Identitas subjek :
Nama/ inisial : TWL
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 11 Juli 1993
Usia : 26 Tahun
Pendidikan : mahasiswa s2
Agama : Islam
Suku : Jawa
Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
Alamat : Yogyakarta
Ayah Ibu S1 S2 S4
Nama NS K YA YU KS
Usia 54 50 35 35 20
Agama ISLAM
Jenis L P L L L
kelamin
Pendidika SMA SMA S1 SMA SMA
n kelas 1
Pekerjaan Pensiunan Ibu Guru - Pelajar
Wiraswasta rumah
tangga
Suku Jawa
Alamat Palembang
1
Istilah prokrastinasi ini pertama kali dicetuskan oleh Brown &
Holtzman pada tahun 1967 (Ferrari, dkk, 1995, dalam Rumiani, 2006). Istilah
ini berakar dari bahasa latin “procrastinare” yang berarti menunda sampai
hari selanjutnya. Millgram (1991) menyebutkan bahwa prokrastinasi
dilakukan semata-mata untuk melengkapi tugas secara optimal. Namun
penundaan ini tidak membuat tugas lebih baik, hal itu mengarah pada
penundaan yang tidak berguna.
Greory (2007) mengartikan prokrastinasi sebagai perilaku sengaja
untuk menunda menyelesaikan tugas. Salomom dan Rothblum (dalam
Gregory, 2007) mengartikan prokrastinasi sebagai perlaku menunda tugas,
sementara perilaku menunda-nunda pekerjaan dikarenakan ketidaknyamanan.
Selanjutnya Tuckman (2002), mendefinisikan prokrastinasi sebagai
ketidakmampuan pengaturan diri yang mengakibatkan dilakukannya
penundaan pekerjaan yang seharusnya dapat berada dibawah kendali atau
penguasaan orang-orang tersebut.
Ferrari (dalam Syaf,2014) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik
banyak berakibat negatif, dengan melakukan penundaan, banyak waktu yang
terbuang sia-sia, tugas-tugas menjadi terbengkalai bahkan bila diselesaikan
hasilnya menjadi tidak maksimal.
Ferrari (dalam Syaf, 2014) membagi prokrastinasi menjadi dua, yakni:
1. Functional procrastination, yaitu menunda dalam mengerjakan tugas
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan akurat
2. Dysfunctional procrastination, yaitu menunda dalam mengerjakan
tugas tanpa adanya tujuan, yang akhirnya berakibat tidak baik dan
menimbulkan masalah selanjutnya.
2
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu yang turut
membentuk perilaku prokrastinasi yang meliputi faktor fisik dan
psikologis.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu dapat berupa
tugas yang banyak (overloaded tasks) yang menuntut penyelesaian yang
hampir bersamaan (Bruno, 1998). Yang mempengaruhi prokrastinasi
adalah pola asuh orangtua dan lingkungan yang kondusif. Menurut hasil
penelitian, Ferrari dan Ollivete, tingkat pengasuhan otoriter ayah
menyebabkan timbulnya kecenderungan prokrastinasi yang kronis pada
subyek penelitian anak, dan wanita. Hal ini diperparah apabila lingkungan
kondusif dalam membentuk prokrastinasi.
c. Prokrastinasi Akademik
Ferrari (1995, dalam Putra & Halimah, 2015) mengemukakan bahwa
prokrastinasi akademik adalah penundaan menyelesaikan suatu tugas yang
merupakan prioritas tinggi tanpa didasari oleh alasan yang masuk akal.
Prokrastinasi akademik juga dapat diartikan sebagai jenis penundaan yang
dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik.
Jadi, yang dimaksud dengan prokrastinasi akademik yaitu menunda-nunda
pekerjaan di bidang akademis (Arumsari, 2009).
