Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang tua tentu saja memiliki keinginan yang sama, bisa

menerapkan pola asuh anak usia dini yang terbaik untuk anaknya. Untuk

menerapkan pola asuh anak usia dini yang tepat memang tidak ada

sekolahnya. Oleh karena itu, orang tua perlu belajar terus menerus. Menjadi

orang tua, sebagian dari kita tentu saja bekerja keras untuk bisa memenuhi

kebutuhan anak. Namun tidak sedikit yang memilih menjalankan pola asuh

anak usia dini dengan mengedepankan melatih anak untuk disiplin.

Sementara yang lain, ada juga memberikan kebebasan dan membiarkan anak

tumbuh melalui pengalaman pribadinya. Pola asuh orang tua memiliki

pengaruh yang besar terhadap perkembangan moral anak ketika dewasa.

Sayangnya, banyak sekali orang tua yang tidak sadar dengan tindakan yang

mereka lakukan kepada si kecil.

Pilihan diksi pola asuh atau parenting merupakan sebuah tindakan yang

tepat karena istilah tersebut memiliki konotasi lebih aktif dari pada

parenthood. Sebuah kata benda yang berarti keberadaan atau tahap menjadi

orang tua, menjadi kata kerja yang berarti melakukan sesuatu pada anak

seolah-olah orang tualah yang membuat anak menjadi manusia (human

being). Orangtua di dalam mengasuh terkandung makna mendidik,

membimbing, dan melatih anak untuk mandiri, agar anak bisa menakhodai

hidupnya. (Sunarty 2014:4)

1
2

Banyak dari para orang tua yang menerapkan pola asuh salah karena

berpatokan pada pengalaman masa lalu yang pernah mereka rasakan. Pola

asuh orang tua pada dasarnya ada 3 macam, yaitu pola asuh demokratis,

otoriter dan permisif. Di antara ketiga itu, pola pengasuhan otoriterlah yang

dampaknya sangat berisiko bagi anak. Karena pola asuh otoriter cenderung

menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertakan dengan

ancaman-ancaman. Seperti anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang

tua dan tidak boleh membantah.

Pada masa yang lalu, menjadi orang tua (parenthood) cukup dijalani

secara tradisional, dengan cara belajar dari pengalaman dan meniru cara-cara

orang tua pada masa sebelumnya mendidik dan membesarkan anaknya.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka parenthood saja tidaklah

cukup. Anak-anak sekarang berbeda dengan anak-anak pada zaman dahulu.

Konsekuensinya, orang tua zaman sekarang tidak bisa lagi menjadi orang tua

sama seperti pada zaman dahulu. Tidak heran kalau Dr. Kustiah Sunarty,

M.Pd. dalam bukunya, menggunakan istilah pola asuh (parenting).

Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang besar terhadap

perkembangan moral anak ketika dewasa. Sayangnya, banyak sekali orang

tua yang tidak sadar dengan tindakan yang mereka lakukan kepada si kecil.

Banyak dari para orang tua yang menerapkan pola asuh salah karena

berpatokan pada pengalaman masa lalu yang pernah mereka rasakan. Pola

asuh orang tua pada dasarnya ada 3 macam, yaitu pola asuh demokratis,

otoriter dan permisif. Di antara ketiga itu, pola pengasuhan otoriterlah yang

dampaknya sangat berisiko bagi anak. Karena pola asuh otoriter cenderung
3

menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertakan dengan

ancaman-ancaman.

Seperti anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak

boleh membantah. Ada pula orang tua yang tidak peduli terhadap anaknya

(penelantaran) yang dimana orang tua tidak terlibat dalam aspek kehidupan

anak. Orang tua pada pola asuh ini mengembangkan perasaan bahwa aspek-

aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari anak-anak.

