ABSTRACT
Character education is an obligation thtat must be developed by every educational
institution. The purpose of this is not only to make students as intelligent
individuals in terms of academic knowledge but also to teach soft skills that can
provide the ability to overcome psychological pressure felt by students. The
purposw of this study is to understand the forms of mindfulness and self regulated
learning techniques that can be given to students in developing character
education. This study uses a literature review method. The result of the search
show that the provision of mindfulness programs is proven to play a role in the
psychological conditions of educators and students, namely reducing stress
levels, academic anxiety, increasing attention and emotional regulation,
increasing a sense of optimism and reducing behaviora problems that occur in
students. Forms of mindfulness that can be developed in students are non judging
(without judgment), loving kindness (developing love and kindness) non reactivity
(responding with a clear mind), gentleness, curiosity, generosity, gratitude,
acceptance, letting go, non stiving, trust, beginner’s mind and patience.
Keywords: character education, mindfulness, self regulation
ABSTRAK
Pendidikan karakter menjadi suatu kewajiban yang harus dikembangkan oleh
setiap lembaga pendidikan. Tujuan dari hal ini tidak hanya untuk menjadikan
peserta didik sebagai individu yang cerdas dalam hal pengetahuan akademik saja
namun juga mengajarkan soft skill yang dapat memberikan kemampuan dalam
mengatasi tekanan psikologis yang dirasakan peserta didik. Tujuan dari penelitian
ini untuk memahami bentuk dari mindfulness dan self regulated learning
technique yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam mengembangkan
pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur. Hasil
dari penelusuran menunjukkan bahwa pemberian program mindfulness terbukti
berperan dalam kondisi psikologis pendidik dan peserta didik, yaitu mengurangi
tingkat stres, kecemasan akademik, meningkatkan atensi dan regulasi emosi,
meningkatkan rasa optimisme serta mengurangi masalah perilaku yang terjadi
pada peserta didik. Bentuk mindfulness yang dapat dikembangkan pada perserta
didik adalah non-Judging (tanpa penilaian), loving-kindness (mengembangkan
cinta dan kebaikan), non-reactivity (merespon dengan pikiran jernih), gentleness
(lemah lembut), curiosity (penasaran), generosity (murah hati), gratitude
(bersyukur), acceptance (penerimaan), letting go (melepas), non-striving (tindak
berambisi), trust (percaya), beginner’s mind (pikiran terbuka) dan patience
(sabar).
49
Kata Kunci: pendidikan karakter, mindfulness, self regulated learning
PENDAHULUAN
Setiap anak memiliki hak masing-masing dalam perkembangannya. Hak anak
yang paling ditekankan adalah hak hidup, hak tumbuh dan berkembang, hak
beribadah, hak berpikir, berpartisipasi, berekspresi dan menyampaikan pendapat,
hak perlindungan dan hak memperoleh pendidikan. Dalam artikel ini, membahas
bahwa mendapatkan pendidikan adalah hak semua anak dan mendapatkan
pengajaran yang tepat sesuai dengan perkembangannya. Untuk mendapatkan
pendidikan baik maka diperlukan lembaga pendidikan yang baik pula.
Lembaga pendidikan mempunyai beban dan tanggung jawab berat untuk
menyiapkan peserta didik yang memiliki karakter baik dan menjadikan sumber
daya manusia (SDM) sebagai penunjang pembangunan nasional. Selain itu,
sekolah dijadikan sebagai tempat untuk bersosialisasi dan mencari jati diri.
Pembelajaran yang dilaksanakan dalam lembaga pendidikan diharapkan dapat
membentuk karakter individu dan menghasilkan individu yang baik. Agar idividu
mampu bertingkah laku baik maka diperlukan pendidikan, keteladanan dan
pembiasaan
Peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa yang akan datang,
memerlukan pondasi karakter yang kuat dan tangguh untuk mengantisipasi
berbagai pengaruh informasi dalam globalisasi. Tidak sedikit generasi muda yang
telah terjangkit virus globalisasi dan arus informasi yang memengarui gaya hidup
dan perilakunya. Akibatnya banyak generasi muda melakukan perbuatan yang
menyimpang dari norma-norma susila dan norma-norma agama. Oleh karena itu,
sangat tepat pendidikan karakter diberikan kepada peserta didik untuk membekali
pengetahuan dan kemampuan seseorang agar mampu mengambil keputusan yang
tepat terhadap persoalan hidup yang dihadapi. Dalam pengambilan keputusan
tentu melalui pertimbangan baik buruknya sikap dan perilaku yang akan dilakukan.
Berperilaku yang baik akan dapat menghidari perilaku yang buruk dalam kehidupan
sehari-hari
Pengembangan pendidikan karakter sangat relevan dengan kondisi saat ini
yaitu untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi. Terlihat nyata dan
mengkhawatirkan dalam masyarakat yang menyangkut hal berharga yaitu anak-
anak. Krisis yang sering terjadi berupa maraknya angka kekerasan anak-anak dan
remaja, meningkatnya pergaulan bebas, kejahatan terhadap teman, pencurian
remaja, penyalahgunaan obat-obatan, perkosaan, perampasan dan perusakan
milik orang lain yang hingga sampai saat ini belum teratasi dengan baik. Baik anak
atau remaja sebagai korban maupun pelaku. Berdasarkan data dari Survei
Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) Tahun 2018,
menunjukkan bahwa 3 dari 4 anak-anak melaporkan bahwa pelaku kekerasan
emosional berasal dari teman sebaya yang berusia antara 13 tahun sampai
dengan 17 tahun atau sekirar 75 % dari jumlah subyek survey.
50
Nilai-nilai moral dan ajaran agama telah banyak yang diabaikan dan bahkan
ditinggalkan sehingga menimbulkan pergeseran dan degradasi moral terutama
pada anak remaja yang melanggar norma agama dan norma sosial. Hal ini dapat
disaksikan melalui media masa, media sosial, dan media elektronik yang tidak ada
filternya. Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan sebagai bangsa beragama
dan berketuhanan Yang Maha Esa. Perilaku menyimpang dilakukan tanpa rasa
malu, bahkan ada yang dijadikan kebanggan, terbukti banyak perbuatan asusila
yang diunggah di media sosial dan media elektronik demi kepopuleran atau
keuntungan semata.
Topik mengenai karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.
Seseorang yang mempunyai karakter kuat dan baik secara individual ataupun
sosial adalah mereka yang memiliki budi pekerti, moral dan akhlak yang baik.
Mengingat pentingnya sebuah karakter yang harus dimiliki oleh setiap individu
maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menumbuhkan dan
mengembangkannya melalui proses pembelajaran. Pengembangan karakter dalam
lembaga pendidikan dikenal sebagai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan pondasi dan ruh pendidikan dengan
menggabungkan secara harmonis antara olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah
raga, yang tergabung dan terintegrasi baik melalui kegiatan intrakulikuler,
kokurikuler, ekstrakurikuler dan non kurikuler. Oleh karena itu, pendidikan yang
sangat dibutuhkan adalah pendidikan yang mampu mengintegrasikan dengan
perkembangan seluruh dimensi kehidupan yaitu kognitif, fisik, sosial-emosi,
kretivitas dan spiritual peserta didik.
Peserta didik akan memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik, apabila ia
mampu mengendalikan emosi negatifnya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana
individu memiliki kesadaran penuh, perhatian dan kesadaran terhadap apa yang
terjadi pada masa sekarang. Kesadaran ini disebut sebagai Mindfullness.
Mindfullness berperan untuk mengurangi tingkat stress dan kecemasan akademik,
meningkatkan atensi dan regulasi emosi peserta didik, meningkatkan rasa optimis
dan fungsi eksekutif serta mengurangi masalah perilaku yang terjadi pada peserta
didik.
Peserta didik akan mampu menyesuaikan dirinya dalam setiap permasalahan
yang dihadapi dan mampu mengendalikan emosinya jika ia memiliki Mindfullness.
Mindfullness membantu peserta didik untuk secara lebih mendalam mempelajari
pengalaman saat ini tanpa adanya gangguan dari evaluasi diri atas kekhawatiran
tentang masa lalu atau masa depan.
Mindfullness berkaitan dengan berbagai hasil positif, dimulai dari regulasi diri
yang baik hingga tercapainya kesejahteraan seseorang. Keberhasilan seseorang
dalam belajar bisa dilihat dari bagaimana seseorang tersebut mengatur diri
terutama dalam hal belajar. Pengaturan diri ini disebut juga sebagai self regulated
51
learning. self regulated learning. merupakan proses aktif dan konstruktif dengan
jalan peserta didik dalam menetapkan tujuan untuk proses belajar dan berusaha
untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi dan perilaku, yang
kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan
konteks lingkungan.
Mindfullness mendukung terbentuknya kesadaran diri yang menjadi hal
penting untuk memahami kemampuan diri dan sumber daya di sekitar untuk
penetapan tujuan yang sesuai. Kesadaran dan regulasi diri mendukung proses
kognitif yang terjadi saat seseorang menyusun sebuah penetapan tujuan. Oleh
karena itu, diperlukan Mindfullness dan self regulated learning agar dapat
membantu mengembangkan pendidikan karakter peserta didik.
METODE
Metode penelitian yang diterapkan dalam makalah ini adalah studi
kepustakaan yang berumber dari berbagai referensi. Hal ini berarti bahwa peneliti
mencoba untuk membaca dan memelajari data yang terkumpul dari berbagai
sumber bacaan baik dari buku maupun jurnal peneltian yang terkait dengan judul
yang menjadi pembahasan.
52
pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Maka diperlukan adanya
sebuah pendidikan karakter.
konsekuensi yang tidak baik juga. Disinilah diperlukan kesigapan dari pihak
sekolah untuk membekali peserta didik dengan soft skills yang dapat membantu
peserta didik untuk menyikapi kehidupan dengan baik dan seimbang. Pembekalan
ini dapat berbentuk pembelajaran berbasis kesadaran seperti Mindfullness.
Keberadaan Mindfullness membantu menyadari hal yang bermakna dan
penting dalam diri karena dalam Mindfullness akan diajarkan kepada individu untuk
memiliki pemahaman yang lebih dan mendalam terhadap kegiatan yang
ditekuninya. Dengan demikian, kondisi Mindfullness akan memfasilitasi individu
untuk memilih tujuan. Sebaliknya, seseorang yang berperilaku tanpa kesadaran
dan perhatian dalam melakukan kegiatan cenderung memiliki pertimbangan yang
lebih terbatas atau kurang mampu menyadari tujuan yang sesuai dengan
kebutuhan, nilai dan minatnya.
Konsep kualitas karakter yang dapat dihubungkan dengan Mindfullness adalah
kebijaksanaan, kesadaran diri, aktualisasi diri, manajemen pribadi, observasi,
refleksi, kesadaran, kasih sayang, syukur, empati, perhatian, pertumbuhan, visi,
wawasan, keseimbangan batin, kebahagiaan, kehadiran, keaslian, mendengarkan,
berbagi, keterkaitan, saling ketergantungan, kesatuan, penerimaan, keindahan,
sensibilitas, kesabaran, ketenangan, keseimbangan, kerohanian, eksistensialitas,
kesadaran sosial, kesadaran lintas budaya, dan lain-lain.
Berbagai penelitian menunjukkan manfaat dari program Mindfullness
diantaranya menurunkan stress, meningkatkan perhatian dan konsentrasi,
menurunkan kecemasan dan menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
kepuasan kerja dan meningkatkan kualitas kesehatan.
Konsep Mindfullness berawal dari melepaskan penderitaan yang dialami
manusia. Penderitaan tersebut dapat berupa stres, depresi, konflik interpersonal,
kebingungan, khawatir berlebihan dan ketakutan-ketakutan irasional. Selain itu,
dalam bidang pendidikan, pemberian program Mindfullness dapat mengurangi
tingkat kecemasan akademik, meningkatkan atensi dan regulasi emosi peserta
didik, meningkatkan optimisme dan mengurangi masalah perilaku yang terjadi.
Program Mindfullness dapat bermanfaat sebagai self-care dan pengembangan
maupun peningkatan pada kesejahteraannya. Selain itu, Mindfullness membantu
peserta didik untuk secara lebih mendalam mempelajari pengalaman saat ini tanpa
adanya gangguan dari evaluasi diri atas kekhawatiran tentang masa lalu atau masa
depan.
Sikap-sikap dasar Mindfullness adalah non-judging (tanpa penilaian), patience
(sabar), beginner’s mind (pikiran terbuka), trust (percaya), non-striving (tindak
berambisi), letting go (melepas), acceptance (penerimaan), gratitude (bersyukur),
generosity (murah hati), curiosity (penasaran), gentleness (lemah lembut), non-
54
reactivity (tidal reaktif secara otomatis/merespon dengan pikiran jernih) dan loving
kindness (mengembangkan cinta dan kebaikan).
DAFTAR RUJUKAN
Amirulloh, 2015. Teori pendidikan Karakter Remaja, Bandung: Alfabeta.
Baer, R. A., Smith G. T., & Allen, K. B. 2004. Assessment of mindfulness by self-
report: The kentucky inventory of mindfulness skills. Assessment, 11, 191-
206, doi: 10.1177/1073191105283504.
Bialik, M., Bogan , M., Fadel , C., & Horvathova , M. (2015). Character Education
for the 21st Century: What Should Students Learn? Boston, Massachusetts:
Center for Curriculum Redesign.
Brown, K. W., & Ryan, R. M. 2003. The Benefits Of Being Present: Mindfulness
And Its Role In Psychological Well-Being. Journal of Personality And Social
Psychology, 84(4), 822
Bazarko, D., Cate, R. A., Azocar, F., & Kreitzer, M. J. 2013. The impact of an
innovative mindfulness-based stress reduction program on the health and
well-being of nurses employed in a corporate setting. Journal of Workplace
Behavioral Health, 28(2), 107-133, doi: 10.1080/15555240.2013.779518.
Dimyati, “Peran Guru Sebagai Model Dalam Pembelajaran Karakter dan Kebajikan
Moral Melalui Pendidikan Jasmani”, dalam Cakrawala Pendidikan,
(Yogyakarta, UNY, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY),
hal. 84.
Davis, D., & Hayes, J. A. (2011). What are the benefit of mindfulness? A practice
review of psychotherapy-related research. American Psychological
Association, 48(2), 198-208, doi: 10.1037/a0022062.
Eva, Latipah, 2010, Strategi Self Regulated Learning dan prestasi Belajar: Kajian
Meta Analisis. Jurnal psikologi, vol 37, no. 1, age 110-129
Felver, J. C., Celis-de Hoyos, C. E., Tezanos, K., & Singh, N. N. (2016). A
Systematic Review of Mindfulness-Based Interventions for Youth in School
Settings. Mindfulness, 7(1), 34–45.
Fortney, L., Luchterhand, C., Zakletskaia, L., Zgierska, A., & Rakel, D. (2013).
Abbreviated mindfulness intervention for job satisfaction, quality of life, and
compassion in primary care clinicians: A pilot study. Annals of Family
Medicine, 11(5), 412-420..
Glynn, S.M., Aultman, L.P., & Owens, A.M. 2005. Motivation to Learn in general
education programs. The Journals of General of Education. 54 (2), 150‐170.
58
Komara, E. 2018. Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21,
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education 4(April), 17–
26
Mace, C. (2008). Mindfulness and mental health: Therapy, theory, and science.
New York: Routledge.
Olters, C. A., & Hussain, M. (2015). Investigating grit and its relations with college
students’ selfregulated learning and academic achievement. Metacognition
and Learning, 10(3), 293-311.
Pala, A. 2011. The Need for Character Education. International Journal of Social
Sciences and Humanity Studies , 3(2): 23-32.
Shapiro, S. L., Astin, J. A., Bishop, S. R., & Cordova, M. 2005. Mindfulness-based
stress reduction for health care professional: Result from a randomized trial.
International Journal of Stress Management, 12(2), 164-176,.
Shapiro, S. L., & Carlson, L. E. (2010). The art and science of mindfulness:
Integrating mindfulness into psychology and the helping professions.
Washington DC: American Psychological Association.
60