Anda di halaman 1dari 10

e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling

Volume: 2 No 1, Tahun 2014

PENERAPAN KONSELING BAHAVIORAL DENGAN STRATEGI


SELF MANAGEMENT UNTUK MENINGKATAKAN
DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS X MIA-4
SMA NEGERI 3 SINGARAJA

Ni Putu Megantari, Ni Nengah Madri Antari, Nyoman Dantes

Jurusan Bimbingan Konseling


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja,Indonesia

e-mail: putu_megantari@yahoo.com, madriantari@yahoo.co.id,


Nyomandantes@pasca.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konseling penerapan behavioral


dengan strategi self management untuk meningkatkan disiplin belajar siswa
kelas X MIA-4 SMA Negeri 3 Singaraja. Subjek dalam penelitian ini siswa
kelas X MIA-4 yang memiliki disiplin belajar rendah.Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan bimbingan konseling. Untuk mengumpulakan data yang
diperlukan yaitu pedoman observasi dan log sheet sebagai data pendukung
dan kuesioner sebagai alat pengumpulan data utama. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan II. Setiap siklus terdiri dari 6
tahap yaitu identifikasi, diagnosis, prognosis, konseling/treatment, evaluasi
dan refleksi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan disiplin
belajar siswa. Peningkatan persentase disiplin belajar siswa adalah sebagai
berikut: pada pelaksanaan siklus I diperoleh rata-rata 106,6, termasuk dalam
katagori sedang dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata
126,8 dalam katagori sangat tinggi. Hasil analisis data yang diperoleh pada
siklus I dan siklus II nampak bahwa dari 6 siswa sudah menunjukkan perilaku
disiplin belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling
behavioral dengan strategi self management dapat meningkatkan disiplin
belajar siswa kelas X MIA-4.

Kata-kata kunci: Konseling behavioral, strategi self managment, disiplin


belajar

Abstract

This study aims to determine the application of behavioral counseling with


self-management strategies to improve the discipline of students of class X
SMA MIA-4 3 Singaraja. Subjects in this study class X MIA-4 that has the
discipline to learn this rendah.Penelitian an action research guidance
counseling. To synthesize the data that is needed is the observation and log
sheets as supporting data and questionnaire as the main data collection tool.
This study was conducted in two cycles ie cycles I and II. Each cycle consists
of six stages: identification, diagnosis, prognosis, counseling / treatment,
evaluation and reflection. The results of this study showed an increase in
student learning discipline. Increasing the percentage of students learning
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

discipline are as follows: the implementation cycle I gained an average of


106.6, included in the category and the second cycle was increased by an
average of 126.8 in the very high category. The results of the analysis of data
obtained in the first cycle and second cycle of 6 it appears that students have
demonstrated behavioral learning discipline. o it can be concluded that the
application of behavioral counseling with self-management strategies can
improve the discipline of students of class X MIA-4.