Menurut Henry (dalam Anshori, 2007) yang menyebut kasus

penelentaran dan penganiayaan yang dialami anak-anak dengan “istilah

Battered Child Syndrome, yaitu setiap keadaan yang disebabkan kurangnya

perawatan dan perlindungan terhadap anak oleh orangtua atau pengasuh lain.”

Tindakan penelantaran tersebut kebanyakan mengarah pada kealpaan atau

kelalaian yang disebabkan karena kondisi sosial ekonomi keluarga yang amat

rentan.

Pola asuh orang tua merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang tua

untuk membentuk perilaku anak-anak mereka meliputi semua peringatan dan

aturan, pengajaran dan perencanaan, contoh dan kasih sayang serta pujian dan

hukuman.

Menurut Hourlock (1992) secara umum ada tiga macam pola asuh

orang tua terhadap anak yaitu, tipe pola asuh pertama demokratis, tipe pola

asuh kedua adalah permisif, tipe pola asuh ketiga adalah otoriter. Ketiga pola

asuh orang tua tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Gaya

pengasuhan yang berbeda-beda terhadap anak akan menghasilkan sikap dan

perilaku berbeda-beda pula.


4

Fungsi pola asuh bagi anak usia dini, dimana orang tua mendidik

anaknya dengan sangat baik mulai dari lingkungan internal keluarga. Konsep

dan pola asuh orang tua untuk anaknya harus mempunyai jiwa yang bisa

merawat, membantu, mendidik, membimbing dan melatih anak agar menjadi

anak yang tumbuh kembang secara kreatif, baik dan patuh, bisa menjadikan

anak merasa mempunyai tanggung jawab serta percaya diri dan dapat

menerima pahit manisnya kehidupan ketika dewasa kelak. Untuk itu jadilah

orang tua yang berpikiran positif, kreatif dan aktif dalam tumbuh kembang

anak pada usia dini.

Kesadaran pengasuhan merupakan kesadaran terhadap pentingnya

peran pengasuhan anak sebagai sarana untuk mengoptimalkan proses

memandirikan anak. Adanya kesadaran pengasuhan yang tinggi akan

mendorong orangtuauntuk melakukan tugas-tugasnya sebaik mungkin

sehingga kesejahteraan anak dapat tercapai. (Sunarty 2014:5)

Ada tiga lingkungan pendidikan dalam dunia pendidikan yaitu,

pendidikan di dalam keluarga, sekolah, dan juga masyarakat. Ketiga

lingkungan pendidikan tersebut harus bekerja sama dalam meningkatkan

proses pembelajaran yang dialami oleh anak didik, dari ketiga lingkungan

tersebut pendidikan yang pertama merupakan didalam keluarga. Pendidikan

yang diberikan orang tua di lingkungan keluarga terhadap anaknya dapat

terjadi dari pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Pola

pengasuhan orang tua harus sesuai dengan kebutuhan anak sehingga anak

dapat berkembang dengan baik dan maksimal.


5

Orang tua yang mengasuh anak dengan baik akan memudahkan

motivasi tersendiri untuk bisa menjalankan aktivitasnya dengan semangat,

termasuk semangat belajar. Motivasi itu sendiri terbagi menjadi dua macam

yaitu : a) motivasi intrinsik yaitu perilaku yang dimotivasi oleh keinginan

internal. Dengan kata lain, perilaku yang dilakukan dengan motivasi ini

adalah sebuah hadiah untuk diri kita sendiri, dan tidak perlu diberikan oleh

orang lain sebagai sumber eksternal. Segala yang kita lakukan dalam hal ini

adalah untuk kebaikan dan kepentingan kita sendiri, bukan mengharap

imbalan atau apresiasi dari orang lain. b) Motivasi ekstrinsik yaitu berasal

dari luar. Ini terjadi ketika kita termotivasi untuk melakukan perilaku atau

terlibat dalam suatu kegiatan untuk mendapatkan hadiah atau menghindari

hukuman. Motivasi intrinsik Arti kata ekstrinsik adalah berasal dari luar. Ini

terjadi ketika kita termotivasi untuk melakukan perilaku atau terlibat dalam

suatu kegiatan untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman.

