi, Selaku Dosen pengampuh mata
kuliah ini yang telah membantu, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi kebaikan dan di ridhoi oleh
Allah SWT. Dalam makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat serta dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar.

Bengkulu, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kelekatan (attachment....................................................................3

B. Perkembangan Kelekatan (attachment)...........................................................5

C. Pola kelekatan (attachment)............................................................................9

D. Indikator Pola Kelekatan (attachment)..........................................................10

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Kelekatan (attachment)................13

F. Manfaat dan fungsi kelekatan (attachment)...................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................17

B. Saran..............................................................................................................17

DAFTAR ISI.........................................................................................................18

iii
4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anakanaknya. Sikap orang tua ini
meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah, maupun hukuman. Cara orangtua menunjukan
otoritasnya dan juga orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak. Pola asuh merupakan
pola interaksi antara orangtua dengan anak. Lebih jelasnya yaitu bagaimana sikap atau perilaku orangtua
saat berinteraksi dengan anaknya. Termasuk cara menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma,
memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan
contoh atau panutan bagi anaknya. Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa pola asuh
merupakan proses interaksi antara anak dengan orangtua dalam pembelajaran dan pendidikan yang
nantinya sangat bermanfaat bagi aspek pertumbuhan dan pekembangan anak.
Anak adalah amanah bagi orang tuanya, hatinya yang suci adalah subtansi yang berharga. Jika
dibiasakan dengan kebaikan, ia akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagia didunia dan di akherat. Adapun
ia dibiasakan dengan kejelekan dan di abaikan begitu saja seperti binatang maka ia akan sengsara dan
celaka. maka dari itu, menjaga anak adalah dengan mendidik, mendisiplinkan, dan mengajarkan akhlak-
akhlak terpuji.1
Jika orang tua sudah sadar betul bahwa anak merupakan titipan Tuhan, mungkin tidak ada lagi
tindakan-tindakan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya baik fisik maupun psikis, bahkan tidak
jarang disaat sekarang ini tindakan kekerasan tersebut berujung kepada kematian seperti yang kita saksikan
di media televisi maupun media massa lainnya. Orang tua yang seharusnya menjadi pelindung dan
memberikan rasa aman pada anak-anaknya justru ini sebaliknya orang tua menjadi ancaman bagi anak.
Tentunya hal ini menjadi contoh buruk yang harus dijadikan pelajaran bagi para orang tua dalam
mengasuh para buah hatinya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh agen sosialnya. Hal yang paling utama dalam proses
perkembangan sosial adalah keluarga yaitu orang tua dan saudara kandung. Anak sebagai bagian dari
anggota keluarga, dalam petumbuhan dan perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan yang
merawat dan mengasuhnya (Wahini, 2002).
Empat perkembangan dasar ini memiliki makna yang sangat signifikan sebagai fondasi awal
perkembangan anak menuju tahapan perkembangan selanjutnya. Perkembangan fisik/motorik
meliputi empat aspek pengembangan, yaitu: (1) mengembangkan sistem saraf di otak, yang

1
Almanhaj, Kewajiban Mendidik Anak, 04, maret, 2018, (http://almanhaj.or.id/1048- kewajiban mendidik anak.html)
5

mempengaruhi kecerdasan dan emosi di otak; (2) mengembangkan otot-otot, yang memperngaruhi
perkembangan kekuatandan perkembangan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan
munculnya pola-pola tingkah laku baru; (4) Struktur tubuh/fisik,meliputi tinggi,berat dan proporsi.
Keluhan utama dari orangtua berupa kekhawatiran terhadap tumbuh kembang anak dapat mengarah
kepada kecurigaan adanya gangguan tumbuh kembang, misalnya anaknya lebih pendek dari teman
sebayanya, kepala kelihatan besar, umur 6 bulan belum bisa tengkurap, umur 8 bulan belum bisa duduk,
umur 15 bulan belum bisa berdiri, 2 tahun belum bisa bicaradan lain lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pola Asuh?
2. Bagaimana Hubungan Pola Asuh terhadap Perkembangan Anak?
3. Apa saja macam-macam Pola Asuh?
4. Apa saja Faktor-Faktor yang Menentukan Pola Asuh ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian dari Pola Asuh.
2. Untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh terhadap Perkembangan Anak.
3. Untuk mengatahui apa saja macam-macam Pola Asuh.
4. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Menentukan Pola Asuh.
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pola Asuh


