Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku tatakrama siswa disekolah yang sangat menonjol yaitu masih ada

sebagian siswa yang kurang memahami nilai-nilai dasar tatakrama, hal ini dapat

terlihat saat peneliti melakukan pengamatan secara langsung disekolah, perilaku-

perilaku yang menonjol antara lain bertutur kata yang tidak baik, berlaku kasar, tidak

menghargai guru-guru dan teman-teman disekolah, mencoret-coret dinding sekolah,

berpakaian yang tidak senonoh atau tidak sesuai dengan aturan disekolah. Hal ini

disebabkan karena karena kurang kesadaran orangtua dalam mendidik anaknya,

kurangnya pemahaman siswa terkait tatakrama dan kurangnya perhatian dari guru-

guru secara khususnya guru bimbingan konseling.

Mengabaikan perilaku tatakrama bisa menimbulkan salah paham dan keresahan

antara orang tua dengan anaknya, antara guru dengan muridnya, antara siswa dengan

siswa, antara warga dengan masyarakat lingkungan. Karena setiap insan, tua atau

mudah, tinggi atau rendah, pria atau wanita, guru atau murid sama-sama ingin

dihargai dan dihormati martabat kemanusiaannya, pengabdian sopan santun itu kerap

kali menjadi sebab pertama didalam menimbulkan ketegangan antara sesama insan.

Menurut Ibrahim (2003 : 32) Tatakrama artinya cara melakukan pergaulan antara

seseorang dan orang lain. Menurut tatakrama, bergaul dengan orang yang berbeda,

berbeda pula tatakramnya. Terhadap orang yang lebih mudah kita menyayangi,

terhadap orang yang sederajat kita harus menghargai, sedangkan terhadap orang yang

lebih tua kita harus menghormati. Aturan cara menghargai orang lain inilah yang

disebut dengan tatakrama.

1
Sari (2010 : 5) Menyatakan bahwa Tatakrama adalah perbuatan atau tindakan

yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku untuk

kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi dengan lingkungan yang kemudian dijadikan

kebiasaan. Dengan istilah lain tatakrama adalah norma kebiasaan yang mengatur

tentang sopan santun dan telah disepakati oleh lingkungan.

Menurut Nurochim (2013 : 142), pendidikan karakter adalah suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

tersebut,seperti : Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa

(YME) yaitu: pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu

berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau keagamaan. Nilai karakter dalam

hubungannya dengan Diri sendiri, yaitu : jujur, berperilaku baik, bertanggung jawab,

disiplin, kerja keras, percaya diri, berpikir logis, mandiri dan cinta ilmu. Nilai karakter

dalam hubungannya dengan Sesama, yaitu : sadar akan hak dan kewajiban diri dan

orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain,

sopan santun dan demokratis. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan,

yaitu : peduli sosial dan lingkungan, nilai kebangsaan, nasionalis, menghargai

keberagamaan. Dalam pendidikan karakter disekolah semua komponen harus

dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum

proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan

mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,

pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan

lingkungan sekolah.

Menurut Subaedi (2011 : 1-2) Penguatan Pendidikan karakter dalam konteks

sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara

2
kita. Diakui atau tidak saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkwatirkan bagi

masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak.

Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka

kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja,

kebiasaan menyontek, sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat

diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi

dianggap sebagai suatu persoalan sederhana karena tindakan ini telah menjerumus

kepada tindakan kriminal.

Menurut Azzet, M (2011) Kehadiran guru bimbingan dan konseling disekolah

dipandang sangat penting seiring dengan perubahan cara pandang masyarakat

pendidikan sebagai eksistensi seorang guru. Bila dahulu seorang guru mempunyai

peran yang sangat penting dan menjadi pusat dalam proses belajar mengajar dikelas,

kini guru berperan sebagai pendamping yang menemani anak didik belajar untuk

mencapai kecerdasan dan kedewasaan. Guru bimbingan konseling harus

melaksanakan ke tujuh layanan bimbingan dan konseling agar setiap permasalahan

yang dihadapi siswa dapat di antisipasi sedini mungkin sehingga tidak mengganggu

jalannya proses pembelajaran. dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar

secara optimal tanpa mengalami hambatan dan pemasalahan pembelajaran yang

cukup berarti. Dalam iklim perubahan pendidikan sebagaimana tersebut, peran guru

menjadi tidak dominan didalam kelas. Kehadirannya hanya mendampingi anak didik

agar bisa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pada saat seperti inilah

sesungguhnya peran guru dalam membantu anak didik untuk dapat mengambil

keputusannya sendiri sangat dibutuhkan. Hal ini semestinya dapat dilakukan oleh

setiap guru atau lebih khususnya dilakukan oleh seorang guru bimbingan dan

konseling.

3
Disamping itu juga Azzet, M (2011) menyatakan bahwa kehadiran guru

bimbingan dan konseling dipandang penting karena adanya sebuah fakta yang harus

diperhatikan adalah bahwa setiap individu mengalami perkembangan dalam berbagai

aspek dalam dirinya. Pada saat mengalami perkembangan ini tidak sedikit individu

yang mendapatkan masalah. Ditambah lagi seiring dengan perkembangan yang

terjadi, individu juga mendapatkan perubahan tuntutan lingkunagn terhadap dirinya,

kenyataan inilah yang apabila tidak dapat dihadapi dengan baik oleh individu anak

didik maka akan memunculkan persoalan tersendiri.

