Disusun Oleh :
AABBCC
xxxxxxx
KATA PENGANTAR
Penulis
RAHASIA
KATA PENGANTAR
BAB I
A. Identitas Klien.................................................................................................................1
B. Gambaran Permasalahan.................................................................................................2
C. Teori Permasalahan.........................................................................................................3
D. Dugaan sementara...........................................................................................................4
BAB II Asesmen
A. Wawancara ....................................................................................................................5
1. Pengerian Wawancara ...............................................................................................6
a. Definisi Wawancara................................................................................................7
b. Fungsi Wawancara.................................................................................................9
c. Tujuan Wawancara.................................................................................................11
2. Permasalahan Klien...................................................................................................12
3. Guide Line Wawancara ............................................................................................14
4. Kesimpulan Wawancara............................................................................................15
B. Observasi.........................................................................................................................16
1. Pengertian Observasi...................................................................................................17
2. Syarat dalam melakukan observasi..............................................................................19
3. Metode Pencatatan dalam Observasi ..........................................................................20
4. Pencatatan Anecdotal record ......................................................................................21
5. Kesimpulan Observasi.................................................................................................22
BAB III Intervensi
A.Teori Intervensi Yang Digunakan...................................................................................23
1. Menggunakan Intervensi Konseling............................................................................24
a. Definisi Konseling ..................................................................................................24
b.Tujuan Konseling ...................................................................................................24
2. Intervensi menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT) ...................................25
a. Definisi Cognitive Behavior Therapy (CBT) .........................................................25
b. Tujuan Intervensi Cognitive Behavior Therapy (CBT) .........................................26
B. Proses Intervensi ............................................................................................................26
1. Proses Intervensi Konseling .....................................................................................26
2. Proses Intervensi CBT – Misal menggunakan ini......................................................27
C. Hasil Intervensi...............................................................................................................27
1. Sebelum dilakukan intervensi......................................................................................28
RAHASIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Klien
Klien berinisial ISP, berjenis kelamin perempuan, umur klien pada saat
ini ialah 20 tahun beliau lahir di Bandar Lampung pada tanggal 14 Mei 1999,
beliau adalah seorang muslim, dan pekerjaan saat ini menjadi seorang
mahasiswa disalah satu Universitas Swasta di Lampung. Riwayat Pendidikan
ISP ialah, TK Amartatani, SDN 3 Labuhan Dalam, SMAN 13 Bandarlampung,
Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia, saat ini ia menempuh pendidikan
SI pada Prodi Menejemen Bisnis Semester tiga, klien memiliki hobi bernyanyi,
menulis, membaca klien adalah anak pertama dari dua bersaudara, ibu kandung
ISP berinisial SN, ayah kandung berinisial JI.
Klien adalah seorang mahasiswi yang melakukan studi tinggi disalah
satu perguruan tinggi Swasta di Lampung, beliau adalah seorang wanita yang
cantik dan cukup menyenangkan ketika diajak untuk berbincang-bincang karna
sangat humble. Kebetulan saat ini klien saya tidak tinggal bersama orang tuanya
melaikan dengan kakek dan neneknya akan tetapi ternyata sekitar tiga bulan
yang lalu sang kakek menghadap Sang Khalik, dia adalah anak sulung dan
memiliki seorang adik namun tidak sekandung ayah melainkan adik sekandung
ibu.
B. Gambaran Permasalahan
ISP memiliki permasalahan di keluarganya yang sudah sejak lama ia
pendam sendiri, dan beberapa hari terakhir ini ISP mulai merasa dirinya sudah
berada dititik terlemahnya, hal ini juga dikarnakan satu bulan yang lalu sang
kakek meninggal dunia, baginya kakeknya adalah sosok ayah sekaligus
pahlawan bagi hidupnya, terlebih ISP sudah sejak bayi tinggal bersama kakek
dan neneknya dikarnakan permasalahan yang ada di dalam keluarganya.
Sudah beberapa hari terahir ini pula ISP mulai tidak nyaman berada di
lingkungan sekitarnya, dan sudah 2 minggu tidak mengikuti perkuliahan, ia
merasa semua orang berbahagia dan hanya ia yang sejak kecil sampai detik ini
tidak pernah benar-benar merasakan kebahagiaan. Hal ini dikarnakan konflik
dikeluarga dan lingkungannya yang telah menganggap ISP sebagai seorang anak
hasil diluar pernikahan, stigma tersebut membuat ia merasa selalu menjadi orang
yang tidak berguna, dan terkadang hal tersebut membuat ia menjadi menyesal
telah dilahirkan dan tidak pantas terlahir didunia ini terlebih setelah kakeknya
meninggal hal tersebut menjadi semakin sering ia rasakan.
C. Dugaan Sementara
Pada kasus yang dialami oleh klien saya maka saya melakukan dugaan
sementara yakni klien saya mengalami permasalahan dalam hal “Penurunan
Penerimaan Diri” hal ini dibentuk dari masalah masalalu pada keluarganya yang
masih menjadi permasalahan pelik pada dirinya. Penerimaan diri (Self
Acceptance) ialah suatu kemampuan individu untuk dapat melakukan
penerimaan terhadap diri sendiri akan dijadikan dasar bagi seorang individu
untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam rangka penerimaan terhadap
keberadaan diri sendiri, dan ISP mengalami penurunan self acceptence dalam
dirinya.
Sikap penerimaan diri dapat dilakukan secara realistis namun juga dapat
dilakukan secara tidak realistis, seperti misalnya sikap secara realistis yakni
dapat ditandai dengan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun
kelebihan-kelebihan diri secara objektif. Sebaliknya penerimaan diri secara tidak
realistis ditandai dengan upaya untuk menilai secara berlebihan terhadap diri
sendiri, mencoba menolak kelemahan, mengingkari hal-hal yang buruk dalam
dirinya, merasa rendah diri, dan juga pengalaman traumatis masa lalu.
BAB II
ASESMEN
A. Wawancara
1. Pengerian Wawancara
a. Definisi Wawancara
b. Fungsi Wawancara
1. Menghindari kesalahan informasi agar data tidak simpang siur.
2. Data wawancara bisa dijadikan sebagai pelengkap informasi awal.
3. Memperoleh informasi komperhensif, akurat, jujur, dan mendalam.
4. Mendapatkan informasi dan data yang objektif dan berimbang.
5. Menggali kemungkinan adanya perspektif baru atas suatu masalah.
c. Tujuan Wawancara
1. Untuk menggali dan mendapatkan informasi atau data dari orang
yang ingin diketauhi informasinya.
2. Untuk melengkapi informasi data yang di kumpulkan dari Teknik
pengumpulan data lainnya.
3. Untuk mendapatkan konfirmasi dengan menguji hasil
pengumpulan data lainnya.
2. Permasalahan Klien
Pada permasalahan yang dialami oleh ISP maka jika diakitan dengan
teori Hurlock mengenai penerimaan diri, maka dalam diri ISP tidak
terpenuhinya faktor-faktor untuk menunjang individu dapat terpenuhi
penerimaan dirinya, berikut faktor-faktor yang tidak dapat terpenuhi dalam
penerimaan diri ISP berdasarkan teori Hurlock:
ISP sudah sejak kecil sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari
keluarga maupun dari lingkungan sekitarnya. Ia sering dianggap sebelah mata
karna tidak memiliki ayah kandung, terlebih sampai detik ini ia tidak pernah tau
wajah ayah kandungnya dan tidak tau pula apakah ayah kandungnya masih
hidup atau sudah meninggal.
ISP sering mendapatkan perlakuan kasar sejak ia kecil, dan berdasarkan teori
bahwa pola asuh serta tindak kekerasan masa kecil akan sangat mempengaruhi
seorang individu dapat membentuk penerimaan dirinya, dan perlakuan kasar
yang dialami ISP terdapat pada L 490, 500, dukungan sosial juga sangat kurang
didapatkan oleh ISP karna sebagai seorang yang tidak memiliki ayah maka ia
sering merasa tidak beruntung sehingga ia menjadi menutup diri dan tidak
terlalu banyak memiliki relasi perteman dan hal tersebut dikatakan oleh ISP
pada L 130, 135. ISP juga merasa bahwa dirinya dilahirkan adalah sebuah
kesalahan sehingga ia tidak pantas untuk dilahirkan kedunia, hal ini tercantum
pada L 120, 225.
ISP juga tidak dapat menerima ayah tirinya bahkan sampai detik ini, dan hal
tersebut dapat dibuktikan dalam percakapan pada L 260, 270. ia belum bisa
berdamai dengan keadaannya saat ini dan dalam aspek penerimaan diri bahwa
seseorang yang dapat dengan paham dan menerima keadaanya dalam hidupnya
merupakan suatu aspek yang penting agar individu tersebut dapat menerima
dirinya dengan baik.
