Anda di halaman 1dari 12

MINDFULLNESS DAN SELF REGULATED LEARNING TECHNIQUE

DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER


WIDIYA ARIS RADIANI
Universitas Islam Antasari Banjarmasin
widi1112@yahoo.com

ABSTRACT
Character education is an obligation thtat must be developed by every educational
institution. The purpose of this is not only to make students as intelligent
individuals in terms of academic knowledge but also to teach soft skills that can
provide the ability to overcome psychological pressure felt by students. The
purposw of this study is to understand the forms of mindfulness and self regulated
learning techniques that can be given to students in developing character
education. This study uses a literature review method. The result of the search
show that the provision of mindfulness programs is proven to play a role in the
psychological conditions of educators and students, namely reducing stress
levels, academic anxiety, increasing attention and emotional regulation,
increasing a sense of optimism and reducing behaviora problems that occur in
students. Forms of mindfulness that can be developed in students are non judging
(without judgment), loving kindness (developing love and kindness) non reactivity
(responding with a clear mind), gentleness, curiosity, generosity, gratitude,
acceptance, letting go, non stiving, trust, beginner’s mind and patience.
Keywords: character education, mindfulness, self regulation

ABSTRAK
Pendidikan karakter menjadi suatu kewajiban yang harus dikembangkan oleh
setiap lembaga pendidikan. Tujuan dari hal ini tidak hanya untuk menjadikan
peserta didik sebagai individu yang cerdas dalam hal pengetahuan akademik saja
namun juga mengajarkan soft skill yang dapat memberikan kemampuan dalam
mengatasi tekanan psikologis yang dirasakan peserta didik. Tujuan dari penelitian
ini untuk memahami bentuk dari mindfulness dan self regulated learning
technique yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam mengembangkan
pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur. Hasil
dari penelusuran menunjukkan bahwa pemberian program mindfulness terbukti
berperan dalam kondisi psikologis pendidik dan peserta didik, yaitu mengurangi
tingkat stres, kecemasan akademik, meningkatkan atensi dan regulasi emosi,
meningkatkan rasa optimisme serta mengurangi masalah perilaku yang terjadi
pada peserta didik. Bentuk mindfulness yang dapat dikembangkan pada perserta
didik adalah non-Judging (tanpa penilaian), loving-kindness (mengembangkan
cinta dan kebaikan), non-reactivity (merespon dengan pikiran jernih), gentleness
(lemah lembut), curiosity (penasaran), generosity (murah hati), gratitude
(bersyukur), acceptance (penerimaan), letting go (melepas), non-striving (tindak
berambisi), trust (percaya), beginner’s mind (pikiran terbuka) dan patience
(sabar).