Menurut Wardati (2011 : 67) Konteks tugas pembimbing mencakup wilayah

layanan yang bertujuan memandirikan individu yang normal dan sehat dalam

menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan termasuk yang

terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karier untuk

mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera serta menjadi warga masyarakat

yang peduli kemaslahatan atau kepentingan umum (the common good) pada jenjang

pendidikan SMK, guru pembimbing dapat memosisikan diri sebagai konselor

kunjung (Rouving Counselor) yang diangkat pada tiap-tiap gugus sekolah untuk

membantu guru SMK dalam mengatasi perilaku yang mengganggu seperti kurang

bertatakrama, kurang sopan santun terhadap guru, pegawai dan teman-teman

disekolah. Oleh sebab itu Guru bimbingan konseling mempunyai peranan penting

dalam menertibkan siswa yang tidak bertatakrama dalam lingkungan sekolah.

Uraian latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana tatakrama

siswa, apa dampak dari perilaku tidak bertatakrama, ingin mengetahui apa yang

menjadi faktor penyebab lunturnya tatakrama dengan judul “Peran Guru Bimbingan

Konseling Dalam Mengembangkan Tatakrama Siswa Jurusan TKJ Kelas XII B

SMKN 2 Ende Melalui Layanan Konseling Kelompok”.

4
B. Identifikasi Masalah

1. Proses belajar mengajar kurang berjalan efektif.


2. Sikap dan tatakrama siswa dilingkungan sekolah kurang baik.
3. Peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM khususnya belum menyeluruh
sehingga prestasi belajar kurang optimal.
4. Implementasi kurikulum membutuhkan penerapan metode pembelajaran yang
melibatkan peran serta sikap tata karma siswa secara keseluruhan
C. Pembatasan Masalah

Agar arah dan tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan adanya

pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ini dipusatkan pada upaya meningkatkan sikap tatakrama siswa jurusan TKJ

Kelas XII B SMK Negeri 2 Ende dengan layanan konseling kelompok

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana cara meningkatkan sikap tatakrama siswa jurusan TKJ Kelas XII B

SMK Negeri 2 Ende melalui layanan kelompok.

E. Tujuan Dan Manfaat

1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan penelitian dalam

penelitian ini adalah meningkatkan sikap tatakrama siswa jurusan TKJ Kelas XII

B SMK Negeri 2 Ende melalui layanan kelompok.

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

terutama dalam dunia pendidikan khususnya dalam bidang bimbingan dan

konseling berkaitan dengan pemberian layanan bimbingan dan konseling pada

peserta didik sehingga dapat mengupayakan dan mengembangkan tatakrama

5
yang baik pada guru dan siswa dilihat dari hasil penelitian yang akan

diperoleh. Karena layanan bimbingan dan konseling merupakan pemberian

bantuan pada orang yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah atau

yang dikenal dengan “Counseling For All” maka penelitian ini sangat

bermanfaat agar siswa dapat bertatakrama dengan lembaga pendidikan dan

lingkungan sosialnya secara efisien dan efektif sehingga siswa tersebut dapat

mencapai perkembangan secara optimal.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan pikiran bagi kepala sekolah dan guru-guru

di SMK Negeri 2 Ende.

2. Bagi Guru Bimbingan Konseling

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan layanan

bimbingan dan konseling yang dapat mengembangkan tatakrama siswa.

3. Bagi Siswa

Dapat berguna dalam membantu siswa-siswi untuk bertatakrama dengan

baik.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bimbingan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Menurut Wardati (2011 : 17) Bimbingan dan konseling adalah proses interaksi

antara konselor dengan konseli, yakni siswa baik secara langsung atau tidak

langsung dalam rangka membantu klien agar dapat mengembangkan potensi

dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya. Bimbingan konseling

merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntutan yang diberikan kepada individu

pada umumnya, dan siswa pada khususnya disekolah.

Pemberian bantuan kepada anak didik ini dipandang penting agar mereka

dapat memilih, mempersiapkan diri, memegang tanggung jawab, dan

mendapatkan hal yang berharga dari keputusan yang diambilnya. Pemberian

bantuan dalam bimbingan dan konseling ini dilakukan secara terencana, termasuk

menggali segala hal yang terkait dengan anak didik, berdasarkan identifikasi

kebutuhan mereka, tujuan pendidikan, dan harapan dari orang tua peserta didik.

2. Tujuan Bimbingan Dan Konseling

Wardati (2011 : 28) menyatakan bahwa bimbingan dan konseling bertujuan

membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal

sebagai makluk Tuhan, sosial dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan

konseling adalah membantu individu dalam mencapai: Kebahagiaan hidup pribadi

sebagai makluk Tuhan, Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat

dan Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.

7
3. Bidang bimbingan dan konseling

Menurut Wardati (2011 : 43) salah satu fenomena yang sering terjadi dalam

dunia pendidikan adalah bahwa masyarakat menganggap seorang yang belajar di

sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan ijasah dan nilai bagus, tanpa

memperhatikan bekal atau keahlian yang dimiliki peserta didik. Tentunya ini

adalah suatu fenomena dari sekian fenomena dunia pendidikan. Pergantian

kurikulum dari waktu ke waktu tentu dimaksudkan membawa perubahan bagi

kemajuan dunia pendidikan diindonesia. Dengan adanya hal ini guru dituntut

untuk lebih tampil dalam menyampaikan suatu metode pembelajaran. Sama

halnya layanan bimbingan dan konseling, yang sesungguhnya upaya ini tidak

dapat terlepas dari kegiatan belajar mengajar disekolah, karena tidak adanya

bimbingan dan konseling disekolah siswa dapat mengenal potensi diri dan segala

komponen yang ada dalam dirinya. Yang perlu diperhatikan dalam memberikan

layanan bimbingan kepada peserta didik tetap berfokus pada empat bidang

layanan bimbingan. Bidang kegiatan bimbingan dan konseling ini dapat

dikelompokkan yaitu :

1. Bidang pribadi

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

b. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya

untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik kehidupan

sehari-hari maupun untuk peranannya dimasa depan.

c. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi, penyaluran

dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan

produktif.

