TINJAUAN PUSTAKA
4
5
a. Sebagai modelling
b. Sebagai mentoring
Orang tua adalah mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan,
memberikan kasih sayang secara mendalam baik secara positif maupun negatif,
memberikan perlindungan sehingga mendorong anak untuk bersikap terbuka dan
mau menerima pengajaran. Selain itu orang tua menjadi sumber pertama dalam
perkembangan perasaan anak yaitu rasa aman atau tidak aman, dicintai atau dibenci
(Jember, 2005).
Peran orang tua sangatlah penting dalam pembinaan akhlak anak, sebab
orang tua adalah pendidik yang pertama bagi anak dalam pendidikan keluarga,
maka dari itu kendala orang tua harus selalu berupaya menyelesaikan semaksimal
mungkin untuk membina akhlak anak, salah satu upaya tersebut adalah
bermusayawarah dalam membina akhlak anak (Fallis, 2013).
tepat merupakan hasil darisebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk keluarga yang memiliki kecerdasan sosial- emosional yang baik
(Majid, n.d.).
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua
dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan
untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang
tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari.(Sari
& Ariani, 2019). Secara teoritis, pola asuh yang dilakukan orang tua memiliki 3
jenis yang terdiri dari pola asuh otoriter, permisif dan otoritatif. Ketiga pola asuh
itu memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian anak, untuk itu
pola asuh orang tua sangat menentukan watak, sikap dan prilaku anak. Di sinilah
pentingnya pendidikan keluarga, dalam pendidikan keluarga seyogyanya
dibutuhkan aturan yang benar dan memiliki kekuatan sehingga bisa mengikat para
anggota keluarga untuk mematuhi dan melaksanakannya.(Siti Anisah, 2011).
Beberapa bentuk ekspresi (pola asuh) orang tua dalam mengasuh atau
memelihara anak-anaknya bisa dalam bentuk sikap atau tindakan verbal maupun
non verbal secara substansial sangat berpengaruh terhadap potensi diri anak dalam
aspek intelektual, emosional maupun kepribadian, perkembangan social dan aspek
psikis lainnya. Semua orang tua pasti menghendaki anak-anaknya sesuai dengan
kehendak orang tuanya, untuk itulah sejumlah ekspresi atau sejumlah bentuk
asuhan, didikan dan bimbingan dilakukan orang tua semaksimal mungkin agar anak
kelak sesuai dengan harapan mereka. Sadar atau tidak, dalam praksisnya berbagai
ekspresi (pola asuh) itu sering terjadi penyimpangan atau bahkan terjadi kontradiksi
antara harapan dan kenyataan sehingga bisa berdampak pada perkembangan
kepribadian anak yang positif maupun negative.(Sari & Ariani, 2019). Pola asuh
demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, kooperatif, mampu
mengontrol diri dengan baik, minat tinggi, sedangkan pola asuh otoriter
menghasilkan anak yang berkepribadian introvert dan pola asuh permisif
menghasilkan anak yang impulsif, agresif manja dan egois (Sari & Ariani, 2019).
8
Perilaku sosial dapat didefenisikan sebagai perilaku dari dua orang atau
lebih yang saling terkait atau bersama dalam kaitan dengan sebuah lingkungan
bersama. Pola perilaku sosial anak dapat dilihat dari empat dimensi,yaitu:
2) anak mampu menghargai (altruism) teman, baik dalam hal menghargai milik,
pendapat, hasil karya teman,
individu pada waktu dan tempat tertantu, yang berfungsi sebagai referensi
otobiografi (Bapistaet al,dalam Saparwati, 2012). Pengalaman adalah pengamatan
yang merupakan kombinasi pengelihatan, penciuman, pendengaran serta
pengalaman masa lalu (Notoatmojo dalam Saparwati, 2012).
