Anda di halaman 1dari 9

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KEDISIPLINAN

SISWA KELAS VII DI SMPN 1 BENUA LIMA

Yulisa Handriani1, (NAMA DOSEN I) 2, (NAMA DOSEN II) 3


1
Bimbingan dan Konseling, 86201, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Kalimantan MAB
2
Bimbingan dan Konseling, 86201, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Kalimantan MAB
3
Bimbingan dan Konseling, 86201, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Kalimantan MAB

ABSTRAK

Penanganan ketidakdisiplinan belajar siswa merupakan isu sentral dalam konteks


pendidikan, termasuk di tingkat SMP. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mendalami fenomena ketidakdisiplinan belajar di SMPN 1 Benua Lima melalui pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus. Latar belakang permasalahan mengemukakan bahwa
ketidakdisiplinan belajar siswa, yang meliputi perilaku membolos, menciptakan gangguan di
dalam kelas, serta mengalihkan perhatian dengan bermain HP, telah menjadi perhatian utama
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini mengusulkan tiga tujuan
utama, yaitu mengidentifikasi bentuk-bentuk konkret dari ketidakdisiplinan belajar yang
terjadi, menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi pada perilaku ini, dan merumuskan
strategi penanganan yang dapat diimplementasikan oleh berbagai pihak terkait.
Metode penelitian ini melibatkan pengumpulan data melalui wawancara mendalam
dengan siswa, guru bimbingan konseling (BK), orang tua, dan staf sekolah, serta teknik
analisis konten untuk mengurai pola dan tema yang muncul. Hasil penelitian mengungkap
bahwa ketidakdisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Benua Lima mengakibatkan gangguan
dalam proses pembelajaran, keributan di dalam kelas yang mengganggu konsentrasi, dan
keterlibatan dalam aktivitas bermain HP yang mengganggu fokus belajar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidakdisiplinan ini meliputi dinamika keluarga, interaksi di lingkungan
masyarakat, serta iklim lingkungan sekolah.
Berdasarkan temuan ini, penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah
penanganan. Pertama, guru BK harus memainkan peran aktif dalam membantu siswa
menghadapi masalah yang mereka hadapi, dengan kesabaran dan profesionalisme yang
tinggi. Kedua, siswa diingatkan akan pentingnya penyesuaian diri dengan norma-norma
sekolah serta selektivitas dalam memilih teman sebaya. Ketiga, orang tua diharapkan
memberikan dukungan moral dan pengawasan yang konsisten terhadap perkembangan anak.
Keempat, sekolah perlu mengintegrasikan program bimbingan yang kuat dalam proses
pembelajaran guna membentuk siswa yang lebih disiplin dan bertanggung jawab. Terakhir,
peneliti lain diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk
pengembangan lebih lanjut program bimbingan dan konseling di berbagai institusi
pendidikan, khususnya di tingkat SMP. Kesimpulannya, penelitian ini menerangi berbagai
aspek kompleks ketidakdisiplinan belajar siswa serta memberikan panduan untuk
peningkatan kualitas pendidikan di masa mendatang.

Kata Kunci : Peran Guru, Bimbingan dan Konseling, Kedisiplinan


mempraktikkan akhlak yang baik dan juga
PENDAHULUAN disiplin dalam diri peserta didik, agar peserta
didik dapat mandiri dalam melakukan kegiatan
Dalam mengajar, guru harus pandai sesuai kebutuhan yang lebih terarah, begitupun
menggunakan pendekatan secara bijaksana, peserta didik juga dapat berinteraksi sesuai
bukan sembarangan yang bisa merugikan dengan norma-norma yang berlaku di
peserta didik. Pandangan guru terhadap peserta masyarakat dan agama.
didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Adapun hubungan dari guru BK dengan
Setiap guru pun tidak selalu mempunyai pembentukan perilaku disiplin itu sendiri yaitu
pandangan yang sama dalam menilai peserta karena konseling sebagai pengembangan
didik. Dengan memberikan layanan yang makhluk sosial yaitu mencakup problem
terbaik kepada peserta didik, dengan masalah antar-pribadi yang dekat dan intim,
menyediakan lingkungan yang menyenangkan. mencakup hidup dalam suatu kelompok.
Oleh karena itu, guru Bimbingan Konseling Konseling biasanya dimaksudkan untuk
harus memiliki kreativitas yang tinggi untuk membantu hidup dalam suatu kelompok.
mengubah dan menciptakan lingkungan yang Konseling biasanya dimaksudkan untuk
lebih baik bagi peserta didik. membantu klien menyelesaikan problem yang
Pelayanan Bimbingan Konseling mengganggu mereka. Konseling juga untuk
merupakan bagian komplet dalam proses membantu mengembangkan ragam cara yang
pendidikan. Program pelayanan Bimbingan lebih positif untuk menyikapi hidup.
dan Konseling merupakan upaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
pengembangan kepribadian peserta didik yang Pada teknik ini individu atau peserta didik
dilakukan melalui berbagai jenis layanan dan terlibat pada beberapa atau keseluruhan
kegiatan pendukung Bimbingan Konseling. komponen dasar, yaitu menentukan perilaku
Kegiatan konseling akan selalu terkait dengan sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih
pendidikan, karena keberadaan konseling prosedur yang akan ditetapkan, melaksanakan
dalam pendidikan merupakan konsekuensi dan mengevaluasi prosedur tersebut. Dengan
logis dari upaya pendidikan itu sendiri, karena kata lain, self management merupakan
program dalam Bimbingan dan Konseling kemampuan yang dimiliki seorang individu
meliputi aspek-aspek tugas perkembangan untuk mengontrol dirinya baik dari segi emosi,
individu. perilaku, bahkan untuk merubah stimulus. Self
Perilaku pembelajaran mandiri (self management merupakan salah satu aspek
regulated learning) adalah aksi belajar yang penting dalam kehidupan individu. Mampu
merupakan inisiatif diri sendiri individu yang berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
meliputi penentuan aturan dan tujuan yang dan mampu mengaktualisasikan diri dengan
ingin mereka capai. Jadi tugas guru Bimbingan baik.
Konseling di sekolah ialah memberikan Setiap orang memerlukan untuk menjadi
bimbingan mengenai kedisiplinan peserta kreatif dan mengaktualisasikan diri. Disisi
didik, agar peserta didik dapat lebih mandiri lain, kendali diri diperlukan sebagai regulasi
dalam mengelola dirinya, baik di lingkungan atas dorongan dan kemampuan yang dimiliki,
sekitar ataupun lingkungan baru. baik secara fisik, psikis, maupun perilaku.
Pendidikan suatu proses untuk Disinilah peran self management sangat
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan dibutuhkan untuk mengelola seluruh
belajar untuk menyesuaikan tingkah laku kemampuan tersebut. Menurut Sukadji, self
dengan kebutuhan peserta didik. Untuk management atau pengelolaan diri adalah
memperoleh suatu pengetahuan, pemahaman, prosedur dimana individu mengatur
pengalaman yang baik, maka seseorang harus perilakunya sendiri.
memiliki kedisiplinan diri yang baik juga. Guru bimbingan dan konseling memiliki
Pendidikan sangat berkaitan dengan adanya banyak strategi dalam meningkatkan
disiplin. Setiap peserta didik memiliki tingkat kedisiplinan siswa-siswi disekolah, karena
disiplin yang berbeda antara satu dengan guru bimbingan dan konseling sangat berperan
lainnya. dan bertanggung jawab penuh dalam
Tujuan orang tua menyekolahkan membentuk serta membangun keperibadian
anaknya bukan hanya untuk memperoleh siswa-siswi yang disiplin. (Noviaty,
pengetahuan, tetapi juga dalam Yuliansyah, & Fauzi 2018, p. 9). bimbingan
sebagai salah satu proses pemberian bantuan sering tidak mencatat pelajaran, 4) Siswa tidak