Key words: Behavioral counseling, self managment strategy, discipline


learning

Pendahuluan memiliki kegiatan spiritual keagamaan,


Pendidikan mempunyai peran yang pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
sangat penting dalam meningkatkan akhlak mulia serta keterampilan diperlukan
kualitas sumber daya manusia sebagai dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.
salah satu pilar pembangunan suatu Ayat (6) menyatakan bahwa konselor
negara. Pendidikan merupakan titik tolak adalah salah satu kualifikasi tenaga
dari kemajuan suatu negara. Di era pendidikan, seperti guru, fasilitator,
globalisasi ini perkembangan dan kemajuan widyaiswara, tutor, dan dosen untuk
teknologi yang semakin pesat merupakan berpartisipasi dalam penyelenggaraan
tantangan yang harus dihadapi. Akibat yang pendidikan.
timbul dari fenomena ini antara lain Terkait dengan UU Nomor 20 Tahun
munculnya persaingan dalam kehidupan, 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3
pergaulan anak menjadi bebas dan tidak menegasakan bahwa :
terkontrol, karena realita di lapangan saat “Pendidikan Nasional berfungsi
ini banyak remaja yang tidak bisa mengembangkan kemampuan dan
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membentuk watak serta peradaban bangsa
hal yang positif untuk menghadapi yang bermatabat dalam rangka
tantangan tersebut dibutuhkan sumber mencerdaskan kehidupan bangsa,
daya manusia yang berkualitas melalui bertujuan untuk berkembangnya potensi
peningkatan mutu pendidikan. siswa agar menjadi manusia yang beriman,
Pendidikan dalam arti luas bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha esa,
merupakan bantuan atau pertolongan yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
diberikan oleh seseorang kepada orang lain kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
untuk mengembangkan dan yang demokratis serta bertanggungjawab.
memfungsionalkan rohani (pikiran, rasa, Siswa merupakan sasaran utama
karsa, cipta, dan budi nurani) manusia dan pendidikan. Mereka diharapkan mampu
jasmani (panca indra dan keterampilan- mencapai keberhasilan belajar.
keterampilan) manusia agar meningkatkan keberhasilan belajar yang dimaksud bukan
wawasan pengetahuannya. Hal ini hanya dari hasil belajarnya saja melainkan
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas juga dari proses belajar yang dilakukan.
sumber daya manusia sehingga dapat Keberhasilan dalam belajar tidak hanya
hidup mandiri, produktif, dan bertanggung ditunjukkan dari kemampuannya dalam
jawab baik terhadap diri sendiri, keluarga menguasai pelajaran tetapi juga dari
maupun masyarakat. keterampilan serta kesanggupan dan
Undang-undang Sistem Pendidikan tanggungjawabnya dalam melaksanakan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tugas yang diberikan, dan lain-lain. Tingkat
Ayat (1) menyatakan bahwa: pendidikan keberhasilan belajar siswa dapat dilihat
adalah usaha sadar dan terancam untuk melalui prestasi belajar yang diperoleh.
mewujudkan suasana belajar dan proses Sekolah sebagai salah satu lembaga
pembelajaran agar siswa secara aktif pendidikan formal yang dimiliki tujuan yang
mengembangkan potensi dirinya untuk sama dengan tujuan pendidikan nasional.
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

Tujuan pendidikan tidak selalu berjalan arah pemecahan yang tepat dan
dengan lancar karena penyelenggaraan memuaskan”.
pendidikan bukan kegiatan yang sederhana Menurut Kurnanto Edi (2013:7-8)
tetapi sangat kompleks. konseling kelompok bersifat memberikan
Tercapainya hasil belajar yang kemudahan dalam pertumbuhan dan
optimal sangat dipengaruhi oleh sikap dan perkembangan individu, dalam arti bahwa
tingkah laku siswa selama mengikuti proses konseling kelompok memberikan dorongan
pembelajaran. Agar proses belajar dan motivasi kepada individu untuk
mengajar menjadi lancar maka siswa harus membuat perubahan-perubahan dengan
mematuhi tata tertib dengan penuh rasa memanfaatkan potensi secara maksimal
disiplin yang tinggi. sehingga dapat mewujudkan diri.
Menurut Depdikbud (1996:10) Berdasarkan hasil pengamatan di
mendifinisikan disiplin sekolah sebagai SMA Negeri 3 Singaraja terlihat bahwa
keadaan tertib dalam suatu sekolah yang masih ada siswa yang memiliki disiplin
dalamnya terdapat siswa dan guru yang belajar rendah. Hal tersebut nampak dari
harus taat pada tata tertib yang telah perilaku siswa dalam kegiatan
ditetapkan”. Perilaku belajar yang sesuai pembelajaran, seperti siswa tidak masuk
ketentuan seperti, tertib, tepat waktu, rajin sekolah tanpa keterangan yang jelas, siswa
kesekolah, tekun belajar, dan berada di luar kelas saat pembelajaran
mendengarkan serta mengikuti petunjuk sedang berlangsung, bercanda saat
guru adalah perilaku yang baik bagi siswa mengikuti upacara bendera, bercanda atau
patut dikembangkan sehingga hasil belajar mengobrol saat guru menjelaskan materi,
menjadi efektif. Perilaku diluar norma- melalaikan tugas yang diberikan guru,
norma diatas seperti tidak pernah melanggar tata tertib sekolah, membolos,
mendengarkan guru dalam mengajar, berkelahi, dan lain-lain.
sering terlambat, ribut di kelas, dan suka Menurut Morgan (dalam Purwanto
mengganggu teman yang lain dapat 2006:84) menyatakan bahwa belajar adalah
dikatagorikan sebagi perilaku tidak disiplin. setiap perubahan yang relatif menetap
Corey (dalam Koeswara, 1988:196) dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
mengemukakan bahwa manusia adalah suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
mahluk reaktif yang tingkah lakunya Displin belajar sangat penting dimilki
dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. oleh setiap siswa karena dengan disiplin
Manusia memulai kehidupannya dengan belajar tinggi akan memudahkan siswa
memberikan reaksi terhadap lingkungannya dalam belajar secara terarah dan teratur.
dan interaksi ini menghasilkan pola-pola Siswa menyadari bahwa belajar tanpa
perilaku yang kemudian membentuk adanya suatu paksaan akan menunjukkan
kepribadian. Tingkah laku seseorang perilaku yang memiliki kecenderungan
ditentukan oleh banyak macam penguatan disiplin yang tinggi, dan secara otomatis
yang diterima dalam perjalanan akan timbul suatu motivasi, sehingga hasil
hidupnya.Tingkah laku dipelajari ketika belajar yang diperoleh cenderung lebih baik
individu berinteraksi dengan lingkungan dibandingkan dengan siswa yang disiplin
melalui hukum-hukum belajar : (a) belajar dan motivasi belajarnya rendah.
pembiasaan klasik, (b) pembiasaan operan, Siswa yang memiliki disiplin belajar
(c) peniruan. Tingkah laku tertentu pada yang baik akan terlihat memiliki waktu
individu dipengaruhi oleh kepuasan dan belajar yang teratur, belajar sedikit demi
ketidakpuasan yang diperolehnya. sedikit, menyelesaikan tugas pada
Konseling Kelompok menurut waktunya dan belajar dalam suasana yang
Prayitno, 1995 (dalam Suranata 2010:6) mendukung. Sedangkan siswa yang tidak
mengemukakan bahwa konseling kelompok memiliki sikap disiplin dalam belajar
adalah “suatu proses kegiatan dalam cenderung bersikap acuh terhadap
kelompok melalui interaksi sosial yang pelajaran, sering mengganggu teman, dan
dinamis diantara anggota kelompok untuk menunjukkan perilaku non normatif lainnya
membahas masalah yang dialami setiap yang dapat mempengaruhi keberhasilan
anggota kelompok sehingga ditemukan belajar, begitu pula kurangnya sikap disiplin
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

