Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP DISIPLIN DAN

PRESTASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


PENGANTAR PENDIDIKAN
yang dibina oleh Bapak Drs. SETIADI CAHYONO P., M.T.,. M.Pd.

oleh :
ADYATMA ENDRA SAKTI (140533605227)

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2014

A. JUDUL
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP DISIPLIN DAN PRESTASI SISWA
DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

B. PENDAHULUAN
Abad 21, yaitu abad dimana ilmu pengetahuan telah membuat banyak
perubahan terhadap aspekaspek kehidupan yang ada termasuk dunia
pendididkan.(Raharjo, 2009). Pendidikan terjadi melalui interaksi insani,
tanpa batasan ruang dan waktu. Pendidikan tidak dimulai dan diakhiri di
sekolah. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, dilanjutkan dan
ditempa dalam lingkungan sekolah, diperkaya dalam lingkungan masyarakat
dan hasil-hasilnya digunakan dalam membangun kehidupan pribadi, agama,
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya. Keberhasilan pendidikan
dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala komponen
pendidikan. Adapun salah satu komponen yang mempengaruhi pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar adalah kedisplinan siswa, komponen tersebut
mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Penelitian yang
lebih mutakhir dilakukan oleh Au dan Kawakami (1984) juga menghasilkan
satu informasi tentang hubungan antara motivasi, disiplin dengan prestasi
belajar. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pemberian penjelasan
secara terus menerus disertai denganpemberian motivasi dan perbaikan
disana-sini termasuk dalam mengatur diri anak dalam mengikuti tatatertib
dalam pengelolaan pengajaran, prestasi siswa akan meningkat (Arikunto
dalam prasetyo 1990:120).
Motivasi dapat disebut juga dengan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakan persaan tidak suka itu (Sardiman, 2012:75).
Terkadang suatu proses belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal
disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi), motivasi

dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan serta


arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang berkaitan
dengan konsep-konsep yang lain seperti minat, konsep diri dan sebagainya,
sehingga dapat mempengaruhi siswa yang dapat membangkitkatkan dan
mengarahkan tingkah laku yang dimungkinkan untuk ditampilkan oleh para
siswa (Slameto, 2010:170). Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat
besar peranannya terhadap prestasi belajar. Karena dengan adanya motivasi
dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi
yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah
sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan
tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap,
tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan baik yang
tertulis maupun tidak (Hasibuan , dalam aritonang 1997:212). Sementara
pendisiplinan

adalah

usaha-usaha

untuk

menanamkan

nilai

ataupun

pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk mentaati sebuah


peraturan. pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman
ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri
ataupun pada orang lain. Disiplin diri merujuk pada pelatihan yang didapat
seseorang untuk memenuhi tugas tertentu atau untuk mengadopsi pola
perilaku tertentu, walaupun orang tersebut lebih senang melakukan hal yang
lain.disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli,
bekerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan
rendah hati, memiliki jiwa toleransi, selalu cinta damai dan persatuan
(Hasanah dalam Raharjo, 2010)

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagimanakah pengaruh motivasi terhadap prestasi dan disiplin siswa?
2. Metode apakah yang dapat diterapkan guru untuk memotivasi siswa?

D. SOLUSI
Selain lingkungan, motivasi siswa yang mempunyai prestasi belajar yang
kuat akan dipengaruhi juga dengan munculnya disiplin diri dimana disiplin
tersebut merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri
seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Seorang siswa perlu memiliki sikap
disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk
selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang
timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dan tahan lama
dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan
dari orang lain. Disiplin dapat tumbuh dan dibina melalui latihan, pendidikan
atau penanaman kebiasaan yang harus dimulai sejak dalam lingkungan
keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang
sehingga menjadi disiplin yang semakin kuat. Seperti halnya disebutkan oleh
Joko Sumarmo (2008 : 24) bahwa istilah disiplin sebagai kepatuhan dan
ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dalam diri
orang itu, tanpa disiplin yang baik suasana sekolah dan juga kelas menjadi
kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran, secara positif disiplin memberi
dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik
seperti diungkapkan A.M Sardiman (2005 : 92-94) : 1.Memberi angka,
maksud dari memberi angka ini adalah memberi nilai sebagai simbol dari
kegiatan belajarnya. Pemberian angka yang baik merupakan motivasi belajar
yang sangat kuat, karena siswa cenderung setelah mendapat nilai yang baik
dari mata pelajaran itu dapat memotivasi dirinya untuk lebih meningkatkan
atau minimal mempertahankan nilai yang telah di capainya. 2. Hadiah, hadiah
dapat juga menjadi motivasi belajar dimana siswa tertarik untuk mendapatkan
atau mencapai nilai tertentu agar dia bisa mendapatkan hadiah (reward) dari
girunya. 3. Kompetisi, maksud kompetisi disini adalah persaingan baik antara
individu ataupun kelompok. Jika siswa memiliki rival maka biasanya dia
cenderung untuk menyaingi lawannya, tetapi disini guru juga harus

memperhatikan agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat diantara siswa.
4. Ego-involvement , Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja
keras siswa dapat terlibat baik secara kognitif ataupun lainya. 5. Memberi
ulangan, Biasanya siswa kan giat belajar jika ada ulangan, tetapi ualngan
harus disesuaikan dengan keadaan dari siswa dan jangan terlalu sering
dilakukan karena malah akan menurunkan motivasi siswa untuk belajar. 6.
Mengetahui Hasil, Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat
motivasi belajar anak. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan
terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami
kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan
termotivasi untuk dapat meningkatkannya. 7. Pujian, Apabila ada siswa yang
berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian.
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi
yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat,
sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi
motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 8.Hukuman,
hukuman adalah bentuk reinforcment yang negatif, tapi jika kita dapat
menggunakanya dengan bijaksana hal tersebut dapat kita buat untuk membuat
siswa termotivasi, karena itu guru harus memahami kapan saat menggunakan
cara ini.

E. KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar seseorang dan terencana
ubtuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliknya, seperti potensi
pengandalian diri, keagamaan, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan

yang

diperlukan

dirinya

masyarakat,

bangsa

dan

Negara.Pendidikan memegang peran penting yaitu menghasilkan generasi


yang baik dan bermoral, Tujuan pendidikan di tiap tiap Negara berbeda beda,
sesuai dengan dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan ideologi negara
tersebut.Di Indonesia dikenal istilah Pendidikan Nasional, adapun yang
dimaksud dengan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilainilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sedangkan tujuan dari
pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 20 Tahun
2003 Bab II Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan sangat berguna
dalam kehidupan manusia. Menurut Agus Taufiq, dkk (2011: 1.3) pendidikan
setidak-tidaknya memiliki ciri sebagai berikut: (1) Pendidikan merupakan
proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku
lainnya di dalam masyarakat, dimana dia hidup, (2) Pendidikan merupakan
proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) untuk mencapai
kompetensi sosial dan pertumbuhan individual secara optimum, (3)
Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi atau watak manusia.
Untuk tujuan pendidikan nasional itu sendiri yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam

rangka

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

bertujuan

untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).Terlepas dari tujuan pendidikan
itu sendiri, pastinya mendengar kata pendidikan tentu tidak lepas dari suatu
instansi bernama sekolah. Sekolah menerapkan sistem pendidikan di dalam

kegiatan belajar mengajar. Tentu saja hal tersebut memiliki tujuan, dan
tujuanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat memecahkan
masalah kehidupan pada masa sekarang dan di masa yang akan datang,
dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya (Raharjo, 2010).
2. Hakikat Motivasi
Pada hakikatnya motivasi adalah dorongan atau suatu usaha yang didasari
untuk mengubah perilaku seseorang agar tergerak hatinya bertindak
melakukan

sesuatu

sehingga

mencapai

hasil

atau

tujuan

tertentu,

(NgalimPurwanto,1998:71). Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi


dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk
mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang
sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di
masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat

3. Hakikat Disiplin
Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan
diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan
tidak bertentangan (Aritonang 2011), Disiplin Kerja Guru dan Kinerja
Dosen dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang
mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam
kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar dan
disiplin kerja. Disiplin kerja merupakan kemampuan seseorang untuk
secara teratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang
sudah ditetapkan. (Aritonang, 2011 , 4-5). didasarkan pada prinsip-prinsip
pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini
pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku
siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru
membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui

penerapan

prinsip-prinsip

yang

diambil

dari

teori

penguatan

(reinforcement). Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat


berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk
mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. untuk mengontrol tingkah
laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru
ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan
disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas
dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi
pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan

4. Hakikat Siswa
Siswa pada hakikatnya adalah anak yang masih belum bisa berdiri
sendiri, masih memerlukan bantuan, usaha dan bimbingan orang lain
untuk menjadi dewasa. Di dalam proses pendidikan siswa pada dasarnya
adalah sebuah material mentah yang belum diolah dan belum memiliki
bekal apa-apa kecuali hanya pembawaan sejak lahir, potensi-potensi yang
dimiliki akan menjadi sebuah kemampuan nyata setelah dikembangkan
(Koesoema, Doni 2007 ). Sehingga keseluruhan individu dapat disebut
peserta didik apabila tercatat sebagai siswa di dalam satuan pendidikan.
Peserta didik juga dapat diartikan sebagai anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (UU No. 20
Tahun 2003).Sehingga dapat dikatakan peserta didik adalah orang-orang
dengan jenjang usia tertentu dan tercatat sebagai siswa di dalam satuan
pendidikan serta berusaha untuk mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang sudah tersedia. Proses pembelajaran tersebut
menyediakan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sebagai peserta
didik juga harus memahami kewajiban, etika serta melaksanakanya.
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh
peserta didik. Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang

harus di tati dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam proses belajar.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang
pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensidimensi yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu
sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi
tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit
dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang
dimilikinya.

5. Hakikat Belajar
Pada hakikatnya belajar adalah suatu proses untuk mengubah
pengetahuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi
bisa, Bahwa belajar dapat juga diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu
dan antara individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.( Raharjo 2010: 4) . Dalam belajar
bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. Seseorang dapat
diakatakan

belajar

jika

telah

terdapat

perubahan

seperti

sikap,

pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemampuan, serta tingkah


lakunya, karena itu belajar adalah proses yang aktif belajar adalah proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar
adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar juga adalah proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu. Apabila kita berbicara mengenai belajar maka kita
berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.

6. Hakikat Mengajar
Pada hakikatnya mengajar adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk membagi, memberitahu dan menyajikan ide, problem, atau

pengetahuan dalam bentuk sederhana. mengajar merupakan suatu


perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya
pendidikan siswa secara formal terletak pada tanggung jawab guru dalam
melaksanakan tugas mengajar. Mengajar merupakan satu perbuatan yang
memerlukan tanggung

jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya

pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru


dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau
pekerjaan yang bersifat unik tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal
itu berkenaan dengan manusia yang belajar yakni siswa, dan yang
mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di dalam
masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikkan. . Dikatakan unik
karena berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa dan guru
yang mengajar serta bertalian erat dengan manusia di dalam masyarakat.
Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan secara praktis dalam
dalam kehidupan sehari-hari dan mudah dihayati oleh siapapun.

7. Hakikat Belajar Mengajar


Belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang
membuat siswa sebagai subjek dan objek dalam kegiatan pembelajaran.
Inti dari proses belajar mengajar adalah siswa dapat mencapai suatu tujuan
dari pembelajaran tersebut, tentu dalam jenjang pendidikan apapun tujuan
pembelajaran (materi) pasti akan berbeda-beda dalam cara belajar
mengajar meskipun kurikulim yang di bebankan dinas pendidikan ke guru
di serentakan sama. Belajar mengajar mengacu pada perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas ataupun kegiatan
belajar mengajar.
Ada beberapa cirri-ciri dalam belajar mengajar yaitu : 1. Belajar
mengajar memiliki tujuan,

yang dimaksud tujuan disisni adalah

membentu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. 2. Ada suatu


proses yang direncanakan dan di disai sesuai dengan tujuan pembelajaran

3.Kegiatan belajar mengajar harus memiliki materi yang sesuai sehingga


cocok unruk mewujudkan tujuan pembelajaran. 4. Ditandai dengan
aktivitas siswa. 5. Guru berperan sebagai pembimbing, selain menjadi
pembimbing guru juga harus bisa menjadi seorang pembimbing dan
pemberi motivasi terhadap siswa. 6. Dalam kegiatan belajar mengajar
membutuhkan disiplin, displin disini dapat diartikan sebagai suatu tingkah
laku yang diatur atau diikat oleh aturan-aturan yang telah ditetapkan
sebelumnya 7. Ada batas waktu untuk menyelesaikan atau mencapai
tujuan kegiatan belajar mengajar tersebut. 8. Evaluasi, evaluasi mutlak
diperlukan untuk mengetahuo tercapai atu tidaknya tujuan belajar
mengajar yang telah dilakukan (Kurniawan , 2011)

F. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas motivasi, disiplin dan
lingkungan belajar sangat berperan dalam prestasi belajar, dengan
motivasi, displin dan lingkungan belajar inilah siswa menjadi tekun dalam
proses belajar mengajar, dan dengan motivasi, disiplin dan lingkungan
belajar itu pula kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan dengan baik.
Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi disiplin dan
lingkungan belajar yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam
belajarnya. Pada garis besarnya berhasil atau gagalnya sebuah prestasi
belajar tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi saja tetapi dapat juga
disebabkan dari sebuah lingkungan yang ada disekitar serta disiplin pada
diri sendiri. Menurut Imam Gunawan (2011:3) Sepanjang kehidupannya
manusia selalu memperoleh pengaruh atau pendidikan dari tiga tempat,
yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga lingkungan tempat
berlangsungnya pendidikan ini disebut dengan tri pusat pendidikan.
Selain motivasi dan lingkungan siswa yang mempunyai prestasi belajar
yang kuat akan dipengaruhi juga dengan munculnya disiplin diri dimana
disiplin tersebut merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian
diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Seorang siswa perlu
memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat
dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali
diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih
memacu dan tahan lama dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul
karena adanya pengawasan dari orang lain.

G. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang telah dijabarkan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa motivasi sangat diperlukan karena tanpa motivasi sama
saja seperti kita kurang memiliki rasa semangat untuk melakukan suatu
hal, dari motivasi kita dapat menumbuhkan sifat sifat yang baik sepert
rajin belajar, hal ini dapat membuat kita bersemangat untuk mendapatkan
nilai yang bagus dalam mata pelajaran tersebut dan jika kita sudah
termotivasi tidak mungkin ada rasa malas untuk melakukan hal tersebut,
Sehingga boleh jadi siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi
menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan
optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Karenanya, bila siswa
mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata
kesalahan siswa, tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalam
membangkitkan motivasi siswa. Sementara kedisiplinan siswa dipengaruhi
oleh banyak faktor internal ataupun external pribadi tersebut. Salah satu
faktor external salah satunya adalah pengaruh lingkungan terhadap siswa
tersebut seperti metode pendiddikan, alat penddidikan , sarana dan
prasarana. Dalam proses pendidikan yang berlangsung secara formal di
sekolah guru sebagai pendidik, motivator, fasilitator akan sangat
memberikan dampak terhadap perilaku dan kedisiplinan murid itu sendiri.
Dengan penegakaan peraturan yang berlaku disekolah tentu akan menjadi
kebiasaan bagi siswa itu sendiri untuk belajar bertanggung jawab dan
berdisiplin.

DAFTAR RUJUKAN

Anurrahman , 1998. Usaha Guru Menciptakan Iklim Kelas Yang Serasi Bagi
Terwujudnya Kegiatan Belajar Mengajar Yang Optimal. Jurnal
Pendidikan Dasar . 5: 17-19.
Aritonang T. Keke. 2005. Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja
Guru SMP Kristern BPK PENABUR Jakarta.

Jurnal Pendidikan

Penabur, 4 : 1-3.
Budi Raharjo, Sabar. 2010. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan
Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan Kebudapaan,16(3): 229-238.
Gunawan, Ary. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman


Global.

Jakarta:Grasindo.

Dari

Google

Books.

(online),

(http://books.google.com), diakses 16 Nopember 2014.


Kurniawan , Agung. 2011. Hakikat Disiplin Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
MIPA, 5: 4-7.
Purwanto Ngalim, 1990. Psikologi pendidikan , Remaja Rosdakarya,

P. Eko Prasetyo, Muliadi. 2008. Pengaruh Disiplin Siswa Dan Fasilitas


Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 8 (12): 1-9.
Sadirman A.M, 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar. Yogyakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. .Jurnal


sumber daya manusia. 10: 170
Sudarmo Joko, 2011. Meminimalisir Pelanggaran Pendidikan di Sekolah. Jurnal
SMPN Bobot sari, purbalingga, 1-8

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi).


Jakarta:Andi Mahasetya.

Anda mungkin juga menyukai