Anda di halaman 1dari 5

Modul 1.2.A.4. Ekplorasi Konsep Modul 1.

1 Dalam sesi pembelajaran ini, kita diaharapkan memahami pentingnya nilai kemanusiaan
dan nilai-nilai kebajikan sebagai landasan bersama dalam pendidikan. Kebajikan
universal menjadi pegangan yang mempersatukan dalam beragam konteks dan
kepentingan. Semangat untuk mengapresiasi dan mendorong nilai-nilai yang
menguntungkan anak adalah kunci dalam membawakan peran perubahan di pendidikan.
Melalui refleksi mendalam terhadap nilai-nilai yang ada dan pemahaman yang kuat
terhadap konsep-konsep yang dipaparkan, diharapkan kita lebih mampu menggerakkan
manusia dalam arah yang positif.
2 Manusia tergerak melalui pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara emosi,
cara kerja otak, dan kebutuhan dasar, serta kemampuan untuk memilih dan motivasi
untuk membangun. Pengelolaan lingkungan yang mendukung dan keteladanan
konsisten dari para pemimpin pendidikan, terutama guru penggerak, juga memainkan
peran penting dalam membentuk nilai-nilai dalam diri seseorang. Transformasi
pendidikan dapat terjadi melalui pemahaman akan makna Profil Pelajar Pancasila, serta
pengembangan nilai-nilai yang diperlukan oleh guru penggerak dan pemimpin
pembelajaran di sekolah.
3 Cara kerja otak melibatkan dua sistem berpikir yang berbeda, yaitu berpikir cepat dan
berpikir lambat. Dalam sebuah video pendek berjudul "Eskalator dan Kerja Otak", konsep
ini dijelaskan melalui perumpamaan eskalator yang berjalan turun. Sistem berpikir cepat
dapat diibaratkan sebagai respons otomatis yang cepat dan intuitif, mirip dengan ketika
kita menggunakan eskalator untuk turun dari lantai atas. Ini adalah proses otomatis dan
tidak memerlukan banyak usaha sadar. Di sisi lain, sistem berpikir lambat adalah proses
yang lebih lambat dan reflektif, di mana kita melakukan pemikiran lebih dalam dan
analisis yang lebih mendalam. Dalam konteks eskalator, sistem berpikir lambat akan
mirip dengan ketika kita memutuskan untuk menggunakan tangga daripada eskalator,
karena kita ingin berpikir lebih jauh tentang pilihan tersebut. Kedua sistem ini bekerja
bersama-sama dalam mengatur perilaku dan pengambilan keputusan kita sehari-hari.
4 Kita dapat memahami bagaimana ketiga bagian otak bekerja secara bersama-sama
untuk mengatur perilaku, emosi, dan pemikiran manusia, dengan masing-masing bagian
memiliki peran unik namun saling melengkapi untuk membentuk keseluruhan individu.
Sejalan dengan itu, penting bagi seorang guru sebagai penggerak untuk memahami dan
mengembangkan kesadaran akan aspek emosi ini, karena emosi memainkan peran kunci
dalam membentuk lingkungan belajar yang sehat dan produktif. Oleh karena itu, dalam
rangkaian modul Pendidikan Guru Penggerak, aspek emosi akan menjadi fokus utama
dalam modul Pembelajaran Sosial Emosional, untuk membantu guru memperkuat
keterampilan mereka dalam mengelola emosi mereka sendiri serta mendukung
perkembangan emosional siswa.
5 Lima kebutuhan dasar manusia yang dapat dihubungkan dengan konteks pendidikan
dan sekolah: Kebutuhan untuk Bertahan Hidup (Survival): Dalam konteks pendidikan,
kebutuhan ini dapat mencakup aspek fisik dan psikologis. Kebutuhan untuk Diterima
(Love and Belonging): Dalam konteks sekolah, kebutuhan ini mencakup interaksi sosial
yang positif, rasa percaya diri, dan hubungan yang mendukung antara siswa dan guru
serta antar-siswa. Kebutuhan akan Kebasahan (Freedom): Siswa perlu merasa memiliki
otonomi dan kebebasan dalam belajar dan berekspresi di lingkungan sekolah.
Kebutuhan akan Kesenangan (Fun): Pembelajaran yang menyenangkan dan menarik
dapat membantu memotivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan minat terhadap
pendidikan. Kebutuhan akan Kekuasaan/Penguasaan (Power): Kebutuhan ini mencakup
rasa kompetensi dan kepercayaan diri siswa dalam menguasai materi pelajaran dan
kemampuan akademik mereka.
6 Wiraga (Tubuh): Tahap ini mencakup periode awal kehidupan anak, di mana fokus utama
adalah pada perkembangan fisik dan motorik. Oleh karena itu, pendidikan pada tahap ini
harus menekankan pada pengembangan keterampilan motorik kasar dan halus, serta
memastikan lingkungan yang aman dan mendukung untuk eksplorasi fisik. Wirama
(Kemampuan Beradaptasi): Tahap ini melibatkan perkembangan kognitif dan sosial-
emosional anak. Pendidikan pada tahap ini harus memperhatikan pembelajaran yang
relevan dengan kehidupan sehari-hari anak, mempromosikan kemampuan beradaptasi,
serta mengajarkan keterampilan sosial dan emosional. Wira (Semangat dan Kreativitas):
Tahap ini menekankan pada pengembangan semangat, minat, dan kreativitas anak.
Pendidikan pada tahap ini harus memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
mengeksplorasi minat dan bakat mereka, serta mengembangkan kreativitas dan inovasi.
7 Pemahaman terhadap tahap-tahap perkembangan psikososial Erik Erikson membantu
guru dalam merancang pendekatan pembelajaran yang lebih holistik dan sesuai dengan
kebutuhan perkembangan siswa. Program Guru Penggerak dapat menggunakan konsep
tahap perkembangan Erikson untuk membantu guru memahami perubahan-perubahan
dalam perilaku dan kebutuhan siswa pada setiap tahap usia. Guru dapat menggunakan
teori Erikson sebagai pedoman dalam menyusun strategi pengajaran yang lebih efektif,
dengan mempertimbangkan konflik dan tugas perkembangan yang dihadapi oleh siswa
pada tahap tertentu.
8 Memahami cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia, dan tahap tumbuh-kembang
anak, serta pengaruhnya pada pembentukan kebiasaan dan nilai-nilai hidup manusia
adalah penting bagi seorang pendidik karena membantu dalam merancang pendekatan
pembelajaran yang lebih efektif dan mendukung. Pemahaman tentang semua ini sangat
penting bagi saya sebagai pendidik karena membantu saya menjadi lebih efektif dalam
membantu siswa mencapai potensi penuh mereka dan berkembang menjadi individu
yang mandiri, berpikiran terbuka, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai yang perlu
dikuatkan sebagai guru penggerak adalah : empati, mandiri dan tanggung jawab,
kerjasama, kreativitas
9 Manusia merdeka bergerak dengan cara yang mencerminkan kemerdekaan pilihan
mereka. Mereka memilih tindakan dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, keinginan,
dan tujuan pribadi mereka. Mereka tidak hanya mengikuti arus atau mengikuti apa yang
diinginkan oleh orang lain atau lingkungan sekitar mereka. Mereka bertindak atas dasar
otonomi dan kesadaran diri, mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan dan
memilih dengan bijaksana. Selain itu, manusia merdeka bergerak dengan motivasi
intrinsik, yang berarti mereka didorong oleh kebutuhan, minat, dan kepuasan internal,
bukan hanya oleh hadiah atau hukuman eksternal. Mereka memiliki tujuan yang berasal
dari dalam diri mereka sendiri dan merasa terpanggil untuk mencapainya. Dengan
demikian, mereka memiliki dorongan yang kuat dan berkelanjutan untuk bergerak maju
dan mencapai potensi mereka.
10 Manusia Merdeka: Berdaya dalam Memilih. Konsep ini merujuk pada Teori Pilihan, di
mana individu memiliki kekuatan untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihan
mereka sendiri. Mereka dapat menegakkan diri mereka sendiri dan mengatur kehidupan
mereka sesuai dengan keinginan dan nilai-nilai mereka sendiri. Ini mencerminkan
pentingnya memberdayakan individu untuk mengambil peran aktif dalam membentuk
masa depan mereka sendiri, sambil tetap mempertimbangkan kesejahteraan orang lain
dalam masyarakat. Dalam konteks pendidikan, ini menunjukkan bahwa tujuan utama
pendidikan adalah membantu siswa untuk mengembangkan kemandirian, kemampuan
berpikir kritis, dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai mereka sendiri.
Hal ini juga menekankan pentingnya mendukung siswa untuk mengeksplorasi minat dan
bakat mereka sendiri, serta mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk
mencapai potensi penuh mereka dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.
Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat menjadi wahana untuk mendorong dan
memfasilitasi pembelajaran.
11 Guru penggerak memahami bahwa siswa memiliki kontrol penuh atas tindakan mereka
sendiri, dan tujuan mereka adalah membantu siswa menggunakan kekuatan ini secara
positif. Dengan memahami aksioma ini, guru penggerak tidak hanya mengajar siswa
tentang materi akademik, tetapi juga memberikan keterampilan dan dukungan untuk
mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan yang baik. Mereka menciptakan
lingkungan yang memberdayakan siswa untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan
mereka, mengeksplorasi pilihan-pilihan yang tersedia, dan membuat keputusan yang
sesuai dengan nilai-nilai mereka. Guru penggerak juga menggunakan prinsip ini untuk
membangun hubungan yang positif dengan siswa, dengan memperlakukan mereka
sebagai individu yang mampu dan bertanggung jawab. Mereka memberikan arahan dan
bimbingan, tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk belajar dari kesalahan
mereka sendiri dan tumbuh sebagai individu yang mandiri.
12 Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu individu
mengembangkan potensi dan kekuatan batininya sendiri. Hal ini tercermin dalam tujuan
pendidikan nasional yang menekankan pembangunan spiritual, kepribadian, kecerdasan,
akhlak, dan keterampilan yang diperlukan untuk kesejahteraan individu, masyarakat,
bangsa, dan negara. Dalam praktiknya, pendidik harus memperhatikan pentingnya
suasana belajar dan proses pembelajaran yang mampu memperkuat perasaan
kompetensi, otonomi, dan keterhubungan siswa. Hal ini mengharuskan pendidik untuk
memahami dan merespons kebutuhan individu siswa, serta menciptakan lingkungan
yang memungkinkan siswa merasa didukung, dihargai, dan terlibat dalam proses
pembelajaran.
13 Enam dimensi yang mengakar pada Pancasila, yaitu keimanan dan akhlak mulia,
kemandirian, gotong-royong, keberagaman global, pemikiran kritis, dan kreativitas, Profil
Pelajar Pancasila memberikan panduan yang jelas bagi pendidik dalam membimbing
siswa menuju pembentukan karakter yang kuat dan holistik. Selain itu, para pendidik
juga diharapkan untuk mengenali dan memaknai nilai-nilai Guru Penggerak. Nilai-nilai
ini mencakup aspek-aspek seperti kesadaran, keterbukaan, kerjasama, kemandirian, dan
kreativitas. Nilai-nilai ini tidak hanya penting dalam konteks pendidikan, tetapi juga
dalam pemimpin yang mendorong perubahan dan kemajuan dalam masyarakat. Dengan
memperkuat nilai-nilai Guru Penggerak pada diri pendidik, mereka akan mampu
menjalankan peran mereka dengan lebih efektif dan berdampak dalam menangani
tantangan strategis dalam pendidikan. Ini melampaui aspek-aspek teknis atau
operasional, dan melibatkan pembinaan karakter, pengembangan potensi, dan
pembentukan kepemimpinan yang inspiratif bagi para siswa.
14 Berdasarkan konsep nilai-nilai menurut Rokeach, sebagai panduan bagi Guru Penggerak,
nilai-nilai yang mendasar dan esensial dapat menjadi pilar dalam membimbing tindakan
dan pengambilan keputusan. Dengan memegang teguh nilai-nilai ini, seorang Guru
Penggerak dapat menjadi teladan yang inspiratif bagi siswa, rekan kerja, dan masyarakat
sekitar. Nilai-nilai ini membantu membentuk karakter yang kuat dan memungkinkan
Guru Penggerak untuk memberikan dampak yang positif dalam dunia pendidikan dan
masyarakat secara luas.
15 Setelah memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik, beberapa nilai-nilai Guru
Penggerak yang mungkin dikuatkan adalah : Dengan pemahaman tentang teori pilihan
dan motivasi intrinsik, seorang guru dapat lebih memperkuat nilai kemandirian pada
dirinya sendiri dan siswa. Guru akan menginspirasi siswa untuk mengambil tanggung
jawab atas pilihan dan keputusan mereka sendiri, serta mendorong mereka untuk
mengembangkan kemandirian dalam belajar dan kehidupan. Tindakan spesifik yang
dapat dilakukan untuk menguatkan diri sendiri sebagai seorang guru penggerak dalam
memberdayakan murid dalam memilih jalan kodrat mereka dan menguatkan tumbuhnya
motivasi intrinsik mereka adalah dengan menjadi teladan bagi siswa dalam menggali
minat, tujuan, dan motivasi intrinsik mereka sendiri. Dengan menunjukkan dedikasi,
ketekunan, dan kegembiraan dalam belajar dan mencapai tujuan, guru dapat
menginspirasi siswa untuk melakukan hal yang sama.
16 Lingkungan tempat seseorang tumbuh dan berkembang, baik itu lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, maupun budaya, memiliki dampak yang signifikan dalam
membentuk nilai-nilai dan keyakinan yang dimiliki individu. Dengan memahami
bagaimana struktur sistemik lingkungan mempengaruhi pembentukan nilai-nilai dalam
diri seseorang, kita dapat lebih sadar akan pentingnya menciptakan lingkungan yang
mendukung dan mempromosikan nilai-nilai positif dalam masyarakat dan pendidikan.
Para pendidik, dalam peran mereka sebagai guru penggerak, memiliki tanggung jawab
untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memfasilitasi pengembangan nilai-
nilai yang dihargai dan diinginkan dalam diri siswa.
17 Pentingnya Berpikir Strategis: Sebagai guru penggerak, memahami bahwa perubahan
transformatif memerlukan upaya kolaboratif dengan melibatkan lebih banyak pihak.
Guru perlu menggunakan pendekatan berpikir strategis untuk menggerakkan orang lain
dan mencapai dampak yang lebih besar pada murid.
18 Guru sebagai Teladan: Guru memiliki peran yang sangat penting sebagai teladan bagi
murid-muridnya. Mereka memiliki kesempatan untuk mempengaruhi murid melalui
contoh dan karakter yang baik yang mereka tunjukkan. Pembentukan Karakter: Guru
yang memiliki karakter baik tidak hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga membimbing
murid dalam proses pertimbangan moral dan pembentukan nilai-nilai kebaikan dalam
diri mereka.
19 Menekankan pentingnya peran guru sebagai pembentuk karakter dan nilai-nilai
kebaikan bagi murid, serta pentingnya konsistensi dan kolaborasi dalam menciptakan
lingkungan pembelajaran yang mendukung
20 Peran Guru Penggerak di masa mendatang memegang peran sentral dalam memimpin
perubahan di ekosistem pendidikan. Untuk melaksanakan peran ini secara efektif, Guru
Penggerak perlu memiliki kompetensi yang relevan dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Ada empat kategori kompetensi yang sangat penting bagi seorang
pemimpin di lingkungan sekolah : mengembangkan diri dan orang lain, memimpin
pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah.
Dengan mengembangkan kompetensi-kompetensi ini, Guru Penggerak akan menjadi
agen perubahan yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dan
memenuhi tujuan pendidikan yang diharapkan.
21 Konsekuensi logis dari konsep gunung es pada peran Anda sebagai Guru Penggerak
dalam transformasi pendidikan adalah bahwa Anda harus menjadi agen perubahan yang
tidak hanya fokus pada permukaan, tetapi juga pada akar penyebab dari perubahan
tersebut. Ini melibatkan upaya untuk memahami dan mengembangkan nilai-nilai,
keyakinan, dan identitas yang mendasari perilaku murid dan seluruh ekosistem
pendidikan. Hal ini memerlukan kesadaran, komitmen, dan tindakan nyata dalam
membimbing murid menuju penerimaan nilai-nilai Pancasila dan pengembangan
karakter yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
22 Terima kasih atas paparan materi yang telah disampaikan. Semoga materi ini dapat
memberikan wawasan yang bernilai bagi para calon Guru Penggerak. Saya yakin bahwa
diskusi selanjutnya akan menjadi wadah yang baik untuk bertukar ide dan pemikiran
yang lebih mendalam. Sampai jumpa di forum diskusi tertulis berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai