Anda di halaman 1dari 47

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Peran orang tua

Orang tua merupakan pendidik moral yang utama bagi anak-anak,

pemberi pengaruh yang paling lama. Anak-anak akan berganti guru setiap

tahunnya tetapi mereka memiliki satu orang tua sepanjang masanya.

Hubungan orang tua mengandung emosional yang khusus yang bisa

menyebabkan anak-anak merasa dicintai dan berharga atau sebaliknya merasa

tidak dicintai dan tidak berharga.

Ayah atau bapak adalah sosok tertinggi di dalam sebuah keluarga. Ia

merupakan kepala keluarga dan figur orang yang bertanggung jawab terhadap

keluarga. Sebagai suami bagi istrinya dan ayah bagi anak-anaknya ia memiliki

kewajiban yang harus dipikul. Peran ayah menurut Helmawati (2014:72)

dalam keluarga yaitu:

a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga.


b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar.
c. Memberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga.
d. Pelindung terhadap ancaman dari luar.
e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan.
f. Sebagai pendidik dalam segi rasional.

Berdasarkan peran ayah di atas, ayah merupakan sosok yang penting

bagi anak-anaknya maupun istrinya. Seorang ayah lebih berpusat pada hal-hal

17

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


8

yang berkaitan dengan dunia luar seperti dalam masyarakat. Ayah yang

bertanggung jawab akan membawa keluarga menuju kehidupan yang lebih

baik.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (dalam Helmawati, 2014:81)

peranan seorang ibu dalam keluarga, di antaranya:

a. Sebagai sumber dan pemberi rasa kasih sayang.


b. Pengasuh dan pemelihara.
c. Tempat mencurahkan isi hati.
d. Mengatur kehidupan dalam rumah tangga.
e. Pembimbing hubungan pribadi.
f. Pendidik dalam segi emosional.
Ibu merupakan sosok pendamping ayah. Ia membantu ayah sebagai

kepala keluarga dan meringankan beban atau kewajiban suami dalam

keluarga. Walaupun tugas istri adalah membantu suami, tugas ibu tidaklah

lebih ringan dari tugas seorang ayah. Seorang ibu (istri) akan menjalankan

tugasnya membantu kepala keluarga yang mempunyai tanggung jawab yang

besar sedangkan ia tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Bagaimana ia

akan menjaga dan mengatur rumah tangganya, bagaimana ia akan mengelola

keuangan atau harta suami, atau bagaimana ia akan merawat atau mendidik

anak-anaknya tanpa kepandaian atau ilmu? Oleh karena itu seorang ibu harus

pandai dan berakhlak baik sehingga ia dapat menjalankan tugasnya membantu

kepala keluarga secara optimal.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


9

Pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak menurut

Hurlock, Hardi, & Heryes (dalam Zubaedi 2011:158-159) dalam garis

besarnya, didefinisikan menjadi tiga macam, antara lain sebagai berikut:

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan yang dilakukan dengan

cara memaksa, mengatur, dan bersifat keras. Orang tua menuntut anaknya

agar mengikuti semua kemauan dan perintahnya. Jika anak melanggar

perintahnya berdampak pada konsekuensi hukuman atau sanksi. Pola asuh

otoriter dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan psikologis

anak. Anak kemudian cenderung tidak dapat mengendalikan diri dan emosi

bila berinteraksi dengan orang lain. Bahkan tidak kreatif, tidak percaya diri,

dan tidak mandiri. Pola pengasuhan ini akan menyebabkan anak menjadi

stres, depresi, dan trauma. Oleh karena itu, tipe pola asuh otoriter tidak

dianjurkan.

b. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif dilakukan dengan memberikan kebebasan

terhadap anak. Anak bebas melakukan apapun sesuka hatinya. Sedangkan

orang tua kurang peduli terhadap perkembangan anak. Pengasuhan yang

didapat anak cenderung di lembaga formal atau sekolah. Pola asuh

semacam ini dapat mengakibatkan anak menjadi egois karena orang tua

cenderung memanjakan anak dengan materi. Keegoisan tersebut akan

menjadi penghalang hubungan antara sang anak dengan orang lain. Pola

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


10

pengasuhan anak yang seperti ini akan menghasilkan anak-anak yang

kurang memiliki kompetensi sosial karena adanya kontrol diri yang kurang.

c. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh ini, orang tua memberikan kebebasan serta bimbingan

kepada anak. Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu

berhubungan secara harmonis dengan orang tuanya. Anak akan bersifat

terbuka, bijaksana karena adanya komunikasi dua arah. Sedangkan orang

tua bersikap obyektif, perhatian, dan memberikan dorongan positif kepada

anaknya. Pola asuh demokratis ini mendorong anak menjadi mandiri, bisa

mengatasi masalahnya, tidak tertekan, berperilaku baik terhadap

lingkungan, dan mampu berprestasi dengan baik. Pola pengasuhan ini

dianjurkan bagi orang tua.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang

otoriter mempunyai karakteristik dimana orangtua yang membuat semua

keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Pola asuh

demokratis yang mempunyai karakteristik dimana orangtua mendorong anak

untuk membicarakan apa yang ia inginkan. Sedangkan pola asuh permisif

mempunyai ciri orangtua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk

berbuat apapun. Oleh karena itu orang tua berkewajiban untuk memberikan

contoh/teladan, memberitahu dan atau mengingatkan, mengajar,

membiasakan, berperan serta atau terlibat dan memberikan wewenang dan

tanggung jawab pada anak.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


11

Sebagian orang tua berharap banyak dengan anaknya sehingga terkesan

bersikap “otoriter” dan berdampak pada banyaknya kasus anak yang menjadi

korban ambisi orang tuanya. Tentunya hal ini membuat anak menjadi tertekan

secara psikologis dan terhambat perkembangannya. Kita semua mengakui

bahwa setiap orang tua mempunyai niat dan maksud yang baik untuk anak-

anaknya, namun barangkali cara atau metodenya yang perlu dievaluasi. Sikap

orang tua yang terlalu acuh juga tidak dibenarkan. Memberi kebebasan yang

berlebihan akan membuat anak menjadi salah arah dan bersikap semaunya

sendiri. Maka orang tua harusnya tetap perlu mendampingi dan mengarahkan

anak.

2. Karakter

Watak atau karakter menurut Dumandi dalam (Adisusilo, Sutarjo,

2012:76) berasal dari kata Yunani “charassein”, yang berarti barang atau alat

untuk menggores, yang dikemudian hari di pahami sebagai stempel/cap. Jadi

karakter itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang,

Watak merupakan sifat seseorang yang dapat dibentuk, artinya watak

seseorang dapat berubah. Watak juga amat dipengaruhi oleh faktor-faktor

eksternal yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergauan, dan lain-

lain.

Terdapat beberapa definisi karakter menurut beberapa ahli yang

dipahami. Definisi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


12

a. Yaumi, Muhammad (2014:7) berpendapat bahwa Moralitas adalah

karakter. Karakter merupakan suatu yang terukir dalam diri seseorang.

Karakter merupakan kekuatan batin. Pelanggaran asusila (amoralitas) juga

merupakan karakter, tetapi untuk menjadi bermoral adalah suatu yang

ambigu.

b. Karakter merupakan nilai perilaku seseorang yang cangkupannya tidak

hanya menyangkut hubungannya dengan sesama manusia semata, namun

juga berhubungan dengan Tuhan dan lingkungan yang tersaji melalui

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Aziz, Safrudin,

2015:130) .

c. Karakter dimaknai oleh sebuah dimensi yang positif dan konstruktit

menurut Elfendri dkk (2012:27).

d. Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Listyarti 2012:8), karakter diartikan

sebagai sifat-sifat kewajiban, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain.

Dari keempat definisi karakter sebagaimana dijabarkan di atas, maka

dapat dikatakan bahwa karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan,

kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui

tindakan.

Elfindri dkk (2012:27-28) berpendapat bahwa karakter dibangun sejak

ibu hamil sampai anak dewasa. Rahasia wanita Israel sewaktu hamil adalah

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


13

mereka akan melakukan kegiatan sesuatu dengan keinginan karakter anaknya

kelak. Ketika seorang ibu bercita-cita anak akan pintar matematika, maka ibu

hamil akan membiasakan diri untuk mengerjakan matematika. Ketika anaknya

nanti menjadi musisi, maka musikpun didengarkan pada jabang bayi yang ada

dalam perutnya.

