Anda di halaman 1dari 19

ORANG TUA YANG POSESIF BERDAMPAK BURUK

TERHADAP ANAK
(PRO)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3

Ketua Kelompok:
Fikri Aziz Maulana

UKM BHAKTI KARYA MAHASISWA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2


2.1 Faktor yang Menyebabkan Orang Tua Posesif ................................................. 2
2.2 Dampak Buruk Orang Tua Posesif Terhadap Anak.......................................... 2

BAB 3 PENUTUP .............................................................................................................. 6

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 6


3.2 Saran ................................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 7

i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan anggota penting dalam keluarga (Lestari, 2012). Kehadiran anak
dalam keluarga sangat di nanti-nantikan (Diahrianti, 2011). Rumini dan Sundari (2004)
Ketika anak tersebut lahir, orangtua pasti menginginkan anaknya dapat berkembang secara
normal, sehingga orangtua mempunyai cara tersendiri dalam memperlakukan anak (Zola,
Ilyas, & Yusri, 2017).
Dalam memperlakukan anak tentunya orangtua tidak bersikap sembarangan,
mereka punya cara tersendiri dengan harapan agar anak mereka dapat berkembang seperti
apa yang diharapkan (Jojon, Wahyuni, & Sulasmini, 2017). Perilaku orangtua kepada anak
mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan anak, karena pertama kali seorang
anak bergaul adalah dengan orangtua, sehingga perilaku orangtua kepada anak menjadi
penentu bagi perkembangan anak, baik perkembangan fisik maupun psikisnya.
Terkadang ada orangtua yang bersikap memberikan kebebasan kepada anak dengan
alasan agar anak tersebut bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Ada
pula orangtua yang memberi kebebasan kepada anak tapi tetap mengontrolnya dan ada pula
orangtua yang bersikap melindungi anak secara berlebihan dengan memberikan
perlindungan terhadap gangguan dan bahaya fisik maupun psikologis, sampai anak tidak
memiliki kebebasan atau selalu tergantung pada orangtua. Perilaku orangtua tersebut
disebut dengan over protective. Sikap orangtua tersebut mempunyai alasan tersendiri yaitu
karna mereka sangat menyayangi anaknya dan agar anak tidak mengalami hal-hal yang
membuat dirinya celaka. Tetapi terkadang kasih sayang yang berlebihan orangtua terhadap
anaknya sering menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak (Gunarsa, 2008).
Berdasarkan uraian diatas mengenai sikap over protective orangtua terhadap
perkembangan anak yang mulai memasuki tahapan awal remaja (Fitri, Zola, & Ifdil, 2018;
Ifdil, Denich, Ilyas, 2017), dengan ini penulis dapat memberikan pengarahan kepada
orangtua, agarmereka mengetahui bagaimana dampak dari sikap yang over protective dan
dapat mengaplikasikannya yang sesuai dalam perkembangan anak. Agar anak dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja faktor penyebab orang tua posesif terhadap anak?
b. Bagaimana dampak orang tua posesif pada kehidupan anak?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor yang Menyebabkan Orang Tua Posesif


1. Karena ketakutan yang berlebihan dari orangtua akan bahaya yang mungkin
mengancam anak mereka. Dalam hal ini orangtua akan selalu berusaha melindungi
anaknya dari segala sesuatu yang mengandung bahaya.
2. Keinginan yang tidak disadari untuk menolong dan memudahkan kehidupan anak
mereka.
3. Karena orangtua takut akan kesukaran, tidak mau bersusah payah dan ingin enaknya
saja. Orangtua takut anak-anak mereka bertingkah atau membandel dan terus menangis
bila kehendaknya tidak dituruti.
4. Karena kurangnya pengetahuan orangtua, mereka tidak mengetahui bahwa anak
mereka harus dibiasakan akan ke mandirian, karena hal ini berguna untuk bekal
hidupnya nanti dan lingkungannya.
2.2 Dampak Buruk Orang Tua Posesif Terhadap Anak
1. Gangguan kesehatan
anak-anak cenderung memiliki masalah kesehatan saat dewasa. Peneliti
menyimpulkan, anak-anak tersebut tidak pernah belajar bagaimana mengelola
kesehatannya sendiri. Hal ini dikarenakan orang tua mereka selalu mendikte kapan
harus tidur dan berolahraga, apa yang harus dimakan, dan masih banyak lagi.

2. Tidak percaya diri


proses tumbuh kembang sangat penting dalam membentuk anak menjadi individu
seutuhnya. Maka, penting untuk membiarkan anak menghadapi masalah dan
mengambil keputusannya sendiri. Jika segala keputusan dan masalah yang terjadi pada
anak selalu diatur dan diselesaikan dengan campur tangan orang tua, maka anak akan
terbiasa dan menjadi tidak percaya diri dalam bertindak.

3. Tidak mandiri
Orang tua yang terlalu posesif cenderung selalu memberikan bantuan. Akibatnya,
dalam jangka panjang anak jadi ketergantungan pada orang tua. Anak yang tidak
mandiri akan berdampak pada kehidupannya di masa dewasa kelak ketika orang tua
tidak lagi dapat memberikan bantuan. Ia jadi tidak dapat mengambil keputusan dan
bertindak untuk diri sendiri.

4. Mudah berbohong
Keterlibatan orang tua yang berlebihan dalam kehidupan anak sewaktu-waktu akan
memunculkan rasa muak pada dirinya. Perasaan tersebut dapat terjadi bila anak tidak
mampu menghadapi tekanan, kritik, atau aturan yang diberikan. Ketika anak mulai
muak atas segala tindakan orang tua yang terlalu posesif, ia akan dengan mudah
berbohong untuk menghindari campur tangan orang tuanya dalam kehidupannya atau
sekadar ingin menghindari masalah.

2
5. Mudah cemas
Jika orang tuanya mencegah anak melakukan segala sesuatu, maka lama-kelamaan
ia menjadi takut dan mudah cemas dalam mencoba hal baru. Padahal, dalam hidup,
segalanya serba tidak terduga dan butuh kemampuan adaptasi yang baik. Tentunya,
seseorang yang mudah cemas apalagi dalam jangka panjang akan mengalami dampak
negatif secara psikologisnya.

6. Depresi
Dalam jangka pendek, sikap posesif orang tua dapat melindungi si kecil dari
bahaya. Namun, dalam jangka panjang, banyak sekali dampak negatif yang bisa terjadi
pada anak, salah satunya depresi. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga dapat
mengalami depresi. Kondisi depresi yang terjadi pada anak merupakan akibat
akumulasi jangka panjang dampak psikologis dari orang tua yang posesif, seperti
kecemasan dan ketidakpercayaan diri

7. Semakin tinggi pola asuh over proteksi maka semakin rendah tingkat kematangan
social anak.
Hal ini menjelaskan bahwa pola pengasuhan orang tua memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap perkembangan kematangan sosial anak-anak usia prasekolah.
Kajian dan Penelitian Psikologimempengaruhi perkembangan psikologis dan sosial
anak. Stimulus dan respon orang tua yang sesuai dengan perkembangan
anak akan mendorong perkembangan psikologis dan sosial anak sebaliknya
stimulus dan respon yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak akan menghambat
perkembangan anak. Mussen, dkk (1992) Anak yang dididik secara otoriter, dengan
kontrol ketat dan lebih menekankan hukuman daripada rewards cenderung
menciptakan anak yang tidak mempunyai kepercayaan diri, pendiam, pasif dan
cenderung agresif. Sebaliknya, anak yang tumbuh dalam keluarga dengan
kontrol dan perhatian yang tidak memadai (sangat longgar) cenderung menjadi anak
egois, apatis, penuh keraguan (ambivalen), sering menentang atau melanggar
aturan. Karakteristik tersebutmenggambarkan kondisi social imature, karena sering
menyebabkan terjadinya benturan Psikologidengan kepentingan, hak orang lain
atau nilai-nilai, norma-norma dan aturan main yang berlaku dalam lingkungan
sosialnya. Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa orang tua yang
memberikan kepercayaan, kebebasan memilih dan mendorong anak untuk mandiri
dan percaya diri dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan
sosialnya. Pola asuh atau sikap orang tua tidak hanya mempunyai pengaruh
kuat pada hubungan di dalam keluarga tetapi juga pada sikap dan perilaku anak
termasuk perilaku mandiri dan kematangan sosial. Orang tua yang tidak terlalu
melindungi atau terlalu posesif terhadapanak, mendorong anak untuk mandiri dan
percaya diri. Mandiri dan percaya diri merupakan dua kualitas yang sangat
mendukung kemampuan sosial anak.
Karena pola asuh over proteksi lebih menunjukan pada sikap orang tua yang
over protek (perhatian yang berlebihan) terhadap anak sehingga anak tidak mampu
mengembangkan potensi kematangan sosialnya dengan baik. Sikap melindungi
secara berlebihan akan sangat mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari,

3
karena dalam suatu kehidupan anak itu tidak bisa lepas dari lingkungannya karena
akan bisa mudah untuk membentuk kepribadian terhadap anak. Kesempatan dalam
beraktualisasi sangat terbatas, sehingga anak kurang memiliki self konfident yang
rendah pada setiap aktifitas yang dilakukanya. dampak over proteksi yang
dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya akan sangat berpengaruh sekali dalam
pembentukan perkembangan anak diantaranya:
- Anak merasa kurang percaya diri (self konfident) terhadap kemampuan yang
dimilikinya, sehingga anak untuk melakukan segala sesuatu kegiatan selalu
minta ijin.
- Sulit untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya karena tidak terbiasa
berhubungan langsung bermain dengan teman-temanya.
- Akan menjadi penakut dan kepribadian yang labil karena segala apa yang
dilakukanya merasa tidak benar.
- Selalu minta ditemani dalam melaksanakan segala aktifitas, karena anak merasa
tidak aman apabila melakukan kegaiatan sendirian.
- Pertumbuhan kreatifitas yang dimilikinya kurang berkembang dengan
baik, karena saat melaksanakan segala kegiatan selalu diatur.
- Anak akan bereaksi agresif karena ia mendapat hambatan dalam memuaskan
keinginannya sebagai akibat dari pola asuh overprotection.
- Tidak adanya kesempatan pada anak untuk melatih fisik dan gerakkannya
padahal hal ini merupakan kesempatan anak untuk menyalurkan keteganggan
dan energi yang ada dalam dirinya.
- Pengasuhan orang tua yang selalu memenuhi tuntutan anak dapat menyebabkan
anak sulit dikontrol, kurang bertanggung jawab dan menjadi pemberontak.
- Anak cenderung memililki konsep diri yang “ngambang” yaitu ketidaktahuan
akan diri dan kemampuan yang ia miliki sebagai konsekwensi dari tidak
adanya kesepatan untuk mengaktualisasika diri. Konsep diri yang negatif ini
akan sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam meraih prestasi

8. Pola asuh otoriter dapat menghambat kemampuan kreativitas anak


Salah satu ciri dari pola asuh otoriter terlihat dari adanya aturan dan batasan yang
mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk berpendapat, jika
anak tidak mematuhi akan diancam dan dihukum. Haltersebut menjadikan anak
tertekan dan merasa tidak dihargai. Selain itu orang tua yang terlalu posesif tidak
memberikan kesempatan bagi anak untuk menemukan pengalaman dan
pengetahuan sendiri.Diharapkan kepada orang tuauntuk dapat menggunakan pola
asuh yang sesuai dengan perkembangan anak. Pemilihan pola asuh sangat
menentukan perkembangan anak. Anak yang selalu dikekang dengan aturan dan
batasan yang mutlak harus ditaati, diancam dan dihukum akan memberikan
tekanan secara mental pada anak sehingga seluruh potensianak tidak akan
berkembang secara optimal. Pembelajaran anak seraya bermain membuktikan
bahwa pembelajaran anak harus dengan menyenangkan tanpa tidak ada
paksaan. Hal tersebut juga berlaku di lingkungan keluarga terutama orang tua
sebagai madrasah pertama anak.