Selama beberapa hari terahir ISP juga mengakui bahwa dirinya merasa
kurang nyaman saat menjelang malam sehingga hal tersebut sering membuatnya
begadang dalam keadaan gelisah dan tidak nyaman, uraian tersebut dapat dilihat
dalam percakapan pada L 230, 235, dalam hal ini ISP memiliki banyak beban
pikiran sehingga membuatnya menjadi sulit tidur dan tidak dapat berfikir dengan
jernih.
Namun pada saat dilakukannya konseling kepada ISP dan ia pun ingin
berusaha untuk menerima kenyataan yang ada dan hidup menjadi seorang wanita
yang tegar dan lebih baik lagi, hal tersebut terdapat pada L 390, 395, pada saat
dilakukan intervensi di bagian wawancara yakni dilakukannya intervensi CBT
lalu ISP juga menyadari apa saja permasalahan yang harus diselasaikan, hal
tersebut dapat dilihat pada percakapan di L 410.
B. Observasi
1. Pengertian Observasi
Observasi menurut Arikunto adalah pengamatan langsung dari
lingkungan fisik atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang
berlangsung yang mencakup semua kegiatan perhatian ke objek dengan
menggunakan alat penilaian sensorik, atau sautu pekerjaan yang dilakukan
dengan sengaja dan sadar untuk mengumpulkan data dan melaksanakan
prosedur yang sistematis dan tepat. Observasi menurut Karl Welck observasi
ialah pengamatan mencatat, memilih, konservasi dari serangkaian suasana
hati dan perilaku yang terkait dengan objek yang diobservasi.
2. Syarat dalam melakukan observasi
a. Observasi mempunyai arah dan tujuan yang khusus, bukan hanya untuk
mendapatkan kesan umum dalam suatu fenomena.
b. Observasi ilmiah dilakukan untuk mendakati situasi obyek yang
dilakukan secara sistematis.
c. Observasi juga mencatat sejumlah peristiwa tentang tipe-tipe tingkah
laku sosial tertentu.
d. Menuntut adanya keahlian agar data yang diperoleh dapat dipertanggung
jawabkan.
3. Metode Pencatatan dalam Observasi
Dalam kasus ini saya menggunakan pencatatan observasi Anecdotal
Records yakni suatu cara untuk melengkapi observasi, dalam mengadakan
pengamatan dengan mencatat kejadian yang berlaku dalam suatu objek yang
sedang diamati, catatan Anecdotal Record ditulis dengan singkat namun
mampu menjelaskan sesutau yang terjadi secara faktual sesuai dengan apa
yang didengar dan apa yang dilihat. Dalam pecatatan Anecdotal Records
dilakukan secara obyektif tidak berprasangka, tidak menduga duga dan
menceritakan bagaimana, kapan, dan dimana peristiwa itu terjadi, serta
mencatat apa yang dikatakan dan dikerjakan oleh objek.
4. Pencatatan Anecdotal record
Pada hari selasa 26 November pukul 20.00 berinteraksi dengan ISP pada
sangat itu saya langsung mewawancarai ISP sekaligus sambil mengobservasi
beliau, pada saat itu terlihat bahwa wajah subjek menunjukan bahwa ia
sedang sakit yakni wajahnya pucat, selain itu sebelum saya melakukan
wawancara dengan ISP sangat terlihat bahwa kantung matanya seperti orang
yang tidak dapat tidur dengan tepat waktu (sulit tidur) dan hal tersebut
kemudian saya konfimasi dengan ISP dan ia membenarkan bahwa beberapa
hari terahir ini ia merasakan tidak bisa tidur seperti hari-hari normalnya. Dan
hal tersebut menunjukan bahwa aspek pemahaman diri terhadap kondisi
yang dialami tidak terpenuhi.
Pada saat saya melakukan observasi selama 12 menit pertama sekitar
pukul 20.20 pada saat saya membahasa tentang sang kakek kemudian ia
menangis. Berdasarkan hasil data yang saya ketahui bahwa kakek dari ISP
sebulan yang lalu meninggal dunia, dan ISP mengakui bahwa hal tersebut
benar. ISP menyangi kakeknya dengan sangat hal ini dapat dibuktikan pada
setiap kali observer melakukan wawancara yang membahas tentang sang
kakek maka mata ISP berkaca-kaca lalu kemudian ia menangis.
Dan pada menit ke 30 sekitar pukul 21.05 saya meminta izin untuk
membuka buku catatan yang dimiliki ISP, Sebelum melakukan wawancara
dengan ISP saya terlebih dahulu ISP untuk membawa buku catatannya,
kemudian ISP memberikan izin untuk membaca bagian buku yang ia
perkenan kan untuk dilihat oleh saya dan didalam buku catatan tersebut
terdapat tulisan “Aku pengen ketemu ayah kandungku” kemudian ISP
mengkornfirmasi bahwa tulisan tersebut ia tulis saat ia masih duduk di
bangku SMA. (data akan terlampir di lampiran)
Dan di pada saat ahir wawancara sekitar pukul 21.17 kemudian ISP
memberi lihat foto yang ada didompetnya dan didalam dompet tersebut
terdapat foto sang kakek sendirian dan ada juga foto saat ISP berumur 4
tahun sedang merayakan ulang tahun yang didampingi oleh sang kakek dan
neneknya, membuktikan bahwa orang paling berharga bagi hidup ISP ialah
kakek dan nenek nya. (data akan terlampir di lampiran)
5. Kesimpulan Observasi
Pada observasi yang sudah dilakukan oleh observer maka dapat dilihat
bahwa ISP memiliki beban yang cukup berat yang diakibatkan oleh stigma
dilingkungannya mengenai statusnya sebagai seorang anak hasil diluar nikah
sehingga ia merasa tidak percaya diri, dan ketakutan ini pula dipacu oleh
meninggalnya sang kakek yang sangat ia sayangngi yang sudah ia anggap
layaknya seorang ayah. ISP merasa bahwa tidak ada lagi yang akan benar-
benar membelanya lagi selain kakeknya dalam menjalani kehidupan.
Dan dalam hal ini pula diketahui setelah observer melihat isi bacan yang
ada di dalam buku catatan ISP makan didapati bahwa ISP sangat ingin
bertemu dengan ayah kandungnya karna pada saat wawancarapun ISP
mengatakan bahwa ia belum pernah tau bagaimana bentuk wajah dari ayah
kandungnya.
Kesulitan tidur juga dialami oleh ISP yakni selama beberapa waktu
terahir ia mulai merasa tidak bisa nyenyak dalam tidur bahkan terkadang
tidak tidur sama sekali, hal ini pun diperkuat dengan kantung mata ISP yang
terlihat seperti orang yang sering begadang, dan ISP pun mengakui hal
tersebut benar adanya.
BAB III
INTERVENSI
a. Definisi Konseling
b. Tujuan Konseling
Menurut McLEOD tujuan dari kegiatan konseling, yaitu:
1. Pemahaman. pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan
emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih
kontrol rasional ketimbang perasaan dan tindakan.
2. Berhubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan
mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan orang lain.
3. Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang
selama ini ditahan atau di tolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih
akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
4. Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri sendiri yang
ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi
subjek kritik diri dan penolakan.
5. Aktualisasi diri atau individu. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau
penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
6. Pencerahan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spritual yang
tinggi.
7. Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak
bisa dipecahkan oleh klien seorang diri. Menuntut kompetensi umum
dalam pemecahan masalah.
8. Pendidikan psikologi. Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik
untuk memahami dan mengontrol tingkah laku.
9. Memiliki ketrampilan sosial. Mempelajari dan menguasai ketrampilan
sosial dan interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak
menyela pembicaraan, asertif, atau pengendalian kemarahan.
10. Perubahan kognitif. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tak
rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang
diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri.
11. Perubahan tingkah laku. Modifikasi atau mengganti pola tingkah laku
yang maladaptif atau merusak.
12. Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara
beroperasinya sistem sosial
13. Penguatan. Berkenaan dengan ketrampilan, kesadaran, dan
pengetahuanan yang akan membuat klien mampu mengontrol
kehidupannya.
14. Restitusi. Membantu klien membuat perubahan kecil terhadap prilaku
yang merusak.
15. Reproduksi dan aksi sosial. Menginspirasikan dalam diri seseorang
hasrat dan kapasitas untuk perduli terhadap orang lain, membagi
pengetahuan, dan mengkontribusikan kebaikan bersama (collective
good) melalui kesepakan politik dan kerja komunitas.