8
d. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha

penanggulangannya.

e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.

f. Pengembangan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat,

baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

2. Bidang sosial

Bidang ini kerap diberikan pada siswa yang merasa kesulitan dalam

membina pergaulan karena beberapa hal, baik dari luar atau dalam. Ada

beberapa bidang sosial, yaitu :

a. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan

secara efektif.

b. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta

berargumentasi secara dinamis kreatif dan produktif.

c. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan hubungan sosial, baik

dirumah, disekolah, ditempat latihan maupun di masyarakat luas

dengan menjunjung tinggi tatakrama, adat istiadat, hukum, ilmu dan

kebiasaan yang berlaku.

d. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan

teman sebaya, baik disekolah yang sama, disekolah lain, diluar sekolah

maupun masyarakat.

3. Bidang belajar.

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisiensi serta

produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber-belajar,

bersikap pada guru dan narasumber lainnya, mengembangkan

9
keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani

program penilaian hasil belajar.

b. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun

berkelompok.

c. Pemantapan penguasaan materi program belajar disekolah sesuai

perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.

d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan

budaya yang ada disekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat untuk

pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan

pribadi.

4. Bidang karier

Hendaknya dilakukan dengan obrolan dua arah antara konselor, dalam hal

ini guru pembimbing dengan siswa asuhannya seputar masalah cita-cita

berikut kendala yang dihadapinya. Ada beberapa bidang sosial, yaitu :

a. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier

yang hendak dikembangkan.

b. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya khususnya

karier yang akan dikembangkan.

c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha untuk

memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

4. Guru Bimbingan Konseling

Pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah, sudah tentu membutuhkan

seorang konselor pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan. Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi yang

termasuk dalam tenaga kependidikan. Semula, konselor pendidikan disebut

10
sebagai guru bimbingan dan penyuluhan (Guru BP). Penyebutan guru bimbingan

dan penyuluhan ini akhirnya berubah menjadi guru bimbingan dan konseling

(Guru BK) seiring dengan perubahan istilah penyuluhan yang berubah menjadi

konseling. Guru bimbingan konseling merupakan personal sekolah yang memiliki

kesempatan untuk bertatap muka lebih banyak dengan siswa. Oleh sebab itu peran

dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling disekolah sangat diharapkan.

5. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan Konseling

Menurut Wardati (2011: 49) Tugas guru pembimbing yaitu melaksanakan

kegiatan bimbingan dan konseling. Guru hendaknya memahami semua aspek

pribadi peserta didik baik fisik maupun psikis dan mengenal, memahami tingkat

perkembangan peserta didiknya yang meliputi kebutuhan, pribadi, kecakapan,

kesehatan mentalnya. Perlakuan bijaksana akan muncul apabila guru benar-benar

memahami seluruh aspek kepribadian peserta didiknya. Untuk itu guru harus

mampu:

a. Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai individu maupun

kelompok.

b. Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses

pembelajaran.

c. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar

sesuai dengan karakteristik pribadinya.

d. Membantu/membimbing setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah

yang dihadapinya.

e. Menilai keberhasilan siswa.

Proses pendidikan disekolah, siswa merupakan pribadi-pribadi dan berada

dalam proses perkembangan siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam

11
interaksi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individu antara siswa

yang satu dengan yang lainnya. Selain itu siswa sebagai pelajar, senantiasa

terjadi perubahan perilaku sebagai akibat hasil proses belajar yang telah

dilakukan oleh siswa. Beberapa masalah psikologis yang menjadi tugas dan

tanggung jawab guru pembimbing dalam melaksanakan layanan bimbingan

dan konseling disekolah yaitu :

1. Masalah perkembangan individu.

Siswa yang dibimbing merupakan individu yang sedang berada dalam

proses perkembangan menuju kedewasaan. Agar tercapai perkembangan

yang optimal memerlukan asuhan yang terarah. Asuhan guna mencapai

tingkat perkembangan yang optimal bisa dilakukan melalui proses

pendidikan dan pembelajaran, sedangkan bimbingan dan konseling

merupakan bantuan individu didalam memperoleh penyesuian diri sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

2. Masalah sosial.

Masalah yang sering terjadi dalam lingkungan sekolah, keluarga,

masyarakat seperti kurangnya tatakrama siswa terhadap guru, teman

maupun orang tua. Apabila individu tidak mampu menerapkan tatakrama

dengan baik dan tidak menyesuaikan diri, maka timbul banyak masalah.

Dalam kondisi seperti itu, guru pembimbing hendaknya memberikan

bantuan kepada siswa untuk dapat menerapkan tatakrama dan mampu

menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya baik disekolah,

dirumah maupun ditengah-tengah masyarakat secara baik.

12
3. Masalah perbedaan individu.

Individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Disekolah masalah

perbedaan individu/siswa tampak dengan jelas seperti adanya siswa yang

pintar atau cerdas, cepat dan lambat dalam belajar, berbakat, kreatif.

Kenyataan ini membawah konsekuensi dalam pelayanan pendidikan

kepada siswa, terutama yang menyangkut bahan ajar, metode, media,

evaluasi. Selain itu, perbedaan individu juga bisa menimbulkan masalah

bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungannya.

4. Masalah kebutuhan individu.

Selain berada dalam hal perkembangannya, siswa disekolah memiliki

kebutuhan yang berbeda. Tingkah laku individu berkaitan dengan upaya

pemenuhan kebutuhannya, artinya dalam rangka memenuhi kebutuhan,

akan muncul perilaku tertentu dari individu. Apabila individu mampu

memenuhi kebutuhan ia akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya

maupun bagi lingkungannya.

5. Masalah belajar.

Kegiatan belajar merupakan inti dari kegiatan proses pendidikan secara

keseluruhan disekolah. Siswa sebagai pelajar akan banyak dihadapkan

pada persoalan-persoalan belajar. Diantara masalah-masalah belajar

yang dihadapi siswa meliputi : pengaturan waktu belajar, memilih cara

belajar yang tepat, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar

kelompok, memilih mata pelajaran yang cocok, memilih studi lanjutan,

kesulitan konsentrasi, mudah lupa dan mempersiapkan ujian.

13
B. Tatakrama

1. Pengertian Tatakrama

Tatakrama terdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma,

peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan tindakan, perbuatan. Dengan

demikian, tatakrama berarti adab sopan santun, kebiasaan sopan santun, atau

sopan santun.

Arianti (2002: 94) menyatakan bahwa “Tatakrama adalah tata cara atau

aturan turun-temurun yang berkembang dalam suatu budaya masyarakat yang

mengatur pergaulan antar individu maupun kelompok untuk saling pengertian,

hormat-menghormati menurut adat yang berlaku”. Sedangkan Fausiah

(2008:5) mengemukakan bahwa tatakrama merupakan kebiasaan. Kebiasaan

ini merupakan suatu cara yang lahir karena adanya suatu hubungan antara

manusia satu dengan manusia lainnya. Kebiasaan ini muncul karena adanya

aksi dan reaksi dalam pergaulan.

Pembinaan tatakrama adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan

setiap lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan umum baik itu lembaga

pendidikan negeri maupun lembaga pendidikan swasta. Setiap lembaga

pendidikan harus bisa menciptakan lingkungan, lingkungan yang kondusif

dalam pembinaan sopan santun siswa di sekolah sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan proses pembinaan sopan santun siswa. Sehingga ketika

lingkungan sekolah sudah kondusif dan menunjang dalam pembinaan sopan

santun siswa di sekolah maka siswa itupun akan mempunyai kepribadian yang

utuh yang baik yang sesuai dengan tujuan pendidikan umum.

14
2. Manfaat Dan Pentingnya Tatakrama

Sekolah merupakan tempat atau gudangnya ilmu pengetahuan, salah

satunya merupakan tempat harus diterapkan tatakrama secara tertib. Disekolah

seorang siswa harus bertatakrama dengan siswa lain. Guru, karyawan serta

semua wagra sekolah. Tatakrama banyak mempunyai manfaat dalam

kehidupan khususnya disekolah. Berikut ini adalah manfaat tatakrama

diterapkan dilingkungan sekolah. Menurut Robbert (Dalam Ramelan 2008 : 9)

a) Membuat seseorang baik siswa maupun guru disegani, dihormati dan

disenangi orang lain.

b) Dapat membuat individu baik siswa maupun guru lebih mudah untuk

menjalin hubungan baik kita dengan orang lain disekolah.

c) Memberi keyakinan pada diri siswa dalam setiap situasi karena siswa

memiliki tatakrama yang baik atau dengan kata lain dapat membuat

siswa merasa percaya diri karena sudah mentaati dan melaksanakan

tatakrama atau aturan yang berlaku disekolah .

d) Dapat memelihara suasana yang baik dilingkungan sekolah, sehingga

tercipta suasana kondusif untuk melaksanakan kegiatan belajar

mengajar.

3. Ruang Lingkup Tatakrama

1) Penerapan Tatakrama Di Berbagai Lingkungan Kehidupan

(Simorangkir 1984:30)

a) Lingkungan Keluarga

Di rumah siswa / peserta didik dapat menerapkan tatakarma dengan

orang tua, kakak, adik dan anggota keluarga yang lain dalam bentuk

menghormati , menghargai dan mencintai seperti :

15
i. Masuk dan keluar rumah memberi salam dan meminta ijin

atau memberitahu.

ii. Membantu pekerjaan orang tua baik secara langsung maupun

dalam bentuk belajar yang rajin dan tekun.

iii. Menggunakan dan memelihara perabot barang-barang di

rumah tangga serta bertanggung jawab .

iv. Meminta sesuatu hendaknya melihat situasi dan kondisi,

jangan berbohong dan tidak menuntut lebih dari kemampuan

ekonomi orang tua dan selalu berterima kasih kalau diberi.

b) Lingkungan Sekolah

Siswa / Peserta didik dapat melakukan tatakarma dengan guru, para

pagawai tata usaha dan teman -temannya sendiri, seperti :

i. Membenahi kelas sebelum guru masuk.

ii. Hadir di kelas pada waktunya.

iii. Meminta ijin kalau hendak keluar pada saat jam pelajaran

berlangsung pada guru yang mengajar.

iv. Tidak menentang pendapat guru secara emosional.

v. Selalu mentaati tatatertib yang telah diberlakukan sekolah

baik yang tertulis atau yang tidak tertulis.