Menurut Baumrind yang dikutip oleh Muallifah, pola asuh pada prinsipnya merupakan parental
control:
“Yakni bagaimana orang tua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan.”2
Sedangkan menurut Hetherington dan Porke (1999) dikutip oleh Sanjiwani, pola asuh merupakan
bagaimana cara orang tua berinteraksi dengan anak secara total yang meliputi proses pemeliharaan,
perlindungan dan pengajaran bagi anak.3
Adapun menurut Hersey dan Blanchard (1978) dikutip Garliah, pola asuh adalah bentuk dari
kepemimpinan. Pengertian kepemimpinan itu sendiri adalah bagaimana mempengaruhi seseorang, dalam
hal ini orang tua berperan sebagai pengaruh yang kuat pada anaknya.4
Karen dikutip oleh Muallifah lebih menekankan kepada bagaimana kualitas pola asuh orang tua yang
baik yaitu orang tua yang mampu memonitor segala aktivitas anak, walaupun kondisi anak dalam keadaan
baik atau tidak baik, orang tua harus memberikan dukungannya.5
Dengan memberikan pola asuh yang baik dan positif kepada anak, akan memunculkan konsep diri
yang positif bagi anak dalam menilai dirinya. Dimuali dari masyarakat yang tidak membatasi pergaulan
anak namun tetap membimbing, agar anak dapat bersikap obyektif, dan menghargai diri sendiri, dengan
mencoba bergaul dengan teman yang lebih banyak.6
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah bagaimana cara orang tua
berinteraksi dengan anak dengan memberikan perhatian kepada anak dan memberikan pengarahan agar
anak mampu mencapai hal yang diinginkannya.
B. Hubungan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak
Pengasuhan dalam keluarga sangatlah penting untuk perkembangan anak di masa mendatang.
Pengasuhan ini termasuk pengasuhan di aspek psikososial yang mengarah kepada perkembangan yang
positif. Indikator-indikator yang mempengaruhi perkembangan yang positiflah yang dibutuhkan untuk
menilai seberapa jauh pengasuhan yang diberikan oleh keluarga atau bagaimana penerapan nilai-nilai
2
Muallifah, Psycho Islamic Smart Parenting, DIVA Press (Anggota IKAPI), 2009, h.42.
3
Ni Luh Putu Yuni Sanjiwani dkk, Pola Asuh Permisif Ibu dan Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki di Sma Negeri 1 Semarapura,
Jurnal Psikologi Udayana, Vol. 1, No. 2, 2014
4
Ibid.
5
Lili Garliah dkk. Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Memotivasi Berprestasi. Jurnal psikologi,Vol. 1, No. 1, Juni 2005.
6
Rifa Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, UIN Malang Press (Anggota IKAPI), 2009, h. 16.
7

budaya dalam keluarga tersebut. Pengasuhan dalam keluarga merupakan serangkaian tindakan atau
aktivitas yang diperankan oleh pengasuh dalam keluarga di lingkungannya , atau kondisi lingkungan yang
diatur oleh pengasuh agar anak mampu untuk beradaptasi sehingga apa yang menjadi tujuan dari
pengasuhan tersebut dapat tercapai. (Kariger dkk, 2012).
Untuk mendukung beberapa teori, maka para peneliti melakukan penelitian yang membahas tentang
perkembangan anak yang dipengaruhi oleh status perkawinan, hubungan antara oerang tua dan anak, dan
hubungan anak dengan saudaranya. (Groenendyk & Brenda 2007)
Baru-baru ini, ada peneliti yang sudah menekankan akan pentingnya interaksi dalam sebuah
keluarga. Diantaranya pengasuhan yang dilakukan oleh ayah dan ibu. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah interaksi ini berpengarug langsung terhadap perkembangan anak. (Groenendyk & Brenda 2007)
Pengasuhan dalam keluarga mengacu kepada prilaku atau nilai-nilai yang diberikan oleh ayah dan
ibu berupa pemberian dukungan satu sama lain atau juga bisa tidak adanya dukungan yang diberikan oleh
orang tua tergantung bagaimana orang tua tersebut. (Groenendyk & Brenda 2007).
Pencarian perhatian oleh anak merupakan cara mereka dalam menunjukkan harapan-harapan mereka
tentang dunia sosial mereka. Menurut teori kedekatan internal adalah anak-anak mempunyai keinginan
kepada orang tuanya agar diberikan respon saat mereka mengharapkan suatu hal ketika diberikan
perawatan dalam keluarganya. Adanya respon orang tua terhadap harapan-harapan anak dapat mengajarkan
mereka tentang adanya sebuah hubungan timbal balik atau adanya komunikasi yang dua arah (Pierre &
Forman, 2012)
Teori kedekatan ini sudah diprediksi dan menunjukkan bahwa anak yang berusia 2 tahun secara
positif dapat termotivasi untuk bekerjasama dengan teman-teman bermainnya dalam menyelesaikan
tugasnya, atau sebuah solusi dari permasalahan didapat ketika adanya orang tua yang selalu siap untuk
membantu mereka (Pierre & Forman, 2012)).
Menurut Marcobby, hubungan timbal balik antara anak dan orang tua akan membantu anak dalam
mengembangkan respon yang diberikan orang tuanya, dimana peran orang tua menjadi fokus uatama
dalam memberikan respon (Pierre&Forman, 2012). Dengan respon yang diberikan orang tua dalam
berkolaborasi dengan anknya, anak juga belajar tentang cara memberi respon yang sama. Kolaborasi antara
anak dan orang tua ini bukanlah untuk mengekang anak terhadap respon yang ada, tapi dengan repon yang
diberikan orang tua, anak mampu untuk berfikir lebih luas dan terarah, sehingga adanya interaksi yang
menyenangkan bagi anak, adalah kewajiban orang tua merepon anaknya dengan tanpa paksaan, sehingga
orang tua dan anak dapat saling memberikan kenyamanan (Pierre & Forman, 2012).
C. Macam-macam Pola Asuh
8

