Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan di sekolah berorientasi pada perubahan siswa dalam belajar dari tidak
tahu menjadi tahu dan perubahan sikap serta tingkah laku. Perubahan lain yang menjadi
penentu suksesnya seorang siswa dalam kehidupan adalah kemampuan siswa
berkomunikasi yang baik dengan orang lain, seperti guru, orang tua ataupun teman di
kelas dan kemampuan membina hubungan baik dan harmonis dengan teman sebaya baik
itu dengan jenis kelamin yang sama atupun yang beda jenis kelamin. Pendidikan memiliki
tujuan yang searah dengan tuntutan perkembangan siswa, seperti yang terdapat pada UU
Sistem Pendidikan Nasional (2003:3 ) yaitu:
“Berkembangnya potensi peseta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Berdasarkan Permendikbud 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
mengamanatkan bahwa Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistic yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,
psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan
memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,
emosional, sosial, spiritual, dan kinestetik peserta didik.
Peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan
mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, salah satunya melalui pelayanan
bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai tujuan untuk
membantu siswa dalam usaha pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar, karir
serta berkelurga dan keberagamaan. Dalam pelayanan dan konseling diharapkan siswa
mampu untuk mencapai pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal.
Peserta didik sebagai remaja yang berkembang dengan baik adalah remaja yang
tugas perkembangannya tercapai dengan sempurna. Tugas perkembangan yang
seharusnya dicapai peserta didik dengan baik dalam hal ini adalah mampu membina
hubungan baik antara kelompok yang berlainan (M. Ali, 2004:10 ). Kemampuan siswa
dalam membina hubungan sosial tergambar bahwa siswa tersebut mampu berinteraksi
dengan baik dengan siapapun, memiliki pandangan yang positif pada orang lain dan
mampu membina hubungan baik dengan orang lain.
Mengembangkan potensi hubungan sosial siswa menjadi harmonis tersebut dapat
dilakukan guru pembimbing dengan memberikan layanan-layanan konseling yang
berjumlah sepuluh layanan dan enam kegiatan pendukung yang sesuai dengaa kebutuhan
dan permasalahan siswa. Layanan bimbingan konseling di sekolah bertujuan untuk
membantu pesrta didik menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan nerencanakan
masa depan sehingga terbentuknya pribadi mandiri ( Prayitno, 1997:23 ).
Namun dari kenyataan yang penulis temui di lapangan, masih ada siswa yang
memiliki hubungan sosial yang kurang harmonis diantara teman satu kelas, terlihat
dengan masih adanya kelompok-kelompok yang selalu menetap dan kurangnya
pembauran di kelas baik dalam segi kegiatan belajar,dan bermain. Meskipun kelompok
sangat besar pada siswa usia remaja dalam memicu semangat belajar dan sebagainya,
namun seharusnya siswa juga mampu membina hubungan baik dengan teman satu kelas.
Kurang hamonisnya hubungan siswa di kelas karena banyak siswa yang terisolir dalam
belajar, dan adanya kelompok-kelompok kecil dalam bermain.
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas terhadap siswa kelas X di SMA Semen Padang dengan judul“ Upaya
Peningkatan Hubungan Sosial Siswa Kelas XI oleh Guru Bimbingan dan Konseling
Melalui Layanan Penempatan dan Penyaluran di SMA Semen Padang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah diuraikan, permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
Apakah dengan pemberian layanan penempatan dan penyaluran dapat
meningkatkan hubungan sosial siswa dikelas sehingga proses belajar mengajar
menjadi lebih efektif?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1. Mengungkapkan penyebab tidak harmonisnya komunikasi hubungan sosial antar
siswa di kelas.
2. Mengungkapkan tingkat hubungan sosial siswa di kelas setelah diberikan layanan
penempatan dan penyaluran.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
 Membangkitkan semangat, partisipasi dan peran siswa dalam belajar
 Mengatasi permasalahan pribadi siswa dan teman dalam hubungan sosial
 Meningkatkan harga diri siswa
 Dapat meningkatkan keakraban antar siswa dalam hubungan sosial di kelas

2. Bagi Penulis
 Meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi dalam pemberian layanan kepada
siswa dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling untuk masa yang akan datang.
 Memberikan sumbangan penyempurnaan praktek karena penelitian tindakan
kelas ini menghasilkan deskripsi dan analisistentang kegiatan, proses atau
peristiwa – peristiwa penting dalam bimbingan konseling
 Menambah informasi atau bahan masukan bagi gurun pembimbing sekolah dalam
rangka perbaikan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling

3. Bagi Guru Mata Pelajaran


 Memahami karakteristik siswa dalam pemberian pembelajaran dan pelayanan.
 Selanjutnya bagi guru, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi cermin
menginstropeksikan diri berkenaan dengan tugas guru dalam membimbing siswa
dikelasnya.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Hubungan Sosial


Hubungan sosial sering diartikan dengan kemampuan seseorang dalam membina
komunikasi, persahabatan dan membina pergaulan dengan orang lain. Dalam
perkembangannya individu ingin tahu bagaimana cara melakukan hubungan secara baik
dan aman dengan dunia sekitarnya, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Hubungan
sosial merupakan cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan
bagaimana pengaruh hubungan itu atas dirinya (M. Ali, 2004:85).
Hubungan sosial dimulai dari lingkungan rumah kemudian berkembang ke
lingkungan sekolah, dan dilanjutkan pada lingkungan yang lebih luas lagi yaitu tempat
berkumpulnya teman sebaya. Dalam perkembangannya setiap individu termasuk peserta
didik ingin tahu bagaimana cara melakukan hubungan sosial yang baik dengan
lingkungan sekitarnya. Peserta didik sebagai seorang remaja yang berkembang akan
melakukan penyesuaian diri terhadap teman sebaya dan kelompok, penyesuaian dalam
bertingkah laku saat berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat, penyesuaian
terhadap penerimaan ataupun penolakan lingkungan serta penyesuaian terhadap aturan
yang berlaku di lingkungannya (Soesilowindradini, 2004:171).
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai oleh seorang remaja adalah
membina hubungan sosial, baik dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa
selain dari guru dan orang tua. Dalam hal ini Elida Prayitno (2002:75) menjelaskan
bahwa remaja dapat berprestasi maksimal dalam belajar jika ia diterima dan dikagurni
dalam kelompok sebayanya dan mampu memecahkan masalah secara baik dengan orang
dewasa terutama guru, orang tua dan orang dewasa lainnya.
Hubungan sosial berarti adanya kegiatan sosialisai seseorang dengan
lingkungannya. Pengertian sosialisasi sukar dirumuskan, namun hal ini pada umumnya
menyangkut apa, mengapa dan bagaimana seharusnya seorang individu khususnya siswa
mampu untuk menyesuaikan diri dengan keinginan masyarakat (tuntutan sekolah).
Mudjiran dkk, (2002:97) merumuskan bahwa sosialisasi adalah proses memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan seseorang berpartisipasi aktif dalam
kelompok atau dalam masyarakat. Ditambahkan lagi oleh Mudjiran dkk, (2002:97)
konsep-konsep penting tentang sosialisasi dan implikasinya dalam pendidikan bertingkah
laku sosial sebagal berikut:
a. Sosialisasi atau bertingkah laku memerlukan proses belajar Hal ini
dapat dilihat bagaimana cara remaja belajar bertingkah laku yang
sopan, menyenangkan dan disukai oleh teman-temannya dan orang lain
di lingkungannya.
b. Sosialisasl merupakan proses yang memungkinkan seseorang merubah
tingkah laku sesuai dengan keinginan masyarakat
c. Sosialisasi merupakan cara penyesuaian antara tingkah laku seseorang
yang berada dalam tingkat perkembangan tertentu tingkah laku yang
diinginkan masyarakat.

