1 Bimbingan dan Konseling, 86201, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan MAB 2 Bimbingan dan Konseling, 86201, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan MAB 3 Bimbingan dan Konseling, 86201, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan MAB
ABSTRAK
Penanganan ketidakdisiplinan belajar siswa merupakan isu sentral dalam konteks
pendidikan, termasuk di tingkat SMP. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendalami fenomena ketidakdisiplinan belajar di SMPN 1 Benua Lima melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Latar belakang permasalahan mengemukakan bahwa ketidakdisiplinan belajar siswa, yang meliputi perilaku membolos, menciptakan gangguan di dalam kelas, serta mengalihkan perhatian dengan bermain HP, telah menjadi perhatian utama dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini mengusulkan tiga tujuan utama, yaitu mengidentifikasi bentuk-bentuk konkret dari ketidakdisiplinan belajar yang terjadi, menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi pada perilaku ini, dan merumuskan strategi penanganan yang dapat diimplementasikan oleh berbagai pihak terkait. Metode penelitian ini melibatkan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan siswa, guru bimbingan konseling (BK), orang tua, dan staf sekolah, serta teknik analisis konten untuk mengurai pola dan tema yang muncul. Hasil penelitian mengungkap bahwa ketidakdisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Benua Lima mengakibatkan gangguan dalam proses pembelajaran, keributan di dalam kelas yang mengganggu konsentrasi, dan keterlibatan dalam aktivitas bermain HP yang mengganggu fokus belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakdisiplinan ini meliputi dinamika keluarga, interaksi di lingkungan masyarakat, serta iklim lingkungan sekolah. Berdasarkan temuan ini, penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah penanganan. Pertama, guru BK harus memainkan peran aktif dalam membantu siswa menghadapi masalah yang mereka hadapi, dengan kesabaran dan profesionalisme yang tinggi. Kedua, siswa diingatkan akan pentingnya penyesuaian diri dengan norma-norma sekolah serta selektivitas dalam memilih teman sebaya. Ketiga, orang tua diharapkan memberikan dukungan moral dan pengawasan yang konsisten terhadap perkembangan anak. Keempat, sekolah perlu mengintegrasikan program bimbingan yang kuat dalam proses pembelajaran guna membentuk siswa yang lebih disiplin dan bertanggung jawab. Terakhir, peneliti lain diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut program bimbingan dan konseling di berbagai institusi pendidikan, khususnya di tingkat SMP. Kesimpulannya, penelitian ini menerangi berbagai aspek kompleks ketidakdisiplinan belajar siswa serta memberikan panduan untuk peningkatan kualitas pendidikan di masa mendatang.
Kata Kunci : Peran Guru, Bimbingan dan Konseling, Kedisiplinan
mempraktikkan akhlak yang baik dan juga PENDAHULUAN disiplin dalam diri peserta didik, agar peserta didik dapat mandiri dalam melakukan kegiatan Dalam mengajar, guru harus pandai sesuai kebutuhan yang lebih terarah, begitupun menggunakan pendekatan secara bijaksana, peserta didik juga dapat berinteraksi sesuai bukan sembarangan yang bisa merugikan dengan norma-norma yang berlaku di peserta didik. Pandangan guru terhadap peserta masyarakat dan agama. didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Adapun hubungan dari guru BK dengan Setiap guru pun tidak selalu mempunyai pembentukan perilaku disiplin itu sendiri yaitu pandangan yang sama dalam menilai peserta karena konseling sebagai pengembangan didik. Dengan memberikan layanan yang makhluk sosial yaitu mencakup problem terbaik kepada peserta didik, dengan masalah antar-pribadi yang dekat dan intim, menyediakan lingkungan yang menyenangkan. mencakup hidup dalam suatu kelompok. Oleh karena itu, guru Bimbingan Konseling Konseling biasanya dimaksudkan untuk harus memiliki kreativitas yang tinggi untuk membantu hidup dalam suatu kelompok. mengubah dan menciptakan lingkungan yang Konseling biasanya dimaksudkan untuk lebih baik bagi peserta didik. membantu klien menyelesaikan problem yang Pelayanan