Soal Pertanyaan
1. Silahkan mengidentifikasi isu-isu masalah siswa yang sangat banyak dialami oleh
peserta didik di indonesia umumnya dan terkhusus diwilayah anda masing-masing.
Identifikasi melalui hasil anda membaca jurnal /artikel penelitian. Jelaskan!
Jawab:
Terkait dari isu-isu siswa yang sangat banyak dialami oleh peserta didik di indonesia
umumnya terkhusus di wilayah saya yang ramai diperbincangkan dan peran kita sebagai
calon konselor dan guru Bimbingan dan Konseling jika dihadapkan dengan Isu-isu yang
telah marak dialami dikalangan peserta didik (siswa) yakni;
(Laras, 2019) Pengembangan Komik Edukatif tentang Dampak Pacaran pada Remaja.
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal, 2(1), 41-60.
Pacaran telah menjadi fenomena yang banyak digandrungi oleh remaja saat ini,
Berdasarkan hasil survei Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang Kalimantan
Barat,dikutip dari (http://theglobejournal.com/kesehatan/survey-perilaku-seks-
60persen-abglaku kan-aborsi/index.php).
Peranan media layanan Bimbingan dan Konseling tidak dapat diabaikan. Media
sangat penting dan bisa menjadi pilihan dalam melaksanakan proses layanan
Bimbingan dan Konseling, namun kenyatan yang ada pemanfaatan media layanan
Bimbingan dan Konseling masih kurang mendapat perhatian dari guru Bimbingan
dan Konseling dalam bentuk pemberian layanan masih konvensional dan terbatas.
Layanan bimbingan menjadi monoton dan kurang mendapat perhatian peserta didik,
sehingga membuat peserta didik merasa jenuh dalam mengikuti layanan Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Perlu kreatifitas dan inovatif guru dalam memberikan
bahan ajar dan mengembangkan media agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran
atau bimbingan dengan baik
Dalam kehidupan siswa yang masih remaja masalah disiplin sering dikaitkan dengan
siswa. Ini seolah-seolah menunjukkan bahwa siswa yang masih remaja identik
dengan kondisi tidak disiplin.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat
penalaran moral dengan kedisiplinan siswa SMKN I Sragen, tingkat penalaran moral
pada subjek penelitian, tingkat kedisiplinan siswa SMKN I Sragen dan sumbangan
efektif tingkat penalaran moral terhadap kedisiplinan siswa. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu dengan menggunakan skala
sebagai alat ukur tingkat penalaran moral dan kedisiplinan siswa. Analisis data
menggunakan korelasi product moment. Penelitian dilakukan di SMKN I Sragen
dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa SMKN 1 Sragen kelas X dan XI
berjumlah berjumlah 744 siswa yang terdiri dari 24 kelas. . Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu siswa-siswi kelas X dan XI
terdiri dari empat kelas yang berjumlah 125 siswa, dengan rinciannya yaitu kelas X
dua kelas dan kelas XI dua kelas yang ditentukan dengan cara Cluster sampel. Hasil
analisis menunjukkan, terdapat hubungan yang sangat signifikan antara penalaran
modal dengan kedisiplinan siswa dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,746
dengan p= 0,00 (p< 0,01), hal ini menunjukkan semakin tinggi penalaran modal maka
diikuti dengan meningkatnya kedisiplinan siswa dan sebaliknya semakin rendah
penalaran moral seseorang maka semakin rendah pula kedisiplinan siswa di SMKN 1
Sragen. Penalaran modal siswa memiliki nilai rerata empirik 13,032 dan rerata
hipotetik sebesar 10, kategorisasi menunjukkan bahwa tingkat penalaran moral
tersebut termasuk pada kategori tinggi. Kedisiplinan siswa memiliki nilai rerata
empirik 43,104, sedangkan dengan nilai rerata hipotetik sebesar 37,5, kategorisasi
menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa termasuk pada kategori tinggi. Penalaran
modal memberikan kontribusi sebesar 55,7% terhadap kedisiplinan siswa di SMKN 1
Sragen.