Beberapa karakter berdasarkan asma’ul husna yang dapat diaplikasikan

manusia dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam keluarga menurut

Helmawati (2014:162-163) diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Karakter beriman dan bertakwa kepada allah SWT

Karakter yang paling utama yang hendaknya dibentuk pada anak dan

keluarganya adalah karakter beriman dan bertakwa. Karakter beriman yaitu

orang yang hatinya lebih sibuk memikirkan dan memperhatikan apa-apa

yang diperintahkan oleh Allah guna dilaksanakan dan menjahui apa-apa

yang dilarang oleh-Nya. Sedangkan takwa adalah iman yang disertai amal

shaleh (amalan-amanlan baik yang diperintah Allah SWT).

b. Karakter pengasih

Allah menciptakan manusia dengan kelebihan sekaligus

kekurangannya. Karena kekurangnnya itulah manusia di dunia tidak dapat

hidup seorang diri. Manusia akan bergantung pada Allah sebagai sang

maha Pencipta dan Penolongnya, begitupun terhadap manusia, ia akan

membutuhkan orang lain untuk menutupi kekurangannya dan memenuhi

kebutuhannya. Inilah mengapa manusia disebut sebagai mahluk sosial.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


14

Artinya, ia tidak dapat hidup seorang diri. Manusia membutuhkan orang

lain untuk memenuhi kebutuhan yang diakibatkan karena kekuranganya.

Sebagai mana Allah yang Maha Pengasih, manusia hendaknya memiliki

sifat pengasih terhadap sesama manusia dan mahluk ciptaan Tuhan.

Berikan apa yang diperlukan orang lainkarena Allah, karena mungkin suatu

saat nanti kita pun akan membutuhkan uluran tangan dari orang lain.

c. Karakter penyayang

Rasa sayang dapat memberikan motivasi untuk bertahan dan

berkembang lebih baik lagi. Rasa sayang dapat mengakibatkan

keberlangsungan hidup seseorang. Sifat sayang terhadap seseorang

membuat kita akan memberikan apa yang terbaik bagi yang kita sayang itu.

d. Karakter bertanggung jawab

Setiap manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang

telah diperbuatnya. Mengingat setiap perbuatan ada perhitungannya,

hendaknya manusia menggunakan akal pikiran dan hati sebagai penentu

akankah ia berbuat baik atau akankah ia hanya mengikuti hawa napsunya

dan mengindahkan hati serta akal sehatnya.

e. Karakter menjaga (melindungi)

Manusia diberi naluri untuk menjaga atau melindungi diri. Bahkan

bukan hanya saja dirinya sendiri, tetapi bagi yang sudah berkeluarga ia

memiliki tanggung jawab untuk saling melindungi selain dirinya juga

anggota keluarga.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


15

f. Karakter mencipta

Manusia diberi akal untuk dapat dipergunakan, salah satunya untuk

dapat menggali dan mengola alam. Banyak dari hasil alam yang dikelola

sehingga lahirnya berbagai kreativitas para penemu yang bermanfaat bagi

orang banyak. Karakter menemukan sesuatu yang belum ada menjadi ada

atau sesuatu yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna dan memiliki

nilai tinggi akhirnya membawa manusia pada kesejahteraan, peradaban

yang tinggi dan bermartabat.

g. Karakter pemaaf

Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia memiliki

kelemahan dan kekhilafan. Ketika orang lain melakukan kesalahan

alangkah mulianya ketika kita memberi maaf dan memberikan kesempatan

kedua pada orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya. Karena

mungkin suatu saat kitapun dengan tidak sengaja melakukan sesuatu

kesalahan dan tentu saja kita berharap orang lain pun memaafkan dan mau

memberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

h. Karakter jujur

Jujur adalah perihal yang sangat langka dan sulit mancari manusia

yang jujur di zaman sekarang ini. Merupakan suatu keniscayaan untuk

membentuk anak agar memiliki sikap jujur. Maka dari itu orang tua

hendaknya menanamkan karakter ini sejak kecil dan orang tuapun harus

mencontohkan serta memberikan teladan untuk bersikap jujur.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


16

i. Karakter mandiri

Manusia tidak akan selamanya menggantungkan diri kehidupannya

pada orang tua atau orang lain. Tidak ada yang hidup abadi, demikian pula

orang tua. Oleh sebab itu anak sebaiknya dididik untuk menjadi karakter

mandiri.

j. Karakter lemah lembut

Orang tua hendaknya bersikap lemah lembut dalam memperlakukan

anaknya. Sikap dan perilaku orang tua tentu akan dicontoh anak sehingga

anakpun akan memiliki sifat dan perilaku lemah lembut.

k. Karakter berilmu

Untuk dapat disebut pandai manusia harus menuntut ilmu, untuk

dapat memperoleh pekerjaan yang layak manusia harus berilmu. Begitu

juga ketika ingin bahagia dan masuk surga, manusia harus berilmu. Tanpa

ilmu manusia akan kehilangan pegangan, bahkan banyak orang yang tidak

berilmu dibodohi (dianiaya) dan diperbudak orang-orang yang kurang

bertanggung jawab.

l. Karakter adil

Adil berarti menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya;

memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Adil berarti menegakkan

kebenaran dalam memutuskan suatu perkara tanpa pandang bulu (pilih

kasih) dan tentu saja, karakter adil ini harus ditanamkan dan dipraktikan

dalam keluarga sejak dini.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


17

m. Karakter menjaga amanah

Amanah adalah suatu yang dipercaya untuk dijaga atau dijalankan.

Menjaga amanah berarti menjaga kepercayaan orang lain. Oleh karena itu,

menjaga amanah hakekatnya adalah menjaga hubungan sosial, baik dalam

lingkungan keluarga maupun dimasyarakat sehingga orang akan percaya

dan memberikan kepercayaan pada kita.

n. Karakter bijaksana

Setiap manusia memiliki karakter yang unik dan berbeda satu sama

lain, dalam menyikapi perbedaan tersebut sepatutnya kita belajar untuk

bijak. Menghargai pendapat, mencoba menyelami sampai sejauh mana

maksud dan tujuan dari setiap orang sehingga akan diperoleh pemahaman

yang proporsional dan menjauhkan dari perselisihan.

o. Karakter sabar

Sabar bukanlah pasrah (berdiam diri) tanpa usaha. Ujian kesabaran

ada tingkatannya sehingga pernyataan bahwa sabar ada batasnya tindakan

sepenuhkan tepat karena ujian datang silih berganti. Sifat bersabar yang

dibarengi usaha dan keyakinan pada Allah sebagai penolong maka manusia

akan mendapatkan banyak hikmah serta derajat yang mulia.

p. Karakter bersyukur

Bersyukur adalah obat jiwa. Sifat syukur yang dimiliki oleh manusia

dapat membuat hidup tenang, tenteram, dan bahagia karena sifat ini

membuat kita menikmati apa yang dimiliki baik sedikit maupun banyak.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


18

q. Karakter suci

Allah menyukai sesuatu yang bersih. Oleh karena itu, Nabi

menyatakan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Meski arti suci bukan

hanya sebatas bersih, tapi suci artinya selain jauh dari kotoran (najis) juga

jauh dari perbuatan dosa. Suci dapat diaplikasikan bukan saja pada badan

dan pakaian (benda) saja, tetapi juga hendaknya suci hati, suci pikiran, dan

suci perbuatan.

Dari 17 Karakter berdasarkan asma’ul husna di atas dapat disimpulkan

bahwa karakter mencangkup seluruh kehidupan manusia baik terhadap tuhan,

diri sendiri maupun kepada orang lain. Aplikasi-aplikasi karakter hampir

seluruhnya mengarah pada karakter religius. Karna sudah tidak bisa

dipungkiri bahwa karakter sangat penting bagi kehidupan manusia.

3. Pembentukan Karakter siswa

Membangun karakter anak adalah sejak kecil, karena anak-anak akan

melihat dan mengolah dalam fikirannya apa yang dia lihat. Sering pula kita

lihat bahwa anak usia 2 tahun, televisipun mudah mempengaruhi watak

mereka. Orang tua yang bertengkat didepan anak kecil akan menyebabkan

anak kecil terbawa emosi dan menangis. Oleh karenanya semenjak awal, ibu

mesti memahami karakter apa saja yang akan ditanamkan kepada anaknya

dari tindakan dan pengajaran dan pembiasaan yang dibangun di rumah.

