Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KELOMPOK 8

TEMA: ROBERT J. STENBERG

MATA KULIAH:

TES INTELEGENSI

DISUSUN OLEH:

1. CUCU WAHYUNI (1810901009)


2. FASHA CHAIRUNISYA (1810901021)
3. LOVEIANY ILMIAH ZULNI (1810901030)
4. SYILMA AULIA SYAPIRA (1810901048)
5. SUSI TAMALA SARI (1830901158)

DOSEN PENGAMPU:

LISTYA ISTININGTYAS, M.PSI., PSIKOLOG

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

RADEN FATAH PALEMBANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

C. Tujuan............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................
A. Sejarah Intelegensi Dan Biografi Robert J. Sternberg .........................
B. Teori-Teori .....................................................................................
C. Hasil Penelitian Sternberg .................................................................
D. Alat Tes Sternberg ...........................................................................
E. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Triaksis ..........................................
BAB III PENUTUP ...................................................................................
A. KESIMPULAN ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk unik yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia


diberikan akal dan pikiran untuk diaplikasikan dalam kehidupannya. Keabstrakan
manusia dan kemampuannya dalam berpikir menggiring manusia untuk
menemukan bagaimana cikal bakal dan alasan mengapa manusia dapat berpikir
dan mengapa setiap manusia memiliki daya pikir yang berbeda-beda. Beberapa
orang yang tertarik pada pengkajian seputar kemampuan manusia mencoba
mengerahkan kemampuannya untuk menggali kebenaran mengenai kecerdasan
manusia, hingga di bentuklah teori-teori tentang kecerdasan manusia.

Kecerdasan atau yang dewasa ini sering dikenal dengan sebutan


Intellegensi merupakan bagian terpenting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Hal ini dikarenakan Intellegensi memiliki
keterkaitan dengan kemampuan individu untuk berpikir, berhitung, berbicara,
beradaptasi terhadap lingkungan, menyelesaikan masalah, mengambil keputusan,
serta kemampuan lainnya yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Intelegensi
merupakan kemampuan yang bersifat umum dan potensial.

Tingkatan kecerdasan manusia mempengaruhi persepsinya terhadap


sesuatu. Hal ini tidak dapat dipungkiri, terlihat bahwa banyak ahli yang melahirkan
teori-teori tentang kecerdasan tetapi mereka tidak mencapai kesepakatan dalam
banyak hal mengenai intelegensi. Definisi-definisi yang dikemukakan menunjukkan
batasan yang tidak serupa. Mereka juga tidak sepaham dalam melihat apakah
intelegensi merupakan heriditas atau modifikasi. Beberapa ahli mencoba
menghubungkan intelegensi dengan bakat, kreativitas, dan prestasi. Selain itu,
Para ahli juga berbeda dalam melihat komponen-komponen yang terdapat dalam
intelegensi. Beberapa ahli yang mengajukan teorinya mengenai intelegensi, di
antaranya adalah Terman, Spearman, Sternberg, Thurstone, Guilford, dan
Gardner. Intelegensi diukur menggunakan tes intelegensi dan diskala
menggunakan ukuran yang dikenal dengan IQ.

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan zaman menghantarkan


kepada pembaharuan-pembaharuan pemikiran. Teori intellegensi yang tadinya
bersifat tunggal, dengan adanya pengkajian ulang kini menyatakan bahwa
kecerdasan tidak hanya berasal dari satu aspek saja. Teori Sternberg adalah salah
satu contohteori yang melandaskan proses pemecahanmasalah sebagai tolak ukur
dari kecerdasan manusia. Hal ini didasarkan pada pernyataan Sternberg yang
mengatakan bahwa teori ini diyakini melampaui banyak teori sebelumnya dalam
ruang lingkupnya, dan untuk menjawab pertanyaan yang lebih luas tentang
Kecerdasan daripada yang telah dijawab oleh teori intellegensi tunggal
sebelumnya (Sternberg, 1984). Pada kesempatan kali ini, penulisakan mengangkat
teori Robert J. Sternberg sebagai bahan diskusi yang terangkum kedalam rumusan
masalah berikut:

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Robert J. Sternberg?
2. Bagaimana Pemikiran serta Teori Sternberg mengenai Kecerdasan
Manusia?
3. Bagaimana Hasil Penelitian Sternberg?
4. Bagaimana Alat Tes Intellegensi versi Sternberg?
5. Apa kekuatan dan kelemahan Teori Sternberg?
C. Tujuan

