TERHADAP ANAK
(PRO)
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Ketua Kelompok:
Fikri Aziz Maulana
DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan anggota penting dalam keluarga (Lestari, 2012). Kehadiran anak
dalam keluarga sangat di nanti-nantikan (Diahrianti, 2011). Rumini dan Sundari (2004)
Ketika anak tersebut lahir, orangtua pasti menginginkan anaknya dapat berkembang secara
normal, sehingga orangtua mempunyai cara tersendiri dalam memperlakukan anak (Zola,
Ilyas, & Yusri, 2017).
Dalam memperlakukan anak tentunya orangtua tidak bersikap sembarangan,
mereka punya cara tersendiri dengan harapan agar anak mereka dapat berkembang seperti
apa yang diharapkan (Jojon, Wahyuni, & Sulasmini, 2017). Perilaku orangtua kepada anak
mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan anak, karena pertama kali seorang
anak bergaul adalah dengan orangtua, sehingga perilaku orangtua kepada anak menjadi
penentu bagi perkembangan anak, baik perkembangan fisik maupun psikisnya.
Terkadang ada orangtua yang bersikap memberikan kebebasan kepada anak dengan
alasan agar anak tersebut bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Ada
pula orangtua yang memberi kebebasan kepada anak tapi tetap mengontrolnya dan ada pula
orangtua yang bersikap melindungi anak secara berlebihan dengan memberikan
perlindungan terhadap gangguan dan bahaya fisik maupun psikologis, sampai anak tidak
memiliki kebebasan atau selalu tergantung pada orangtua. Perilaku orangtua tersebut
disebut dengan over protective. Sikap orangtua tersebut mempunyai alasan tersendiri yaitu
karna mereka sangat menyayangi anaknya dan agar anak tidak mengalami hal-hal yang
membuat dirinya celaka. Tetapi terkadang kasih sayang yang berlebihan orangtua terhadap
anaknya sering menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak (Gunarsa, 2008).
Berdasarkan uraian diatas mengenai sikap over protective orangtua terhadap
perkembangan anak yang mulai memasuki tahapan awal remaja (Fitri, Zola, & Ifdil, 2018;
Ifdil, Denich, Ilyas, 2017), dengan ini penulis dapat memberikan pengarahan kepada
orangtua, agarmereka mengetahui bagaimana dampak dari sikap yang over protective dan
dapat mengaplikasikannya yang sesuai dalam perkembangan anak. Agar anak dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3. Tidak mandiri
Orang tua yang terlalu posesif cenderung selalu memberikan bantuan. Akibatnya,
dalam jangka panjang anak jadi ketergantungan pada orang tua. Anak yang tidak
mandiri akan berdampak pada kehidupannya di masa dewasa kelak ketika orang tua
tidak lagi dapat memberikan bantuan. Ia jadi tidak dapat mengambil keputusan dan
bertindak untuk diri sendiri.
4. Mudah berbohong
Keterlibatan orang tua yang berlebihan dalam kehidupan anak sewaktu-waktu akan
memunculkan rasa muak pada dirinya. Perasaan tersebut dapat terjadi bila anak tidak
mampu menghadapi tekanan, kritik, atau aturan yang diberikan. Ketika anak mulai
muak atas segala tindakan orang tua yang terlalu posesif, ia akan dengan mudah
berbohong untuk menghindari campur tangan orang tuanya dalam kehidupannya atau
sekadar ingin menghindari masalah.
2
5. Mudah cemas
Jika orang tuanya mencegah anak melakukan segala sesuatu, maka lama-kelamaan
ia menjadi takut dan mudah cemas dalam mencoba hal baru. Padahal, dalam hidup,
segalanya serba tidak terduga dan butuh kemampuan adaptasi yang baik. Tentunya,
seseorang yang mudah cemas apalagi dalam jangka panjang akan mengalami dampak
negatif secara psikologisnya.
6. Depresi
Dalam jangka pendek, sikap posesif orang tua dapat melindungi si kecil dari
bahaya. Namun, dalam jangka panjang, banyak sekali dampak negatif yang bisa terjadi
pada anak, salah satunya depresi. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga dapat
mengalami depresi. Kondisi depresi yang terjadi pada anak merupakan akibat
akumulasi jangka panjang dampak psikologis dari orang tua yang posesif, seperti
kecemasan dan ketidakpercayaan diri
7. Semakin tinggi pola asuh over proteksi maka semakin rendah tingkat kematangan
social anak.
Hal ini menjelaskan bahwa pola pengasuhan orang tua memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap perkembangan kematangan sosial anak-anak usia prasekolah.
Kajian dan Penelitian Psikologimempengaruhi perkembangan psikologis dan sosial
anak. Stimulus dan respon orang tua yang sesuai dengan perkembangan
anak akan mendorong perkembangan psikologis dan sosial anak sebaliknya
stimulus dan respon yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak akan menghambat
perkembangan anak. Mussen, dkk (1992) Anak yang dididik secara otoriter, dengan
kontrol ketat dan lebih menekankan hukuman daripada rewards cenderung
menciptakan anak yang tidak mempunyai kepercayaan diri, pendiam, pasif dan
cenderung agresif. Sebaliknya, anak yang tumbuh dalam keluarga dengan
kontrol dan perhatian yang tidak memadai (sangat longgar) cenderung menjadi anak
egois, apatis, penuh keraguan (ambivalen), sering menentang atau melanggar
aturan. Karakteristik tersebutmenggambarkan kondisi social imature, karena sering
menyebabkan terjadinya benturan Psikologidengan kepentingan, hak orang lain
atau nilai-nilai, norma-norma dan aturan main yang berlaku dalam lingkungan
sosialnya. Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa orang tua yang
memberikan kepercayaan, kebebasan memilih dan mendorong anak untuk mandiri
dan percaya diri dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan
sosialnya. Pola asuh atau sikap orang tua tidak hanya mempunyai pengaruh
kuat pada hubungan di dalam keluarga tetapi juga pada sikap dan perilaku anak
termasuk perilaku mandiri dan kematangan sosial. Orang tua yang tidak terlalu
melindungi atau terlalu posesif terhadapanak, mendorong anak untuk mandiri dan
percaya diri. Mandiri dan percaya diri merupakan dua kualitas yang sangat
mendukung kemampuan sosial anak.
Karena pola asuh over proteksi lebih menunjukan pada sikap orang tua yang
over protek (perhatian yang berlebihan) terhadap anak sehingga anak tidak mampu
mengembangkan potensi kematangan sosialnya dengan baik. Sikap melindungi
secara berlebihan akan sangat mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari,
3
karena dalam suatu kehidupan anak itu tidak bisa lepas dari lingkungannya karena
akan bisa mudah untuk membentuk kepribadian terhadap anak. Kesempatan dalam
beraktualisasi sangat terbatas, sehingga anak kurang memiliki self konfident yang
rendah pada setiap aktifitas yang dilakukanya. dampak over proteksi yang
dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya akan sangat berpengaruh sekali dalam
pembentukan perkembangan anak diantaranya:
- Anak merasa kurang percaya diri (self konfident) terhadap kemampuan yang
dimilikinya, sehingga anak untuk melakukan segala sesuatu kegiatan selalu
minta ijin.
- Sulit untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya karena tidak terbiasa
berhubungan langsung bermain dengan teman-temanya.
- Akan menjadi penakut dan kepribadian yang labil karena segala apa yang
dilakukanya merasa tidak benar.
- Selalu minta ditemani dalam melaksanakan segala aktifitas, karena anak merasa
tidak aman apabila melakukan kegaiatan sendirian.
- Pertumbuhan kreatifitas yang dimilikinya kurang berkembang dengan
baik, karena saat melaksanakan segala kegiatan selalu diatur.
- Anak akan bereaksi agresif karena ia mendapat hambatan dalam memuaskan
keinginannya sebagai akibat dari pola asuh overprotection.
- Tidak adanya kesempatan pada anak untuk melatih fisik dan gerakkannya
padahal hal ini merupakan kesempatan anak untuk menyalurkan keteganggan
dan energi yang ada dalam dirinya.
- Pengasuhan orang tua yang selalu memenuhi tuntutan anak dapat menyebabkan
anak sulit dikontrol, kurang bertanggung jawab dan menjadi pemberontak.
- Anak cenderung memililki konsep diri yang “ngambang” yaitu ketidaktahuan
akan diri dan kemampuan yang ia miliki sebagai konsekwensi dari tidak
adanya kesepatan untuk mengaktualisasika diri. Konsep diri yang negatif ini
akan sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam meraih prestasi
4
9. Membuat anak rentan jadi korban perundungan (bullying).
Dari data yang sudsah didapat berdasarkan catatan Dinkes Propinsi Jatim terdapat
2% / 1700 anak mengalami gangguan perkembangan motorik khususnya motorik halus
pada anak usia toddler, selain itu juga terdapat gangguan kecerdasan atau retardasi
mental (Afrianti, 2008). Project Director bidang Cultural Intelligence dari Lembaga
Riset Flamingo Singapura, Preeti Varma, mengatakan bahwa tren yang berlaku saat
ini menunjukkan orang tua memiliki pola asuh yang lebih modern. Akibatnya, orang
tua saat ini sering kali terlalu overprotective kepada anak (Sulaiman Reza, 2014). Hal
ini dapat dilihat di beberapa kota besar di Negara-negara ASEAN, Jakarta contohnya.
Banyak orang tua yang melarang anak untuk main di luar rumah karena takut anaknya
terkena polusi udara atau pengaruh buruk dari lingkungan (Sulaiman Reza, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Astarini (2013:91) tentang Hubungan Antara Perilaku
Overprotective Orang Tua Dengan Bullying Pada Siswa SD Bendan Ngisor Semarang.
Hasil analisis deskriptif perilaku overprotective orang tua untuk tiap aspek
menunjukkan bahwa
Semua aspek pada variabel perilaku overprotective orang tua tergolong sedang
dari aspek kontak berlebih dengan anak (62,69%), aspek perawatan atau pemberian
kepada secara terus menerus (59,7%), aspek mengawasi anak secara berlebihan
(43,28%) dan aspek memecahkan masalah anak (64,18%). Berdasarkan studi
pendahuluan yang ditemukan pada tanggal 12 Agustus-12 September 2014 (saat
pelaksanaan KKN) di kelurahan Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupaten
Blitar, terdapat 6 keluarga yang menerapkan pola asuh mengekang atau overprotektif
pada anak mereka, anak mereka dilarang bermain yang lebih karena takut sakit ataupun
terjadi kecelakaan, oleh sebab itu anak mereka lebih banyak diam dan mengikuti
apa yang dikatakan orang tua mereka. Sehingga hal ini pun menjadi sebuah
kecendurangan bagi anak untuk hanya mengikuti apa yang orang lain katakan. Hal ini
juga menyebabkan anak menjadi kurang memiliki kepercayaan diri untuk speak up.
Kebanyakan dari mereka hanya bisa diam dan melakukan apa saja yang disuruh demi
tercapainya keamanan dalam kehidupannya diluar pengawasan orang tua.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sikap posesif merupakan suatu bentuk perilaku orang tua yang diterapkan orang
tua dalam mendidik anaknya. Tetapi perilaku orang tua tersebut kurang
menguntungkan bagi perkembangan anak. Dimana orang tua selalu memberikan
perlindungan yang berlebihan dan selalu memanjakan anak dalam hal apapun serta
selalu memberi pengawasan yang ketat agar anaknya tidak terjadi hal-hal yang
diinginkan.
Dalam hal ini terdapatnya hubungan antara sikap posesif orang tua terhadap
perkembangan anaknya. Sikap orang tua yang selalu memanjakan anak dapat membuat
anak menjadi tidak bisa mengekspresikan dirinya dilingkungan sosial nya. Anak pun
jadi mempunyai kepribadian yang negatif serta remaja tersebut akan terlambat matang
dalam menjalani tugas-tugas perkembangan nya. Sikap orang tua tersebut yang akan
merusak karakter anak.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan juga kesimpulan di atas makan kelompok
kami memberikan saran sebagai berikut :
Untuk orang tua diharapakan dapat memahami kondisi anaknya, karena berbagai
tuntutan baik mental, moral maupun sosial. Orang tua diharapakan tidak menerapkan
sikap yang berlebihan kepada anaknya, seperti halnya selalu menginginkan kontak
dengan anak dan bentuk perilaku over protective lainnya, karena perilaku over
protective dapat menjadikan anak mengalami masalah dalam penyesuaian diri,
kurangnya rasa percaya diri, tidak dapat mengatasi masalahnya sendiri, dan hal – hal
yang tidak diinginkan yang akan muncul suatu saat Ketika mereka menjadi dewasa.
Pada dasarnya anak ingin melakukan suatu hal yang mereka suka tanpa adanya
kekangan/larangan dari orang tua, namun banyak orang tua yang tidak menginginkan
anaknya melakukan hal – hal baru yang menurut mereka(orang tua) tidak perlu, maka
dari itu sebagai orang tua yang baik harus men-support anaknya dalam segala bidang,
baik akademik amupun non-akademik dengan sikap yang sewajarnya. Selagi itu hal
yang baik kenapa orang tua harus melarang.
6
DAFTAR PUSTAKA
Devi, Sistia Restu. 2018. Gambaran Tingkat Depresi Pada Remaja dengan Pola Asuh Over
Protective di MAN 1 Kota Bogor. Bogor : Poltekkes kemenkes Bandung Prodi
Keperawatan Bogor
Harlina, Desi, dkk. 2017. Sikap Over Protective Orangtua Terhadap Perkembangan Anak.
Diakses pada 17 Oktober 2021, dari
https://jurnal.iicet.org/index.php/jpgi/article/view/218/240
Siska, Mai & Mayar, Farida. 2019. Vol 3. Urgensi Pola Asuh Orang Tua dalam
Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini.Padang : Program Studi PAUD, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Padang.
Uswatun, Hasanah. Sikap Over Proteksi Orang Tua Dan Kematangan Sosial Anak
7
MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 4
8
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Pengaruh positif orangtua yang posesif
terhadap anak.". Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini memberikan penjelasan dan fakta-fakta
dengan akurat dan jela. bagi pembaca untuk mempermudah memahami dan mengerti tentang
informasi-informasi yang dipaparkan. Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini.
Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat diharapkan demi makalah agar menjadi lebih baik. Penulis
juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang pengaruh-pengaruh
positif orangtua yang posesif terhadap anak.
9
Daftar isi
Kata Pengantar……………………………………………………………….. 2
Daftar Isi……………………………………………………………………... 3
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang………………………………………………………………. 4
Rumusan Masalah…………………………………………………………… 5
Tujuan……………………………………………………………………….. 5
Manfaat……………………………………………………………………… 5
Bab II Pembahasan
Kesimpulan………………………………………………………………….. 11
Saran………………………………………………………………………… 11
Daftar Pustaka………………………………………………………………. 13
10
BAB I
Pendahuluan
Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang membahas suatu masalah dan
masing-masing mengemukakan pendapatnya atau alasan (KBBI, 2005: 240). Menurut Widyamartaya
(1999; 21), berdebat berarti berbicara kepada lawan bicaranya untuk membela atau
menyerang/pendapatnya, saling beradu kepandaian dan logika. Di era yang modern ini, tentu saja
debat adalah sarana paling efektif untuk menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang adanya
suatu permasalahan, karena setiap orang pasti mempunyai pola pikir dan logika yang bermacam-
macam. Hampir setiap permasalahan yang ada dapat digunakan sebagai debat. Debat dapat juga
digunakan untuk memberi opini opini yang baru, yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh
masyarakat.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa semua kegiatan berbahasa yang
berupa tuturan-tuturan berpotensi untuk dikaji, sehingga hal tersebutlah yang mendorong penulis
untuk mencari argumentasi-argumentasi yang menentang dampak buruk dari orangtua yang posesif.
Setelah menyimak referensi-referensi berupa penelitian terdahulu, peneliti belum menemukan
penelitian dengan kajian dan objek penelitian yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian
tentang orangtua yang posesif memberi dampak yang baik pada anak belum pernah diteliti.
Penelitian tentang dampak positif orangtua yang posesif terhadap anak dilakukan berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut. Yang pertama, sejauh penelitian yang kami lakukan, tidak ada topik di
dunia yang hanya menimbulkan dampak baik maupun dampak buruk saja, kedua faktor tersebut
selalu ada walaupun mungkin salah satu faktor hanya memunculkan dampak yang sedikit. Sebagai
contoh, COVID-19 yang merupakan sebuah pandemik mempunyai dampak positif, yaitu masyarakat
semakin waspada dan rajin untuk membersihkan diri. Selanjutnya, topik debat yang kami telaah
belum pernah diteliti sebelumnya dan kami yakin banyak argumentasi-argumentasi yang akan
dipaparkan dengan baik. Ketiga, kami ingin menyatakan bahwa orangtua adalah pemegang peranan
paling penting di kehidupan anak, terutama dalam dampak yang positif, karena orangtua adalah guru
pertama yang memberikan dan mengajarkan hal-hal dasar kepada kita.
11
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah:
