Anda di halaman 1dari 15

BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN METODE MAU’IDZOH HASANAH

DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA KELAS


X MAN 1 KOTA LUBUKLINGGAU

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengumpulkan Tugas Mata Kuliah


Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Zulkipli Lessy. S.Ag., S.Pd., M.Ag., M.S.W.
NIP.19681208 200003 1 001

Oleh:
Rafi Bagus Adi Wijaya
NIM. 19200012045

PROGRAM STUDI INTERDISCIPLINARY ISLAMIC STUDIES


KONSENTRASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
A. Latar Belakang
Globalisasi yang sedang terjadi pada saat ini ditandai dengan kemajuan
cepat serta mendunia di bidang informasi dan teknologi, telah memiliki banyak
pengaruh terhadap peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan ekonomi, sosial, politik, pendidikan
dan budaya yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran,
serta cara-cara kehidupan yang berlaku dalam konteks lokal dan global.
Tidak menutup kemungkinan, dunia teknologi saat ini banyak membawa
dampak negatif bagi siswa siswi dari mulai malas belajar, barang-barang yang
seharusnya digunakan untuk bernilai positif menjadi negatif, selain itu juga dunia
teknologi bisa membuat akhlâk siswa siswi menjadi rusak karena kesalahan
pemakaian dan salah menggunakannya, sehingga menimbulkan perilaku asusila
seperti tawuran antar pelajar.1 Dampak positif atau negatif yang diterima kembali
kepada kesadaran individu tentang nilai yang seharusnya diambil dari pemakaian
teknologi, jika digunakan dengan cara yang tepat, akan menghasilkan sesuatu
yang positif begitupun sebaliknya jika digunakan secara tidak tepat akan
menghasilkan dampak negatif. Apabila dikaitkan dengan dunia remaja saat ini,
sesuai dengan perkembangannya dalam proses pembentukan identitas diri,
diperlukan penanaman arti bagi kehidupan remaja.
Remaja merupakan masa yang penuh problema, pada saat ini tidak sedikit
remaja yang mengalami kegoncangan yang menyebabkan munculnya emosi yang
belum stabil sehingga mudah melakukakan pelanggaran terhadap norma-norma
spiritual.2 Kecerdasan spiritual sangat diperlukan dalam menumbuhkan
kemampuan untuk merefleksikan nilai positif setiap kejadian hidup.
Perpaduan pendidikan spiritual akan memunculkan kepribadian yang
tangguh. Kualitas seseorang ditentukan oleh nilai-nilai yang senyatanya dihayati
sebagai pemandu sikap dan perilakunya, baik dalam hubungan dengan diri sendiri,
orang lain, alam sekitar maupun (bagi orang beriman) dengan tuhan. Watak dan

1
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi Komunikasi, ( Bandung:
Alfabeta, 2009 ), h. 24
2
Sarwono, Psikologi Remaja, ( Jakarta: Rajawali Press, 2012 ), h. 15
kepribadian seseorang dibentuk oleh nilai-nilai yang senyatanya dipilih,
diusahakan, dan secara konsisten diwujudkan dalam tindakan yang nyata.
Bimbingan dan konseling tidak hanya berorientasi untuk mengatasi
permasalahan kesulitan belajar siswa, tetapi bimbingan konseling juga dapat
menyentuh aspek perilaku atau akhlak siswa dalam proses pembentukan
kepribadian. Siswa adalah bagian dari, masyarakat yang butuh interaksi dan
sosialisasi, untuk itu siswa harus disiapkan dalam mengembangkan ketentuan
yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota
dimadrasah maupun dimasyarakat. Ketentuan-ketentuan ini biasanya berupa
perangkat nilai, norma sosial, maupun pandangan hidup dalam sistem budaya
yang berfungsi sebagai rujukan hidup.3
Bimbingan klasikal adalah bagian yang memiliki pengaruh besar dalam
bimbingan dan konseling, serta merupakan layanan yang efisien, terutama dalam
menangani masalah rasio jumlah konseli dan konselor. Adapun tujuan dan
manfaat layanan bimbingan klasikal yaitu untuk merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, membimbing pengembangan karir serta kehidupanya di masa
yang akan datang, mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta
didik secara optimal, membantu siswa menyesuaikan permasalahan dalam belajar
untuk mencapai kesuksesan dalam tujuan belajar.4
Ajaran berdasarkan nilai-nilai Islam tidak dapat dilepaskan terutama jika
guru bimbingan dan konseling di sekolah beragama Islam, dan siswa pun
beragama Islam. Menimbang sebagian besar siswa Indonesia memeluk agama
Islam, maka perlu adanya bimbingan yang berlandaskan ajaran Islam. Kondisi di
barat praktik agama dan spiritual justru membantu mempercepat penyelesaian
masalah, adanya peran orang yang ahli dalam agama dapat membantu
menyelesaikan permasalahan masyarakat muslim dengan pendekatan agama.
Pendekatan agama jauh lebih kompleks dan lebih mendalam karena melibatkan