Pengalaman ibu yang memiliki bayi kembar yang merupakan sebuah
pengalaman yang sangat dalam yang membuat orang tua terutama ibu mengalami
kecemasan yang mendalam . Perawatan bayi kembar menimbulkan krisis bagi para
ibu dan menganggap pengalaman tersebut merupakan hal yang menyedihkan dan
menimbulkan kecemasan (Zuhrina, Jamaris, & Irmawita, 2018)
rasakan ibu pasa saat mengasuh anak kembar ada suka dan ada susah (Fajar, Franz,
& Kahija, 2015).
a) Ketinggalan perkembangan.
b) Perkembangan fisik.
c) Perkembangan kecerdasan.
Kesamaan mental seperti terungkap melalui tes kecerdasan dan prestasi pendidikan,
juga lebih nyata pada kembar identik daripada kembar non identik. Pada kembar
yang berasal dari satu sel telur dan memiliki jenis kelamin sama biasanya mereka
memiliki intelegensi yang sama atau tidak jauh berbeda apabila mereka dibesarkan
pada tempat, kondisi lingkungan yang sama. Karena sejak lahir mereka memiliki
gen yang sama maka kecerdasan mereka akan cenderung setara. Sedangkan kembar
fraternal yang berjenis kelamin berbeda cenderung tumbuh menjadi anak yang
memiliki kecerdasan berbeda karena jenis kelamin akan mempengaruhi pola asuh
11
orang tua, kondisi tersebut akan membentuk anak menjadi sepasang kembar yang
berbeda tingkat kecerdasannya.
d) Kemampuan khusus.
e) Perilaku sosial.
Selama tahun-tahun pra sekolah, anak kembar saling bersaing untuk mendapatkan
perhatian orang dewasa, saling meniru, dan menunjukkan perasaan yang sama
terhadap orang lain. Mereka senang berinteraksi dengan orang lain selama
bertahun-tahun pra sekolah. Tetapi interaksi ini meningkat dengan bertambahnya
usia mereka.
f) Perkembangan kepribadian.
g) Masalah perilaku.
Masalah perilaku yang kurang baik telah dilaporkan lebih umum terjadi diantara
anak kembar daripada anak tunggal dengan usia yang sama. Akan tetapi, juga telah
dinyatakan bahwa per- bedaan ini terjadi karena cara perlakuan terhadap anak
kembar, baik diluar maupun di dalam rumah. Masalah perilaku juga dilaporkan
lebih umum diantara kembar non-identik daripada kembar identik, walaupun
hingga sekarang tidak ada keterangan yang membuktikan perbedaan ini. Seiring
12
Pola asuh yang berbeda antara kedua orangtua akan menyebabkan anak
mengembangkan perilaku sebagaimana yang dikehendakinya sendiri karena tidak
ada aturan yang pasti yang harus dia jalankan. Akibat dari pola asuh yang berbeda
ini pula anak akan lebih dekat pada satu pihak yang lebih menjadi sumber pemuasan
baginya daripada pada pihak yang dianggapnya kurang menguntungkannya. Akibat
lain dari cara pendekatan yang berbeda ini pula, anak kemudian tidak mampu
mengembangkan rasa tanggung jawab karena tidak ada aturan yang jelas untuk
diikuti.(Mada, 2000)
berbeda. Kendala orang tua adalah untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Status
sosial terdiri dari tiga hal utama namun saling berkaitan yaitu tingkat pendidikan
orangtua, status pekerjaan orangtua, dan pendapatan keluarga. Ketiga hal tersebut
berpengaruh terhadap cara membesarkan anak, interaksi keluarga dan anak,
dukungan orangtua dalam perkembangan bahasa dan pembelajaran, jenis dan
jumlah disiplin yang digunakan, jenis dan jangkauan rencana masa depan yang
menyangkut pendidikan anak dan pekerjaan (Sulastri & Ahmad Tarmizi, 2017).
Kendala yang biasa dialami yakni kendala ekonomi, kendala psikologis, kendala
lingkungan.
a. coping ekonomi
coping ekonomi yang biasa dilakukan oleh kelraga yakni
mengontrol pengeluaran yang tidak penting atau yang kurang perlu demi
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apabila suami belum menerima gaji, istri
harus pintar-pintar mengelola keunagn untuk keluarga apalagi keluarga
yang memeliki anak kembar yang segala sesuatu kebutuhan anak harus
dilipat gandakan. (Silitonga, Puspitawati, & Muflikhati, 2018)
b. psikologis
psikologis yang dialami oleh ibu umumnya adalah stres ketika
sedang mengasuh anaknya, akan menimbulkan dampak yang buruk untuk
anaknya ketika ibu mengalami stress misalnya, mencubit anaknya,
memukul, membentak dan lain sebagainya. Hal tersebut sangat
mempengaruhi psikologis anak, anak jadi mengalami trauma dan bisa juga
anak jadi membantah pada ibunya. Baiknya apabila ibu mengalami stres
atau kecapekan saat mengurus anak, baiknya istirahat terlebih dahulu
menenangkan fikiran agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak di
inginkan atau merugikan. (Silitonga et al., 2018).
a. lingkungan
perilaku orang- orang yang tidak baik itu dapat memberikan efek yang
negatif bagi anak. Anak bisa saja meniru apa yang dia lihat, maka disitu
orangtua harus membatasi anak untuk bermain dengan teman-temannya
yang memiliki oerilaku yang kurang baik. Lingkungan yang berhaya juga
disebabkan oleh banyak faktor yakni seperti jurang, sungai, rel kereta, jalan
raya dll. Tempat seperti itu harus dihindarkan dari anak kecil,karena hal
tersebut dapat membahayakan anak dan merugikan keluarga.(Nindya,
2012)
Krisis hadir dalam hidup dari mana dan kapan saja. Bahkan seiring
berjalannya waktu, permasalahan menjadi terakumulasi dan menyebabkan situasi
menjadi makin parah. Secara alami, sebuah krisis akan memaksa manusia untuk
mencari jalan keluar. Jika tidak mendapatkan orang lain untuk menolong keluar dari
krisis pada diri sendiri, maka harus memaksa diri sendiri untuk mengatasinya.
penting sama halnya menarik diri dari hal berkorban kepada orang lain. Tidak
melakukan pemborosan yang akan membawa pada krisis keuangan sehingga tidak
dapat membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. Orang yang menabur
sedikit, akan menuai sedikit juga; dan orang yang menabur banyak, akan menuai
banyak juga.(Peter, n.d.)
c. psikologi
Masalah psikologi yang dialami ibu pada saat mengasuh anak kembar yakni,
stress, kelelahan, bingung. Untuk cara menangani masalah tersebut sebagian besar
ibu-ibu melakukan kegiatan lain yang sekiranya membuat fikiran seorang ibu tidak
negatif terus menerus. Kebanyakan ibu ibu rumah tangga ketika mengalami
masalah pada keluarga lebih ingin berdiam diri dan memendam emosi. Berbeda
dengan orangtua laki yang kebanyakan main fisik ketika orang tua laki tidak dapat
mengontrol masalah tersebut. (Maisya, Susilowati, Upaya, Masyarakat, &
Kesehatan, 2017)
d. Lingkungan
masalah itu, justru sangat besar pengaruhnya dari masalah lingkungan keluarga
(Anak, n.d.2015).
Anak kembar juga merupakan salah satu karakteristik anak yang unik,
dimana orangtua harus mengasuh lebih dari satu anak secara bersamaan, dengan
tahapan perkembangan yang sama. Mengingat bahwa mengasuh seorang anak saja
merupakan sebuah tantangan yang besar dan dapat menyebabkan stres pada
orangtua (parenting stress), maka mengasuh anak kembar membutuhkan usaha,
energi, dan juga biaya (TaubmanBen-Ari, dkk 2008). Apabila orangtua merasa
kesulitan dalam mengasuh dua anak sekaligus dan juga membagi perhatian bagi
kedua anak mereka, maka hal ini dapat mengakibatkan stres pada orangtua. Stres
17
dapat terjadi ketika tuntutan yang diberikan kepada seseorang melampaui dan
melebihi kemampuan mereka (Vig & Jaswal, 2008) dalam (Lestari & Widyawati,
2018)