Karakter terdiri atas nilai-nilai operatif, nilai yang berfungsi dalam

praktek. Karakter mengalami pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi

budi pekerti, sebuah watak batin yang dapat diandalkan dan digunakan untuk

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


19

merespon berbagai situasi dengan cara yang bermoral. Karakter terbentuk dari

tiga macam bagian yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: pengetahuan

moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik mengetahui

kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan, kebiasaan

pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan perbuatan. Ketiganya penting untuk

menjalankan hidup yang bermoral. Ketiganya adalah faktor pembentuk

kematangan moral (Lickona, 2013:72). Diagram berikut ini menjelaskan

beberapa kualitas moral, perasaan moral dan perbuatan moral. Semua

komponen tersebut adalah kualitas-kualitas spesifik yang harus diusahakan

(guru) pembentukannya dari diri anak-anak kita (peserta didik), demi

kepentingan mereka sendiri dan demi kepentingan masyarakat (Lickona,

2013:72). Komponen - komponen karakter yang baik dapat dilihat pada bagan

Bagan 1. Komponen-komponen karakter yang baik

PENGETAHUAN MORAL PERASAAN MORAL


1. Kesadaran moral 1. Hati nurani
2. Mengetahui nilai-nilai 2. Penghargaan diri
moral 3. Empati
3. Pengambilan perspektif 4. Menyukai kebaikan
4. Penalaran moral 5. Kontrol diri
5. Pengambilan keputusan 6. Kerendahan hat
6. Pengetahuan diri

AKSI MORAL
1. Kompetensi
2. Kemauan
3. Kebiasaan

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


20

a. Pengetahuan Moral

Enam pengetahuan moral yang dapat dikembangkan oleh guru pada

peserta didik dalam pembelajaran dalam rangka membentuk karakter

mereka, yaitu:

1) Kesadaran moral

Kegagalan moral yang sering terjadi pada diri manusia dalam

semua tingkatan usia adalah kebutaan moral, kondisi dimana orang tak

mampu melihat bahwa situasi yang sedang ia hadapi melibatkan

masalah moral dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Anak-anak

dan remaja khususnya sangat rentan terhadap kegagalan seperti ini,

bertindak tanpa mempertanyakan “apakah ini benar?”.

2) Mengetahui nilai-nilai moral

Nilai moral seperti menghormati kehidupan dan kemerdekaan,

bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi,

sopan santun, disiplin diri, integritas, belas kasih, kedermawanan, dan

keberanian adalah faktor penentu dan membentuk pribadi yang baik.

Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana

menerapkannya dalam berbagai situasi kehidupan.

3) Pengambilan perspektif

Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil

sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang lain,

membayangkan bagaimana orang lain akan berpikir, bereaksi, dan

merasa. Ini prasyarat bagi pertimbangan moral. Artinya kita tidak dapat

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


21

menghormati orang dengan baik dan bertindak dengan adil terhadap

mereka. Jika kita tidak memahami mereka.

4) Penalaran moral

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang

bermoral dan mengapa kita harus bermoral. Mengapa memenuhi janji

adalah penting. Mengapa kita harus berusaha sebaik mungkin, dan

mengapa kita harus berbagi dengan orang lain.

5) Membuat keputusan

Membuat keputusan adalah mampu memikirkan langkah-langkah

yang mungkin akan diambil seseorang yang sedang menghadapi

persoalan moral, disebut sebagai keterampilan pengambilan keputusan

refleksi.

6) Memahami diri sendiri

Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang paling

sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi pengembangan karakter. Untuk

menjadi orang yang bermoral diperlukan kemampuan mengulas perilaku

diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Semua hal di atas

memberikan kontribusi yang sama terhadap sisi kognitif karakter.

b. Perasaan Moral

Berikut ini beberapa aspek moral emosional yang memfokuskan pada

pengajaran tentang karakter yang baik, oleh guru pada peserta didik,

sebagai berikut ini:

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


22

1) Hati nurani Hati nurani memiliki dua sisi, sisi kognitif dan sisi

emosional. Sisi kognitif menuntun manusia dalam menentukan hal yang

benar, sedangkan sisi emosional menjadikan kita merasa berkewajiban

untuk melakukan hal yang benar.

2) Penghargaan diri

Jika kita memiliki penghargaan diri yang sehat kita akan dapat

menghargai diri sendiri, maka kita akan menghormati diri sendiri, dan

kecil kemungkinan bagi kita untuk merusak tubuh atau pikiran kita atau

membiarkan orang lain merusaknya.

3) Empati

Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan, keadaan

yang tengah dialami orang lain. Empati memungkinkan kita keluar dari

kulit kita dan masuk ke kulit orang lain. Empati merupakan sisi

emosional dari pengambilan perspektif. Perbedaan tingkat empati pada

diri seseorang telah ada pada usia dini, hanya saja bagaimana cara

keluarga dan guru di sekolah mengembangkan sikap, empati pada anak

agar terbentuk semenjak dari kecil dalam kehidupan.

4) Mencintai kebaikan

Ciri lain dari bentuk karakter yang tertinggi adalah ketertarikan

murni, yang tidak dibuat-buat, pada kebaikan. Jika orang mencintai

kebaikan, mereka akan merasa senang melakukan kebaikan. Guru dapat

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


23

mengembangkan pada peserta didik di kelas untuk dapat mencintai

berbuat baik dalam kehidupan dengan berbagai metode.

5) Kontrol diri

Kontrol diri ini perlu ditanamkan dan dikembangkan oleh guru

pada anak didik. Kontrol diri ini dapat menghindarkan seseorang dari

perbuatan-perbuatan yang merusak moral.

6) Kerendahan hati

Kerendahan hati merupakan budi pekerti atau moral-moral yang

kerap diabaikan oleh seseorang pada hal rendah hati ini merupakan

bagian penting dari karakter yang baik. Kerendahan hati adalah bagian

dari pemahaman diri. Guru dapat mengembangkan sikap rendah hati ini

pada murid-murid dalam proses pendidikan.

Hati nurani, penghargaan diri, empati, mencintai kebaikan, kontrol

diri, dan kerendahan hati adalah komponen-komponen yang membentuk

sisi emosional moral seseorang, yang dapat dikembangkan pada anak didik

semenjak diri.

c. Tindakan Moral

Tindakan moral adalah produk dari kualitas moral intelektual dan

emosional, orang yang memiliki dua kualitas ini, mereka memiliki

kemungkinan melakukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan

mereka adalah tindakan yang benar.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


24

Adapun yang menggerakkan seseorang untuk mampu melakukan

tindakan bermoral atau menghalanginya, ada tiga aspek lain yaitu:

kompetensi, kemauan, dan kebiasaan.

1) Kompetensi, kompetensi moral adalah kemampuan mengubah

pertimbangan dan perasaaan moral ke dalam tindakan moral yang

efektif.

2) Kehendak, kehendak diperlukan untuk menjaga emosi agar tetap

terkendali oleh akal, kehendak juga dibutuhkan untuk dapat melihat dan

memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral.

3) Kebiasaan, kebiasaan dalam banyak situasi, kebiasaan merupakan faktor

pembentuk perilaku moral. Untuk alasan inilah sebagai bagian dari

pendidikan moral, anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk

membangun kebiasaan-kebiasaan baik, dan banyak berlatih untuk

menjadi orang baik.

Berdasarkan uraian di atas berarti mereka harus memiliki banyak

pengalaman menolong orang lain, berbuat jujur, bersikap santun, dan adil,

dengan demikian, kebiasaan baik ini akan selalu siap melayani mereka dalam

keadaan sulit sekalipun. Diri seseorang yang berkarakter baik, pengetahuan,

perasaan, dan tindakan moral biasanya bekerja secara bersama-sama untuk

saling mendukung. Sikap hormat dan bertanggung jawab, serta nilai-nilai

yang berasal dari keduanya adalah nilai-nilai yang dapat diajarkan secara sah

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


25

oleh sekolah. Pengetahuan, perasaaan, dan tindakan moral sebagai realitas

yang hidup.

Klasifikasi lain, Elfindri dkk (2012:27-28) berpendapat bahwa karakter

akan dapat terbagi empat. Masing-masingnya dapat dilihat dari indikator

karakter sebagai berikut:

a. Karakter lemah, dapat ditemukan sebagai penakut, tidak berani


mengambil resiko, pemalas, cepat kalah, dan beberapa jenis lainnya.
b. Karakter kuat, dapat ditemukan seperti tangguh, ulet, mempunyai
daya juang yang kuat serta pantang mengalah/menyerah.
c. Karakter jelek, misalnya licik, egois, serakah, sombong, tinggi hati
sombong, pamer, atau suka ambil muka, dan sebagainya.
d. Karakter baik, misalnya jujur, terpercaya, rendah hati, amanah, dan
sebagainya.
Melihat klasifikasi dan indikator di atas dapat disimpulkan bahwa

karakter anak yang diharapkan adalah karakter yang kuat dan baik. Kualitas

mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti yang merupakan

kepribadian khusus yang harus melekat pada diri seseorang.