Sehubungan dengan itu James E.Calchoum dan Joan Ross Acorello (1990:230)
menyatakan bahwa sejak lahir, melalui hubungan sosial dengan orang lain kita belajar
mengendalikan tubuh kita, berbicara, berfikir, memberikan tanggapan kepada orang lain,
memperdulikan mereka dan orang mengambil prilaku yang cocok dengan mereka. Proses
belajar untuk sosial ini disebut dengan sosialisasi.
Dalam proses hubungan sosial ini akan terjadi interaksi sosial. Hal ini erat
kaitannya dengan pendapat Bales (1992:36) yang menyatakan bahwa dalam hubungan
sosial akan terjadi interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok. Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa
interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih, yang mana
kelakuan individu yang satu akan mempengaruhi kelakuan individu yang lain, hal ini
sejalan dengan pendapat H. Bonner (dalam Abu ahmadi, 2002:57) yang menyatakan
bahwa:
“Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih,
dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain”.

Sehubungan dengan hal itu Calhaun dan Acalello (1990:230) menyatakan bahwa
sejak lahir, melalui hubungan sosial dengan orang lain kita belajar mengendalikan tubuh
kita, berbicara, berfikir, memberikan tanggapan, memperdulikan mereka dan mengambil
perilaku cocok dengan mereka proses belajar tersebut dengan sosialisasi. Dalam
bersosialisasi tersebut maka perlu dibina terlebih dahulu hubungan sosial. Dalam hal ini
hubungan sosial siswa di dalam kelas, sehingga bisa menciptakan interaksi baik itu antara
siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya.

Bimo Walgito (2003:64) mengungkapkan interaksi sosial adalah hubungan antara


individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang
lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Sependapat
dengan hal tersebut H. Bomer (dalam Abu Ahmadi, 2002:54) mengungkapkan interaksi
sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu
yang satu mempengaruhui. mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
sebaliknya.
Dalam membina suatu hubungan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial yang
terjadi sehingga tercipta hubungan sosial yang baik antara sesama teman dalam kegiatan
belajar dikelas. Tanpa adanya kontak sosial dan komunikasi sosial maka kegiatan belajar
tidak akan berlangsung dengan baik, karena tidak terbinanya interaksi sosial/hubungan
sosial sesama teman satu kelas maupun dengan kelas lain.
Apabila dilihat peserta didik yang berada di lingkungan sekolah, maka dalam
melakukan hubungan sosial diartikan peserta didik memiliki cara-cara dalam bereaksi
terhadap guru maupun teman yang berada disekolah.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Sosial


Proses sosialisasi siswa terjadi pada tiga lingkungan utama yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (M. Ali, 2004:93).
1. Dalam lingkungan keluarga, siswa mengembangkan pemikiran sendiri yang
merupakan pengukuhan dasar emosional dan optimisme sosial melalui frekuensi dan
kualitas interaksi dengan orang tua dan saudaranya
2. Dalam lingkungan sekolah, siswa belajar membina hubungan dengan teman-teman
sekolahnya yang datang dari berbagai keluarga dengan status dan warna sosial yang
berbeda
3. Dalam lingkungan masyarakat, siswa dihadapkan dengan berbagai situasi dan
masalah kemasyarakatan
Keluarga merupakan peletak dasar hubungan sosial anak, dan yang terpenting
adalah pola asuh orang tua terhadap anak. Hubungan sosial siswa biasanya dimulai dari
lingkungan keluarga yaitu di rumah, kemudian dengan teman sebaya dan dilanjutkan
dengan teman-teman di sekolah. Kesulitan hubungan sosial siswa di sekolah baik dengan
teman sebaya sangat mungkin terjadi manakala individu dibesarkan dalam suasana pola
asuh yang penuh unjuk kuasa dalam keluarga. M. Ali (2004:85) menyebutkan penyebab
kesulitan hubungan sosial siswa adalah :
“Sebagai akibat dari pola asuh orang tua yang penuh dengan unjuk kuasa
ini adalah timbul dan berkembangnya rasa takut yang berlebihan pada
anak sehingga tidak berani mengambil inisiatif, tidak berani mengambil
keputusan, dan tidak berani memutuskan teman yang dianggap sesuai”.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi hubungan sosial siswa adalah faktor lingkungan keluarga yaitu berupa
pola asuh orang tua dan sikap orang tua kepada anak, dan faktor lingkungan sekolah
seperti' pengaruh teman sebaya, pola hubungan dengan teman sebaya serta faktor
lingkungan masyarakat seperti keadaan sosio emosional masyarakat, kebiasaan
masyarakat dan pola bertingkah laku yang ada di masyarakat yang tidak balk yang
dipahami siswa sehingga membuat siswa menciptakan pola bertingkah laku yang sama
seperti apa yang diperhatikannya di lingkungan, berakibat pada ketidakmampuan siswa
membina hubungan sosial yang baik.
Robert A Baron dan Donn Byrne (Alih Bahasa oleh Ratna Djuwita, 2005:12)
mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
membina hubungan sosial adalah self image baik itu positif ataupun negatif, yaitu
Seseorang dengan self image yang positif mengharapkan agar
disukai dan diterima sehingga dengan demikian merasa mudah untuk
berteman. Self image yang negatif mendorong kearah harapan bahwa
orang lain akan berespon secara negatif, sehingga individu dengan
self image negatif merasa takut terhadap hubungan baru dan
memiliki kesulitan dalam memperoleh teman.

Pendidik hendaknya memberikan informasi pada peserta didik tentang bagaimana


membina hubungan sosial yang baik dengan teman dan juga dengan guru-guru yang ada
disekolah. Selain itu, pendidik hendaknya membantu siswa yang mengalami
permasalahan dalam penyesuaian hubungan sosialnya di sekolah. Selanjutnya guru
pembimbing yang ada di sekolah hendaknya membantu siswa dalam rangka mewujudkan
hubungan sosial yang baik antar peserta didik di sekolah, baik dengan teman ataupun
guru. Adapun hal yang dapat dilakukan antara lain. (1) Memberikan informasi pada
peserta didik tentang membina hubungan sosial yang baik di lingkungan sekolah dan
informasi di kelas mengenai materi kiat membina hubungan sosial yang baik serta
game/permainan pengakraban yang mampu menyatukan siswa di kelas. (2) Mengadakan
kegiatan bimbingan dan kelompok dengan mengangkat dan membahas topik ataupun
permasalahan siswa dalam membinan hubungan sosial yang baik disekolah. (3)
Memberikan pelayanan konseling bagi peserta didik sehubungan dengan permasalahan
sosialnya disekolah. (4) Memberikan layanan mediasi yaitu membantu meyelesaikan
konflik yang. ,jerjadi antara peserta didik ataupun peserta didik dengan guru sekolah.
C. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Menurut M. Ali (2004:91) ada sejumlah karakteristik menonjol dari
perkembangan sosial remaja, adalah :
1. Berkernbangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan.
Menyebabkan remaja memiliki solidaritas yang tinggi dan kuat dengan
kelompok teman sebayanya, jauh melebihi kelompok lain bahkan orang
tuanya.
2. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial. Menyebabkan remaja senantiasa
mencari nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan. Apabila tidak
menemukan mereka cendrung menciptakan nilai-nilai khas kelompok
mereka sendiri.
3. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis, menyebabkan remaja pada
umumnya berusaha keras memiliki teman dekat dari lawan jenisnya atau
pacaran.
4. Mulai kecendrungan memilih karir tertentu

Karakteristik yang menonjol dari perkembangan sosial remaja tersebut terbentuk


berdasarkan pengalaman yang diperolehnya di lingkungan yang diamatinya. Hal ini tentu
saja peserta didiik harus dapat menyesuaikan diri dengan baik, mampu memahami dan
memaknai lingkungan secara positif sehingga terbentuk konsep diri siswa yang baik.
Sebagai seorang remaja perlu diberikan arahan bagaimana cara membina hubungan
persahabatan yang baik, dalam rangka memenuhi dorongan diterima dalam lingkungan
pergaulan dan menghindari dari perasaan keterasingan dari lingkungan sosialnya.
Karakteristik yang perlu mendapatkan perhatian guru pembimbing adalah upaya
memilih nilai-nilai sosial. Dalam usia saat ini siswa perlu mendapatkan perhatian karena
apabila tidak, siswa akan membentuk nilai-nilai sosial sendiri berdasarakan apa yang
dipikirkannya yang belum tentu benar menurut lingkungan sekitar. Dalam hal ini,
lingkungan sekolah khususnya pendidik hendaknya dapat memberikan informasi clan
arahan terhadap nilai-nilai sosial yang harus dimiliki clan digunakan oleh peserta didik
dalam berinteraksi dengan teman maupun di lingkungan sosialnya lingkungan disekolah.

D. Layanan Penempatan dan Penyaluran


Menurut Prayitno (2002:18) layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan
Bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya.
Dengan demikian layanan penempatan dan penyaluran berarti layanan yang bertujuan
membantu siswa menemukan posisi yang tepat sesuai dengan bakat dan potensi yang
dimilikinya. Tempat yang dimaksudkan itu adalah kondisi lingkungan sosioemosional,
dan lebih luas lagi lingkungan budaya, yang secara langsung berpengaruh terhadap
kehidupan dan perkembangan individu (Prayitno, 2004:3).
Adapun tujuan khusus layanan ini terkait dengan Fungsi konseling yang diemban
layanan penempatan dan penyaluran ini, yaitu :
1. Fungsi pemahaman, yaitu dipahaminya potensi dan kondisi diri individu, serta kondisi
lingkungan yang ada sekarang dan kondisi lingkungan yang dikehendaki
2. Fungsi pencegahan, yaitu dapat mencegah semakin parahnya masalah, hambatan dan
kerugian yang yang dapat dialami individu apabila dibiarkan dalam kondisi
lingkungan yang sekarang, yaitu keadaan mismatch antara potensi kondisi dirinya
dengan lingkungan
3. Fungsi pengentasan, yaitu mencegah terjadinya masalah lain yang tidak diinginkan
4. Fungsi pengambangan dan pemeliharaan, yaitu berkembang dan terpelihara siswa dari
hal-hal yang menghambat dan merugikan
5. Fungsi advokasi, yaitu menghindari individu dari keteraniayaan diri dari hak-haknya,
dan akan mampu mempertahankan diri dan membela hak-haknya.
Layanan penempatan dan penyaluran akan diselenggarakan apabila terdapat
ketidaksesuaian antara dua kondisi pada individu. Kondisi yang perlu mendapatkan
perhatian tersebut adalah
a. Potensi dan kondisi subjek layanan
1. Potensi intelegensi, bakat, minat dan kecendrungan pribadi
2. Kondisi psikofisik, seperti terlalu banyak bergerak, cepat lelah, alergi terhadap
kondisi lingkungan tertentu
3. Kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial
4. Kemampuan panca indra
5. Kondisi fisik, seperti : jenis kelamin, ukuran badan, keadaan jasmaniah lainnya
b. Kondisi lingkungan
1. Kondisi fisik, kelengkapan, serta tata letak dan susunannya
2. Kondisi udara dan cahaya
3. Kondisi hubungan sosio-emosional
4. Kondisi dinamis suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku
5. Kondisi statis, seperti aturan dan pembatasan-pembatasan
E. Keterkaitan Layanan Penempatan dan Penyaluran dengan Peningkatan Hubungan
Sosial Siswa di Kelas
Hubungan sosial merupakan cara-cara siswa dalam berkomunikasi, bergaul
dengan lingkungan baik itu teman sebaya ataupun lingkungan sekolah. Sebagai remaja
yang tumbuh dan berkembang dengan baik, siswa seharusnya mampu untuk membina
hubungan yang baik dengan teman yang ada di kelas,baik itu teman sesama jenis kelamin
ataupun teman berbeda jenis kelamin, mampu menyatu dalam kelompok-kelompok yang
ada di dalam kelas, mampu menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif di kelas
guna meningkatkan proses belajar mengajar. Namun, apabila semua hal tersebut tidak
terjadi dan tiak terciptanya suasana yang kondusif antara siswa maka proses belajar akan
terhambat, timbul suasana yang tidak menyenangkan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, dalam hal ini sangat tepat apabila dilaksanakan layanan
penempatan dan penyaluran di kelas tersebut, sehingga suasana dan hubungan antar siswa
yang diharapkan akan tercapai dan tercipta, dan berakibat pada suksesnya proses
pembelajaran dalam kelas tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian, Jenis Penelitian dan Bentuk Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Layanan ini adalah siswa kelas
X SMA Semen Padang , karena keterbatasan waktu dan biaya yang dijadikan sujek
pada penelitian ini yaitu kelas XI MIPA 1 yang berjumlah 31 orang.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Pelaksanaan penelitian di kelas XI MIPA 1 SMA Semen Padang
Komplek Sosial Centre PT Semen Padang, Waktu Pelaksanaan penelitian pada
semester ganjil di bulan Oktober tahun ajaran 2016/2017.