Bimbingan Konseling mengganggu mereka. Konseling juga untuk merupakan bagian komplet dalam proses membantu mengembangkan ragam cara yang pendidikan. Program pelayanan Bimbingan lebih positif untuk menyikapi hidup. dan Konseling merupakan upaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) pengembangan kepribadian peserta didik yang Pada teknik ini individu atau peserta didik dilakukan melalui berbagai jenis layanan dan terlibat pada beberapa atau keseluruhan kegiatan pendukung Bimbingan Konseling. komponen dasar, yaitu menentukan perilaku Kegiatan konseling akan selalu terkait dengan sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih pendidikan, karena keberadaan konseling prosedur yang akan ditetapkan, melaksanakan dalam pendidikan merupakan konsekuensi dan mengevaluasi prosedur tersebut. Dengan logis dari upaya pendidikan itu sendiri, karena kata lain, self management merupakan program dalam Bimbingan dan Konseling kemampuan yang dimiliki seorang individu meliputi aspek-aspek tugas perkembangan untuk mengontrol dirinya baik dari segi emosi, individu. perilaku, bahkan untuk merubah stimulus. Self Perilaku pembelajaran mandiri (self management merupakan salah satu aspek regulated learning) adalah aksi belajar yang penting dalam kehidupan individu. Mampu merupakan inisiatif diri sendiri individu yang berperilaku sesuai dengan yang diharapkan meliputi penentuan aturan dan tujuan yang dan mampu mengaktualisasikan diri dengan ingin mereka capai. Jadi tugas guru Bimbingan baik. Konseling di sekolah ialah memberikan Setiap orang memerlukan untuk menjadi bimbingan mengenai kedisiplinan peserta kreatif dan mengaktualisasikan diri. Disisi didik, agar peserta didik dapat lebih mandiri lain, kendali diri diperlukan sebagai regulasi dalam mengelola dirinya, baik di lingkungan atas dorongan dan kemampuan yang dimiliki, sekitar ataupun lingkungan baru. baik secara fisik, psikis, maupun perilaku. Pendidikan suatu proses untuk Disinilah peran self management sangat memperoleh pengetahuan, pemahaman dan dibutuhkan untuk mengelola seluruh belajar untuk menyesuaikan tingkah laku kemampuan tersebut. Menurut Sukadji, self dengan kebutuhan peserta didik. Untuk management atau pengelolaan diri adalah memperoleh suatu pengetahuan, pemahaman, prosedur dimana individu mengatur pengalaman yang baik, maka seseorang harus perilakunya sendiri. memiliki kedisiplinan diri yang baik juga. Guru bimbingan dan konseling memiliki Pendidikan sangat berkaitan dengan adanya banyak strategi dalam meningkatkan disiplin. Setiap peserta didik memiliki tingkat kedisiplinan siswa-siswi disekolah, karena disiplin yang berbeda antara satu dengan guru bimbingan dan konseling sangat berperan lainnya. dan bertanggung jawab penuh dalam Tujuan orang tua menyekolahkan membentuk serta membangun keperibadian anaknya bukan hanya untuk memperoleh siswa-siswi yang disiplin. (Noviaty, pengetahuan, tetapi juga dalam Yuliansyah, & Fauzi 2018, p. 9). bimbingan sebagai salah satu proses pemberian bantuan sering tidak mencatat pelajaran, 4) Siswa tidak kepada individu yang dilakukan secara segera memasuki ruangan kelas meskipun bel berkesinambungan, supaya individu tersebut tanda masuk sudah berbunyi, 5) Selain itu dapat memahami dirinya, sehingga dia siswa tidak mengerjakan tugas, 6) Siswa sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak senang berbicara sendiri dengan teman secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan daripada mencoba mengerjakan soal, tidak keadaan lingkungan sekolah, keluarga, mendengarkan ketika guru menerangkan, dan masyarakat, dan kehidupan pada umumnya masih banyak lagi perilaku tidak disiplin yang (Yusuf, 2016, p. 6) dilakukan siswa di sekolah. Hal ini berdampak Disiplin ditunjukkan kepada instruksi pada hasil belajar siswa itu sendiri. sistematis yang diberikan kepada peserta didik Beberapa faktor yang menyebabkan (disciple) seperti aturan-aturan yang ada terjadinya masalah-masalah tersebut, antara disekolah. Kedisiplinan berarti lain: Pertama, lingkungan keluarga. menginstruksikan seseorang untuk mengikuti Kurangnya perhatian orang tua terhadap tatanan tertentu melalui aturan-aturan yang ada pendidikan anak menyebabkan rendahnya (Suhardi, 2017, p. 35). Sejatinya seorang kedisiplinan belajar di rumah maupun di murid atau remaja hanya membutuhkan arahan sekolah. Orang tua yang sibuk bekerja yang tepat agar nantinya dapat dijadikan menyebabkan kurangnya komunikasi langsung pegangan dalam menjalani hidup (Husni, antar anggota keluarga, hal tersebut 2017, p. 56). mengakibatkan peserta didik tidak pandai Salah satu tujuan negara adalah dalam berinterakasi serta berkomunikasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kegiatan pembelajaran di sekolah. Kedua, dapat diwujudkan melaului pendidikan. interaksi siswa dengan lingkungan sekitar. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Pada umumnya setelah siswa memeperoleh Tahun 2003 tentang sistem pendidikan pelajaran matematika, mereka malas untuk nasional menyebutkan bahwa, pendidikan mempelajarinya kembali di rumah. Hal ini nasional bertujuan untukberkembangnya disebabkan mereka tidak tertarik pada potensi peserta didik agar menjadi manusia pelajaran matematika, mereka lebih senang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang menghabiskan waktu untuk bermain di luar Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, dengan teman-temannya. Sehingga kedisplinan cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga belajar yang dimiliki siswa menjadi rendah. negara yang demokratis dan bertanggung Tidak hanya masalah dari keluarga dan jawab. lingkungan sekitar yang menyebabkan tingkat Menurut Salahudin (2013:111), disiplin kedisiplinan dan kemampuan komunikasi merupakan tindakan yang menunjukan menjadi rendah, namun, peran guru dalam perilaku tertib dan patuh pada berbagai mengelola kelas juga menjadi pemicu ketentuan dan peraturan. Berdasarkan paparan terjadinya masalah-masalah tersebut. Salah diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin satunya penggunaan strategi pembelajaran merupakan sesuatu yang menyatu dalam diri yang kurang tepat, dapat membuat siswa seseorang bahkan disiplin adalah sesuatu yang kurang tertarik dan mudah bosan, sehingga menyatu dalam kehidupan manusia yang siswa bertindak semaunnya sendiri. muncul dalam pola tingkah laku sehari- hari Kedudukan guru BK sebagai tenaga baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun profesional dibuktikan dengan undang- undang masyarakat. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Namun, pada kenyataannya masih banyak Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6, UU masalah rendahnya kedisiplinan dan nomor 111 tahun 2014 dan penguasaan nya kemampuan komunikasi yang sering terhadap standar kompetensi bidang menghambat maupun mempengaruhi bimbingan dan konseling dan memeliki keberhasilan pembelajaran di sekolah. Banyak sertifikat Pendidikan, Bimbingan dan ditemukan bentuk-bentuk ketidak disiplinan konseling diperuntukkan bagi semua peserta siswa dan rendahnya komunikasi dengan guru. didik/konseli dan tidak diskriminatif. Prinsip Permasalahan yang muncul antara lain: 1) Saat ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada mengikuti pelajaran siswa terkesan tidak atau semua peserta didik/konseli, baik yang tidak kurang serius, bahkan bertindak semaunya bermasalah maupun yang bermasalah; baik sendiri, 2) Siswa datang terlambat, 3) Siswa pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa tanpa diskriminatif. Peran Secara sederhana penelitian kualitatif Guru BK dalam konteks formal secara tegas bertujuan menemukan jawaban terhadap suatu diatur dalam pasal 1 ayat 6 undang-undang fenomena atau pertanyan melalui aplikasi Republik Indonesia nomor 20 tentang sistem prosedur ilmiah secara sistematis dengan Pendidikan Nasional. Menurut pasal tersebut, menggunakan pendekatan kualitatif (Winarni peran Guru BK yang berkualitas sebagai Dalam Ahmad Farozi : 2020). Konselor adalah untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pendidikan. SMP Negeri 1 Benua Lima sebagai HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN lembaga pendidikan menengah pertama yang salah satu misinya adalah Meningkatkan 1. Bentuk-Bentuk Ketidak Disiplinan disiplin semua warga sekolah. Sebenarnya jika Siswa di