dalam tata tertib akan mengakibatkan Berdasarkan uraian tentang


kurangnya percaya diri dan kemampuan pengertian disiplin di atas, maka dapat
siswa untuk beradaptasi dengan baik. disimpulkan bahwa perilaku disiplin adalah
Istilah disiplin dalam bahasa tingkat ketaatan siswa dalam menjalankan
Indonesia sering dikaitkan dengan “tata ketentuan terhadap peraturan/tata tertib
tertib”. Istilah tata tertib mempunyai arti dengan ketepatan waktu secara teratur
“peraturan-peraturan yang harus diruruti yang didasarkan pada konsistensi terhadap
atau dilakukan oleh seseorang” (Hamid, suatu komitmen.
2004:406). Dalam hal ini, disiplin berkaitan Jika siswa tidak memiliki disiplin
erat dengan tata tertib yang berlaku di dalam belajar dibiarkan begitu saja maka
sekolah maupun di masyarakat. akan berdampak pada masa depan yang
Menurut Tim Bina Aksara Mandiri tidak baik bagi siswa itu sendiri, maka dari
(dalam Wita Udayani, 2011:18) pengertian itu sangat diperlukan teknik khusus sebagai
disiplin adalah patuh terhadap peraturan sarana dan pelaksanaan pengembangan
atau tata tertib, kepatuhan terhadap tata dalam disiplin belajar siswa. Adapun
tertib atau peraturan atas dasar kesadaran, strategi khusus yang digunakan adalah
bukan karena diawasi oleh guru atau orang strategi self management (pengelolaan diri)
lain. Selanjutnya Tulus Tu’u, (2004:30-31) yang menekankan pada pengubahan
menjelaskan pengertian disiplin yang berarti perilaku individu kearah yang lebih baik
“tertib, taat atau mengendalikan tingkah lagi.
laku, penguasaan diri, kendali diri latihan Dalam pelaksanaan strategi self
membentuk, meluruskan atau management (pengelolaan diri) biasanya
menyempurnakan sesuatu sebagai diikuti dengan pengaturan lingkungan untuk
kemampuan mental atau karakter moral”. mempermudah terlaksananya pengelolaan
Sedangkan menurut Steede, diri. Pengaturan lingkungan dimaksudkan
(2007:97) menyatakan bahwa tujuan utama untuk menghilangkan faktor penyebab
penegakan disiplin adalah “untuk (antecedent) dan dukungan untuk perilaku
mengubah perilaku bukan untuk yang akan dikurangi. Pengaturan
membuktikan siapa yang benar atau salah, lingkungan dapat berupa :
selebihnya orang tua perlu menggunakan a. Mengubah lingkungan fisik sehingga
pendekatan konstruktif agar mendorong perilaku yang tidak dikehendaki sulit dan
perubahan perilaku”. tidak mungkin dilaksanakan.
Selanjutnya pada bagian ini, Hurlock b. Mengubah lingkungan sosial sehingga
(1993:82) menyatakan, lingkungan sosial ikut mengontrol
Disiplin berasala dari kata “disciple” yakni tingkah laku konseli.
seorang yang belajar dari atau secara suka c. Mengubah lingkungan atau kebiasaan
rela mengikuti seorang pemimpin”. Orang sehingga menjadi perilaku yang tidak
tua dan guru merupakan pemimpin dan dikehendaki hanya dapat dilakukan pada
anak merupakan murid yang belajar dari waktu dan tempat tertentu saja.
mereka cara hidup yang menuju ke hidup Berdasarkan hal tersebut maka
yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin penerapan konseling behavioral dengan
merupakan cara masyarakat mengajae strategi self management (pengelolaan diri)
anak perilaku moral yang disetujui dapat mengatasi siswa yang memiliki
kelompok. disiplin belajar rendah dan dapat mengubah
tingkah lakunya ke arah yang lebih baik.
Schaefer, (1996:3) menekankan Terkait dengan penelitian ini, siswa
bahwa “perilaku disiplin dapat dikatakan diharapakan dapat meningkatkan disiplin
efektif apabila memenuhi kriteria sebagai belajarnya sehingga mampu meningkatkan
berikut: 1) menghasilkan atau prestasi belajar.
menimbulkana suatu keinginan perubahan Dalam mendefinisikan self
atau pertumbuhan pada anak, 2) tetap management para ahli mengemukakan
terpelihara harga diri anak, dan 3) tetap pendapatnya dari berbagai sudut pandang.
terpelihara suatu hubungan yang rapat Secara prinsip dalam self management
antara orang tua dengan anak”. individu dianggap orang yang dapat belajar
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

atau mengarahkan dirinya sendiri. Shelton Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di


(dalam suarni, 2004:62) mengartikan “self Kelas X MIA-4 SMA Negeri 3 Singaraja
management mengacu pada perilaku yang Tahun Pelajaran 2013/2014.
memberikan kesempatan kepada individu
mengambil tanggung jawab atas
tindakannya sendiri melalui manipulasi Metode
terhadap kejadian-kejadian eksternal Penelitian ini tergolong penelitian
maupun internal”. Sementara itu, tindakan kelas (Action Reseach in
Prijosaksono (dalam Suarni, 2004:63) Counselling) atau RTBK (Riset Tindakan
mendefinisikan sebagai “kemampuan BK) yang dilaksanakan dibidang BK untuk
individu untuk mengenali dan mengelola meningkatkan kualitas kinerja konselor atau
dirinya sehingga ia mampu menciptakan guru pembimbing dalam tugas sehari-hari.
realitas kehidupan sesuai dengan misi dan Mulyasa (dalam Tukiran, 2010:20)
tujuan hidupnya”. mengungkapkan bahwa tujuan penelitian
Beberapa pandangan Yates tentang tindakan kelas adalah: 1) memperbaiki dan
self management yang disarikan dari Suarni meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta
(2004:63:74) “self management adalah kualitas pembelajaran, 2) meningkatkan
suatu strategi yang mendorong individu layanan profesional dalam konteks
supaya mampu mengerahkan perilaku- pembelajaran, khususnya layanan kepada
perilakunya sendiri dengan tanggung jawab peserta didik sehingga tercipta layanan
atas tindakannya mencapai kemajuan diri”. prima, 3) memberikan kepada guru
Selanjutnya menurut Komalasari, berimprovisasi dalam melakukan tindakan
(2011:180) menyatakan Self Management pembelajaran yang direncanakan secara
(pengelolaan diri) adalah “prosedur di mana tepat waktu dan sasarannya, 4)
individu mengatur perilakunya sendiri”. memberikan kesempatan kepada guru
Pada strategi ini individu terlibat pada mengadakan pengkajian secara bertahap
beberapa atau keseluruhan komponen terhadap kegiatan pembelajaran yang
dasar yaitu: menentukan perilaku sasaran, dilakukannya sehingga tercipta perbaikan
monitoring perilaku tersebut, memilih yang berkesinambungan, 5) membiasakan
prosedur yang akan diterapkan, guru mengembangkan sikap ilmiah,
melaksanakan prosedur tersebut, dan terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.
mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut. Penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Bimbingan Konseling untuk
Senada dengan hal itu penelitian memperbaiki disiplin belajar siswa.
yang dilakukan oleh Ni Made Wirnawati Objek penelitian tindakan dilakukan
pada tahun 2013 yang berjudul Penerapan di SMA Negeri 3 Singaraja yang berada di
Model Konseling Behavioral Teknik Jalan Pulau Natuna Penarukan Singaraja,
Pembiasaan Melalui Konseling Kelompok Bali. Dalam penelitian ini dirancang pada
Untuk Menanggulangi Kesulitan Belajar semester genap tahun pelajaran
Siswa Kelas X AP4 Di SMK Negeri 2 2013/2014. Subjek dari penelitian ini adalah
Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013. siswa kelas X MIA-4 SMA Negeri 3
Bahwa model konseling behavioral teknik Singaraja yang berjumlah 23 orang, yang
pembiasaan melalui konseling kelompok terdiri dari 13 orang perempuan dan 10
dapat menanggulangi kesulitan belajar orang laki-laki. Dari 22 subjek tersebut,
siswa di SMK Negeri 2 Singaraja. akan diambil subjek yang dirasa terindikasi
Melihat kurangnya disiplin belajar mengalami disiplin belajar yang rendah
beberapa siswa di SMA Negeri 3 Singaraja dengan menggunakan Purposive Sampling.
yang di asumsikan karena kurangnya self Purposive Sampling merupakan teknik
management (pengelolaan diri) siswa penarikan sample yang didasarkan pada
dalam meningkatkan disiplin belajar di ciri atau karakteristik (tujuan) yang
sekolah, maka dalam penelitian ini peneliti ditetapkan oleh peneliti sebelumnya
mencoba melakukan penelitian yang (Dantes 2012:46).
berjudul Penerapan Konseling Behavioral
dengan Strategi Self management untuk
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

Untuk menentukan ukuran anggota berhubungan dengan data pribadi siswa


dalam penelitian digunakan aturan kurve seperti, identitas diri serta kesiapan untuk
normal. Penentuan jumlah sampel melalui melakukan kegiatan konseling. Tahap yang
kurve normal ditentukan melalui daerah kedua yaitu tahap diagnosis adalah suatu
yang dibatasi oleh kurve dan absisnya, proses untuk menganalisis penyebab suatu
daerah ini dinyatakan dalam bentuk persen masalah yang dihadapi klien. Setelah di
(%) atau dalam proporsi. Jika dalam % identifikasi masalah siswa yang memiliki
maka kurve meliputi 100%. Seluruh daerah disiplin belajar rendah maka langkah
kurve dapat dibagi-bagi menjadi 6 bagian selanjutnya yaitu menentukan faktor
yaitu 3 bagian daerah diatas dan dibawah penyebab masalah yang dialami oleh siswa
M (mean). Daerah yang dibagi-bagi tersebut. Tahap ketiga yaitu tahap
tersebut berdasarkan jarak 1 (standar prognosis suatu proses dan prosedur untuk
deviasi) diatas maupun dibawah M (mean). menyiapkan rencana-rencana untuk melatih
Maka dari itu M +1 – M +3 terkategori siswa atau konseli dalam sebuah upaya
Disiplin Belajar tinggi, M -1 – M+1 yang dilakukan dalam proses konseling
terkategori Disiplin Belajar sedang, dan M - misalnya memberikan cara-cara untuk
2 – M-3 terkategori Disiplin Belajar meningkatkan disiplin belajar siswa. Tahap
Rendah. Dalam penelitian ini, peneliti hanya keempat yaitu tahap konseling/treatment
memfokuskan pada siswa-siswa yang bertujuan untuk membantu siswa untuk
Disiplin Belajar rendah saja yang berada meningkatkan disiplin belajar yang rendah
pada daerah M -2 – M-3 . Untuk itu agar mampu ditingkatkan. Terapi yang
persentase daerah M -2 – M-3 dari diberikan kepada siswa-siswa sesuai
100% daerah kurve menentukan jumlah dengan prosedur dan langkah-langkah
sampel yang akan diteliti. Untuk bantuan yang telah ditetapkan dalam
memperoleh M (mean) dan jarak (standar program kasus. Tahap kelima yaitu evaluasi
deviasi) dibantu dengan menggunakan adalah suatu tahap penilaian terhadap
Program Microsoft Excel 2007. Penelitian indikator-indikator yang tercantum dalam
ini memiliki dua variabel yaitu variabel prognosis yang telah ditentukan. Tahap
terikat dan variabel bebas. Variabel terikat keenam yaitu refleksi merupakan kegiatan
adalah faktor yang diobservasi dan diukur analisis, sintesis, interprestasi dan
untuk menentukan pengaruh variabel penjelasan (eksplanasi).
bebas, sedangkan variabel bebas adalah
faktor yang diukur untuk menentukan Hasil dan pembahasan
hubungannya ke fenomena yang Seperti telah diuraikan pada bagian
diobservasi (hasil pengaruh dari variabel metodologi penelitian, bahwa subjek
bebas). penelitian ini adalah siswa kelas X MIA4
Variabel yang dilibatkan dalam SMA Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran
penelitian ini adalah : (1) Variabel terikat 2013/2014, yang berjumlah 23 orang siswa.
yaitu disiplin belajar, dan (2) Variabel bebas Setelah dilakukan pendataan mengenai
yaitu konseling behavioral dangan strategi disiplin belajar, didapat 6 siswa yang terlihat
self management. memiliki disiplin belajar rendah.
Jenis penelitian yang dilaksanakan Untuk mendapatkan data tentang
adalah penelitian tindakan bimbingan disiplin belajar siswa yang rendah
konseling. Penelitian ini dirancang dalam 2 digunakan kuesioner disiplin belajar dengan
(dua) siklus. Setiap siklus dalam jumlah butir 23, dan banyaknya alternatif
perencanaan ini terdiri dari 6 (enam tahap pilihan adalah 5, dengan skor 1 sampai 5
kegiatan) yaitu : (1) Identifikasi, (2) untuk setiap butirnya, sehingga skor
Diagnosis, (3) Prognosis, (4) terendah (awal) yaitu 1.
Konseling/treatment/training, (5) Penetapan subjek dilakukan dengan
Evaluasi/follow Up, dan (6) Refleksi. menggunakan teknik purposive sampling
Tahap pertama yaitu Identifikasi adalah dengan aturan kurve normal. Subjek yang
suatu proses tahap awal untuk akan diberikan tindakan adalah subjek
mengindentifikasi masalah siswa yang yang berada pada daerah M -2 – M-3 .
Dalam penelitian ini peneliti menentukan µ
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

dengan tingkat keberhasilan 80% dari skor dilakukan maka hasil yang diperoleh siswa
tertinggi ideal yaitu 150, jadi 80% dari skor terjadi peningkatan yaitu sebagai berikut :
tertinggi ideal 150 adalah 120 dengan
ketentuan itu ditetapkan 6 siswa yang Tabel Peningkatan Disiplin Belajar Siklus I
memiliki disiplin belajar rendah. , seperti
tabel berikut: Data
No Siklus
Nama Awa Keterang
Tabel Data Awal Disiplin Belajar Ab I
No Nama Kategori Siswa l an
Skor sen
Absen Siswa Skor Skor
2 GAM 64 Rendah
2 GAM 64 80 Meningk
10 DHP 75 Rendah at

11 KGDJ 70 Rendah DHP 75 125 Meningk


10
KS Rendah at
20 72
KGDJ 70 90 Meningk
22 ARA 76 Rendah 11
at
23 KAE 72 Rendah KS 72 128 Meningk
20
Jumlah 429 at
ARA 76 122 Meningk
Rata-rata 71,5 22
at
Grafik Data Awal KAE 72 95 Meningk
Data Awal Tingkat Disiplin Belajar Siswa 23
at

Jumlah 429 640


150
140
130
120
Rata-rata 71,5 106,6
skor

110
100 Data
90 75 70 72 76 72 Awal
80 64
70
60 Berdasarkan data dari tabel diatas
50
40 ternyata ada peningkatan disiplin belajar.
30
20 rata-rata peningkatan disiplin belajar adalah
10
0 35,1 atau dalam presentase yaitu 28,08%
dari keberhasilan 80%. Hal ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan konseling behavioral
Nama Siswa
dengan strategi self management dapat
meningkatkan disiplin belajar. Setelah
melakukan tindakan kepada 6 orang siswa
Gambar 4.1 Grafik Daftar Siswa yang
masih terdapat 3 orang siswa yang belum
Memiliki Disiplin Belajar
menunjukkan peningkatan disiplin belajar
Rendah yang Akan Dikenai
yang berada pada 80%. Jadi 3 orang siswa
Tindakan
belum bisa mencapai skor di atas 80%
akan diberikan tindakan kembali pada
setelah peneliti memberikan kuesioner
siklus II
tentang disiplin belajar peneliti melakukan
analisis data. Setelah hasil analisis
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

120 atau masih berada di bawah 80%.


Grafik Siklus I Sehingga dari 3 orang siswa tersebut harus
diberikan konseling kelompok pada siklus II.
Penilaian Siklus I
Dari 3 orang siswa yang masih memiliki
150 disiplin belajar rendah yaitu no absen 2 atas
140 125 128122 nama GAM, no absen 11 atas nama KGDY,
130 target
120 no absen 23 atas nama KAE. Dari 3 orang
110 90 95
100 80 siswa yang masih memperoleh skor di
90 Skor
80 bawah 120 akan diberikan konseling
skor

70 Awal
60 Skor kelompok untuk meningkatkan disiplin
50 Siklus I belajar siswa yang bersangkutan.
40
30 Peningkatan disiplin belajar siswa
20
10 didukung oleh hasil observasi, wawacara
0
-10 dan buku harian (log sheet) yang dibuat
oleh siswa. Hasil observasi terlampir.
Nama Siswa Setelah melaksanakan konseling
kelompok diberikan format catatan buku
harian (log sheet) kepada GAM agar terlihat
Setelah melihat hasil persentase di
sejauh mana GAM sudah mengethaui
atas, 6 siswa yang diberikan konseling
kelompok pada siklus I, terdapat 3 orang keadaan dirinya sendiri.
siswa yang skornya masih berada di bawah

Hasil peningkatan disiplin belajar


No Nama Data Awal Siklus I Siklus II
Keterangan
Absen Siswa Skor Skor Skor
2 GAM 64 80 125 Meningkat

10 DHP 75 125 128 Meningkat

11 KGDJ 70 90 123 Meningkat

20 KS 72 128 130 Meningkat

22 ARA 76 122 128 Meningkat

23 KAE 72 95 127 Meningkat

Jumlah 429 640 761

Rata-rata 71,5 106,6 126,8


e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

Berdasarkan hasil yang diperoleh


Persentase siklus II tersebut, keberhasilan yang diraih
menunjukkan bahwa konseling behavioral
150
140 125125 130122
128 123128 128 127 dengan strategi self management dapat
130
120 meningkatkan disiplin belajar siswa. Semua
110 90 95 Target
100 80 75 itu tidak terlepas dari rencangan pemberian
90 70 72 76 72 layanan konseling yang memberikan
Skor

80 64
70
60 kesempatan dan peluang pada siswa untuk
50 Data
40
awal
berani mengemukakan masalahnya, berani
30
20 Siklus I
memberikan pemecahan, komitmen diri
10
0 untuk meningkatkan dan mengembangkan
Siklus diri ke arah yang lebih baik, melatih diri
II untuk meningkatkan perilaku disiplin belajar
Nama siswa melalui konseling kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut diatas
maka, dapat disimpulkan bahwa hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini telah sesuai
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dan didukung oleh teori yang ada. Dengan
disiplin belajar siswa kelas X MIA-4 dapat demikian, hasil penelitian telah
meningkat setelah diberikan layanan menunjukkan bahwa penerapan konseling
konseling behavioral dengan strategi self behavioral dengan strategi self
management. Dari hasil data awal diketahui management dapat meningkatkan disiplin
rata-rata disiplin belajar 71,5 atau 57,2% belajar siswa kelas X MIA-4 SMA Negeri 3
dari kriteria keberhasilan persentase 80% Singaraja.
terdapat 6 oarang siswa yang memiliki
kategori disiplin belajar yang masih rendah. Penutup
Dari hasil peneitian siklus I terdapat Berdasarkan hasil penelitian pada bab
peningkatan setalah diberikan tindakan dan IV, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatnya rata-rata 35,1 atau 28,08%. penerapan konseling Behavioral dengan
Tetapi dalam pelaksanaan siklus I masih strategi Self Management dapat
terdapat 3 orang siswa yang berada meningkatkan disiplin belajar siswa kelas X
dibawah rata-rata skor 120 atau dengan MIA-4 SMA Negeri 3 Singaraja.
persentase 80%. Sedangkan pada Peningkatan disiplin belajar dapat dilihat
penelitian siklus II pencapaian disiplin dari hasil penyebaran kuesioner. Hal ini
belajar, peneliti memberikan konseling dibuktikan dengan melihat keriteria
behavioral dengan strategi self keberhasilanyang harus dicapai oleh setiap
management kepada 3 orang siswa sudah anggota kelompok. Peningkatan terjadi dari
mencapai target keberhasilan. Dari 6 orang awal dan siklus I didapatkan rata-rata
siswa yang diberikan evaluasi setelah peningkatan yaitu 71,5 atau dalam
diberikan tindakan penerapan konseling persentase 57,2% sedangkan dari siklus I
behavioral dengan strategi self dan siklus II dengan rata-rata peningkatan
management terlihat peningkatan yaitu yaitu 20,2 atau dalam persentase 25,25%
dengan rata-rata 20,2 atau 25,25% dari dari kriteria keberhasilan 80% yang telah
kriteria keberhasilan 80%. Dari hasil uji ditentukan. Dari hasil uji hipotesis yang
hipotesis yang dilakukan yaitu dengan dilakukan yaitu dengan menggunakan
menggunakan rumus t-test nonparametrik rumus t-test nonparametrik maka diperoleh
maka diperoleh nilai thitung = 6,71 dan ttabel = nilai thitung = 6,71 dan ttabel = 1,943 dengan
1,943 dengan taraf signifikasi 5 % jadi thitung taraf signifikasi 5 % jadi thitung > ttabel ini
> ttabel ini berarti Ho diterima. Jadi berarti Ho diterima.
penerapan konseling behavioral dengan Dilihat dari peningkatan yang terjadi ini
strategi self management dapat berarti yang diteliti sudah bisa memenuhi
meningkatkan disiplin belajar siswa kelas X indikator-indikator disiplin belajar yaitu taat
MIA-4 SMA Negeri 3 Singaraja. dalam mengikuti PBM dan taat terhadap
tata tertib sekolah, memiliki tanggung jawab
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

