Anda di halaman 1dari 14

POLA PENGASUHAN ANAK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Keluarga Semester


IV

Oleh:
FIRA FADILA TOLIGAGA ALHABSYI
NIM: 17.3.6.009

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD)


JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MANADO
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………..……………………………. i

BAB I PENDAHULUAN ……………………….……………………...….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………...……………...….2


B. Rumusan Masalah ………..………………………………………...…… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………….……….…..…………...……. 4


A. Pengertian pola asuh anak ………...…..…………….………………...… 4
B. Peran keluarga dalam pengasuhan anak …….….…………….……...….. 6
C. Pola asuh orang tua dalam mengembangkan disiplin anak……….….…. 12
D. Kesalahan-kesalahan dalam pengasuhan ………………………….……. 16
E. Studi Kasus: Dampak salah asuh orang tua ……..…………………....…. 20

BAB III PENUTUP ……………………………………………….………… 26


A. Kesimpulan ………………………………………….…...……………… 30
B. Saran ……………………………………………………...……………… 31

DAFTAR PUSTAKA ………………………………..………………………. 32


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola asuh yang baik dan sikap positif lingkungan serta penerimaan
masyarakat terhadap keberadaan anak akan menumbuhkan konsep diri positif bagi
anak dalam menilai diri sendiri. Anak menilai dirinya berdasarkan apa yang
dialami dan dapatkan dari lingkungan. Jika masyarakat memberikan sikap yang
baik dan positif dan tidak memberikan lebel atau cap yang negative pada anak,
maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri
yang positif.1
Pada buku Pendidikan Karakter : Strategi Membangun Bangsa
Berperadaban (2012), penulis telah menguraikan bahwa keberhasilan keluarga
dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada anak-anak, sangat tergantung pada
model dan jenis pola asuh yang diterapkan pada orang tua. Pola asuh ini dapat
didefinisikan sebagai pola interaksi anatara anak dengan orang tua, yang meliputi
pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan
non-fisik seperti perhatian, empati, kasih sayang, dan sebagainya.2

1
Rifa Hidayah M.Si.,Psi, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: UIN-Malang Press, 2009) hal.16
2
Agus Wibowo M.pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013) hal.75
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian pola pengasuh anak ?


2. Bagaimana peran keluarga dalam pengasuhan anak ?
3. Bagaimana pola asuh orang tua dalam mengembangkan disiplin anak ?
4. Apa sajakah kesalahan-kesalahan dalam pengasuhan anak ?
5. Studi kasus : Bagaimana dampak dari kesalahan pengasuhan orangtua ?

C. Tujuan Masalah

1. Dapat mengetahui pola pengasuhan anak


2. Mengetahui peran keluarga dalam mengasuh anak
3. Mengetahui pola asuh orang tua dalam membantu anak memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin.
4. Mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering ditemui dalam pengasuhan
anak.
5. Studi kasus : Mengetahui dampak dari kesalahan pengasuhan orangtua
kepada anak..
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pola pengasuhan anak

Pola asuh atau pareting style adalah salah satu faktor yang secara
signifikan turut membentuk karakter anak. Hal pendidikan utama dan pertama
bagi anak, yang ditidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun.
Keluarga yang harmonis, rukun dan damai, akan tercermin dari kondisi psikologis
dan karakter anak-anaknya. Begitu sebaliknya, anak yang kurang berbakti, tidak
terhormat, bertabiat buruk, sering melakukan tindakan diluar moral kemanusiaan
atau berkarakter buruk, lebih banyak disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam
keluarganya yang bersangkutan.3

Pengertian pola asuh anak dalam keluarga adalah usaha orang tua dalam
membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir
sampai dewasa (18 tahun). Selain itu, yang dimaksud dengan pola asuh adalah
kegiatan kompleks yang meliputi banyak perilaku spesifik yang bekerja sendiri
atau bersama yang memiliki dampak pada anak. Tujuan utama pola asuh yang
normal adalah menciptakan kontrol. Meskipun tiap orang tua berbeda dalam cara
mengasuh anaknya, namun tujuan utama orang tua dalam mengasuh anak adalah
sama yaitu untuk mempengaruhi, mengajari dan mengontrol anak mereka.4

Anak-anak yang di asuh menuruti ego orang tua, dan dipaksa mengikuti
beragam kegiatan, seperti kegiatan mental aritmatik, sempoa, renang, basket,
balet, dan banyak lagi lainnya, tumbuh menjadi anak-anak supar atau superkids.
Mereka memang memiliki kelebihan keterampilan yang mampuni dibandingkan
dengan anak-anak normal. Tetapi, menurut Neil Postman (1980) seorang sosiologi
Amerika, anak-anak model superkids lantaran mereka tercabut dari masa kana-
kanaknya, dan ketika dewasa akan menjadi orang dewasa tetapi masih kanak-

3
Agus Wibowo M.pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013) hal.75
4
Agus Wibowo M.pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013) hal.75
kanak. Gaya pola asuh memiliki 2 elemen penting, yaitu : parental responsiveness
(respons orang tua) dan parental demandingness (tuntutan orang tua).5

a) Parental Responsiveness (respons orang tua). Respons orang tua adalah


orang tua yang secara sengaja dan mengatur dirinya sendiri untuk sejalan,
mendukung dan menghargai kepentingan dan tuntutan anaknya.
b) Parental demandingness (tuntutan orang tua). Tuntutan orang tua adalah
orang tua menuntut anaknya untuk menjadi bagian dari keluarga dengan
pengawasan, penegakkan disiplin dan tidak segan memberi hukuman jika
anaknya tidak menuruti.

Selain respons dan tuntutan, gaya pola asuh juga ditentukan oleh faktor
yang ketiga, yaitu kontrol psikologis (menyalahkan, kurang menyayangi atau
mempermalukan). Menurut Baumrind, ada tiga jenis pola asuh yang dilakukan
oleh orang tua terhadap anak-anaknya, yaitu:6

1. Pola asuh authoritarian/otoriter. Pola asuh otoriter ini cirri utamanya


adalah; orang tua membuat hamper semua keputusan. Anak-anak mereka
dipaksa tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya apalagi membantah.
Secara lengkap, cirri khas pola asuh otoriter ini diantaranya;
1) Kekuasaan orang tua amat dominan
2) Anak tidak diakui sebagai pribadi
3) Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat
4) Orang tua akan sering menghukum jika anak tidak patuh
2. Pola asuh authoritative/demokratis. Pola asuh ini bertolak belakang
dengan pola asuh otoriter. Orang tua memberikan kebebasan kepada putra-
putrinya untuk berpendapat dan menentukan masa depannya. Secara
selengkapnya, pola asuh demokratis ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut;

5
Agus Wibowo M.pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013) hal.76
6
Agus Wibowo M.pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013) hal.77
1) Orang tua senantiasa mendorong anak untuk membicarakan apa
yang menjadi cita-cita, harapan, dan kebutuhan mereka.
2) Pola asuh demokratis ada kerjasama yang harmonis antara orang
tua dan anak
3) Anak diakui sebagai pribadi, sehingga segenap kelebihan dan
potensi mendapat dukungan serta dipupuk dengan baik
4) Karena sifat orang tua yang demokratis, mereka akan membimbing
dan mengarahkan anak-anak mereka.
5) Ada control dari orang tua yang tidak kaku.
3. Pola asuh permissive/permisif. Pola asuh ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat.
2) Dominasi pada anak
3) Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua.
4) Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua
5) Kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang,
bahkan tidak ada. Pola asuh permisif ini merupakan lawan dari
pola asuh otoriter.

B. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak

Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai berikut;7

1. Terjalinnya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola


asuh islamiah sejak dini yakni;
a) Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi pernikahan.
Ada tuntutan bagi orang tua laki-laki maupun perempuan untuk memilih
pasangan yang terbaik sesuai tuntutan agama dengan maksud bahwa orang
tua yang baik kemungkinan besar akan mampu mengasuh anak dengan
baik pula.