Karya tulis ini dibuat untu memenuhi tugas mata kuliah Tes Intelegensi
secara khususnya. Selain itu, penulisan karya ini juga bertujuan untuk
memberikan jawaban atas rumusan masalah yang ada sehingga baik penulis
maupun pembaca dapat mengambil informasi dari materi yang di angkat dalam
karya tulis ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Intelegensi dan Biografi Robert J. Stenberg

Robert J. Stenberg lahir pada tanggal 8 Desember 1949 di kota Newark,


New Jersey. Sejak kecil Stenberg sudah memiliki minat terhadapkecerdasan, di
dorong oleh pengalamannya tentang pengujian kecerdasan di sekolah dasar yang
menumbuhkan minatnya untuk membuat tes kecerdasan sendiri sebagai proyek
sains bersama teman-temannya di kelas. Secara kebetulan Stenberg menemukan
tangga nada Stanford-Binet di perpustakaan setempat, dan dengan tidak sopan
karena tidak disengaja, Stenberg mulai memberikan tes tersebut kepada teman-
teman sekelasnya. Kemudian tidak lama setelah itu muncul pengujiannya sendiri
yang dinamakan Sternberg Test of Mental Abilities (STOMA), karena itulah
kemudian pada tahun-tahun berikutnya ia banyak menerbitkan teori-teori yang
berpengaruh besar dalam dunia psikologi (Jonathan Plucker, 2016).

Robert J. Sternberg adalah Profesor Perkembangan Manusia di Sekolah


Tinggi Ekologi Manusia di Universitas Cornell dan Profesor Kehormatan Psikologi di
Universitas Heidelberg, Jerman. Sternberg sempat menjabat sebagai Presiden dan
Profesor Psikologi dan Pendidikan di Universitas Wyoming. Sebelumnya, dia adalah
Rektor, Wakil Presiden Senior, Profesor Bupati Psikologi dan Pendidikan, dan
Ketua Yayasan Keluarga George Kaiser untuk Kepemimpinan Etis di Universitas
Negeri Oklahoma.Sebelum pergi ke Oklahoma State, Sternberg adalah Dekan Seni
dan Sains dan Profesor Psikologi dan Pendidikan di Universitas Tufts, dan sebelum
itu, Profesor Psikologi dan Pendidikan IBM, Profesor Manajemen, dan Direktur
Pusat Psikologi Kemampuan, Kompetensi, dan Keahlian di Yale.

Sternberg adalah mantan Presiden Asosiasi Psikologi Amerika, Federasi


Asosiasi dalam Ilmu Perilaku dan Otak, Asosiasi Psikologi Timur, dan Asosiasi
Internasional untuk Pendidikan Kognitif dan Psikologi. Dia juga pernah menjabat
sebagai Bendahara Asosiasi Kolese dan Universitas Amerika. Sternberg juga
pernah menjadi presiden empat divisi dari American Psychological Association.
Steinberg memegang 13 gelar doktor kehormatan dari 11 negara. Sternberg telah
memenangkan lebih dari dua lusin penghargaan untuk karyanya. Dia adalah
penulis lebih dari 1800 publikasi dan, sebagai penyelidik utama, telah menerima
lebih dari $ 20 juta dana hibah.

Dikutip dalam laporan APA Monitor on Psychology sebagai salah satu dari
100 psikolog terbaik abad ke-20dan dalam laporan di Archives of Scientific
Psychology oleh Diener dan rekan-rekannya sebagai salah satu dari 200 psikolog
teratas di era modern. Menurut Google Scholar, ia telah dikutip lebih dari 190.000
kali, memiliki indeks h 210, dan nilai i10 1134; terbitannya yang paling sering
dikutip, menurut Google Scholar, telah dikutip lebih dari 7300 kali. Dia telah
dikutip oleh ISI sebagai salah satu yang paling banyak dikutip (½ teratas dari 1%)
di antara psikolog dan psikiater.

Sternberg adalah anggota National Academy of Education dan American


Academy of Arts and Sciences. Dia adalah Anggota Asosiasi Psikologi Amerika,
Asosiasi Ilmu Psikologi, Asosiasi Riset Pendidikan Amerika, dan Asosiasi Amerika
untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan. Dia telah menerima sekitar dua lusin
penghargaan nasional dan internasional, termasuk Penghargaan Grawemeyer
dalam Psikologi dan Penghargaan James McKeen Cattell dan William James dari
APS, dan telah memegang sekitar $ 20 juta dalam hibah dan kontrak penelitian.Ia
menikah dengan Karin Sternberg, PhD, dan memiliki lima orang anak.

Menurut Robert Stenberg kecerdasan (intelligence) adalah kemampuan


mengenai seberapa baik individu untuk menyikapi perubahan di sepanjang
kehidupannya, dengan memanfaatkan keterampilan mental supaya biasa
menerima kelemahan mereka. Perilaku intelegen bersifat relatif sesuai dengan
sosial dan budaya dimana individu berada, artinya lingkungan sangat
mempengaruhi intelegensi individu (Bagus Triyanto, 2015). Stenberg dikenal
dengan konsep triarki-nya, dimana ia mengemukakan bahwa intelegensi terdiri
dari tiga faktor yang berbeda. Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu
hubungan antara intelegensi dan dunia internal seseorang atau mekanisme
mental yang mendasari perilaku mental individu, intelegensi dan dunia eksternal
individu atau penggunaan mekanisme mental sehari-sehari guna mencapai
kesesuaian dengan lingkungan, dan intelegensi dan pengalaman atau peranan
perantara antara dunia eksternal dan internal dalam hidup individu.

Sesuai dengan fungsinya, teori Stenberg ini berisikan tiga sub teori, yaitu
konteks (contextual), pengalaman (experience) serta komponen (componential)
(Azwar, 2017). Teori Stenberg ini erat kaitannya pada pendekatan kognitif,
adapun subteori konteks berusaha menjelaskan dan menunjukkan perilaku-
perilaku yang dianggap perilaku intelegen pada lingkungan budaya tertentu, yaitu
intelegensi komponen-komponen intelegensi manusia menurut Stenberg
terorganisasikan atas Metakomponen (Metacomponents), komponen performansi
(performance companents), dan komponen penerimaan pengetahuan (knowledge-
acqusition companents).

B. Teori-Teori

Psychologist Robert Strenberg mendefinisikan inteligensi sebagai aktivitas


mental yang diarahkan pada kegiatan yang bertujuan untuk menyesuaikan diri,
memilih dan membentuk lingkungan yang sesuai dengan kehidupan individu
(Strenberg dalam Jamaris, 2010) . Inteligensi muncul dalam tiga bentuk yaitu
analitis, kreatif, dan praktis. Inteigensi analitis yaitu kemampuan untuk
menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan dan mempertentangkan.
Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, menemukan, dan
mengimajinasikan. Sedangkan inteligensi praktis adalah kemampuan untuk
menggunakan, mengimplementasikan dan mempraktikkan. Sternberg memandang
Kecerdasan dalam konteks yang terdiri dari tujuan adaptasi, pembentukan, dan
pemilihan dunia nyata yang relevan dengan kehidupan seseorang.
Sternberg mengemukakan teori mengenai triarki inteligensi sebagai berikut
: Inteligensi analitis, yaitu bagaimana cara pemrosesan yang dimiliki ketika
menggunakan inteligensi untuk memikirkan suatu masalah. Komponen-komponen
mental ini meliputi : mengenali dan mendefinisikan masalah, memilih strategi
pemecahan masalah, menguasai dan mengaplikasikan strategi, serta
mengevaluasi hasil. Beberapa penggunaan komponen inteligensi tidak saja
mensyaratkan kemampuan analitis, namun juga kemampuan metakognisi, yaitu
pengetahuan atau kesadaran terhadap proses kognitif. Murid yang memiliki
metakognitif yang lemah akan gagal menyadari keberadaan kalimat yang sulit
dalam buku teks, dan mereka tidak selalu menyadari bahwa mereka belum
mengerti makna dari sebuah bacaan. Hal tersebut mengakibatkan siswa
menghabiskan waktu terlalu sedikit pada materi yang sulit dan menghabiskan
waktu terlalu banyak pada materi yang telah mereka pahami. Sebaliknya siswa
yang memiliki kemampuan metakognitif yang baik akan mengevaluasi
pemahaman mereka dengan membaca ulang bacaan yang telah diselesaikan,
menelusuru ulang apabiila diperlukan dan mempertanyakan apabila ada hal-hal
yang belum mereka pahami; akibatnya mereka belajar dengan baik.