kepada individu yang dilakukan secara segera memasuki ruangan kelas meskipun bel
berkesinambungan, supaya individu tersebut tanda masuk sudah berbunyi, 5) Selain itu
dapat memahami dirinya, sehingga dia siswa tidak mengerjakan tugas, 6) Siswa
sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak senang berbicara sendiri dengan teman
secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan daripada mencoba mengerjakan soal, tidak
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, mendengarkan ketika guru menerangkan, dan
masyarakat, dan kehidupan pada umumnya masih banyak lagi perilaku tidak disiplin yang
(Yusuf, 2016, p. 6) dilakukan siswa di sekolah. Hal ini berdampak
Disiplin ditunjukkan kepada instruksi pada hasil belajar siswa itu sendiri.
sistematis yang diberikan kepada peserta didik Beberapa faktor yang menyebabkan
(disciple) seperti aturan-aturan yang ada terjadinya masalah-masalah tersebut, antara
disekolah. Kedisiplinan berarti lain: Pertama, lingkungan keluarga.
menginstruksikan seseorang untuk mengikuti Kurangnya perhatian orang tua terhadap
tatanan tertentu melalui aturan-aturan yang ada pendidikan anak menyebabkan rendahnya
(Suhardi, 2017, p. 35). Sejatinya seorang kedisiplinan belajar di rumah maupun di
murid atau remaja hanya membutuhkan arahan sekolah. Orang tua yang sibuk bekerja
yang tepat agar nantinya dapat dijadikan menyebabkan kurangnya komunikasi langsung
pegangan dalam menjalani hidup (Husni, antar anggota keluarga, hal tersebut
2017, p. 56). mengakibatkan peserta didik tidak pandai
Salah satu tujuan negara adalah dalam berinterakasi serta berkomunikasi dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kegiatan pembelajaran di sekolah. Kedua,
dapat diwujudkan melaului pendidikan. interaksi siswa dengan lingkungan sekitar.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Pada umumnya setelah siswa memeperoleh
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan pelajaran matematika, mereka malas untuk
nasional menyebutkan bahwa, pendidikan mempelajarinya kembali di rumah. Hal ini
nasional bertujuan untukberkembangnya disebabkan mereka tidak tertarik pada
potensi peserta didik agar menjadi manusia pelajaran matematika, mereka lebih senang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang menghabiskan waktu untuk bermain di luar
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, dengan teman-temannya. Sehingga kedisplinan
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga belajar yang dimiliki siswa menjadi rendah.
negara yang demokratis dan bertanggung Tidak hanya masalah dari keluarga dan
jawab. lingkungan sekitar yang menyebabkan tingkat
Menurut Salahudin (2013:111), disiplin kedisiplinan dan kemampuan komunikasi
merupakan tindakan yang menunjukan menjadi rendah, namun, peran guru dalam
perilaku tertib dan patuh pada berbagai mengelola kelas juga menjadi pemicu
ketentuan dan peraturan. Berdasarkan paparan terjadinya masalah-masalah tersebut. Salah
diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin satunya penggunaan strategi pembelajaran
merupakan sesuatu yang menyatu dalam diri yang kurang tepat, dapat membuat siswa
seseorang bahkan disiplin adalah sesuatu yang kurang tertarik dan mudah bosan, sehingga
menyatu dalam kehidupan manusia yang siswa bertindak semaunnya sendiri.
muncul dalam pola tingkah laku sehari- hari Kedudukan guru BK sebagai tenaga
baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun profesional dibuktikan dengan undang- undang
masyarakat. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Namun, pada kenyataannya masih banyak Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6, UU
masalah rendahnya kedisiplinan dan nomor 111 tahun 2014 dan penguasaan nya
kemampuan komunikasi yang sering terhadap standar kompetensi bidang
menghambat maupun mempengaruhi bimbingan dan konseling dan memeliki
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Banyak sertifikat Pendidikan, Bimbingan dan
ditemukan bentuk-bentuk ketidak disiplinan konseling diperuntukkan bagi semua peserta
siswa dan rendahnya komunikasi dengan guru. didik/konseli dan tidak diskriminatif. Prinsip
Permasalahan yang muncul antara lain: 1) Saat ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada
mengikuti pelajaran siswa terkesan tidak atau semua peserta didik/konseli, baik yang tidak
kurang serius, bahkan bertindak semaunya bermasalah maupun yang bermasalah; baik