D. Dalam menegelompokkan pola asuh orangtua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan

pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di

antaranya adalah sebagai berikut:

E. Diana Baumrind dalam Santrock yang berpendapat bahwa orang tua sebaiknya tidak bersikap

menghukum maupun bersikap menjauh terhadap


9

Dalam menegelompokkan pola asuh orangtua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan
pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di
antaranya adalah sebagai berikut:
Diana Baumrind dalam Santrock yang berpendapat bahwa orang tua sebaiknya tidak bersikap
menghukum maupun bersikap menjauh terhadap

Dalam menegelompokkan pola asuh orangtua dalam mendidik anak, para

ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir

mempunyai persamaan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Diana Baumrind dalam Santrock yang berpendapat bahwa orang tua

sebaiknya tidak bersikap menghukum maupun bersikap menjauh terhadap


10

Dalam menegelompokkan pola asuh orangtua dalam mendidik anak, para

ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir

mempunyai persamaan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Diana Baumrind dalam Santrock yang berpendapat bahwa orang tua

sebaiknya tidak bersikap menghukum maupun bersikap menjauh terhadap


1

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Erik Erikson, seorang bapak psikologi perkembangan


faktor-faktor penyebab gangguan kelekatan adalah7:
a. Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dengan pengasuh atau orangtua

Perpisahan traumatik bagi anak bisa berupa: kematian orangtua,


orangtua dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama, atau anak yang
harus hidup tanpa orangtua karena sebab-sebab lain.
b. Penyiksaan emosional atau penyiksaan fisik
Sistem pendidikan yang tradisional yang seringkali menggunakan cara
hukuman (baik fisik maupun emosional) untuk mendidik dan
mendisiplinkan anak, orangtua sering bersikap menjaga jarak dan bahkan
ada yang membangun image mankutkan agar anak hormat dan patuh pada
mereka. Padahal cara ini justru membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang
penakut, mudah berkecil hati dan tidak percaya diri. Anak akan merasa
bukan siapa-siapa atau tidak bisa berbuat apa- apa tanpa orangtua.
c. Pengasuhan yang tidak stabil
Pengasuhan yang melibatkan terlalu banyak orang, bergantian, tidak
menetap oleh satu atau dua orangtua menyebabkan ketidakstabilan yang
dirasakan anak, baik dalam hal ukuran cinta kasih, perhatian, dan
kepekaan respon terhadap kebutuhan anak. Anak akan menjadi sulit
membangun kelekatan emosional yang stabil karena pengasuhnya selalu
berhanti-ganti tiap waktu. Situasi ini kelak mempengaruhi kemampuannya
menyesuaikan diri karena anak cenderung mudah cemas dan kurang percaya
diri (merasa kurang ada dukungan emosional).
d. Sering berpindah tempat atau domisili
Seringnya berpindah tempat membuat proses penyesuaia diri anak
menjadi sulit, terutama bagi seorang balita. Situasi ini akan menjadi lebih
berat baginya jika orangtua tidak memberikan rasa aman dengan

