Disusn Oleh:
Musdalizah Dewantari
11761202117
IV C
Dosen Pengampu:
Ami Widyastuti, M.Psi. Psikolog.
Asisten Laboratorium:
Dessi Aryanti Dwi Putri
Orella Rachmaraissa
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kontrol diri pada mahasiswa baru?
C. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran kontrol diri pada mahasiswa baru
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini penulis mengetahui bagaimana gambaran kontrol diri pada
mahasiswa baru dan mengetahui faktor dan jenis-jenis kontrol diri dari mahasiswa baru
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi atau
ilmu mengenai kontrol diri pada mahasiswa baru ataupun individu yang susah
beradaptasi pada lingkungan baru dan apa yang menjadi penyebab dari kontrol diri
tersebut, sehingga dapat membantu untuk mengurangi ketidakpercayaan diri pada
lingkungan baru
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kontrol Diri
1. Pengertian Kontrol Diri
Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu yang ada di lingkungan sekitar.
Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor- faktor perilaku
sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi
kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecendrungan menarik perhatian, keinginan
mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu
konfom dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.
Sementara itu Goleman (1997), memaknai kontrol diri sebagai kemampuan untuk
menyesuaikan diri mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai dengan usia, suatu
kendali batiniah. Begitupun dengan pendapat Bandura dan Mischel sebagaimana dikutip
Carlson (1994), yang mengatakan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu
dalam merespon suatu situasi. Demikian pula dengan Piaqet dikutip dari Carlson (1994)
yang mengartikan tingkah laku yang dilakukan dengan sengaja dan mempunyai tujuan
yang jelas tetapi dibatasi oleh situasi yang khusus sebagai kontrol diri.
Calhoun dan Acocella (1995) mendefinisikan kontrol diri sebagai pengaturan proses-
proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang, dengan kata lain kontrol diri merupakan
serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Goldfried dan Merbaum (1973) mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif kontrol diri juga
menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk
menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu
seperti yang diinginkan.
Synder dan Gangestad (1986) mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol diri
secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara pribadi dengan lingkungan
masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai isyarat situasional dalam
bersikap dan berpendirian yang efektif.
Menurut Mahoney & Thoresen (1974), kontrol diri merupakan jalinan yang secara
utuh (integrative) yang dialkukan individu terhadap lingungan. Individu dengan kontrol
diri yang tinggi sangat memerhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam
situasi yang bevariasi. Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan
permintaan situasi sosial yang kemudian mengatur kesan yang dibuat perilakunya lebih
responsive terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk memperlancar
interaksi sosial, bersifat hangat, dan terbuka.
Kontrol diri sangat erat kaitannya dengan pengendalian emosi karena pada hakikatnya
emosi itu bersifat feedback atau timbal balik. Emosi merupakan bagian dari aspek afektif
yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan perilaku seseorang emosi
bersifat fluktuatif dan dinamis, artinya perubahan emosi sangat tergantung pada
kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri.
Menurut Chaplin (1999), kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah
lakunya sendiri, kemampuan untuk menekankan atau mentangi implus-implus atau
tingkah laku yang impulsif.
Menurut Asihwardji (1996), berpendapat bahwa self-control atau kontrol diri
merupakan kemampuan untuk mengarahkan kesenangan naluriah langsung dan kepuasan
untuk memperoleh tujuan masa depan, yang bisanya dinilai secara sosial.
Beberapa para ahli menyatakan bahwa kontrol diri merupakan konsep yang
diaplikasikan pada analisis pemecahan masalah, kemampuan berfikir dan kreativasi
seseorang. Kontrol diri merupakan suatu prosedur pengembangan tingkah laku yang
dilakukan individu terhadap dirinya dalam usaha pengembangan diri yang optimal.
Kontrol diri dianggap sebagai ketrampilan yang sangat berharga, dengan menggunakan
kontrol diri seseorang akan menjadi penguasa yang baik bagi dirinya sendiri maupun
lingkungan di luar dirinya.
Kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan usia. Salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh
kelompok dari dirinya kemudian bersedia membentuk perilakunya ada sesuai dengan
harapan sosial, tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam (punishment)
seperti yang dialami waktu anak-anak.
Kemampuan mengontrol diri pada remaja juga berkembang seiring dengan
perkembangan emosi. Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada
masa Akhir remaja tidak “meledakkan” emosinya dihadapkan orang lain, melainkan
menunggu saat serta tempat yang lebih dapat diterima.
Berdasarkan pada beberapa definisi yang telah di paparkan oleh para ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan individu untuk membimbing,
mengatur dan mengarahkan perilaku, emosi serta dorongan- dorongan atau keinginan
dalam dirinya pada perilaku yang sesuai dengan kelompok maupun lingkungan dimana
individu tersebut berbeda.
a. Over control, yaitu kontrol yang berlebihan dan menyebabkan seseorang banyak
mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus
b. Under control, yaitu kecenderungan untuk melepaskan implus yang bebas tanpa
penghitungan yang masak.
c. Approprite control, yaitu kontrol yang memungkinkan individu mengendalikan
implusnya secara tepat.
6. Kerangka Berfikir
Behavioral control berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengontrol
dirinya dan mengendalikan situasi atau keadaan ketika sedang beradaptasi dilingkungan
baru. Cognitive control, berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menilai dan
menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.
Decisional control, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau
suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujui. Faktor internal,
berkaitan dengan kontrol diri berkembang secara unik pada masing-masing individu.
Faktor eksternal, bekaitan dengan Lingkungan sangatlah penting dalam keluarga terutama
lingkungan keluarga dan bagaimana individu tersebut mengontrol diri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Menurut Lexy J. Meleong (2010) pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Pedekatan tersebut diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistic (utuh). Alasan peneliti menggunakan pendekatan kulitatif tersebut karena
penelitian kualitatif dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari subjek penelitian.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014) variabel dalam penelitian ini yaitu
self control.
C. Definisi Operasional
Self control yaitu suatu kecakapan individu yang ada di lingkungan sekitar. Selain itu,
juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor- faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk
mengendalikan perilaku, kecendrungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku
agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konfom dengan orang lain,
dan menutupi perasaannya.
D. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data merupakan suatu cara memperoleh data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan antara lain
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan aktifitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data
yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung
dilapangan. Peneliti berada pada ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti
yang valid dalam laporan yang akan diajukan. Obsevasi adalah metode
pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian (W. Gulo, 2002: 116)
Observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi
subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat
memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010: 186). Melalui wawancara inilah peneliti
menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari subjek penelitian.
Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin,
artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan
dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi
lapangan.
Guide wawancara dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Ucapkan salam dan perkenalan diri
2) Menyebutkan tujuan wawancara
3) Menanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai
4) Meminta responden memperkenalkan diri
5) Pernahkah anda mengalami sesuatu yang menyulitkan selama masa awal
perkuliahan? Jika iya, bisakah anda menceritakannya?
6) Bagaimana perasaan yang anda alami saat itu?
7) Bagaimana anda mengatasi keadaan tersebut?
8) selama masa perkuliahan apakah anda pernah mengalami suatu keadaan
yang menyulitkan bagi anda? Bisakah anda menceritakannya?
9) Bagaimana cara anda mengatasi keadaan tersebut?
A. Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistematis maka disusun
tahapan-tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007:127-148), ada empat tahapan dalam
pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
Peneliti mengadakan survey pendahuluan yakni dengan mencari subjek
sebagai narasumber. Selama proses survey ini peneliti melakukan penjajagan
lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi
tentang masalah self control tersebut. Peneliti juga menempuh upaya referensi
buku sebagai pendukung penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan
penyusunan rancangan penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian
yang digunakan dalam melakukan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam
rangka pengumpulan data.
3. Tahap analisis data
Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Penelitian
dalam tahapan ini melakukan serangkain proses analisis data kualitatif sampai
pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu
peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingankan
dengan teori kepustakaan.
4. Tahap evaluasi dan pelaporan
Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan
dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan
B. Profil Subjek
Menurut Suharsismi Arikunto (1998:200) subjek penelitian adalah benda, hal atau
organisasi tempat data atau variabel penelitian yang dipermasalahkan melekat. Tidak ada
satupun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya subjek penelitian, karena seperti
yang telah diketahui bahwa dilaksanakannya penelitian dikarenakan adanya masalah
yang harus dipecahkan, maksud dan tujuan penelitian adalah untuk memecahkan
persoalan yang timbul tersebut. Hal ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya dari informan.
Melihat pendekatan penelitian yang digunakan, maka subyek penelitian
ditentukan berdasarkan cirri dan karakteristik tertentu. Adapun cirri dan karakteristikyang
digunakan yaitu:
1. Individu yang pernah susah beradaptasi pada lingkungan baru
2. Individu yang aktif
3. Masih mengenyam pendidikan sebagai mahasiswa baru
Kriteria ini dipilih untuk agar peneliti lebih mudah dalam melakukan penelitian.
C. Hasil Penelitian
a. Aspek kontrol soial
1. memodivikasi sesuatu keadaan yang tidak menyenangkan
Dari hasil wawancara yang dilakukan subjek mengalami kesulitan dalam keadaan
yang tidak menyenangkan baginya ia dapat mengatasinya dengan baik
”ee.. yaa sebenarnya sih awalnya susah jugak ya ee… mau dibilangnya hehe,
emang hehe, sulit gitu untuk ee menjalaninnya tapi yaa karena lama kelamaan
udah biasa ya mau ga mau hehe ya harus siap jugak” (K22, B95-102)
“ee.. cara ngatasinnya sih yang pertama itu sering-sering aja ini ee.. karna udah
kebiasa jugak yang pertama, nah yang kedua itu sering-sering aja ngelatih diri
gitu, nah terus , eee.. yaa lebih sering lagi belajarnya” (K50-B269-277)
D. Pembahasan Teori
Berdasarkan aspek self control dari Averill (1973) terdapat tigas aspek kenakalan remaja
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah
KETERANGAN:
A: sebagai pewawancara
B: sebagai responden
James F. Calhoun & Joan Ross Acocella. 1995 Psikologi Tentang Penyesuaian dan hubungan
Kemanusiaan. Semarang: IKIP
Nur, M. Ghufron &Rini Risnawita. S. 2010 Teori-Teori Psikologi. Yogjakarta : Ar-Ruz media.
Mufidah, Lilik. Hubungan antara Kontrol diri dengan perilaku seks pranikah siswa SMKN 2 di
Kota Malang. Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang.
Gulo, W. 2012. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2014. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Goleman. 1997. Kecerdasan Emosional (terjemahan oleh: Hermaya). Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka.
Goldfried, M.R., & Merbaum, M. (1973). Behavior Change Through Self-Control. Oxford:
APA
Snyder & Gangestad, S. (1986). On The Nature of Self-monitoring: Matters of Assessment,
Matters of Validity. Journal of Personality And Social Psychology. Vol.51, No. 1,
123-139.
Mahoney, M. J., & Thoresen, M.J. (1974). Behavioral Self-control. New York: Holt, Rinehart
and Winston.
Nasichah, U. 2000. Hubungan Perepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orangtua dengan
Kontrol diri Skripsi. Yogyakarta: fakultas psikologi Universitas Gadjah Mada
Averill,J.F. (1973). Personal Control Over Averssive Stimuli and It’s Relationship to Stress.
Psychological Bulletin, No. 80. P. 286-303.
Block, Stanley B; Geoffrey A. Hirt. 2000. Foundation of Financial Mangement, Ninth Edition.
Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology: BiopsychosocialInteraction. Fifth Edition. Usa: Jhon
Wiley&Sons.
Messina, james I. &Constance M. Messina. (2007). “Tools for Personal Growth: Self-
Esteem”.