SMPN 1 Benua Lima diteliti lebih dalam kedisiplinan di SMPN 1 Benua Lima sudah baik tapi perlu ditingkatkan Membolos lagi. Karena yang namanya siswa tidak bisa Membolos merupakan suatu tindakan memiliki perilaku disiplin yang sama, masih pergi dari sekolah atau tidak datang ke sekolah ada siswa yang susah untuk disetarakan tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari dengan siswa lainnya yang perilaku sekolah. Psikolog Dian Apriyatni Psi kedisiplinannya baik. misalnya masih ada mengatakan, kebiasaan bolos sekolah itu siswa yang terlambat datang kesekolah, disebabkan oleh banyak faktor, dimana tidak membolos atau tidak masuk tanpa keterangan, semuanya mutlak kenakalan siswa, ada siswa yang jalan-jalan pada saat jam pelajaran, beberapa faktor yang menyebabkan siswa pergantian jam menghilang, penggunaan pergi dari sekolah, diantaranya karena merasa atribut seragam yang kurang lengkap seperti bosan, dengan gaya mengajar dari guru. tidak memakai dasi, memakai sepatu tidak Karena biasanya jika guru berhasil hitam polos, belt yang tidak dipasang, dan lain membangun suasana belajar yang menarik sebagainnya. bagi siswanya maka senakal apapun siswa Dalam hal ini harus ada tindakan guna tersebut maka dia akan menunggu siswa menangani masalah yang terkait dengan tersebut. ketidakdisiplinan yang di lakukan siswa - siswi Berbeda dengan guru-guru yang sudah tersebut sejak dini, karena bila tidak segera di menakutkan bagi siswa mulai dari gaya tangani maka di khawatirkan akan semakin mengajar, cara menghadapi siswa hingga besar masalah tersebut dan akan semakin sulit memberikan tugas, tetapi ada juga yang untuk mengatasainya. memang bolos karena gurunya gagal membuat suasana menarik dikelas sehingga membuat METODE PENELITIAN siswa bosan dan mencoba mencari suasana . berbeda diluar sekolah. Penyebab lain adalah Metode penelitian adalah ilmu yang adanya masalah pribadi baik dengan orang tua, mempelajari cara-cara melakukan pengamatan pacar, keluarga maupun teman- teman dan dan pemikiran yang tepat secara terpadu masyarakat melalui tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta Membuat keributan di dalam kelas menganalisi dan menyimpulkan data-data Kegaduhan, keributan dan kebisingan yang di sehingga dapat dipergunakan untuk lakukan oleh murid murid di kelas sudah menemukan ,mengembangkan ,dan menguji bukan hal yang baru lagi dalam kegiatan kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan belajar di kelas. Bahkan kegaduhan merupakan penelitian. suatu tradisi bagi para pelajar khususnya Penelitian ini mengkaji tentang Peran kegaduhan di dalam kelas. Ada beberapa yang Guru Bimbingan dan Konseling Dalam menyebabkan kegaduhan di dalam kelas MengatasiKedisiplinan Siswa di sekolah karena pergaulan dengan teman yang salah dan SMPN 1 Benua Lima. Jenis penelitian kurangnya perhatian dari orang tua membuat kualitatif yang dapat diartikan sebagai metode remaja berbeda sehingga sering melakukan fenomologi,artinya suatu penelitian yang tindakan kenakalan yang melanggar norma menekankan pencarian makna, pengertian, berlaku. Perilaku mengganggu di kelas jarang konsep, karakterristik, gejala, simbol. di bicarakan padahal frekuensi dan intensitasnya sebenarnya cukup tinggi tetapi jarang di laporkan karena ketidak tahuan guru 2. Faktor yang mempengaruhi Terjadinya (wicaksono,2013). Permasalahan ketidak disiplinan pada Perilaku menggangu di kelas atau siswa di SMPN 1 Benua Lima disruptive Classroom behaviors (DCB) dapat di definisikan sebagai perilaku tampak yang Berdasarkan data-data temuan dilapangan terjadi di dalam kelas yang mengganggu guru selama penelitian berlangsung dan hasil atau siswa yang lain, contohnya yaitu menolak wawancara dengan beberapa informan maka berpartisipasi atau bekerjasama dalam kegiatan dapat di uraikan bahwa faktor penyebab kelas, mengabaikan hak orang lain, tidak ketidakdisiplinan pada siswa SMPN 1 Benua memperhatikan pelajaran, membuat keributan Lima sebagai berikut: dan meninggalkan tempat duduk tanpa ijin Faktor Keluarga (bidell& Deacon,2010:3). Kartini Kartono, Kenakalan Remaja. (2013:57) menjelaskan bahwa : Bermain Handphone Dikelas Kenakalan yang dilakukan