3. Alat Pengumpul Data


Alat pengumpul data dilakukan sebelum penelitian dimulai (pra penelitian)
tujuannya agar peneliti dapat merancang penelitian, sesuai dengan data-data yang
diperoleh. Adapun, alat pengumpul data yang peneliti gunakan ada beberapa jenis
instrumen yaitu:
a. Sosiometri
Sosiometri merupakan alat untuk mengungkapkan hubungan sosial siswa di
kelas, sosiometri ini diambil pada saat jam pelajaran BK di kelas pada tanggal 4
oktober 2019.
b. Pedoman observasi
Observasi peneliti lakukan selama 3 minggu dalam beberapa siklus, baik itu
observasi diwaktu jam BK atau mata pelajaran lainnya.
c. Pedoman wawancara
Wawancara tentang bagaimana keadaan hubungan sosial siswa di kelas
dalam mengikuti proses belajar. Peneliti lakukan wawancara pada beberapa orang
siswa kelas XI MIPA 1, guru mata pelajaran dan guru pembimbing kelas tersebut.

4. Alat Pengolahan Data

Alat Pengolahan data penelitian ini berupa pengolahan hasil sosiometri,


pengolahan hasil observasi, pengolahan hasil wawancara. Alat pengolahan data dalam
kegiatan penelitian ini merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas hubungan
sosial yang dilakukan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Prof Dr. Rochiati Wiriaatmaja (2005:125) yang
menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini adalah
catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan
pengamatan atau observasi”.

B. Prosedur Penelitian
 Perencanaan
Perencanaan prosedur kegiatan mulai dari persiapan RPL, media
pembelajaran yang digunakan, bahan ajar dan instrumen yang akan di gunakan.
 Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan pada layanan klasikal di kelas


tahap demi tahap. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam
Rochiati Wiriaatmaja (2005:139) bahwa “…. the ideal model for data collection
and analysis is one that interweaves them form the beginning”. Ini berarti model
ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian
berlangsung sejak awal.

 Observasi
Observasi yang dilakukan melalui observasi ini dilakukan selama satu
minggu pada saat siswa sedang mengikuti proses pembelajaran dikelas dan
penilaian observasi langsung ditulis dalam lembaran hasil observasi kegiatan
sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya.
 Refleksi

Adapun refleksi adalah catatan yang yang diperoleh dari hasil refleksi
yang dilakukan dengan melalui berbagai kegiatan. refleksi ini selain dijadikan
bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnuya juga dapat digunakan
sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan
penelitian ini serta untuk menentukan hasil dan kesimpulan penelitian.

Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati


Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melakukan refleksi, yakni pemikiran yang
timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan,
mengkaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data
sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Studi Awal
Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan

apa yang diharapkan oleh peneliti, apakah benar kiranya kelas ini perlu diberi tindakan

yang sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti yaitu peningkatan hubungan

sosial siswa melalui layanan penempatan dan penyaluran. Sebelum penelitian tindakan

layanan ini dilaksanakan , maka peneliti mengadakan observasi dan pengumpulan data
dari kondisi awal kelas yang akan diberi tindakan , yaitu kelas XI MIPA 1 SMA Semen

Padang, tahun pelajaran 2016/ 2017 .

Dari data-data yang peneliti dapatkan, mulai dari pengolahan hasil sosiometri,

hasil observasi selama beberapa minggu dan hasil wawancara dengan beberapa guru

serta siswa, maka peneliti temukan permasalahan siswa yang tidak mampu bergaul

dengan teman dalam satu kelas dan cenderung mengasingkan diri dan hanya bergaul

dengan orang yang sama setiap harinya baik pada saat belajar, bermain dan bersahabat.

Dari 31 orang siswa berdasarkan hasil pengolahan sosiometri hanya 1 orang siswa yang

menjadi bintang teman paling disukai dalam belajar (3,13%), yang menjadi teman paling

disukai dalam bermain sebanyak 3 orang dari 31 siswa (9,38%), Dari perolehan data

tersebut peneliti membuat rancangan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

layanan penempatan dan penyaluran untuk pengentasan permasalahan siswa dalam

hubungan sosial di kelas.

Rancangan penelitian tindakan kelas (layanan) ini dilaksanakan dalam tiga siklus

yaitu memposisikan siswa pada bangku yang berbeda setiap minggunya. Penempatan

yang pertama dinamakan siklus pertama dengan tahap perencanaan, pelaksanaan evaluasi

dan refleksi, kemudian dilakukan observasi selama satu minggu. Dari refleksi pada tahap

pertama dilakukan siklus kedua dengan menempatkan siswa pada posisi bangku yang

berbeda, begitu seterusnya.

Observasi perubahan hubungan sosial siswa dilakukan dalam satu minggu dengan
format observasi pada tiga aspek yang diteliti (Prayitno, 2004:10) :
Pedoman Observasi Hubungan Sosial Siswa Di Kelas
A. Kemampuan berkomunikasi
5. 4. 3. 2. 1.
Kemampuan komunikasi yang Kurang mampu berkomunikasi
berkomunikasi wajar
B. Tingkah laku keseharian di kelas
5. 4. 3. 2. 1.
Aktif dan riang jarang bergerak dan sedikit bicara Pendiam dan pasif
C. Suasana hubungan sosio-emosional antar siswa di kelas
5. 4. 3. 2. 1.
Harmonis biasa saja dan kurang hangat tidak hangat

Berdasarkan hasil yang tampak dari kegiatan siklus pertama, tampak jumlah
siswa yang mampu membina komunikasi yang baik dengan teman sebangku yang
ditempatkan secara acak, namun masih ada beberapa siswa yang tidak mampu membina
komunikasi yang baik seperti yang peneliti harapkan dikarenakan masih canggung dan
kurang terbiasa. Dari hasil siklus yang pertama, peneliti kembali merancang kegiatan
siklus kedua.
Pada siklus kedua juga diadakan pengacakan tempat duduk siswa, namun cara
pengacakannya berbeda dari pada pengacakan pada siklus yang pertarna. dengan yaitu
dengan menempatkan siswa pada posisi yang tidak beraturan dari semula sehingga apa
yang peneliti harapkan dapat tercapai.
Setelah kegiatan siklus kedua selesai, kemudian untuk melihat hasil kegiatan
dengan menggunakan pedoman observasi. Pengobservasian hasil siklus kedua ini
dilaksanakan selama satu minggu dengan menggunakan pedoman observasi seperti
pedoman observasi yang digunakan dalam kegiatan siklus pertama. Dari hasil observasi
juga akan tampak berapa orang jumlah siswa yang telah mampu membina komunikasi
yang baik/jumlah siswa yang belum mampu berkomunikasi yang baik dengan teman
sebangkunya. Kemudian dirancang kembali kegiatan siklus ketiga.
Pada siklus ketiga ini akan diadakan pada sekelompok siswa yang belum
menampakkan perubahan dalam berkomunikasi dengan teman sebangku yang ditentukan
berdasarkan pengecekan tempat duduk. Setelah selesai siklus ketiga, hasilnya dilihat dari
pengobservasian dengan menggunakan pedoman observasi.
Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan kelas, siklus ketiga merupakan
perbaikan siklus kedua dan siklus kedua merupakan perbaikan dari siklus yang pertama.
Selanjutnya secara terperinci penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam
pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran.

B. Siklus I

Perencanaan :
Mengumpulkan informasi
tentang hubungan sosial siswa,
mengadiministrasikan
sosiometri, dan
menginformasikan sosiometri,
mengacak tempat duduk siswa
Refleksi Tindakan :
Siswa yang mampu Mendapatkan informasi
Siklus I
membina hubungan hubungan sosial siswa dari
sosial yang baik di konselor sekolah,
kelas sebanyak 21 mengadministrasikan sosiometri,
orang menginformasikan hasil
(65,63%) sosiometri, mengacak tempat
duduk siswa

Pengamatan :
Komunikasi antar siswa,
tingkah laku siswa, suasana
hubungan sosio emoisonal
antar siswa

A. Perencanaan
Perencanaan dalam siklus pertama yang akan dilaksanakan adalah
1. Mengumpulkan informasi tentang hubungan sosial siswa dari Konselor sekolah
yang mengasuh kelas tersebut
2. Mengadministrasikan sosiometri
3. Menginformasikan hasil pengolahan sosiometri
4. Mengacak tempat duduk siswa
5. Mengobservasi/mengamati bagaimana hubungan sosial siswa dalam kelas, yaitu
bagaimana komunikasi mereka, bagaimana tingkah laku mereka keseharian dan
bagaimana suasana hubungan sosio-emosional mereka.
 Membuat lembar observasi (pedoman observasi) untuk mengamati hubungan
sosial siswa dalam berkornunikasi selama proses belajar mengajar di kelas,
antara lain : kemampuan siswa berkomunikasi, tingkah laku keseharian siswa,
suasana hubungan sosio emosional siswa dengan siswa lain.
 Membuat evaluasi berupa hasil pengamatan dan observasi selama satu
minggu.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan layanan yang telah direncanakan
1. Informasi tentang hubungan sosial siswa dari Konselor sekolah yang mengasuh
kelas tersebut telah diperoleh.
2. Mengadministrasikan sosiometri pada tanggal 4 0kotober 2016
3. Menginformasikan hasil pengolahan sosiometri pada tanggal 11 oktober 2016
4. Mengacak tempat duduk siswa berdasarkan urutan tempat duduk
5. Mengobservasi/mengamati bagaimana hubungan sosial siswa dalam kelas, yaitu
hagaimana komunikasi mereka, bagaimana tingkah laku mereka keseharian dan
bagaimana-suasana hubungan sosio-emosional mereka

C. Observasi
Observasi ini dilakukan selama satu minggu pada saat siswa sedang mengikuti
proses pembelajaran dikelas dan penilaian observasi langsung ditulis dalam lembaran
hasil observasi kegiatan sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat
sebelumnya. Penilaian dilihat dari : bagaimana komunikasi antar siswa, bagaimana
tingkah laku siswa keseharian dan bagaimana suasana hubungan sosio-emosional
antar siswa di kelas.
Adapun lembar hasil observasi kegiatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. Pedoman Hasil Observasi Kegiatan Siklus Pertama
Penilaian
No Nama Siswa A B C
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Aditia Trinaldo 
2 Alya Hijriani Sehan
3 An Nisa' Syafaredha
4 Anugrah Dwi Aztri
5 'Ariiq Bilhaq Husra
6 Assyifa Walanda Tari
7 Darfirahman Syafrawi
8 Dhiny Hari Utama
9 Dimas Setiawan
10 Fitratil Yauma
11 Fania Suffi Mulyani
12 Farhan Ramandheo Dwi
13 Fidya Risyani
14 Ghina Wadhia
15 Hafizh Dzaki Muzhaffar
16 Hauzan Refano Mufid
17 Khofifah Idriani Suwardi
18 Maalikul Mulki Alfarres
19 Muhammad Hasbi
20 Muhammad Ihsan
21 Puji Marcellina
22 Putri Mike Dianora
23 Rafi Darma Yansa
24 Rahayu Indriyanti
25 Sandra Ulfa
26 Sativa Mercy Pusaka
27 Yovan Fitra Mahesa
28 Yuli Amanda Putri
29 Yumna Putri Rahmania
30 Yunavia Aryani

A. Kemampuan berkomunikasi
5. 4. 3. 2. 1.
Kemampuan komunikasi yang Kurang mampu berkomunikasi
berkomunikasi wajar
B. Tingkah laku keseharian di kelas
5. 4. 3. 2. 1.
Aktif dan riang jarang bergerak dan sedikit bicara Pendiam dan pasif
C. Suasana hubungan sosio-emosional antar siswa di kelas
5. 4. 3. 2. 1.
Harmonis biasa saja dan kurang hangat tidak hangat

Berdasarkan kegiatan siklus pertama, siswa yang mampu membina hubungan


baik meningkat dari 11 orang (34,38%) menjadi 21 orang (65,63%).

D. Refleksi
Dari hasil observasi (pengamatan) dilakukan refleksi untuk menentukan hasil dan
kesimpulan penelitian. Dari hasil yang diperoleh jumlah siswa yang mampu membina
hubungan yang baik (21 orang/65,63%) belum sesuai dengan harapan penelitian, masih
terdapat siswa yang memisahkan diri dengan teman yang lain, seperti membedakan teman
dengan sahabat. Hartup dan Steven (dalam Robert A. Baron dan Donn Byrne, alih bahasa
oleh Ratna Djuwita, 2005:9) mengatakan bahwa :
Memiliki teman adalah positif sebab teman dapat mendorong self esteem
dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga bisa memiliki efek
negatif jika mereka anti sosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif
atau tidak stabil
Oleh karena itu, peneliti merancang kegiatan siklus kedua. Jika dalam kegiatan
pertama pengacakan tempat duduk berdasarkan urutan tempat duduk, maka dalam
kegiatan kedua lebih bervariasi yaitu penempatan berclasarkan model hubungan sosial
yang terdapat di kelas seperti yang biasanya pendiam ditempatkan dengan siswa yang
aktif dalam segala hal. Dengan tujuan siswa tersebut mampu dan sanggup berkomunikasi
serta membina hubungan yang baik dengan orang lain.

C. Siklus II
Perencanaan :
Mengacak tempat duduk
berdasarkan urutan bangku
genap dan ganjil, memberikan
materi tentang saling mengenal

Refleksi Tindakan :
Siswa yang mampu Menempatkan siswa pada urutan
Siklus II
membina hubungan bangku genap dan ganjil
sosial yang baik di
kelas meningkat
menjadi 25 orang
(78,13%)
Pengamatan :
Komunikasi
Kegiatan yang dilakukan antar kedua
pada siklus siswa, adalah mengulang kembali tahap-tahap
tingkah laku siswa, suasana
kegiatan dalam siklus sebelumnya
hubungan(pertama). Dalam kegiatan layanan penempatan dan
sosio emoisonal
penyaluran yang kedua dilakukan sejumlah rencana baru untuk memperbaiki hasil yang
diperoleh dari siklus pertama, yaitu merubah metode pengacakan.
A. Perencanaan
Pada perencanaan dalam siklus kedua yang akan dilaksanakan adalah
1. Mengatur tempat duduk siswa dengan memposisikan siswa pada bangku urutan
pertama pada siswa bangku urutan ketiga, siswa pada bangku urutan kedua dengan
siswa pada bangku urutan keempat, begitu seterusnya.
2. Mengobservasi/mengamati.bagaimana hubungan sosial antar siswa di dalam kelas.
 Membuat lembar observasi (pedoman observasi) untuk mengamati hubungan
sosial siswa di dalam kelas dengan menggunakan lembaran observasi pada siklus
yang pertama.
 Membuat evaluasi berupa kesan-kesan siswa-setelah mengikuti kegiatan layanan
penempatan dan penyaluran (diacak tempat duduknya).

B. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran pada siklus kedua ini
sama halnya dengan pelaksanaan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran pada
siklus I, yaitu :
1. Memposisikan siswa pada bangku yang berbeda dengan posisi pada siklus l
2. Menyajikan permainan di kelas yang bisa menimbulkan keakraban antar siswa
3. Mengobservasi/mengamati bagaimana hubungan sosial antar siswa di dalam kelas.
 Membuat lembar observasi (pedoman observasi) untuk mengamati hubungan
sosial siswa di dalam kelas dengan menggunakan lembaran observasi pada siklus
yang pertama.
 Membuat evaluasi berupa kesan-kesan siswa setelah mengikuti permainan
pengakraban dan setelah mengikuti kegiatan layanan penempatan dan penyaluran
(diacak tempat duduknya).

C. Observasi
Observasi ini dilakukan selama satu minggu pada saat siswa sedang mengikuti
proses pembelajaran dikelas dan penilaian observasi langsung ditulis dalam lembaran
hasil observasi kegiatan sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya.
Penilaian dilihat dari : bagaimana komunikasi antar siswa, bagaimana tingkah laku siswa
keseharian dan bagaimana suasana hubungan sosio-emosional antar siswa di kelas.
Adapun lembar hasil observasi kegiatan sama dengan yang digunakan pada
kegiatan siklus I dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. Pedoman Hasil Observasi Kegiatan Siklus Kedua
Penilaian
No Nama Siswa A B C
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Aditia Trinaldo
2 Alya Hijriani
3 An Nisa'
4 Anugrah Dwi Aztri
5 'Ariiq Bilhaq Husra
6 Assyifa Walanda
7 Darfirahman
8 Dhiny Hari Utama
9 Dimas Setiawan
10 Fitratil Yauma
I1 Fania Suffi
12 Farhan Ramandheo
13 Fidya Risyani
14 Ghina Wadhia
15 Hafizh Dzaki
16 Hauzan Refano
17 Khofifah Idriani
18 Maalikul Mulki
19 Muhammad Hasbi
20 Muhammad Ihsan
21 Puji Marcellina
22 Putri Mike Dianora
23 Rafi Darma Yansa
24 Rahayu Indriyanti
25 Sandra Ulfa
26 Sativa Mercy
27 Yovan Fitra
28 Yuli Amanda Putri
29 Yumna Putri
30 Yunavia Aryani

Keterangan :
A. Kemampuan berkomunikasi
5. 4. 3. 2. 1.
Kemampuan komunikasi yang Kurang mampu berkomunikasi
berkomunikasi wajar
B. Tingkah laku keseharian di kelas
5. 4. 3. 2. 1.
Aktif dan riang jarang bergerak dan sedikit bicara Pendiam dan pasif
C. Suasana hubungan sosio-emosional antar siswa di kelas
5. 4. 3. 2. 1.
Harmonis biasa saja dan kurang hangat tidak hangat
Setelah kegiatan siklus kedua dari hasil observasi dari 31 siswa yang pada siklus I
meningkat menjadi 21 orang (65,63%). Pada siklus II jumlah siswa Yang mampu
membina hubungan sosial di dalam kelas meningkat menjadi 29 orang (70,7%)"

D. Refleksi
Dari hasil observasi (pengamatan) dilakukan refleksi untuk menentukan hasil dan
kesimpulan penelitian. Dari hasil yang diperoleh peningkatan jumlah siswa yang mampu
membina hubungan sosial yang baik dari 21 orang (65,63%) menjadi 25 orang (78,13%)
hasil yang cukup memuaskan dari hasil pelaksanaan kegiatan layanan, tampak perubahan
yang cukup besar dengan pelaksanaan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran
dengan pemberian permainan pengakraban. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Melvin
L. Silberman (alih bahasa oleh Raisul Muttaqien, 2006:43) bahwa dengan metode
permainan akan menimbulkan suasana yang asyik dalam belajar, yaitu :
Gunakan latihan yang menyenangkan atau kuis untuk memancing pendapat,
pengetahuan atau keterampilan siswa. Gunakan permainan yang
membangkitkan semangat dan keterlibatan. Permainan juga sangat membantu
memunculkan suasana dramatis yang kelak akan diingat terus oleh siswa
Namun peneliti perlu melihat kembali bagaimana hasil peroleh jika diadakan pada
sekelompok siswa lagi yang belum termasuk dalam tujuan penelitian ini untuk itu peneliti
kembali merancang kegiatan siklus III.

D. Siklus III
Perencanaan :
Menempatkan siswa yang aktif
dengan siswa yang kurang aktif,
memberikan materi tentang
kerjasama dan kekompakan
permainan pengakraban

Refleksi Tindakan :
Siswa yang mampu Memposisikan siswa yang
hubungan social yang Siklus III kurang aktif dengan yang aktif,
baik di kelas meningkat menyajika layanan informasi
menjadi 29 orang tentang kerjasama dan
(90,63%) kekompakan, memberikan
permainan pengakrban

Pengamatan :
Komunikasi antar siswa,
tingkah laku siswa, suasana
hubungan sosio emoisonal

Kegiatan layanan penempatan dan penyaluran pada siklus ketiga ini adalah
menyempurnakan hasil kegiatan layanan penempatan penyaluran pada kegiatan siklus
kedua, pelaksanaan kegiatan pada siklus ketiga ini hanya dilakukan pada beberapa orang
saja.
A. Perencanaan
Pada perencanaan dalam siklus III yang akan dilaksanakan adalah
1. Memposisikan siswa pada bangku yang berbeda dengan posisi pada siklus II
namun pada siklus ini penempatannya lebih bervariasi. Beberapa orang tersebut
ditempatkan pada bangku dengan orang yang sangat aktif dan riang kesehariannya
2. Menyajikan permainan di kelas yang bisa menimbulkan keakraban antar siswa
(mari saling mengenal)
3. Mengobservasi/mengamati bagaimana hubungan sosial antar siswa di dalam
kelas.
 Membuat lembar observasi (pedoman observasi) untuk mengamati hubungan
sosial siswa di dalam kelas dengan menggunakan lembaran observasi pada
siklus yang pertama.
 Membuat evaluasi berupa kesan-kesan siswa setelah mengikuti permainan
pengakraban dan setelah mengikuti kegiatan layanan penempatan dan
penyaluran (diacak tempat duduknya).

B. Pelaksanaan
Adapun bentuk pelaksanaan kegiatan siklus III ini sama seperti apa yang
direncanakan sebelumnya.
1. Memposisikan siswa pada bangku yang berbeda dengan posisi pada siklus II
namun pada siklus ini penempatannya lebih bervariasi. Beberapa orang tersebut
ditempatkan pada bangku dengan orang yang sangat aktif dan riang kesehariannya
2. Menyajikan permainan di kelas yang bisa menimbulkan keakraban antar siswa
3. Mengobservasi/mengamati bagaimana hubungan sosial antar siswa di dalam
kelas.
 Membuat lembar observasi (pedoman observasi) untuk mengamati hubungan
sosial siswa di dalam kelas dengan menggunakan lembaran observasi pada
siklus yang pertama.
 Membuat evaluasi berupa kesan-kesan siswa setelah mengikuti permainan
pengakraban dan setelah mengikuti kegiatan layanan penempatan dan
penyaluran (diacak tempat duduknya).
C. Observasi
Observasi ini dilakukan selama dua hari pada saat siswa sedang mengikuti
proses pembelajaran dikelas dan penilaian observasi langsung ditulis dalam lembaran
hasil observasi kegiatan sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat
sebelumnya. Penilaian dilihat dari : bagaimana komunikasi antar siswa, bagaimana
tingkah laku siswa keseharian dan bagaimana suasana hubungan sosio-emosional
antar siswa di kelas.
Adapun lembar hasil observasi kegiatan sama dengan yang digunakan pada
kegiatan siklus I dan siklus II. Setelah kegiatan siklus III selesai, maka dari hasil
observasi dari 30 siswa yang pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 25
orang siswa yang telah mampu membina hubungan yang baik dengan teman, mampu
menggunakan komunikasi yang baik dalam berbicara yaitu (78,13%), maka pada
siklus III ini jumlah siswa yang telah mampu membina hubungan sosial meningkat
menjadi 29 orang siswa (90,63%).
Adapun lembar hasil observasi kegiatan sama dengan yang digunakan pada
kegiatan siklus I dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. Pedoman Hasil Observasi Kegiatan Siklus Ketiga
Penilaian
No Nama Siswa A B C
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Aditia Trinaldo A
2 Alya Hijriani Sehan A
3 An Nisa' Syafaredha A
4 Anugrah Dwi Aztri A
5 'Ariiq Bilhaq Husra '
6 Assyifa Walanda Tari A
7 Darfirahman Syafrawi Dinata D
8 Dhiny Hari Utama D
9 Dimas Setiawan D
10 Fitratil Yauma F
I1 Fania Suffi Mulyani F
12 Farhan Ramandheo Dwi F
13 Fidya Risyani F
14 Ghina Wadhia G
15 Hafizh Dzaki Muzhaffar H
16 Hauzan Refano Mufid H
17 Khofifah Idriani Suwardi K
18 Maalikul Mulki Alfarres M
19 Muhammad Hasbi M
20 Muhammad Ihsan MUJAHID M
21 Puji Marcellina P
22 Putri Mike Dianora P
23 Rafi Darma Yansa R
24 Rahayu Indriyanti aR
25 Sandra Ulfa S
26 Sativa Mercy Pusaka
27 Yovan Fitra Mahesa
28 Yuli Amanda Putri
29 Yumna Putri Rahmania
30 Yunavia Aryani