4
9. Membuat anak rentan jadi korban perundungan (bullying).
Dari data yang sudsah didapat berdasarkan catatan Dinkes Propinsi Jatim terdapat
2% / 1700 anak mengalami gangguan perkembangan motorik khususnya motorik halus
pada anak usia toddler, selain itu juga terdapat gangguan kecerdasan atau retardasi
mental (Afrianti, 2008). Project Director bidang Cultural Intelligence dari Lembaga
Riset Flamingo Singapura, Preeti Varma, mengatakan bahwa tren yang berlaku saat
ini menunjukkan orang tua memiliki pola asuh yang lebih modern. Akibatnya, orang
tua saat ini sering kali terlalu overprotective kepada anak (Sulaiman Reza, 2014). Hal
ini dapat dilihat di beberapa kota besar di Negara-negara ASEAN, Jakarta contohnya.
Banyak orang tua yang melarang anak untuk main di luar rumah karena takut anaknya
terkena polusi udara atau pengaruh buruk dari lingkungan (Sulaiman Reza, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Astarini (2013:91) tentang Hubungan Antara Perilaku
Overprotective Orang Tua Dengan Bullying Pada Siswa SD Bendan Ngisor Semarang.
Hasil analisis deskriptif perilaku overprotective orang tua untuk tiap aspek
menunjukkan bahwa
Semua aspek pada variabel perilaku overprotective orang tua tergolong sedang
dari aspek kontak berlebih dengan anak (62,69%), aspek perawatan atau pemberian
kepada secara terus menerus (59,7%), aspek mengawasi anak secara berlebihan
(43,28%) dan aspek memecahkan masalah anak (64,18%). Berdasarkan studi
pendahuluan yang ditemukan pada tanggal 12 Agustus-12 September 2014 (saat
pelaksanaan KKN) di kelurahan Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupaten
Blitar, terdapat 6 keluarga yang menerapkan pola asuh mengekang atau overprotektif
pada anak mereka, anak mereka dilarang bermain yang lebih karena takut sakit ataupun
terjadi kecelakaan, oleh sebab itu anak mereka lebih banyak diam dan mengikuti
apa yang dikatakan orang tua mereka. Sehingga hal ini pun menjadi sebuah
kecendurangan bagi anak untuk hanya mengikuti apa yang orang lain katakan. Hal ini
juga menyebabkan anak menjadi kurang memiliki kepercayaan diri untuk speak up.
Kebanyakan dari mereka hanya bisa diam dan melakukan apa saja yang disuruh demi
tercapainya keamanan dalam kehidupannya diluar pengawasan orang tua.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sikap posesif merupakan suatu bentuk perilaku orang tua yang diterapkan orang
tua dalam mendidik anaknya. Tetapi perilaku orang tua tersebut kurang
menguntungkan bagi perkembangan anak. Dimana orang tua selalu memberikan
perlindungan yang berlebihan dan selalu memanjakan anak dalam hal apapun serta
selalu memberi pengawasan yang ketat agar anaknya tidak terjadi hal-hal yang
diinginkan.
Dalam hal ini terdapatnya hubungan antara sikap posesif orang tua terhadap
perkembangan anaknya. Sikap orang tua yang selalu memanjakan anak dapat membuat
anak menjadi tidak bisa mengekspresikan dirinya dilingkungan sosial nya. Anak pun
jadi mempunyai kepribadian yang negatif serta remaja tersebut akan terlambat matang
dalam menjalani tugas-tugas perkembangan nya. Sikap orang tua tersebut yang akan
merusak karakter anak.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan juga kesimpulan di atas makan kelompok
kami memberikan saran sebagai berikut :
Untuk orang tua diharapakan dapat memahami kondisi anaknya, karena berbagai
tuntutan baik mental, moral maupun sosial. Orang tua diharapakan tidak menerapkan
sikap yang berlebihan kepada anaknya, seperti halnya selalu menginginkan kontak
dengan anak dan bentuk perilaku over protective lainnya, karena perilaku over
protective dapat menjadikan anak mengalami masalah dalam penyesuaian diri,
kurangnya rasa percaya diri, tidak dapat mengatasi masalahnya sendiri, dan hal – hal
yang tidak diinginkan yang akan muncul suatu saat Ketika mereka menjadi dewasa.
Pada dasarnya anak ingin melakukan suatu hal yang mereka suka tanpa adanya
kekangan/larangan dari orang tua, namun banyak orang tua yang tidak menginginkan
anaknya melakukan hal – hal baru yang menurut mereka(orang tua) tidak perlu, maka
dari itu sebagai orang tua yang baik harus men-support anaknya dalam segala bidang,
baik akademik amupun non-akademik dengan sikap yang sewajarnya. Selagi itu hal
yang baik kenapa orang tua harus melarang.

6
DAFTAR PUSTAKA

Devi, Sistia Restu. 2018. Gambaran Tingkat Depresi Pada Remaja dengan Pola Asuh Over
Protective di MAN 1 Kota Bogor. Bogor : Poltekkes kemenkes Bandung Prodi
Keperawatan Bogor
Harlina, Desi, dkk. 2017. Sikap Over Protective Orangtua Terhadap Perkembangan Anak.
Diakses pada 17 Oktober 2021, dari
https://jurnal.iicet.org/index.php/jpgi/article/view/218/240
Siska, Mai & Mayar, Farida. 2019. Vol 3. Urgensi Pola Asuh Orang Tua dalam
Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini.Padang : Program Studi PAUD, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Padang.
Uswatun, Hasanah. Sikap Over Proteksi Orang Tua Dan Kematangan Sosial Anak

7
MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas UKM Bhakti Karya Mahasiwa Tentang Pengaruh


Positif Orangtua Yang Posesif Terhadap Anak

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Politeknik Negeri Malang


2021

8
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Pengaruh positif orangtua yang posesif
terhadap anak.". Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini memberikan penjelasan dan fakta-fakta
dengan akurat dan jela. bagi pembaca untuk mempermudah memahami dan mengerti tentang
informasi-informasi yang dipaparkan. Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini.
Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat diharapkan demi makalah agar menjadi lebih baik. Penulis
juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang pengaruh-pengaruh
positif orangtua yang posesif terhadap anak.

Malang 20 Oktober 2021


Penulis

9
Daftar isi

Kata Pengantar……………………………………………………………….. 2

Daftar Isi……………………………………………………………………... 3

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang………………………………………………………………. 4

Rumusan Masalah…………………………………………………………… 5

Tujuan……………………………………………………………………….. 5

Manfaat……………………………………………………………………… 5

Bab II Pembahasan

Dampak Positif Orangtua Posesif…………………………………………… 7

Kedewasaan dan Kemandirian anak yang Mendapat Perilaku Posesif……… 9

Bab III Kesimpulan

Kesimpulan………………………………………………………………….. 11

Saran………………………………………………………………………… 11

Daftar Pustaka………………………………………………………………. 13

10
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang membahas suatu masalah dan
masing-masing mengemukakan pendapatnya atau alasan (KBBI, 2005: 240). Menurut Widyamartaya
(1999; 21), berdebat berarti berbicara kepada lawan bicaranya untuk membela atau
menyerang/pendapatnya, saling beradu kepandaian dan logika. Di era yang modern ini, tentu saja
debat adalah sarana paling efektif untuk menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang adanya
suatu permasalahan, karena setiap orang pasti mempunyai pola pikir dan logika yang bermacam-
macam. Hampir setiap permasalahan yang ada dapat digunakan sebagai debat. Debat dapat juga
digunakan untuk memberi opini opini yang baru, yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh
masyarakat.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa semua kegiatan berbahasa yang
berupa tuturan-tuturan berpotensi untuk dikaji, sehingga hal tersebutlah yang mendorong penulis
untuk mencari argumentasi-argumentasi yang menentang dampak buruk dari orangtua yang posesif.
Setelah menyimak referensi-referensi berupa penelitian terdahulu, peneliti belum menemukan
penelitian dengan kajian dan objek penelitian yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian
tentang orangtua yang posesif memberi dampak yang baik pada anak belum pernah diteliti.
Penelitian tentang dampak positif orangtua yang posesif terhadap anak dilakukan berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut. Yang pertama, sejauh penelitian yang kami lakukan, tidak ada topik di
dunia yang hanya menimbulkan dampak baik maupun dampak buruk saja, kedua faktor tersebut
selalu ada walaupun mungkin salah satu faktor hanya memunculkan dampak yang sedikit. Sebagai
contoh, COVID-19 yang merupakan sebuah pandemik mempunyai dampak positif, yaitu masyarakat
semakin waspada dan rajin untuk membersihkan diri. Selanjutnya, topik debat yang kami telaah
belum pernah diteliti sebelumnya dan kami yakin banyak argumentasi-argumentasi yang akan
dipaparkan dengan baik. Ketiga, kami ingin menyatakan bahwa orangtua adalah pemegang peranan
paling penting di kehidupan anak, terutama dalam dampak yang positif, karena orangtua adalah guru
pertama yang memberikan dan mengajarkan hal-hal dasar kepada kita.

11
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah:
1. Apa dampak positif yang ditimbulkan dari orangtua yang posesif terhadap anak?
2. Apakah orangtua yang posesif membuat anak menjadi sakit mental serta tidak mandiri?

1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk memnuhi tujuan :
1. Mengetahui dampak-dampak positif dari orangtua yang posesif terhadap anak
2. Mengetahui hubungan ketidakmandirian dan penyakit mental anak dengan sikap posesif
orangtua

1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
• Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa digunakan untuk bahan kajian ilmu psikologi
• Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian yang
akan dating
2. Manfaat praktis
• Bagi anak-anak, penelitian ini diharapkan dapat menjadi penuntun pemahaman dalam
keluarga
• Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam
mengimplementasikan pengetahuan tentang dampak orangtua yang posesif

12
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dampak Positif Orangtua Posesif


Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui individu dari mereka
lahir ke dunia. Lingkungan keluarga pertama adalah Ayah, Ibu dan, individu itu sendiri.
Hubungan antara individu dengan kedua orang tuanya merupakan hubungan timbal balik
dimana terdapat interaksi di dalamnya. Setiap orang tua tentunya ingin yang terbaik bagi
anak-anak mereka. Keinginan ini kemudian akan membentuk pola asuh yang mana nantinya
akan ditanamkan orang tua kepada anak-anak. Pola asuh disini merupakan bagian dimana
orang tua mengontrol, membimbing, dan, mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan. Pola asuh yang posesif
biasanya cenderung membatasi dan menghukum. Mereka mendesak anak untuk mengikuti
perintah dan menghormati apa yang mereka inginkan. Orang tua dengan pola ini sangat ketat
dalam memberikan batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anak, serta komunikasi
verbal yang terjadi juga lebih satu arah. Orang tua yang posesif umumnya menilai anak
sebagai obyek yang harus dibentuk oleh orang tua yang merasa “lebih tahu” mana yang
terbaik bagi anak-anaknya. Anak yang diasuh dengan pola yang posesif sering kali terlihat
kurang bahagia, ketakutan dalam melakukan sesuatu karena takut salah, minder, dan memiliki
kemampuan komunikasi yang lemah.
Akan tetapi, dibalik orang tua yang posesif ini juga memberikan dampak yang
positif. Seperti halnya dalam melakukan suatu tindakan si anak memiliki batasan untuk
membedakan manakah yang dianggap baik dan yang buruk yang telah diajarkan oleh orang
tua. Dalam hal ini orang tua melakukan sebuah pembelajaran terhadap anak sejak dini supaya
anak tersebut mengetahui perbedaan antara mana yang baik dan mana yang buruk dalam
artian disini orang tua yang posesif memiliki dampak yang sangat positif terhadap si anak itu
sendiri tentunya dalam memberikan suatu upaya preventif (pencegahan) ketika anak akan
melakukan adaptasi dengan lingkungan luar tersebut si anak sudah mengetahui ajakan-ajakan
yang akan memberikan hal yang akan berdampak baik maupun buruk, tentunya dalam hal ini
antisipasi mengajarkan/memperkenalkan anak untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk itu merupakan hal yang lebih baik diajarkan sejak awal saat mereka belum
mengerti apa-apa dalam artian si anak masih sangat lugu.
13
Orang tua yang posesif berarti orang tua yang memberikan perhatian yang lebih
pada anak, sehingga anak itu tidak merasa kurang kasih sayang. Hal ini secara tidak langsung
akan membuat si anak merasa nyaman ketika berada di rumah dalam pemikirannya sudah
tertanam bahwa guru yang paling baik, teman yang paling baik, serta yang selalu ada saat kita
dalam kondisi terpurukpun adalah orang tua kita sendiri mereka akan senantiasa selalu berada
disamping kita dalam keadaan sesulit apapun, tanpa mereka kita mungkin akan sangat merasa
kesepian dan tidak punya teman. Dalam artian dibalik orang tua yang posesif ini memberikan
dampak yang sangat positif supaya si anak lebih dekat dengan orang tua dan selalu terbuka
terhadap semua permasalahan yang sedang dihadapi si anak tersebut. Orang tua yang posesif
dapat membuat anak lebih siap untuk menghadapi dunia luar. Dalam hal ini orang tua
menceritakan semua kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu terhadap si anak
tersebut, kemudian secara tidak langsung peran orang tua disini mengajarkan agar si anak
tidak melakukan kesalahan yang sama yang pernah dilakukan orang tuanya di masa lalu. Si
anak diajarkan serta diberi sebuah pembelajaran untuk menghindari hal-hal yang nantinya
akan berdampak buruk terhadap si anak. Si anak di edukasi dan diberi saran agar tidak
terjerumus terhadap hal-hal yang tidak diinginkan, dalam hal ini juga si anak juga dilatih
menjadi orang yang sabar dan kuat dalam menghadapi masalah yang ada di dunia luar lebih ke
persiapan yang matang menuju pendewasaan.

2.2 Kedewasaan dan Kemandirian anak yang Mendapat Perilaku Posesif


Anak yang terbiasa diberikan respon posesif oleh orang tua akan membuat
kemampuan emosional anak menjadi stabil dan dewasa, Hal ini sangat mungkin terjadi
karena sejak kecil, dia tumbuh di dalam lingkungan yang teratur, yang mana sejak kecil sudah
diajarkan untuk merelakan sesuatu yang dia inginkan dengan yang di kehendaki orang tuanya,
rasa rela ini yang nantinya membuat dia menjadi pribadi yang lebih stabil dan dewasa, dia
tahu tentang yang namanya prioritas, mana yang harus di dahulukan dan tidak. Orang tua
posesif membuat anak terbiasa mempunyai pertimbangan yang matang terhadap keputusan
yang dia pilih karena berdampak pada dia sendiri. Karena hidup di dalam lingkungan yang
teratur, anak-anak akan menjadi lebih pemikir dalam keadaan tertentu, seperti yang sudah
dijelaskan di poin sebelumnya, anak akan lebih mengerti tentang yang namanya prioritas,
apalagi, semakin baik pilihan yang di buat oleh seorang anak anak, semakin baik respon yang
diberikan oleh orang tua. Anak yang diberikan respon posesif oleh orang tua akan terbiasa

14
mengurusi dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi karena, sejak kecil anak cenderung di arahkan
dalam segala sesuatu, termasuk mengurus dirinya sendiri. Anak yang diberikan respon posesif
oleh orang tua akan menjadi anak yang penurut dan berbakti. Hal ini bisa terjadi karena, sejak
kecil hidupnya nya sudah biasa diatur, melakukan semua yang orang tuanya inginkan, karena
jika tidak , pasti akan ada konsekuensi yang orang tuanya berikan kepada si anak sehingga
anak kan cenderung hati-hati terhadap apa yang akan ia lakukan.Orang tua yang posesif
mengarahkan anaknya kepada tujuan yang jelas sehingga posesif dibutuhkan untuk menjadi
anak dengan kepribadian yg diinginkan oleh orang tuanya.
Orang tua yang posesif juga mengajarkan pada anak disiplin di lingkungan
eksternal. Maksudnya disini adalah dibalik orang tua yang posesif secara tidak langsung
mengajarkan si anak untuk disiplin di dunia luar. Misalkan saja, saat si anak pergi nongki
bersama dengan teman-temannya di malam hari tentunya tidak memungkinkan jika si anak
tersebut pulang terlalu malam, dalam hal ini juga merupakan suatu kebaikan tersendiri untuk
mengantisipasi dari adanya hal-hal yang tidak diinginkan seperti perampokan, dan yang lebih
ditakutkan lagi jika berpergani tengah malam sendiri apalagi jika anak perempuan pastinya.
Terkadang ada anak-anak cowok yang suka mengganggu di jalanan, bisa dilihat banyak sekali
sekarang kejadian pemerkosaan bahkan setelah diperkosa pun masih ada yang tega untuk
membunuh dan membuangnya begitu saja. Maka dari itu biasanya orang tua memperbolehkan
untuk nongki di malam hari dengan syarat sampai rumah pada pukul 9 malam.Setiap orang tua
pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, ingin anaknya berada di jalur yang jelas, dengan
adanya respon posesif dari orang tua, anak akan terdorong untuk selalu punya tujuan yang
jelas terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan sehingga bisa dikatakan lebih terarah.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Orang tua yang posesif umumnya menilai anak sebagai obyek yang harus dibentuk oleh
orang tua yang merasa “lebih tahu” mana yang terbaik bagi anak-anaknya. Anak yang sedari
kecil sudah dididik secara posesif oleh kedua orang tuanya, kemungkinan besar pada saat
mereka dewasa mereka akan lebih matang dalam mengambil berbagai keputusan. Ini karena
terdapatnya komunikasi dua arah antara si anak dan kedua orang tuanya. Anak yang dididik
posesif oleh kedua orang tuanya akan lebih berhati-hati dalam berbagai aspek, seperti lebih
berhati-hati dalam bertindak apapun.
Kemungkinan anak terhindar dari pergaulan bebas jika dididik posesif sedari kecil juga
berdampak baik untuk dirinya sendiri. Anak menjadi pintar dalam menyeleksi teman-teman
yang pantas untuk dipilih sebagai teman pula. Anak yang memiliki orang tua yang posesif akan
menimbulkan rasa khawatir kepada kedua orang tuanya apabila dia ingin melakukan sesuatu
yang tidak semestinya pula.
3.2 Saran

Menurut kami, dengan adanya dididikan posesif dari kedua orang tua ini memiliki
berbagai dampak baik untuk kepribadian anak. Mungkin untuk saat ini kita tidak tahu apa
dampak positif dan kita hanya memikirkan hal-hal negatifnya saja. Keposesifan terhadap anak
itu sangat diperlukan, apalagi dizaman sekarang ini. Posesif di sini tidak hanya semerta-merta
memerintahkan anak itu melakukan ini dan itu akan tetapi kedua orang tua harus juga
memfasilitasi anak itu sendiri, contohnya seperti komunikasi dua arah.
Keposesifan akan dianggap mempunyai dampak baik jika kedua belah pihak (antara
anak dan kedua orang tua) itu sama-sama mengerti nilai posesif itu sendiri. Kedua orang tua
yang tidak hanya semena-mena melakukan posesif itu terhadap anak begitupun si anak yang
bisa menerima dan melihat sisi positif nya itu seperti apa.

16
Daftar Pustaka

https://www.merdeka.com/jatim/ketahui-apa-itu-posesif-sebuah-sifat-mengekang-dalam-
hubungan-dan-cara-mengatasinya-kln.html

https://blog.cicil.co.id/contoh-makalah-mahasiswa-dan-cara-membuatnya/

17

Anda mungkin juga menyukai