Menurut Ferrari (dalam Putra & Halimah, 2015), ciri-ciri prokrastinasi
akademik adalah:
1. Penundaan untuk memulai ataupun menyelesaikan kerja pada tugas
yang dihadapi
2. Adanya keterlambatan dalam mengerjakan tugas
3. Adanya kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja aktual
dalam mengerjakan tugas
3
4. Adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang
dipandang lebih mendatangkan hiburan dan kesenangan.
d. Aspek-aspek prokrastinasi Akademik
Millgram, Mey-Tal & levinson (dalam Burhani, 2016) menyatakan bahwa
dalam prokrastinasi terdapat empat aspek, antara lain:
a. Melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun
menyelesaikan tugas. Mahasiswa prokrastinasi cenderung tidak segara
memulai untuk mengerjkan dan mengerjakan tugas hingga selesai.
b. Menghasilkan akibat-akbat lain yang lebih jauh, misalnya
keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam
mengerjakan tugas. Mahasiswa yang memiliki kecenderungan untuk
menunda akan lebih lambat dalam menyelesaikan tugas yang
menyebabkan mahasiswa yang bersangkutan akan tergesa-gesa sehingga
hasil akhirnya tidak maksimal.
c. Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh perilaku prokrastinasi
sebagai tugas yang penting untuk dikerjakan. Mahasiswa mengetahui
bahwa penyelesaian tugas merupakan hal yang penting, tetapi cenderung
tidak segera diselesaikan dan bahkan mengerjakan tugas lain yang tidak
penting.
d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya
perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, dan panik. Adanya kerisauan
emosional yang timbul ketika mahasiswa melakukan prokrastinasi.
4
jawabnya. Akibatnya, banyak pekerjaan yang seharusnya ia kerjakan menjadi
tertunda, baik itu dalam hal belajar, maupun mengerjakan tugas. Perilaku
menunda-nunda pekerjaan tersebut sering disebut dengan istilah prokrastinasi.
Istilah prokrastinasi pertama-tama digunakan oleh Brown & Holtzman (dalam
Rizvi, 1997) untuk menunjuk pada suatu kecenderungan menunda-nunda
penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Jadi, yang dimaksud dengan
prokrastinasi akademik yaitu menunda-nunda pekerjaan di bidang akademis
(Arumsari, 2009).
Menurut Schraw, Wadkins, dan Olafson (dalam Khuzaimah, 2017)
prokrastinasi akademik dapat berbentuk prokrastinasi adaptif dan
prokrastinasi maladaptif. prokrastinasiakademik tidak selalu dianggap
memunculkan dampak negatif bagi individu dan bisa berdampak positif
maupun menguntungkan merupakan prokrastinasi adaptif. Hal ini dikarenakan
prokrastinasi akademik dapat mengurangi kebosanan, meningkatkan efisiensi
kerja, dan membuat individu dapat menikmati atau mengerjakan hal lain
selain belajar. Prokrastinasi akademik juga dapat menimbulkan rasa kepuasan
dan pencapaian yang tinggi karena telah berhasil mengerjakan tugas dengan
baik dalam waktu yang singkat.
Sedangkan prokrastinasi maladaptif merupakan keadaan dimana
perilaku menyebabkan dampak negatif dan tidak menguntungkan individu.
Pada prokrastinator maladaptif, individu merasakan kemalasan, kecemasan
dalam melakukan penundaan dan mengerjaan tugas yang sudah mendesak,
ketakutan akan kegagalan, dan mementingkan kegiatan lain yang tidak
berhubungan dengan pengerjaan tugas (bermain, menonton dsb) yang tidak
diiringi dengan kemampuan mengorganisir tugas.
Berdasarkan penelitian Ozer, Demir, dan Ferrari (2009), prokrastinasi
akademik yang terjadi di kalangan mahasiswa Turki mencapai 52%.Persentase
jumlah mahasiswa yang melakukan prokrastinasi tersebut cenderung terjadi
pada tugas-tugas akademik mereka. Hal tersebut dapat terlihat dari perilaku
prokrastinasi yang dilakukan yaitu sebanyak 33% perilaku menunda dalam
5
belajar untuk ujian, 30% prokrastinasi terjadi ketika menulis makalah, dan
menunda tugas membaca sebelum perkuliahan sebanyak 30%. Penelitian
terdahulu menemukan banyak terjadi prokrastinasi akademik seperti Ellis dan
Knaus (1977, dalam Solomon dan Rothblum, 1984) yang menemukan
prokrastinasi akademik terjadi 95%, Solomon dan Rothblum (1984)
menemukan 46% adanya perilaku prokrastinasi mahasiswa.
Penelitian yang dilakukan Surijah dan Tjundjing (2007) menemukan
dari 295 mahasiswa sebanyak 30,9% mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya tergolong sebagai high sampai dengan very high
prokrastinator. Penelitian Ozer (2011) dengan sampel siswa SMA, mahasiswa
sarjana dan pascasarjana menemukan bahwa mahasiswa sarjana paling banyak
melakukan prokrastinasi. Mahasiswa pascasarjana melakukan prokrastinasi
dengan angka yang tidak sebesar mahasiswa sarjana. Siswa SMA lebih sedikit
melakukan prokrastinasi dibanding mahasiswa sarjana. Data-data penelitian
terdahulu diatas membuktikan bahwa prokrastinasi akademik merupakan
perilaku nyata yang terjadi dan dilakukan mahasiswa di perguruan tinggi.
Burka dan Yuen menyatakan bahwa prokrastinasi terjadi pada semua
individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai pekerja
atau pelajar (Tondok dkk, 2008). Prokrastinasi tidak saja terjadi di dunia kerja,
namun juga banyak terjadi di kalangan pelajar atau mahasiswa. Burka dan
Yuen memperkirakan bahwa 90% mahasiswa melakukan prokrastinasi, 25%
adalah orang suka menunda-nunda kronis dan mereka pada umumnya tidak
melanjutkan kuliah di perguruan tinggi (Tondok dkk, 2008).
e. Pengelolaan diri/ Manajemen diri
1) Konsep dasar pengelolaan diri
Terminologi yang sama dan digunakan dalam modifikasi perilaku dan
terapi perilaku dari pengelolaan diri adalah self control (Brigham, et. Al 1976;
Budd, 1973;Foster, 1974; Goldfried & Merbaum, 1973; dan Mahoney &
THoresen, 1974) Self change (Schmidt, 1976); self management (Stuart,
1977); self regulation (Schwartz & Shapiro. 1976); beberapa penulis ada yang
6
menggunakan terminologi self- administreted behavior (Goodwin & Coates
dalam Walker,et.al. dalam Purwanta. E, 2015). Pengelolaan diri dalam arti
luas ialah prosedur dimana seseorang mengarahkan atau mengatur
perilakunya sendiri (Soetarlinah, dalam Purwanta. E, 2015). Pada prosedur ini
biasanya subjek terlibat langsung minimal pada beberapa kegiatan atau
seluruh -lima kegiatan (komponen) dasar yaitu: menentukan perilaku-sasaran,
memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan di terapkan,
melaksanakan prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektifitas prosedur
tersebut.
3. Asesmen
A. Tujuan Asesmen
Tujuan dari asesmen yang dilakukan adalah mendapatkan data yang akurat
untuk menegakkan diagnosa dan menyimpulkan permasalahan yang
dihadapi klien.
B. Rancangan dan pelaksanaan asesmen
7
AA
C. Rancangan umum observasi
D. Hasil asesmen
a. Hasil wawancara
1) Subjek TW
8
Subjek suka menonton video yang ada di youtube, seperti
menonton film korea, india dll. Namun, subjek lebih suka film korea.
Menurut subjek, subjek lebih sering menghabiskan waktu dengan
menonton film dari pada mengerjakan tugas. Kadang ketika subjek
merasa bosan dengan membuat tugas subjek langsung mengalihkan
pekerjaannya dengan menonton film di Youtube. Selain itu, subjek
kadang terganggu dengan suara tangisan anak kecil yang ada di kos
subjek. Ketika subjek mengerjakan tugas, tiba-tiba terdengar tangisan
anak kecil tersebut, subjek merasa konsentrasinya untuk mengerjakan
tugas menjadi tidak baik lagi, akhirnya subjek melakukan kegiatan
lain, seperti main hp, berjalan-jalan mengelilingi kos, agar mood
subjek mengerjakan tugas kembali lagi.
9
waktunya dengan menonton youtube dan bermain media sosial. Selain
suka membaca buku, subjek juga suka membuat puisi dari semenjak
S1. Subjek lebih suka mengerjakan tugas sendiri di kos, dari pada
mengerjakan tugas bersama teman-teman di luar. Karena menurut
subjek pergi mengerjakan tugas di luar atau di café menghabiskan
banyak biaya, lebih baik mengerjakan tugas sendiri di kos, lebih
leluasa mengerjakan tugas dan tidak menghabiskan biaya.
10
tertutup. Kadang juga sering kali terdengar suara subjek tertawa keras
sendiri di dalam kamar subjek.
4) Penjaga kos
Berdasarkan hasil wawancara dengan penjaga subjek bahwa
subjek anak yang baik, sopan. Subjek sering memasak didapur, jarang
membeli makanan diluar. Subjek anak yang sering terlihat didalam
kamar, jarang berinteraksi dengan teman kos lainnya, terkadang teman
kos memanggilnya dari luar, ternyata subjek tidur di dalam kamar.
Subjek lebih banyak melakukan aktivitas di dalam kamar. Pintu kamar
subjek sering terlihat tertutup. Kadang terdengar suara subjek tertawa
keras dari kamar subjek.
5) Kesimpulan hasil wawancara
Subjek lebih sering menonton film di youtube dan bermain media
sosial seperti Instagram, bisa menghabiskan waktu 9 jam dalam sehari
menonton video atau film yang ada di youtube dan sosial media seperti
instagram. Subjek kurang suka bergaul dengan banyak teman
dikampus maupun teman kos. Subjek lebih suka melakukan sesuatu
sendiri. Lebih suka mengerjaka tugas di kos sendiri dari pada bersama
teman-teman di cafe.
b. Hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi bahwa subjek memiliki tinggi
kurang lebih 165 cm dengan berat badan 150 kg. memiliki bentuk
wajah yang bulat, dengan warna kulit sawo matang, dengan hidung
yang tidak terlalu mancung. Selama di kampus, Subjek sering terlihat
menggunakan jilbab yang dalam, pakaian yang sopan, menggunakan
rok, dan baju yang dalam, terkadang subjek menggunakan gamis.
Selama observasi di kos, subjek sering terlihat mengerjakan tugas di
kos, subjek juga terlihat sering masak dikos dan menggunakan jilbab.
Subjek juga terkadang susah dibangun ketika sedang tidur. Ketika
datang kekosnya, subjek sedang tidur dan subjek susah dibangunin.
Ketika di kos, sebelum mengerjakan tugas subjek sering terlihat
11
memegang Handphone dan menonton youtube, terkadang membuka
video pendek di instagram. Beberapa menit kemudian subjek baru
mengerjakan tugas. Namun, pada saat mengerjakan tugas kelompok,
subjek terlihat mengerjakan tugas dengan baik, namun juga terkadang
terlihat menonton video di youtube dan instagram.
- Observasi di kos
Subjek jarang berinteraksi dengan teman kos, subjek labih sering
didalam kamar, pintu kamar subjek sering terlihat tertutup. Selain itu,
subjek sering terlihat memasak di dapur. Sesekali subjek
membersihkan kamar. Ketika subjek mengerja tugas, subjek lebih
sering memainkan handphonenya. Kadang subjek tertawa sendiri
menonton video yang ada di hpnya.
- Observasi di kelas
Subjek sering terlihat memainkan hpnya sebelum pelajaran dimulai,
kemudian mengikuti perkuliahan sampai selesai. Subjek juga pernah
terlihat memainkan hpnya kemudian tertawa sendiri pada saat dosen
tidak didalam kelas. Subjek sering terlihat menonton youtube yang ada
di hpnya dengan menggunakan headset yang subjek punya. Subjek
jarang terlihat berinteraksi dengan banyak teman di kelas, subjek
sering terlihat selesai kuliah subjek langsung pulang, tidak banyak
berbincang dengan teman-teman dikelas. subjek lebih cenderung
bergabung dengan teman-teman tertentu yang sesuai dengannya.
c. Hasil tes psikologi
- Hasil Tes grafis
- BAUM
Subjek memiliki sifat yang di dominasi oleh drivenya, yang mana
subjek adalah orang butuh pengakuan, suka di puja, eksplosif,
subjek juga ragu dalam menghadapi realitas, namun memiliki
ketajaman dalam pengamatan, sering suka menyenangkan hati
orang lain namun juga ada tendensi ke kanak-kanakkan.
- DAP
12
subjek termasuk orang yang rentan, rapuh, dimana ia sangat
membutuhkan aspirasi intelektual, subjek juga relative menolak
kritik, dan cenderung menolak pendapat orang lain yang tidak
sejalan denganyya. Terdapat pula dorongan agresif, kurang mampu
mengontrol dorongan atau nafsu.
- Hasil HTP
Subjek adalah orang yang mempunyai hubungan yang baik dengan
sang ayah, sifat sang ayah yang otoriter, dan menguasai membuat
subjek kurang berperan penting dalam keluarga, peran ibu sebagai
pelindung keluarga juga baik.
4. Integrasi Data
Berdasarkan data hasil asessmen, maka dapat diuraikan secara keseluruhan
gambaran dalam diri AA berdasarkan Domain Oriented Model di bawah ini:
1. Domain kognitif
Berdasarkan asesmen bahwa subjek memiliki kemampuan secara
kognitif cukup bagus, dimana berdasarkan hasil nilai IPK 3,4 semester
lalu, Subjek mendapatakan nilai yang cukup baik, sehingga dapat
disimpulkan bahwa subjek memiliki kecerdasan yang baik.
2. Domain sosial
Hubungan sosial subjek kurang baik. hal ini ditunjukkan dari
kemampuan sosialisasi subjek di kampus yang kurang terlibat dengan
teman-teman dikelas dan teman di kos, subjek juga kurang banyak
berinteraksi dengan teman kos subjek, hal tersebut terbukti dari pintu
kamar kos yang sering terlihat tertutup, dan jarang berinteraksi dengan
teman kos subjek. Subjek termasuk individu yang kurang suka bergaul
dengan banyak teman, subjek lebih suka melakukan sesuatu sendiri.
3. Domain emosi
Kondisi emosi subjek cenderung berubah-ubah. Ketika subjek sedang
mengerjakan tugas, subjek mudah terdistraksi dengan suara anak kecil di
kos subjek, sehingga subjek menghentikan mengerjakan tugas, akhirnya
subjek mengalihkan kegiatannya dengan menonton video youtube dan
video singkat di Instagram.
13
4. Domain psikomotor/ perilaku
Subjek cenderung menghindari teman kampus. Subjek kurang antusias
jika harus berkumpul dengan teman dari kampusnya. Subjek sering
terlihat memainkan handphonenya dan tertawa sendiri ketika menonton
video atau film di youtube dan instagram. Tertawa subjek membuat orang
disekitarnya terkejut dengan perilaku tersebut. Subjek lebih suka
mengerjakan tugas sendiri di kos dari pada berkumpul bersama-sama
teman di café.
5. Dinamika Psikologis
Subjek merupakan anak perempuan satu-satunya dari 4 orang
bersaudara. Subjek sedang berkuliah s2 di salah satu kampus di Yogyakarta.
Sebagai mahasiswa, subjek dituntut harus menyelesaikan tugas yang diberikan
dosen kepada mahasiswa. Subjek sekarang sudah memasuki semester 2 yang
memiliki kewajiban menyelesaikan tugas. Subjek merasa tugas yang semakin
banyak membuat subjek terkadang merasa malas untuk mengerjakan tugas
dari kampus. Sehingga subjek sering menunda-nunda mengerjakan tugas
tersebut. Perilaku menunda yang dilakukan subjek terkadang sengaja
dilakukan subjek karena merasa bosan, kemudian subjek melakukan hal lain
untuk menghilang rasa bosan dengan memainkan Handphone yang
dimilikinya dengan menonton video atau film yang ada di youtube dan
instagram. Namun, terkadang subjek lupa sehingga tugas tidak dilanjutkan
lagi.
Selain karena merasa malas dan bosan, pada saat mengerjakan tugas
dari kampus, subjek mendengar suara tangisan anak kecil yang merupakan
anak ibu kos subjek. Karena mendengar tangisan tersebut, subjek merasa tidak
konsentrasi lagi mengerjakan tugas sehingga subjek menunda-nunda
mengerjakan tugas tersebut. Akhirnya subjek kembali memainkan hp yang
dimilikinya. Kadang subjek berkeliling kos untuk mencari inspirasi agar mood
mengerjakan tugas kembali lagi, namun tidak berhasil. Hal yang dilakukan
subjek tersebut senada dengan teori yang dijelaskan oleh Steel bahwa
14
Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan
walaupun individu mengetahui bahwa perilaku penundaanya tersebut dapat
menghasilkan dampak buruk (Steel dalam Ursia, N.R, dkk, 2013). Steel, juga
pernah mengatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu penundaan suka rela
yang dilakukan oleh individu terhadap tugas/ pekerjaanya meskipun ia tahu
bahwa hal ini akan berdampak buruk pada masa depan.
DINAMIKA KASUS
16
3 Kesenjangan waktu Subjek berencana √ -
antara rencana dan mengerjakan tugas jam 8
kinerja actual malam namun
kenyataannya subjek
mengerjakan tugas jam 11
malam.
4 Melakukan aktifitas lain Subjek menonton video √ -
yang lebih atau film di yotutube dan
menyenangkan daripada di Instagram sebelum dan
melakukan tugas yang saat mengerjakan tugas.
harus dikerjakan.
Berdasarkan hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa klien
mengalami prokrastinasi akademik.
8. Prognosis
Berikut ini merupakan table kekuatan dan kelemahan internal maupun
eksternal yang digunakan untuk melihat prognosis klien:
Faktor Pendukung Penghambat
Internal - Kemampuan inteligensi - Cenderung menghindari
klien normal situasi yang kurang
- Bersedia untuk mengikuti
nyaman, seperti sebelum
pendampingan dengan
mengerjakan tugas
sukarela
menonton video atau film
di youtube dan di
Instagram.
- Mood mudah dipengaruhi
situasi
Eksternal - Memiliki teman yang bisa - Suara tangisan anak di kos
mengingatkan buat tugas
Dengan mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan klien di atas,
prognosis terhadap permasalahan klien adalah cukup baik. Hal pendukung
utama adalah klien memiliki keinginan untuk didampingi secara sukarela.
17
9. INTERVENSI
a. Tujuan intervensi
Tujuan intervensi yang dilakukan adalah subjek dapat mengurangi
perilaku menonton video di youtube pada saat mengerjakan tugas dan
mengurangi perilaku prokrastinasi.
b. Rancangan intervensi
1) Penetapan baseline
Penetapan baseline dilakukan berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dapat diformulasikan sebagai berikut berdasarkan
analisa fungsi permasalahan klien melalui pendekatan RACS menurut
Sundel & Sundel (2005):
18
perilaku mendapat ganjaran negatif (hukuman)/ ditolak maka individu
akan menghindari atau menghentikan tingkah lakunya.
Terminology yang sama dan digunakan dalam modifikasi
perilaku dan terapi perilaku dari pengelolaan diri adalah self control,
self change, self management, self regulation, beberapa penulis ada
yang menggunakan terminologi self administered behavior (Purwanta.
E, 2015). Pengelolaan diri dalam arti luas ialah prosedur dimana
seseorang mengarahkan atau mengatur perilakunya sendiri
(Soetarlinah, dalam Purwanta. E, 2015). Pada prosedur ini biasanya
subjek terlibat langsung minimal pada beberapa kegiatan atau seluruh
-lima kegiatan (komponen) dasar yaitu: menentukan perilaku-sasaran,
memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan di terapkan,
melaksanakan prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektifitas prosedur
tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yasdar. M &
Sulaiman.F (2017) menyatakan bahwa melalui penerapan teknik
manajemen diri dapat mengurangi kebiasaan prokrastinasi akademik
mahasiswa karena strategi ini dapat membantu mahasiswa untuk
membuat manajemen dalam dirinya sehingga para mahasiswa dapat
dengan mudah mengatur waktunya. Dapat disimpulkan bahwa
penerapan teknik manajemen diri dapat mengurangi kebiasaan
prokrastinasi akademik mahasiswa STIP Muhammadiyah Enrekang.
Manajemen diri dalam kasus ini yaitu suatu strategi yang
memberikan kesempatan kepada Mahasiswa untuk memilih sendiri
teknik yang akan digunakan untuk merubah kebiasaan mal adaptif
untuk mencapai tujuannya dimana Mahasiswa dapat mengelola dan
mengatur dirinya sendiri. Strategi ini tergolong dalam kelompok
behaviorisme yaitu kelompok yang menjadi obyek subjeknya untuk
melakukan perubahan sesuai yang diinginkan dengan bantuan seorang
pembimbing atau konselor. Teknik manajemen diri dilaksanakan
19
Dallam bentuk bimbingan pribadi. Proses kegiatan ini menuntut klien
untuk lebih aktif dalam melakukan proses perubahan sikap (Yasdar. M
& Sulaiman.F, 2017).
Yates (Mulyono, dalam Yasdar. M & Sulaiman.F, 2017)
mengemukakan bahwa manajemen diri adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu dalam mengarahkan perilakunya dengan
menggunakan suatu siasat atau kombinasi siasat terapi agar mampu
berperilaku positif dan produktif.
10. Intervensi
a. Implementasi atau langkah-langkah pengelolaan diri
Ada tiga tahap dalam teknik manajemen diri untuk mengurangi kebiasaan
prokrastinasi akademik mahasiswa (Yasdar. M & Sulaiman.F, 2017)
adalah self monitoring, stimulus control, dan self reinforcement:
1. Self monitoring atau pengawasan diri merupakan
proses dimana klien mengobservasi dan mencatat segala
sesuatu tentang dirinya dan interaksi dengan situasi lingkungan.
Pada tahap ini Mahasiswa mengobservasi dan mencatat
kegiatan-kegiatannya sehari-hari, tujuannya agar Mahasiswa
memahami perilakunya dan kemudian dapat mengidentifikasi
perilaku yang ingin mereka ubah. Selanjutnya mencatat
frekuensi-frekuensi dari perilaku yang ingin mereka ubah itu.
Sebelum kegiatan self monitoring ini dimulai, peneliti terlebih
dahulu menanyakan kesiapan responden untuk mengikuti
kegiatan.
2. Stimulus control atau kendali stimulus. Kendali
stimulus merupakan pengubahan perilaku yang dilakukan oleh
subjek dengan cara mengenali rangsangan-rangsangan yang
mengendalikan perilaku, mengurangi kemungkinan bertemu
dengan rangsangan yang menyebabkan timbulnya perilaku
yang tidak diinginkan, meningkatkan rangsangan yang dapat
menyebabkan timbulnya perilaku yang diinginkan, dan
20
mengubah konsekuensi atau waktu kegiatan-kegiatan
sebelumnya yang merugikan digantikan dengan pola baru yang
mendukung pencapaian tujuan perilaku yang diinginkan.
Stimulus control menurut Kanfer (Cormier & Cormier, 1985)
digunakan sebagai susunan awal kondisi lingkungan yang
membuat kondisi dari lingkungan itu tidak meningkatkan
terwujudnya sikap yang tidak diinginkan. Pada tahap ini
Mahasiswa mencatat penyebab timbulnya perilaku-perilaku
yang tidak diinginkan kemudian menetapkan
tindakan positif sehingga mampu mengendalikan timbulnya
perilaku-perilaku negatif tersebut.
3. Tahap terakhir dari latihan manajemen diri adalah self
reinforcement atau penguatan diri. Self reinforcement
digunakan untuk membantu klien mengatur dan memperkuat
perilakunya melalui konsekuensi yang dihasilkannya sendiri.
Banyak tindakan individu yang dikendalikan oleh konsekuensi
yang dihasilkannya sendiri sebanyak yang dikendalikan oleh
konsekuensi eksternal. Penguatan disini (baik dari dalam
maupun dari luar) adalah sesuatu yang apabila
diadministrasikan mengikuti salah satu perilaku sasaran,
cenderung dapat melestarikan atau meningkatkan peluang
perilaku sasaran itu di masa mendatang.
Kelebihan self reinforcement dibandingkan dengan
penguatan yang diadministrasikan dari luar menurut Cormier &
Cormier (1985) adalah bahwa dengan penguatan diri
seseorang dapat menggunakan dan menerapkannya secara
mandiri. Self reinforcement dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori yaitu positif dan negatif. Dalam reinforcement positif,
seseorang menghadirkan suatu stimulus positif ke dalam
21
dirinya sendiri setelah berusaha melakukan suatu perilaku
tertentu. Reinforcement negatif melibatkan penghilangan
stimulus negatif setelah melakukan perilaku sasaran.
Dari dua bentuk reinforcement positif dan negatif,
menurut Cormier & Cormier (1985) berdasarkan kajian dari
berbagai hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
reinforcement positif lebih efektif untuk mengubah atau
mengembangkan perilaku sasaran. Oleh sebab itu, yang lebih
dianjurkan penggunaan reinforcement positif.
b. Pelaksanaan intervensi
22
gambaran kepribadian
subjek
3. Praktikan dan
subjek membuat
kontrak bersama
mengenai intervensi
yang dilakukan serta
jumlah sesi yang di
sepakati bersama.
2/ 05 Mei 2019 Menjelaskan Tujuan: 90 menit
teknik Self Praktikan memberikan
manajemen penjelasan tentang teknik
menejemen diri kepada
subjek. Deskripsi:
- Sebelum
pemberian lembar
kegiatan self
monitoring praktikan
terlebih dahulu
membangun rapport
kepada subjek. Setelah
itu, praktikan
menjelaskan tentang
kegiatan yang akan
dilaksanakan (self
monitoring). Kemudian
praktikan memberi
kesempatan kepada
subjek untuk
menanyakan hal-hal
yang belum di pahami.
- Setelah subjek
mengisi lembar kerja
self monitoring, subjek
berdiskusi dengan
praktikan tentang hasil
latihan self monitoring.
Kemudian subjek
23
menyampaikan hasil
diskusi.
- Setelah
disampaikan hasil
diskusi, praktikan
mencatat hasil
observasi selama
pertemuan dan klien
menyepakati dan
berkomitmen untuk
melanjutkan ke sesi
berikutnya dan
mencatat hasil
observasi pertemuan
kali ini.
- Menjelang
berakhirnya kegiatan,
praktikan
menyampaikan kegiaan
berikutnya.
3/ 11 Mei 2019 Pemberian Tujuan: 90 menit
latihan Praktikan memberikan
stimulus latihan stimulus control.
control Deskriptif:
- Praktikan
membina hubungan
baik dengan subjek.
- Praktikan
menjelaskan tentang
kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu
latihan stimulus
control.
- Setelah itu, subjek
diberi kesempatan
mengisi lembar kerja
stimulus control.
- Setelah selesai
24
mengisi lembar kerja,
subjek menyampaikan
kepada praktikan.
Praktikan dan subjek
berdiskusi tentang hasil
lembar kerja stimulus
control. Dan
menyimpulkan bersama
hasil diskusi.
- Praktikan
mencatat hasil
observasi dan menutup
kagiatan sambil
mengucapkan terima
kasih atas ketersediaan
subjek dan
menyepakati jadwal
pelaksanaan
selanjutnya.
4/18 Mei 2019 Pemberian - Praktikan 90 menit
latihan self membina hubungan
reinforcement baik dengan subjek.
- Praktikan
menjelaskan kegiatan
yang akan dilaksanakan
yaitu latihan self
reinforcement. Setelah
itu praktikan
memberikan subjek
lembar kerja self
reinforcement untuk
diisi. Dimana lembar
kegiatan ini berisi
komitmen diri yang
dibuat oleh subjek
sendiri.
- Setelah selesai
mengisi lembar kerja.
25
Kemudian praktikan
memberikan
kesempatan kepada
subjek untuk
membacakan komitmen
diri yang telah subjek
buat sendiri.
- Praktikan
mengakhiri kegiatan
dengan mengucapkan
terima kasih dan
menyepakati waktu
untuk pertemuan
selanjutnya
5/ 25 Mei 2019 Evaluasi - Kegiatan yang 60 menit
dilaksanakan yaitu
melakukan diskusi
terhadap subjek tentang
hasil kegiatan
sebelumnya, hambatan-
hambatan yang
dirasakan subjek pada
saat pengaplikasian
menejemen diri.
- Selanjutnya,
praktikan memberikan
feedback dan berdikusi.
- Praktikan
memberikan lembar
respon subjek.
Kemudian praktikan
mengakhiri kegiatan
dan mengucapkan
terima kasih.
- Penerapan reinforcement
Intervensi yang dilakukan terhadap klien dilakukan di kos pada kahir pekan
setiap hari sabtu. Intervensi berupa Pemberian latihan stimulus control dan
26
Pemberian latihan self reinforcement, dengan memberikan reinforcement
positif beruba buku, Karena subjek suka membaca buku, maka reinforcement
positif berupa buku apabila subjek mampu mengurangi perilaku menonton
video di youtube dan instagram.
b. Perubahan perilaku
Format self monitoring:
27
mengerjakan tugas
keterangan I I I I I F F
I= Intervensi
F= follow up
28
Targe Pendukung Penghambat
t
Klien subjek termasuk individu subjek mudah lupa
yang mudah memahami proses
intervensi
13. Rekomendasi
Guna mempertahankan dan meningkatkan perilaku yang adaptif pada subjek
maka rekomendasi yang dapat dilakukan khususnya diri subjek sendiri, subjek
Perlu memberikan apresiasi terhadap perilaku subjek terhadap hal-hal yang
dilakukan subjek secara positif sehingga subjek dapat lebih mempertahankan
dan meningkatkat dalam setiap kegiatan sehari-hari. Subjek juga perlu
meningkatkan komunikasi antar teman di kos maupun teman dikampus.
Sehingga perilaku baik subjek dapat diperkuat oleh teman-teman sekeliling
subjek.
29