3
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan. Dasar-dasar Kemungkinan
Pelaksanaanya di Sekolah-sekolah di Indonesia. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999) h 169.
4
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Modul Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Kebudayaan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2014) h. 33.
nilai spiritual sehingga individu menyadari posisinya sebagai hamba dan khalifah
Allah di bumi.
MA Negeri 1 Lubuklinggau merupakan sekolah yang berlandaskan Islam,
sangatlah memperhatikan nilai-nilai keagamaan seperti tolong menolong, berbuat
baik, sopan dan santun. Pada peserta didik kelas X sangatlah rentan terhadap
pengaruh eksternal juga internal individu sehingga yang diharapkan sekolah tidak
sepenuhnya dapat terpenuhi. hal ini dikarenakan peserta didik tersebut berada
pada masa transisi dari anak-anak menuju remaja sehingga akan mencoba banyak
hal untuk mengetahui jati diri mereka yang sebenarnya. Jika dari aspek
spiritualitasnya anak-anak tersebut masih memiliki ego yang belum stabil,
sehingga mempengaruhi hubungan dengan teman sebaya, keluarga, dan
masyarakat, serta pada makna hidupnya. Tentu saja tidak semua dari anak kelas X
tetapi hal ini yang menjadi salah satu tugas dan tangung jawab dari seseorang
konselor untuk bisa menyikapinya dan agar siswa-siswi tersebut bisa lebih baik
lagi.
Dalam menyikapi hal ini guru BK menggunakan salah satu dari sepuluh
layanan konseling yakni menggunakan bimbingan klasikal dengan metode
Mau’idzoh Hasanah yang merupakan teori dalam bimbingan dan konseling islam,
yang mengkombinasikan nasehat dan pengajaran dengan memberikan contoh
tauladan yang baik dan akhlak yang terpuji sebagai model untuk diikuti serta
menambah wawasan tentang keislaman. agar siswa bisa mengarahkan dirinya
dengan baik dan dapat meningkatkan kecerdasan spiritualnya, peserta didik yang
yang perlu dikembangan kecerdasan spiritualnya tentu saja tidak hanya ada di MA
Negeri 1 tapi juga di setiap lembaga pendidikan.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang Pengaruh Bimbingan Klasikal dengan Metode Mau’idzoh
Hasanah dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas X MAN 1 Kota
Lubuklinggau.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang peneliti ambil
dalam penelitian ini yaitu, bagaimana efektifitas bimbingan klasikal dengan
metode mau’idzoh hasanah dalam meningkatkan kecerdasan spiritual pada siswa
kelas X MAN 1 Kota Lubuklinggau?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini diantaranya adalah untuk
mengetahui bagaimana efektifitas bimbingan klasikal dengan metode mau’idzoh
hasanah dalam meningkatkan kecerdasan spiritual pada siswa kelas X MAN 1
Kota Lubuklinggau.

D. Literatur Review
Berdasarkan penelusuran literatur yang ada, serta untuk menghindari
adanya asumsi plagiatisasi dalam penelitian, penyusun menyatakan bahwa belum
menemukan tulisan ataupun bentuk karya ilmiah yang objek penelitiannya sama
dengan yang akan di lakukan oleh penyusun. Namun, ada beberapa karya ilmiah
yang objek penelitiannya dapat di jadikan rujukan dan pertimbangan dalam
penelitian ini, di antaranya sebagaimana berikut :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Salvinda Syahara Dewi dari
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Bimbingn dan Konseling Islam UIN Ar-
Raniry Banda Aceh yang berjudul Penerapan Bimbingan Kelompok dengan
Teknik Game Terapi untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual (Spiritual
Quotient) Terhadap Siswa di SMPS Babul Maghfirah Aceh Besar, dengan hasil
penelitian yang menjelaskan Hasil penelitian yaitu: Menunjukan bahwa terdapat
peningkatan kecerdasan spiritual yang signifikan sebelum dan sesudah
dilakukanya treatment. Sehingga, bimbingan kelompok dengan teknik game
dikaitkan efektif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual (sikap siddiq) siswa di
SMPS Babul Maghfirah Aceh Besar.5
5
Salvinda Syahara Dewi, Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Game Terapi
untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient) Terhadap Siswa di SMPS Babul
Maghfirah Aceh Besar. (Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi
Kedua, hasil penelitian dari Anis Sella Sulistiana dengan judul penelitian,
Efektivitas Pembelajaran PAI Berbasis Kearifan Lokal untuk Memotivsi
Perkembangan Kecerdasan Spiritual Siswa SDN Jarakan Sewon, Bantul,
Yogyakarta dengan hasil penelitian yaitu: 1. Pelaksanaan pembelajaran berbasis
kearifan lokal untuk memotivasi perkembangan kecerdasan spiritual siswa kelas V
A, dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
dan tahap evaluasi pembelajaran, 2. PBKL ini memang cukup efektif untuk
memotivasi perkembangan kecerdasan spiritual. Karena dari hasil wawancara
dengan seluruh siswa kelas V A, lebih dari 50% mengatakan bahwa mereka
merasa terbantu dan termotivasi untuk melakukan perbuatan baik, rajin shalat
dengan semua hal yang berhubungan dengan kecerdasan spiritual, 3. Faktor
pendukung pelaksanaan PBKL terdiri dari, Sarana dan Prasarana Sekolah yang
cukup lengkap, guru yang kompeten, namun penghambatnya berada pada siswa
yang masih sering tidak kondusif selama pembelajaran, dan durasi waktu dari
pembelajaran yang sangat singkat mempengaruhi hasil dari PBKL.6
Dari penelitian yang dilakukan oleh Alvinda Syahara Dewi dan juga hasil
penelitian dari Anis Sella Sulistiana, memiliki persamaan dengan penelitian ini
dalam hal bertujuan untuk mendorong peningkatan kecerdasan spiritual tetapi
pada penelitian Alvinda tersebut, menggunakan metode kuantitatif dan lebih
berfokus pada bentuk Treatment konseling yang menggunakan Bimbingan
Konseling Kelompok dengan teknik game, yang dilakukan berupa game puzzle
sebelah, menarik stik es, word square, kembalikan tas berisi 50 juta, dan
Congklak. Juga pada penelitian Anis yang berfokus pada pembelajaran PAI
berbasis kearifan lokal, Sedangkan pada penelitian ini, peneliti mengkaji tentang
Bimbingan Klasikal yang diterapkan guru bk dengan Metode Mau’dizoh Hasanah
sebagai salah satu cara dalam Bimbingan dan Konseling Islam untuk mengatasi
berbagai permasalahan pribadi sosial dan dianggap efektif meningkatkan
kecerdasan spiritual pada siswa.
Bimbingan Konseling Islam UIN Ar-Raniry, 2019).
6
Anis Sella Sulistiana, Efektivitas Pembelajaran PAI Berbasis Kearifan Lokal untuk
Memotivsi Perkembangan Kecerdasan Spiritual Siswa SD N Jarakan Sewon, Bantul, Yogyakarta.
(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN
Sunan Kalijaga, 2019).
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian dimana pengumpulan datanya dilakukan di lapangan. Adapun
pendekatan dengan menggunakan fenemologi merupakan pandangan berpikir
yang fokus pada pengalaman-pengalaman yang subjektif manusia interprestasi-
interprestasi. Penelitian menggunakan analisis kualitatif yaitu menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami
dan disimpulkan. Penelitian ini menggambarkan efektivitas konseling individu
dalam meningkatkan perilaku asertif peserta didik.7
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini lebih mengarahkan pada penelitian
deskriptif kualitatif, yakni suatu jenis penelitian yang ditunjukkan untuk
mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Dalam
penelitian ini penulis tidak memanipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan
tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti
apa adanya.8
Sejalan dengan defenisi tersebut, Kirk dan Miller mendefenisikan
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.9
Dalam penelitian kualitatif, yang intrumen utamanya adalah peneliti
sendiri atau anggota tim peneliti.10 Dalam mencari data-data, teknik yang di
gunakan yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi.