49
Kata Kunci: pendidikan karakter, mindfulness, self regulated learning

PENDAHULUAN
Setiap anak memiliki hak masing-masing dalam perkembangannya. Hak anak
yang paling ditekankan adalah hak hidup, hak tumbuh dan berkembang, hak
beribadah, hak berpikir, berpartisipasi, berekspresi dan menyampaikan pendapat,
hak perlindungan dan hak memperoleh pendidikan. Dalam artikel ini, membahas
bahwa mendapatkan pendidikan adalah hak semua anak dan mendapatkan
pengajaran yang tepat sesuai dengan perkembangannya. Untuk mendapatkan
pendidikan baik maka diperlukan lembaga pendidikan yang baik pula.
Lembaga pendidikan mempunyai beban dan tanggung jawab berat untuk
menyiapkan peserta didik yang memiliki karakter baik dan menjadikan sumber
daya manusia (SDM) sebagai penunjang pembangunan nasional. Selain itu,
sekolah dijadikan sebagai tempat untuk bersosialisasi dan mencari jati diri.
Pembelajaran yang dilaksanakan dalam lembaga pendidikan diharapkan dapat
membentuk karakter individu dan menghasilkan individu yang baik. Agar idividu
mampu bertingkah laku baik maka diperlukan pendidikan, keteladanan dan
pembiasaan
Peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa yang akan datang,
memerlukan pondasi karakter yang kuat dan tangguh untuk mengantisipasi
berbagai pengaruh informasi dalam globalisasi. Tidak sedikit generasi muda yang
telah terjangkit virus globalisasi dan arus informasi yang memengarui gaya hidup
dan perilakunya. Akibatnya banyak generasi muda melakukan perbuatan yang
menyimpang dari norma-norma susila dan norma-norma agama. Oleh karena itu,
sangat tepat pendidikan karakter diberikan kepada peserta didik untuk membekali
pengetahuan dan kemampuan seseorang agar mampu mengambil keputusan yang
tepat terhadap persoalan hidup yang dihadapi. Dalam pengambilan keputusan
tentu melalui pertimbangan baik buruknya sikap dan perilaku yang akan dilakukan.
Berperilaku yang baik akan dapat menghidari perilaku yang buruk dalam kehidupan
sehari-hari
Pengembangan pendidikan karakter sangat relevan dengan kondisi saat ini
yaitu untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi. Terlihat nyata dan
mengkhawatirkan dalam masyarakat yang menyangkut hal berharga yaitu anak-
anak. Krisis yang sering terjadi berupa maraknya angka kekerasan anak-anak dan
remaja, meningkatnya pergaulan bebas, kejahatan terhadap teman, pencurian
remaja, penyalahgunaan obat-obatan, perkosaan, perampasan dan perusakan
milik orang lain yang hingga sampai saat ini belum teratasi dengan baik. Baik anak
atau remaja sebagai korban maupun pelaku. Berdasarkan data dari Survei
Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) Tahun 2018,
menunjukkan bahwa 3 dari 4 anak-anak melaporkan bahwa pelaku kekerasan
emosional berasal dari teman sebaya yang berusia antara 13 tahun sampai
dengan 17 tahun atau sekirar 75 % dari jumlah subyek survey.
50
Nilai-nilai moral dan ajaran agama telah banyak yang diabaikan dan bahkan
ditinggalkan sehingga menimbulkan pergeseran dan degradasi moral terutama
pada anak remaja yang melanggar norma agama dan norma sosial. Hal ini dapat
disaksikan melalui media masa, media sosial, dan media elektronik yang tidak ada
filternya. Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan sebagai bangsa beragama
dan berketuhanan Yang Maha Esa. Perilaku menyimpang dilakukan tanpa rasa
malu, bahkan ada yang dijadikan kebanggan, terbukti banyak perbuatan asusila
yang diunggah di media sosial dan media elektronik demi kepopuleran atau
keuntungan semata.
Topik mengenai karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.
Seseorang yang mempunyai karakter kuat dan baik secara individual ataupun
sosial adalah mereka yang memiliki budi pekerti, moral dan akhlak yang baik.
Mengingat pentingnya sebuah karakter yang harus dimiliki oleh setiap individu
maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menumbuhkan dan
mengembangkannya melalui proses pembelajaran. Pengembangan karakter dalam
lembaga pendidikan dikenal sebagai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan pondasi dan ruh pendidikan dengan
menggabungkan secara harmonis antara olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah
raga, yang tergabung dan terintegrasi baik melalui kegiatan intrakulikuler,
kokurikuler, ekstrakurikuler dan non kurikuler. Oleh karena itu, pendidikan yang
sangat dibutuhkan adalah pendidikan yang mampu mengintegrasikan dengan
perkembangan seluruh dimensi kehidupan yaitu kognitif, fisik, sosial-emosi,
kretivitas dan spiritual peserta didik.
Peserta didik akan memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik, apabila ia
mampu mengendalikan emosi negatifnya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana
individu memiliki kesadaran penuh, perhatian dan kesadaran terhadap apa yang
terjadi pada masa sekarang. Kesadaran ini disebut sebagai Mindfullness.
Mindfullness berperan untuk mengurangi tingkat stress dan kecemasan akademik,
meningkatkan atensi dan regulasi emosi peserta didik, meningkatkan rasa optimis
dan fungsi eksekutif serta mengurangi masalah perilaku yang terjadi pada peserta
didik.
Peserta didik akan mampu menyesuaikan dirinya dalam setiap permasalahan
yang dihadapi dan mampu mengendalikan emosinya jika ia memiliki Mindfullness.
Mindfullness membantu peserta didik untuk secara lebih mendalam mempelajari
pengalaman saat ini tanpa adanya gangguan dari evaluasi diri atas kekhawatiran
tentang masa lalu atau masa depan.
Mindfullness berkaitan dengan berbagai hasil positif, dimulai dari regulasi diri
yang baik hingga tercapainya kesejahteraan seseorang. Keberhasilan seseorang
dalam belajar bisa dilihat dari bagaimana seseorang tersebut mengatur diri
terutama dalam hal belajar. Pengaturan diri ini disebut juga sebagai self regulated