Abu Lukman dkk (2015:80) berpendapat bahwa “The characters needed

to develop a variety of ways, such as empathy, obedience, self-control,

morality reasoning and conscience” yang menjelaskan pentingnya karakter

bagi seseorang untuk mengembangkan perilaku-perilaku manusia terhadap

orang lain. Bahwa manusia hidup tidak bisa sendiri dan membutuhkan

bantuan orang lain. Karakter yang baik akan menjadi bekal seseorang untuk

hidup di masyarakat bagaimana perilaku terhadap orang-orang disekitar.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


26

4. Pendidikan Karakter

Karakter yang bermacam-macam haruslah diajarkan dan mendapat

sesuatu tindakan yang mendidikan untuk generasi selanjutnya. Maka dari itu

kita sangat perlu tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut

Mushimin (2014:27) adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan

(action). Memperhatikan pelaksanaan pendidikan di Indonesia saat ini

tanpaknya mementingkan kecerdasan intelektual, jadi semakin terlihat apakah

masalah sesungguhnya, dan saat ini Indonesia membutuhkan pendidikan

karakter.

Mulai tahun 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus

menyisipkan karakter. Menurut kementrian pendidikan dalam (Listyarti,

2012:5-8) nilai karakter bangsa dapat dilihat pada table 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Nilai-Nilai Karakter Bangsa.


No Nilai Karakter Uraian
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleransi terhadap ibadah agama lain, dan hidup
rukun terhadap pemeluk agama lain.
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai peraturan.
5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


27

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan


belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang sudah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas.
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
9 Rasa ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
tahu mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10 Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
kebangsaan menenpatkan kepentingan bangsa dan negara
diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11 Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepeduan dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
12 Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
prestasi untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/ Tindakan yang meperlihatkan rasa senang
Komunikatif berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan
orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya, diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), negara.
15 Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan
bagi dirinya.
16 Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
lingkungan mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan yang sudah

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


28

terjadi.
17 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18 Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk
jawab melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya
maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Sumber: kementrian pendidikan (Listyarti, 2012:5-8)
Berdasarkan nilai-nilai karakter bangsa di atas, butir-butir nilai yang

dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dikelompokan

menjadi lima nilai utama yaitu nilai karakter dalam hubungannya dengan

Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan. Nilai karakter yang

hubngannya dengan Tuhan adalah nilai religius. Nilai karakter yang

hubungannya dengan diri sendiri adalah nilai jujur, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca dan tanggung jawab. Nilai

karakter yang hubungannya dengan sesama manusia adalah toleransi,

demokratis, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, peduli sosial,

dan cinta damai. Nilai karakter yang hubungannya dengan lingkungan adalah

peduli lingkungan. Nilai karakter yang hubungannya dengan kebangsaan

adalah semangat kebangsaan.

Langkah-langkah pendidikan karakter menurut Listyarti (2012:8)

berdasarkan totalitas dan pendidikan psikologi dan sosiokultural dapat

dikelompokan sebagai berikut:

a. Olah hati, olah pikiran, olah rasa/karsa, dan olahraga.


b. Beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab,
berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah rela
berkorban, dan berjiwa patriotik.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


29

c. Ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong


royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum,
bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja.
d. Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal. Berdaya tahan,
bersahabat, kooperatif, determinative, kompetitif, ceria, gigih, cerdas,
kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berfikir terbuka, produk
beriorentasi IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) dan
reflektif.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa semua pengelompokan

karakter meninjau dari sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan orang lain.

Empat ciri-ciri dasar pendidikan kharakter menurut Adisusilo (2014:78) yaitu:

1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan


seperangkat nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
2. Koherensi yang member keberanian, yang membuat seseorang teguh
pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi.
Koherensi ini merupakan dasar yang membangun rasa satu sama
lain, tanpa koherensi maka kredibilitas seseorang akan runtuh.
3. Otonomi maksudnya seseorang menginternalisasikan nilai-nilai
pribadi, menjadi sifat yang melekat, melalui keputusan bebas tanpa
paksaan dari orang lain.
4. Teguh dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang
guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan
dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Menurut uraian di atas, peneliti melihat bahwa watak seseorang dapat

dibentuk, dan dapat dikembangkan dengan pendidikan nilai. Pendidikan nilai

ini akan membawa pada pengetahuan nilai yang akan membawa ke proses

internalisasi yang akan mendorong seseorang untuk mewujudkannya dalam

tingkah laku, dan pada akhirnya pengulangan tingkah laku yang sama akan

membentuk watak seseorang.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


30

Ditinjau secara umum, tujuan belajar dan dapat dihubungkan dengan

tujuan pembelajaran karakter menurut Salahudin, Anas dan Irwanto (2013:61)

yaitu:

a. Untuk mengetahui pengetahuan

Pemikiran pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat

dipisahkan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar

perkembangannya dalam kegiatan belajar.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep juga memerlukan keterampilan, menyangkut

persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir, serta kreativitas untuk

menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik,

guru lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan

kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir tanpa melupakan

penggunaan pribadi guru dengan contoh atau model.

Berikut ini disajikan keterkaitan antara nilai-nilai, jenjang kelas, dan

indikator untuk nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa pada jenjang

sekolah dasar menurut Kemendikbud dalam (Mujtahid 2017:80). Indikator-

indikator tersebut berkembang secara progresif, artinya perilaku yang

dirumuskan dalam indikator untuk jenjang kelas 1-3 lebih sederhana

dibandingkan perilaku untuk jenjang kelas 4-6. Keterkaitan nilai-nilai

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


31

pendidikan budaya dan karakter bangsa dan indikator untuk sekolah dasar

dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Keterkaitan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter


bangsa dan indikator untuk sekolah dasar.
Indikator
Nilai Karakter &
Kelas 1-3 Sekolah Kelas 4-6 Sekolah
Dedkripsi
Dasar Dasar
Religius:sikap dan Mengenal dan Mengagumi sistem dan
perilaku yang patuh mensyukuri tubuh dan cara kerja organ-oergan
dalam melaksanakan bagian sebagai ciptaan tubuh manusia yang
ajaran agama yang Tuhan melalui cara sempurna dalam
dianutnya, toleransi merawatnya dengan sinkronisasi fungsi
terhadap pelaksanaan baik. organ.
ibadah agama lain serta Mengagumi kebesaran Bersyukur kepada
hidup rukun dengan Tuhan karena Tuhan karena memiliki
agama lain. kelahirannya di dunia keluarga yang
dan hormat kepada menyayanginya.
orangtuanya.
Mengagumi Merasakan kekuasaan
kekuasaan Tuhan yang Tuhan yang telah
telah menciptakan menciptakan berbagai
berbagai jenis bahasa keteraturan dalam
dan suku bangsa. bahasa.
Senang mengikuti Merasakan manfaat
aturan kelas dan aturan kelas dan sekolah
aturan sekolah untuk sebagai keperluan untuk
kepentingan bersama. hidup bersama.
Senang bergaul Membantu teman yang
dengan teman sekelas memerlukan bantuan
dan satu sekolah sebagai suatu ibadah
dengan berbagai serta kebijakan.
perbedaan yang telah
diciptakan-Nya.
Jujur: Tidak meniru jawaban Tidak meniru pekerjaan
Perilaku yang teman (menyontek) temannya dalam
didasarkan pada upaya ketika ulangan atau mengerjakan tugas
menjadikan dirinya mengerjakan tugas di dirumah.
sebagai orang yang kelas.
selalu dapat dipercaya Menjawab pertanyaan Mengatakan dengan
dalam perkataan, guru tentang sesuatu sesungguhnya sesuatu

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


32

tindakan dan pekerjaan berdasarkan yang yang telah terjadi atau


diketahuinya. yang dialaminya.
Mau bercerita dalam Mau bercerita tentang
kesulitan dirinya kesulitan menerima
dalam berteman. pendapat temennya.
Menceritakan sesuatu Mengemukaan pendapat
kejadian berdasarkan tentang sesuatu sesuai
yang diketahuinya. dengan keyakinannya.
Mau mangatakan Mengemukakan
tentang ketidaknyamanan
ketidaknyamanan dirinya dalam belajar
suasana belajar di disekolah.
kelas.
Toleransi: Tidak mengganggu Menjaga hak teman
Sikap dan tindakan yang teman yang berlainan yang berbeda agama
menghargai perbedaan agama dalam untuk melaksanakan
agama, suku, etnis, beribadah. ajaran agamanya.
pendapat, sikap, dan Mau bertegur sapa Menghargai pendapat
tindakan orang lain yang dengan teman yang yang berbeda sebagai
berbeda dari dirinya. berbeda pendapat. sesuatu yang alamai dan
insani.
Membantu teman Bekerja sama dengan
yang mengalami teman yang beda agama,
kesulitan walaupun suku dan etnis dalam
berbeda dalam agama, kegiatan-kegiatan kelas
suku dan etnis. dan sekolah.
Menerima pendapat Bersahabat dengan
teman yang berbeda teman yang berbeda
dari pendapat dirinya. pendapat.
Disiplin: Datang ke sekolah dan Menyelesaikan tugas
Tindakan yang masuk kelas pada pada waktunya.
menunjukkan perilaku waktunya.
tertib dan patuh pada Melaksanakan tugas- Saling menjaga dengan
berbagai peraturan dan tugas kelas yang teman agar semua
ketentuan. menjadi tanggung tugas-tugas kelas
jawabnya. terlaksana dengan baik.
Duduk pada tempat Selalu mengajak teman
yang telaha menjaga ketertiban
didetapkan. kelas.
Menaati peraturan Memingatkan teman
kelas dan sekolah. yang melanggar
peraturan dengan kata-