7
Rifa Hidayah M.Si.,Psi, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: UIN-Malang Press, 2009) hal.21-
23
b) Pengasuhan da perawatan anak saat dalam kandungan, setelah lahir dan
sampai masa masa dewasa dan seterusnya diberikan dengan memberikan
kasih sayang sepenuhnya dan memnimbing anak beragama menyembah
Allah swt.
c) Memberikan pendidikan yang tebaik pada anak, terutama pendidikan
agama. Orang tua yang salih adalah model terbaik untuk memberikan
pendidikan agama kepada anak-anak. Salah satu contoh keteladanan
Rasullullah saw adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah.
d) Agam yang ditanamkan pada anak-anak bukan hanya karena agama
keturunan tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi
untuk ber-Tuhan sehingga melaksanakan semua aturan agama terutama
implementasi rukun Iman, rukun Islam, dan Ihsan dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Kesabaran dan ketulusan hati. Sikap sabar dan ketulusan hati orang tua dapat
mengantarkan kesuksesan anak. Secara psikologis dapat ditelusuri bahwa bila
anak dilatih untuk memilki sifat sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan
berimplikasi positif bagi kehidupan anak secara pribadi dan bagi orang
lain/masyarakat secara luas, diantaranya;8
a) Mewujudkan kesalehan social dan kesalehan inidividu, yaitu dengan
terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang
bertaqwa, beriman, dan beramal saleh.
b) Dapat membina hubungan yang baik antar inidividu dan punya
semangat persaudaraan.
c) Saat seorang dalam kesabaran akan bertumpu pada nilai-nilai
ketaqwaan dan ketaatan pada Allah awt.
3. Orang tau wajib mengusahakan kebahagiaan bagi anak dan menerima
keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah swt,
serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak.
4. Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang serta bersikap adil.
8
Rifa Hidayah M.Si.,Psi, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: UIN-Malang Press, 2009) hal.21-
23
5. Kommunikatif dengan anak. Membicarakan hal yang ingin diketahui anak,
dengan menjawab pertanyaan anak secara baik.
6. Memahami anak dengan segala aktivitasnya, termasuk pergaulannya.

C. Pola Asuh Orangtua Dalam Mengembangkan Dasar-Dasar Disiplin Anak

Pola asuh orangtua dalam membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri ini
adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap penataan;9

1) Lingkungan fisik,
2) Lingkungan social internal dan eksternal
3) Pendidikan internal dan eksternal
4) Dialog dengan anak-anaknya
5) Suasana psikologis,
6) Sosiobudaya,
7) Perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya “pertemuan” dengan anak-
anak
8) Kontrol terhadap perilaku anak-anak,
9) Menentukan nila-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang
diupayakan kepada anak-anak.

Anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai keteraturan perilaku


berdasarkan nilai moral yang telah mempribadi dalam dirinya tanpa tekanan atau
dorongan dari faktor eksternal. Keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak
berdisiplin diri dimaksudkan sebagai upaya orang tua dalam melakukan dasar-
dasar disiplin kepada anak dan membantu mengembangkannya sehingga anak
mamiliki disiplin diri.

9
Prof.Dr.Moh.Shochib. Pola Asuh Orang Tua. (Jakarta: Rineka Cipta, 2014) hal. 15-16.
D. Kesalahan-Kesalahan Dalam Pengasuhan

Berikut ini adalah beberapa kesalahan-kesalahan umum dalam pengasuhan yang


sering kali dilakukan orang tua yang berakibat pada rusaknya fitrah anak.10

1) Tidak membiasakan mengambil tanggung jawab,


2) Menanamkan keyakinan yang salah. Bisa bermula dari berbagai bentuk,
3) Berbohong. Berbohong adalah sebuah kesalahan serius yang sering
dianggap sepele.
4) Labeling. Labeling adalah menempelkan kata sifat tertentu sebagai
identitas.
5) Pelit melakukan empat hal ajaib. Yaitu; meminta maaf, berterima kasih,
menunjukan kasih sayang, dan memuji.
6) Focus pada kekurangan, suka mencela, doyan mengeluh.
7) Ancaman kosong.
8) Suka menakut-nakuti
9) Disuapi solusi,
10) Pembiaran, dan
11) Fukos pada dunia.

E. Studi Kasus: Dampak Salah Asuh Orang Tua

Pola asuh menentukan karakter anak saat sudah dewasa. Dengan pola asuh
yang benar, seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dan penuh
pertimbangan, baik terhadap lingkungan maupun dirinya. Namun apa jadinya jika
anak mendapat pengasuhan yang salah? Dampaknya dapat dilihat pada kasus
pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto yang ramai dibicarakan belakangan pada
tahun 2014 lalu. Dalam kasus ini, korban dibunuh secara keji oleh Ahmad Imam
Al Hafitd yang juga mantan pacar korban. Hafitd melakukan pembunuhan

10
Okina Fitriani. Enlightening Parenting. (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2017) hal.22-37
terhadap Ade menggunakan alat kejut listrik dengan dibantu oleh pacar barunya,
Assyifa Ramadhani.11

Perilaku keji yang ditunjukkan Hafitd dan pacar barunya merupakan


indikasi bahwa mereka tidak mendapatkan kasih sayang dan pola asuh yang tepat
dari orangtua sejak kecil. Kemungkinan pelaku banyak menerima bentakan,
sindiran, atau perbandingan dari orangtua saat masih kecil. Akibatnya, pelaku
mencari cara menetralkan perasaan buruk yang timbul, dengan berbagai hal yang
sebenarnya berdampak negatif bagi dirinya. Proses menetralkan perasaan biasa
dengan berbagai cara antara lain menonton video kekerasan, bermain game,
hingga melakukan bully. Perpaduan keduanya berefek buruk pada proses
perkembangan anak.

