Pancasila
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama dasar negara kita, negara
republik indonesia. Nama pancasila itu sendiri sebenarnya tidaklah terdapat baik di dalam
pembukaan UUD 1945. Namun telah cukup jelas bahwa pancasila yang dimaksud adalah lima
dasar negara indonesia, sebagaimana yang tercantum didalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yang berbunyi;
3. Persatuan indonesia
Pendidikan pancasila termasuk mata kuliah yang banyak terkena imbas proses
reformasi. Bukan hanya materinya yang banyak berubah. Proses pendidikan juga seharusnya
mengalami perubahan mendasar. Perubahan materi pendidikan pancasila menyangkut
amandemen terhadap UUD 1945 tentang ketatanegaraan dan hak asasi manusia. Perubahan
proses perkulihan berkaitan dengan kebebasan yang lebih besar kepada mahasiswa untuk
memrefleksikan dan bersikap kritis terhadap implementasi kebijakan pemerintah.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Berkaitan dengan urgensi pendidikan pancasila di perguruan tinggi, yaitu seberapa jauh
pentingnya pendidikan pancasila bagi mahasiswa dilaksanakan di perguruan tinggi. Sebelum
membahas lebih jauh akan dibahas terlebih dahulu mengenai hakikat pancasila. Memahami
hakikat pancasila berarti memahami makna pancasila. Artinya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara bahwa pancasila mempunyai fungsi dan peran tersendiri. Sudah jelas pancasila dasar
negara, namun disamping itu pancasila mempunyai fungsi sebagai pandangan hidup bangsa.
Artinya bahwa pandangan hidup sebuah bangsa lahir dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu
sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk mewujudkan.
Meliahat betapa pentingnya fungsi pancasila dalam kehidupan bangsa indonesia maka
sudah seharusnya pancasila dipahami secara menyeluruh dan mendalam oleh orangnya sendiri.
Salah satu sarana dalam proses memahami pancasila adalah melalui pendidikan formal mulai
dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Pendidikan pancasila sudah diatur
sedemikian rupa dalam sebuah peraturan. Dasar hukum pelaksanaan pendidikan pancasila di
lembaga pendidikan formal bersumber pada TAP MPR no II/MPR/1998 tentang GPHN yang
menetapkan antara lain : pendidikan pancasila termasuk pendidikan pedoman penghayatan dan
pengamalan pancasila, pendidikan moral pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa serta
unsur-unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai
perjuangan khususnya nilai-nilai 45 pada generasi muda, dilanjutkan dan makin ditingkatkan di
semua jenis jenjang pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Landasan Historis
Landasan historis adalah landasan-landasan fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi
pengembangan pendidikan pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan, pengembangan
materinya, rancangan modal pembelajaranya, dan evaluasinya.
Formasi pendidikan pancasila tentu saja tidak hanya memiliki prespektif waktu kebelakang yang
berisi alasan-alasan historis perlunya perilaku tertentu bagi generasi muda. Pada dasarnya,
tujuan pendidikan pancasila memformulasikan apa yang penting dari masa lampau, masalah
yang dihadapi pada sekarang, dan cita-cita tentang kehidupan ideal dimasa lampau.
Landasan Kultural
Landasan Yuridis
Landasan yuridis menyangkut aturan perundang-undangan yang mendasari
pelaksanaan pendidikan pancasila. Landasan yuridis dapat ditelusuri dari UUD 1945, ketetapan
MPR, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri, keputusan direktur jenderal,
dan lain-lain.
Ketetapan MPR yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan pancasila adalah GBHN.
Ketetapan MPR nomor IV 1999 tentang GBHN menyatakan misi pembangunan adalah
pengamalan pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Arah kebijakan di bidang pendidikan antara lain membangun manusia indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti, pemberdayaan
lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai, dan untuk itu perlu menyusun kurikulum
nasional dan kurikulum lokal.
Undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 1989 pasal 39 menyatakan bahwa isi
kurikulum setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan adalah pendidikan pancasila, pendidikan
agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Oleh karena itu, pendidikan pancasila perguruan tinggi harus terus menerus ditingkatkan
kualitas materinya dan efektivitas metodenya sehingga lulusan perguruan tinggi mampu menjadi
warga negara yang berperan aktif.
Peraturan pemerintah Nomor 60 tahun 1999 pasal 13 membawa implikasi bagi
keputusan menteri pendidikan nasional tentang pedoman penyusunan kurikulum
pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa yang menetapkan bahwa pendidikan
pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan termasuk mata kuliah
pengembangan kepribadian.
Landasan Filosofis
Tujuan pendidikan pancasila dapat dilacak keterkaitannya dengan tujuan nasional dan
tujuan pendidikan nasional.Tujuan pendidikan pancasila adalah agar subjek didik memiliki moral
yang sesuai dengan nilai pancasila moralitas itu mampu itu terwujud dalam kehidupan sehari-
hari (UU No.2 Tahun 1989).Perilaku moral adalah perilaku keimanan dan ketakwaan terhadap
tuhan yang maha esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, perilaku
kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa indonesia.
Adapun tujuan pendidikan pancasila di perguruan tinggi adalah agar mahasiswa:
1. Dapat memahami dan mampu melaksanakan jika pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan
sebagai warganegara indonesia.
3. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma pancasila, sehingga
mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan iptek dan
pembangunan.
4. Membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dengan menerapkan strategi heuristik terhadap nilai-nilai pancasila.
Tujuan mempelajari pancasila adalah mengetahui pancasila yang benar, yakni yang dapat
dipertanggung jawabkan baik secara yuridis. Secara yuridis-konstusional karena pancasila
adalah dasar negara yang dipergunakan sebagai dasar pengatur/menyelenggarakan
pemerintahan negara. Secara objektif ilmiah karena pancasila adalah suatu paham filsafat, yang
uraiannya harus logis dan dapat diterima oleh akal sehat.Selanjutnya pancasila yang benar itu
diamalkan sesuai dengan fungsinya dan kemudian pancasila yang benar kita amalkan agar jiwa
dan semangat, perumusan, sistematiknya sudah tepat dan benar.Tujuan itu sebenarnya bertitik
tolak pada salah satu manusia yaitu sifat atau hasrat “ingin tahu”.
Setiap bangsa berdiri kokoh, kuat, dan senatiausa perlu mengetahui dengan jelas kearah
mana tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu perlu juga bangsa itu memiliki pandangan hidup.
Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan watak yang sudah berurat-akar didalam. Pancaslia dapat dilihat sebagai
reprentasi ideal-ideal pokok kita tentang nasional dan demokrasi sekaligus.
Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar
tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagai jelas tercantum salam alinea IV.
Pembukaan UUD 1945 teresbut, maka peraturan perundangan-undangan RI yang dikeluarkan
negara dan pemerintah RI haruslah pula sejiwa dengan didasari oleh negara pancasila. Bahkan
dalam ketetapan MPRS xx/MPRS/1966 ditegaskan bahwa pancasila itu adalah sumber dari
segala hukum. (sumber hukum formal: undang-undang, kebiasaan, traktat, Jurisprudensi, hakim,
ilmu pengetahuan hukum). (Kosil, 1986, halaman 82-83).
Sebagai dasar negara dan ideologi negara pancasila harus menjadi paradigma dalam setiap
pembaharuan hukum. Materi-materi atau produk hukum dapat senantiasa berubah dan diubah
sesuai dengan perkembangan jaman dan perubahan masyarakat karena hukum itu tidak berada
pada situasi vakum. Dan dalam pembaharuan hukum yang terus menerus itu pancasila tetap
harus menjadi kerangka berpikir dan sumber-sumber nilainya.
Pancasila adalah dasar politik yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara, dan
bermasyarakat. Maka bukan merupakan ideologi totaliter yaitu yang mengatur seluruh bidang
kehidupan manusia. Pancasila sebagai dasar negara mengatur dan mengarahkan seluk beluk
negara bukan seluruh hidup manusia.
Sila ketuhanan yang maha esa. Sejak jaman purbakala orang indonesia mengetahui dan
percaya tentang ada yang mutlak sebagai maha pencipta yang di sebut tuhan. Ajaran agama,
bahwa semua manusia adalah mahluk tuhan yang saling menghargai, telah membawa
ketentraman hubungan beragama yang hidup di indonesia. (konsil, 1986, hal.83-84)
Keberagaman masyarakat hari ini merata cukup puas dengan frame (ibadah, ritual) agama
menyentuh esensi. Maka itu wajar pikiran fanatik sempat dengan menganggap beda keyakinan
sebagai musuh negara. Keberagaman yang gagal ini serta merta melakukan berbagai
pelanggaran nilai kemanusiaan.
Sila kemanusian yang adil dan beradap. Dalam pidato bung karno 1 juni 1945 dasar
perikemanusian diebut juga internasionalisme. Menurut perumusan dewan perancang nasional
(depernas), perikemanusiaan adalah “ daya serta kaya budi dan hati nurani manusia untuk
membangun dan membentuk kesatuan manusia sesamanya, tidak terbatas oleh manusia pada
sesamanya yang terdekat saja, melainkan meliputi juga seluruh umat manusia”. Sikap, sifat dan
perbuatan bangsa indonesia senantiasa ( seharusnya ) memperlihatkan unsur-unsur
perikemanusiaan ( kansul, 1986, hlm, 85).
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan. Sifat kerakyatan yang hidup dalam masyarakat indonesia sejak dulu kala berbeda
dari pengertian demokrasi modern sifat kerakyatan yang indonesia adalah demokrasi yang
berdasarkan kekeluargaan dalam arti yang luas. Secara teori dan konstitusional kita telah
menerima demokrasi pancasila sebagai satu-satunya mekanisme pengambilan keputusan.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam kenyataan tata-kehidupan dan
penghidupan manusia keadilan sekurang-kurangnya tampak dalam tiga perwujudan yakni:
keadilan sosial, keadilan tukar menukar, dan keadilan membagi keadilan sosial adalah cipta,
kerja, rasa dan karya manusia untuk memberikan dan melaksanakan segala sesuatu yang
memajukan kemakmuran serta kesejahteraan bersama.
Onghokham dan andi actidian ( panitia bersama simposium, 2006, restorasi pancasila)
mengatakan bahwa pancasila mulai bergeser peranannya dari sebuah kontrak sosial menjadi
sebuah ideologi yang bertanding dengan ideologi-idelogi lain
Setelah peristiwa kudeta untung tanggal 1 oktober 1945, dilanjutkan dengan serangan
bertubi-tubi terhadap PKI yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa tersebut dan sasaran
pembantaian massal terhadap kader-kader partai itu di berbagai tempat di indonesia pancasila
sebagai sebuah ideologi politik mulai mendapat konteks pendukungnya.
Secara berturut-turut kita juga menyaksikan pada era Orde baru perumusan pancasila
menjadi ideologi dari kekuatan-kekuatan politik di indonesia disini penting bagi kita untuk
memikirkan kembali fungsi dan arti pancasila sebagai sebuah “kontrak sosial”, bukan ideologi
dan falsafah ( onghokham dan andi actidian, dalam restorasi pancasila,2006 ).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengembangan dan pendidikan pancasila perlu dilakukan oleh perguruan tinggi dalam
rangka melestarikan nilai-nilai pancasila dan menanamkan nilai moral positif. Yang terkandung
didalamnya pada generasi muda khususnya mahasiswa keberadaan mahasiswa yang
mempunyai penting dan vital. Selain itu karena pancasila sebagai dasar negara dan kepribadian
bangsa indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa harus dari dini diperkenalkan
dan diajarkan kepada masyarakat indonesia termasuk di perguruan tinggi. Sebagai pembentuk
intelektual yang bermoral ketuhanan dan kemanusiaan. Melalui pendidikan pancasila, peserta
didik akan menjadi manusia terlebih dahulu, sebelum memasuki iptek yang dipelajari nya.
Menjadi warga negara indonesia yang unggul dalam penugasan iptek, namun tidak kehilangan
jati dirinya dan tidak tercabut dari akar budaya bangsanya dan keimanannya.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Subiono dkk, 1988. Pendidikan pancasila di perguruan tinggi. Malang, PENERBIT IKIP MALANG
Kaelan, ms, 2002. Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Paradigma,, yogyakarta
Blog :