Sebagai contoh, Anda pergi ke sebuah kompetisi untuk memenangkan hadiah

uang tunai atau penghargaan.

Motivasi adalah “pendorongan“; suatu usaha yang disadari untuk

mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak

melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu,

(NgalimPurwanto,1998:71) Contoh ini menunjukkan bahwa adanya perilaku

yang dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan hadiah atau menghindari

hasil yang merugikan.

Motivasi belajar mempengaruhi aspek kognitif, afektif dan psikomotor

dan motivasi belajar juga dipengaruhi oleh aspek kognitif, afektif dan
6

psikomotor jadi dapat dikatakan antara aspek-aspek tesebut memiliki

korelasi. motivasi belajar berperan sebagai stimulus untuk merangsang minat

dan gairah belajar peserta didik khususnya oleh orang tua.

Di dalam pembelajaran motivasi membantu seseorang seseorang dalam

memahami dan menjelaskan perilaku dirinya. Menurut Uno(2008:27).

peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran. Anak akan tertarik belajar

sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau

dinikmati manfaatnya bagi anak.

Sementara aspek psikomotor adalah salah satu ranah yang menilai

keterampilan (skill) atau kemampuan melakukan sesuatu setelah seseorang

menerima pembelajaran pada bidang tertentu. Hasil belajar motorik akan

terlihat ketika seseorang telah menerima pembelajaran dan telah dinilai

secara kognitif. Menurut Bloom (1979) Ranah psikomotorik adalah

pencapaian yang dimiliki oleh seseorang berbentuk sebuah keterampilan

manipulasi yang melibatkan kinerja otot dan segala kekuatan fisik. Hal ini

akan membuat seseorang dapat dilihat telah mencapai standar yang diukur

atau belum.

Penelitian ini mencoba mengungkap bagaimana motivasi dalam belajar

fiqih. Khususnya pada kategori kognnitif, di kelas VII secara kognnitif usia

11-13 tahun meneliti ciri kemampuan anak pada Madrasah Tsanawiyyah

Intisyaru’ulum Tipar dapat diamati siswa dalam belajar fiqih.

Pembelajaran fiqih menekankan pada aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Hasil pengamatan sementara anak sudah bisa memahami dan


7

bisa menerapkan hasil pembelajaran sesuai dengan aturan moral dan

merupakan masa pembentukan nilai-nilai sebagai permulaan pada masa

remaja.

Bagaimana pola asuh demokratis orang tua menjadi motivasi dalam

hasil pembelajaran fiqih pada aspek kognnitif. Dari hasil yang ditemui di

lapangan dapat diketahui bahwa orang tua yang menerapkan dan

menanamkan bentuk pola asuh demokratis secara umum dapat dilihat bahwa

motivasi di kelas termasuk kategori tinggi dan anak tersebut juga berprestasi

di sekolah.

Menarik untuk diteliti berdasarkan analisis data yang dilakukan

beberapa temuan dilapangan dapat dikatakan bahwa bentuk pola asuh orang

tua permisif kurang tepat digunakan. Karena dapat berdampak buruk bagi

anak yang berakibat motivasi di dalam kelas kurang. Ada beberapa faktor

yang menyebabkan orang tua menerapkan bentuk-bentuk pola asuh

diantaranya usia orang tua, keterlibatan orang tua, pendidikan orang tua,

pengalaman dalam mengasuh anak, stress orang tu, dan hubungan suami isteri

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola asuh dmokratis orang tua siswa di Madrasah

Tsanawiyah Intisyarul’ulum Desa Tipar?

2. Bagaiman prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah

Tsanawiyah Intisyarul’ulum Desa Tipar?