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


33

kata sopan dan tidak


menyinggung.
Berpakaian rapih. Berpakaian sopan dan
rapih.
Mematui aturan Mematuhi aturan
permainan. sekolah.
Kerja keras: Mengerjakan semua Mengerjakan tugas
Perilaku yang tugas dengan dengan teliti dan rapi.
menunjukkan upaya sungguh-sungguh.
sungguh-sungguh dalam Mencari informasi Mencari informasi dan
mengatasi berbagai dari luar buku dan sumber-sumber di luar
hambatan belajar, tugas, sumber pelajaran. sekolah.
dan menyelesaikan Menyelesaikan PR Mengerjakan tugas-
tugas dengan sebaik- pada waktunya. tugas dari guru pawa
baiknya. waktunya.
Menggunakan Focus pada tugas-tugas
sebagian waktu di yng diberikan guru di
kelas untuk belajar. kelas.
Mencatat dengan Mencatat dengan
sungguh-sungguh sungguh-sungguh
sesuatu yang sesuatu yang dibaca,
ditugaskan guru. diamati, dan didengar
untuk kegiatan kelas.
Kreatif: Membuat suatu karya Membuat berbagai
Berpikir dan melakukan dari bahan yang kalimat baru dari sebuah
seuatu yang tersedia di kelas. kata.
mengasilkan cara atau Mengusulkan sesuatu Bertanya tentang
hasil baru bedasarkan kegiatan baru di kelas. sesuatu yang berkenaan
sesuatu yang telah dengan pelajaran tetapi
dimiliki. di luar cangkupan
materi pelajaran.
Menyatakan Membuat karya tulis
perasaanya dalam tentang hal yang baru
gambar, seni, bentuk- tapi terkait dengan
bentuk komunikasi materi pelajaran.
lisan dan tulis.
Melakukan tindakan- Melakukan penghijauan
tindakan untuk atau penyegaran
membuat kelas halaman sekolah.
menjadi sesuatu yang
nyaman.
Mandiri: Melakukan tugas Mencari sumber untuk

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


34

Sikap dan perilaku yang sendiri tugas kelas menyelesaikan tugas


tidak mudah tergantung yang menjadi sekolah tanpa bantuan
pada orang lain dalam tanggung jawabnya. pustakawan sekolah.
menyelesaikan tugas- Mengerjakan PR tanpa Mengerjakan PR tanpa
tugas. meniru pekerjaan menitu pekerjaan
teman. temannya.
Demokratis: Menerima ketua kelas Membiasakan diri
Cara berpikir, bersikap, terpilih berdasarkan bermusyawarah dengan
dan bertindak yang suara terbanyak. teman-teman.
menilai sama hak dan Memberikan suara Menerika mekalahan
kewajiban dirinya dan dalam pemilihan di dalam pemilihan dengan
orang lain. kelas dan sekolah. ikhlas.
Mengemukakan Mengemukakan
pikiran tentang teman- pendapat tentang teman
teman sekelas. yang jadi pemimpinnya.
Ikut membantu Member kesempatan
melaksanakan kepada teman yang
program ketua kelas. menjadi pemimpinnya
untuk bekerja.
Menerima arahan dari Melaksanakan kegiatan
ketua kelas, ketua yang dirancang oleh
kelompok, dan OSIS. teman yang menjadi
pemimpinnya.
Rasa ingin tahu: Bertanya pada guru Bertanya atau membaca
Sikap dan tindakan yang dan teman tentang sumber di luar buku teks
selalu berupaya untuk materi pelajaran. tentang materi yang
mengetahui lebih terkait dengan pelajaran.
mendalam dan meluas Bertanya kepada Membaca atau
dari sesuatu yang sesuatu tentang gejala mendiskusikan gejala
dipelajari, dilihat, dan alam yang baru alam yang baru terjadi.
didengar terjadi.
Bertanya kepada guru Bertanya tentang
tentang sesuatu yang beberapa beristiwa
didengar dari radio alam, sosail, budaya,
atau televisi. ekonomi, politik,
teknologi yang baru
didengar.
Bertanya tentang Bertanya tentang
berbagai peristiwa sesuatu yang terkait
yang dibaca dari dengan materi pelajaran
media cetak. tetapi di luar yang
dibahas di kelas.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


35

Semangat kebangsaan: Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa


Cara berfikir, bertindak, Indonesia ketika ada Indonesia ketika
dan berwawasan yang teman dari suku lain. berbicara di kelas.
menempatkan Menyanyikan lagu Menyanyikan lagu-lagu
kepentingan bangsa dan Indonesia Raya dan perjuangan.
Negara di atas lagu-lagu wajib.
kepentingan diri sendiri Mengagumi Menyukai berbagai
dan kelompoknya. banyaknya keragaman upacara adat di
bahasa di Indonesia. nusantara.
Mengakui persamaan Bekerja sama dengan
hak dan kewajiban teman dari suku, etnis,
antara dirinya dan budaya lain berdasarkan
teman sebangsa dari persamaan hak dan
suku, etnis dan budaya kewajiban.
lain.
Membaca buku-buku Menyadari bahwa setiap
mengenai suku bangsa perjuangan
dan etnis yang mempertahankan
berjuang bersama kemerdekaan dilakukan
dalam bersama oleh berbagai
mempertahankan suku, etnis yang ada di
kemerdekaan. Indonesia.
Cinta tanah air: Mengagumi Mengagumi posisi
Cara berpikir, bersikap, keunggulan geografis geografis wilayah
dan berbuat yang dan kesuburan tanah Indonesia dalam
menunjukkan kesetiaan, wilayah Indonesia. perhubungan laut dan
kepedulian, dan udara dengan Negara
penghargaan yang tinggi lain.
terhadap bahasa, Menyenangi Mengagumi kekayaan
lingkungan, sosial, keragaman budaya budaya dan seni di
budaya, ekonomi dan dan seni di Indonesia. Indonesia.
politik bangsa. Menyenangi Mengagumi keragaman
keragaman suku suku, etnis, dan bahasa
bangsa dan bahasa sebagai keunggulan
daerah yang dimiliki yang hadir di wilayah
Indonesia. Negara Indonesia.
Mengagumi Mengagumi sumbangan
keragaman hasil produk pertanian,
pertanian, perikanan, perikanan, flora, dan
flora, dan fauna fauna Indonesia bagi
Indonesia. dunia.
Mengagumi kekayaan Mengagumi peran hutan

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


36

hutan Indonesia. Indonesia bagi dunia.