Siswa yang khususnya yang sedang dalam usia remaja,umunya lebih banyak
melakukan aktivitas dengan teman sebayanya. Nah puncak masalahnya karena sering
diakibatkan lebih banyak (sering) menghabiskan waktu dengan teman sebayanya ia
bahkan lebih condong untuk meminta bantuan (nasihat) dan pertimbangan teman
sebayanya yang membawa siswa berkenaan kepada perilaku salah laku (perilaku
menyimpang).
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Lazimnya,masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang
dan berakhir saat anak mencapai usia matang secara hukum. Awal masa remaja
berlangsung kira-kira dari usia 13-18 tahun, yaitu usia matang secara hukum
(Hurlock, 2001, p.206). Menurut Santrock (2011, p. 352), masa remaja ditandai
dengan terjadinya perubahan fisik yang cepat, seperti penambahan berat badan dan
tinggi badan, serta perkembangan fungsi seksual. Para remaja mengejar kebebasan
secara intens dan mencari identitasnya sendiri. Pemikiran remaja menjadi lebih
abstrak, logis dan idealis.
Guru BK juga menyatakan bahwa bukan hanya siswa yang pernah melakukan
perilaku agresif namun juga para siswi pernah melakukan pemalakan terhadap adik
kelas dengan cara menyuruh adik kelas membelikan makanan atau membelikan
produk-produk kecantikan secara online. Pihak sekolah sering memberikan sanksi
terkait perilaku negatif yang dilakukan siswa-siswi bahkan pernah mengeluarkan
siswa yang memiliki poin di atas 100, karena sering berkelahi dengan siswa maupun
sekolah lain, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat mengurangi tindakan
agresi siswa-siswi.
Penulis kemudian melakukan wawancara terhadap dua siswa dan siswi SMK
Negeri 1 Merawang yang sebelumnya mengaku pernah melakukan perilaku agresif.
Siswa A mengaku pernah dipanggil ke ruang BK karena sebelumnya telah berkelahi
dengan teman sekelasnya. Siswa A menyatakan bahwa teman sekelasnya sering
mengejek dan meminta uang dengan paksa, hingga akhirnya siswa A melakukan
pemukulan. Siswi B juga mengaku pernah berkelahi dengan teman sekelasnya
dikarenakan ejekan-ejekan yang dilontarkan terus-menerus terhadapnya, yang
kemudian mengakibatkan pertengkaran. Siswi B 6 menyatakan bahwa ia telah
menahan kekesalannya hingga emosinya meledak dan meludahi teman kelasnya
tersebut.
Situasi global di satu pihak membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka
peluang bagi manusia mencapai status dan derajat kehidupan yang lebih baik. Untuk
mengatasi masalah akibat globalisasi dan teknologi khususnya di kalangan siswa
yang perlu adanya suatu persiapan sumber daya manusia yang berkualitas yang sehat
jasmani dan rohaninya. Dapat kita lihat dari sorotan perkembangan teknologi pada
struktur perkembangan otak anak yang kecanduan dalam pengaplikasian gadget
secara hiper.
Khususnya dikalangan usia anak remaja,sering sekali ingin mencoba sesuatu baru
atau terpaksa melakukan sesuatu yang baru terhadap dirinya karena diakibatkan
adanya dorongan juga dari faktor teman sebaya. Nah,hal ini sangat sulit untuk
dipungkiri bahwasanya usia anak remaja yang masih membutuhlan edukasi lebih agar
kedepannya bisa menjadi bekal untuk dirinya.
Rasyid, R., Agustang, A., Maru, R., Agustang, A. T. P., & Sudjud, S. (2020).
PENYULUHAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI
KALANGAN PELAJAR SMP NEGERI 6 DUAMPANUA KABUPATEN
PINRANG. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(2), 116-123.
Konsep diri terdiri dari unsur-unsur seperti persepsi terhadap diri dan kemampuan
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan alam sekitarnya. Di
antara faktor itu adalah gaya asuh dari pihak oran tua serta perhatian orang
tuanya,nilai-nilai tertentu,budaya dan juga lingkungan. Nah,isu konsep diri
dikalangan anak remaja ini dalam kehidupan siswa karena ia menentukan pemikiran
dan cara hidup siswa tersebut.
Ranny, R., AM, R. A., Rianti, E., Amelia, S. H., Novita, M. N. N., & Lestarina, E.
(2017). Konsep Diri Remaja dan Peranan Konseling. JPGI (Jurnal Penelitian Guru
Indonesia), 2(2), 40-47.
Konsep diri adalah pandangan atau pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri,
baik tentang kemampuan atau prestasi fisik. Pada zaman sekarang banyak remaja
yang belum memahami konsep diri. Pada kenyataannya konsep diri sangat
dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari para remaja. Untuk mengembangkan konsep
diri tersebut, tentunya banyak pihak yang berperan penting dan salah satunya adalah
guru BK. Guru BK dapat membantu remaja dalam mengembangkan konsep diri yang
dimiliki remaja. Remaja yang memiliki konsep diri rendah perlu mendapat perhatian
khusus dan pelayanan dari guru BK dengan cara mengembangkan konsep diri ke arah
yang lebih positif agar dapat berprestasi di sekolah, tidak hanya di bidang akademik
tetapi juga di bidang keterampilan.
Berbicara perihal prestasi akademik menjadi isu perlunya pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap siswa karena biasanya prestasi akademik inilah yang menjadi
indikator keberhasilan pembelajaran. Yang artinya siswa yang memperoleh nilai
rendah biasanya dianggap sebagai siswa yang tidak sukses. Nah,hal inilah yang
menjadi acuan terkadang adanya suatu diskriminatif dari perspektif dikalangan anak
remaja perihal penilaian prestasi akademik disetiap individu.
Astutik, E. D. (2014). Prestasi akademik anak yang mengalami child abuse (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Child abuse atau kekerasan pada anak adalah suatu tindakan yang melanggar
hukum dan perampasan hak kebahagiaan seorang anak. Kekerasan fisik,
penelantaran, kekerasan seksual dan kekerasan emosional adalah bentuk dari child
abuse. Anak korban child abuse cenderung mempunyai penyesuaian sosial yang
buruk, menarik diri dari lingkungan dan takut dengan orang lain, sehingga dapat
berdampak pula pada prestasi akademik di sekolah.
Penelitian ini bertujuan mengetahui tanda-tanda child abuse, mengungkap penyebab
child abuse dan mengetahui prestasi akademik di sekolah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Studi kasus digunakan
peneliti untuk memehami subjek secara mendalam dan memandang subjek
sebagaimana subjek penelitian memahami dan mengenal dirinya. Teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi.
Subjek penelitian ini berusia remaja awal 13 tahun dan mengalami Child Abuse.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) adanya tanda kekerasan fisik seperti luka
lebam (membiru) bekas pukulan ditubuh dan tanda kekerasan verbal seperti cacian
dan kata-kata kasar, (2) faktor penyebab terjadinya child abuse adalah faktor ekonomi
dan keluarga, (3) pressure yang dialami tidak berdampak buruk bagi prestasi
akademik di sekolah. Hasil wawancara mendalam diketahui anak bersemangat dan
termotivasi disekolah sehingga dapat mengukir prestasi akademik disekolah dengan
selalu diberi bimbingan oleh guru
2. Menurut anda masalah apa yang terjadi saat ini yang paling mendesak untuk
segera ditangani dan dialami oleh anak dan remaja?
Jawab:
Menurut saya, masalah yang paling mendesak dan harus membutuhkan penanganan
sebagai peran guru bimbingan dan konselor khususnya bagi dampak anak remaja.
Nah,terkait dari kasus masalah yang dialami yang menurut saya paling membutuhkan
konsep penanganan adalah kasus masalah yang dialami siswa menengah, Mengapa
demikian? Karena pada siswa menengah (SMA) lah merupakan masa dimana mereka
mengalami pubertas yaitu masa peralihan dimana masa ini anak mengalami banyak
masalah pada dirinya. Beberapa kasus masalah yang sangat membutuhkan peran seorang
konselor yakni;
Nah, masalah yang terkait tentang penyesuaian diri remaja yang di tuntut untuk dapat
berbaur dengan lingkungan hal ini biasanya menimbulkan masalah. Karena pada
dasarnya menyesuaikan diri dari hal-hal yang sebelumnya berbeda dari kebiasaan diri
dan tiba-tida kita harus mengikuti standar kebiasaan hal baru. Oleh,karena itu
terkadang remaja akan bersikap kontra pada lingkungan yang tidak disukainya dan
akan bersikap pro pada linkungan yang disukainya.
Dampak & Akibat : Remaja akan salah dalam lingkungan yang dipilihnya,serta ia
kan tumbuh dan berkembang menjadi remaja yang “Amburadul” Nah,dalam hal ini
sekolah sangat berperan untuk mengontrol pergaluanpara remaja.
Solusi Penanganan : Nah peran sebagai seorang calon konselor serta Guru
Bimbingan dan Konseling ketika dihadapkan dengan masalah anak didik (siswa) yang
sedang mengalami suatu masalah terkait masalah penyesuaian diri. Yakni dengan
membantunya sebagai informator,organisator,motivator,pengarah,inisiator,transmitter
Fasilitator,mediator,dan evaluator.Nah peranan seorang guru BK tersebut merujuk
pada fungsi seorang guru BK.
Dampak & Akibat : Nah, masalah ini akan sangat memicu permasalahan yang seirus
khususnya pada remaja yang mempunyai minat yang tinggi pada seks. Serta apabila
ditinjau dari segi moral dan kesehatan sangat tidak layak untuk dilakukan khususnya
dikalangan usia anak yang kisaran remaja.
- Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid, dalam hal ini guru
sebaiknya memiliki ilmu-ilmu lainnya yaitu; psikologi perkembangan,
bimbingan konseling, serta ilmu mengajar. Dengan ilmu tersebut akan
memudahkan guru memberikan bantuan kepada murid-muridnya.
- Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang
asli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru
umum lainnya.
- Mengintensifkan bagian bimbingan konseling di sekolah dengan cara
mengadakan tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.
Dampak & Akibat : yang akan dipicu adalah adanya krisis moral yang dimana
terjadinya perilaku sehari-hari yang menyimpang, krisis moral merupakan
permasalahan yang cukup kompleks dan dapat mengancam masa depan karena dapat
dikatakan masalah moral merupakan suatu masalah yang sebagai landasan utama dari
pola perilaku dan etika,nah jika hal ini terjadi secara menyimpang maka masalah serta
kasus yang lain akan terjadi pada diri sendiri. Misalnya, tidak sopan (atitude yang
tidak baik), tidak memiliki rasa hormat kepada orang yang lebih tua, tidak menaati
tata tertib di sekolah,berkata kasar dan merasa bangga, seks bebas di kalangan remaja
dan tidak merasa bermasalah.
Solusi Penanganan : Peran kita sebagai calon konselor dan Guru BK ketika kita
dihadapakan dengan kasus serta masalah terkait moral pada peserta didik kita,maka
pola pencegahan yang harus kita lakukan adalah dengan memberikan edukasi
pengarahan yang baik serta interaktif bagi remaja dan membimbingnya ke dalam
kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat. Serta terkhusus bagi remaja itu sendiri
hendaknya lebih membatasi diri dari hal-hal negatif yang masuk ke ranah kenakalan
remaja,khususnya dengan berhati-hatii memilih lingkungan pertemanan agar tidak
ada dorongan untuk bisa melakukan hal-hal yang mengandung dampak negatif.
Serta,dengan mendengarkan nasehat kedua orang tua (keluarga).
Dampak & Akibat : Nah,akibat yang fatal dari seorang remaja yang tidak dapat
mengatur pola emosionalnya (Kontrol dirinya) maka anak tersebut akan sulit
mengatur tingkat emosionalnya yang tiba-tiba meluap saja. Nah yang paling parah
jika anak remaja tersebut bahkan sampai tawuran antar pelajar.
Solusi Penanganan : Dalam hal ini,sekolah sebagaqi lembaga formal berperan untuk
membantu siswa dalam mebentuk kedewasaaanya. Nah,serta peran kita sebagai calon
konselor serta guru BK dalam menghadapi kasus anak yang sulit dalam
mengatur/mengendalikan emosinya maka langkah-langkah yang dapat kita lakukan
adalah dengan menanggulangi masalah ini dengan memberikan edukasi berupa
pemahaman bimbingan-bimbingan konseling pada anak tersebut.
Ahmad Susanto, M. P. (2018). Bimbingan dan konseling di Sekolah: Konsep, teori, dan
aplikasinya. Kencana.
“Nah,berikut yang terkait penulis dari referensi serta artikel penelitian yang saya kutip
mengenai karakteristik dari petugas bimbingan dan konseling.”