Anda di halaman 1dari 3

Prinsip Dasar Teori Kepribadian menurut Rollo May

1. Kecemasan (Anxiety)

Dalam bukunya The Meaning of Anxiety, May mengklaim bahwa kebanyakan dari perilaku manusia
itu dimotivasikan oleh rasa ketakutan dan cemas. Kegagalan mengonfrontasikan kematian berfungsi
seperti pelarian sementara dari rasa cemas atau takut terhadap ketidakmengadaan. Namun pelarian ini
tidak bisa permanen. Kematian hanya satu-satunya yang absolut dalam hidup, cepat atau lambat harus
dihadapi oleh setiap orang.

2. Rasa Bersalah (Guilt)

Kecemasan muncul ketika manusia dihadapkan dengan masalah pemenuhan potensi mereka. Rasa
bersalah muncul ketika manusia menyangkal potensinya, gagal memahami secara akurat kebutuhan
sesamanya, atau masih tetap bersikukuh dengan ketergantungan mereka kepada dunia alamiah. Secara
umum, May menemukan tiga bentuk rasa bersalah ontologis, masing-masing berkaitan, yakni
Umwelt, Mitwelt, dan Eigenwelt.

3. Intensionalitas (Intensionality)

Intensionalitas adalah struktur yang memberikan makna bagi pengalaman dan mengijinkan manusia
melakukan pilihan terhadap masa depan. Tanpa intensionalitas, manusia tidak bisa memilih atau
bertindak berdasarkan pilihan tersebut. May menggunakan istilah “intensionalitas” untuk
menjembatani antara subjek dan objek. Intensionalitas merupakan struktur makna yang
memungkinkan kita sebagai subjek, melihat dan memahami dunia luar sebagai sesuatu yang objektif.

4. Kebebasan dan Takdir (Freedom and Destiny)

Dalam definisi May, kebebasan adalah kapasitas individu untuk mengetahui bahwa dia adalah
makhluk yang terbatas. Istilah terbatas ini kemudian oleh May disamakan dengan destiny atau takdir.
Kebebasan berasal dari pemahaman mengenai takdir, sebuah pengertian bahwa kematian
kemungkinan di momen apapun, bahwa kita adalah laki-laki atau perempuan, kita memiliki
kelemahan, dan bahwa perilaku masa anak-anak akan membawa kita pada pola perilaku tertentu.
Kebebasan mensyaratkan kemampuan menciptakan semua kemungkinan yang berbeda-beda dalam
diri manusia walaupun tidak begitu jelas di waktu seperti apa seseorang harus bertindak. May
mengakui dua bentuk kebebasan. Yang pertama adalah kebebasan eksistensial yaitu kebebasan untuk
bertindak atau melakukan sesuatu. Dan yang kedua adalah kebebasan esensial yaitu kebebasan meng-
ada (freedom of being).
5. Love and Will

Dasar membangun motivasi adalah daimonicic. Daimonic adalah seluruh sistem motif dan berbeda
untuk setiap individu. Ini terdiri dari kumpulan motif tertentu yang akhirnya disebut daimonics.
Daimonics termasuk kebutuhan yang lebih rendah, seperti makanan dan seks, serta kebutuhan yang
lebih tinggi, seperti cinta. Salah satu yang paling penting menurut May adalahdaimonics eros. Eros
adalah kasih (bukan seks), dan dalam mitologi Yunani adalah dewa kecil digambarkan sebagai
seorang pemuda. May memahami cinta sebagai kebutuhan kita untuk menjadi satu dengan orang lain.
Konsep lain yang penting adalah will, kemampuan untuk mengatur diri sendiri dalam rangka
mencapai tujuan seseorang. Will adalah "kemampuan untuk membuat keinginan menjadi kenyataan.
Dan merupakan manifestasi dari daimonics.Banyak keinginan, tentu saja, berasal dari eros. Hal ini
secara kasar akan identik dengan ego.

6. Mitos

Mitos yaitu kisah-kisah yang membantu kita dalam mengerti kehidupan yang dijalani, sebenarnya
adalah “narasi-narasi penuntun”. Mitos dalam pengertian ini agak mirip dengan apa yang disebut Jung
dengan arketipe, hanya saja dia dapat disadari atau tidak disadari, bisa bersifat personal maupun
komunal. Contoh mitos yang paling baik adalah bagaiamana orang berusaha hidup sesuai dengan
ajaran atau kisah-kisah yang diceritakan kitab suci.

Tahap-tahap Perkembangan

May satu-satunya psikolog eksistensial yang membicarakan “tahap-tahap perkembangan” yang bukan
dalam pengertian Freudian. Tahap-tahap tersebut adalah:

Tahap Kepolosan

Tahap pra-ego, tahap pra kesadaran diri yang ada pada diri bayi. Kepolosan adalah tahap pra-moral,
artinya tidak bisa dianggap baik maupun jelek.

Tahap Pemberontakan

Tahap di mana ego atau kesadaran diri anak-anak dan remaja mengalami perkembangan ke arah
perlawanan terhadap orang dewasa. Perkembangan dari sikap “tidak” anak-anak menjadi sikap “sekali
tidak, tetap tidak” para remaja.

Tahap Awam

Tahap ego orang dewasa yang normal. Ego ini bersifat konvensional dan sedikit membosankan.
Mereka telah nelajar tanggung jawab, tapi merasakannya sebagai beban yang terlalu berat sehingga
berusaha berontak dari kekangan nilai-nilai konformitas dan tradisional.
Tahap Kreatif

Tahap kedewasaan otentik, tahap eksistensial yang telah melampaui keegoan dan berusaha mencari
aktualisasi diri. Pribadi seperti ini adalah orang-orang yang menerima nasib, menghadapi kecemasan
dengan sikap berani.

Anda mungkin juga menyukai