Nama :
Herdin Putra Ramadhan
NIM :
PO.71.20.1.20.087
Kelas 2B
Dosen Pengampuh :
Ns. Yunike, S.Kep.,
M.Kes
JUDUL
DAFTAR ISI........................................................................................................i
BAGIAN 1 : POLA ASUH ANANDA DI MASA PANDEMI
1.1 Definisi Pola Asuh...........................................................................................1
1.2 Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua....................................................................1
1.3 Tips Pola Pengasuhan yang Baik....................................................................3
1.4 Hasil Rangkuman Webinar Pola Asuh Ananda Di Masa Pandemi.................4
BAGIAN 2 : KOMUNIKASI EFEKTIF
2.1 Definisi Komunikasi Efektif............................................................................7
2.2 Tujuan Komunikasi Efektif.............................................................................8
2.3 Tips Komunikasi Efektif Pada Anak...............................................................9
2.4 Hasil Rangkuman Webinar Komunikasi Efektif.............................................10
BAGIAN 3 : PENEGAKAN DISIPLIN POSITIF
3.1 Definisi Disiplin Positif...................................................................................12
3.2 Tips Penegakan Disiplin Positif......................................................................13
3.3 Hasil Rangkuman Webinar Penegakan Disiplin Positif..................................14
DAFTAR PUSTAKA
i
BAGIAN 1
POLA ASUH ANANDA DI MASA PANDEMI
1
1. Pola Asuh Permisif Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala
aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh
anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.
2. Pola Asuh demokratis Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah
pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang
dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.
3. Pola Asuh Situasional Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak
berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan
secara luwes disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat
itu.
2
3. Authoritative Orang tua dengan pengasuhan authoritative disebut dengan
orang tua yang demokratis. Dalam pengasuhan orang tua tetap memiliki
standar perilaku dan juga tetap responsif terhadap kebutuhan anak. Ciri
pengasuhan demokratis, orang tua mendengarkan pendapat anak,
mengarahkan, menghargai, menerapkan standar perilaku dengan jelas dan
konsisten serta tetap mengenali kebutuhan penting bagi anak. Di masa
depan, anak yang mendapatkan pengasuhan demokratis, cenderung
menjadi pribadi yang hangat, merasa dihargai, percaya diri, memiliki
kematangan emosi dan sosial yang baik.
3
6. Berikan tanggungjawab.
Mengajarkan tanggung jawab kepada anak dapat dilakukan
sedini mungkin agar anak dapat perduli terhadap sekitarnya.
7. Penuhi kebutuhan gizi Makanan merupakan faktor penting
yang menentukan kecerdasan anak.
8. Menciptakan lingkungan yang positif.
Lingkungan yang mendukung terhadap bakat dan kreativitas anak,
orangtua yang selalu memberikan pandangan positif pada anak, akan
dapat membentuk anak menjadi individu yang lebih mandiri dan tidak
mudah putus asa.
9. Aktif berkomunikasi dengan anak.
Ada baiknya bila anak dan orangtua saling terbuka, sehingga anak
akan lebih nyaman untuk bercerita kepada orangtua.
4
2. Fase critical pada pekan kedua:Yang ringan akan sembuh, yang berat bisa
kritis hingga wafat
3. Pada anak-anak tidak ada bukti adanya fase critical, melainkan hanya fase
flu like kemudian recovery
4. Fase recovery pada pekan
ketiga. Diagnosis :
1. Tracing: Melacak orang yang kontak erat dgn pasien yang positif Covid
(saran saya sejak awal bagi yang bergejala saja)
2. Testing dengan simpulan Dipastikan Covid sesuai kaidah Postolat
Koch dengan mendeteksi adanya virus.
3. Saat ini disepakati dengan metode PCR. Namun sayang sekali, PCR hanya
mendeteksi asam nukleat, bukan mendeteksi virus aktif atau tidak,
sehingga tidak bisa untuk memprediksi perjalanan penyakitnya
(patogenesis). Untuk tahu virus aktif atau tidak dengan pembiakan.
4. Testing dengan simpulan Diduga Covid:Rapid Antibodi, Rapid Antigen,
Genose test.
Treatment :
1. Isolasi Mandiri untuk yang tanpa gejala & gejala ringan
2. Di rumah sakit untuk yang gejala sedang & gejala
berat. Imunitas :
1. Ketahanan (resistensi) tubuh terhadap antigen (zat dari luar tubuh kita) &
patogen (kuman & produknya).
2. Imunitas berupa anatomi (struktur) dan fisiologi (fungsi) yang berfungsi
melindungi tubuh dari penyakit
3. Imunitas mampu membedakan zat yang merupakan bagian dari tubuhnya
(self) dan yang asing (nonself).
Perkembangan imunitas seseorang :
1. Imunitas bayi masih defisiensi (lemah) krn belum terstimuli. Bayi lahir
hanya membawa antibodi IgG (antibodi lainnya tidak bisa menembus
plasenta). Kemudian akan dapat IgA dari ASI yg dapat memproteksi hingga
18 bulan
5
2. Usia 6 – 9 bulan mulai kuat respon imunitasnya terhadap antigen
glikoprotein dan usia 12 – 24 bulan respon imunitasnya kuat terhadap
antigen polisakarida.
3. Imunitas seseorang berkembang pesat menjelang pubertas (baligh) karena
dipicu hormon
4. Imunitas dewasa sudah bekerja baik karena fisik, psikologis dan sistem
imunitas sudah mapan
5. Pada lansia imunitas sudah kehilangan dayanya disebabkan proses
penuaan alami (immunosenescence).
Imunitas seseorang kemungkinan bisa:
1. Lemah
2. Normal
3. Berlebihan
4. Autoimun (gagal mengenali
self). Tujuan pendidikan :
1. Membentuk Generasi Berakhlak : Tanpa akhlak nilai seseorang adalah 0
(nol)
2. Membentuk Generasi Robbani : Pembelajar mandiri yang cerdas berlogika
(bukan sekedar akademik)
3. Menguatkan Jiwa Kepemimpinan : Setiap kita adalah pemimpin yang
akan diminta pertanggungjawabannya
4. Membekali Kemampuan Mencari Nafkah : Agar hidup mulia (tidak
meminta-minta).
6
BAGIAN 2
KOMUNIKASI EFEKTIF
7
pertanyaan berikut : Who Says What In Whicy Channel To Whoam With
What Effect? atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa
Dengan Pengaruh Bagaimana? (mulyana, 2010: 69).
Menurut Effendy (2008) komunikasi dikatakan tidak efektif apabila seperti
beberapa indikator berikut:
1. Perbedaan Persepsi
2. Reaksi emosional
3. Ketidak-konsistenan komunikasi verbal dan nonverbal
4. Kecurigaan
5. Tidak adanya timbal balik (feedback).
Komunikasi efektif berkaitan dengan kemampuan (ability) komunikator dan
komunikannya. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita
berusaha dengan diri sendiri (Moeliono, 2005: 707). Menurut Soelaiman
(2007:112) kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang
memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik
secara mental ataupun fisik. Aspek-aspek yang paling penting dalam
kemampuan komunikasi secara efektif terdiri dari komunikator, komunikan,
media yaitu alat untuk menyampaikan dan pesan sesuatu yang disampaikan.
Karena selain dari tiga aspek tersebut semuanya sudah mengacu kepada
kurikulum yang berlaku (kompetensi inti dan kompetensi dasar) baik yang
berupa pesan/materi pelajaran ataupun efek komunikasi yang biasanya
berupa nilai prestasi belajar (Handayani, 2011). Strategi komunikasi
mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kegiatan:1. Menyebarluaskan
pesan komunikasi kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Menjembatani kesenjangan budaya akibat kemudahan yang diperoleh dan
kemudahan dioperasionalkannya media massa. (Achmad, dkk, 2013:33).
8
1. Perubahan sikap (attitude change)
Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah,
baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha
mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap
positif sesuai keinginan kita.
2. Perubahan pendapat (opinion change)
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman, ialah
kemmapuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan
oleh komunikator. Setelah memahami apa yang di maksud komunikator
maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.
3. Perubahan perilaku (behavior change)
Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan
seseorang, Misal: kampanye kesehatan misalnya mengenai merokok
menyebabkan gangguan kesehatan. Setelah mengikuti kampanye tersebut
seorang perokok misalnya kemudian berusaha mengurangi/berhenti
merokok.
4. sosial (social change)
Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain
sehingga menjadi hubungan yang makin baik. Dalam proses komunikasi
yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan
interpesonal.
9
diterapkan pada anak yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tingkat
sedang. Sedangkan bagi anak yang memiliki kemampuan berpikir kreatif
tingkat tinggi cenderung negatif.
Gaya komunikasi partisipasi yang dikembangkan orang tua dan guru
dilingkungannya masing-masing sangat efektif bagi anak yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif tingkat sedang. Tetapi tidak efektif jika
dikembangkan pada anak yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tingkat
rendah.
Gaya komunikasi delegasi yang dikembangkan orang tua dan guru di
lingkungannya masing-masing sangat efektif bagi anak yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif tingkat tinggi.
10
1. Komunikasi intrapersonal
2. Komunkasi interpersonal
3. Komunikasi kelompok
4. Komunikasi publik
5. Komunikasi organisasi
6. Komunikasi
massa Jenis
komunikasi :
1. Komunikasi tertulis
2. Komunikasi verbal
3. Komunikasi non verbal
Contoh komunikasi efektif yang baik pada anak :
1. Refleksi pengalaman
“Ibu juga pernah mecahin gelas, kaget banget. Akhirnya ibu selalu berhati-
hati kalau membawanya”
2. Menunjukkan empati
“Ngantuk ya rasanya habis main di luar?”
3. Menyatakan observasi
“Ibu lihat makanan kamu masih agak banyak”
4. Pilihan
“Ibu akan membacakan cerita mengenai binatang, mana yang akan kamu
pilih: ibu bercerita tentang ayam atau sapi?”
Contoh komunikasi tidak efektif yang baik pada anak :
1. Interogasi
“Kok, Makanannya gak dihabiskan? Kenyang? Gak suka?”
2. Perintah
“Tenang! Ayah akan membacakan buku tentang sapi!”
3. Menolak/mengalihkan
perasaan “Masa sih kamu
capek?”
4. Nasihat
“Makanya jangan sambil main-main bawanya!”
11
BAGIAN 3
PENEGAKAN DISIPLIN POSITIF
12
terus menerus saat orangtua dan anak berinteraksi dengan kedudukan yang
sama dan bersifat ramah, menghargai serta sensitif supaya efektif.
Disiplin juga terfokus pada upaya agar anak mampu belajar. Disiplin sendiri
sebenarnya merupakan suatu proses, bukan tindakan tunggal. Yang perlu
diperhatikan guru ketika berusaha menerapkan disiplin positif adalah dengan
memulai dari mengidentifikasi kasus dan penyebabnya, sehingga bisa
mencari solusi, langkah maupun metode yang dipakai. Dengan pemahaman
yang komprehensif terhadap suatu kasus guru akan memiliki kesempatan
untuk menentukan pemecahannya dengan tanpa melakukan tindakan yang
justru kontraproduktif terhadap hakekat pendidikan yang berkemajuan dan
menggembirakan.
Dengan kata lain, disiplin menanamkan proses pemikiran dan perilaku positif
sepanjang hidup anak, bukan pendidikan yang instan atau spontan tanpa
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
13
3.3 Hasil Rangkuman Webinar Penegakan Disiplin Positif
Disiplin adalah proses latihan yang dirancang untuk membentuk kebiasaan
berpikir atau berperilaku. Kontrol perilaku (biasanya pada anak dengan
penerapan hukuman).
Disiplin yang efektif seharusnya memiliki 2 tujuan :
1. Membuat anak mau bekerjasama dan melakukan dengan cara yang
benar
2. Membangun skill baru pada
anak 2W 1H :
1. Why : Mengapa anak sya berperilaku demikian
2. What :Pelajaran/skill apa yang perlu saya berikan dikondisi
tersebut
3. How : Bagaimana cara untuk
mengajarkannya Mengelola kemarahan :
1. Take 5
2. Cari cara untuk menenangkan diri dan tubuh Anda
3. Ubah cara pandang untuk mengubah emosi (2W 1H)
4. Tunggu saat yang tepat untuk mendisiplinkan
anak. Catatan :
1. Terlalu banyak nasehat membuat anak malas mendengarkan
2. Bantu anak membedakan perasaan dengan perilaku
3. Hindari mengulang-ulang aturan, langsung deskripsikan perilaku yang
Anda lihat
4. Hargai pencapaian anak
5. Akan lebih efektif untuk anak-anak yang lebih tua karena sudah lebih
mampu menggunakan “The upstair brain”
6. Seringkali orang tua lebih berfokus pada kesalahan/perilaku negatif
anak dan gagal menangkap perilaku positif anak
7. Orang tua perlu kreatif untuk mencari cara yang menyenangkan atau
menggunakn humor untuk mencairkan situasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, Rabiatul. 2017. Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap
Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, FKIP ULM
Banjarmasin
Agustiawati, Isni. 2014. Pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS di SMA Negeri 26
Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Aji, Imanuela Praba & Kimura Patar Tamba. 2020. Penerapan Disiplin Positif
Dalam Pembelajaran Ditinjau Melalui Perspektif Kristen [Positive
Discipline In Learning Reviewed Through A Christian Perspective]. Jurnal
of Holistic Mathematics Education, Universitas Pelita Harapan Indonesia
Diniaty, Amirah. 2018. Mengembangkan Komunikasi Efektif Dalam
Pembelajaran Klasikal Oleh Pendidik. UIN Suska Riau
Dwihartanti, Muslikhah. 2018. Komunikasi Yang Efektif. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hanum, Rafidhah. 2017. Mengembangkan Komunikasi yang Efektif Pada Anak
Usia Dini. Volume 3, Nomor 1. Jurnal : UIN Ar-Raniry
Hermoyo, Panji. 2015. Membentuk Komunikasi yang Efektif Pada Masa
Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal : FKIP Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Hidayat, Nur & Danarti, dkk. 2016. Disiplin Positif : Membentuk Karakter
Tanpa Hukuman. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kusumawaty, Ira. 2021. Komunikasi Efektif.
Mareta, Rimas Dian. 2021. Penegakan Disiplin Positif.
Nisa, Hoirun. 2019. Komunikasi Yang Efektif Dalam Pendidikan
Karakter. Santrock, John W. 2009. Perkembangan Anak edisi 11. Jakarta:
Erlangga.
Sonia, Gina & Nurliana Cipta Apsari. 2020. Pola Asuh Yang Berbeda-Beda Dan
Dampaknya Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, Program Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial
FISIP Unpad
Yuwono. 2021. Pola Asuh Ananda Di Masa Pandemi.