8

3. Bagaiman pengaruh pola asuh demokratis orang tua terhadap prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah

Intisyarul’ulum Desa Tipar?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh demokratis orang tua siswa

di Madrasah Tsanawiyah Intisyarul’ulum Desa Tipar?

b. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih

di Madrasah Tsanawiyah Intisyarul’ulum Desa Tipar?

c. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh demokratis orang tua

terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di

Madrasah Tsanawiyah Intisyarul’ulum Desa Tipar?

2. Manfaat penelitian

a. Secara teoritis

Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk

memperoleh gambaran mengenai pengaruh pola asuh demokratis

orang tua terhadap prestasi belajar fiqih siswa kelas VII Madrasah

Tsanawiyyah Intisyarul’ulum Tipar Tahun ajaran 2022/2023. Sebagai

bahan pertimbangan bagi peneliti yang relefan dimasa yang akan

datang.
9

1. Secara praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi orang tua dalam menerapkan

pola asuh yang paling tepat dalam membentuk kepribadian atau

pemikiran anak kedepannya jadi keluarga adalah sumber pertama

pendidikan untuk anak.

b. Memberi gambaran yang jelas tentang pengaruh pola asuh orang

tua terhadap motivasi belajar siswa.

D. Kerangka Berfikir

1. Pola asuh anak adalah suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan

serta mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan

intelektual seorang anak sejak bayi hingga dewasa. Hal ini menjadi

tanggungjawab orangtua sebab orangtua merupakan guru pertama untuk

anak dalam mempelajari banyak hal, baik secara akademik maupun

kehidupan secara umum.

2. Pola asuh orang tua pada dasarnya ada 3 macam, yaitu pola asuh

demokratis, otoriter dan permisif. Di antara ketiga itu, pola pengasuhan

otoriterlah yang dampaknya sangat berisiko bagi anak. Karena pola asuh

otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,

biasanya disertakan dengan ancaman-ancaman. Seperti anak harus

mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah.

3. Pola asuh orang tua bagi anak usia dini, dimana orang tua mendidik

anaknya dengan sangat baik mulai dari lingkungan internal keluarga.

Konsep dan pola asuh orang tua untuk anaknya harus mempunyai jiwa

yang bisa merawat, membantu, mendidik, membimbing dan melatih anak


10

agar menjadi anak yang tumbuh kembang secara kreatif, baik dan patuh,

bisa menjadikan anak merasa mempunyai tanggung jawab serta percaya

diri dan dapat menerima pahit manisnya kehidupan ketika dewasa kelak.

4. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar peserta

didik dapat dilakukan menggunakan tes prestasi belajar. Tes merupakan

suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan

kegiatan pengukuruan, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,

pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab

oleh peserta didik guna mengukur aspek perilaku peserta didik. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar merupakan

kecakapan dari suatu usaha atau latihan pengalaman dalam bentuk

perubahan tingkah laku yang mengandung pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotor), sikap (afektif) serta nilai-nilai yang

konstruktif.

5. Sementara itu peneliti memilih aspek kognitif untuk dijadikan bahan

penelitian Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu

individu mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu

peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan pengetahuan

setelahnya. Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan seseorang.


11

variabel x variabel y
(pola asuh (prestasi belajar
demokratis orang siswa pada mapel
tua) fiqih)

Terbiasa dengan Thaharar


kedisplininan Korelasi

Bersosialisasi dan Shalat


berdiskusi dengan orang
lain

Zakat
Melatih anak menjadi
mandiri, berani, dan
mampu memecahkan
masalah sendiri Puasa

Bagan 1.1

Kerangka Pemikiran

E. Langkah Penelitian

1. Jenis penelitian

Adapun data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah jenis

penelitian kuantitatif. Tipe penelitian ini sejak awal penyusunan proposal

telah menekankan syarat-sayarat tertentu yang harus dipenuhi. Data yang

dikumpulkan berupa angka (numbers) sebagai lambang dari peristiwa

atau kejadian dan analisis menggunakan teknik statistik. (Yusuf 2017:45)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan cara berfikir yang di ambil


peneliti tentang bagaimana riset dibuat dan bagaimana penelitian akan
dilakukan.
Pendekatan penelitian yang dilakukan peneliti di kelas VII MTs

Intisyarul’ulum Tipar Kabupaten Garut dengan memberikan soal soal tes


12

untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran nya

peneliti memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa nya.

3. Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik atau cara pengumpulan data

menggunakan data primer dimana data dikumpulkan sendiri oleh peneliti

yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua anak MTs Intisyarul’ulum Tipar. Sugiyono

(2009: 194) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi

(pengamatan), gabungan dari ketiganya.

Data sekunder merupakan data pendukung atau penunjang dari

data primer khususnya yang memiliki relevansi dengan topik penelitian

yang dibahas. Data sekunder data tentang prestasi belajar siswa kelas VII

MTs Intisyarul’ulum Tipar semester ganjil ajaran tahun 2022-2023.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses

atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami

pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan

yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-

informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Ilmu

pengetahuan biologi dan astronomi mempunyai dasar sejarah dalam

pengamatan oleh amatir. Di dalam penelitian, observasi dapat dilakukan

dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.


13

Cara observasi yang paling efektif adalah melengkapinya dengan

pedoman observasi/pedoman pengamatan seperti format atau blangko

pengamatan. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau

tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Setelah itu, peneliti sebagai

seorang pengamat tinggal memberikan tanda chek (√ ) pada kolom yang

dikehendaki pada format tersebut.

Sebelum memulai pembelajaran peneliti di kelas VII MTs

Intisyarul’ulum Tipar Kabupaten Garut. Mencoba memberikan beberapa

pertanyaan tertulis untuk mengukur sejauh mana kemampuan yang

dimiliki oleh siswa di kelas VII MTs Intisyarul’ulum Tipar Kabupaten

Garut.

5. Teknik Analisis Data

Amirin (1990: 95) mengatakan bahwa data dapat dibagi menjadi

dua macam yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Teknik analisis data

juga dibagi menjadi dua macam yaitu, analisa kuantitatif dan analisa

kualitatif.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif maka data

yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode

statistik. Metode statistik ini masuk dalam metode statistik deskriptif.

Statistik deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan data pola

asuh yang diterapkan oleh orang tua anak di MTs Intisyarul’ulum Tipar.

Secara lengkap rangkaian analisis data adalah sebagai berikut, analisis

Deskriptif dilakukan untuk mengetahui tipe pola asuh orang tua secara
14

lebih mendetail. Analisis deskripsi mencakup tendensi sentral (rerata,

median, modus, dan standar devisiasi), tabel pengkategorian..

6. Teknik Simpulan

Teknik penyimpulan data dalam penelitian ini menggunakan

instrumen penelitian berupa angket dan kepada siswa di kelas VII MTs

Intisyarul’ulum Tipar Kabupaten Garut.

F. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hypo (dibawah, lemah) dan thesa

(kebenaran). Dari kedua akar katanya dapat disimpulkan bahwa hipotesis

yang lemah (Wina Sanjaya, 2013:39). Hipotesis dapat diartikan sebagai

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110).

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Darmawan,

2013: 120).

Pada umumnya hipotesis dinyatakan dalam dua bentuk yaitu

hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel yang

dipermasalahkan yaitu hipotesis alternative (dilambangkan dengan Ha) dan

hipotesis yang tidak ada hubungan antara variabel yang dipermasalahkan

yaitu hipotesis nol (dilambangkan dengan Ho). sebagai dugaaan sementara

terhadap permasalahan yang diteliti hipotesis ini dapat dirumuskan :

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua

terhadap motivasi belajar fiqih siswa.


15

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang

tua terhadap motivasi belajar fiqih siswa

Anda mungkin juga menyukai