D. Refleksi
Dari hasil observasi (pengamatan) dilakukan refleksi untuk menentukan hasil
dan kesimpulan penelitian. Dari hasil yang diperoleh peningkatan jumlah siswa yang
mampu membina hubungan sosial meningkat pada setiap siklus (Siklus I, II dan III)
ini menunjukkan keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan layanan penempatan dan
penyaluran terhadap permasalahan siswa dalam kemampuan membina hubungan
sosial dengan teman di kelas, setiap pemberian layanan disajikan permainan-
permainan menarik yang bertujuan menumbuhkan keakraban antar siswa, sehingga
siswa tertarik untuk ikut terlibat dalam kegiatan yang diberikan. Dengan adanya
keakraban antar siswa, berarti timbul kelekatan siswa satu dengan siswa yang lain.
Gaya kelekatan tersebut yang pada dasarnya mempengaruhi seseorang dalam
membina hubungan dengan orang lain. Seperti yang disebutkan oleh Robert A. Baron
dan Donn Byrne (alih bahasa oleh Ratna Djuwita, - 2005:19) yaitu:
Pada semua usia gaya kelekatan memberi pengaruh utama pada
kemudahan orang.-orang berteman, pada cara mereka berinteraksi
dengan orang lain' dan pada kemampuan mereka dalam membina
hubungan.
Artinya semakin seseorang merasa lekat dengan orang lain, maka hubungan
yang terjadi antara orang tersebut semakin akrab dan harmonis,tetapi kelekatan
tersebut tidak ada maka tidak akan tercipta keakraban diantaranya.
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah : data mengenai
bagaimana komunikasi antar siswa, bagaimana tingkah laku siswa keseharian dan
bagaimana suasana hubungan sosio-emosional antar siswa di kelas dengan cara
mengamati atau mengobservasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantatif.

E. Analisis Data
Hasil kegiatan penelitian yang peneliti lakukan di SMA Semen Padang pada
siswa kelas XI MIPA 1 yang berjumlah 30 orang siswa tersebut, maka didapatkan hasil
dari kegiatan yang dilakukan dalam tiga siklus. Pada siklus pertama siswa yang melai
menampakkan kemampuan dalam hubungan sosial sebanyak 21 orang, kemudian setelah
dilaksanakan siklus kedua siswa yang mampu membina hubungan sosial meningkat
menjadi 25 orang dan setelah dilaksanakan siklus ketiga total siswa yang memiliki
hubungan sosial yang balk semakin meningkat, yaitu sebanyak 29 orang. Adapun
penilaian hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. Gambaran hasil Siklus I, II dan III (jumlah


siswa = 30 orang)
No. Siklus Siswa yang Aktif Siswa yang Persentase
tidak aktif (%)
I Siklus I 21 11 65,63
3. Siklus II 25 7 78,13
Siklus III 29 3 85
90,63

Berdasarkan tabel diatas, awal pengamatan dan dari data yang peneliti peroleh 30
orang siswa, sebanyak 11 orang siswa termasuk aktif/mampu dalam membina hubungan
sosial di kelas, 21 orang siswa belum mampu dalam membina hubungan sosial di kelas.
Setelah dilakukan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran pada siklus I maka
diperoleh hasil siswa yang mampu membina hubungan sosial di kelas sebanyak 21 siswa
dari 31 orang siswa (65,63%). Pada siklus II hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 25 siswa
yang mampu membina hubungan sosial di kelas dari 31 siswa (78,12%) dan pada siklus
III diperoleh hasil 29 siswa yang mampu membina hubungan sosial di kelas dari 30 siswa
(90,63%).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peranan Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah tidak bisa diabaikan begitu saja
mengingat dan menimbang begitu banyaknya permasalahan yang dialami oleh siswa
sehingga dalam penanganannya mernbutuhkan tenaga yang profesional dibidangnya. Jika
masalah yang ada dientaskan sesuai dengan layanan atau tindakan yang diberikan maka
permasalahan tersebut tidak akan memberikan dampak yang buruk khususnya terhadap
siswa. Seperti dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan bagaimana
meningkatkan hubungan sosial antar siswa di kelas. Dalam hal ini, peneliti menggunakan
layanan penempatan dan penyaluran sebagai solusi untuk mengentaskan permasalahan
tersebut dan hasilnya dari 11 orang (34,38%) siswa yang mampu membina hubungan
sosial yang baik setelah diadakannya kegiatan layanan penempatan penyaluran dalam tiga
siklus meningkat menjadi 29 orang (90,63%).
Hubungan sosial yang baik antar siswa bisa ditingkatkan dengan menempatkan
siswa pada posisi yang tepat di kelas. Dalam proses belajar mengajarpun hal tersebut bisa
dilaksanakan, mengingat siswa begitu banyak terlibat dengan teman satu kelas ketika
mengikuti pembelajaran.

B. Saran
Dari penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan maka peneliti menyarankan :
1. Guru hendaknya memberikan perhatian yang sama pada setiap siswa sehingga tidak
tercipta persepsi siswa yang salah dan tidak timbul kecemburuan pada temannya.
1. Pihak sekolah untuk dapat memberikan dukungan sepenuhnya terhadap kegiatan
layanan konseling yang dilakukan oleh konselor sekolah, dalam hal ini kegiatan
layanan penempatan dan penyaluran.
2. Pentingnya kerja sama antara kepala sekolah, guru mata pelajaran dan konselor
sekolah guna pengembangan potensi siswa menjadi siswa yang unggul, cerdas,
berprestasi dan memiliki budi pekerti yang baik serta kemampuan membina hubungan
sosial yang baik antar siswa.
3. Konselor sekolah untuk dapat memberikan layanan yang benar-benar tepat dan sesuai
dengan kebutuhan siswa terutama dalam meningkatkan hubungan sosial siswa

Diketahui : Padang, 4 Oktober 2019


Kepala Sekolah Guru Bimbingan Konseling

Drs. Zaiful Anwar Siska Dwi Yani, S.Pd


NIP. 314 90 64 NIP. 111 10 16
KEPUSTAKAAN

Ali, M dan M. Asrori. 2004. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta :
Rineka Cipta.

Djamarah, Syamsul Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

James, Calhout dan Accola Joan Rose. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian Diri dan
Hubungan Kemanusian (Alih Bahasa oleh R. S. Satmoka). Semarang : Bumi Aksara.

Mudjiran, dkk. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Padang : FIP UNP.

Prayitno, Elida. 2002. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : FIP UNP.

Prayitno. 2004. Layanan Penempatan dan Penyaluran. Padang : FIP UNP.

Redaksi Sinar Grafika. 2007. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003
(UU RI No. 20 Tahun 2003). Jakarta : Sinar Grafika.

Robert dan Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi ke-10 (Alih Bahasa oleh Ratna
Djuwita). Jakarta : Erlangga.

Silberman, Melvin. 2006. Active Learning 1001 Cara Belajar Siswa Aktif (Alih Bahasa oleh
Raisin Muttagien). Bandung : Nusamedia.

Surjadi, A. 1989. Membuat Siswa Aktif dalam Mengajar. Bandung: Mandar Maju.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta : A

Anda mungkin juga menyukai