sendiri, 2) Siswa datang terlambat, 3) Siswa pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa tanpa diskriminatif. Peran Secara sederhana penelitian kualitatif
Guru BK dalam konteks formal secara tegas bertujuan menemukan jawaban terhadap suatu
diatur dalam pasal 1 ayat 6 undang-undang fenomena atau pertanyan melalui aplikasi
Republik Indonesia nomor 20 tentang sistem prosedur ilmiah secara sistematis dengan
Pendidikan Nasional. Menurut pasal tersebut, menggunakan pendekatan kualitatif (Winarni
peran Guru BK yang berkualitas sebagai Dalam Ahmad Farozi : 2020).
Konselor adalah untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan pendidikan.
SMP Negeri 1 Benua Lima sebagai HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lembaga pendidikan menengah pertama yang
salah satu misinya adalah Meningkatkan 1. Bentuk-Bentuk Ketidak Disiplinan
disiplin semua warga sekolah. Sebenarnya jika Siswa di SMPN 1 Benua Lima
diteliti lebih dalam kedisiplinan di SMPN 1
Benua Lima sudah baik tapi perlu ditingkatkan Membolos
lagi. Karena yang namanya siswa tidak bisa Membolos merupakan suatu tindakan
memiliki perilaku disiplin yang sama, masih pergi dari sekolah atau tidak datang ke sekolah
ada siswa yang susah untuk disetarakan tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari
dengan siswa lainnya yang perilaku sekolah. Psikolog Dian Apriyatni Psi
kedisiplinannya baik. misalnya masih ada mengatakan, kebiasaan bolos sekolah itu
siswa yang terlambat datang kesekolah, disebabkan oleh banyak faktor, dimana tidak
membolos atau tidak masuk tanpa keterangan, semuanya mutlak kenakalan siswa, ada
siswa yang jalan-jalan pada saat jam pelajaran, beberapa faktor yang menyebabkan siswa
pergantian jam menghilang, penggunaan pergi dari sekolah, diantaranya karena merasa
atribut seragam yang kurang lengkap seperti bosan, dengan gaya mengajar dari guru.
tidak memakai dasi, memakai sepatu tidak Karena biasanya jika guru berhasil
hitam polos, belt yang tidak dipasang, dan lain membangun suasana belajar yang menarik
sebagainnya. bagi siswanya maka senakal apapun siswa
Dalam hal ini harus ada tindakan guna tersebut maka dia akan menunggu siswa
menangani masalah yang terkait dengan tersebut.
ketidakdisiplinan yang di lakukan siswa - siswi Berbeda dengan guru-guru yang sudah
tersebut sejak dini, karena bila tidak segera di menakutkan bagi siswa mulai dari gaya
tangani maka di khawatirkan akan semakin mengajar, cara menghadapi siswa hingga
besar masalah tersebut dan akan semakin sulit memberikan tugas, tetapi ada juga yang
untuk mengatasainya. memang bolos karena gurunya gagal membuat
suasana menarik dikelas sehingga membuat
METODE PENELITIAN siswa bosan dan mencoba mencari suasana
. berbeda diluar sekolah. Penyebab lain adalah
Metode penelitian adalah ilmu yang adanya masalah pribadi baik dengan orang tua,
mempelajari cara-cara melakukan pengamatan pacar, keluarga maupun teman- teman dan
dan pemikiran yang tepat secara terpadu masyarakat
melalui tahap-tahap yang disusun secara
ilmiah untuk mencari, menyusun serta Membuat keributan di dalam kelas
menganalisi dan menyimpulkan data-data Kegaduhan, keributan dan kebisingan yang di
sehingga dapat dipergunakan untuk lakukan oleh murid murid di kelas sudah
menemukan ,mengembangkan ,dan menguji bukan hal yang baru lagi dalam kegiatan
kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan belajar di kelas. Bahkan kegaduhan merupakan
penelitian. suatu tradisi bagi para pelajar khususnya
Penelitian ini mengkaji tentang Peran kegaduhan di dalam kelas. Ada beberapa yang
Guru Bimbingan dan Konseling Dalam menyebabkan kegaduhan di dalam kelas
MengatasiKedisiplinan Siswa di sekolah karena pergaulan dengan teman yang salah dan
SMPN 1 Benua Lima. Jenis penelitian kurangnya perhatian dari orang tua membuat
kualitatif yang dapat diartikan sebagai metode remaja berbeda sehingga sering melakukan
fenomologi,artinya suatu penelitian yang tindakan kenakalan yang melanggar norma
menekankan pencarian makna, pengertian, berlaku. Perilaku mengganggu di kelas jarang
konsep, karakterristik, gejala, simbol. di bicarakan padahal frekuensi dan
intensitasnya sebenarnya cukup tinggi tetapi
jarang di laporkan karena ketidak tahuan guru 2. Faktor yang mempengaruhi Terjadinya
(wicaksono,2013). Permasalahan ketidak disiplinan pada
Perilaku menggangu di kelas atau siswa di SMPN 1 Benua Lima
disruptive Classroom behaviors (DCB) dapat
di definisikan sebagai perilaku tampak yang Berdasarkan data-data temuan dilapangan
terjadi di dalam kelas yang mengganggu guru selama penelitian berlangsung dan hasil
atau siswa yang lain, contohnya yaitu menolak wawancara dengan beberapa informan maka
berpartisipasi atau bekerjasama dalam kegiatan dapat di uraikan bahwa faktor penyebab
kelas, mengabaikan hak orang lain, tidak ketidakdisiplinan pada siswa SMPN 1 Benua
memperhatikan pelajaran, membuat keributan Lima sebagai berikut:
dan meninggalkan tempat duduk tanpa ijin Faktor Keluarga
(bidell& Deacon,2010:3). Kartini Kartono, Kenakalan Remaja.
(2013:57) menjelaskan bahwa :
Bermain Handphone Dikelas Kenakalan yang dilakukan oleh anak-
Kerugian atau kekurangan penggunaan anak dan terutama remaja pada umumnya
handphone di proses belajar yaitu salah merupakan produk dari konstitusi defektif
satunya para orangtua adalah menjadikan mental orang tua, anggota keluarga, dan
anak malas dalam belajar karena terfokus akan lingkungan tetangga dekat, ditambah dengan
adanya HP yang dapat mengganggu proses nafsu primitif dan agresivitas yang tidak
belajar mengajar, bisa jadi karena adanya terkendali semua itu mempengaruhi mental
notifikasi pesan ataupun dari aplikasi game. dan kehidupan perasaan anak muda yang
Beberapa orang beranggapan menggunakan belum matang dan sangat labil. Pada
handphone saat jam pembelajaran membuat umumnya semua perbuatan kriminal mereka
siswa tidak konsentrasi. Ketika guru sedang itu merupakan mekanisme kompensatoris
menjelaskan materi pembelajaran dan siswa untuk mendapatkan pengakuan terhadap
asyik bermain handphone membuat siswa egonya, disamping dipakai sebagai
tidak mendengarkan materi yang disampaikan kompensasi pembalasan terhadap perasaan
dan tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh minder yang ingin ditebusnya dengan tingkah
gurunya. Siswa juga menjadi tidak peka laku yang merasa dirinya paling hebat dari
terhadap lingkungan sosial karena sering teman-temannya yang lain. Lewat semua
menggunakan handphone. selanjutnya adalah perrbuatan tersebut mereka ingin tampak
masih rawannya tindakan kejahatan di sekitar menonjol dan ingin diperhatikan banyak
lingkungan sekolah. Para orang tua juga orang.
beranggapan bahwa penggunaan handphone di Faktor lingkungan (pergaulan)
saat jam pelajaran atau pembelajaran membuat Remaja mengalami perubahan sosial
pemborosan terhadap kuota yang harusnya dalam hidup ditengah-tengah masyarakat,
uang itu bisa digunakan untuk kebutuhan pengaruh baik dan buruk selalu muncul. Masa
sehari-hari, ternyata harus digunakan untuk transisi pada kehidupan remaja dalam
kuota belajar. pencarian identitas dirinya, remaja sangat
Handphone adalah gadget yang sangat terpengaruh oleh pergaulan sosial masyarakat
diperlukan dimasa seperti ini. Handphone disekitarnya. Jika masyarakat disekitarnya
merupakan alat dalam komunikasi elektronik baik maka remaja tersebut juga akan
suara yang biasa atau bisa dibawa kemana- berkembang baik dan sebaliknya. Jadi tidak
mana dan memiliki kemampuan untuk bisa dipungkiri lagi bahwa lingkungan sangat
mengirimkan pesan secara tepat baik berupa perpengaruh terhadap perilaku manusia.
tulisan maupun dalam kesehariannya. Para Terlebih lagi pada anak yang berada pada
siswa tidak bisa meninggalkan handphone masa transisi yang belum siap sepenuhnya
apalagi dengan semakin berkembangnya untuk menyesuaikan diri dengan
teknologi sehingga memiliki berbagai fungsi, lingkungannya sehingga ia akan terbawa
sekaligus bukan hanya sebagai alat dengan gaya hidup baru yang dianggap trend
komunikasi saja namun telah berkembang an digemari banyak orang tanpa memikirkan
menjadi alat dengan fungsi lainnya seperti; apakah itu benar dan salah, jadi sangat wajar
sebagai media hiburan, media bisnis, dan bila remaja usia sekolah saat ini banyak yang
sebagainya. berbuat nakal yang terbawa oleh tren dunia
luar yang serba memukau bagi kalangan lain sebagainya. Jadi disamping karena faktor
remaja. Lingkungan berperan penting dalam lingkungan masyarakat, keluarga, sekolahpun
menentukan kelakuan manusia menjadi pemicu timbulnya berbagai bentuk
Remaja sebagai bagian dari anggota kenakalan bagi peserta didik.
masyarakat akan mendapat pengaruh dari
keadaan masyarakat dan lingkungannya baik Hubungan guru dan murid
secara langsung maupun tidak langsung. Guru di sekolah memiliki peran penting
Pengaruh yang dominan adalah akselerasi dalam membantu remaja untuk mengatasi
perubahan sosial yang sangat cepat yang kesulitannya, yang kadang-kadang kurang
ditandai dengan berbagai peristiwa-peristiwa mampu memusatkan perhatiannya terhadap
yang menimbulkan ketegangan pada diri pelajaran, mudah tersinggung atau condong
remaja, seperti pesaingan dalam ekonomi, bertengkar dengan temannya. Keterbukaan
pengangguran, media masa, fasilitas rekreasi, hati guru menerima remaja yang demikian
serta berbagai tempat rekreasi yang dapat akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan
memicu terjadinya kenakalan bagi kaum tingkah lakunya yang kurang baik” (Zakiyah
remaja terutama remaja usia sekolah. daradjat, Remaja harapan. 1995:79).
Faktor lingkungan sekolah Zakiyah daradjat, Remaja harapan.
Faktor-faktor yang dapat membuat siswa (1995:92) menjelskan bahwa :
menjadi nakal selama berada disekolah, Namun dewasa ini sering terjadi
misalnya: perlakuan guru yang tidak adil, hukuman atau
Faktor teman sekolah sangsi-sangsi yang kurang menunjang
Setiap pendidikan mengisyaratkan tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang
sosialisasi, apabila sekolah menjalankan fungsi tiada putus-putusnya disetai disiplin yang
pensosialisasinya maka akan terbinalah terlalu ketat, disharmonis antara peserta didik
suasana yang baik bagi setiap peserta didik. dan pendidik, kurangnya kesibukan belajar di
Namun demikian tidak dielakkan lagi rumah, proses pendidikan yang kurang
kenakalan yang terjadi dikalangan para siswa menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak
juga berasal dari lingkungan sekolah, anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau
remaja yang sudah duduk di bangku SMP pada tidak langsung terhadap peserta didik di
umumnya menghabiskan waktu hingga tujuh sekolah sehingga dapat menimbulkan
jam untuk berada di sekolah setiap harinya. Ini kenakalan remaja (juvenile deliquence).
berarti hampir sepertiga waktunya setiap hari Berdasarkan pembahasan dari hasil data
dilewatkan di sekolah. Tidak mengherankan temuan dan hasil wawancara dengan beberapa
apabila pengaruh sekolah terhadap informan diatas peneliti menyimpulkan
perkembangan jiwa remaja cukup besar. Pada tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
dasarnya pengaruh sekolah tentunya ketidakdisiplinan belajar adalah :
diharapkan positif terhadap perkembangan
jiwa remaja karena sekolah sebagai lembaga Karena faktor lingkungan keluarga yaitu :
pendidikan seperti halnya dengan keluarga. faktor ekonomi keluarga, kurangnya perhatian
Fungsi sekolah sebagai pembentuk nilai dalam dan kasih sayang dari orang tua, terlalu
diri remaja saat ini banyak menghadapi memanjakan anak, disharmonis dan brokent
tantangan, yang salah satunya adalah home. Karena faktor lingkungan tempat
kenakalan yang dilakukan oleh siswa. mereka tinggal Karena faktor lingkungan
Ini memberikan kesan bahwa disamping sekolah, seperti faktor teman sekolah,
karena pergaulan dengan teman sebayanya hubungan guru, dan murid serta faktor
selama berada disekolah juga karena bahan perkembangan dunia maya atau sering di sebut
ajar yang tidak menyenangkan disertai guru sosial media
yang menyampaikan pelajaran dengan cara
yang kurang menarik dan cendrung memaksa 3. Upaya Guru BK Dalam menangani
serta tidak membuat para siswa tidak bergairah permasalahan Kedisiplinan Siswa di SMPN
untuk belajar akan menimbulkan jenis 1 Benua Lima
kenakalan baru yang dilakukan oleh para
siswa, seperti tidak mengerjakan PR, bolos Identifikasi masalah
sekolah, tidak mentaati peraturan, suka Guru BK memanfaatkan kemampuan dan
mengganggu temannya yang lagi belajar, dan pengetahuannya yang lebih banyak dari klien
untuk memberikan informasi atau mencari bisa berfungsi dengan lebih baik dan setiap
jalan keluar mengenai hal-hal atau masalah anggota keluarga dapat menjalankan fungsinya
yang belum diketahui oleh klien. “Misalnya, masing-masing yang selalu saling mendukung
memberitahu tentang akibat dari perilaku yang dan mengisi dengan anggota keluarga lainnya.
menyimpang, memberitahu tentang “Dalam hal ini pendidik atau orang tua sangat
kemungkinan-kemungkinan melanjutkan berperan penting dalam perkembangan anak
sekolah, tentang cara belajar yang efektif, atau peserta didik. Kalau perlu orang tua
tentang seksualitas, dan sebagainya. Dengan menjadi teman dan sahabat bagi anaknya,
mendapatkan pengetahuan tambahan ini sehingga anak bisa dengan leluasa
diharapkan klien dapat menyelesaikan menceritakan segala keinginannya”
masalahnya dikemudian hari” (Sarlito, (Simanjuntak, latar belakang Kenakalan
Psikologi Remaja. 2011:228). Remaja, 1983:85).

Pemberian bimbingan peringatan dan Memanggil orang tuanya


hukuman Memanggil orang tua siswa-siswi yang
bersangkutan guna untuk memenuhi undangan
“Bimbingan adalah proses bantuan dari pihak sekolah dengan tujuan memberitahu
terhadap individu yang membutuhkanya. (orang tua) tentang kejadian yang dilakukan
Bantuan tersebut di berikan secara bertujuan, oleh anaknya.
berencana dan sistematis, tanpa paksaan
melainkan atas kesadaran individu tersebut, Kerjasama para guru
sehubungan dengan masalahnya” (willis, Untuk mencapai hasil yang maksimal
2014:13). dalam sebuah usaha tentu kita membutuhkan
Dalam menangani suatu permasalahan orang yang bisa membantu kita dalam
langkah awal yang harus dilakukan adalah menggapai target yang diinginkan atau disebut
memberikan bimbingan atau teguran kepada dengan kerjasama. Sebagaimana yang
orang yang bermasalah tersebut, hal ini dikatakan oleh Syamsu Yusuf, “kerjasama
dilakukan karena orang yang melakukan yaitu sikap mau bekerjasama dengan
kesalahan tersebut mungkin ada faktor-faktor kelompok” (syamsu yusuf, Psikologi
yang mendorongnya untuk melakukan perkembangan anak, 2011:125). Kerjasama
pelanggaran atau kesalahan yang dapat akan memudahkan kita dalam menyelesaikan
merugikan orang lain terutama dirinya sendiri. suatu pekerjaan karena kita mempunyai
Oleh sebab itu, bimbingan dan arahan sangat kekurangan dan kelemahan sehingga harus
tepat untuk diberikan kepada orang seperti ini, dibantu melalui kerjasama dengan orang lain.
agar dapat menyelesaikan permasalahan yang
sedang dihadapinya. Setelah diberikan KESIMPULAN
bimbingan dan arahan akan tetapi tetap
melakukan pelanggaran dan kesalahan untuk Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
kesekian kalinya maka tindakan selanjutnya disimpulkan bahwa terdapat sejumlah
yang harus dilakukan adalah dengan permasalahan ketidakdisiplinan dalam belajar
memberikan hukuman. yang dialami oleh para remaja di SMPN 1
Benua Lima. Beberapa bentuk
Kunjungan rumah ketidakdisiplinan tersebut didapatkan dari hasil
Dalam rangka menangani dan mengatasi temuan, yaitu seringnya siswa membolos,
masalah remaja adakalanya dilakukan terapi menciptakan keributan di dalam kelas, dan
sekaligus terhadap seluruh atau sebagian menghabiskan waktu belajar dengan bermain
anggota keluarga (ayah, ibu dan anak-anak). HP. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
Biasanya hal ini dilakukan jika dinilai masalah ketidakdisiplinan belajar siswa juga
yang dihadapi remaja berkaitan erat dengan diidentifikasi melalui hasil temuan, termasuk
perilaku atau cara-cara pendekatan yang faktor keluarga, lingkungan masyarakat, dan
dilakukan oleh orang tua atau anggota kondisi lingkungan sekolah.
keluarga lainnya dirumah terhadap remaja atau Dalam mengatasi perilaku maladaptif
siswa yang bermasalah tersebut. siswa di SMPN 1 Benua Lima, guru
Tujuan dari tehnik terapi keluarga ini bimbingan dan konseling (BK) berupaya
adalah agar keluarga sebagai satu kesatuan melakukan beberapa tindakan konkret.
Pertama, guru BK melakukan identifikasi memberikan bimbingan, pengawasan, dan
masalah yang dialami oleh siswa sebagai perhatian yang intens terhadap perkembangan
langkah awal untuk pemahaman yang lebih anak, terutama pada masa peralihan dari anak-
baik. Selanjutnya, guru BK mengumpulkan anak menuju remaja, guna membantu mereka
data untuk memahami latar belakang siswa tumbuh dan berkembang secara mandiri serta
yang dapat memberikan wawasan lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
mendalam terkait faktor-faktor yang sekitarnya.
mempengaruhi perilaku mereka.
Selain itu, kerjasama antara guru, Keempat, kepada sekolah diharapkan
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), serta memiliki peran aktif dalam menangani
orang tua dianggap sangat penting dalam masalah ini dengan memberikan program
menangani masalah siswa, baik di dalam bimbingan yang efektif dalam proses
maupun di luar lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran, sehingga siswa dapat
bersama ini diarahkan untuk mencari solusi memahami peran mereka sebagai pelajar
bersama dan mendukung siswa dalam dalam lingkungan sekolah.
mengatasi permasalahan mereka. Bimbingan
dan konseling juga menjadi bagian integral Terakhir, peneliti lain diharapkan dapat
dari strategi ini, dengan pemberian teguran, menggunakan hasil penelitian ini sebagai
poin, dan hukuman yang memiliki tujuan landasan untuk pengembangan lebih lanjut
mendidik. Edukasi tentang konsekuensi dari dalam bidang program bimbingan dan
perbuatan pelanggaran juga dilakukan, konseling di sekolah, terutama pada tingkat
dilanjutkan dengan evaluasi terhadap tindakan SMP. Dengan demikian, hasil penelitian ini
yang diambil dan perubahan perilaku siswa. diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
Dengan demikian, tindakan berkelanjutan berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan
yang melibatkan berbagai pihak diharapkan dan penanganan masalah siswa di sekolah.
dapat membantu mengatasi masalah
ketidakdisiplinan belajar siswa di SMPN 1 DAFTAR PUSTAKA
Benua Lima.