7
Jacinta F. Rini. 2002, Psikologi Masalah Stres, Jurnal Repistory Univetsitas Sumatera Utara.

1
2

mendampingi mereka dan mau mengerti atas sikap atau perilaku anak yang
mungkin saja anaeh akibat dari rasa tidak nyaman saat harus menghadapi
orang baru. Tanpa klekatan yang stabil, reaksi negative anak akhirnya
menjadi bagian dari pola tingkah laku yang sulit diatasi.
e. Ketidak konsistenan cara pengasuhan
Banyak orangtua yang tidak konsisten dalam mendidik anak,
ketidakpastian sikap orangtua membuat anak sulit membangun kelekatan
tidak hanya secara emosional tetapi juga secara fisik. Sikap orangtua yang
tidak dapat diprediksi membuat anak bingung, tidak yakin, sulit
mempercayai dan patuh pada orangtua.
f. Problem psikologis yang dialami orangtua atau pengasuh uatama
Orangtua yang mengalami problem emosional atau psikologis
sudah tentu membawa pengaruh yang kurang menguntungkan bagi
anak. Hambatan psikologis, misalnya gangguan jiwa, depresi atau problem
stress yang sedang dialami orangtua tidak hanya membuat anak tidak bisa
berkomunikasi yang baik dengan orangtua, tetapi membuat orangtua kurang
peka terhadap kebutuhan dan masalah anak.
g. Problem neurologis/ sayraf
Adakalanya gangguan syaraf yang dialami anak bisa mempengaruhi
proses persepsi atau pemroresan informasi anak tersebut, sehingga ia tidak
dapat merasakan adanya perhatian yang diarahkan padanya.8
G. Manfaat dan fungsi kelekatan (attachment)
Kelekatan (attachment) mamberikan banyak manfaat bagi individu,
seperti menumbuhkan perasaan trust dalam interksi sosial di masa depan dan
menumbuhkan perasaan mampu.9 Secara umum kelekatan (attachment)
memiliki empat fungsi utama, yaitu10 :
a. Memberiakan rasa aman

8
Ni, Made. A,W. 2009. Perbedaan Self-Esteem Ditinjau dari Gaya Kelekatan Pada Siswa Kelas XI SMA
Laboratorium Universitas Negri Malang. Skripsi Universitas Negri Malang.
9
Blatt, S.J. (1996). Representational strutures in psychopatalogy, development and vulnerabilities in close
relationship. New Jersey: Erlbaum
10
DavisGordon,1999.karangka dasar Sistem Informasi Manajemen,PT.PustakaBinaman Presindo .Jakarta
Pusat

2
3

Saat individu berada dalam suasana penuh tekanan, kehadiran figur


kelekatan (attachment) dapat memulihkan perasaan individu kembali kepada
perasaan aman.
b. Mengatur keadaan perasaan (regulation of affect and arousal)
Arousal adalah perubahan keadaan subjektif seseorang yang disertai
reaksi fisiologis tertentu. Apabila peningkatan arousal tidak diikuti dengan
relief (pengurangan rasa takut, cemas, atau sakit) maka individu rentan
untuk mengalami stres. Kemampuan figur kelekatan (attachment) untuk
membaca perubahan keadaan individu dapat membantu mengatur arousal
dari individu yang bersangkutan.
c. Sebagai saluran ekspresi dan komunikasi
Kelekatan (attachment) yang terjalin antara individu dengan figur
kelekatan (attachment-nya) dapat berfungsi sebagai wahana untuk
berekspresi, berbagai pengalaman, dan menceritakan perasaan.
d. Sebagai dasar untuk melakukan eksplorasi kepada lingkungan sekitar
Kelekatan (attachment) dan perilaku eksploratif bekerja secara
bersamaan. Individu yang mendapatkan secure attachment akan memiliki
kepercayaan diri yang tinggi untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya
atau pun suasana yang baru karena individu percaya bahwa figur
kelekatannya (attachment) sungguh-sungguh bertanggung jawab apabila
terjadi sesuatu atas diriya.
Manfaat lain dari kelekatan (attachment), yaitu dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam membina hubungan dengan orang lain, seperti
aspek kepuasan, kedekatan, dan kemampuan.11
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat kelekatan
(attachment) anak yang memiki ibu berkarir mempenagruhi kematangan
sosial anak usia sekolah.