B. Proses Intervensi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sudah beberapa hari terahir ini pula ISP mulai tidak nyaman berada
dilingkungan sekitarnya, dan sudah 2 minggu tidak mengikuti perkuliahan, ia
merasa semua orang berbahagia dan hanya ia yang sejak kecil sampai detik ini
tidak pernah benar-benar merasakan kebahagiaan. Hal ini dikarnakan konflik
dikeluarga dan lingkungannya yang telah menganggap ISP sebagai seorang anak
hasil diluar pernikahan, stigma tersebut membuat ia merasa selalu menjadi orang
yang tidak berguna, dan terkadang hal tersebut membuat ia menjadi menyesal
telah dilahirkan dan tidak pantas terlahir didunia ini terlebih setelah kakeknya
meninggal hal tersebut menjadi semakin sering ia rasakan.
Pada kasus yang dialami oleh klien saya maka saya melakukan dugaan
sementara yakni klien saya mengalami permasalahan dalam hal “Penurunan
Penerimaan Diri” hal ini dibentuk dari masalah masalalu pada keluarganya yang
masih menjadi permasalahan pelik pada dirinya. Penerimaan diri (Self
Acceptance) ialah suatu kemampuan individu untuk dapat melakukan
penerimaan terhadap diri sendiri akan dijadikan dasar bagi seorang individu
untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam rangka penerimaan terhadap
keberadaan diri sendiri, dan ISP mengalami penurunan self acceptence dalam
dirinya.
dari wawancara yang didalamnya juga terdapat intervensi berupa konseling
dan CBT maka saya menyimpulkan bahwa ISP mengalami penurunan
penerimaan diri sehingga membuat ia menjadi seseorang yang merasa tidak
berharga dan hal tersebut sudah ia rasakan sejak ia masih kecil, sejak ia
mengalami kekerasan yang dilakukan oleh ibunya. Namun diharapkan dengan
dilakukannya intervensi maka ISP dapat menyadari bahwa apa yang ia fikirkan
tentang hal-hal negatif dalam dirinya sebaiknya dihindari dan kembali
memunculkan hal-hal positif yang dapat ia lakukan.
Pada observasi yang sudah dilakukan oleh observer maka dapat dilihat
bahwa ISP memiliki beban yang cukup berat yang diakibatkan oleh stigma
dilingkungannya mengenai statusnya sebagai seorang anak hasil diluar nikah
sehingga ia merasa tidak percaya diri, dan ketakutan ini pula dipacu oleh
meninggalnya sang kakek yang sangat ia sayangngi yang sudah ia anggap
layaknya seorang ayah. ISP merasa bahwa tidak ada lagi yang akan benar-benar
membelanya lagi selain kakeknya dalam menjalani kehidupan.
Nevid, Jefferey S, dkk. 2018. Psikologi Abnormal di Dunia yang Terus Berubah
Edisi kesembilan jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sari Mayang. Jurnal lmu Kesejahteraan Sosial. 2018. Penggunaan Tools
Assesment Biopsikososial dan Spiritual Anak Yang Menjadi Jorban
Perceraian Orang Tua. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) Ri: Jakarta. Volume 7 nomor 1.
Sarwono, Sarlito W dan Eko A Meinarno. 2011. Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Siregar, Elna Yuslaini dan Rodiatul Hasanah Siregar. 2013. Jurnal Psikologi.
Penerapan Cognitive Behavior Therapi (CBT) Terhadap Pengurangan
Durasi Bermain Games Pada Individu Yang Mengalami Games Addiction.
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara: Medan. Volume 9 nomor 1.
Proyeksi Kepribadian Tes Grafis. Diperbanyak oleh Prodi Psikologi Islam
UIN Raden Intan Lampung.
Permatasari, V.,(2016). Gambaran Penerimaan Diri (self Acceptance) pada
Orang yang Mengamlami Skizofrenia, Bandung : UIN Sunan Gunung Jati,
3(1)
John, M.,(2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, Jakarta :
Prenadamedia Group.
Kamelia H.(2016). Prinsip-Prinsip Konseling, Solo : Universitas Muhamadiyah
Surakarta, 3(1)
Yusuf, Y., (2009). Rancangan Intervensi Berbasis “ Cognitive Behavioral
Theraphy”, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung,
1(1)
Anggit F.,(2018) Teori-Teori Bimbingan Konseling, Jawa Timur : Pasca Sarjana
IAIN Purwokerto