51
learning. self regulated learning. merupakan proses aktif dan konstruktif dengan
jalan peserta didik dalam menetapkan tujuan untuk proses belajar dan berusaha

untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi dan perilaku, yang
kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan
konteks lingkungan.
Mindfullness mendukung terbentuknya kesadaran diri yang menjadi hal
penting untuk memahami kemampuan diri dan sumber daya di sekitar untuk

penetapan tujuan yang sesuai. Kesadaran dan regulasi diri mendukung proses
kognitif yang terjadi saat seseorang menyusun sebuah penetapan tujuan. Oleh
karena itu, diperlukan Mindfullness dan self regulated learning agar dapat
membantu mengembangkan pendidikan karakter peserta didik.

METODE
Metode penelitian yang diterapkan dalam makalah ini adalah studi
kepustakaan yang berumber dari berbagai referensi. Hal ini berarti bahwa peneliti
mencoba untuk membaca dan memelajari data yang terkumpul dari berbagai
sumber bacaan baik dari buku maupun jurnal peneltian yang terkait dengan judul
yang menjadi pembahasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Masalah-masalah yang banyak menjadi sorotan saat ini adalah kekerasan,
korupsi, manipulasi, praktek kebohongan dalam dunia pendidikan, mulai dari
mencontek dalam ujian sampai plagiasi data. Hal ini sebenarnya menyangkut
masalah karakter
Pembahasan lain yang dibahas dalam laporan American psychological
Association menyampaikan bahwa terdapat kenaikan gejala depresi berat yaitu
sebesar 52 persen antara tahun 2005 dan juga terdapat kenaikan dari 8,7 persen
menjadi 13,2 persen di tahun 2017. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan
akedemis di sekolah, dimana anak mendapat tuntutan dari lingkungan mereka,
ditambah dengan adanya sosial media yang memperlihatkan kehiduan orang lain
yang seolah-olah sempurna, sehingga semakin menekan psikologis setiap peserta
didik.
Membangun karakter peserta didik tidaklah mudah, namun membutuhkan
proses dan waktu yang panjang untuk merubahnya. Pendidikan di sekolah
dipahami sebagai rumah ke dua bagi anak dalam mengembangkan dirinya, baik
dalam sisi akademis maupun karakternya. Orang tua dan guru harus bisa
bersinergi untuk membentuk peserta didik yang berkarakter. Disinilah peran
lembaga pendidikan dituntut untuk menjadi pilar utama dalam menentukan apakah
pendidikan dapat bermanfaat atau justru jadi malapetaka bagi umat manusia.
Karakter setidaknya memiliki ranah yang bisa berhubungan baik yaitu ranah

52
pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Maka diperlukan adanya
sebuah pendidikan karakter.

Karakter yang baik tidak terbentuk secara otomatis, namun harus


dikembangkan dari waktu ke waktu melalui proses pembelajaran, teladan, dan
praktik yang berkelanjutan melalui pendidikan karakter. Pembelajaran karakter
yang disengaja sangat penting dalam masyarakat saat ini karena remaja akan
menghadapi banyak peluang dan bahaya yang tidak dialami oleh generasi
sebelumnya. Peserta didik saat ini dibombardir dengan lebih banyak pengaruh
negatif melalui media dan sumber-sumber eksternal lain dalam budaya saat ini.
Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of
school life to foster optimal character development (usaha yang dengan secara

sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan


karakter dengan optimal). Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan
karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari
aspek isi kurikulum (the content of the curriculum), proses pembelajaran (the
procces of instruction), kualitas hubungan (the quality of relationships),
penanganan mata pelajaran (the handling of discipline), pelaksanaan aktivitas ko-
kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.
Tujuan dari pendidikan karakter adalah pertama, mengembangkan atensi
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki
nilai-nilai universa karakter bangsa. Kedua, mengembangkan kebiasaan dan
perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan
tradisi budaya bangsa yang religious. Ketiga, menanamkan jiwa kepemiminan dan
tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Keempat,
mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif
dan berwawasan kebangsaan sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas, persahabatan dan kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan
kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas,
persahabatan, dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
karakter adalah mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-
nilai karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan
pendirian dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Dengan prinsip ini peserta didik belajar mengenai proses berpikir, bersikap dan
berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk
melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
Pendidikan Karakter dipahami sebagai fondasi soft skill yang bisa mendukung
kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Kemampuan teknis yang hebat jika tidak
53
diiringi dengan karakter yang baik maka akan sia-sia. Individu akan kesulitan untuk
bekerja sama dan berempati pada orang lain. Selain itu, penggunaan ilmu
pengetahuan yang dilakukan tanpa karakter baik maka dapat menimbulkan

