Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
LAILATUL BADRIYAH
NIM : 109070000137
FAKULTAS PSIKOLOGI
1434 H/ 2013 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sekolah ini termasuk sekolah unggulan dengan prestasi yang tinggi serta
lulusan terbaik. Akan tetapi, dengan prestasi yang tinggi tersebut peneliti
kasus yang dilakukan siswa kelas X2 yang melakukan agresi verbal dengan
(wawancara,13 Mei 2013). Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
terjadi. Diantaranya kasus tawuran yang dilakukan oleh pelajar SMA 70 dan
SMAN 6 Bulungan Jakarta yang terjadi pada tanggal 2 Oktober 2012 yang
informasi yang diperoleh bahwa data tawuran pelajar wilayah POLDA Metro
Jaya dari tahun 2010 hingga 2012 mengalami kenaikan hingga 100%. Pada
tahun 2010 terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar yang mengakibatkan
banyak korban luka-luka, terjadi kenaikan yang sangat drastis pada tahun
2011 dimana terjadi 339 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar, dan
tahun 2012 terjadi 139 kasus tawuran yang mengakibatkan 12 orang pelajar
ambiguitas yang dialami remaja adalah mencari identitas diri. Menurut teori
jika remaja menerima dukungan sosial yang memadai, maka akan muncul
eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri, dan kontrol diri. Begitu
juga sebaliknya remaja yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan
hasratnya ditambah lagi kalau remaja sering kali mendapatkan penolakan dari
3
orang tua, maka dapat dipastikan remaja akan terus mengalami kebingungan.
Menurut Carr (Hartati dkk, 2005) emosi itu timbul jika organism dihadapkan
semua tenaga dan upaya dikerahkan untuk mengatasi rintangan tersebut dan
masing individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lain, seperti
di bidang usia, kebutuhan dan tujuan. Di dalam kelompok sebaya ini, individu
sama lain dan merasa diterima dalam kelompok, dengan demikian ia akan
sebayanya tersebut.
perilaku agresi itu merupakan suatu hal yang dipelajari. Menurut teori belajar
Albert Bandura, tingkah laku manusia akibat reaksi yang timbul dari interaksi
4
Sebagian besar apa yang dipelajari individu khususnya remaja adalah melalui
proses peniruan (imitation) dan penyajian contoh (modeling), dan dalam hal
terhadap cara orang lain merespon stimulus (Hartati dkk, 2005). Remaja yang
bahwa ada pengaruh alkohol terhadap tindakan agresif seseorang. Ada juga
dan yang paling terpenting adalah tindakan agresi itu dipelajari. Beberapa
penelitian seperti Milles dan Carey (1997) yang meneliti faktor gen dan
tawuran semata, tetapi banyak perilaku agresi yang dimulai dari agresi yang
Setidaknya perilaku agresi ini dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu, 1) fisik dan
verbal, 2) aktif dan pasif, 3) langsung dan tidak langsung. Dari ketiga
dilakukan secara tidak langsung, misalnya membuat jebakan untuk orang lain.
3) Perilaku agresif fisik pasif yang dilakukan secara langsung, misalnya tidak
memberi jalan kepada orang lain. 4) Perilaku agresif fisik pasif yang
misalnya menyebar gosip tentang orang lain. 7) Perilaku agresif verbal pasif
yang dilakukan secara langsung, misalnya tidak setuju dengan pendapat orang
pertanyaan orang lain. 8) Perilaku agresif verbal pasif yang dilakukan secara
subjetif.
adalah hubungan diri yang hangat dengan orang lain diterjemahkan dengan
empati dan efikasi diri dengan perilaku agresi pada guru sekolah dasar negeri
empati terhadap keterampilan sosial dan agresifitas pada anak sekolah dasar,
7
menunjukkan hasil nilai estimasi sebesar -0,711 dan nilai CR -4,038 (p=
0,000), yang berarti semakin tinggi kemampuan empati anak maka akan
laki dan perempuan yang meminum alkohol dan memiliki empati yang
rendah akan lebih tinggi tingkat agresifnya, dari pada laki-laki dan perempuan
yang memiliki empati yang tinggi akan turun tingkat agresifnya. Dalam
penelitian ini, peneliti ingin mengungkap konsep empati yang sesuai untuk
mengatasi perilaku agresifitas pada remaja. Sampai saat ini, peneliti belum
untuk dapat berpikir, merasakan, dan mengerti keadaan orang lain dilihat dari
merasakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang tersebut. Empati
positif baik dari dalam diri siswa maupun dari luar, misalnya dari dalam diri
siswa tersebut dapat dibiasakan berinfaq ketika ada sumbangan amal untuk
anak yatim piatu dan orang yang tidak mampu setiap jumat. Contoh lainnya
yang beranjak dari luar diri siswa adalah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
seseorang tidak bisa mengendalikan emosi yang ada dalam dirinya, sikap
agresif yang dipicu karena rasa marah dan dendam akan sangat mudah
remaja. Dalam penelitian lainnya dari DeWall, dkk (2011) tentang Self-
mengurangi agresi seseorang. Maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti
perbandingan, sehingga tampak lebih jelas tindakan agresi tersebut. Hal ini
didukung dalam jurnal penelitian oleh Bushman dan Anderson (1998) yang
menunjukkan bahwa laki-laki 11x lebih agresif dari pada perempuan dan
hal yang diduga dapat mengurangi atau mengatasi agresivitas remaja yaitu
Pada penelitian ini, permasalahan yang akan dikaji terbatas pada hal-hal
berikut:
dilakukan secara sadar baik fisik maupun verbal oleh individu kepada
(Averill,1973)
4. Jenis kelamin.
10
agresivitas remaja?
agresivitas remaja?
remaja?
remaja?
remaja?
remaja?
agresivitas remaja.
agresivitas remaja.
baik untuk keilmuan (teoritis) atau untuk peneliti dan subjek penelitian
manfaat yaitu:
BAB 2 : Kajian teori berisi uraian pendapat para ahli mengenai agresivitas,
hipotesis.
13
penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Agresivitas
menyerang kepada suatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang
menyerang kepada suatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang
orang lain yang diniatkan untuk melukai objek yang menjadi sasaran
tidak langsung.
bahwa perilaku agresi merupakan hasil dari proses belajar sosial yang
menyakiti atau melukai orang lain atau merusak objek baik secara fisik
maupun psikis.
terjadi dalam diri seseorang. Menurut Taylor (2009) rasa marah dapat
terhadap lawan.
berikut:
1. Frustrasi
sosial.
agresif seseorang.
diantaranya:
binatang, mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing
orang lain tidak lagi saling mengenal secara baik. Bila seseorang
kekerasan tersebut.
10. Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam
terhadap frustrasi.
bagi remaja.
secara lebih lengkap, yaitu: perilaku agresif secara fisik atau verbal, dan
secara aktif atau pasif, serta langsung atau tidak langsung. Tiga
misalnya tidak setuju dengan pendapat orang lain, tetapi tidak mau
lain.
emosi yang tinggi. Perilaku agresif ini adalah tujuan dari agresi itu
aggression).
Agresi ini pada umumnya tidak disertai emosi. Bahkan antara pelaku
tidak fair .
1. Agresi fisik
2. Agresi verbal
23
3. Agresi marah
dilakukannya.
4. Sikap permusuhan
lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan. Contohnya,
dendam terhadapnya.
berikut:
1. Agresi semu
24
2. Agresi aksidental
3. Agresi permainan
kerusakan.
25
5. Agresi defensif
hal ini dapat dilakukan dengan cara menyelamatkan diri, dan jika
memerangi penindasan.
fisik.
9. Agresi kompromis
Dalam beberapa kasus dorongan agresi itu tidak akan terjadi jika
perintah itu tidak dipatuhi. Akan tetapi ada pula yang mengancam
AS karena kepatuhan.
yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi marah, dan sikap permusuhan,
diantaranya:
yaitu, agresi fisik verbal, dan marah, yang terangkum dalam 11 item
baku.
2.2 Empati
Konsep empati berasal dari kata “einfϋhlung” yang popular pada abad
ke-19. Istilah ini berasal dari filsafat estetika Jerman yang mengkaji
tentang abstrak formal, hingga fokus pada isi, simbol dan emosi.
Sehingga paa akhirnya salah satu ilmuwan pada masa itu Johan
sebagai respon afektif (perasaan) terhadap situasi orang lain dari pada
kesamaan antara perasaan yang diekpresikan oleh diri sendiri dan orang
orang lain.”
kejadian, satu objek alami, atau satu karya estetis. Sebagai contoh, bagi
perasaan, kebutuhan dan persepsi dari orang lain (Garton & Gringart,
2005).
empati seseorang serta perasaan dan pemahaman yang lain dengan cara
karakter khayal dalam buku, film, sandiwara yang dibaca atau yang
ditontonnya.
lain.
empati negatif.
untuk dilihat yang dikutip dari buku Taufik yaitu aspek komunikatif.
empati dari Mark H. Davis (1980) dengan melihat empati dari beberapa
adapt the self so as to produce a better, more optimal fit between self
and world.” Maksud dari pernyataan tersebut adalah kontrol diri secara
diri sehingga menghasilkan sesuatu lebih baik secara optimal antara diri
dan dunia.”
Willoughby, 2009).
35
diinginkan.
2006).
36
mengontrol diri.
37
perilaku.
tersebut.
selalu menyerang kepada suatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang
lingkungan sosial, pengaruh alkohol, hal ini sejalan dengan penelitian dari
38
adalah tindakan agresi itu dipelajari. Tidak hanya itu, beberapa jurnal
bahwa laki-laki dan perempuan yang meminum alkohol dan memiliki empati
yang rendah akan lebih tinggi tingkat agresifnya, dari pada laki-laki dan
perempuan yang memiliki empati yang tinggi akan turun tingkat agresifnya.
Empati umumnya dianggap sebagai menempatkan diri pada posisi orang lain
Agar kedua hal tersebut dapat dilihat lebih jelas lagi pengaruhnya,
dan decisional control. Jenis kelamin menjadi variabel lainnya yang akan
KERANGKA BERPIKIR
EMPATI
Perspektive Taking
1. (PT)
2.
Fantasy (FS)
3.
4.
Empatic Concern
5.
(EC)
6.
Personal Distress
7.
(PD)
8. Self-esteem
SELF-CONTROL
9.
Behavior control
10. Agresivitas
11.
Cognitive control
12.
13.
Decisional control
14.
15.
Jenis Kelamin
hal ini, IV dari faktor demografis yang bersifat kategorik seperti jenis kelamin
dan usia dianalisis secara terpisah dan hanya dimasukkan ke dalam hipotesis
minor.
Hipotesis Alternatif
Hipotesis Mayor
Ada pengaruh yang signifikan antara empati dan self-control terhadap
agresivitas remaja.
Hipotesis Minor
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan antara perspective taking terhadap
agresivitas remaja.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara fantasy terhadap agresivitas
remaja.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan antara empathic concern terhadap
agresivitas remaja.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan antara personal distress terhadap
agresivitas remaja.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan antara behavior control terhadap
agresivitas remaja.
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan antara cognitive control terhadap
agresivitas remaja.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas mengenai metode penelitan, dan dalam hal ini akan
Identifikasi Variabel
personal distress.
(kontrol keputusan).
3.2.1 Populasi
kelas XI sebanyak 259 siswa,. Jumlah total dari populasi sebanyak 487
siswa.
3.2.2 Sampel
Selatan, yang terdiri dari siswa/siswi kelas X dan XI. Kelas X terdiri
likert yaitu dengan menyebarkan angket. Untuk alat ukur agresivitas, peneliti
Untuk pemberian skor dari skala ini, jawaban antara pernyataan yang
Tabel 3.1.
Skoring Instrumen
adalah untuk melihat kecenderungan kearah setuju atau tidak setuju serta
data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu skala agresivitas, empati, dan
agresi fisik sebesar 0.80, agresi verbal 0.76, marah 0.72, dan sikap
Tabel 3.2
Menyerang
Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Item
Memukul
Agresi Fisik 5 4 9
Berdebat
Menyebarkan
Agresi Verbal 3 2 5
Bersikap
gossip
Kesal
Sarkastis
Mudah marah
Agresi Marah 4 3 7
Benci
Curiga
Sikap 5 3 8
Iri hati
permusuhan
Jumlah pernyataan 17 12 29
46
sebagai berikut:
Tabel 3.3
No. Item
Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah
Item
Jumlah Pernyataan 19 9 28
Tabel 3.4
Mengatur
Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Item
Behavior 2, 17 11 3
Memodifikasi
control pelaksanaan
13, 15 2
Memperoleh
stimulus
Cognitive 16 1
Melakukan
control informasi
10, 12, 20 1, 3, 18 6
Mengantisipasi
penilaian
Decisional 5, 8 4, 7, 19 5
Menafsirkan
control peristiwa
14 6, 9 3
peristiwa
Jumlah Pernyataan 9 11 20
Untuk menguji validitas konstruk setiap item, maka peneliti melakukan uji
sebagai berikut:
1. Dilakukan uji CFA dengan model unidimensional (satu faktor) dan dilihat
diteorikan, yaitu hanya mengukut satu faktor saja. Jika ini terjadi maka
Ini berarti bahwa selain suatu item mengukur konstruk yang seharusnya
diukur, juga dapat dilihat apakah item tersebut mengukur hal yang lain
selanjutnya.
3. Setelah diperoleh model fit (unidimensional) maka dilihat apakah ada item
mengukur faktornya dilihat dari nilai t bagi koefisien muatan faktor item.
yang tidak signifikan dimana (t<1,96) maka item tersebut harus didrop
kemudian dihitung (destimasi) nilai skor faktor (true score) bagi setiap
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 29 item yang ada bersifat
dengan satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item
terbukti mengukur satu hal saja, yaitu agresivitas remaja. Hanya saja,
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji
50
dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap muatan faktor. Jika nilai
(t>1,96) artinya item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya, jika
(t<1,96) item tersebut tidak signifikan. Lihat tabel 3.5 dibawah ini:
Tabel 3.5
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
dengan satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item
Tabel 3.6
1 2 3 4 5 6 7
1 1
2 1
3 1 V
4 1
5 1 V
6 1
7 1
item lainnya.
yang baik dan item yang buruk. Alat ukur ini diketahui tidak semua
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang
faktor. Jika nilai (t>1,96) artinya item tersebut signifikan dan begitu
Tabel 3.7 :
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tiga item tidak
terdapat tiga item yang koefisien t (<1,96) yang berarti item nomor
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
dengan satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item
terbukti mengukur satu hal saja, yaitu fantasy. Hanya saja, pada
Tabel 3.8
1 2 3 4 5 6 7
1 1
2 1 V V
3 1 V
4 1
5 1 V
6 1
7 1
yang baik dan item yang buruk. Alat ukur ini diketahui tidak semua
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang
faktor. Jika nilai (t>1,96) artinya item tersebut signifikan dan begitu
Tabel 3.9
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa ada satu item tidak
terdapat satu item yang koefisien t (<1,96) yang berarti item nomor 7
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
dengan satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item
terbukti mengukur satu hal saja, yaitu empathic concern. Hanya saja,
Tabel 3.10
1 2 3 4 5 6 7
1 1
2 1 V
3 1
4 1
5 1 V
6 1
7 1
Keterangan: tanda (v) menunjukkan item yang saling berkorelasi dengan item
lainnya.
yang baik dan item yang buruk. Alat ukur ini diketahui tidak semua
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang
faktor. Jika nilai (t>1,96) artinya item tersebut signifikan dan begitu
Tabel 3.11
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dua item tidak
terdapat dua item yang koefisien t (<1,96) yang berarti item nomor 2
59
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
dengan satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item
terbukti mengukur satu hal saja, yaitu personal distress. Hanya saja,
Tabel 3.12
1 2 3 4 5 6 7
1 1
2 1 v
3 1
4 1 v
5 1
6 1
7 1
Keterangan: tanda (v) menunjukkan item yang saling berkorelasi dengan item
lainnya.
yang baik dan item yang buruk. Alat ukur ini diketahui tidak semua
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang
faktor. Jika nilai (t>1,96) artinya item tersebut signifikan dan begitu
Tabel 3.13
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dua item tidak
terdapat dua item yang koefisien t (<1,96) yang berarti item nomor 4
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat
dengan satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item
terbukti mengukur satu hal saja, yaitu behavior control. Hanya saja,
Tabel 3.14
1 2 3 4 5
1 1
2 1
3 1
4 1 V
5 1
yang baik dan item yang buruk. Alat ukur ini diketahui tidak semua
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang
faktor. Jika nilai (t>1,96) artinya item tersebut signifikan dan begitu
Tabel 3.15
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa satu item tidak
terdapat satu item yang koefisien t (<1,96) yang berarti item nomor 4
64
terpercaya.
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
dengan satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item
terbukti mengukur satu hal saja, yaitu cognitive control. Hanya saja,
Tabel 3.16
1 2 3 4 5 6 7
1 1
2 1 v
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
item lainnya.
yang baik dan item yang buruk. Alat ukur ini diketahui tidak semua
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang
faktor. Jika nilai (t>1,96) artinya item tersebut signifikan dan begitu
Tabel 3.17
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa satu item tidak
terdapat satu item yang koefisien t (<1,96) yang berarti item nomor 2
terpercaya.
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat
dengan satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item
dibawah ini:
Tabel 3.18
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1
2 1
3 1 V
4 1 V
5 1
6 1
7 1
8 1
item lainnya.
68
yang baik dan item yang buruk. Alat ukur ini diketahui tidak semua
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang
faktor. Jika nilai (t>1,96) artinya item tersebut signifikan dan begitu
Tabel 3.19
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tiga item tidak
terdapat tiga item yang koefisien t (<1,96) yang berarti item nomor
remaja.
2. Uji F
3. Uji t
ditentukan.
membuat kesimpulan.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti membahas mengenai hasil penelitian yang telah
serta uji hipotesis penelitian yaitu analisis regresi variabel penelitian dan
Sampel dalam penelitian ini adalah 150 siswa-siswi kelas X dan XI SMA
Table 4.1
87 sampel (58%).
control, cognitive control, dan decisional control menjadi tiga skor, yaitu skor
rendah, sedang dan tinggi. Kategorisasi didapat berdasarkan rumus pada tabel
Tabel 4.2
1. Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 150 jumlah sampel, terlihat
bahwa sampel dengan skor agresivitas rendah sebanyak 27 sampel (18%),
skor sedang 102 sampel (68%), dan skor tertinggi sebanyak 21 sampel
(14%).
2. Dari 150 jumlah sampel, terlihat bahwa sampel dengan skor perspective
taking rendah sebanyak 25 sampel (16,7%), skor sedang 95 sampel
(63,3%), dan skor tertinggi sebanyak 30 sampel (20%).
3. Dari 150 jumlah sampel, terlihat bahwa sampel dengan skor fantasy
rendah sebanyak 28 sampel (18,7%), skor sedang 98 sampel (65,3%), dan
skor tertinggi sebanyak 24 sampel (16%).
4. Dari 150 jumlah sampel, terlihat bahwa sampel dengan skor empathic
concern rendah sebanyak 19 sampel (12,7%), skor sedang 107 sampel
(71,3%), dan skor tertinggi sebanyak 24 sampel (16%).
5. Dari 150 jumlah sampel, terlihat bahwa sampel dengan skor personal
distress rendah sebanyak 22 sampel (14,7%), skor sedang 101 sampel
(67,3%), dan skor tertinggi sebanyak 27 sampel (18%).
6. Dari 150 jumlah sampel, terlihat bahwa sampel dengan skor behavior
control rendah sebanyak 26 sampel (17,3%), skor sedang 100 sampel
(66,7%), dan skor tertinggi sebanyak 24 sampel (16%).
7. Dari 150 jumlah sampel, terlihat bahwa sampel dengan skor cognitive
control rendah sebanyak 28 sampel (18,7%), skor sedang 95 sampel
(63,3%), dan skor tertinggi sebanyak 27 sampel (18%).
8. Dari 150 jumlah sampel, terlihat bahwa sampel dengan skor decisional
control rendah sebanyak 27 sampel (18%), skor sedang 94 sampel
(62,7%), dan skor tertinggi sebanyak 29 sampel (19,3%).
seberapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Kedua ialah
masing-masing IV.
Selanjutnya untuk tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
R square
Tabel 4.4
Analisis Regresi
ANOVAb
Model Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4761,411 8 595,176 3,497 ,001a
Residual 23995,386 141 170,180
Total 28756,797 149
a. Predictors: (Constant), J.KELAMIN, BEHAVIOR, E.CONCERN,
FANTASY, P.TAKING, P.DISTRESS, DECISIONAL, COGNITIVE
b. Dependent Variable: AGRESIVITAS
Tabel 4.5
Koefisien regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 81,198 7,834 10,364 ,000
P.TAKING ,080 ,099 ,073 ,802 ,424
FANTASY -,058 ,091 -,055 -,633 ,528
E.CONCERN -,059 ,107 -,050 -,555 ,580
P.DISTRESS ,004 ,108 ,004 ,040 ,968
BEHAVIOR -,287 ,122 -,235 -2,353 ,020*
COGNITIVE ,062 ,126 ,052 ,497 ,620
DECISIONAL -,242 ,111 -,218 -2,185 ,031*
J.KELAMIN -3,930 2,365 -,140 -1,662 ,099
a. Dependent Variable: AGRESIVITAS
Begitu juga dengan hasil uji hipotesis minor dapat dilihat berdasarkan
positif.
3. Variabel fantasy
negatif.
81
positif.
positif.
Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya
yang mana independen varibel tersebut dianalisis satu per satu. Pada tabel
kolom pertama adalah independen variabel yang dianalisis satu per satu,
tiap independen variabel yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom ketiga
variabel yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai
derajat bebas bagi independen variabel yang bersangkutan pula, yang terdiri
Model Summary
agresivitas.
Tabel 4.7
BAB V
Pada bab ini peneliti akan memaparkan lebih lanjut mengenai hasil dari penelitian
yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu kesimpulan,
diskusi dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
dari empati dan self control terhadap agresivitas remaja SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan. Dari delapan variabel yang diujikan, terdapat dua variabel
5.2 Diskusi
menemukan bahwa behavior control dan decisional control dari aspek self
behavior control maka semakin tinggi agresivitas seseorang. Hal ini didukung
oleh penelitian Dewall, dkk (2011) yang menyatakan bahwa self control dapat
terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sebaliknya, jika seseorang memiliki
perilakunya.
cenderung lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam bertindak. Sebaliknya, jika
akan bertindak agresi ketika mereka harus memilih keputusan apa yang akan
mereka ambil, seperti mencemooh guru mereka karena diberi tugas yang
tugas yang telah diberikan kepada mereka, karena mereka merasa lebih
yaitu fantasy, empathic concern dan jenis kelamin. Artinya, semakin tinggi
Hal ini didukung oleh penelitian Miller & Eisenberg, (1988) dan Lovett dan
terdapat hubungan antara empati terhadap agresi dan anti sosial yang berarah
negatif.
pikiran dan perasaan orang lain, maka semakin tinggi pula kecenderungan
untuk bertindak agresif. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Elfrie van
langsung.
5.3 Saran
antar item.
jumlah yang lebih banyak. Tidak hanya siswa kelas X dan XI saja,
objektif.
sebaya.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, C.M. (1990). What Is Empathy, and Can Empathy Be Taught. Physical
Therapy. Journal of the American Physical Therapy Association . 70, 707-
711. Retrieved from http://ptjournal.apta.org/content/70/11/707
Davis, M.H. (1980). A Multidimentional Approach to Individual Differences in
Empathy. JSAS Catalog of Selected Document in Psychology.
DeWall, C.N., Finkel, E.J., & Denson, T.F. (2011). Self-Control Inhibits
Aggression. Social and Personality Psychology Compass 5/7. 458-472.
10.1111/j.1751-9004.2011.00363.x.
92
Gelles, R.J., Harrop, J.W., Vissing, Y.M., & Straus, M.A. (1991). Verbal
aggression by parents and psychosocial problems of children. Child Abuse
and Neglect. 15. 223-238.
Hartati, N., Nihayah, Z., Shaleh, A.R., Mujib, A. (2005). Islam dan Psikologi.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Hastik, Ama. 2012. Hubungan Antara Empati dan Efikasi Diri dengan Perilaku
Agresi guru. Skripsi, Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri
Malang. Pembimbing: (1) Dra. Endang Prastuti, M.Si., (II) Indah Y.
Suhanti, S.Psi, M. Psi.
Hoaken, P.N.S., & Stewart, S.H. ( 2003). Drugs of abuse and the elicitation of
human aggressive behavior. Addictive Behaviors. 28. 1533-1554.
Lopez, E.E., Perez, S.M., Ochoa, G.M., & Ruiz, D.M. (2008). Adolescent
Aggression: Effects of Gender and Family and School Enviroments.
Journal of Adolescence 31. 433-450. doi: 10.1016/j.adolescence.
2007.09.007
Myers, D.G. (2009). Exploring Social Psychology – 6th. New York : The
McGraw-Hall Companies.
Tangney, J.P., Baumeister, R.F., & Boone, A.L. (2004). High Self-Control Predict
Good Adjustment, Less Pathology, Better Grades, and Interpersonal
Success. Journal of Personality. 72(2). 271-282.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. Social Psychology 12 th Edition.
Psikologi sosial edisi kedua belas. Tri Wibowo B.S (terj). 2009. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.