Bentuk tatakarma sesama peserta didik antara lain dapat

diwujudkan seperti menyapa teman waktu bertemu dengan ucapan

salam atau sapaan lain yang baik, tidak mengolok-olokan teman,

tidak berprasangka buruk, tidak memfitnah, mengunjing, menjaga

nama baik teman dan saling menolong dalam hal yang baik dan

benar menurut aturan, terbuka bergaul dengan semua teman tidak

16
membeda-bedakan apalagi membentuk kelompok sendiri, apabila

meminjam barang milik teman jangan lupa mengembalikan dan

mengucapkan terima kasih.

c) Lingkungan Masyarakat

Tatakarma siswa / peserta didik dilingkungan masyarakat dimulai

dengan tetangga dalam bentuk : Saling bertegur sapa secara santun,

Saling menolong, Rukun, Tidak iri, Tidak mengganggu

ketentraman.

2) Nilai Dasar Tatakrama

Menurut Umaedi ( 2002 : 6) ada 10 nilai dasar tatakrama, yaitu :

a. Ketaqwaan

Ketaqwaan adalah nilai dasar pertama dan utama yang

diperhatikan sekolah dalam menyusun tatakrama dan tata

kehidupan sosial sekolah. Nilai ini adalah nilai universal

melandasi keseluruhan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah

dalam membentuk kepribadian siswa. Beberapa kegiatan

berlandaskan nilai ketaqwaan yang perlu diperhatikan adalah:

1. Berdoa sebelum guru akan memulai mengajar di pagi hari

dan ketika pelajaran akan diakhiri di siang/sore hari.

2. Melaksanakan ibadah bersama di sekolah sesuai dengan

agama siswa masing-masing, dan tidak mengganggu

pemeluk agama lain.

3. Melaksanakan dan mengikuti kegiatan keagamaan

dilaksanakan bersama di sekolah sesuai dengan tuntunan

17
agama masing-masing (antara lain memperingati hari besar

keagamaan, membantu fakir miskin dan anak piatu, dsb).

4. Mendoakan dan menjenguk kepala sekolah, guru pegawai

sekolah, teman atau keluarga mereka yang sakit ditimpa

kesusahan.

5. Menegur dan mencegah teman yang melanggar hukum

agama atau tatakrama dan tata tertib kehidupan sekolah.

b. Sopan Santun Pergaulan

Tata pergaulan antar siswa dan antar warga sekolah Pedoman

Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah

merupakan salah satu unsur sikap dan perilaku yang dapat

diamati dalam kehidupan sekolah. Beberapa kegiatan yang

berkaitan dengan nilai dan tata pergaulan ini antara lain :

1. Mengucapkan salam antar sesama teman, dengan kepala

sekolah dan guru, serta dengan karyawan sekolah lainnya

apabila baru bertemu pada pagi/siang hari atau mau berpisah

pada siang/sore hari, sesuai dengan kebiasaan setempat.

2. Saling menghormati antar sesama siswa, menghargai

perbedaan dalam memilih teman belajar, teman bermain, dan

bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan

menghargai perbedaan agama dan latar belakang sosial

budaya masing-masing.

3. Berani menyampaikan sesuatu yang salah adalah salah dan

menyatakan sesuatu yang benar adalah benar. (Sikap berani

karena benar).

18
4. Menyampaikan pendapat secara sopan tanpa menyinggung

perasaan orang lain.

5. Berani mengakui kesalahan yang terlanjur telah dilakukan

dan meminta maaf apabila merasa melanggar hak orang lain

atau berbuat salah kepada orang lain.(Berani

bertanggungjawab).

6. Menggunakan bahasa (kata) yang sopan dan beradab yang

membedakan hubungan dengan orang lebih tua dan teman

sejawat, dan tidak menggunakan kata-kata kotor dan kasar,

cacian, dan pornografi.

c. Kedisiplinan/Ketertiban

Disiplin atau tertib adalah suatu sikap konsisten dalam

melakukan sesuatu. Beberapa kegiatan yang perlu dibudayakan

di sekolah berkaitan dengan nilai dasar ini antara lain:

1. Tepat waktu masuk sekolah, mengikuti pertemuan, atau

kegiatan lain yang dijadwalkan sekolah.

2. Menumbuhkembangkan sifat sabar dan membiasakan

budaya antri bagi siswa dan warga sekolah dalam mengikuti

berbagai kegiatan sekolah dan luar sekolah berlangsung

bersama-sama.

3. Menjaga suasana ketenangan belajar baik di kelas,

perpustakaan, laboratorium, maupun di tempat lainnya.

4. Menaati jadwal kegiatan sekolah, seperti penggunaan

peminjaman buku di perpustakaan, penggunaan laboratorium

dan sumber belajar lainnya.

19
d. Kebersihan/Kesehatan/Kerapian

Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan dalam

membudayakan nilai-nilai ini, antara lain:

1. Membiasakan siswa dan warga sekolah membuang sampah

pada tempatnya.

2. Mengingatkan dan menegur siswa atau warga sekolah

membuang sampah di sembarang tempat.

3. Mengatur jadwal piket siswa untuk membersihkan ruang

belajar, taman sekolah dan lingkungan sekolah.

4. Membiasakan siswa menjaga kebersihan dan kesehatan

badan, kerapian pakaian (bersih dan sopan), rambut, dan

semacamnya.

5. Tidak mengizinkan siswa merokok.

e. Keamanan

Nilai keamanan harus menjadi landasan bagi siswa dan warga

sekolah dalam berbagai kegiatan baik di dalam maupun di

sekolah. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Menjaga keamanan diri, teman, warga sekolah, barang-

barang perlengkapan sekolah, dan hak milik dalam belajar di

ruang kelas, laboratorium, kegiatan olahraga, kegiatan

belajar dan bermain lainnya.