Perpaduan keduanya juga merusak area otak yang berada di atas alis mata
bagian kanan, yang disebut cortex. Padahal bagian ini menentukan kontrol diri,
emosi, dan menimbang berbagai dampak perbuatan dirinya pada orang lain.
Bagian ini pula yang membedakan manusia dengan mamalia lainnya. Kalau
cortex sudah rusak maka cara kerja otak menjadi salah, atau oleh peneliti Dean
Belnap kerap disebut the brain gone wrong. Mereka tidak bisa membedakan
akibat perbuatannya pada orang lain. Emosi pribadi yang dirasakan akan jauh
lebih menguasai. Emosi tersebut harus dipuaskan dengan berbagai cara yang
didapat lewat video kekerasan.

Rusaknya cortex bisa dicegah dengan menyesuaikan pola asuh dengan


cara kerja otak. Bila otak lebih menyukai rasa senang, gembira, dan nyaman,
maka emosi itulah yang harus timbul saat pengasuhan. Bila emosi yang timbul
sebaliknya, maka otak tidak bisa berkembang dengan sempurna. Karena itu,
orangtua harus menghindari kata-kata kasar, sindiran, bentakan, atau
perbandingan negatif selama pengasuhan. Dengan menghindari kata-kata tersebut,
anak tidak perlu melakukan hal negatif untuk menetralkan perasaan buruk yang

11
Rosmha Widiyani, Kasus Ade Sara Dampak Salah Asuh Orang Tua (Jakarta: Kompas.com,
2014)
timbul. Dengan meminimalkan paparan negatif selama perkembangannya, maka
peluang anak mempelajari berbagai karakter positif semakin besar.

Tentunya bukan hal sulit untuk mengasuh anak dengan cara yang benar.
Orangtua harus sadar anaknya tumbuh dalam berbagai ancaman. Selanjutnya
orangtua harus memutus mata rantai pengasuhannya yang buruk di masa lalu.Bila
orangua diasuh penuh kekerasan, bukan berarti anak harus mengalami hal yang
sama, juga ada baiknya apabila orangtua mau belajar teknologi dan gadget
terbaru. Dengan pengetahuan yang sama, maka orangtua bisa menjadi lawan
bicara yang seimbang dengan anak. Hal ini sekaligus mencegah anak terkena
paparan negative dunia maya. 12

12
Rosmha Widiyani, Kasus Ade Sara Dampak Salah Asuh Orang Tua (Jakarta: Kompas.com,
2014)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Pola asuh atau pareting style adalah salah satu faktor yang secara
signifikan turut membentuk karakter anak.
2) Pengertian pola asuh anak dalam keluarga adalah usaha orang tua dalam
membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak
lahir sampai dewasa (18 tahun).
3) Pola asuh adalah kegiatan kompleks yang meliputi banyak perilaku
spesifik yang bekerja sendiri atau bersama yang memiliki dampak pada
anak.
4) Tujuan utama pola asuh yang normal adalah menciptakan kontrol.
5) Tiga jenis pola asuh yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-
anaknya, yaitu; pola asuh authoritarian/otoriter, Pola asuh
authoritative/demokratis, dan pola asuh permissive/permisif.
6) Peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah ; (1) menjalin hubungan
yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh islamiah sejak
dini. (2) sabaran dan tulus hati. (3) orang tau wajib mengusahakan
kebahagiaan bagi anak dan menerima keadaan anak apa adanya. (4)
mendisiplinkan anak dengan kasih sayang serta bersikap adil. (5) menjalin
komunikasi dengan anak. (6) dan selalu memahani aktivitas anak.
7) Keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan
sebagai upaya orang tua dalam melakukan dasar-dasar disiplin kepada
anak dan membantu mengembangkannya sehingga anak mamiliki disiplin
diri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rifa Hidayah M.Si.,Psi. Psikologi Pengasuhan Anak. Malang: UIN-


Malang Press. 2009
2. Agus Wibowo M.pd. Pendidikan Karakter Usia Dini. Yogyakarta:
Pustaka Belajar. 2013
3. Prof.Dr.Moh.Shochib. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta.
2014
4. Okina Fitriani. Enlightening Parenting. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta. 2017
5. Rosmha Widiyani. Kasus Ade Sara Dampak Salah Asuh Orang Tua.
Jakarta: Kompas.com. 2014

Anda mungkin juga menyukai