F. Landasan Teori
1. Bimbingan Klasikal

7
Lexy J Moleong “Metode Penelitian Kualitatif”. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 112
8
Nana Syaodah Sukmadina “Metode Penelitian Pendidikan”. (Bandung: UPI&PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 96
9
Nana Syaodah Sukmadina,metode penelitian Pendidikan…, h. 3
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2013), h 292.
Bimbingan klasikal yang dalam bahasa latin classroom guidance adalah
layanan yang diberikan kepada sejumlah peserta didik atau konseli dalam satu
rombongan belajar yang dilaksanakan dikelas dalam bentuk tatap muka antara
guru bimbingan atau konselor dan peserta didik atau konseli yang bersifat
pengembangan, pencegahan dan pemeliharaan.11
Menurut Delucia-Waack bimbingan klasikal kadang terjadi saat konselor
diminta hadir untuk memberikan topik mengenai harga diri, keterampilan
komunikasi, keluarga sehat, resolusi konflik, keterampilan persahabatan dan
pencegahan bullying. Pada bimbingan didalam kelas kegiatan harus
dikonseptualisasikan dalam tahap yang sama (initial, working, terminasi) dan
bagian-bagian yang sama dari setiap sesi (opening, working, processing,
closing) dalam rentng waktu yang jauh lebih singkat.12
Bimbingan klasikal merupakan layanan yang berfungsi sebagai
pencegahan, pemahaman, pemeliharaan dan pengembangan sebagai upaya
yang secara spesifik yang diarahkan pada proses yang proaktif. Berdasarkan
model ASCA (Asosiasinya konselor sekolah di Amerika), bimbingan klasikal
merupakan bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan dasar
(guidance curriculum). Komponen layanan dasar bersifat developmental,
sistematik, terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan kompetensi belajar,
pribadi, sosial dan karir. Layanan dasar (guidance curriculum) merupakan
layanan yang terstruktur untuk semua peserta didik (guidance for all), tanpa
mengenal perbedaan gender, ras, atau agama mulai taman kanak-kanak sampai
tingkat SLTA disajikan melalui kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan dalam bidang belajar, pribadi, sosial dan karir peserta didik.13
Dalam proses pemberian layanan yang menentukan keberhasilan
pelaksanaan layanan tidak hanya terletak pada guru bimbingan dan konseling
sebagai pelaksana layanan tetapi juga tergantung kondisi siswa sebagai

11
Ditjen DTK. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling sekolah
Menengah Atas (SMA). (Jakarta: Kemendikbud, 2016), h 77.
12
De Lucia / Waack, Janice L, Leading Psychoeducational Groups For Children and
Adolescents. (unites States Of America: Sge Publication, Inc, 2006), h 188.
13
Makrifah & Nuryono. Pengembangan Paket Peminatan dalam Layanan Bimbingan.
(Jurnal BK, UNS, Fakultas Ilmu Pendidikan, BK. Vol. 4 No. 3, 2014), h 3.
penerima layanan. Meskipun begitu, Pelaksanaan layanan klasikal memiliki
langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut diolah
dalam suatu rancangan pelaksanaan layanan klasikal. terdiri dari komponen
identitas, waktu, dan tempat, materi layanan, tujuan atau arah pengembangan,
metode dan teknik, sarana, penilaian hasil layanan dan langkah kegiatan.

2. Mau’idzoh Hasanah
Kata mau’idzoh berasal dari wazan wa’adza ya’idzu wa’dzan yang
berarti nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Adapun gabungan dari
kata mau’idzoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita
gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman
dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.14
Mau’idzoh hasanah sering diterjemahkan sebagai nasehat yang baik.
Maksudnya, memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik
berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa baik yang dapat
mengubah hati agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenan hati, enak
didengar, menyentuh perasaan dan lurus di pikiran.15
Mau’idzoh Hasanah adalah teori bimbingan dan konseling dengan cara
mengambil pelajaran-pelajaran atau i’tibar-i’tibar dari perjalanan kehidupan
para Nabi, Rasul dan para Auliya-Allah. Bagaimana Allah membimbing dan
mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku serta
menanggulangi berbagai problem kehidupan. Bagaimana cara mereka
membangun ketaatan, ketaqwaan kepada-Nya. Bagaimana cara mereka
mengembangkan eksistensi diri dan menemukan jati dan citra diri, bagaimana
cara mereka melepaskan diri dari hal-hal yang dapat menghancurkan mental
spiritual dan moral. Artinya, mau’idzah hasanah dalam bimbingan dan
konseling merupakan nasehat yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-

14
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 251.
15
Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah dengan Jalan Debat Antara Muslim dan Non Muslim,
(Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press dan Pustaka Pelajar, 2007), h. 33.
Nya yang dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulangi
problem yang sedang dihadapinya.16

C. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan jiwa yang membantu
menyembuhkan dan membangun fitrah manusia secara utuh. Kecerdasan
spiritual ini bertujuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna
dan nilai, yaitu menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dari pada yang lain. Ciri dari berkembangnya kecerdasan spiritual ini
yaitu ditandai oleh kemampuan seseorang dalam bersikap fleksibel dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi,
mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil suatu
pelajaran dari pengalamannya, mandiri dan mengerti terhadap makna
hidupnya.17
Kecerdasan spiritual (SQ) adalah suatu kecerdasan atau kemampuan
seseorang yang tertinggi kedudukannya di dalam diri setiap insan. Intelektual
(IQ) dan Emosional (EQ) akan berada diposisi yang baik atau bagus apabila
insan telah memposisikan spiritual di atasnya. Sehingga dalam keadaan apapun
setiap insane mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana yang
boleh dan harus dikerjakan mana yang harus ditinggalkan.18
Menurut Stephen R Covey, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang
paling mendasar diantara kecerdasan yang lain, karena kecerdasan ini menjadi
sumber bimbingan bagi kecerdasan yang lainnya.19

G. Pembahasan

16
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), h
114.
17
Efendi, A, Revolusi Kecerdasan Abad I, (Bandung: Alfabeta, 2005), h 4.
18
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta : ARGA,
2004), h.45.
19
R. Bambang Sutikno, Sukses Bahagia Dan Mulia Dengan 5 Mutiara Kecerdasan
Spiritual, (Jakarta: Gramedia Media Utama, 2015), h 79.
MA Negeri 1 Lubuklinggau merupakan lembaga pendidikan menengah
atas bercirikan Islam yang memiliki kurikulum sama dengan kurikulum Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan kelebihan di bidang keagamaan (Islam). Jika di
SMA mata pelajaran Pendidikan Agama hanya 2 jam pelajaran, maka di
Madrasah Aliyah ada penambahan jam pelajaran dan pembagian Materi Pelajaran
Agama (Islam) yang lebih spesifik, yaitu : Al-Qur’an dan Hadits, Fiqih, Aqidah
Akhlaq, Bahasa Arab, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan harapan lulusan
MA Negeri 1 Lubuklinggau setara dengan tamatan SMA dan dapat melanjutkan
ke perguruan tinggi (negeri/swasta) serta memiliki kelebihan di bidang agama
(Islam) sehingga siap menjadi penggerak kehidupan beragama di masyarakat.
Permasalahan yang umum terjadi di MA Negeri 1 Lubuklinggau adalah
perselisihan antar siswa jurusan MIPA dan jurusan IPS dimana beberapa siswa
tidak dapat menahan emosinya masing-masing sehingga seringkali terjadi adu
mulut, dan bahkan terkadang berkelahi karena hal sepele seperti saat adu tanding
olahraga. Tutur kata kasar dan temperamental juga terdapat pada beberapa siswa
kelas X. dengan begitu subjek penelitian ini adalah siswa kelas X, Bimbingan
klasikal yang sudah diterapkan pada jurusan IPS, di kelas X IPS 2. Subjek
penelitian adalah sumber utama data penelitian untuk diteliti oleh penulis dan
menjadi sasaran penelitian. Dalam pengambilan data yang dijadikan sebagai
subjek peneliti ialah: Waka Kurikulum, guru BK, 20 orang siswa.
Dengan begitu sebagai usaha membantu perkembangan diri peserta didik
kearah positif bukan hanya pada siswa yang memiliki permasalahan saja tetapi
juga untuk mencegah anak-anak memiliki ego yang tidak stabil, mengalami
permasalahan dengan teman sebaya, keluarga, dan juga masalah belajar, maka
pihak sekolah membutuhkan guru bimbingan dan konseling yang berkompetensi
dalam menangani permasalahan tersebut.
Bimbingan klasikal merupakan bagian dari pendidikan di sekolah
termasuk di MA Negeri 1 Lubuklinggau. Secara umum bimbingan klasikal di MA
Negeri 1 Lubuklinggau bertujuan untuk membantu peserta didiknya dalam
membina kepribadian dan memotivasi semangat belajar serta merupakan upaya
preventif sebagai pencegahan dan pengembangan peserta didik. Bimbingan
klasikal dengan metode Mau’idzoh Hasanah yang dikembangkan dalam penelitian
ini disusun dengan berdasarkan pada pelajaran-pelajaran yang baik dalam
pandangan allah dan rasulnya sebagai penanaman nilai moral, agar peserta didik
mengenali potensi kecerdasan yang dimilikinya terutama dalam kecerdasan
spiritual. Sehingga metode ini memiliki spesifikasi yang berbeda dari bimbingan
klasikal yang sudah ada dengan tujuan sebagai pemandu sikap dan perilakunya,
baik dalam hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam sekitar maupun (bagi
orang beriman) dengan tuhan.