konsekuensi yang tidak baik juga. Disinilah diperlukan kesigapan dari pihak
sekolah untuk membekali peserta didik dengan soft skills yang dapat membantu
peserta didik untuk menyikapi kehidupan dengan baik dan seimbang. Pembekalan
ini dapat berbentuk pembelajaran berbasis kesadaran seperti Mindfullness.
Keberadaan Mindfullness membantu menyadari hal yang bermakna dan
penting dalam diri karena dalam Mindfullness akan diajarkan kepada individu untuk
memiliki pemahaman yang lebih dan mendalam terhadap kegiatan yang
ditekuninya. Dengan demikian, kondisi Mindfullness akan memfasilitasi individu
untuk memilih tujuan. Sebaliknya, seseorang yang berperilaku tanpa kesadaran
dan perhatian dalam melakukan kegiatan cenderung memiliki pertimbangan yang
lebih terbatas atau kurang mampu menyadari tujuan yang sesuai dengan
kebutuhan, nilai dan minatnya.
Konsep kualitas karakter yang dapat dihubungkan dengan Mindfullness adalah
kebijaksanaan, kesadaran diri, aktualisasi diri, manajemen pribadi, observasi,
refleksi, kesadaran, kasih sayang, syukur, empati, perhatian, pertumbuhan, visi,
wawasan, keseimbangan batin, kebahagiaan, kehadiran, keaslian, mendengarkan,
berbagi, keterkaitan, saling ketergantungan, kesatuan, penerimaan, keindahan,
sensibilitas, kesabaran, ketenangan, keseimbangan, kerohanian, eksistensialitas,
kesadaran sosial, kesadaran lintas budaya, dan lain-lain.
Berbagai penelitian menunjukkan manfaat dari program Mindfullness
diantaranya menurunkan stress, meningkatkan perhatian dan konsentrasi,
menurunkan kecemasan dan menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
kepuasan kerja dan meningkatkan kualitas kesehatan.
Konsep Mindfullness berawal dari melepaskan penderitaan yang dialami
manusia. Penderitaan tersebut dapat berupa stres, depresi, konflik interpersonal,
kebingungan, khawatir berlebihan dan ketakutan-ketakutan irasional. Selain itu,
dalam bidang pendidikan, pemberian program Mindfullness dapat mengurangi
tingkat kecemasan akademik, meningkatkan atensi dan regulasi emosi peserta
didik, meningkatkan optimisme dan mengurangi masalah perilaku yang terjadi.
Program Mindfullness dapat bermanfaat sebagai self-care dan pengembangan
maupun peningkatan pada kesejahteraannya. Selain itu, Mindfullness membantu
peserta didik untuk secara lebih mendalam mempelajari pengalaman saat ini tanpa
adanya gangguan dari evaluasi diri atas kekhawatiran tentang masa lalu atau masa
depan.
Sikap-sikap dasar Mindfullness adalah non-judging (tanpa penilaian), patience
(sabar), beginner’s mind (pikiran terbuka), trust (percaya), non-striving (tindak
berambisi), letting go (melepas), acceptance (penerimaan), gratitude (bersyukur),
generosity (murah hati), curiosity (penasaran), gentleness (lemah lembut), non-

54
reactivity (tidal reaktif secara otomatis/merespon dengan pikiran jernih) dan loving
kindness (mengembangkan cinta dan kebaikan).

Empat komponen dari kemampuan mindfulness adalah kemampuan observasi


(mengamati), kemampuan deskripsi (menggambarkan), kemampuan bertindak
sadar dan kemampuan menerima tanpa penilaian.
Mindfullness mendukung terbentuknya kesadaran diri yang menjadi hal
penting untuk memahami kemampuan diri dan sumber daya di sekitar untuk
penetapan tujuan yang sesuai. Ketika seseorang membuat penetapan tujuan, ia
membutuhkan kemampuan kognitif yang membantunya untuk menentukan
prioritas, memilih suatu strategi dari berbagai alternatif dan memahami sumber
daya yang dapat mendukung atau menjadi tantangan bagi dirinya. Jika regulasi diri
didukung oleh Mindfullness maka akan mendukung terbentuknya mekanisme
penetapan tujuan yang lebih baik. Dengan demikian, ketika berada dalam kondisi
mindful, individu akan lebih mudah dan efektif menyusun penetapan tujuan yang
sesuai dengan dirinya.
Mindfulness berkaitan dengan berbagai hasil positif, dimulai dari regulasi diri
yang baik hingga tercapainya kesejahteraan seseorang. Teknik yang mengarahkan
penentuan tujuan, mengatur penggunaan metode dan mengevaluasi proses

pembelajaran adalah teknik Self Regulated Learning. Self Regulated Learning


merupakan kompilasi keterampilan akademik dan pengendalian diri yang membuat
pembelajaran lebih mudah, dan memotivasi siswa.
Dalam bidang pendidikan, teknik Self Regulated Learning memberikan
dampak yang signifikan bagi peserta didik. Teknik Self Regulated Learning dapat
membantu dalam pencapaian prestasi akademik. Self Regulated Learning mampu
mengaktifkan, mengubah, dan mempertahankan kemampuan seseorang terutama
dalam hal belajar. Pengalaman dan kegiatan belajar menggunakan berbagai
proses yang berhubungan dengan diri sendiri. Self Regulated Learning merupakan
proses aktif dan konstruktif dengan jalan menetapkan tujuan untuk proses belajar
dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi dan
perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan
disesuaikan dengan konteks lingkungan.
Strategi Self Regulated Learning yang biasa dilakukan peserta didik yaitu,
pertama, self-evaluating, yaitu dengan berinisitif mengevaluasi kualitas atau
kemajuan dalam belajar secara mandiri. Kedua, Organizing and transforming, yaitu
inisiatif untuk mengoranisasikan materi pelajaran. Ketiga, goal setting yaitu
penetapan tujuan belajar beserta perencanaan terkait konsekuensi, waktu dan
penyelesaian aktivitas yang terkait. Keempat, seeking information yaitu usaha
untuk mencari informasi lebih lanjut terkait dengan tugas-tugas belajarnya melalui
sumber-sumber non sosial. Kelima, keeping records and monitoring yaitu usaha
55
untuk mencatat kejadian dan hasil belajar. Keenam, environmental structuring yaitu
usaha untuk mengatur lingkungan secara fisik supaya roses belajar menjadi lebih
mudah. Ketujuh, self consequating yaitu upaya menyusun atau membayangkan
hadiah atau hukuman atas keberhasilan dan kegagalan yang dialami dalam

belajar. Kedelapan, rehearsing and memorizing yaitu usaha untuk mengingat


materi dengan mempraktekkan, baik dalam bentuk perilaku terbuka maupun
tertutup. Kesembilan, seeking social assistance yaitu usaha untuk mendaapatkan
bantuan dari teman sebaya, guru atau orang dewasa lainnya. Kesepuluh, reviewing
records yaitu usaha untuk membaca kembali catatan, hasil ujian atau textbook
untuk menyiapkan ujian berikutnya.
Teknik Self Regulated Learning dapat diberikan pada peserta didik melalui tiga
fase yaitu pertama, fase forethought (perencanaan), dengan melakukan analisis
tugas dan memotivasi diri. Kedua, performance or volitional control (pelaksanaan),
yaitu dengan melakuan control diri, memberi instruksi pada diri, perbandingan,
pemfokusan perhatian, melakukan stategi pada tugas, berkonsentrasi ada tugas
dan mengotimalkan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetakan. Ketiga, self
reflection (proses evaluasi), yaitu dengan melakukan penilaian diri melalui
monitoring diri dengan standar yang telah ditetapkan pada fase perencanaan dan
melakukan reaksi diri untuk melihat dampak performa yang ditampilkan di masa
mendatang terhadap tujuan yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan guru untuk
mempengaruhi dan mengembangkan karakter peserta didik dengan optimal dan
melibatkan seluruh komponen di sekolah, baik aspek kurikulum, proses
pembelajarn, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan
aktivitas ko-kurikuler serta etos seluruh lingkungan sekolah. Pendidikan karakter
dapat ditingkatkan melalui pengaturan diri dalam belajar (Self regulated learning
technique). Selain itu, mindfullness yang merupakan kualitas karakter tertinggi juga
harus dimiliki peserta didik sebagai dasar dari bentuk kesadaran diri untuk
mengatasi permasalahan. Bentuk mindfulness yang dapat dikembangkan pada
perserta didik adalah non-Judging(tanpa penilaian), loving-kindness
(mengembangkan cinta dan kebaikan), non-reactivity (merespon dengan pikiran
jernih), gentleness (lemah lembut), curiosity (penasaran), generosity (murah hati),
gratitude (bersyukur), acceptance (penerimaan), letting go (melepas), non-striving
(tindak berambisi), trust (percaya), beginner’s mind (pikiran terbuka) dan patience
(sabar).
Hal ini dapat dilakukan dalam intervensi mindfullness yaitu dengan
mengembangkan atensi, keterbukaan dan penerimaan terhadap pengalaman diri
saat ini. Self regulated learning technique adalah teknik yang digunakan sebagai
pengawasan dan pengontrolan atas perilaku dalam proses dan kegiatan belajar.
Self regulated learning technique yang dapat diberikan kepada peserta didik adalah
56
self-evaluating, organizing and transforming, goal setting, seeking information,
keeping records and monitoring, environmental structuring, self consequating,
rehearsing and memorizing, seeking social assistance dan reviewing records. Self
regulated learning technique dapat melalui fase forethought (perencanaan), fase

performance or volitional control (pelaksanaan), fase self reflection (proses


evaluasi).

DAFTAR RUJUKAN
Amirulloh, 2015. Teori pendidikan Karakter Remaja, Bandung: Alfabeta.

Baer, R. A., Smith G. T., & Allen, K. B. 2004. Assessment of mindfulness by self-
report: The kentucky inventory of mindfulness skills. Assessment, 11, 191-
206, doi: 10.1177/1073191105283504.

Budhiman, A. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter Arahan Khusus Presiden


Gerakan Nasional Revolusi Mental.

Broadbent, J, & Poon, W. L. (2015). Selfregulated learning strategies & academic


achievement in online higher education learning environments: A systematic
review. The Internet and Higher Education, 27, 1-1.

Bialik, M., Bogan , M., Fadel , C., & Horvathova , M. (2015). Character Education
for the 21st Century: What Should Students Learn? Boston, Massachusetts:
Center for Curriculum Redesign.

Boker, S. M. (2013). Selection, Optimization, Compensation, and Equilibrium


Dynamics. Journal of Gerontopsychology and Geriatric Psychiatry, 26(1),
61–73.

Barnard, L. K., & Curry, J. F. 2011. Self-compassion: conceptualizations,correlates,


& interventions. Review of General Psychology,15(4), 289

Brown, K. W., & Ryan, R. M. 2003. The Benefits Of Being Present: Mindfulness
And Its Role In Psychological Well-Being. Journal of Personality And Social
Psychology, 84(4), 822

Bazarko, D., Cate, R. A., Azocar, F., & Kreitzer, M. J. 2013. The impact of an
innovative mindfulness-based stress reduction program on the health and
well-being of nurses employed in a corporate setting. Journal of Workplace
Behavioral Health, 28(2), 107-133, doi: 10.1080/15555240.2013.779518.

Creswell, J. D. (2017). Mindfulness Interventions. Annual Review of Psychology,


68(September), 491–516. https://doi.org/10.1146/annurev-psych-042716-
051139
57
Chen, Y., Yang, X., Wang, L., & Zhang, X. (2013). A randomized controlled trial of
the effects of brief mindfulness meditation on anxiety symtoms and systolic

blood pressure in Chinese nursing students. Nurse Education Today, 33,


1166-1172

Dimyati, “Peran Guru Sebagai Model Dalam Pembelajaran Karakter dan Kebajikan
Moral Melalui Pendidikan Jasmani”, dalam Cakrawala Pendidikan,
(Yogyakarta, UNY, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY),
hal. 84.

Davis, D., & Hayes, J. A. (2011). What are the benefit of mindfulness? A practice
review of psychotherapy-related research. American Psychological
Association, 48(2), 198-208, doi: 10.1037/a0022062.

Eva, Latipah, 2010, Strategi Self Regulated Learning dan prestasi Belajar: Kajian
Meta Analisis. Jurnal psikologi, vol 37, no. 1, age 110-129

Felver, J. C., Celis-de Hoyos, C. E., Tezanos, K., & Singh, N. N. (2016). A
Systematic Review of Mindfulness-Based Interventions for Youth in School
Settings. Mindfulness, 7(1), 34–45.

Fredericks, J.A., Blumenfeld, P.C.,& Paris A. 2004. School Engagement : Potential


of the Concept, State of Evidence. Review of Educational Research. New
York: Springer

Fortney, L., Luchterhand, C., Zakletskaia, L., Zgierska, A., & Rakel, D. (2013).
Abbreviated mindfulness intervention for job satisfaction, quality of life, and
compassion in primary care clinicians: A pilot study. Annals of Family
Medicine, 11(5), 412-420..

Glynn, S.M., Aultman, L.P., & Owens, A.M. 2005. Motivation to Learn in general
education programs. The Journals of General of Education. 54 (2), 150‐170.

Garcia-Banda, G., & Martin-Asuero, A. 2010. The mindfulness-based stress


reduction program (MBSR) reduce stress-related psychological distress in
healthcare professonals. The Spanish Journal of Psychology, 13(2), 895-903

Hendriana, E. C., & Jacobus, A. 2016. Implementasi Pendidikan Karakter di


Sekolah Melalui Keteladanan dan Pembiasaan, Jurnal Pendidikan Dasar
Indonesia Volume 1 Nomor 2 bulan September 2016. Page 25 – 29.

58
Komara, E. 2018. Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21,
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education 4(April), 17–
26

Latham, G. P., & Locke, E. A. 1991. Self-regulation through goal setting.


Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50(2), 212–247.

Mace, C. (2008). Mindfulness and mental health: Therapy, theory, and science.
New York: Routledge.

Olters, C. A., & Hussain, M. (2015). Investigating grit and its relations with college
students’ selfregulated learning and academic achievement. Metacognition
and Learning, 10(3), 293-311.

Pala, A. 2011. The Need for Character Education. International Journal of Social
Sciences and Humanity Studies , 3(2): 23-32.

Shapiro, S. L., Astin, J. A., Bishop, S. R., & Cordova, M. 2005. Mindfulness-based
stress reduction for health care professional: Result from a randomized trial.
International Journal of Stress Management, 12(2), 164-176,.

Sahroni, D., & Malang, U. N. (2017). Pentingnya pendidikan karakter dalam


pembelajaran, 1(1), 115–124.

Sirois, F. M., & Tosti, N. 2012. Lost In The Moment? An Investigation Of


Procrastination, Mindfulness, And Well-Being. Journal Of Rational-Emotive &
Cognitive-Behavior Therapy, 30(4), 237-248

Shapiro, S. L., & Carlson, L. E. (2010). The art and science of mindfulness:
Integrating mindfulness into psychology and the helping professions.
Washington DC: American Psychological Association.

Sugiri Syarif, detiknews.com, dipublikasikasikan pada Minggu, 28/11/2010,


http://www.detiknews.com/read/2010/11/28/094930/ 150 4117/10/kepala-
bkkbn-51-dari-100-remaja-di-jabodetabek-sudah-tak-perawan, dikutif tanggal
5 Desember 2021

Trusinia,A. dkk. Model pendidikan karakter di perguruan tinggi berbasis


nasionalisme dan implikasinya terhadap implementasi revolusi mental, 2019,
Yogyakarta:deepublish.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan


Anak dikutip dari https://pug-
59
pupr.pu.go.id/_uploads/PP/UU_no_23_th_2002.pdf, dikuti tanggal 7
Desember 2021

White, L. (2013). Mindfulness in nursing: An evolutionary concept analysis. Journal


of Advanced Nursing, 70(2), 282-294

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam


lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana

Zimmerman, B. J., & Schunk, D. H. (Eds.). (2012). Self-regulated learning and


academic achievement: Theory, research, and practice. Springer Science &
Business Media

60

Anda mungkin juga menyukai