dan penuh konsentrasi dalam belajar, hadir Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi
di sekolah tepat waktu dan mengumpulkan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
tugas tepat waktu, berani menerima sanksi. Rosdakarya
Dilihat dari pencatatan buku harian (log
sheet) masing-masing siswa mengalami Schaefer, Charles. 1996. Bagaimana
peningkatan disetiap siklusnya. Artinya Membimbing, Mendidik, dan
kemampuan siswa mengetahui tentang Mendisiplinkan Anak Secara
dirinya sudah baik sehingga dapat Efektif. Jakarta: Restu Agung.
meningkatkan disiplin belajar siswa. Steede, Kevin. 2007. 10 Kesalahan Orang
Peningkatan tersebut diperkuat juga Tua Dalam Mendidik Anak.
dari hasil observasi di dalam dan di luar Jakarta: PT Tangga Pustaka.
kelas, melakukan wawancara dengan siswa Suarni, Ketut.2004. Meningkatkan Motivasi
bersangkutan, guru BK, guru bidang studi, Berprestasi Sekolah Menengah
dan wali kelas. Ini berarti semakin baik Umum di Bali dengan Strategi
konseling Behavioral dengan strategi Self Pengelolaan Diri Model Yates
Manegement digunakan dalam menangani (Studi Kuasi Eksperimental Pada
permasalahan siswa yaitu kurangnya Siswa Kelas 1 SMU di Bali).
disiplin dalam belajar. Disertasi (tidak
diterbitkan).Yogyakarta.
Universitas Gajah Mada.
Daftar Rujukan
Corey, Gerald. (E. Koeswara, Penerjemah). Suranata, Kadek dkk. 2010. Panduan
1988. Teori Praktek dan Konseling Memimpin Kelompok Dalam
dan Psikoterapi. Bandung: PT Konseling Kelompok.Bali : FIP
Rafika Aditama. Undiksha
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Yogyakarta: CV Andi offset. Tu’u, Tulus. 2004. Peran disiplin Pada
Depdikbud. 1996. Dirjen Pendidikan Dasar Perilaku dan Prestasi Siswa.
dan Menengah. Proyek Jakarta: Grasindo.
Peningkatan Mutu Guru Tukiran Taniredja, dkk. 2010. Penelitian
Pendidikan Dasar dan Menengah. Tindakan Kelas untuk Pengembangan
Edi, Kurnanto.2013.Konseling Kelompok. Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Bandung : ALFABETA. UU Republik Indonesia tahun 2003 tentang
Hurlock, E B. 1993. Perkembangan Anak sistem Pendidikan Nasional 2008
(edisi keenam). Jakarta: Erlangga. Jakarta Sinar Grafika Opset.

Anda mungkin juga menyukai