SARAN

Berdasarkan temuan penelitian yang


dilakukan di SMPN 1 Benua Lima, terdapat
beberapa saran yang dapat disampaikan
kepada berbagai pihak guna meningkatkan
penanganan ketidakdisiplinan belajar siswa
dan masalah-masalah terkait. Pertama, kepada
guru bimbingan konseling disarankan untuk
meningkatkan kesabaran, kecermatan, dan
profesionalisme dalam memberikan bimbingan
serta mengatasi masalah yang dihadapi oleh
siswa, baik dalam aspek pribadi, sosial,
maupun belajar.

Kedua, kepada siswa diingatkan


pentingnya kemampuan menyesuaikan diri
dengan baik dan patuh terhadap peraturan
sekolah, serta memiliki kemampuan bergaul
dengan baik dalam memilih teman di
lingkungan sekolah dan masyarakat.

Ketiga, kepada orang tua diharapkan


memberikan pendidikan yang kuat terkait
akhlak, nilai-nilai agama, dan norma-norma
kehidupan kepada anak-anak. Selain itu, perlu
Yohana,Irhamni Gusti,Heiriyah Ainun, STRATEGI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM MENGATASI SISWA YANG TIDAK DISIPLIN DI SMP NEGERI 17
BANJARMASIN, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2019
Kompri, Motivasi Pembelajaran Persepektif dan Siswa, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2015),h.130
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi & Implementasi secara Terpadu di Lingkungan
Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat, (Yogyakarta: AR-RUZZ Media,
2014), h.136
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi & Implementasi secara Terpadu di Lingkungan
Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat, h.136
Sigit Setiawan. “Pengaruh Bentuk Pola Asuh Orang Tua dan Regulasi Diri Terhadap Disiplin Siswa:
Ilmu Psikologi.” Vol.5, No.2/2017.
Tulus Ta’al, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta:Grafindo, 2004), h.38
Candra Wijaya, (2017) Perilaku Organisasi (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan nasional.
Dominika (2014), Pemahaman Keterampilan Guru Bimbingan Konseling, (Yogyakarta : UNY.
Fitria, H., Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2019). Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Melalui
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. ABDIMAS UNWAHAS, 4(1)
Junierissa Marpaung, Sri Wahyuni Adiningtiyas, Ramdani Ramdani, (2021), Kepuasan Siswa
terhadap Layanan Bimbingan Konseling di SMA Kota Batam .Vol 4, 1.
Munawir et al. (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7 (1): 75 – 83
Namora Lamongan Lubis (2011), Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun 2005), (Jakarta,
Sinar Grafika, 2009)
Akmaluddin, Boy Haqqi(2019), Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah Dasar (SD) Negeri Cot Keu
Eung Kabupaten Aceh Besar (Studi Kasus)
Dra. Siti Masruroh(2012), Upaya Peningkatan Kedisiplinan Masuk Kegiatan Belajar Mengajar
Melalui Layanan Konseling Individu Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 4 Surakarta
Semester Satu Tahun 2011/2012
Eka Khristiyanta Purnama(2015), PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN SISWA SEKOLAH
DASAR MELALUI PEMANFAATAN MEDIA AUDIO PENDIDIKAN KARAKTER,
Yogyakarta
Ahmad Manshur(2019), STRATEGI PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN SISWA, Volume 4
nomor I, IAI Sunan Giri Bojonegoro
Siska Novra Elvina(2019), Teknik Self Management dalam Pengelolan Strategi Waktu Kehidupan
Pribadi Yang Efektif,vol 3 no 2
Annisa Nurul Fatimah,Winny Sujayati, Wiwin Yuliani(2019), EFEKTIVITAS TEKNIK SELF-
MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA
SMA, Vol 2 No 1, IKIP Siliwangi
Fajriani Fajriani, Nur Janah, Desi Loviana(2016), Self-Management Untuk Meningkatkan
Kedisiplinan Belajar Siswa: Studi Kasus di SMA Negeri 5 Banda Aceh, Vol 10 No 2

Anda mungkin juga menyukai