oleh anak- Kerugian atau kekurangan penggunaan anak dan terutama remaja pada umumnya handphone di proses belajar yaitu salah merupakan produk dari konstitusi defektif satunya para orangtua adalah menjadikan mental orang tua, anggota keluarga, dan anak malas dalam belajar karena terfokus akan lingkungan tetangga dekat, ditambah dengan adanya HP yang dapat mengganggu proses nafsu primitif dan agresivitas yang tidak belajar mengajar, bisa jadi karena adanya terkendali semua itu mempengaruhi mental notifikasi pesan ataupun dari aplikasi game. dan kehidupan perasaan anak muda yang Beberapa orang beranggapan menggunakan belum matang dan sangat labil. Pada handphone saat jam pembelajaran membuat umumnya semua perbuatan kriminal mereka siswa tidak konsentrasi. Ketika guru sedang itu merupakan mekanisme kompensatoris menjelaskan materi pembelajaran dan siswa untuk mendapatkan pengakuan terhadap asyik bermain handphone membuat siswa egonya, disamping dipakai sebagai tidak mendengarkan materi yang disampaikan kompensasi pembalasan terhadap perasaan dan tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh minder yang ingin ditebusnya dengan tingkah gurunya. Siswa juga menjadi tidak peka laku yang merasa dirinya paling hebat dari terhadap lingkungan sosial karena sering teman-temannya yang lain. Lewat semua menggunakan handphone. selanjutnya adalah perrbuatan tersebut mereka ingin tampak masih rawannya tindakan kejahatan di sekitar menonjol dan ingin diperhatikan banyak lingkungan sekolah. Para orang tua juga orang. beranggapan bahwa penggunaan handphone di Faktor lingkungan (pergaulan) saat jam pelajaran atau pembelajaran membuat Remaja mengalami perubahan sosial pemborosan terhadap kuota yang harusnya dalam hidup ditengah-tengah masyarakat, uang itu bisa digunakan untuk kebutuhan pengaruh baik dan buruk selalu muncul. Masa sehari-hari, ternyata harus digunakan untuk transisi pada kehidupan remaja dalam kuota belajar. pencarian identitas dirinya, remaja sangat Handphone adalah gadget yang sangat terpengaruh oleh pergaulan sosial masyarakat diperlukan dimasa seperti ini. Handphone disekitarnya. Jika masyarakat disekitarnya merupakan alat dalam komunikasi elektronik baik maka remaja tersebut juga akan suara yang biasa atau bisa dibawa kemana- berkembang baik dan sebaliknya. Jadi tidak mana dan memiliki kemampuan untuk bisa dipungkiri lagi bahwa lingkungan sangat mengirimkan pesan secara tepat baik berupa perpengaruh terhadap perilaku manusia. tulisan maupun dalam kesehariannya. Para Terlebih lagi pada anak yang berada pada siswa tidak bisa meninggalkan handphone masa transisi yang belum siap sepenuhnya apalagi dengan semakin berkembangnya untuk menyesuaikan diri dengan teknologi sehingga memiliki berbagai fungsi, lingkungannya sehingga ia akan terbawa sekaligus bukan hanya sebagai alat dengan gaya hidup baru yang dianggap trend komunikasi saja namun telah berkembang an digemari banyak orang tanpa memikirkan menjadi alat dengan fungsi lainnya seperti; apakah itu benar dan salah, jadi sangat wajar sebagai media hiburan, media bisnis, dan bila remaja usia sekolah saat ini banyak yang sebagainya. berbuat nakal yang terbawa oleh tren dunia luar yang serba memukau bagi kalangan lain sebagainya. Jadi disamping karena faktor remaja. Lingkungan berperan penting dalam lingkungan masyarakat, keluarga, sekolahpun menentukan kelakuan manusia menjadi pemicu timbulnya berbagai bentuk Remaja sebagai bagian dari anggota kenakalan bagi peserta didik. masyarakat akan mendapat pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungannya baik Hubungan guru dan murid secara langsung maupun tidak langsung. Guru di sekolah memiliki peran penting Pengaruh yang dominan adalah akselerasi dalam membantu remaja untuk mengatasi perubahan sosial yang sangat cepat yang kesulitannya, yang kadang-kadang kurang ditandai dengan berbagai peristiwa-peristiwa mampu memusatkan perhatiannya terhadap yang menimbulkan ketegangan pada diri pelajaran, mudah tersinggung atau condong remaja, seperti pesaingan dalam ekonomi, bertengkar dengan temannya. Keterbukaan pengangguran, media masa, fasilitas rekreasi, hati guru menerima remaja yang demikian serta berbagai tempat rekreasi yang dapat akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan memicu terjadinya kenakalan bagi kaum tingkah lakunya yang kurang baik” (Zakiyah remaja terutama remaja usia sekolah. daradjat, Remaja harapan. 1995:79). Faktor lingkungan sekolah Zakiyah daradjat, Remaja harapan. Faktor-faktor yang dapat membuat siswa (1995:92) menjelskan bahwa : menjadi nakal selama berada disekolah, Namun dewasa ini sering terjadi misalnya: perlakuan guru yang tidak adil, hukuman atau Faktor teman sekolah sangsi-sangsi yang kurang menunjang Setiap pendidikan mengisyaratkan tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang sosialisasi, apabila sekolah menjalankan fungsi tiada putus-putusnya disetai disiplin yang pensosialisasinya maka akan terbinalah terlalu ketat, disharmonis antara peserta didik suasana yang baik bagi setiap peserta didik. dan pendidik, kurangnya kesibukan belajar di Namun demikian tidak dielakkan lagi rumah, proses pendidikan yang kurang kenakalan yang terjadi dikalangan para siswa menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak juga berasal dari lingkungan sekolah, anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau remaja yang sudah duduk di bangku SMP pada tidak langsung terhadap peserta didik di umumnya menghabiskan waktu hingga tujuh sekolah sehingga dapat menimbulkan jam untuk berada di sekolah setiap harinya. Ini kenakalan remaja (juvenile deliquence). berarti hampir sepertiga waktunya setiap hari Berdasarkan pembahasan dari hasil data dilewatkan di sekolah. Tidak mengherankan temuan dan hasil wawancara dengan beberapa apabila pengaruh sekolah terhadap informan diatas peneliti menyimpulkan perkembangan jiwa remaja cukup besar. Pada tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dasarnya pengaruh sekolah tentunya ketidakdisiplinan belajar adalah : diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa remaja karena sekolah sebagai lembaga Karena faktor lingkungan keluarga yaitu : pendidikan seperti halnya dengan keluarga. faktor ekonomi keluarga, kurangnya perhatian Fungsi sekolah sebagai pembentuk nilai dalam dan kasih sayang dari orang tua, terlalu diri remaja saat ini banyak menghadapi memanjakan anak, disharmonis dan brokent tantangan, yang salah satunya adalah home. Karena faktor lingkungan tempat kenakalan yang dilakukan oleh siswa. mereka tinggal Karena faktor lingkungan Ini memberikan kesan bahwa disamping sekolah, seperti faktor teman sekolah, karena pergaulan dengan teman sebayanya hubungan guru, dan murid serta faktor selama berada disekolah juga karena bahan perkembangan dunia maya atau sering di sebut ajar yang tidak menyenangkan disertai guru sosial media yang menyampaikan pelajaran dengan cara yang kurang menarik dan cendrung memaksa 3. Upaya Guru BK Dalam menangani serta tidak membuat para siswa tidak bergairah permasalahan Kedisiplinan Siswa di SMPN untuk belajar akan menimbulkan jenis 1 Benua Lima kenakalan baru yang dilakukan oleh para siswa, seperti tidak mengerjakan PR, bolos Identifikasi masalah sekolah, tidak mentaati peraturan, suka Guru BK memanfaatkan kemampuan dan mengganggu temannya yang lagi belajar, dan pengetahuannya yang lebih banyak dari klien untuk memberikan informasi atau mencari bisa berfungsi dengan lebih baik dan setiap jalan keluar mengenai hal-hal atau masalah anggota keluarga dapat menjalankan fungsinya yang belum diketahui oleh klien. “Misalnya, masing-masing yang selalu saling mendukung memberitahu tentang akibat dari perilaku yang dan mengisi dengan anggota keluarga lainnya. menyimpang, memberitahu tentang “Dalam hal ini pendidik atau orang tua sangat kemungkinan-kemungkinan melanjutkan berperan penting dalam perkembangan anak sekolah, tentang cara belajar yang efektif, atau peserta didik. Kalau perlu orang tua tentang seksualitas, dan sebagainya. Dengan menjadi teman dan sahabat bagi anaknya, mendapatkan pengetahuan tambahan ini sehingga anak bisa dengan leluasa diharapkan klien dapat menyelesaikan menceritakan segala keinginannya” masalahnya dikemudian hari” (Sarlito, (Simanjuntak, latar belakang Kenakalan Psikologi Remaja. 2011:228). Remaja, 1983:85).
Pemberian bimbingan peringatan dan Memanggil orang tuanya
hukuman Memanggil orang tua siswa-siswi yang bersangkutan guna untuk memenuhi undangan “Bimbingan adalah proses bantuan dari pihak sekolah dengan tujuan memberitahu terhadap individu yang membutuhkanya. (orang tua) tentang kejadian yang dilakukan Bantuan tersebut di berikan secara bertujuan, oleh anaknya. berencana dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut, Kerjasama para guru sehubungan dengan masalahnya” (willis, Untuk mencapai hasil yang maksimal 2014:13). dalam sebuah usaha tentu kita membutuhkan Dalam menangani suatu permasalahan orang yang bisa membantu kita dalam langkah awal yang harus dilakukan adalah menggapai target yang diinginkan atau disebut memberikan bimbingan atau teguran kepada dengan kerjasama. Sebagaimana yang orang yang bermasalah tersebut, hal ini dikatakan oleh Syamsu Yusuf, “kerjasama dilakukan karena orang yang melakukan yaitu sikap mau bekerjasama dengan kesalahan tersebut mungkin ada faktor-faktor kelompok” (syamsu yusuf, Psikologi yang mendorongnya untuk melakukan perkembangan anak, 2011:125). Kerjasama pelanggaran atau kesalahan yang dapat akan memudahkan kita dalam menyelesaikan merugikan orang lain terutama dirinya sendiri. suatu pekerjaan karena kita mempunyai Oleh sebab itu, bimbingan dan arahan sangat kekurangan dan kelemahan sehingga harus tepat untuk diberikan kepada orang seperti ini, dibantu melalui kerjasama dengan orang lain. agar dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya. Setelah diberikan KESIMPULAN bimbingan dan arahan akan tetapi tetap melakukan pelanggaran dan kesalahan untuk Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kesekian kalinya maka tindakan selanjutnya disimpulkan bahwa terdapat sejumlah yang harus dilakukan adalah dengan permasalahan ketidakdisiplinan dalam belajar memberikan hukuman. yang dialami oleh para remaja di SMPN 1 Benua Lima. Beberapa bentuk Kunjungan rumah ketidakdisiplinan tersebut didapatkan dari hasil Dalam rangka menangani dan mengatasi temuan, yaitu seringnya siswa membolos, masalah remaja adakalanya dilakukan terapi menciptakan keributan di dalam kelas, dan sekaligus terhadap seluruh atau sebagian menghabiskan waktu belajar dengan bermain anggota keluarga (ayah, ibu dan anak-anak). HP. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Biasanya hal ini dilakukan jika dinilai masalah ketidakdisiplinan belajar siswa juga yang dihadapi remaja berkaitan erat dengan diidentifikasi melalui hasil temuan, termasuk perilaku atau cara-cara pendekatan yang faktor keluarga, lingkungan masyarakat, dan dilakukan oleh orang tua atau anggota kondisi lingkungan sekolah. keluarga lainnya dirumah terhadap remaja atau Dalam mengatasi perilaku maladaptif siswa yang bermasalah tersebut. siswa di SMPN 1 Benua Lima, guru Tujuan dari tehnik terapi keluarga ini bimbingan dan konseling (BK) berupaya adalah agar keluarga sebagai satu kesatuan melakukan beberapa tindakan konkret. Pertama, guru BK melakukan identifikasi memberikan bimbingan, pengawasan, dan masalah yang dialami oleh siswa sebagai perhatian yang intens terhadap perkembangan langkah awal untuk pemahaman yang lebih anak, terutama pada masa peralihan dari anak- baik. Selanjutnya, guru BK mengumpulkan anak menuju remaja, guna membantu mereka data untuk memahami latar belakang siswa tumbuh dan berkembang secara mandiri serta yang dapat memberikan wawasan lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan mendalam terkait faktor-faktor yang sekitarnya. mempengaruhi perilaku mereka. Selain itu, kerjasama antara guru, Keempat, kepada sekolah diharapkan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), serta memiliki peran aktif dalam menangani orang tua dianggap sangat penting dalam masalah ini dengan memberikan program menangani masalah siswa, baik di dalam bimbingan yang efektif dalam proses maupun di luar lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran, sehingga siswa dapat bersama ini diarahkan untuk mencari solusi memahami peran mereka sebagai pelajar bersama dan mendukung siswa dalam dalam lingkungan sekolah. mengatasi permasalahan mereka. Bimbingan dan konseling juga menjadi bagian integral Terakhir, peneliti lain diharapkan dapat dari strategi ini, dengan pemberian teguran, menggunakan hasil penelitian ini sebagai poin, dan hukuman yang memiliki tujuan landasan untuk pengembangan lebih lanjut mendidik. Edukasi tentang konsekuensi dari dalam bidang program bimbingan dan perbuatan pelanggaran juga dilakukan, konseling di sekolah, terutama pada tingkat dilanjutkan dengan evaluasi terhadap tindakan SMP. Dengan demikian, hasil penelitian ini yang diambil dan perubahan perilaku siswa. diharapkan dapat memberikan kontribusi yang Dengan demikian, tindakan berkelanjutan berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan yang melibatkan berbagai pihak diharapkan dan penanganan masalah siswa di sekolah. dapat membantu mengatasi masalah ketidakdisiplinan belajar siswa di SMPN 1 DAFTAR PUSTAKA Benua Lima.
SARAN
Berdasarkan temuan penelitian yang
dilakukan di SMPN 1 Benua Lima, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan kepada berbagai pihak guna meningkatkan penanganan ketidakdisiplinan belajar siswa dan masalah-masalah terkait. Pertama, kepada guru bimbingan konseling disarankan untuk meningkatkan kesabaran, kecermatan, dan profesionalisme dalam memberikan bimbingan serta mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa, baik dalam aspek pribadi, sosial, maupun belajar.
Kedua, kepada siswa diingatkan
pentingnya kemampuan menyesuaikan diri dengan baik dan patuh terhadap peraturan sekolah, serta memiliki kemampuan bergaul dengan baik dalam memilih teman di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Ketiga, kepada orang tua diharapkan
memberikan pendidikan yang kuat terkait akhlak, nilai-nilai agama, dan norma-norma kehidupan kepada anak-anak. Selain itu, perlu Yohana,Irhamni Gusti,Heiriyah Ainun, STRATEGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI SISWA YANG TIDAK DISIPLIN DI SMP NEGERI 17 BANJARMASIN, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2019 Kompri, Motivasi Pembelajaran Persepektif dan Siswa, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2015),h.130 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi & Implementasi secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat, (Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2014), h.136 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi & Implementasi secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat, h.136 Sigit Setiawan. “Pengaruh Bentuk Pola Asuh Orang Tua dan Regulasi Diri Terhadap Disiplin Siswa: Ilmu Psikologi.” Vol.5, No.2/2017. Tulus Ta’al, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta:Grafindo, 2004), h.38 Candra Wijaya, (2017) Perilaku Organisasi (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas. Depdiknas Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan nasional. Dominika (2014), Pemahaman Keterampilan Guru Bimbingan Konseling, (Yogyakarta : UNY. Fitria, H., Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2019). Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. ABDIMAS UNWAHAS, 4(1) Junierissa Marpaung, Sri Wahyuni Adiningtiyas, Ramdani Ramdani, (2021), Kepuasan Siswa terhadap Layanan Bimbingan Konseling di SMA Kota Batam .Vol 4, 1. Munawir et al. (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7 (1): 75 – 83 Namora Lamongan Lubis (2011), Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun 2005), (Jakarta, Sinar Grafika, 2009) Akmaluddin, Boy Haqqi(2019), Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah Dasar (SD) Negeri Cot Keu Eung Kabupaten Aceh Besar (Studi Kasus) Dra. Siti Masruroh(2012), Upaya Peningkatan Kedisiplinan Masuk Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Layanan Konseling Individu Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 4 Surakarta Semester Satu Tahun 2011/2012 Eka Khristiyanta Purnama(2015), PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMANFAATAN MEDIA AUDIO PENDIDIKAN KARAKTER, Yogyakarta Ahmad Manshur(2019), STRATEGI PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN SISWA, Volume 4 nomor I, IAI Sunan Giri Bojonegoro Siska Novra Elvina(2019), Teknik Self Management dalam Pengelolan Strategi Waktu Kehidupan Pribadi Yang Efektif,vol 3 no 2 Annisa Nurul Fatimah,Winny Sujayati, Wiwin Yuliani(2019), EFEKTIVITAS TEKNIK SELF- MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA SMA, Vol 2 No 1, IKIP Siliwangi Fajriani Fajriani, Nur Janah, Desi Loviana(2016), Self-Management Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa: Studi Kasus di SMA Negeri 5 Banda Aceh, Vol 10 No 2