Mangagumi laut serta Mengagumi peran laut
perannya dalam dan hasil laut Indonesia
kehidupan bangsa bagi bangsa-bangsa di
Indonesia. dunia.
Menghargai prestasi: Mengerjakan tugas Rajin belajar untuk
Sikap dan tindakan yang dari guru dengan berprestasi tinggi.
mendorong dirinya sebaik-baiknya.
untuk menghasilkan Berlatih keras untuk Berlatih keras untuk
sesuatu yang berguna berprestasi dalam olah menjadi pemenang
bagi masyarakat, raga dan kesenian. dalam berbagai kegiatan
mengakui, dan olah raga dan kesenian
menghormati di sekolah.
keberhasilan orang lain. Hormat kepada Menghargai kerja keras
sesuatu yang sudah guru, kepala sekolah
dilakukan guru, dan personalia lain.
kepada sekolah, dan
personalia sekolah
lain.
Menceritakan prestasi Menghargai upaya
yang dicapai orang orang tua untuk
tua. mengembangkan
berbagai potensi dirinya
melalui pendidikan dan
kegiatan lain.
Menghargai hasil Menghargai hasil kerja
kerja pemimpin di pemimpin dalam
masyarakat sekitar. menyejahterakan
masyarakat dan bangsa.
Menghargai tradisi Menghargai temuan-
dan hasil karya temuan yang telah
masyarakat di dihasilkan manusia
sekitarnya. dalam bidang ilmu,
teknologi, sosial,
budaya, dan seni.
Bersahabat/komunikatif: Bekerja sama dengan Memberikan pendapat
Tindakan yang kelompok di kelas. dalam kerja kelompok
memperlihatkan rasa di kelas.
senang berbicara, Berbiacara dengan Memberi dan
bergaul, dan bekerja teman di kelas. mendengarkan pendapat
sama dengan orang lain. dalam diskusi kelas.
Bergaul dengan temen Aktif dalam kegiatan

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


37

sekelas ketika sosial dan budaya kelas.


istirahat.
Bergaul dengan teman Aktif dalam kegiatan
lain kelas. organisasi sekolah.
Aktif dalam kegiatan
sosial dan budaya
sekolah.
Berbicara dengan Berbicara dengan guru,
guru, kepala sekolah, kepala sekolah, dan
dan personalia sekolah personalia sekolah
lainnya. lainnya.
Cinta damai: Tidak menggunakan Mendamaikan teman
Sikap, perkataan, fisik dalam berselisih yang sedang berselisih.
perbuatan yang dengan teman.
menyebabkan orang lain Berbicara dengan Menggunakan kata-kata
merasa senang dan kata-kata yang tidak yang menyejukkan
aman atas kehadiran mengundang amarah emosi teman yang
dirinya. teman. sedang marah.
Tidak mengambil Ikut menjaga barang-
barang teman. barang di kelas.
Mengucapkan salam Menjaga keselamatan
atau selamat teman dikelas/sekolah
pagi/siang/sore ketika dari perbuatan jahil
bertemu dengan teman yang merusak.
pertama kali pada hari
itu.
Gemar membaca: Membaca buku atau Membaca buku dan
Kebiasaan menyediakan tulisan yang tulisan yang terkait
waktu untuk membaca diwajibkan guru. dengan mata pelajaran.
berbagai bacaan yang Membaca Koran atau Membaca buku novel
memberikan kebijakan majalah dinding. dan cerita pendek.
bagi dirinya. Membaca buku yang Membaca buku atau
ada dirumah tentang tulisan tentang alam,
flora, fauna dan alam. sosial, budaya, seni, dan
teknologi.
Peduli sesial: Membagi makanan Mengunjungi rumah
Sikap dan tindakan yang dengan teman. yatim dan panti jompo
selalu ingin member Berterimakasih Menghormati petugas-
bantuan kepada orang kepada petugas petugas sekolah.
lain dan masyarakat kebersihan sekolah.
yang membutuhkan. Meminjamkan alat Membantu teman yang
kepada teman yang sedang memerlukan

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


38

tidak membawa atau bantuan.


tidak punya.
Mengumpulkan uang Menyumbangkan darah
dan barang untuk untuk PMI.
korban bencana alam.
Peduli lingkungan: Buang air besar dan Membersihkan WC.
Sikap dan tindakan yang air kecil di WC.
selalu berupaya Membuang sampah di Membersihkan tempat
mencegah kerusakan tempatnya. sampah.
lingkungan alam Membersihkan Membersihkan
disekitarnya dan halaman sekolah. lingkungan sekolah.
mengembangkan upaya- Tidak memetik bunga Memperindah kelas dan
upaya untuk di taman sekolah. sekolah dengan
memperbaiki kerusakan tanaman.
alam yang sudah terjadi. Tidak menginjak Ikut memelihara taman
rumput di taman di halaman sekolah.
sekolah.
Menjaga kebersihan Ikut dalam kegiatan
rumah. menjaga kebersihan
lingkungan.
Sumber: Kemendikbud dalam (Mujtahid 2017:80)
Berdasarkan tabel 2.2 dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator pada

kelas rendah dan tinggi terdapat banyak perbedaan. Dimana pada kelas rendah

masih berfokus tentang diri sendiri. Sedangkan untuk kelas tinggi yaitu kelas

4-6 mereka tidak hanya berfokus pada diri sendiri melainkan sudah terjur

dalam lingkungan sekitar.

Setidaknya ada empat alasan mendasar mengapa sekolah perlu

bersungguh-sungguh mendirikan tempat pendidikan karakter:

a. Karena banyak keluarga yang kurang memaksimalkan pendidikan

karakter.

b. Sekolah juga tidak hanya bertujuan untuk menjadikan anak yang cerdas

tetapi juga anak yang baik.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


39

c. Kecerdasan seseorang bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan.

d. Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan hanya

tugas tambahan dari seorang guru melainkan tanggung jawab yang

melekat pada seorang guru.

Manakala sekolah akan melaksanakan pendidikan karakter, maka

sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan karakter. Ada

sebelas prinsip-prinsip pendidikan karakter menurut Saptono (2011: 25-26)

yaitu:

a. Sekolah harus berkomitmen pada nilai-nilai etnis inti.


b. Karakter harus dipahami secara utuh, mencangkup pengetahuan atau
pemikiran, perasaan, dan tindakan
c. Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis dalam
pembelajaran karakter dan tidak sekedar menunggu datangnya
kesempatan.
d. Sekolah harus membangun suasana saling memperhatikan satu sama lain
dan menjadi dunia kecil (mikrokosmos) melalui masyarakat yang saling
peduli.
e. Kesempatan untuk mempraktikkan tindakan moral harus bervariasi dan
tersedia bagi semua.
f. Studi akademis harus menjadi hal utama.
g. Sekolah perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan motivasi intrinsik
siswa yang mencangkup nilai-nilai inti.
h. Sekolah perlu bekerja bersama dan mendialogkan norma mengenai
pendidikan karakter.
i. Guru dan siswa harus berbagi dalam kepemimpinan moral sekolah.
j. Orang tua dan masyarakat harus menjadi rekan kerja dalam pendidikan
karakter di sekolah.
k. Harus dilakukan evaluasi mengenai mengenai efektivitas pendidikan
karakter di sekolah, terutama terhadap guru dan karyawan serta siswa.

Berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan karakter di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter jika sekolah harus melaksanakan

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


40

pendidikan karakter maka perlu memperhatikan banyak hal seperti memahami

karakter itu sendiri tanpa meninggalkan studi akademis yang ada di sekolah

tersebut. Sekolah juga harus berkerja sama dengan seluruh warga sekolah,

orang tua dan masyarakat agar prinsip-prinsip pendidikan karakter dapat

terlaksana dengan baik dan maksimal.

5. Peran orang tua terhadap pembentukan karakter siswa

Pada keluarga inti peranan utama pendidikan terletak pada ayah dan ibu.

Keluarga hendaknya menjadi sekolah untuk kasih sayang, atau tempat belajar

yang penuh cinta sejati dan kasih sayang. Menurut Gunadi (dalam Mukti,

Amini 2008:108) ada tiga peran utama yang dapat dilakukan ayah ibu dalam

mengembangkan karakter anak:

1. Kewajiban menciptakan suasana aman dan tentram. Tanpa ketentraman,


akan sukar bagi anak untuk belajar apapun dan anak akan mengalami
hambatan dalam pertumbuhan jiwanya. Ketegangan atau ketakutan adalah
wadah yang buruk bagi pertumbuhan karakter anak.
2. Menjadi panutan yang positif bagi anak sebab anak belajar terbanyak dari
apa yang dilihat bukan dari apa yang didengar. Karakter orang tua yang
diperlihatkan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang
akan diserap oleh anak.
3. Mendidik anak artinya mengajarkan karakter yang baik dan
mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan apa yang telah
diajarkan.

Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa orang tua harus bisa

mengelola suasana dalam keluarga agar tetap harmonis dengan cara menjadi

contoh bagi anak-anaknya agar bisa di tiru oleh anak dan menjadi pelajaran

bagi anak. Secara terperinci Zubaedi (2011:145-147) mengemukakan

setidaknya terdapat 10 cara yang dapat dilakukan ayah-ibu untuk melakukan

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


41

pengasuhan yang tepat dalam rangka pengembangan karakter yang baik pada

anak, antara lain:

a. Menempatkan tugas ayah ibu sebagai agenda utama. Ayah-ibu yang baik

akan secara sadar akan merencanakan dan memberikan waktu yang cukup

untuk tugas keayah-bundaan (perenting). Mereka akan meletakkan agenda

pembentukan karakter anak sebagai prioritas utama.

b. Mengevaluasi cara ayah ibu dalam menghabiskan waktu selama

sehari/seminggu. Ayah-ibu perlu memikirkan jumlah waktu yang ia lalui

bersama anak-anak. Penelitian dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa

seorang ayah bersama anak sehari-harinya ternyata tidak lebih dari 19

menit. Ayah-ibu perlu merencanakan cara yang sesuai dalam melibatkan

diri bersama anak-anak, melalui berbagai kegiatan sehari-hari seperti

belajar bersama, makan bersama, mendongeng sebelum tidur.

c. Menyiapkan diri menjadi contoh yang baik. Setiap anak memerlukan

contoh yang baik dari lingkungannya. Ayah-ibu, baik atau buruk

merupakan lingkungan terdekat yang banyak ditiru oleh anak. Hal ini tidak

dapat dihindari, karena anak sedang dalam masa imitasi dan identifikasi.

d. Membuka mata dan telinga terhadap apa saja yang sedang mereka

serap/alami. Anak-anak ibarat spons kering yang cepat menyerap air.

Kebanyakan yang mereka serap adalah yang berkaitan dengan nilai-nilai

moral dan karakter. Berbagai media seperti buku, lagu, film, TV, play

station, internet, handphone, dan BlackBerry, secara terus-menerus

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


42

memberikan pesan pada anak dengan cara yang mengesankan, baik pesan

yang bermoral maupun yang tidak bermoral. Oleh karena itu ayah-ibu

harus menjadi pengamat yang baik untuk menyeleksi berbagai pesan-pesan

dari berbagai media yang digunakan anak.

e. Menggunakan bahasa karakter. Anak-anak akan dapat mengembangkan

karakternya jika ayah-ibu menggukan bahasa yang lugas dan jelas tentang

tingkah laku baik dan buruk. Ayah-ibu perlu menjelaskan pada anak

tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan berikut alasannya.

f. Memberikan hukuman dengan kasih sayang. Hukuman yang diberikan

kepada anak ketika ia melanggar batasan atau rambu-rambu moral atau

karakter. Hukuman yang diberikan untuk mencegah sikap manja anakk

yang akibatnya anak akan menjadi susah diatur. Untuk itu, hukuman

bersifat mendidik, agar ia mau belajar. Anak-anak perlu memahami bahwa

ayah-ibu memberikan hukuman adalah kerena ayah-ibu sayang pada

mereka. Tentu saja, ayah-ibu perlu memahami dengan baik tentang syarat

dan cara memberikan hukuman yang mendidik pada anak.

g. Belajar untuk mendengarkan anak. Ayah-ibu perlu selalu mengalokasikan

waktu untuk mendengarkan anak-anak. Ayah-ibu perlu menegaskan akan

anak-anak tahu bahwa apapun yang mereka ceritakan itu sangat penting

dan menarik. Tentu hal ini harus selaras dengan sikap ayah-ibu sewaktu

mendengarkan anak, misalnya dengan duduk sejajar dengan mata anak,

memangku, atau mengobrol santai selepas makan malam, dan bukan

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


43

mendengarkan sambil membaca koran atau menonton televisi. Jadi ayah-

ibu perlu berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, dengan

meluangkan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesah dan cerita

anak.

h. Terlibat dalam kehidupan sekolah anak. Sekolah merupakan bagian penting

dalam kehidupan sehari-hari anak. Selama di sekolah, anak bukan hanya

mengalami hal-hal menyenangkan, tetapi juga menghadapi berbagai

masalah, kekecewaan, perselisihan pendapat atau kekalahan. Ayah-ibu

perlu membantu dalam menyiapkan anak untuk menghadapi semua itu.

Jika anak berhasil melalui berbagai masalahnya disekolah, karakter anak

juga makin kukuh dan anak makin percaya diri menatap masa depan.

i. Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja. Ayah-ibu meskipun sibuk

perlu meluangkan waktu untuk makan malam bersama anak setidaknya

sekali dalam sehari (makan pagi atau makan malam). Makan bersama

merupakan sarana yang baik untuk berkomunikasi dan menanamkan nilai

yang baik. Melalui percakapan ringan saat makan, anak tanpa sadar akan

menyerap berbagai peraturan dan perilaku yang baik.

j. Tidak mendidik anak melalui kata-kata saja. Ayah-ibu perlu membantu

anak dalam pengembangan karakter yang baik melalui contoh tentang

berbagai sikap dan kebiasaan baik seperti kedisiplinan, hormat, santun, dan

tolong menolong. Karakter anak tidak akan berkembang baik jika hanya

melalui nasehat ayah-ibu. Fondasi dalam pengembangan karakter adalah

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


44

perilaku. Oleh karena itu, ayah-ibu harus berupaya berperilaku baik agar

langsung dicontoh oleh anak.

Berdasarkam cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk

melakukan pengasuhan yang tepat maka ayah pada jaman sekarang beda

dengan jaman dulu, selain bertugas mencari nafkah, ayah juga diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan lainnya dan menciptakan kebersamaan dalam

keluarga. Pada masa dulu, pengasuhan anak lebih cenderung kepada ibu

yang mengasuh. Namun, pada saat ini terjadi perubahan dimana ibu yang

mengasuh anak lebih intens menjadi ayah-ibu/orang tua yang mengasuh

anaknya.

Seorang anak memerlukan figur seorang ibu dan ayah bagi

pengembangan karakter anak. Pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya

sangat menentukan dan mempengaruhi kepribadian serta perilaku anak.

Dengan demikian seorang ibu dan ayah harus bersatu dan bersama-sama

untuk membentuk karakter anak agar sesuai dengan apa yang diinginkan.

6. Karakter Disiplin dan Mandiri

Disiplin memiliki nilai yang sangat bermakna, karena manusia

menghendaki ketertiban, teratur, tepat waktu, seimbang dan selaras. Apabila

tidak disiplin maka dianggap tidak teratur dan tidak tertib, sehingga

organisasi, mulai dari keluarga sebagai organisasi terkecil pun menerapkan

disiplin supaya tertib dan teratur. Pelatihan kedisiplinan juga dimulai dari

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


45

sekolah. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip

yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, terutama sikap demokratis,

sehingga peraturan disiplin berpedoman pada hal tersebut, yakni, dari, oleh,

dan untuk peserta didik. Untuk mendisiplinkan peserta didik terdapat 9

strategi sebagaimana dikemukakan pendapat Riesman dan Payne (dalam

Setiawan, Marwan, 2015: 176) yang secara garis besar sebagai berikut.

1. Self-concept (konsep diri), strategi ini menekankan bahwa konsep diri

merupakan faktor yang penting dari setiap perilaku individu. Untuk

menumbuhkan konsep diri, guru bersikap empati, menerima, hangat, dan

terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan dalam arti

memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru melalui

pikiran dan perasannya dalam memecahkan masalah.

2. Communication skills (ketrampilan berkomunikasi), guru harus mampu

berkomunikasi efektif, sehingga dapat mendorong timbulnya kepatuhan

peserta didik dan menerima perasaannya.

3. Natural and logical consenquences (konsekuensi-konsekuensi logis dan

alami), guru disarankan; (a) menunjukkan secara tepat perilaku yang

salah, sehingga dapat membantu peserta didik dalam mengatasi

perilakunya yang salah, dan (b) memanfaatkan akibat-akibat logis dari

perilaku yang salah.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


46

4. Values clarification (klarifikasi nilai), guru membantu peserta didik

dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan

membentuk sistem nilainya sendiri.

5. Transactional analysis (analisis transaksional), guru belajar sebagai

orang dewasa, terutama berhadapan dengan peserta didik yang

menghadapi masalah.

6. Reality therapy (terapi realitas), guru harus bersikap positif dan tanggung

jawab.

7. Assertive discipline (disiplin yang terintegrasi), guru harus mampu

mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan,

prinsip-prinsip perilaku yang sistemik diimplementasikan di kelas, dan

menunjukkan nama peserta didik yang berperilaku menyimpang.

8. Behavior modification (modifikasi perilaku), dalam pembelajaran perlu

diciptakan lingkungan yang kondusif, karena perilaku yang salah

disebabkan oleh lingkungan.

9. Dare to disciplie (tantangan bagi disiplin), guru cekatan dan tegas dalam

pengendalian, sehingga peserta didik mengetahui dan menerima batasan-

batasan serta mampu memposisikan dirinya dalam berbagai situasi dan

kondisi.

Menurut Robert J. Havighurst (dalam Rianti, Maya, Sugiarti, 2015: 17-37)

a. Aspek Emosi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan kalian dalam mengontrol

emosi dan tidak selalu bergantung pada orang tua. Misalnya, saat kalian

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


47

menjadi murid di sekolah atau tempat les, kalian mampu mengendalikan

diri untuk beradaptasi dengan lingkungan dan segala peraturan yang ada.

b. Aspek ekonomi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan kalian dalam mengatur

ekonomi atau keuangan dan tidak menggantungkan kebutuhan ekonomi

pada orang tua. Maksudnya adalah bukan berarti kalian harus bekerja

mencari uang. Tetapi kemampuan kalian dalam mengatur uang saku atau

uang jajan yang diberikan orang tua dan bagaimana memanfaatkan uang

itu secara baik. Uang jajan yang diberikan orang tua sebaiknya jangan

dihabiskan semua, sebagian dikumpulkan atau ditabung untuk memenuhi

kebutuhan yang lain.

c. Aspek Intelektual

Aspek ini ditujukkan dengan kemampuan kalian dalam mengatasi

masalah yang ada. Misalnya ketika sedang asyik bersepeda tiba-tiba ban

sepeda bocor. Nah kemampuan kalian untuk tidak merasa panik dan

berusaha mencari jalan keluar atas masalah ini dengan mambawa sepeda

ke bengkel sepeda adalah aspek kemandirian intelektual yang teman

miliki.

d. Aspek Sosial

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan kalian dalam berinteraksi

dengan orang lain dan tidak bergantung atau menunggu aksi dari orang

lain. Misalnya jika kalian menjadi murid baru di kelas, kemampuan

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


48

kalian untuk mau berkenalan dengan teman baru dan berinteraksi dengan

teman lainnya adalah contoh aspek kemandirian sosial.

Manfaat Menjadi anak mandiri menurut Robert J. Havighurst (dalam Rianti,

Maya, Sugiarti, 2015: 21-23) sebagai berikut:

1. Menumbuhkan rasa percaya diri

bersikap mandiri berarti terbiasa mengandalkan kemampuan diri sendiri

tanpa harus bergantung atau menunggu pertolongan orang lain. Dengan

begitu kalian semakin yakin dan paham atas kemampuan diri kalian

masing-masing. Hal itulah yang akan menumbuhkan rasa percaya dirimu.

2. Menjadi anak yang bertanggung jawab

Selain mengandalkan kemampuan sendiri, mandiri juga mengharuskan

kalian untuk mengambil suatu keputusan dalam memenuhi suatu

kebutuhan atau masalah yang ada, dan tentunya setiap keputusan ada

konsekuensi yang harus diterima dan dipertanggungjawabkan. Itulah

mengapa dengan menjadi anak yang mandiri menjadikanmu anak yang

bertanggungjawab.

3. Berpikir kreatif dan kritis

Kemandirian menjadikan kalian untuk selalu berfikir kreatif dalam situasi

yang kalian hadapi. Selain itu kalian akan terbiasa berpikir kritis sebelum

memilih keputusan atau tindakan yang harus diambil, karena seperti yang

telah kita bahas sebelumnya setiap keputusan mengandung konsekuensi

yang harus dipertanggungjawabkan.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


49

4. Meningkatkan ketrampilan

Pernahkah kalian membantu pekerjaan ibu di rumah? Jika belum, maka

segeralah membantu orang tua kalian, membantu pekerjaan orang tua di

rumah dapat menjadi latihan bagi kalian untuk terampil mengurus diri

sendiri dan orang-orang di sekitar kalian, bahkan akan dapat

menumbuhkan rasa sayang kepada orang-orang di sekitar kalian. Dengan

membiasakan diri membantu orang tua, maka dengan sendirinya kalian

akan terlatih, terampil dan terbiasa untuk mengurus diri kalian saat kalian

berpisah dengan orang tua nanti, sehingga kalian tidak merasa ada beban

erat saat kalian mandiri.

B. Penelitian yang Relevan

Kajian pustaka tentu diperlukan oleh seorang peneliti dalam penelitian.

Penelitian terdahulu dapat dijadikan untuk acuan penulis dalam penelitian.

Sehingga penulis menggunakan beberapa referensi dan skripsi yang ada

hubungannya dengan judul skripsi penulis. Berikut ini merupakan penelitian

relevan yang berhubungan dengan judul skripsi penulis:

1. Rahmayanti, Sri, Anizar Ahmad, Fitriana (2016) tentang Peran orang tua

dalam membina nilai karakter anak di Kecamatan simpang Tigas Aceh besar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha orang tua dalam membina

nilai karakter anak di Kecamatan Simpang Tiga Aceh Besar dan untuk

mengetahui sistem pengawasan yang diterapakan oleh orang tua terhadap

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


50

anak. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Ateuk Lam Ura

Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan

untuk menemukan dan menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk

menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil yang

mengetahui peran orang tua dalam dari nilai-nilai karakter, tetapi sebagian

besar responden sudah berusaha menanamkan nilai karakter terhadap

anaknya, lebih dari setengah responden menanamkan nilai agama kepada anak

agar anak mempunyai akhlak yang mulia dan bermoral kedepannya, dan

umumnya suami dan istri yang berperan dalam membina nilai karakter anak.

2. Nenci Permata Sari (2016) tentang peran orang tua dalam pembentukan

karakter anak di Kota Padang (Studi Kasus AI di Kelurahan Jati Baru

Kecamatan Padang Timur). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran

orang tua dalam pembentukan karakter religius, pembentukan karakter jujur,

pembentukan karakter toleransi, pembentukan karakter disiplin, pembentukan

karakter kerja keras, pembentukan karakter kreatif dan pembentukan karakter

mandiri pada anak. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Orang tua memiliki peran

dalam pembentukan karakter religius pada anak dengan cara menjelaskan

kepada anak bahwa religius itu sangat penting serta menyerahkan anak untuk

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


51

belajar mengaji. b) Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter

jujur pada anak dengan cara tidak berbohong dihadapan anak. c) Orang tua

memiliki peran dalam pembentukan karakter toleransi pada anak dengan cara

menghargai pendapat anak, tidak membedakan anak serta mendukung apa

keputusan anak. d) Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter

disiplin pada anak dengan cara mengatur jadwal tidur anak dengan baik. e)

Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter kerja keras pada anak

dengan cara menjelaskan kepada anak bagaimana susahnya orang tua dalam

mencari nafka atau memenuhi kehidupan sehari-hari. f) Orang tua memiliki

peran dalam pembentukan karakter kreatif pada anak dengan cara

membiarkan anak melakukan kegiatan yang disenanginya, namun masih

dalam pengawasan orang tua dan memberikan fasilitas yang cukup untuk

anak. Sikap orang tua ketika anak memiliki kemajuan dan melakukan sesuatu

yang diluar dugaan orang tua, biasanya orang tua selalu memuji anak. g)

Orang tua memiliki peran dalam pembentukan karakter mandiri pada anak

dengan cara memberikan tugas dan tanggung jawab kepada anak. Tujuannya

yaitu agar anak lebih bisa mandiri tanpa bantuan orang lain.

3. Hidayati Abna dkk (2014) tentang the development of character education

curriculum for elementary student in West Sumatera. Penelitian ini

bertujuan untuk menghasilkan kurikulum pendidikan karakter yang

benar di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan

kuantitatif dengan data yang digunakan menggunakan observasi,

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


52

wawancara dan dokumentasi untuk desain kurikulum dan kuisioner

dianalisis untuk menentukan kondisi palaksanaan pendidikan karakter

sehari-hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi karakter dalam

kondisi baik. Namun berdasarkan hasil wawancara pendidikan karakter

kurang efektif dan belum cukup dan belum cukup mampu membangun

karakter positif bagi siswa. Analisis dalam penelitian ini menunjukkan

mayoritas guru dan siswa telah menunjukkan bahwa pelaksanaan

pendidikan karakter telah menjadi kebutuhan mutlak dan untuk

dilaksanakan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di atas bahwa peran oarng tua

kurang maksimal terhadap pembentukan karakter anak. Alasan orang tua kurang

berperan dalam pembentukan karakter adalah kesibukan orang tua dan

kurangnya pemahaman terhadap penerapan pembentukan karakter terhadap

anak.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengkaji

tentang peran orang tua dalam pembentukan karakter. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini sama sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Teknik pengumpulan menggunakan wawancara dan dokumentasi.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada lokasi dan

kajiannya. Lokasi dalam penelitian di atas berada dalam lingkungan masyarakat

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018


53

disuatu daerah, sedangkan penelitian ini berada pada lingkungan sekolah.

Perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika penelitian

sebelumnya lebih berfokus pada karakter religius dan apa saja peran orang tua

terharap pembentukan karakter sedangankan penelitian ini meneliti tentang

karakter disiplin dan mandiri para orang tua menerapkan pembentukan karakter.

Penelitian sebelumnya berfokus pada karakter secara umum, sedangkan

penelitian ini berfokus pada karakter disiplin dan mandiri siswa.

Peran Orang Tua..., Isni Umayatus Safingah, FKIP UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai