Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM OBSERVASI DAN WAWANCARA

AGRESIVITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR


Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Asesmen Dasar
yang diampu oleh Ammik Kisriyani, S.Psi., M.A.

Oleh:

Tri Aji Wicaksono 17/412995/PS/07450

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018

I. JUDUL
Agresivitas pada anak usia sekolah pendidikan dasar.

II. LATAR BELAKANG


Masa anak - anak adalah masa perkembangan. Baik secara kognitif maupun emosi.
Aspek emosi dalam masa anak - anak yang berkembang satu diantaranya adalah
agresivitas/ perilaku agresif ditunjukkan oleh semua individu, dan terus berkembang
sepanjang usia manusia. Agresivitas tidak lepas dari pengalaman anak terhadap
perilaku agresif, baik hanya menyaksikan maupun menjadi korban kekerasan.
Menonton tayangan kekerasan pada kartun pada masa anak - anak akan menyebabkan
peningkatan agresi pada anak (Santrock, 2011). Hal ini diperkuat dengan penelitian
eksperimen oleh Wood, Wong, dan Chacere pada tahun 1991 menyebutkan bahwa
kekerasan di media meningkatkan agresi anak dan remaja dalam berinteraksi dengan
orang lain, seperti teman sekelas. Tayangan agresi pada media memberikan dampak
lebih besar terhadap anak - anak dibanding remaja. Tingkat agresivitas akan menurun
semakin berkembangnya individu. Kemudian, tayangan agresi yang bersifat fiktif
seperti di dalam kartun atau animasi menunjukkan dampak lebih kuat terhadap agresi
ketimbang tayangan agresi pada acara action dan berita kekerasan ( Krahe, 2001).
Namun, saat ini anak - anak lebih sering terpapar oleh video game. Sehingga
menimbulkan spekulasi baru tentang agresivitas anak, seperti dalam penelitian lain
yang menyebutkan bahwa bermain video game bertema kekerasan terkait dengan
agresi pada laki - laki atau perempuan (Anderson, Gentile, & Buckley, 2007;
Carnagey, Anderson, & Bursman, 2007). Semakin sering anak terpapar dengan
perilaku agresif maka semakin tinggi kemungkinan anak untuk melakukan perilaku
agresif di masa dewasa. Selain pengaruh media (video game dan televisi), perilaku
agresif tidak lepas dari peran orang sekitar anak.
Kekerasan yang ditunjukkan orang sekitar anak dapat mempengaruhi anak untuk
melakukan perilaku agresif. Kekerasan yang dialami anak baik langsung maupun
tidak, cenderung mendorong munculnya perilaku agresif oleh anak (Anantasari,
2006). Hal ini dikarenakan pada masa anak - anak ada kecenderungan untuk
mengimitasi. Pada umumnya perilaku agresif yang ditunjukkan anak bertujuan untuk
memperoleh kesenangan seperti mendapatkan barang yang diinginkan. Kemudian,
anak akan merasa terbiasa dengan kekerasan dan menganggap kekerasan adalah hal
wajar, sehingga anak akan melakukan kekerasan tersebut kepada orang lain. Anak
dengan lingkungan yang penuh kekerasan akan memiliki skema bahwa lingkungan
tempat dia berada tidaklah aman, sehingga anak menjadi antisosial dan berperilaku
agresif. Selain itu, anak yang telah terbiasa dengan kekerasan akan memiliki low self
esteem. Low self esteem akan memunculkan perilaku agresif, individu dengan
perasaan inferior atau pandangan negatif tentang dirinya akan memiliki
kecenderungan untuk menyerang orang lain (Krahe, 2001). Penelitian lain
menyebutkan, agresi dapat disebabkan oleh stimulus yang mengancam self esteem
individu, kemudian hal itu akan memicu kemarahan individu dan berujung dengan
perilaku agresi (Baumeister dan Boden dalam Krahe, 2001).
Oleh karena itu, mengetahui perilaku agresif pada anak usia awal sekolah
merupakan hal yang cukup penting dan menghasilkan beberapa manfaat. Manfaat
tersebut diantaranya membuat kita lebih memahami dinamika agresivitas pada anak
yang disebabkan oleh berbagai faktor, meningkatkan kesadaran akan pentingnya
antisipasi terhadap perilaku agresif yang dapat mengganggu proses perkembangan
anak terutama pada setting sekolah, serta mengarahkan anak kepada hal-hal yang
lebih positif. Pengetahuan mengenai perilaku agresif anak dapat dijadikan sebuah
masukan terhadap penataan sistem belajar mengajar dalam kelas, proses pendidikan
dalam keluarga oleh orang tua, sistem pendidikan, dan hal-hal lain yang berakar dari
segala tindakan agresif anak.

III. TUJUAN
Mengetahui seberapa sering seorang anak melakukan perilaku agresif dalam setting
kelas.

IV. TINJAUAN TEORI


A. Definisi Konseptual
Agresivitas
Perilaku agresif harus dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif
terhadap targetnya tetapi menimbulkan harapan bahwa tindakannya itu akan
menghasilkan sesuatu bagi dirinya (Krahe, 2001). Agresivitas diartikan sebagai
tindakan yang bertujuan untuk menyakiti orang lain (Sears dalam Praditya, 1999).
Krahe dalam bukunya The Social Psychology of Aggression menyebutkan terdapat
dua motif perilaku agresi yaitu permusuhan dan instrumen. Agresi permusuhan
bermotif untuk menyerang atau menyakiti orang lain, sebagai bentuk dari ekspresi
negatif dirinya. Sedangkan, agresi instrumen adalah perilaku agresi bermotif untuk
memenuhi keinginannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi
merupakan tindakan memiliki tujuan dengan cara menyerang atau menyakiti orang
lain.
Baron & Byrne dalam Mu’arifah (2005), menyebutkan tiga pendekatan
penyebab dasar perilaku agresi yaitu pendekatan biologis, pendekatan eksternal, dan
pendekatan belajar. Pendekatan biologis menyebutkan bahwa agresi merupakan
dorongan biologis. Pendekatan eksternal menyebutkan agresi salah satunya
disebabkan oleh frustasi karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya. Individu
tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya sehingga memunculkan kemarahan yang
berujung dengan agresivitas. Sedangkan, pendekatan belajar menyebutkan agresi
disebabkan melalui proses belajar, baik mengamati atau mengalami. Terdapat tiga
faktor penyebab agresi yaitu proses belajar, reinforcement, dan imitasi (Bringham,
1991). Proses imitasi adalah proses peniruan perilaku orang lain di sekitar individu
(modelling). Individu yang paling rentan untuk menjadi model bagi anak adalah orang
tua, maka dari itu agresivitas anak tergantung pada bagaimana orang tua mereka
bersikap (Sears, 1998).
Selain ketiga penyebab tersebut, terdapat pendekatan kognitif dan pendekatan
emosional. Pendekatan kognitif menyebutkan bahwa agresi dikarenakan kekurangan
atau ketidakmampuan anak dalam memproses informasi sosial (Mu’arifah, 2005).
Pendekatan emosional berkaitan dengan kebutuhan afeksi. Anak yang tidak diberikan
afeksi yang cukup akan mempunyai kecenderungan personality disorder, salah
satunya kepribadian agresif (Hawari, 1999). Selain itu, anak dengan gangguan dalam
pengelolaan emosi akan cenderung mempertahankan perilaku agresifnya. Anak - anak
seperti ini adalah anak yang memiliki temperamen sulit dan sulit menahan impuls
agresif dengan cara sesuai dengan umurnya (Kingston dan Prior dalam Krahe, 2001).
Baron dan Anderson dalam Krahe (2001) menyebutkan aspek dalam perilaku
agresif terdiri dari modalitas respon (verbal dan fisik); kualitas respon (bertindak dan
kegagalan untuk bertindak); kesegeraan (langsung dan tidak langsung); visibilitas
(tampak dan tidak tampak); hasutan (tidak dapat diprovokasi dan tindakan balasan);
arah sasaran (permusuhan dan instrumental); tipe kerusakan (fisik dan psikologis);
durasi akibat (sementara dan jangka panjang); dan unit sosial yang terlibat (individu
dan kelompok).

Agresivitas pada anak


Agresivitas secara garis besar adalah tindakan bertujuan untuk menyakiti
orang lain. Anak yang termasuk kedalam anak berperilaku agresif yakni anak
berperilaku agresif secara konsisten disertai ciri khas mudah marah, antisosial,
murung, tidak mudah menerima pendapat orang lain, berusaha untuk mendapatkan
perhatian dengan melakukan kekerasan (Anantasari, 2006). Perilaku agresif pada anak
ditunjukkan seperti pola permainan kasar, merebut barang yang diinginkan,
menggunakan kata - kata kasar, berteriak, pukulan, dan tendangan. Agresivitas mulai
tumbuh sejak masa bayi dan berkembang hingga dewasa.
Pada masa bayi, agresivitas ditunjukkan dengan kemarahan kepada orang
dewasa. Kemudian, pada tahun kedua hingga ketiga perilaku agresif ditunjukkan
dalam bentuk temperatantrum (ekspresi emosi dengan kemarahan, agresif, menangis,
dan merengek) dan kekuatan fisik. Pada awal masa sekolah, perbedaan gender
mempengaruhi perbedaan agresivitas. Anak laki - laki cenderung untuk melakukan
agresivitas melalui tindakan fisik seperti berkelahi, memukul, dan mencubit.
Sedangkan, anak perempuan melakukan agresivitas substansial berupa agresi verbal
seperti mengejek dan agresivitas relasional seperti mengucilkan teman (Crick dan
Grotpeter; Rys dan Bear dalam Krahe, 2001). Dalam penelitian Crick dan Grotpeter
yang melibatkan anak berusia 8 - 11 tahun di US menguji jenis overt agression dan
relational agression berdasarkan gender. Overt agression meliputi memukul,
sedangkan relational agression meliputi mengabaikan orang lain dan tidak bicara
dengan orang lain. Hasil penelitian tersebut menunjukkan data 15.6 % anak laki - laki
dan hanya 4 % perempuan melakukan overt behavior. Sedangkan anak perempuan
lebih tinggi dalam melakukan relational agression (17.4 %) dibanding laki - laki (2.9
%) (Smith, Cowie, dan Blades, 2011). Tipe agresi pada anak - anak terdiri dari agresi
fisik; mendorong, memukul, dan menendang dan agresi verbal secara langsung;
menghina dan mengubah nama (Smith, Cowie, dan Blades, 2011). Pada tahun 1992,
Bjorkqvist menambahkan kategori ketiga yaitu agresi tidak langsung. Bentuk agresi
tidak langsung dapat berupa memfitnah, bullying, dan sexual harassment. Penelitian
di Canada yang melibatkan 1.183 anak menunjukkan data bahwa pada rentang usia 2 -
8 tahun, agresivitas fisik menurun dan agresi tidak langsung naik.

B. Definisi Operasional
Agresivitas diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk menyakiti orang
lain (Sears dalam Praditya, 1999). Buku Understanding Children’s Developmental
oleh Smith dkk. menyebutkan tiga bentuk agresivitas yang sering ditunjukkan anak,
yaitu fisik secara langsung maupun tidak langsung, verbal secara langsung maupun
tidak langsung, dan agresi tidak langsung. Agresi fisik meliputi memukul (menurut
KBBI, mengenakan suatu benda yang keras atau berat dengan kekuatan untuk
mengetuk, meninju, menokok, menempa, dan sebagainya); mendorong (menolak
dengan kekuatan dari bagian belakang atau bagian depan); menendang
(menyepak/mendepak dengan kaki); mencubit (menjepit dengan ibu jari dan telunjuk
atau jari lain); menarik (menghela [supaya dekat, maju, ke atas, ke luar, dan
sebagainya]); merebut (mengambil sesuatu dengan kekerasan atau dengan paksa);
menjegal (menjatuhkan orang lain dengan mengait kakinya); melempar (membuang
jauh atau melontari dengan sesuatu); menggigit (menjepit [mencekam dan
sebagainya] dengan gigi); dan merusak (menjadikan tidak baik, tidak utuh dan/atau
tidak berfungsi). Agresi verbal meliputi mengubah nama menjadi negatif; berteriak
(bersuara keras); membantah (melawan, menentang, menyerang, menyangkal
perkataan orang); memaksa (memperlakukan, menyuruh, meminta dengan paksa);
mengancam (menyatakan niat dan rencana untuk melakukan sesuatu yang merugikan,
menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain); dan mengejek
(mengolok-olok [menertawakan dan menyindir] untuk menghinakan,
mempermainkan dengan tingkah laku, mencemooh). Agresi tidak langsung meliputi
mengabaikan orang lain dan tidak mematuhi perintah.

