PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 dijelaskan bahwa:
yang terkait dengan proses pendidikan. Tidak hanya terbatas pada hubungan
dan orang tua dengan mahasiswa, namun hubungan baik antar mahasiswa juga
bentuk perilaku negatif yang menyangkut hubungan antar mahasiswa harus segera
1
injury or discomfort. Bullying can take the form of physical contact, words or
agresif di mana seseorang dengan sengaja dan berulang kali menyebabkan cedera
atau ketidaknyamanan pada orang lain. Bullying dapat berupa kontak fisik, kata-
kata atau tindakan yang lebih halus. Definisi lain dikemukakan oleh Sulivan,
yakni tindakan negatif dan agresif yang bersifat manipulatif yang dilakukan
Irvan Usman3 ditemukan hasil dari 103 siswa yang menjadi sampel penelitian
diperoleh 15,5% siswa melakukan bullying dalam intensitas yang tinggi dan 52%
tingkatan sedang. Begitu pula halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti
Bahkan di salah satu kota X, perilaku bullying mengakibatkan cedera fisik yang
1
http://www.apa.org/, diakses 8 Agustus 2017.
2
Sullivan, Keith., Cleary, Mark & Sullivan, Ginny, Bullying in Secondary Schools: What it
looks like and how to manage it, California: Corwin Press, 2005, h. 3-5.
3
Irvan Usman, Perilaku Bullying Ditinjau dari Peran Kelompok Teman Sebaya dan Iklim
Sekolah pada Siswa SMA di Kota Gorontalo, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Gorontalo, 2014, h. 5.
4
Siti Chairani Umasugi, Hubungan antara Regulasi Emosi dan Religiusitas dengan
Kecenderungan Perilaku Bullying pada Remaja, Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan,
2014, h. 13.
5
http://news.okezone.com/, diakses 8 Agustus 2017.
6
http://www.infosumbar.net/, diakses 8 Agustus 2017.
2
(bullying) di sekolah mengalami kenaikan dari 67 kasus pada 2014 menjadi 79
kasus di 2015.7
menjadi masalah yang tersembunyi karena tidak disadari oleh pendidik dan orang
masalah fisik dan dapat dikenali melalui diagnosis medis sebagai penyakit dan
yang mengarah kepada tindakan bullying, maka mahasiswa yang menjadi korban
(internal dan eksternal) yang diduga sebagai beban karena di luar kemampuan
maupun tidak sehat, positif, maupun negatif, usaha kesadaran atau ketidaksadaran,
7
http://www.republika.co.id/, diakses 8 Agustus 2017.
8
Asep Ediana Latip, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada
Peserta Didik Anak Usia MI/SD, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, h. 12.
9
Lazarus & Folkman, Stress, Appraisal, and Coping, New York: Springer Publishing
Company, 1984, h. 152.
3
untuk mencegah, menghilangkan, atau melemahkan stresor, atau untuk
coping dan problem focused coping.11 Emotional focused coping adalah suatu
usaha untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang sangat menekan.
Emotion focused coping cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau
merasa tidak mampu mengubah kondisi, sehingga yang dilakukan individu adalah
penilaian defensif.14
Bentuk lain dari coping stress yakni problem focused coping yang
atau pokok permasalahan. Menurut Taylor, dkk, problem solving efforts are
10
Triantoro & Nofrans, Manajemen Emosi “Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana
Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda, Jakarta: Bumi aksara, 2009.
11
Lazarus & Folkman. Op.Cit., h. 152.
12
Taylor, Shelley E., Peplau, Letitia Anne, dan Sears, David O, Social Psychology, New
Jersey: Prentice Hall, 1997, h. 404.
13
Triantoro & Nofrans, Op.Cit.
14
Santrock, John W, Adolesence ”Perkembangan Remaja. Terjemahan oleh Shintro B
Adelar dan Sherly Saragih. 2003, Jakarta: Erlangga.
15
Taylor, Shelley E., Peplau, Letitia Anne, dan Sears, David O, Op.Cit., h. 405.
4
Menurut Smet, individu akan cenderung menggunakan strategi ini apabila dirinya
coping sebagai strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang
menyelesaikannya.17
dengan orientasi kepada masalah tersebut bukan pada hal-hal lain. Jika mahasiswa
menggunakan strategi yang berpusat pada masalah, maka mahasiswa akan dapat
memiliki strategi coping yang baik, antara lain masih ada mahasiswa yang diam
ketika ada teman yang berkata kasar kepadanya, masih ada mahasiswa yang terus
16
Triantoro & Nofrans, Op.Cit.
17
Santrock, John W, Op.Cit.
5
mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya, masih ada
mahasiswa yang memiliki rasa dendam dan kesal kepada teman-temannya yang
mahasiswa yang merasa tidak nyaman berada di kampus karena perlakuan dan
melakukan penelitian dengan judul: “Strategi Coping Korban Bullying (Studi pada
Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Institut Agama Islam
1. Identifikasi Masalah
a) Masih ada mahasiswa yang diam ketika ada temannya yang berkata
kasar kepadanya.
temannya.
d) Masih ada mahasiswa yang memiliki rasa dendam dan kesal kepada
kepada dirinya.
6
e) Masih ada mahasiswa yang merasa tidak nyaman terus berada di
teman-temannya.
2. Fokus Penelitian
mempengaruhinya.
3. Rumusan Masalah
bullying?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui:
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
b) Manfaat Praktis
permasalahan bullying.
8
2) Bagi pimpinan perguruan tinggi, hasil penelitian ini dapat
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Strategi Coping
a) Pengertian Coping
Menurut Lazarus & Folkman, coping adalah proses mengelola
tuntunan (internal dan eksternal) yang diduga sebagai beban karena di luar
segala usaha, sehat, maupun tidak sehat, psitif, maupun negatif, usaha
process of thoughts and behaviours that people use to manage the internal
usaha yang dilakukan seseorang dalam mengatasi stres baik dengan cara
mengelola emosinya.
18
Lazarus & Folkman, Op.Cit, h. 152.
19
Triantoro & Nofrans, Op.Cit.
20
Bartram, David & Gardner, Dianne, Coping with Stress, In Practice journal, Vol. 30,
2008, h. 228.
10
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi Coping
1) Dukungan Sosial
Pengertian lain dari Rietschlin, yaitu, “Pemberian informasi dari orang lain
keagamaan”.23
2) Kepribadian
“coping” atau usaha dalam mengatasi stress yang dihadapi. Adapun yang
sikap yang membuat orang tahan akan stres. (2) Optimisme, merupakan
harapan). (3) Humoris, orang yang senang humor cenderung lebih toleran
dalam menghadapi situasi stress dari pada orang yang tidak senang humor.
21
Syamsu Yusuf , Mental Hygiene, Bandung: Maestro, 2009, h. 129.
22
Syamsu Yusuf, Ibid, h. 129.
23
Syamsu Yusuf, Ibid, h. 129.
11
a. Sosiodemografik, yang meliputi status sosial, status perkawinan, status
c) Jenis-jenis Coping
antara lain:
24
Jemi Dadang Kresnawan, Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Strategi Coping
Pada Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Malang, Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2010, h. 56.
25
Taylor, Shelley E., Peplau, Letitia Anne, dan Sears, David O. Op.Cit, h.400.
26
Santrock, John W, Op.Cit, h. 153.
12
a. Seeking informational support, yaitu untuk mencoba untuk
antara lain :
27
Taylor, Shelley E., Peplau, Letitia Anne, & Sears, David O. Op.Cit, h.400.
28
Triantoro & Nofrans. Op.Cit.
29
Santrock, John W, Op.Cit, h. 153.
13
a. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh
d. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau
keluarnya.
2. Bullying
a) Pengertian Bullying
diberikan oleh para ahli, peneliti dan pengarang. Terlebih pada beberapa
tahun belakangan ini, banyak dari mereka para ahli, peneliti, ataupun
14
merepresentasikan kata bullying itu sendiri sehingga untuk pembahasan
usually over a period of time.30 Dengan kata lain bullying adalah tindakan
yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain yang terjadi
conscious desire to hurt or threaten or frighten someone else. And over the
victim; To do this, the bully has to have some of power over the victim, a
31
power not recognize that power always recognizable to the teacher”.
melakukan hal ini, pelaku bullying harus lebih kuat daripada korban.
yang kurang kuat oleh yang lebih kuat atau antara pengganggu dan korban.
30
Sullivan, Keith., Cleary, Mark & Sullivan, Ginny, Op.Cit, h. 3-5.
31
Chris, Lee, Preventing Bullying in School, London, Paul Chapman Publishing, 2004, h.
13.
32
Chris, Lee, Ibid, h. 13.
15
Menurut Askew, “bullying is a continuum of behaviour which
lembaga pendidikan formal jika tidak terjadi hubungan sosial yang akrab
masyarakat sekitar, dan orang tua murid. Maka, Asep Ediana Latip35
sebagai berikut:
33
Chris, Lee, Ibid, h. 12.
34
Sullivan, Keith., Cleary, Mark & Sullivan, Ginny, Ibid., h. 5.
35
Asep Ediana Latip, Op.Cit, h. 9-11.
16
masalah dalam keluarga dapat mendorong perilaku bullying
pada anak.
3) Konformitas teman sebaya; konformitas teman sebaya atau
peer lebih memiliki pengaruh terhadap prilaku anak oleh
karena itu memilih teman dan kelompok yang baik menjadi
keniscayaan yang tidak bisa ditawarkan untuk menghindari
prilaku anak dari tindakan negatif, dan apabila lepas kendali
dari cara berteman dan berkelompok yang salah diapastikan
anak anak terlibat dalam tindakan negatif seperti bullying.
4) Media; berbagai tampilan di media dapat ditiru oleh anak,
seperti perilaku kekerasan.
5) Iklim sekolah; Iklim sekolah atau school climate adalah kondisi
dan suasana sekolah sebagai tempat belajar bagi peserta didik
anak usia MI/SD. Sekolah bagi anak usia MI/SD adalah rumah
kedua yang kondisinya harus diciptakan senyaman mungkin
like at home. Dan jika kondisinya terjadi sebaliknya sekolah
justru menjadi tempat berlatih untuk bertindak negatif maka
iklim sekolah seperti ini akan merusak dan bahkan
menghancurkan masadepan emas anak.
c) Bentuk-bentuk Bullying
yang membuat korban merasa tidak nyaman dan terluka, baik secara fisik
36
Sullivan, Keith., Cleary, Mark & Sullivan, Ginny, Ibid., h. 5.
17
mengancam, atau intimidasi, menghasut, berkata jorok pada korban,
mencuri.
melemahkan, yaitu ada manifestasi fisik dari bullying tapi tidak ada
37
Chris, Lee, Op.Cit, h. 9.
18
d) Dampak perilaku bullying
masih menjadi masalah yang tersembunyi karena tidak disadari oleh pendidik
(guru) dan orang tua serta korban yang menyembunyikan masalah tersebut
dengan menutup diri. Masih banyak yang menganggap bahwa bullying tidak
bagi korbannya.
38
Asep Ediana Latip, Op.Cit, h. 12.
19
ketegangan yang dialaminya. Strategi coping merupakan cara seseorang untuk
hal lain. Jika mahasiswa menggunakan emotional focused coping, maka yang
akan dapat mengurangi perilaku bullying yang mengarah pada dirinya bahkan
menghilangkannya.
penelitian yang penulis lakukan benar-benar belum pernah diteliti oleh orang lain.
1. Penelitian yang dilakukan Yenny Susana & Henny E. Wirawan dengan judul:
39
Lazarus & Folkman. Op.Cit., h. 152.
20
hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa informan menggunakan upaya
2. Penelitian yang dilakukan Laura S. Tenenbaum, Kris Varjas, Joel Meyers &
permasalahan mereka.
C. Konsep Operasional
memberikan batasan terhadap konsep teoritis. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi
21
situasi stresful. Jika mahasiswa yang menjadi korban bullying menggunakan
d. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan
22
f. Positive reappraisal, yakitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari
religius.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
kasus. Pendekatan studi kasus menurut Daymon dan Holloway adalah pengujian
intensis menggunakan berbagai sumber bukti terhadap suatu entitas tunggal yang
dibatasi oleh ruang dan waktu40. Pada umumnya studi kasus dihubungkan dengan
sebuah lokasi atau sebuah organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja
IAIN Kerinci. Alasan dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian dikarenakan
penulis mengamati masih banyak terjadi perlakuan bullying yang dilakukan antar
mahasiswa.
C. Kehadiran Peneliti
berusaha mencari informasi dari subjek sebagai orang yang dijadikan informan
dalam penelitian yang sedang dilakukan. Peneliti sadar bahwa tujuan utama
40
Tohirin. Metode Penelitian Kualitatif dalam pendidikan dan Bimbingan Konseling,
Jakarta, Rajawali Pers, 2012.
24
adalah mencari informasi bukan menilai suatu situasi, sehingga analisis datanya
D. Informan Penelitian
(purposive sample). Adapun yang menjadi informan kunci atau informan utama
dari penelitian ini adalah 4 mahasiswa yang merupakan korban bullying di Jurusan
adalah dosen-dosen Jurusan BKI dan mahasiswa lain yang mengerti dan
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian yang menghasilkan data berupa
transkip wawancara.
41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), Bandung, Alfabeta, 2010, h.225.
25
2. Observasi
pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu priode tertentu dan
3. Dokumentasi
salah satu dari 4 teknik tersebut yakni uji kredibilitas data. Menurut Moleong,
1. Perpanjangan Pengamatan
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak
ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
42
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2010, h. 327.
43
Lexy J Moleong, Ibid., h. 324.
26
2. Ketekunan pengamatan
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
3. Triangulasi
ulang data hasil wawancara kepada informan kunci, 2) triangulasi dengan metode,
dilakukan dengan membandingkan hasil data dengan alat pengumpulan data yang
hasil tindakan, pengamatan, dan wawancara dengan teori yang terkait. Triangulasi
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data hasil wawancara
dalam penelitian kualitatif, seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat
27
diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti.
dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
Gambar III.1
Komponen dalam analisis data (interactive model)
44
Sugiyono. Ibid., h.225.
28
1. Reduksi Data (data reduction)
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berati
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
29
DAFTAR PUSTAKA
Asep Ediana Latip. Tanpa Tahun. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Bullying Pada Peserta Didik Anak Usia MI/SD. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Bartram, David & Gardner, Dianne. 2008. Coping with Stress, (Online), In
Practice journal, Vol. 30, (http://www.vetlife.org.uk/sites/default/files/-
resourcefiles/PDF%20David%20Bartram%20Coping%20with%20Stress.p
df, diakses 20 Desember 2015).
Irvan Usman. 2014. Perilaku Bullying Ditinjau dari Peran Kelompok Teman
Sebaya dan Iklim Sekolah pada Siswa SMA di Kota Gorontalo. Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
Lazarus, Richard S & Folkman, Susan. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New
York: Springer Publishing Company.
Lee, Chris. 2004. Preventing Bullying in School. London: Paul Chapman
Publishing.
30
Sullivan, Keith., Cleary, Mark & Sullivan, Ginny. 2005. Bullying in Secondary
Schools: What it looks like and how to manage it. California: Corwin
Press.
Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung. Maestro.
Taylor, Shelley E., Peplau, Letitia Anne, dan Sears, David O. 1997. Social
Psychology. New Jersey: Prentice Hall.
Tenenbaum, Laura S., Varjas,Kris., Meyers, Joel & Parris, Leandra. 2011.
Coping Strategies and Perceived Effectiveness in Fourth Through Eighth
Grade Victims of Bullying, (Online), School Psychology International
Journal, Vol. 32, No. 3, (http://spi.sagepub.com/content/32/3/263.abstract,
diakses 20 Desember 2015).
Triantoro Safari & Nofrans Eka Saputra. 2009. Manajemen emosi “Sebuah
Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup
Anda. Jakarta: Bumi aksara.
Yenny Susana & Henny E Wirawan. 2005. Upaya Coping Perempuan terhadap
Pelecehan Seksual di Tempat Kerja. Jurnal Arkhe, Vol. 10, No.1, 46-58.
http://www.apa.org
http://news.okezone.com
http://www.infosumbar.net
http://www.republika.co.id
31