Inteligensi kreatif merujuk pada kreativitas dalam menggunakan


kemampuan yang telah dimiliki dalam situasi baru. Individu yang memilliki
inteligensi kreatif akan mampu beradaptasi dengan situasi-situasi baru dan
mampu membuat tugas-tugas berjalan dengan otomatis. Orang-orang yang tidak
memiliki inteligensi kreatif akan berkinerja baik hanya apabila mereka berada
dalam situasi yang tidak menuntut dinamika tinggi.

Inteligensi praktis merujuk pada penerapan praktis dari inteligensi, yang


mensyaratkan memahami konteks situasi yang berbeda-beda. Inteligensi praktis
yang baik meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan (ketika berada
di wilayah yang rawan akan kriminalitas maka akan bersikap lebih siaga).
Inteligensi praktis membantu menyadari kapan harus merubah lingkungan. Selain
itu, inteligensi praktis membantu untuk memperbaiki situasi dan memiliki
pengetahuan turunan (tacit knowledge). Pengetahuan turunan yaitu suatu strategi
yang bersifat praktis dan berorientasi pada tindakan tindakan untuk mencapai
suatu tujuan, yang tidak diajarkan dalam pendidikan formal atau diajarkan secara
verbal, dan diperoleh melalui observasi terhadap orrang lain.

Menurut Sternberg, murid dengan pola triarkis yang berbeda akan tampak
berbeda pula di sekolah. Murid dengan kemampuan analitis yang tinggi cenderung
lebih disukai di sekolah. Mereka seringkali mudah menyerap pelajaran yang
diberikan guru. Mereka biasanya dianggap murid “pintar” dan mendapat ranking di
atas dalam kelas. Murid yang memiliki inteligensi kreatif biasanya bukan
menempati posisi ranking di atas di dalam kelas. Menurut Sternberg murid kreatif
mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas pelajaran sesuai dengan harapan guru,
mereka tidak member jawaban yang lazim atau tepat, tetapi jawaban yang unik
dan aneh, sehingga mereka sering disalahkan. Guru yang baik tidak akan
menghambat kreativitas murid, tetapi meningkatkan pengetahuan murid dan tidak
menekan pemikiran kreativitasnya. Seperti murid yang memiliki kreatifitas tinggi,
murid dengan inteligensi praktis seringkali kesulitan memenuhi keinginan sekolah.
Namun murid ini seringkali berprestasi di luar kelas atau sekolah. Mereka biasanya
memiliki keahlian sosial dan pemahaman umum yang baik.

Sternberg percaya bahwa hanya sedikit tugas sekolah yang murni analitis,
kreatif dan praktis. Umumnya tugas-tugas tersebut membutuhkan kombinasi-
kombinasi dari keahlian-keahlian itu. Misalnya: saat murid menulis ringkasan buku,
mereka mungkin dengan sekaligus menganalisis tema buku, menemukan ide baru
tentang bagaimana buku itu bisa ditulis dengan lebih baik, memikirkan tentang
bagaimana tema buku itu dapat diaplikasikan untuk kehidupan orang. Oleh karena
itu, dalam mengajar, guru harus menyeimbangkan ketiga tipe inteligensi itu. Murid
harus diberikan kesempatan untuk belajar menggunakan pemikiran analitis,
kreatif, fan praktis, meskipun tetap diberi pengajaran gaya konvensional yang
hanya focus pada belajar dan mengingat informasi.
Objek dari teori kecerdasan Teori triarkikecerdasan adalah teori individu
dan hubungannyake dunia internal mereka, dunia eksternal mereka,
danpengalaman digunakansebagai mediator internal dan eksternal mereka.
Tempat kecerdasan, bagaimanapunada didalamindividu. Lokus ini tidak diragukan
lagi. Untuk ujian-ple, Rogoffmemandang intelijen sebagai konteks perilaku. Olson
memandang intel-ligence berasal dari perilaku, bukan berasaldariinstrinsik, atau
entah bagaimana, gen-menghapus perilaku tersebut.

Teori triarki tidak akan sepenuhnya memuaskan para sarjanayang mencari


lokus kecerdasan hanya di dalamindividual, atau hanya dalam perilaku, atau hanya
dalam konteksperilaku, karena teori triarkis mendalilkanlokus kecerdasan berada
di ketiganya: Komponen sub teori berkaitan dengan disposisi internal dariindividu
dan manifestasinya dalam perilaku; kontrasub teori tekstual berkaitan dengan
konteks di manakehidupan dan perilaku individu terjadi; dan dua-sub teori facet
berhubungan dengan bagaimana pengalaman memediasiinteraksi individu dengan
lingkungan Ipercaya bahwa itu telah dan terus menjadi pentingmempelajari
bagaimana lokus ini berkontribusi dan berinteraksi dalam mendefinisikan intelijen,
tapi saya percaya itu kontraproduktif untuk mencari alokus unik dari sifat dan asal
mula kecerdasanketika tidak ada lokus tunggal (Sternberg, 1884)

C. Hasil Penelitian Sternberg

Teori Sternberg yaitu Theory Intellegency Triarchic berangkat dari


ketidakpuasan terhadap pendekatan kognitif dan psikometri semata (Azwar,
2017). Pada tahun 1958 Sternberg mengusulkan teorinyasebagai alternative untuk
ide faktor kecerdasan umum (Greelande, 2019). Starnberg lebih menekankan
teorinya pada kesatuan dari berbagai aspek intelegensi sehingga teorinya lebih
berorientasikan pada proses (Azwar, 2017: Sternberg, Frensch,1990).
Pernyataannya tersebut yang kemudian menciptakan teorinyaini.

Dalam studinya yang berjudul “The Theory of Successful Intellegence”,


didukung oleh College Board (Sternberg & the Rainbow Project Team, 2002)
Sternberg melakukan penelitian terhadap 1.015 siswa di 15 institusi berbeda (13
perguruan tinggi dan 2 sekolah menengah). Sternberg menggunakan serangkaian
tes yang telah di perluasnya. Dari tes STAT pilihan ganda yang telah dijelaskan
sebelumnya, Sternberg menggunakan 3 ukuran tambahan dari keterampilan
kreatif dan 3 keterampilan praktis.

Tes kreativitas yang ditambahkan adalah sebagai berikut:


1. Kartun: Peserta diberi lima kartun yang dibeli dari arsip New Yorker, tetapi
dengan judul dihapus. Tugas peserta adalah memilih tiga kartun, dan
memberikan keterangan untuk setiap kartun. Dua juri terlatih menilai semua
kartun untuk kepintaran, humor, dan orisinalitas. Skor kreativitas gabungan
dibentuk dengan menjumlahkan peringkat individu pada setiap dimensi.
2. CeritaTertulis: Pesertadimintauntukmenulisduacerita, masing-masing
menghabiskan waktusekitar 15 menit, memilih dari judul berikut: A Fifth
Chance, 2983, Beyond the Edge, The Octopus's Sneakers, It's Moving
Backwards, dan Not Enough Time. Sebuahtim yang terdiri dari empat juri
dilatih untuk menila icerita untuk orisinalitas, kompleksitas, kegairahan
emosional, dan deskripsi. Cerita-cerita ini awalnya didasarkan pada karya yang
dilakukan untuk mengukur kreativitas (Sternberg, 2005 ; Sternberg & Lubart,
1995)
3. CeritaLisan: Peserta disuguhi lima lembar kertas, masing-masing berisi satu set
gambar yang dihubungkan dengan tema yang sama. Misalnya, peserta
mungkin menerima selembar kertas dengan gambar tema musik, tema uang,
atau tema perjalanan. Peserta kemudian memilih salah satu halaman dan
diberi waktu 15 menit untuk menyusun cerpen dan mendiktekannya kedalam
alat perekam. Jangka waktu dikte tidak lebih dari lima menit. Proses tersebut
kemudian diulangi dengan lembar gambar lainnya sehingga setiap peserta
mendiktekan total dua cerita lisan. Enam juri dilatih untuk menilai orisinalitas,
kompleksitas, kegairahan emosional, dan deskripsi.
Tes keterampilan praktis yang ditambahkan, yaitu :
1. Inventarisasi Penilaian Situasi Sehari-hari (Film): Inventaris berbasis video ini
menyajikan kepada peserta tujuh sketsa singkat yang menangkap masalah
yang dihadapi secara umum, kehidupan sehari-hari, seperti menentukan apa
yang harus dilakukan ketika seseorang diminta menulis surat rekomendasi
untuk seseorang yang tidak terlalu dikenalnya.
2. Kuesioner Akal Sehat :Inventaris tertulis ini member peserta 15 sketsa yang
menangkap masalah yang dihadapi dalam situasi terkait bisnisumum, seperti
mengelola tugas yang membosankan atau menangani situasi kerja yang
kompetitif.
3. Kuesioner Kehidupan Perguruan Tinggi : Inventaris tertulis ini menyajikan
kepada peserta 15 sketsa untuk menangkap masalah yang dihadapi dalam
situasi umum terkait perguruan tinggi, seperti menangani perjalanan ke kantor
bendahara atau berurusan dengan teman sekamar yang sulit.

Dari testersebut yang telah ditambah dan dikembangkan dengan sedemikian


rupa oleh Sternberg dan rekan-rekannya, dengan menyertakan aspek triarki yaitu
kreativitas, praktis, dan analisis, ditemukan bahwa tes tersebut secara signifikan
dan substansial dapat meningkatkan validitas SAT untuk memprediksi nilai
perguruantinggi pada tahun pertama (Sternberg, 2005; Sternberg & the Rainbow
Project Collaborators, 2005; Sternberg, The Rainbow Project Collaborators, &
University of Michigan Business School Project Collaborators, 2004).

Menggunakan tes ini untuk penerimaan kelasakan menghasilkan keadilan dan


keberagaman yang lebih besar dari pada hanya menggunakan SAT. Tes ini
sekarang sedang dalam uji coba Fase-2, di mana itu akan di ujicobakan pada
sampel individu yang lebih besar.
D. Alat Tes Sternberg

Sternberg Triarchic Abilities Test (STAT) yang memuat konten sebagai berikut
(Sternberg, 2005):

1) Analytical-Verbal: Mencari tahu arti dari neologisme (kata-kata buatan) dari


kontek salam. Peserta melihat sebuah kata baru yang tertanam dalam sebuah
paragraf, dan harus menyimpulkan maknanya dari konteksnya.

2) Analitik-Kuantitatif: Seri bilangan. Peserta harus menyebutkan bilangan apa


yang harus muncul berikutnya dalam rangkaian bilangan.

3) Analytical-Figural: Matrices. Peserta melihat matriks figural dengan entrikanan


bawah hilang. Mereka harus mengatakan opsi mana yang cocok dengan ruang
yang hilang.

4) Praktis-Verbal: Penalaran sehari-hari. Peserta diberikan seperangkat masalah


sehari-hari dalam kehidupan seorang remaja dan harus memilih opsi yang paling
baik untuk menyelesaikan setiap masalah.

5) Praktis Kuantitatif: Matematika sehari-hari. Peserta disajikan dengan skenario


yang membutuhkan penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari
(misalnya, membeli tiket untuk permainan bola), dan harus menyelesaikan
masalah matematika berdasarkan scenario tersebut.

6) Practical-Figural: Perencanaanrute. Peserta disajikan dengan peta suatu area


(misalnya, tamanhiburan) dan harus menjawab pertanyaan tentang navigasi
secara efektif melalui area yang digambarkan oleh peta.

7) Kreatif-Verbal: Analoginya baru. Peserta disajikan dengan analogi verbal yang


didahului oleh premis kontrafaktual (misalnya, uang jatuh dari pohon). Mereka
harus memecahkan analogi seolah-olah kontrafaktual premis itu benar.

8) Kreatif-Kuantitatif: nomor baru Operasi. Peserta diberikan aturan untuk


bilangan baru operasi, misalnya, flix, yang melibatkan numeric manipulasi yang
berbeda sebagai fungsi dari apakah pertama operan lebih besar dari, sama
dengan, atau kurang dari yang kedua. Peserta harus menggunakan operasi
bilangan novel untuk memecahkan masalah matematika yang disajikan.

9) Creative-Figural: Di setiap item, peserta pertama kali disajikan dengan seri


figural yang melibatkan satu atau lebih transformasi; mereka kemudian harus
menerapkan aturan rangkaian kesosok baru dengan tampilan berbeda, dan
menyelesaikan rangkaian baru.

10) Analytical-Essay: Esai ini mengharuskan peserta untuk menganalisis manfaat


satpam di sekolah menengah: Apa keuntungan dan kerugiannya dan bagaimana
hal ini dapat ditimbang untuk membuat rekomendasi?

11) Praktis Esai: Memberikan tiga solusi praktis untuk masalah yang Anda hadapi
saat ini dalam hidup Anda.

12) Creative-Essay: Menggambarkan atau menjelaskansekolah yang idea

Teoritriaki dapat dioperasionalkan dalam tiga bentuk ideal kelas ukuran yang
luas. Ini bisa saling terkait dalam menggambarkan pendekatan ini. Matriks
pertama, Rll, terdiri dari ukuran konteks;kedua, R22, tentang ukuran kemampuan
untuk menghadapi hal baru;ketiga, R33, pengukuran otomatisasi proses.
Persilanganmatriks, R12, R13, dan R23, akan memberikan pengujian
konstrukdefinisi. Tapi tunggu. Sistem Sternberg membutuhkan R44, compo-nents
of control. Ini, juga, harus diukur dengan cara yang sama

E. Kelebihan dan Kelemahan Teori Triaksis ( Triarchic Theory )


1. Kelebihan Teori Triakis Sternberg

Kelebihan pemahaman inteligensi yang berbasis pada teori ini adalah sebagai
berikut:

a. Gambaran Sternberg mengenai teori kecerdasan manusia tentunya


menurut kami adaptif dengan lingkungan intelektual saat ini sehingga sulit
untuk diperdebatkan bahwa sub teori konstektual bukanlah hal yang
penting dari aspek kecerdasan (Pallegrino& Goldman).
b. Sudut pandang kontekstual berguna dalam melawan kebingungan
predictor- kriteria yang merajalela saat ini.
c. Memungkinkan seseorang memusatkan kemampuannya pada kekuatan
dan memperbaiki atau mencoba mengatasi masalah berdasarkan
kelemahannya.
d. Memotivasi atau merangsang seseorang dengan cara yang lebih sesuai.
e. Menggunakan kemampuan yang terintegrasi untuk mencapai kesuksesan
dalam hidup sesuai dengan definisi personal & konteks sosio-kultural.
f. Beradaptasi, membentuk, dan memilih lingkungan.
g. Menemukan keseimbangan dalam penggunaan kemampuan analitik,
kreatif, dan praktis.
h. Teori successful intelligence dapat membuat perbedaan, baik dalam
kondisi laboratorium, ruang kelas di sekolah, atau kehidupan keseharian
orang.
i. Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara :
1. Inteligensi dan dunia internal seseorang, atau mekanisme mental
yang mendasari perilaku inteligen.
2. Inteligensi dan dunia eksternal seseorang, atau penggunaan
mekanisme mental untuk mencapai kesesuaian dengan lingkungan
3. Inteligensi dan pengalaman, perantara antara dunia internal dan
eksternal seseorang.

2. Kelemahan Teori Triaksis ( Triarchic Theory )


Adapun kelemahan-kelemahan pada teori yang sebagian didapat
melaluki kritik dari tokoh lain mengenai teori kecerdasan Sternberg ini
adalah sebagai berikut:
a. Diskusi Stenberg adalah sebuah kontribusi besar, yang sangat lengkap
dengan ide-ide yang menarik dan orisinal. Namun demikian, agak
longgar terstruktur dan sulit diikuti, terutama karena deskripsinya dan
argumen hanya bersifat verbal (Vernon, 1979)
b. Tidak disebutkan evolusi biologis otak dan fungsinya pada pramanusia
serta species manusia serta anatomi otak yang terabaikan.
c. Sternberg tidak berusaha menghubungkan teorinya sekarang dengan
teori yang lain.
d. Langkah terbaru oleh Eysenck (1982) dan Jensen (1982) memprediksi
kecerdasan dari waktu reaksi, waktu inspeksi, dan potensi yang
dibangkitkan merupakan ancaman bagi teori kognitif Stemberg.
Namun, ia menyertakan diskusi yang berguna tentang peran kecepatan
dalam intelijen.
e. Tidak ada referensi untuk psikologi perkembangan, meskipun pasti
pertumbuhan keterampilan dan konsep kognitif dari Birth on membantu
dalam memahami proses pada orang dewasa. Selain itu, Eksperimen
Stenberg sebagian besar telah dilakukan dengan mahasiswa sebagai
subjek - sulit sampel representative orang dewasa.
f. Analisis faktor tidak diabaikan, dan ini digunakan di beberapa
Investigasi Stemberg sendiri, tetapi sarannya bahwa meta- komponen
sesuai dengan faktor umum (atau orde kedua) dan komponen kinerja
untuk mengelompokkan (mungkin utama) factor tidak masuk akal.
Juga, orang mungkin lebih bersedia menerima miliknya daftar panjang
komponen jika beberapa di antaranya terbukti faktor yang dapat
dibedakan.
g. Yang paling mencolok adalah kurangnya penyebutan peran faktor
genetik dalam fungsi intelektual. Sternberg sering mengacu pada
kemampuan kognitif yang diperoleh, dan karena itu modifia-Ble Dia
tidak mengatakan apakah ada individu bawaan perbedaan dalam
kapasitas untuk membangun tinggi, atau tidak terlalu tinggi, intelijen.
Sangat mungkin dia lebih suka melewati topik sial. Tapi tidak perlu
bersekutu dengan keduanya Posisi Kamin atau Jensen dan Eysenck. Itu
pasti membantu untuk mengetahui apakah dia setuju, seperti
kebanyakan psikolog, itu kemampuan intelektual adalah fenotipe, yang
berasal dari interaksi genotipe dengan stimulasi envirnomental (Ver-
non 1979)
h. Skor tes inteligensi hanya merupakan indikator 1 aspek dari
keterampilan intelektual seseorang.
i. Hanya sesuai untuk pelajar-pelajar yang cerdas (gifted students)
karena hanya mengukur aspek-aspek yang kemampuan memori dan
analisa, sedangkan anak dengan kelebihan pada keterampilan yang lain
perlu diberi kesempatan menunjukkan kemampuannya tersebut.
j. Membutuhkan instrumensasi pada skala yang belum pernah dimintas
ebelumnya
k. Perlakuan Sternberg terhadap “kecepatan mental” membingungkan
karena sulit untuk membedakan dengan jelas antara kecepatan pada
tingkat paling dasar (kognitifdasar) dan tingkat manifestasi kecerdasan
yang kompleks. (Jensen)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecerdasan menurut Robert J. Sternberg adalah hal yang terdiri atas
beberapa komponen, tidak hanya dibentuk oleh hal tunggal saja. Penelitian
sebelumnya banyak melupakan mengenai sifat Kecerdasan yang bebas. Mereka
hanya terikat pada satu aspek dan melupakan aspek lain yang juga sebenarnya
merupakan bagian dari Kecerdasan.
Meskipun teori yang dikemukakan oleh Sternberg terbilang baru dan jelas
sangat berbeda dibanding teori sebelumnya, namun teori ini banyak menuai
kritikan dari para ahli yang kurang sependapat dengan Konsep Kecerdasan milik
Sternberg.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.(2017). PengantarPsikologiIntelegensi (Edisi I). Yogyakarta: Pustaka


Belajar

Azwar, Saifuddin. 1996. “Pengantar Tes Intelegensi”. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Eyseuek, H. J. (1982) A model for intelligence. Springer-Verlag. [HJE, PEV]

https://www.intelltheory.com/sternberg.shtml. Di akses pada 30 Oktober


2020.

Jensen, A. R. (1969) How much can we boost IQ and scholastic achievement?


Harvard Educational Review 39: 1-123. [taRJS]

Martin, Jamaris. (2010). OrientasiBarudalamPsikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan


PenamasMurni.

Mu’min, Siti Aisyah. (2014). Variasi Individual dalamPembelajaran. Jurnal At-


Ta’dib, vol. 7(1)/ pp. 68-83

Plucker, Jonathan & Esping, Amber & Kaufman, James & Avitia, Maria. (2015).
Creativity and Intelligence. 283-291. 10.1007/978-1-4939-1562-0_19.

Srianasihombing. 2015. Teori kecerdasan Robert Jeffrey Sternberg.


https://www.google.com/amp/s/srianasihombing.wordpress.com/2005/07/1
2 teori-kecerdasan-robert-jeffrey-sternberg/amp/ (diakses tanggal 30
Oktober 2020)

Sternberg, R. J. (1984). Toward a triarchic theory of human intelligence.


Behavioral and Brain Sciences, 7(02), 269.

Sternberg, R. J. (1999). The theory of successful intelligence. Review of General


Psychology, 3(4), 292–316. doi:10.1037/1089-2680.3.4.292

Sternberg, R., J.. (2005). The Theory of Successful Intellegence. Interamerican


Journal of Psychology. 39. 189-202
Triyanto, Bagus. 2015. Hitung Sendiri IQ Anda. Jakarta: PT. Bentang Pustaka.

Vernon, P. E. (1979) Intelligence: Heredity and environment. Freeman. [PEVJ

Anda mungkin juga menyukai