11
Langer, M. (2004). Attachment and perfectionism : a structural equation analysis. The University of North
Carolina

3
4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelekatan merupakan hal yang penting sebagai dasar perkembangan
psikososial anak. Tetapi tidak semua orang tua menyadari pentingnya variabel
kelekatan ini bagi perkembangan psikologis anak. Dengan adanya kelekatan
anak akan merasakan kenyamanan dalam bermain dan mengembangkan
kemampuan lainnya terutama jika berada dalam situasi sosial. Sementara anak
yang tidak memiliki figur lekat akan kesulitan dalam melakukan interaksi
sosial dimasa yang akan datang.
B. Saran
Dari hasil penggarapan makalah kami yang berjudul “Attachment”
penulis mengharapkan adanya suatu kritik dan saran yang membangun bagi
kesempurnaan makalah ini, dengan adanya makalah ini diharapkan supaya
pengetahuan mengenai materi Perkembangan Anak II dengan baik dan benar.

4
5

DAFTAR ISI
Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. 1978. Patterns of Attachment:
Assesed in the Strange Situastion and at Home. Hillsdale, NJ: Erlbaum

Ainsworth, Mary D. Salter. (1969). Object Relations, Dependency, and


Attachment: A Theoretical Review of The Infant-Mother Relationship.
Journal: Child Development, Johns Hopkins University, 1969, 40, 969-
1025.

Bartholomew, K & Horowitz, L. M. (1991). Attachment Styles Among Young


Adults: A Test of a Four Category Model. Journal of Personality and Social
Psychology, 61, 226-244

Blatt, S.J. (1996). Representational strutures in psychopatalogy, development


and vulnerabilities in close relationship. New Jersey: Erlbaum

Bowlby, J. (1958). The nature of the child’s tie to his mother. International
Journal of Psycho-Analysis, 39, 350–373.

Bowlby, J. (1969). Attachment and loss. vol 1: attachment. London: The Hegarth
Press

Cartney, Mc. & Dearing, E., (Ed). 2002. Child Development. USA : Mc Millan
Refference

Clarke, C. & Sheppard, P.M. 1975. The genetics of the mimetic butterfly
Hypolimnasbolina (L.). Philosophical Transactions of the Royal Society of
London (B) 272: 229-265.

Collins, N. L. & Feeney, B. C. (2004). Working models of attachment shape


perceptions of social support: Evidence from experimental and
observational studies. Journal of Personality and Social Psychology. Volume
87, 363-383.

Davidoff, L. L. (1988). Psikologi suatu pengantar. (M. Juniati, Trans.) Jakarta:


Erlangga.

5
6

DavisGordon,1999.karangka dasar Sistem Informasi


Manajemen,PT.PustakaBinaman Presindo .Jakarta Pusat

Durkin, K. (1995). Developmental Social Psychology. Massachussetes:


Blackwell Publisher Inc

Ervika ,Eka,( 2005) Kelekatan Anak, e-USU Repository Program Studi


Psikologi-(Fakultas Kedokteran: Universitas Sumatera Utara),

Harlow, HF ( 1958 ). Sifat cinta . Psikolog Amerika , 13 ( 12 ), 673 – 685 .

Jacinta F. Rini. 2002, Psikologi Masalah Stres, Jurnal Repistory Univetsitas


Sumatera Utara.

Johnson and Medinnus (1974), Psikologi Perkembangan, Bandung : PT Remaja


Rosdakarya 156

Kagan, Jerome. 1984. The Nature of Child. USA: Basic Books Inc

Langer, M. (2004). Attachment and perfectionism : a structural equation analysis.


The University of North Carolina

Mar’at, Samsuwiyati dan Lieke Indie Ningsih Kartono. 2006. Perilaku manusia,
Pengantar Singkat Tentang Psikologi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Monks, Knoer, Haditono, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press), 1994, h. 65

Myers, D.G. 1996. Social Psychology. Fifth Edition. New York. McGraw Hill.
Inc

Ni, Made. A,W. 2009. Perbedaan Self-Esteem Ditinjau dari Gaya Kelekatan
Pada Siswa Kelas XI SMA Laboratorium Universitas Negri Malang. Skripsi
Universitas Negri Malang.

6
7

Nikmatu, Rohmaniyah. (2005). Influence of Attachment Style on Social


Adjustment of New Student of Faculty of Psychology of State Islamic
University Maulana Malik Ibrahim Malang Academic Year 2009. Malang.

Santrock, J. W. 2002. Live Span Development. Terjemahan oleh Achmad


Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.

Seifert, K.L dan Hoffnung, R.J. (1994). Child and Adolescent Development.
Boston: Houghton Mifflin Compaby.

Anda mungkin juga menyukai