2. Menjaga keamanan dan keutuhan hak milik pribadi Pedoman

Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah dari

pihak-pihak yang mengganggu baik dari dalam maupun luar

sekolah.

20
3. Menjaga keamanan sekolah dari pengaruh negatif baik dari

luar maupun dari dalam sekolah, seperti pengedaran obat-

obatan terlarang (narkoba), adu domba dengan warga

sekolah maupun warga sekolah lain, dan upaya provokasi

lainnya.

f. Kejujuran

Kejujuran adalah sesuatu yang dilakukan dan tidak bertentangan

dengan hati nuraninya (kebenaran). Kejujuran merupakan salah

satu nilai dasar yang harus ditanamkan kepada seluruh siswa

dalam rangka membentuk kepribadian siswa. Beberapa kegiatan

yang perlu diperhatikan dalam menanamkan kejujuran ini,

antara lain:

1. Membiasakan diri untuk berkata benar dan tidak memfitnah

orang lain.

2. Membiasakan diri untuk tidak menyontek.

3. Membiasakan diri untuk tidak berbuat kebohongan dan

kecurangan.

4. Membiasakan diri untuk selalu menepati janji.

g. Tanggung jawab

Bertanggung jawab mengandung arti berkewajiban menanggung

atau memikul tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan nilai

dasar yang tidak kalah penting dengan nilai dasar yang lain.

Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Melaksanakan tugas piket di sekolah dengan baik.

21
2. Melaksanakan secara sungguh-sungguh seluruh tugas yang

diberikan oleh sekolah.

3. Taat memakai pakaian seragam sekolah yang telah

ditetapkan.

h. Kebersamaan

Kebersamaan adalah suatu tekad yang dilakukan secara bersama

dalam rangka untuk mencapai satu tujuan. Kebersamaan

merupakan wujud kepedulian terhadap sesama. Beberapa

kegiatan yang perlu diperhatikan dalam nilai antara lain:

1. Mengumpulkan dana untuk membantu teman yang tidak

mampu.

2. Mengunjungi teman, guru, karyawan sekolah yang mendapat

musibah, maupun kunjungan silaturahmi.

3. Melarang dan melerai siswa yang berkelahi.

i. Keadilan

Keadilan yaitu suatu tindakan yang dilakukan dengan memihak.

Nilai dasar keadilan sangat perlu ditegakkan dalam kehidupan

sehari-hari. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan, antara

lain :

1. Membiasakan budaya antri (misalnya: mengambil wudhu,

menggunakan fasilitas laboratorium, membayar SPP, dll).

2. Membagi tugas kelompok secara merata sesuai dengan

kemampuan masing-masing.

3. Tidak memperlakukan orang lain secara semena-mena.

22
4. Menggunakan fasilitas sekolah tidak sesuai dengan

peruntukannya.

j. Respek

Respek adalah menaruh hormat atas perbuatan yang mulia. Nilai

ini perlu dimiliki oleh seluruh siswa, guru, warga sekolah, dan

masyarakat. Hal tersebut akan membawa kita kearah lebih baik.

Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Menghargai pendapat teman dalam berdiskusi Pedoman

Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah.

2. Mau menerima saran dan kritik dari orang lain.

3. Tidak segan-segan untuk memberikan pujian atas hasil karya

orang lain.

3) Kaitan Tatakrama Dengan Pendidikan Karakter

Delapan belas nilai karakter dideskripsikan oleh Sari dan Widiyanto

(2013 : 5) seperti berikut :

a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

23
d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis: cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya

untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari suatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara

di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta Tanah Air: cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa.

l. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan

orang lain.

24
m. Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta Damai: sikap perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi

dirinya.

p. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang sudah terjadi.

q. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggungjawab: sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Keterkaitan antara tatakrama dengan pendidikan karakter

ditemukan dalam kesamaan-kesamaan antara 10 nilai dasar tatakrama

dan 18 nilai karakter. Kesamaan-kesamaan tersebut antara lain :

No Nilai dasar tatakrama Nilai karakter

1 Ketaqwaan Religius dan toleransi

2 Kejujuran Jujur

3 Kedisiplinan Disiplin

4 Kebersamaan Semangat kebangsaan

25
5 Respek Menghargai prestasi

6 Bersahabat/komunikatif, cinta Sopan santun pergaulan

damai, toleransi

7 Respek Peduli lingkungan

8 Respek Peduli sosial

4. Macam-Macam Tatakrama

Menurut Mawarni (2012:13) Tatakrama diperlukan dimana saja dan

kapan saja, dahulu, sekarang dan yang akan datang. Tatakrama akan dapat

menciptakan kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan dan keselamatan, Ada

beberapa macam tatakrama yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-

hari termasuk saat hidup atau berinterkasi sosial disekolah. Macam-macam

tatakrama dalam kehidupan sehari-hari tersebut antara lain :

a) Tatakrama Tentang Sikap Saat Kita Bergaul

Sikap saat bergaul dengan orang lain seseorang individu harus dapat

menguasai dan menerapkan etika atau tatakrama pergaulan yang baik

agar individu tersebut dapat menyesuaikan diri dan dapat diterima oleh

lingkungan dimana ia berada, cara bergaul yang keliru dapat

mengakibatkan hal fatal bagi seorang individu dalam hidupnya, karena

bisa saja seorang individu diasingkan karena tidak dapat menerapkan

sopan santun yang baik dalam bergaul bersama orang lain.

b) Tatakrama Tentang Cara Berpakaian

Ketika bergaul dengan orang lain seseorang harus memperhatikan dimana

dia berada, memikirkan dahulu apa yang dilakukan dan diperbuat, begitu

pula saat berpenampilan atau berpakaian seseorang harus pandai

26
menyesuaikan diri, pakaian mana yang akan dipakai ke suatu tempat atau

ke sebuah acara, sebaliknya seseorang berpakaian dengan sederhana dan

tidak berlebihan, memakai pakaian sesuai dengan tempat dan acara yang

sedang dihadiri, tidak menggunakan perhiasan atau aksesori yang

berlebihan dan terlihat rapi.

c) Tatakrama Tentang Cara Berbicara

Ketika berbicara dengan orang lain kita harus menerapkan tatakrama

yang baik, kita harus tahu siapa lawan bicara kita, apakah lawan bicara

tersebut teman, guru, orang tua atau orang yang belum dikenal. Sebagai

individu yang mempunyai etiket baik hendaknya kita dapat

menyesuaikan diri dengan siapa kita bicara, tidak menyela dan memotong

jika orang lain sedang berbicara serta mengeluarkan pendapat dengan

sopan saat berhadapan dengan orang lain orang yang lebih tua khususnya

guru dan orang tua.

5. Ciri-Ciri Siswa Yang Bertatakrama.

Menurut Mulyaningsih (2007:3) Ciri-ciri siswa yang bertatakrama adalah

sebagai berikut :

a. Sopan dan ramah terhadap sesama.

b. Senantiasa memberi perhatian dan ingin membantu orang lain.

c. Memiliki rasa toleransi dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan.

d. Dapat mengendalikan emosi dan situasi.

e. Menggunakan bahasa dan tutur kata yang baik kepada siapapun.

f. Dapat menyenangkan orang lain.

27
6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Lunturnya Tatakrama

Menurut Mawarni (2012:14-15) Seorang individu melakukan sesuatu

berdasarkan apa yang mereka yakini kebenarannya, dan ditentukan oleh

faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi seseorang individu tersebut untuk

bersikap, termasuk saat bertatakrama, faktor-faktor yang mempengaruhi

tatakrama siswa disekolah antara lain :

a. Faktor Dari Diri Sendiri (internal)

Faktor dari sendiri atau faktor internal yaitu salah satu pengaruh yang

timbul dari diri siswa itu sendiri, faktor internal ini merupakan faktor

yang biasanya dipengaruhi oleh kondisi emosi individu. Siswa yang

memiliki keseimbangan emosi yang bagus biasanya akan dapat

mentaati tatakrama dengan bagus pula, sementara siswa yang

keseimbangan emosinya kurang, biasanya akan cenderung merasa acuh

tak acuh atau mengabaikan tatakrama dan aturan-aturan yang berlaku.

b. Faktor Dari Keluarga.

Pengaruh dari keluarga juga sangat mempengaruhi tatakrama siswa

disekolah, seorang siswa yang mendapatkan bekal pendidikan moral

dan tatakrama dari keluarga sejak dini akan berbeda kemampuan

tatakramanya dengan seorang siswa yang mendapatkan pendidikan

tatakrama dari orang tuanya. Keluarga sangat mempengaruhi

kemampuan bertatakrama seorang siswa karena keluarga merupakan

tempat pertama kali seorang siswa berinteraksi sosial jika seorang

individu mendapatkan suatu perlakuan yang baik dan sebagaimana

mestinya maka akan mendukung kemampuan bertatakramanya pada

saat dewasa.

28
c. Faktor Dari Lingkungan

Selain dipengaruhi oleh faktor internal dan keluarga kemampuan

bertatakrama seorang siswa juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat

ia tinggal. Lingkungan yang baik dan disiplin akan mendukung siswa

dapat bertatakrama dimanapun siswa tersebut berada, lingkungan yang

buruk akan mempengaruhi dan menghambat siswa untuk dapat

bertatakrama dengan baik.

7. Upaya Pengembangan Tatakrama

Upaya pengembangan tatakrama bagi siswa meliputi seluruh upaya

pembinaan yang continue, tidak terputus-putus, konsisten, meningkat secara

kualitas sesuai waktu mulai dari TK/PAUD, SD, SMP, SMA/SMK.

Pembinaan tersebut meliputi pendidikan latihan, pengembangan,

permunculan, dan pembiasaan sikap dan perilaku sesuai norma, nilai sopan

santun yang pelaksanaanya tidak dapat dipisahkan dari agama dan budaya

bangsa Indonesia. Pembinaan sikap dan perilaku sesuai norma nilai tatakrama

terhadap siswa akan berjalan efektif dan efisien bila para instruktur dibina dan

dilatih dan dibiasakan bersikap seperti Keterlibatan langsung : Efektif efisien

dan simpati, Menumbuhkan ketertiban internal, Siswa harus sering

dimunculkan atau dihadapkan dalam kenyataan hidup yang memang

memerlukan perlakuan tertentu.

C. Guru Bimbingan Konseling Dan Tatakrama Siswa

Tatakrama bagian dari bimbingan sosial. Menurut Djumhur dan Surya (dalam

Tohirin 2007: 125) bimbingan sosial merupakan bimbingan yang bertujuan untuk

membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam

masalah sosial, sehingga individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar

29
dalam lingkungan sosialnya. Oleh karena itu guru bimbinngan konseling mempunyai

tugas dalam mengembangkan tatakrama pada siswa disekolah.

Dalam iklim perubahan pendidikan sebagaimana tersebut, peran guru menjadi

tidak dominan didalam kelas. Kehadirannya hanya mendampingi anak didik agar bisa

berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pada saat seperti inilah sesungguhnya

peran guru dalam membantu anak didik untuk dapat mengambil keputusannya sendiri

sangat dibutuhkan. Hal ini semestinya dapat dilakukan oleh setiap guru atau lebih

khususnya dilakukan oleh seorang guru bimbingan dan konseling. Disamping itu

kehadiran guru bimbingan dan konseling dipandang penting karena adanya sebuah

fakta yang harus diperhatikan adalah bahwa setiap individu mengalami perkembangan

dalam berbagai aspek dalam dirinya. Pada saat mengalami perkembangan ini tidak

sedikit individu yang mendapatkan masalah. Ditambah lagi seiring dengan

perkembangan yang terjadi, individu juga mendapatkan perubahan tuntutan

lingkunagn terhadap dirinya, kenyataan inilah yang apabila tidak dapat dihadapi

dengan baik oleh individu anak didik maka akan memunculkan persoalan tersendiri.

Dengan demikian anak didik membutuhkan guru bimbingan dan konseling agar dapat

menghadapi perkembangan dan persoalan hidupnya dengan baik. Azzet, M (2011)

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik dimasyarakat

apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau

teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap

dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau

tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkat pengetahuannya,

memberikan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru

berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta

anggota masyarakat, sering menjadi perhatian luas bagi masyarakat.

30
Berangkat dari sebuah kenyataan bahwa setiap anak didik merupakan pribadi

yang unik dan dinamis maka seorang guru yang memberikan pelayanan bimbingan

dan konseling harus mempunyai perhatian utama pada masalah yang dihadapi

individu. Dengan memperhatikan masalah yang dihadapi individu ini, setidaknya ada

dua manfaat yang dipetik.

1. Seorang guru yang memberikan pelayanan bimbingan dan konseling bisa lebih

fokus terhadap anak didik yang sedang didampinginya sehingga hal ini

memudahkan dalam mengatasi masalah yang terjadi.

2. Anak didik merasa mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh sehingga ia

mudah dalam melakukan kerja sama dan muncul semangatnya untuk

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.

Pelayanan guru bimbingan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu

siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi masalah termasuk

membimbing siswa untuk berperilaku tatakrama yang baik. Disinilah dirasakan

perlunya pelayanan bimbingan konseling disamping kegiatan pengajaran, peran yang

dilakukan guru bimbingan konseling dalam mengatasi berbagai masalah siswa dalam

kegiatan belajar maupun dalam berperilaku tatakrama yang baik, permasalahan

tersebut mencakup permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah maupun diluar

sekolah.

Peran guru bimbingan konseling adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang

saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan

kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Sebagai guru bimbingan konseling harus berupaya untuk membimbing dan

mengarahkan perilaku siswa sesuai dengan kemampuan dan minat kearah yang

31
positif, dan menunjang pembelajaran. Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan

sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan

memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan, termasuk

dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan dan kesulitan-

kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian guru bimbingan diharapkan

dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik dari diri siswa baik perkembangan

fisik maupun mental.

D. Penelitian Yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darwin (2010) dengan mengunakan

layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan tatakrama siswa kelas X SMAN 8

Garut, dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa layanan bimbiangan kelompok dapat

meningkatkan tatakrama siswa dalam bersekolah. Berdasarkan penelitian ini maka

peneliti sebagai guru BK di SMK Negeri 2 Ende berharap dapat juga diterapkan

disekolah ini dengan hasil yang memuaskan.

E. Kerangka Berpikir

Faktor penyebab terjadinya perilaku tidak bertatakrama yaitu pertama,

Keluarga yang tidak mampu membahagiakan anaknya juga dapat membuat anak

tersebut mengalami penyimpangan sosial, tidak sopan dalam hal ini mengeluarkan

kata-kata kotor, kasar, mencoret dinding sekolah, berpakaian tidak senonoh. Itu

dikarenakan ia berusaha mencari sumber kebahagiaan dan kasih sayang yang lain.

Anak juga akan mencari perhatian dengan cara berbuat hal yang tidak baik. Kedua,

lingkungan pergaulan secara tidak langsung sangat mempengaruhi perilaku seseorang.

Jika tanpa pengetahuan dan kesadaran yang cukup, seseorang mudah terpengaruh oleh

kelompok pergaulannya yang kerap kali menyimpang.

32
Dampak dari perilaku yang tidak bertatakrama adalah tidak memiliki rasa percaya

diri ketika mengadapi masyarakat dari tingkat manapun, tingkah laku dan ucapannya

tidak mempertimbangkan serta mencerminkan perhatian kepada orang lain, tidak

bersikap sopan, ramah dan selalu menunjukan sikap yang tidak mempertimbangkan

serta mencerminkan perhatian kepada orang lain, tidak bisa menguasai diri sendiri dan

selalu berusaha menyinggung, mengganggu, menyakiti perasaan dan pikiran orang

lain, selalu berusaha mengecewakan, membuat gusar dan membuat orang marah.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada paradigma sebagai berikut :

Guru Bimbingan Bimbingan Konseling


Konseling

Bimbingan Sosial

Tatakrama

Peran guru bimbingan konseling dalam mengembangkan tatakrama :


1. Membantu siswa mengatasi masalah yang tidak bertatakrama.
2. Menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasi siswa
dalam bertatakrama yang baik.
3. Meningkatkan mutu pendidikan seperti pribadi, sosial, intelektual
dan pemberian nilai.
4. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan.

33
F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sikap tatakrama siswa

jurusan TKJ Kelas XII B SMK Negeri 2 Ende akan mengalami peningkatan kearah

yang baik dan semakin memiliki nilai tatakrama dengan adanya layanan konseling

kelompok.

34

Anda mungkin juga menyukai