1. Apa dampak positif yang ditimbulkan dari orangtua yang posesif terhadap anak?
2. Apakah orangtua yang posesif membuat anak menjadi sakit mental serta tidak mandiri?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk memnuhi tujuan :
1. Mengetahui dampak-dampak positif dari orangtua yang posesif terhadap anak
2. Mengetahui hubungan ketidakmandirian dan penyakit mental anak dengan sikap posesif
orangtua
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
• Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa digunakan untuk bahan kajian ilmu psikologi
• Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian yang
akan dating
2. Manfaat praktis
• Bagi anak-anak, penelitian ini diharapkan dapat menjadi penuntun pemahaman dalam
keluarga
• Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam
mengimplementasikan pengetahuan tentang dampak orangtua yang posesif
12
BAB II
PEMBAHASAN
14
mengurusi dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi karena, sejak kecil anak cenderung di arahkan
dalam segala sesuatu, termasuk mengurus dirinya sendiri. Anak yang diberikan respon posesif
oleh orang tua akan menjadi anak yang penurut dan berbakti. Hal ini bisa terjadi karena, sejak
kecil hidupnya nya sudah biasa diatur, melakukan semua yang orang tuanya inginkan, karena
jika tidak , pasti akan ada konsekuensi yang orang tuanya berikan kepada si anak sehingga
anak kan cenderung hati-hati terhadap apa yang akan ia lakukan.Orang tua yang posesif
mengarahkan anaknya kepada tujuan yang jelas sehingga posesif dibutuhkan untuk menjadi
anak dengan kepribadian yg diinginkan oleh orang tuanya.
Orang tua yang posesif juga mengajarkan pada anak disiplin di lingkungan
eksternal. Maksudnya disini adalah dibalik orang tua yang posesif secara tidak langsung
mengajarkan si anak untuk disiplin di dunia luar. Misalkan saja, saat si anak pergi nongki
bersama dengan teman-temannya di malam hari tentunya tidak memungkinkan jika si anak
tersebut pulang terlalu malam, dalam hal ini juga merupakan suatu kebaikan tersendiri untuk
mengantisipasi dari adanya hal-hal yang tidak diinginkan seperti perampokan, dan yang lebih
ditakutkan lagi jika berpergani tengah malam sendiri apalagi jika anak perempuan pastinya.
Terkadang ada anak-anak cowok yang suka mengganggu di jalanan, bisa dilihat banyak sekali
sekarang kejadian pemerkosaan bahkan setelah diperkosa pun masih ada yang tega untuk
membunuh dan membuangnya begitu saja. Maka dari itu biasanya orang tua memperbolehkan
untuk nongki di malam hari dengan syarat sampai rumah pada pukul 9 malam.Setiap orang tua
pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, ingin anaknya berada di jalur yang jelas, dengan
adanya respon posesif dari orang tua, anak akan terdorong untuk selalu punya tujuan yang
jelas terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan sehingga bisa dikatakan lebih terarah.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Orang tua yang posesif umumnya menilai anak sebagai obyek yang harus dibentuk oleh
orang tua yang merasa “lebih tahu” mana yang terbaik bagi anak-anaknya. Anak yang sedari
kecil sudah dididik secara posesif oleh kedua orang tuanya, kemungkinan besar pada saat
mereka dewasa mereka akan lebih matang dalam mengambil berbagai keputusan. Ini karena
terdapatnya komunikasi dua arah antara si anak dan kedua orang tuanya. Anak yang dididik
posesif oleh kedua orang tuanya akan lebih berhati-hati dalam berbagai aspek, seperti lebih
berhati-hati dalam bertindak apapun.
Kemungkinan anak terhindar dari pergaulan bebas jika dididik posesif sedari kecil juga
berdampak baik untuk dirinya sendiri. Anak menjadi pintar dalam menyeleksi teman-teman
yang pantas untuk dipilih sebagai teman pula. Anak yang memiliki orang tua yang posesif akan
menimbulkan rasa khawatir kepada kedua orang tuanya apabila dia ingin melakukan sesuatu
yang tidak semestinya pula.
3.2 Saran
Menurut kami, dengan adanya dididikan posesif dari kedua orang tua ini memiliki
berbagai dampak baik untuk kepribadian anak. Mungkin untuk saat ini kita tidak tahu apa
dampak positif dan kita hanya memikirkan hal-hal negatifnya saja. Keposesifan terhadap anak
itu sangat diperlukan, apalagi dizaman sekarang ini. Posesif di sini tidak hanya semerta-merta
memerintahkan anak itu melakukan ini dan itu akan tetapi kedua orang tua harus juga
memfasilitasi anak itu sendiri, contohnya seperti komunikasi dua arah.
Keposesifan akan dianggap mempunyai dampak baik jika kedua belah pihak (antara
anak dan kedua orang tua) itu sama-sama mengerti nilai posesif itu sendiri. Kedua orang tua
yang tidak hanya semena-mena melakukan posesif itu terhadap anak begitupun si anak yang
bisa menerima dan melihat sisi positif nya itu seperti apa.
16
Daftar Pustaka
https://www.merdeka.com/jatim/ketahui-apa-itu-posesif-sebuah-sifat-mengekang-dalam-
hubungan-dan-cara-mengatasinya-kln.html
https://blog.cicil.co.id/contoh-makalah-mahasiswa-dan-cara-membuatnya/
17