H. Implikasi dalam Ilmu Pendidikan Islam


Bimbingan klasikal dengan metode mau’idzoh hasanah sebagai usaha
pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah
maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya dimasa kini dan masa
mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual
agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang
ada pada dirinya sendiri melalui pesan-pesan positif dalam pandangan Allah dan
Rasulnya yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan dengan didorong
kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, sasaran
bimbingan klasikal metode mau’idzoh hasanah adalah untuk membangkitkan daya
rohaniah manusia melalui nasehat yang berdasarkan pada pesan moral dari kisah
perjalanan para nabi, untuk mengatasi segala kesulitan hidup yang dialaminya.

I. Kesimpulan
Seperti yang telah diuraikan bahwa remaja merupakan masa yang penuh
problema dan sedikit dari remaja mengalami kegoncangan yang menyebabkan
munculnya emosi yang belum stabil. Terdapat pada siswa di MAN 1 Kota
Lubuklinggau dengan permasalahan yang ditunjukan berupa pertikaian antara
siswa jurusan IPA dan IPS sehingga terkadang menimbulkan perkelahian serta tak
jarang saling beradu mulut. Oleh karena itu, guru BK berinisiatif untuk
menerapkan sebuah layanan konseling klasikal dengan metode Mau’idzoh
Hasanah dengan tujuan sebagai usaha pengembangan diri siswa dan mencegah
kembali terjadinya perselisihan, agar dapat membantu siswa dalam mengontrol
ego serta emosi satu sama lain. berfokus pada kecerdasan spiritual siswa untuk
menumbuhkan kemampuan individu dalam bersikap fleksibel dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mengatasi masalah yang dihadapi.

Daftar Pustaka
Anis Sella Sulistiana, (2019). Efektivitas Pembelajaran PAI Berbasis Kearifan
Lokal untuk Memotivsi Perkembangan Kecerdasan Spiritual Siswa SD N
Jarakan Sewon, Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Sunan
Kalijaga.

De Lucia / Waack, Janice L, Leading Psychoeducational Groups For Children


and Adolescents. (2006). unites States Of America: Sge Publication, Inc.

Ditjen DTK. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan


Konseling sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (2014). Modul


Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan Penjaminan Mutu
Pendidikan.

Lexy J Moleong, (2004). “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Makrifah & Nuryono. (2014). Pengembangan Paket Peminatan dalam Layanan


Bimbingan. Jurnal BK, UNS, Fakultas Ilmu Pendidikan, BK. Vol. 4 No. 3.

Munir, (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi


Komunikasi, Bandung: Alfabeta.

Nana Syaodah Sukmadina. (2005). “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung:


UPI&PT. Remaja Rosdakarya.

Prayitno, (1999). Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan. Dasar-dasar


Kemungkinan Pelaksanaanya di Sekolah-sekolah di Indonesia. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Salvinda Syahara Dewi, (2019). Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik


Game Terapi untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)
Terhadap Siswa di SMPS Babul Maghfirah Aceh Besar. Banda Aceh:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Bimbingan Konseling
Islam UIN Ar-Raniry.

Sarwono, (2012). Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Press.

Siti Uswatun Khasanah, (2007). Berdakwah dengan Jalan Debat Antara Muslim
dan Non Muslim, Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press dan Pustaka
Pelajar.
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wahidin Saputra, (2011). Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai