Anda di halaman 1dari 2

Ketidakpercayaan Diri Menghambat Kreativitas

Latar Belakang
Salah satu periode dalam tahap perkembangan adalah masa remaja. Masa remaja menjadi
masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa dimana terjadi beberapa kesulitan yang
akan dihadapi baik oleh remaja maupun oleh orang tuanya. Tidak sedikit remaja yang tidak
dapat merasakan peran dan fungsi dari orang tua mereka dikarenakan beberapa kondisi yang
harus mereka hadapi seperti tinggal di panti asuhan. Remaja yang berada di panti asuhan
dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri secara baik. Penyesuaian diri yang
mengalami hambatan akan mengganggu seseorang berperan serta berfungsi dalam
kelompoknya. Banyak faktor yang menyebabkan remaja sulit melakukan penyesuaian diri
dengan lingkungannya, salah satunya adalah keyakinan pada kemampuan diri yang disebut
dengan kepercayaan diri. Permasalahan tidak percaya diri akan menghambat
perkembangannya dalam bersosialisasi, mengembangkan potensi yang ia miliki, mengenal
dirinya sendiri, dan tugas perkembangan lainnya. Permasalahan tidak percaya diri ini
diketahui merupakan akibat dari adanya pikiran-pikiran negatif (distori kognitif) yang
berdampak pada perilaku remaja. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kepercayaan diri ialah dengan menggunakan cognitive restructuring form.
Cognitive restructuring menekankan kepada kekuatan pikiran yang positif dan logis. Tujuan
dari teknik cognitive restructuring secara umum adalah untuk merubah pikiran-pikiran negatif
terhadap permasalahan yang dimiliki oleh klien menjadi pikiran yang lebih positif, sehingga
pikiran tersebut berimplikasi terhadap sikap dan perilaku yang diambil oleh klien.
Kreativitas dan percaya diri pada dasarnya merupakan anugerah yangdiberikan Allah kepada
setiap manusia, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta) dan berkreasi.
Implementasi dari kreativitas seseorangpun tidak sama, tergantung pada sejauh mana orang
tersebut mau dan mampu mewujudkan daya ciptanya menjadi sebuah kreasi ataupun karya.
Setiap orang memiliki potensi kreatif yang dibawa sejak lahir meskipun dalam derajat dan
bidang yang berbeda-beda, sehingga potensi itu perlu ditumbuh kembangkan sejak dini agar
dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Untuk itu diperlukan kekuatan pendorong, baik
dari dalam individu maupun dari luar individu yaitu lingkungan. Lingkungan dalam hal ini
mencakup lingkungan dalam arti kata sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata
yang luas (masyarakat, kebudayaan) yang mampu menciptakan kondisi lingkungan yang
dapat menanamkan daya kreatif individu.
Dengan demikian, baik di dalam individu maupun di luar individu (lingkungan) dapat
menunjang atau menghambat potensi kreativitas, implikasinya ialah bahwa kemampuan
kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan mengingat bahwa kreativitas merupakan bakat
secara potensial yang dimiliki setiap orang sejak lahir yang dapat diidentifikasi dan dibekali
melalui pendidikan yang tepat.
Pendidikan hendaknya tidak hanya memperhatikan pengembangan keterampilan-
keterampilan berfikir semata, tetapi pembentukan sikap, perasaan, dan ciri-ciri kepribadian
yang mencerminkan kreativitas yang perlu dikembangkan. Dalam hal ini banyak bergantung
pada inisiatif dan kreativitas guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat memupuk
dan menunjang kreativitas siswa, sehingga siswa dapat merasa bebas mengungkapkan pikiran
dan perasaannya, mempunyai daya kreasi dalam bekerja. Hal ini mencerminkan
kemerdekaan dan demokrasi dalam pendidikan, yang berarti terwujudnya pendidikan itu
berada diatas kreativitas kinerja para guru dalam menjalankan tugas.
Salah satu hal yang menentukan sejauh mana seseorang itu kreatif adalah kemampuannya
untuk dapat membuat kombinasi baru dari hal-hal yang ada. Demikian pula seorang guru
dalam proses belajar mengajar, guru harus menggunakan variasi metode dalam mengajar,
memilih metode yang tepat untuk setiap bahan pelajaran agar siswa tidak mudah bosan Guru
harus terampil dalam mengolah cara pembelajaran, cara membaca kurikulum, cara membuat,
memilih dan menggunakan media pembelajaran, dan cara evaluasi baik dengan tes maupun
melalui observasi. Evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan, dan
sebagai feed back bagi seorang guru. Guru yang baik dapat mengaktifkan murid dalam hal
belajar.
Manusia juga merupakan makhluk sosial yang pasti akan berhubungan dengan orang lain,
sedangkan untuk bersosial atau berhubungan dengan orang lain manusia membutuhkan
kepercayaan diri yang tinggi dan baik. Tidak memandang status sosial,usia,maupun jenis
kelamin. Selain untuk berkomunkasi kepercayaan diri juga dipergunakan untuk
menyampaikan pendapat. Kepercayaan diri merupakan salah satu syarat yang esensial bagi
individu untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas sebagai upaya dalam mencapai
prestasi. Terutama pada mahasiswa-mahasiswi dalam segala aktifitas dikampus maupun
dalam berorganisasi.
Mahasiswa yang memiliki kualitas tinggi adalah mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri
yang tinggi. Mengapa demikian? karena mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang
yang tinggi pasti mampu dalam hal berpendapat ataupun bersosial dengan mahasiswa yang
lain maupun dengan dosen. Dalam UUD berpendapat sudah dijelaskan, salah satunya
universalitas kebebasan ekspresi diatur dalam pasal 19 DUHAM, yang menyatakan, “Setiap
orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat;dalam hal ini termasuk
kebebasan menganut pendapat tanpa mendapat gangguan, dan untuk mencaru,menerima, dan
menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apapun dan dengan tidak
memandang batas-batas.”. Selain itu, juga melalui konstitusi menegaskan kebebasan
berekspresi dalam pasal 28, dan kini dipertegas dalam pasal 28E ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan “setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat,berkumpul dan mengeluarkan pendapat”.

Anda mungkin juga menyukai