C. Aspek
Aspek dalam observasi ini meliputi aspek agresi langsung, agresi non verbal,
dan agresi tidak langsung. Agresi langsung adalah bentuk agresi yang ditujukkan
secara langsung ke orang lain, dan berbentuk fisik. Agresi verbal adalah bentuk agresi
verbal melalui kata - kata atau kalimat langsung. Sedangkan, agresi tidak langsung
adalah perilaku agresi yang dilakukan tanpa kontak langsung.

V. METODE PENGAMBILAN DATA


A. Observasi
● Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data untuk mengetahui tingkatan agresivitas adalah
observasi. Observasi adalah pengamatan secara sistematis dengan cara mengamati
secara visual perilaku subjek sambil mencatat informasi perilaku tersebut secara
kualitatif atau kuantitatif (Cohen & Swerdlik dalam Ni’matuzahroh, 2016).

● Jenis Observasi
Observasi termasuk kedalam jenis observasi terstruktur. Dalam observasi
terstruktur data mengenai faktor dan ciri perilaku yang akan diamati telah
dipersiapkan sebelum observasi dilakukan, sehingga observasi hanya terfokus
pada perilaku yang hendak diamati. Observasi terstruktur bersifat sistematis,
sehingga memudahkan observer dalam melakukan observasi. Berdasarkan desain
penelitian, observasi ini termasuk observasi natural. Observasi natural adalah
observasi yang dilakukan pada keadaan alamiah, tanpa ada kontrol atau
perencanaan manipulasi pada subjek (Cohen, Swerdlik, & Santrock dalam
Ni’matuzahroh, 2016). Sedangkan berdasarkan keterlibatan observer, observasi
termasuk ke dalam observasi non-partisipatif dikarenakan observer hanya
berperan sebagai pengamat tidak terlibat dengan subjek. Selain itu, observasi juga
termasuk ke dalam observasi unobstrusive, kelebihan dari observasi unobstrusive
adalah subjek tidak reaktif, karena observasi dilakukan secara tidak langsung,
sehingga mustahil subjek bereaksi atau mengubah perilaku mereka pada saat
observer mengamati (Ni’matuzahroh, 2016).

● Strategi Pencatatan
Metode pencatatan dalam observasi ini adalah time sampling dan tallymarks.
Metode time sampling dan tallymarks digunakan untuk mengetahui frekuensi atau
intensitas perilaku dalam batasan waktu yang telah ditentukan. Sebelum dilakukan
observasi observer menentukan aspek dan indikator perilaku agresif. Saat
pelaksanaan observasi, observer mencatat frekuensi atau intensitas perilaku
agresif subjek sesuai panduan observasi. Strategi pencatatan dipilih karena tujuan
observasi yaitu mengetahui seberapa sering perilaku agresif ditunjukkan subjek.
Selain itu, observasi tidak menutup kemungkinan munculnya perilaku agresif
lainnya sehingga terdapat field note pada panduan observasi.
B. Wawancara
● Metode Pengambilan Data
Wawancara atau interview merupakan dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber (interviewee)
(Arikunto dalam Faiq, 2012).

● Jenis Wawancara
Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah proses wawancara yang
menggunakan panduan wawancara yang berasal dari pengembangan topik dan
mengajukan pertanyaan dan penggunaan lebih fleksibel daripada wawancara.
Wawancara dilakukan dengan bertanya langsung kepada informan untuk
menggali dan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan data yang
dibutuhkan. Ciri-ciri dari wawancara semi-terstruktur adalah pertanyaan terbuka
namun ada batasan tema dan alur pembicaraan, kecepatan wawancara dapat
diprediksi, fleksibel tetapi terkontrol, ada pedoman wawancara yang dijadikan
patokan dalam alur, urutan dan penggunaan kata, dan tujuan wawancara adalah
untuk memahami suatu fenomena. Wawancara semi terstruktur dipilih dengan
harapan dapat menggali informasi sedetail mungkin tetapi masih dalam konteks
panduan yang tersedia.

VI. PANDUAN OBSERVASI DAN WAWANCARA


A. Observasi
● Identitas Subjek (anak dan significant person)
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Sekolah/Pekerjaan :
Ciri-ciri subjek :
Catatan tambahan
● Setting
Hari/tanggal :
Lokasi :
Waktu :
Deskripsi tempat dan suasana

● Instrumen

Aspek Indikator Frekuensi Jumlah Keterangan

Agresi Menjegal
Fisik
Mendorong
(AO1)
Memukul

Mencubit

Menggigit

Menendang

Merebut

Melempar

Merusak

Agresi Memberikan panggilan


Verbal negatif ke orang lain (monyet,
(AO2) babi, anjing, jelek, dsb.)

Berteriak

Membantah

Memaksa

Mengancam

Mengejek

Mempermalukan
Agresi Mengabaikan orang lain
Tidak
Tidak patuh dengan perintah
Langsung
(Keras kepala)
(AO3)

Field Note :

B. Wawancara

No Aspek Pertanyaan Jawaban

1. Semua Tolong Bapak/Ibu ceritakan tentang mengenai


Aspek adik . . . (nama subjek)?
(AW1)
Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah perilaku adik
. . . (nama subjek) terhadap orang lain?
Note: orang lain berarti teman, guru, atau
siapapun (termasuk significant others)

Pernahkah Bapak/Ibu mendapati adik . . . (nama


subjek) diganggu/dijahili oleh temannya? Jika
pernah, bagaimanakah kejadiannya? Dan
bagaimanakah sikap adik . . . (nama subjek) pada
saat itu?

2. Agresi Pernahkah Bapak/Ibu mendapati adik . . . (nama


Fisik subjek) mengganggu/menjahili orang lain? Jika
(AW2) pernah tolong ceritakan lebih lanjut!
Note: Pertanyaan ini berkaitan dengan perilaku
agresi fisik. Oleh karena itu, bisa di-probing
dengan menyebutkan contoh perilaku atau
menyebutkannya satu persatu. Jika
perilaku/kejadian yang didapati itu banyak, maka
mintalah untuk menceritakan hal tersebut satu
persatu.

Pernahkah Bapak/Ibu mendapati adik . . . (nama


subjek) merusak barang milik temannya ataupun
fasilitas sekolah? Jika pernah bagaimanakah
kejadiannya?

3. Agresi Apakah adik . . . (nama subjek) suka berteriak-


Verbal teriak di . . . (tempat yang ada significant others
(AW3) nya di sana)?
Jika iya, terhadap siapakah adik . . . (nama
subjek) itu berteriak? Tolong ceritakan!

Bagaimanakah gaya komunikasi sehari-hari dari


adik ... (nama subjek) terhadap orang lain?

Pernahkah Bapak/Ibu mendapati adik . . . (nama


subjek) mengejek atau memberi panggilan
ejekan kepada teman, guru, atau lainnya? Jika
pernah bagaimanakah kejadiannya?

Apakah adik . . . (nama subjek) termasuk anak


yang suka memaksa orang lain?

Pernahkah Bapak/Ibu mendapati adik . . . (nama


subjek) mengancam, membantah, atau
mempermalukan orang lain? Jika pernah
bagaimanakah kejadiannya?

4. Agresi Pernahkah Bapak/Ibu mengalami kesulitan


Tidak dalam mengatur adik . . . (nama subjek) dalam
Langsung
mengikuti kegiatan atau untuk melakukan
(AW4)
sesuatu? Jika pernah, bagaimanakah
kejadiannya?
Note: Bisa di-probing bagaimana bila kasusnya
yang mengatur adalah orang lain selain
interviewee

Pernahkah Bapak/Ibu mendapati adik . . . (nama


subjek) mengabaikan orang lain ketika diajak
berinteraksi? Jika pernah, bagaimanakah
kejadiannya?
C. Panduan Koding
O : Observasi
W : Wawancara
Keterangan:
SO : Subjek Observasi
IE : Interviewee
AO : Aspek Observasi
AW : Aspek Wawancara
AO/WX. Y. : Aspek Obervasi/Wawancara ke X poin ke Y
V.X-Y : Verbatim baris ke X sampai Y

VII. HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA


A. Observasi
● Identitas Subjek (anak dan significant person)
Nama : Rizki (SO)
Usia : ± 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sekolah/Pekerjaan: SD Serayu (Kelas 3A)
Ciri-ciri subjek : Rambut lurus, badan tinggi besar, tas hitam.
Catatan tambahan : Subjek ini dipilih dengan cara random sampling, dengan
mengacak nomor absen siswa dan berpedoman dengan daftar presensi siswa yang
tertempel pada pintu kelas.

● Setting
Hari/tanggal : 27 November 2018
Lokasi : Ruang Kelas 3A SD Serayu
Waktu : 10.00 – 11.00
Deskripsi tempat dan suasana: Observasi dilakukan pada saat kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas. Para siswa menerima pelajaran seni yang diajar langsung
oleh wali kelas mereka sendiri, Ibu Sri Hartini, S.Pd.. Pada saat itu para siswa
diberi tugas menggambar bangun datar pada buku gambar. Sebelumnya Ibu Sri
memberi penjelaskan tentang bangun datar diawal kelas, selanjutnya melanjutkan
memberi instruksi kepada siswa untuk melanjutkan gambar mereka. Pada saat hal
tersebut berlangsung, banyak anak-anak mondar-mandir meminjam barang atau
sekedar melihat pekerjaan temannya dan beberapa kali siswa diingatkan untuk
focus kepada pekerjaannya masing-masing.

● Instrumen

Aspek Indikator Frekuensi Jumlah Keterangan

Agresi Menjegal - 0
Fisik
Mendorong - 0

Memukul I 1 Mengetuk siku


teman untuk
memanggil

Mencubit - 0

Menggigit - 0

Menendang - 0

Merebut - 0

Melempar I 1 Melempar
spidol hitam

Merusak - 0

Agresi Memberikan panggilan - 0


Verbal negatif ke orang lain (monyet,
babi, anjing, jelek, dsb.)

Berteriak I 0 Memanggil
nama teman

Membantah I 0 Membantah
cerita teman

Memaksa - 0

Mengancam - 0

Mengejek - 0
Mempermalukan - 0

Agresi Mengabaikan orang lain I 1 Saat teman


Tidak ingin
Langsung meminjam
spidol dia
sedang
konsentrasi
menggambar

Tidak patuh dengan perintah - 0


(Keras kepala)

Field Note :
Terobservasi juga perilaku seperti membanting penggaris, mengeluh, protes dengan repetisi
tiap perilaku satu kali.

B. Wawancara
Wawancara ini dilakukan terhadap subjek yang berbeda, sekaligus sebagai
wali kelas/significant others dari subjek (SO). Berikut adalah identitas dari subjek
wawancara dalam penelitian ini:
Nama : Sri Hartini, S.Pd. (IE)
Usia : ± 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ladinegaran MJ 3 no. 105
Sekolah/Pekerjaan: Wali Kelas 3A SD Serayu
Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan
mendalam mengenai agresivitas subjek observasi (SO) dalam setting kelas. Menurut
Ibu Sri (IE), Rizki (SO) merupakan anak yang suka tampil dan baik:
“Rizki ini memang anaknya langsung seneng ee suka tampil. Jadi
(batuk) begitu nggak usah saya komando juga anu, anu siapa yang lamet
(tidak jelas) dia langsung gerak.” (AW1.1. V.15-16)

“Lek saya pikir, yang dipandang saya dia baik. Kebetulan yang saya
amati anak-anaknya baik walaupun laki-laki maupun perempuan sama.
Mereka punya rasa sosial yang tinggi.” (AW1.2. V.22-24)
Menurut informasi yang disampaikan oleh Ibu Sri (IE) aspek agresivitas fisik
pada Rizki (SO) tidak muncul
“O engga kelihatannya engga. Alhamdulillah engga karena ngga ngga
begitu usilan sih” (AW2.1. V.68-69).

“Ee lek niki ee masih seputar dek Rizki wau, niku lek ee nate napa
mboten ibu mendapati dek Rizki niku kados ee merusak barang
temannya napa merusak fasilitas sekolah ngoten bu?” “Engga, mboten”
(AW2.2. V.70-73).

Sedangkan untuk aspek agresivitas verbal dikonfirmasi oleh Ibu Sri (IE)
memang beberapa ada yang muncul pada Rizki (SO). Perilaku yang muncul tersebut
meliputi berteriak dan memaksa.

“Kalau teriak-teriak itu ya kadang kala” (AW3.1 V.89-96).

“Iya terlihat sebenernya, kalau memaksakan kehendak itu juga iya”


(AW3.4. V.122-124)

Selain itu pada aspek agresivitas tidak langsung Rizki (SO) juga disebutkan oleh Ibu
Sri (IE) kadangkala juga melakukan perilaku dari indikator aspek tersebut yaitu,
mengabaikan orang lain.

“Hanya kalau mengabaikan mungkin waktu dia bener-bener nggak


mampu. Misalnya kemarin saya buatkan kerja kelompok, terus teman-
temannya diajak begini-begini itu nggak nggak sanggup nggak bisa.
Terus diakan jadi marah pada kelompoknya terus jadi “ini harus selesai
ki, besok harus selesai ki” dan semakin dicuekin cuekin tugas karena
gara-gara lingkungan tadi yang nganu, yang tidak mendukung dia”

VIII. ANALISIS HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA


A. Analisis Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada subjek (SO), terdapat
beberapa perilaku dari keseluruhan aspek yang muncul dan tidak muncul. Aspek-
aspek tersebut berpedoman pada pernyataan Smith dkk. (2011) dalam bukunya
Understanding Children’s Developmental yang menyebutkan ada tiga bentuk
agresivitas yang sering ditunjukkan anak, yaitu fisik secara langsung maupun tidak
langsung, verbal secara langsung maupun tidak langsung, dan agresi tidak langsung.
Aspek pertama adalah Agresivitas Fisik. Pada aspek ini perilaku yang muncul
hanya perilaku memukul (AO1.3) dengan frekuensi sekali, sedangkan perilaku yang
lain tidak muncul. Akan tetapi ada perilaku lain yang tercatat dalam field notes yaitu
perilaku membanting barang berupa penggaris sebanyak satu kali. Meskipun
observasi ini lebih berfokus pada agresivitas yang ditujukan kepada orang lain,
perilaku tersebut tetap termasuk perilaku yang penting untuk dipertimbangkan.
Perilaku memukul (AO1.3) melibatkan subjek dan temannya. Akan tetapi kejadian
tersebut tidak berujung pada konflik yang lebih besar karena temannya
menanggapinya dengan biasa saja.
Aspek selanjutnya adalah Agresivitas Verbal. Dari hasil observasi, terdapat
dua perilaku dari aspek ini yang muncul yaitu: berteriak (AO2.2) dan membantah
(AO2.3) dengan frekuensi masing-masing perilaku sebanyak satu kali. Kedua perilaku
tersebut sama-sama melibatkan subjek dengan temannya. Kejadian tersebut terjadi
ketika kedua belah pihak melakukan komunikasi di dalam kelas. Selain perilaku yang
terdapat pada panduan, terdapat juga perilaku lain dalam ranah verbal yang muncul
yaitu perilaku protes sebanyak sekali. Perilaku dicatat observer dalam fields notes.
Perilaku tersebut ditujukan untuk menunjukkan perasaan subjek ketika temannya
meminjam spidol warna miliknya. Meskipun tidak ada dalam panduan observer
menganggap perilaku berpotensi menjadi sebuah informasi penting.
Aspek berikutnya adalah Agresivitas Tidak Langsung. Berdasarkan hasil
observasi terdapat perilaku dari aspek ini yang muncul yaitu mengabaikan orang lain
(AO3.1) sebanyak satu kali. Perilaku tersebut melibatkan dua belah pihak yaitu subjek
dan temannya. Seperti pada aspek-aspek sebelumnya, terdapat perilaku lain yang
tercatat dalam fields notes yaitu perilau mengeluh sebanyak sekali. Perilaku tersebut
muncul melibatkan dua belah pihak yaitu subjek dengan temannya. Pada aspek
sebelumnya didapati perilaku protes muncul pada subjek, perilaku ini merupakan
kelanjutan dari perilaku tersebut. Meskipun begitu perilaku ini tidak menyebabkan
konflik yang berlebih.
Dari hasil observasi tersebut, terdapat beberapa perilaku yang muncul dari
aspek-aspek yang ada dalam panduan meskipun dengan frekuensi yang hanya
sebanyak sekali tiap-tiap perilaku. Akan tetapi ada juga perilaku yang tidak ada dalam
panduan yang dicatat oleh observer dalam fields notes karena dianggap penting. Hal
tersebut dirasa perlu untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

B. Analisis Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dari
narasumber (Arikunto dalam Faiq, 2012). Wawancara tidak dilakukan terhadap
subjek melainkan terhadap significant others-nya, yaitu: wali kelas subjek sebagai
subjek wawancara (IE). Berdasarkan hasil wawancara terhadap wali kelas subjek
terdapat beberapa informasi mengenai perilaku subjek berdasarkan aspek-aspek yang
sesuai dalam panduan.
Secara umum menurut wali kelas subjek (IE), subjek (SO) merupakan siswa
yang suka tampil (AW1.1. V.15-16) dan secara keseluruhan memiliki perilaku yang
baik sama seperti teman-temannya (AW1.2. V.22-25 & AW1.2. V.41-42). Menurut
IE, beliau belum pernah mendapati subjek (SO) dijahili atau diganggu temannya
hingga ada suatu konflik (AW1.3. V.45).
Terkait aspek Agresivitas Fisik, menurut Ibu Sri (IE), Rizki (SO) tidak pernah
didapati melakukan perilaku-perilaku agresi fisik (AW2.1. V.68-69). Menurut Ibu Sri
(IE) juga, Rizki (SO) juga tidak pernah melakukan agresi fisik berbentuk pengrusakan
(AW2.2. V.70-73). Jadi berdasarkan hasil wawancara ini, tindakan agresi fisik dari
SO sangat minim sekali.
Aspek selanjutnya yaitu Agresivitas Verbal. Berdasarkan penjelasan dari Ibu
Sri (IE), perilaku yang muncul pada aspek ini adalah berteriak. Perilaku tersebut
muncul kebanyakan melibatkan dua belah pihak yaitu Rizki (SO) dan temannya. Dan
untuk frekuensi, perilaku teriak Rizki (SO) diibaratkan oleh IE sebagai “kadang kala”
(AW3.1 V.89-96). Perilaku lain yang muncul menurut IE yaitu perilaku memaksa
(AW3.4. V.122-124). Perilaku ini lebih banyak melibatkan pihak Rizki (SO) dan
temannya juga (AW3.4 V.125-134). Jadi berdasarkan hasil wawancara perilaku pada
aspek agresivitas verbal hanya dua yang dominan yaitu teriak dan memaksa.
Sedangkan untuk perilaku lain tidak disampaikan oleh IE sebagai perilaku yang sering
muncul pada Rizki (SO).
Aspek selanjutnya adalah Agresivitas Tidak Langsung. Berdasarkan hasil
wawancara perilaku mengabaikan orang lain, terutama teman, kadangkala muncul
pada Rizki (SO) (AW4.2. V.159-180). Sedangkan perilaku aspek ini tidak dominan
menurut IE. Beliau juga menyampaikan bahwa Rizki (SO) merupakan siswa yang
bisa diatur (AW4.1. V.144-150).
Dari hasil wawancara tersebut, terdapat beberapa perilaku yang dikonfirmasi
muncul meskipun frekuensinya kebanyakan disebutkan sebagai “kadangkala”. Hal
tersebut terutama pada perilaku berteriak dan mengabaikan orang lain. Sedangkan
aspek agresivitas fisik tidak dikonfirmasi muncul.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat perilaku-perilaku
agresi yang muncul pada subjek anak usia sekolah pendidikan dasar. Perilaku agresi
tercatat muncul dalam hasil observasi meskipun hal tersebut muncul dengan frekuensi
yang kecil, yaitu sebanyak sekali tiap perilaku. Selain itu pada wawancara juga sering
significant others dari subjek menyebutkan frekuensi munculnya perilaku hanya
“kadang kala”. Berdasarkan hasilnya, sebanyak satu perilaku muncul pada aspek
Agresivitas Fisik yang dikonfirmasi melalui observasi. Sedangkan dari wawancara
tidak didapati perilaku-perilaku dari aspek ini yang dominan. Selain itu pada aspek
Agresivitas Verbal, terdapat dua perilaku yang muncul berdasarkan hasil observasi
yaitu: berteriak dan membantah. Sedangkan pada wawancara, perilaku berteriak
dikonfirmasi muncul. Selain itu pada wawancara didapati perilaku memaksa juga
dominan pada subjek. Pada aspek Agresivitas Tidak Langsung, perilaku mengabaikan
orang lain dikonfirmasi muncul oleh kedua metode observasi maupun wawancara.

X. DAFTAR PUSTAKA
Anantasi. (2006). Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.

Bjorkqvist, K., Lagerspetz, K.M.J., dan Kauakainen, A. (1992). Do Girl Manipulate and Boys
Fight? Developmental trends in regard to direct and indirect aggression. Aggressive
Behavior, 18, 117-127.

Brigham, J. C. (1991). Social Psychology. New York : Harper Collins Publishers, Inc.

Hawari, D. (1999). Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta :
Dana Bhakti Yasa.

Krahe, Barbara. (2001). The Social Psychology of Aggression. Psychology Press : East
Sussex. Diterjemahkan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyani Soetjipto. Pustaka
Pelajar : Yogyakarta.

Mu’arifah, Alif. (2005). Hubungan Kecemasan dan Agresivitas. Humanitas : Indonesian


Psychological Journal. Vol. 2 No. 2 : 102 - 111.
Ni'matuzahroh dan Prasetyaningrum, S. (2016). Observasi dalam Psikologi. Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang : Malang.

Praditya, L., Wimbarti, S., dan Helmi, S. (1999). Pengaruh Tayangan Adegan Kekerasan
yang Nyata Terhadap Agresivitas. Jurnal Psikologi. No. 1, 51 - 63.

Santrock, John. (2011). Life Span Development ed. 13. McGraw-Hill : New York.

Sears. D., Peplan, L. A., Freeman, J. L., Taylor & Shelley. E. (1988). Social Psychology.
Englewood Cliffs : Prentice Hall Inc.

Smith, K., Cowie, H., dan Blades, M. (2011). Understanding Children’s Developmental ed.
fifth. A John Wiley & Sons : West Sussex.

XI. Lampiran
A. Observasi
● Identitas Subjek (anak dan significant person)
Nama : Rizki (SO)
Usia : ± 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sekolah/Pekerjaan : SD Serayu (Kelas 3A)
Ciri-ciri subjek : Rambut lurus, badan tinggi besar, tas hitam.
Catatan tambahan : Subjek ini dipilih dengan cara random sampling, dengan
mengacak nomor absen siswa dan berpedoman dengan daftar presensi siswa yang
tertempel pada pintu kelas.

● Setting
Hari/tanggal : 27 November 2018
Lokasi : Ruang Kelas 3A SD Serayu
Waktu : 10.00 – 11.00
Deskripsi tempat dan suasana : Observasi dilakukan pada saat kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas. Para siswa menerima pelajaran seni yang diajar langsung
oleh wali kelas mereka sendiri, Ibu Sri Hartini, S.Pd.. Pada saat itu para siswa
diberi tugas menggambar bangun datar pada buku gambar. Sebelumnya Ibu Sri
memberi penjelaskan tentang bangun datar diawal kelas, selanjutnya melanjutkan
memberi instruksi kepada siswa untuk melanjutkan gambar mereka. Pada saat hal
tersebut berlangsung, banyak anak-anak mondar-mandir meminjam barang atau
sekedar melihat pekerjaan temannya dan beberapa kali siswa diingatkan untuk
focus kepada pekerjaannya masing-masing.

● Instrumen

Aspek Indikator Frekuensi Jumlah Keterangan

Agresi Menjegal - 0
Fisik
Mendorong - 0

Memukul I 1 Mengetuk siku


teman untuk
memanggil

Mencubit - 0

Menggigit - 0

Menendang - 0

Merebut - 0

Melempar I 1 Melempar
spidol hitam

Merusak - 0

Agresi Memberikan panggilan - 0


Verbal negatif ke orang lain (monyet,
babi, anjing, jelek, dsb.)

Berteriak I 0 Memanggil
nama teman

Membantah I 0 Membantah
cerita teman

Memaksa - 0

Mengancam - 0

Mengejek - 0

Mempermalukan - 0
Agresi Mengabaikan orang lain I 1 Saat teman
Tidak ingin
Langsung meminjam
spidol dia
sedang
konsentrasi
menggambar

Tidak patuh dengan perintah - 0


(Keras kepala)

Field Note :
Terobservasi juga perilaku seperti membanting penggaris, mengeluh, protes dengan repetisi
tiap perilaku satu kali.

B. Verbatim Wawancara
 Identitas Subjek (anak dan significant person)
Nama : Sri Hartini, S.Pd. (IE)
Usia : ± 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ladinegaran MJ 3 no. 105
Sekolah/Pekerjaan: Wali Kelas 3A SD Serayu

No IR/IE Verbatim Baris


.
1. IR Sakderenge kula Tri Aji Wicaksono bu, wau sampun nganu nggih, 1
sangking Psikologi UGM dadose mriki niki e badhe observasi tentang
agresivitas anak usia kelas tiga niki.
2. IE Njiihh
3. IR Lha niki kan kebetulan ibu salah setunggalipun wali kelas ngoten to 5
dadose nggih menawi njenengan ingkang paling paham kelas mriki.
Dadose nah kula wau mengobservasi beberapa anak, nah salah satunya
tadi dek Rizki. Nah mangke dadose pertanyaanipun nggih seputar dek
Rizki kalih rencang-rencange kalih kelas mriki. Nggih kula saged milai
nggih bu nggih? 10
4. IE Nggih pripun
5. IR Ee tolong bapak ee tolong ibu ceritakan tentang adik Rizki niki!
6. IE Tentang?
7. IR Napa mawon mpun.
8. IE Rizki ini memang anaknya langsung seneng ee suka tampil. Jadi (batuk) 15
begitu nggak usah saya komando juga anu, anu siapa yang lamet (tidak
jelas) dia langsung gerak. Rasa apa ini namanya kebersamaannya tinggi
9. IR O ngoten, niki nuwun sewu kula izin kaleh nulis nggih bu nggih
10. IE Injih, sak kersanipun sing sae pripun mas
11. IR Nggih hehehe, lek niki ee terus menurute menurutipun ibu bagaimana 20
perilaku dik Rizki niku terhadap orang lain bu?
12. IE Lek saya pikir, yang dipandang saya dia baik.Kebetulan yang saya amati
anak-anaknya baik walaupun laki-laki maupun perempuan sama.
Mereka punya rasa sosial yang tinggi. Hanya pas awal-awal itu ee saya
amati memang mereka ada gap. Anak-anak perempuan terutama kalau 25
laki-lakinya enggak. Tapi ee mungkin karena terbawa dari kelas
bawahnya (kelas sebelumnya), kelas bawahnya karena udah dianu sama
orang tuanya kan sekarang orang tuanya kan ikut terlibat di dalam kelas
to ya. Jadi mau ngga mau anaknya ngikuti geraknya. Kemarin juga saya
sempat di bel (panggil) wali murid, “Bu Sri tolong ya anak saya kok di 30
disingkir-singkirkan ada apa?”. O iya coba nanti saya cari tahu ee
masalahnya apa dan apa kayak gitu. Ini saya coba anu ee untuk berbaur
dari, saya mulai dari tempat duduk, tadinya mereka nggak mau, harus
memilih sama yang ini. Tapi saya sa saya nganu saya padukan terus dari
tempat duduk. Mereka bergeser setiap hari, geser tiap hari, biar 35
merasakan duduk di depan dimarahi Bu Sri, duduk disamping, begini-
begini, duduk dibelakang juga nggak kelihatan. Jadi kalau pas duduk di
di depan sini ya bisa langsung liat wajahnya bu Sri dan bisa dimarahi Bu
Sri langsung, kalau nggak bener.
13. IR Salah setunggalipun dek Rizki nggih tumut niku nggih bu nggih? 40
14. IE Semua, semuanya. Semua terlibat. Biar mereka tidak merasa dikucilkan
dan tidak merasa dianaktirikan
15. IR Ee napa ibu nate mendapati dik Rizki niku diganggu napa dijahili kaleh
rencangipun bu?
16. IE Saya lihat enggak 45
17. IR Mboten enten nggih?
18. IE Iya
19. IR Terus niku, dadose lek sikap keseharianipun e dik Rizki ngoten kaleh
rencang kaleh guru niku wonten e bedanipun napa hamper sama bu?
Antara teman dan guru ngoten 50
20. IE Iyaa namanya sih anak kadang-kadang saya dianggap orang orang
tuanya, kadang-kadang dianggap kayak temannya saya seperti itu saya
suka, jadi mereka akan lebih terbuka ke saya. Jadi em misalnya “bu saya
kurang begini-begini”. Jadi saya lebih oh saya berarti saya ngajarnya
kurang pas di sini. 55
21. IR Dek Rizki nggih ngoten iku bu? Maksute niki ibu kurang ngeten-ngeten,
ngoten iku napa mboten?
22. IE Iya, ya adakalanya dia itu “Bu Sri nganu begini”, protes langsung
23. IR O ngoten, terus niki wau kan dijahili mboten nate, ee dek Rizki dijahili
kan mboten nate semerep ibu nggih, e niki lek kula tangled lha dek 60
Rizki niki nate menjahili rencangipun napa mboten?
24. IE Kalau pas awal-awal itu kan saya juga ngga tau banyak, jadi suka ya
namanya gap-gapan tadi. Jadi kalau kelompok ini, ya kelompok anak
yang pinter, kelompok ini yang tidak. Kan dia merasa menang, tapi
sekarang Alhamdulillah mulai mereka udah mullah berbaur antara yang 65
satu dengan yang lain. Jadi anak yang kurang pandai sama anak yang
pandai udah gabung.
25. IR Niku biasanipun lek menjahili niku dospundi bu niku lek siyen niku
awal-awal?
26. IE Ya cuman itu, apa namanya “aku ngga mau duduk sama dia” jadi ngga 65
begitu parah lho, awalnya egonya yang mereka feke (tidak jelas)
27. IR Lek kados ee menjahili secara fisik kados nyubit memukul?
28. IE O engga, kelihatannya ngga, Alhamdulillah engga karena ngga ngga
begitu usilan sih.
29. IR Ee lek niki ee masih seputar dek Rizki wau, niku lek ee nate napa 70
mboten ibu mendapati dek Rizki niku kados ee merusak barang
temannya napa merusak fasilitas sekolah ngoten bu?
30. IE Enggak, mboten
31. IR Ee mboten nate nggih bu nggih? Terus niki olahraga nipun niku dinten
napa bu? 75
32. IE Olahraga saya kan hari, jadi hari Selasa, tapi untuk hari, gurunya kan
yang disini jadi satu, kelas A sama B itu dijadikan satu itu hari Senin.
Hari Senin jam habis upa habis upacara sampe jam habis itu istirahat
33. IR E dadose niku lek upacara, e lek upacara, lek olahraga niku ibu tasik ee
ngawasi anak anak-anak kelasipun ibu napa mboten? 80
34. IE Kalau upa e kalau olahraga itukan udah ada gurunya sendiri, cuman
kadang kala disini saya lihat gerakannya gimana, kalau pas saya
kebetulan di sana ya anak ini ada apa namanya kurangnya dimana.
Walaupun saya sambil lalu saya tapi, tetep saya perhatikan.
85
35. IR Dadosipun wau kados menjahili secara fisik ibu mboten nate e dereng
nemoni nggih bu?
36. IE Nggih dereng nemoni
37. IR Terus niki napa dek Rizki niku suka berteriak-teriak di kelas bu?
38. IE Kalau teriak-teriak itu ya kadang kala 90
39. IR Biasanipun teriak teriaki niku kepada siapa atau temannya kah napa ibu,
kepada ibu kah?
40. IE Iya kepada temannya
41. IR Biasanipun ngoten niku teriak-teriak napa bu, saget njenengan
ceritaaken? 95
42. IE Ya cerita, bermain, atau mungkin dia ngga puas apanya gitu
43. IR E kadang mboten, lek mboten napa, pendapatipun mboten tepak ngoten
nggih ee napa mbantah ta napa dospundi?
44. IE Iya, mungkin kalau pas kula nggih, nganu kula ngomong terus kula pas
mboten pener ndilalahe lha kok tanggal yang saya sebut salah “bu Sri 100
anu nwene” langsung niku. Jadi langsung membetulkan
45. IR Terus niki, pitakenanipun dospundi gaya komunikasi sehari-harinipun
dek Rizki niku bu?
46. IE Cukup baik,
47. IR E maksute kados bahasanipun napa bahasa Indonesia ta, napa wonten 105
perbedaan antara ngomong kaleh guru kaleh orang tua napa kaleh
rencange napa wonten perbedaan napa mboten?
48. IE Nggih kadang kala sae runtut bagus, adakalanya dia itu ya saya
dianggap temannya, jadi dia cerita sangat seri, jadi semua anak di kelas
ini itu cerita seolah-olah saya itu teman. Saya juga seneng seperti itu, 110
jadi anak lebih terbuka ke saya, jadi walaupun di rumah ada masalah
mereka cerita juga ke saya
49. IR Oo, ngoten iku lek waktu cerita ke ibu niku kan dianggap teman nggih
bu, nah niku bahasanipun niku biasanipun napa bu?
50. IE Ya mungkin, bermain, kan kami kan suka sering bermain bersama, jadi 115
mereka suka ee apa ngeyel sih waktu permainan itu dan sebagainya.
51. IR Oo, terus niki napa nate ibu mendapati dek Rizki niku kados mengejek
napa memberi panggilan yang buruk kepada temannya ngoten iku?
52. IE Tidak
53. IR Mboten, mboten nate nggih bu nggih? 120
54. IE Iya
55. IR Ee, menurutipun ibu dek Rizki niku larenipun niku kados seneng
memaksakan kehendakipun napa mboten?
56. IE Iya terlihat sebenernya, kalau memaksakan kehendak itu juga iya
57. IR Oo enggih? Ngoten niku kd e contohipun dos pundi bu? 125
58. IE E misalnya itu, apa namanya, “kamu harus harus jalan!”
59. IR Oo ngoten, terus dek Rizki nipun?
60. IE Terus nggih nganu rencange ngene, ya mungkin kana da yang mbantah
ada yang yang langsung geraknya. “kamu ikut disana, kamu ikut disana”
61. IR O ngoten, kados ngatur ngoten? 130
62. IE Njih, rasa ingin mengaturnya ada.
63. IR O ngoten,
64. IE Tapi walau, walaupun seperti itu kalau dia ngga diterima, yaudah dia
ikhlas
65. IR O ngoten, mboten wonten ingkang sampe marah ngoten? 135
66. IE Mboten, sampe ngrundel gitu engga, klihatannya engga. Kelihatannya
untuk kelas ini rasa kekeluargaannya tinggi mas.
67. IR O enggih, napa e terasa heheh. E niki napa nate ibu mendapati Dek
Rizki niku kados e mbantah napa mempermalukan temannya ngoten
ngejekin sampe napa membuat temannya menangis gitu bu? 140
68. IE O engga, engga
69. IR Mboten wonten nggih?
70. IE Belum pernah saya dengar
71. IR Dadose lek menurutipun ibu dek Rizki niku re larene sulit diatur mudah
bu? 145
72. IE Saget diatur
73. IR Sa get diatur. Dadose meskipun di dalam kelas napa di luar kelas niku
wonten bedanipun napa mboten bu? Menawi di dalam kelas lebih
mudah diatur napa lek teng njawi lebih susah ngoten?
74. IE Sama saja 150
75. IR O, e, terus niku lek dadosipun niku kan ibu nggih wau? Lha menerut ibu
kados e dek Rizki niku kados lek diatur kaleh guru lain napa orang
tuanya napa diajak temannya niku menurut ibu mudah diatur kaleh
lintunipun ibu napa mboten?
76. IE Kebetulan lebih cepet saya 155
77. IR O ngoten, niku lek lebih cepat disbanding sinten dados e? Kados guru
lain napa . . .
78. IE Guru lain
79. IR Oo, napa lek napa ibu nate anu mendapati dek Rizki kados ee menolak
berinteraksi ngoten kalihan ibu kalihan napa mengabaikan ngoten 160
biasanipun di di napa dibejani ngoten diomongi tapi mboten mboten
purun ngerungokne ngoten iku?
80. IE Hanya kalau mengabaikan mungkin waktu dia bener-bener nggak
mampu. Misalnya kemarin saya buatkan kerja kelompok, terus teman-
temannya diajak begini-begini itu nggak nggak sanggup nggak bisa. 165
Terus diakan jadi marah pada kelompoknya terus jadi “ini harus selesai
ki, besok harus selesai ki” dan semakin dicuekin cuekin tugas karena
gara-gara lingkungan tadi yang nganu, yang tidak mendukung dia
81. IR Oo niku, dek Rizki niku napa napa niku mengabaikannya niku
temannya cuek teng temannya napa teng ibu menika? 170
82. IE Saya juga ikut terbawa
83. IR O ngoten dados e lebih banyak teng temannya enggih, teng ibu juga
enggih
84. IE Lha nggih, kalau saya kan e takutnya kan iya itu masih itu adalah tugas
gitu. Kalau sama saya ya takutnya kan mesti ini masih tugas dan saya 175
lebih, lebih dewasa lebih tua dari dia. Kalau sama temannya kan teman
sebaya, dan kalau dia ngeyelkan kalau dia ngeyelkan lebih apa namanya
malahnya lebih kentara gitu. Karena merasa nggak puas gitu lho
85. IR Dadose lek ke temannya ngoten lebih terlihat nggih?
86. IE Iya, teriaknya lebih keras 180
87. IR O ngoten, nggih nggih. Nggihh, niki kula cek riyen nggih bu nggih.
88. (diskusi tentang kelas dan orangtua)
89. IR Menawi cekap semanten mawon bu.

C. Form Inform Consent

Anda mungkin juga menyukai